Anda di halaman 1dari 10

NATRIUM TIOSULFAT

SODIUM THIOSULFATE
(Tidak tersedia informasi piktogram)

1. IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA


1.1. Golongan
Garam sulfat (10)
1.2. Sinonim/Nama Dagang (5,7,9,10,11,12,16)
Ametox; Antichlor; Chlorine control; Chlorine cure; Dechlor-It; Diammonium
sulfate; Disodium thiosulfate; Disodium thiosulphate; Hypo; S-Hydril; Sodium
hyposulfite; Sodium hyposulphite; Sodium oxide sulfide; Sodium thiosulfate,
anhydrous; Sodium thiosulphate, anhydrous; Sodium thiosulphate crystal;
Sodothiol; Sulfothiorine; Thiosulfuric acid, disodium salt; Thiosulphuric acid,
disodium salt;
1.3. Nomor Identifikasi
1.3.1. Nomor CAS : 7772-98-7 (5,6,7,8,9,10,12)
1.3.2. Nomor EC (EINECS) : 231-867-5 (6,9,13)
1.3.3. Nomor RTECS : XN6476000 (5,7,9)
1.3.4. Nomor UN :-

2. PENGGUNAAN (11,12,16)
Banyak digunakan sebagai pemutih; untuk mengekstraksi perak dari bijihnya;
sebagai mordan (senyawa yang digunakan untuk mengikat zat warna ke dalam
serat) dalam pencelupan dan pencetakan tekstil; sebagai peredam dalam
pencelupan krom; digunakan pada pembuatan kulit; sebagai reagen untuk
keperluan analisis dan kimia organik di laboratorium; sebagai antidotum pada
keracunan sianida; digunakan dalam pembuatan obat antituberkulosis; sebagai
antioksidan; sebagai bahan pengkelat.
2.1. Indikasi dan dosis (1,2,4,14)
a. Natrium tiosulfat digunakan sebagai antidotum pada keracunan sianida,
yang dapat diberikan secara tunggal atau kombinasi dengan nitrit atau

1
hidroksokobalamin. Dosis natrium tiosulfat untuk pengobatan akibat
keracunan sianida:
Dewasa: 12,5 g (50 mL dari larutan 25% atau 25 mL dari larutan 50%)
secara intravena sebanyak 2,5-5,0 mL/menit.
Anak-anak: 400 mg/kg (1,6 mL/kg dari larutan 25%) hingga maksimal 50
mL.
Jika gejala masih ada, ulangi setengah dari dosis setelah 30-60 menit.

b. Natrium tiosulfat juga dapat digunakan untuk mencegah akumulasi


sianida pada pasien yang mendapatkan infus nitroprusida dalam jangka
waktu lama.
Dosis natrium tiosulfat untuk profilaksis selama infus nitroprusida:
Penambahan 10 mg natrium tiosulfat untuk setiap miligram nitroprusida
dalam larutan.

3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN


3.1. Organ Sasaran
Tidak teridentifikasi (15).
3.2. Rute Paparan
3.2.1. Paparan Jangka Pendek
3.2.1.1. Terhirup (8,12,13)
Bahan ini berbahaya jika terhirup. Dapat menyebabkan
iritasi pada hidung, tenggorokan, dan sistem pernapasan.
Gejala yang timbul dapat berupa batuk dan napas pendek.
Menghirup bahan ini dalam kadar yang tinggi dapat
menimbulkan gejala keracunan seperti jika bahan ini
tertelan.
3.2.1.2. Kontak dengan Kulit (8,9,13)
Bahan ini dapat mengiritasi kulit, menyebabkan sensitisasi
pada individu tertentu, dan berbahaya jika terserap melalui
kulit.
3.2.1.3. Kontak dengan Mata (8,9,12,13)
Bahan ini dapat menimbulkan iritasi pada mata,
konjungtivitas, fotopobia, nyeri, menyebabkan mata berair
2
serta terasa panas, pandangan menjadi buram, dan mata
merah. Pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
pandangan buram dan kornea melepuh.
3.2.1.4. Tertelan (8,9,12,13)
Menelan bahan ini dapat menyebabkan iritasi saluran cerna,
mual, muntah, diare. Jika menelan bahan dalam jumlah
banyak dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat.
Tanda dan gejala keracunan mirip dengan keracunan
alkohol.
3.2.2. Paparan Jangka Panjang
3.2.2.1. Terhirup (20)
Paparan jangka panjang debu bahan dalam konsentrasi
tinggi dapat menyebabkan perubahan fungsi paru-paru,
misalnya pneumokoniosis, yang disebabkan oleh masuknya
partikel berukuran kurang dari 0,5 mikron dan menetap pada
paru-paru. Gejala utama berupa sesak napas dan bayangan
paru-paru pada hasil X-ray.
3.2.2.2. Kontak dengan Kulit (10,11,12,13)
Paparan jangka panjang atau berulang dapat menyebabkan
iritasi dan dermatitis.
3.2.2.3. Kontak dengan Mata (11)
Paparan jangka panjang dan berulang dapat menyebabkan
iritasi mata.
3.2.2.4. Tertelan
-

4. TOKSIKOLOGI
4.1. Toksisitas
4.1.1. Data pada Hewan (2,11,15,17)
LD50 oral-tikus >5000 mg/kg; LD50 oral-tikus 3-4 gram/kg; LD50
intravena-mencit 2350 mg/kg; LD50 intraperitoneal-mencit 5600 mg/kg;
LD50 intraperitoneal-mencit 5200 mg/kg. Kematian umumnya

3
disebabkan oleh timbulnya asidosis metabolik, meningkatnya kadar
natrium, menurunnya tekanan darah, dan menurunnya PO 2.
4.1.2. Data pada Manusia (20)
TDLo oral-manusia 300 mg/kg/7 hari.
4.2. Efek samping (1,4)
Infus intravena dapat menimbulkan rasa terbakar, kram otot, kedutan, mual,
muntah, dan nyeri pada lokasi injeksi.
4.3. Interaksi
Interaksi obat:
a. Menurunkan toksisitas cisplatin dengan menginaktivasi komponen
platinum secara kimiawi (14).
b. Pengujian interaksi obat secara formal belum dilakukan terhadap
sediaan injeksi natrium tiosulfat (18).
4.4. Farmakologi (1,3,14)
Natrium tiosulfat merupakan donor sulfur bagi enzim rhodanese (sulfur
sianida transferase), yang mendukung konversi sianida menjadi senyawa
tiosianat yang relatif kurang toksik. Senyawa tiosianat dapat diekskresikan
melalui urin.
4.5. Data Karsinogenik (9)
Natrium tiosulfat tidak terdaftar sebagai karsinogen oleh ACGIH, IARC, NTP,
atau CA Prop 65.
4.6. Data Teratogenik (11)
Tidak tersedia informasi.
4.7. Data Mutagenik (18)
Berdasarkan pengujian potensi mutagenik natrium tiosulfat melalui in vitro
Bacterial Reverse Mutation Assay (Ames assay) diperoleh hasil bahwa
natrium tiosulfat tidak bersifat mutagenik.

5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KERACUNAN


5.1. Terhirup (5,6,7,8,10,11)
Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Berikan pernapasan buatan
jika dibutuhkan. Jika korban mengalami kesulitan bernapas maka berikan
oksigen. Jaga kondisi korban tetap hangat dan tenang. Segera bawa ke
4
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami batuk atau
gejala lain.
5.2. Kontak dengan Kulit (5,6,7,8,9,10,11)
Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi.
Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun dan air yang banyak
sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal, sekurangnya
selama 15-20 menit. Berikan emollient pada kulit yang teriritasi. Jika iritasi
tidak mereda, segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
5.3. Kontak dengan Mata (5,6,7,8,9,10,11)
Lepaskan lensa kontak, jika ada. Segera cuci mata dengan air yang banyak,
sekurangnya selama 15-20 menit dengan sesekali membuka kelopak mata
bagian atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang
tertinggal. Hindarkan air bekas membilas mengenai mata yang sehat.
Jangan gunakan salep mata. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat.
5.4. Tertelan (5,7,8,9,11,12)
Jangan lakukan induksi muntah. Jika terjadi muntah, posisikan kepala lebih
rendah daripada panggul untuk mencegah risiko aspirasi ke dalam paru-
paru. Longgarkan pakaian yang ketat, seperti kerah baju, dasi, atau ikat
pinggang. Cuci mulut menggunakan air. Jika dalam kondisi sadar, dapat
diberikan 2-4 cangkir air minum atau susu. Jangan berikan apapun melalui
mulut jika korban dalam kondisi tidak sadarkan diri. Segera bawa ke rumah
sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

6. PENATALAKSANAAN PADA KORBAN KERACUNAN


6.1. Resusitasi dan Stabilisasi (3)
a. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk
menjamin pertukaran udara.
b. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi
ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin
cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi
darah.
5
6.2. Dekontaminasi
6.2.1. Dekontaminasi Saluran Napas (16)
Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Pantau pernapasan.
Jika timbul batuk atau kesulitan napas, maka lakukan evaluasi
kemungkinan terjadinya iritasi saluran pernapasan, bronkitis, atau
pneumonitis. Jika korban mengalami kesulitan bernapas maka
berikan oksigen. Jika terjadi bronkospasme, maka berikan beta 2
agonist yang dihirup serta kortikosteroid oral atau parenteral.
6.2.2. Dekontaminasi Mata (16)
- Lepaskan lensa kontak jika menggunakannya.
- Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah
dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
- Secara perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci
dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9%
diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya satu
liter untuk setiap mata.
- Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
- Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
- Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
- Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke
dokter mata
6.2.3. Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku) (16)
- Bawa segera pasien ke pancuran terdekat.
- Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang
dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
- Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain
atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
- Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau
muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
- Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan
menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-
hati, jangan sampai terhirup.
6
- Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
- Obati kulit yang mengalami iritasi atau terbakar dengan terapi
topikal standar. Pasien yang mengalami reaksi hipersensitivitas
kemungkinan memerlukan pengobatan menggunakan
kortikosteroid sistemik atau topikal atau antihistamin.
6.2.4. Dekontaminasi Gastrointestinal (16)
Berikan arang aktif dalam bentuk cairan kental (30 gram arang aktif
dalam 240 mL air).
Dosis untuk dewasa: 25-100 gram;
Dosis untuk anak-anak usia 1-12 tahun: 25-50 gram;
Dosis untuk bayi (<1 tahun): 1 g/kg.
6.3. Antidotum
(Tidak tersedia informasi antidotum)
6.4. Catatan untuk dokter (11,13)
Berikan pengobatan sesuai gejala serta pengobatan penunjang.

7. SIFAT FISIKA KIMIA


7.1. Nama Bahan
Natrium tiosulfat
7.2. Deskripsi (5,6,7,8,9,11,12,13)
Berbentuk padat berupa serbuk kristal atau granula tidak berwarna atau
putih, tidak berbau; Rumus molekul Na2S2O3; Berat molekul 158,1; pH (50
g/L pada 20oC) 6,0-8,5; Titik lebur 48oC (118,40oF); Titik didih 100oC
(212,00oF); Berat jenis (air = 1) 1,73 (atau 1,66); Bersifat higroskopik (dapat
menyerap kelembaban dari udara).
Larut dalam air panas dan sebagian larut dalam air dingin; Kelarutan dalam
air 79 g/100 mL pada 4oC atau 500 g/L pada 20oC atau 33% pada 0oC;
Tidak larut dalam alkohol; Terurai perlahan dalam larutan berair.
7.3. Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan
7.3.1. Peringkat NFPA (Skala 0-4) (12,15)
Kesehatan 1 = Tingkat keparahan ringan
Kebakaran 0 = Tidak dapat terbakar
Reaktivitas 0 = Tidak reaktif
7
7.3.2. Klasifikasi EC (Frasa Risiko dan Frasa Kemanan) (7,8,13,15)
Xi = Iritan
R36 = Menyebabkan iritasi pada mata
R36/37/38 = Iritasi pada mata, sistem pernapasan, dan kulit
S24/25 = Hindari/ cegah persinggungan/ kontak dengan
kulit dan mata
S25 = Hindari jangan sampai terkena mata
S39 = Pakai/ kenakan pelindung mata/ wajah
(19)
7.3.3. Klasifikasi GHS
Pernyataan bahaya
H315 = Menyebabkan iritasi kulit
H319 = Menyebabkan iritasi mata serius
H335 = Dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan

8. STABILISASI DAN REAKTIVITAS


8.1. Reaktivitas (6,7,8,9,10)
Senyawa ini bersifat stabil pada kondisi penyimpanan dan penggunaan
yang sesuai rekomendasi. Stabil pada kondisi suhu dan tekanan normal.
Cenderung menyerap uap air dari udara dan menjadi cair.
8.2. Kondisi yang Harus Dihindari (8,9,11,13)
Hindarkan kontak dengan asam karena dapat menghasilkan gas sulfur
dioksida yang sangat toksik jika terhirup. Hindarkan terpapar suhu tinggi
(100oC atau lebih), cahaya, kelembaban, air, dan bahan tak tercampurkan.
8.3. Bahan Tak Tercampurkan (6,9,10,12,13)
Bahan pengoksidasi, air/kelembaban, asam kuat, natrium nitrit, halogen,
logam nitrat, timbal, merkuri, garam perak, klorat, permanganat, iodin.
8.4. Dekomposisi (6,9,10,11)
Produk berbahaya hasil penguraian berupa karbon monoksida, karbon
dioksida, natrium oksida, oksida sulfur (SOx), hidrogen sulfida.
8.5. Polimerisasi (7,10,11,12)
Tidak akan terjadi polimerisasi yang berbahaya.

9. BATAS PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI


8
9.1. Ventilasi (7,10,12)
Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat atau ventilasi yang
memadai agar kandungan kontaminan di udara tetap berada di bawah
batas paparan.
9.2. Perlindungan Mata (8,10,11)
Kenakan kacamata pengaman dengan pelindung bagian sisi wajah atau
kenakan penutup seluruh wajah jika ada kemungkinan terpercik bahan
kimia. Sediakan kran pencuci mata darurat serta semprotan air deras
dekat dengan tempat kerja.
9.3. Pakaian (6,10)
Kenakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia. Penggunaan
pelindung tubuh disesuaikan dengan kondisi potensi paparan.
9.4. Sarung Tangan (6,8)
Kenakan sarung tangan yang tahan bahan kimia.
9.5. Respirator (8,10)
Kenakan pelindung pernapasan jika ventilasi tidak memadai. Kenakan
respirator dengan masker seluruh wajah yang dilengkapi filter P2/P3 atau
respirator penyuplai udara yang bertenaga dan dilengkapi filter P2 atau
respirator yang disetujui (NIOSH tipe N95).
Peringatan: Respirator pemurni udara tidak memberikan perlindungan
kepada pekerja pada kondisi kurangnya kadar oksigen di udara (13).

10. DAFTAR PUSTAKA


1. Burkhardt, C. Thiosulfate, Sodium in Poisoning & Drug Overdose Fifth
Ed. Olson, K.R., et al. (Eds.). McGraw-Hill Companies, Inc./Lange Medical
Books. New York. 2007.
2. Hoffman, R.S. et al. Goldfrank’s Manual of Toxicologic Emergencies.
McGraw-Hill Companies, Inc. New York. 2007
3. Sentra Informasi Keracunan (SIKer) dan tim. Pedoman Penatalaksanaan
Keracunan untuk Rumah Sakit. 2001
4. True, B. and R.H. Dreisbach. Dreisbach’s Handbook of Poisoning:
Prevention, Diagnosis and Treatment, Thirteenth Ed. CRC Press. Boca
Raton. 2001.
9
5. http://www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics1138.htm (diunduh April
2014)
6. http://datasheets.scbt.com/sc-215888.pdf (diunduh April 2014)
7. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927607 (diunduh April
2014)
8. http://www.vinvicta.com.au/information/SodiumThiosulphateMSDS.pdf
(diunduh April 2014)
9. http://www.clayton.edu/portals/690/chemistry/inventory/MSDS sodium
thiosulfate.pdf (diunduh April 2014)
10. http://colonialchemicals.com/uploads/Products/Sodium Thiosulfate
Pentahydrate/Sodium Thiosulfate Pentahydrate2_MSDS.pdf (diunduh April
2014)
11. http://www.cleartech.ca/msds/sodiumthio.pdf (diunduh April 2014)
12. http://www.chem.tamu.edu/class/majors/msdsfiles/msdssodiumthiosulfate.h
tm (diunduh April 2014)
13. http://www.ch.ntu.edu.tw/~genchem99/msds/exp19/Na2S2O3.pdf (diunduh
April 2014)
14. http://www.mims.com/USA/drug/info/sodium thiosulfate/ (diunduh April
2014)
15. http://www.dako.com/download.pdf?objectid=119655003 (diunduh April
2014)
16. http://toxnet.nlm.nih.gov/cgi-bin/sis/search (diunduh April 2014)
17. http://chem.sis.nlm.nih.gov/chemidplus/rn/7772-98-7 (diunduh April 2014)
18. http://www.thiosulfate.info/prescribing/ (diunduh April 2014)
19. http://www.hach-lange.ma/countrysites/action_q/ (diunduh April 2014)
20. http://www.chemcas.com/msds_archive/part2/cas/gw_msds/aquariumphar
m_com---proper_ph_65_032608.asp (diunduh Juli 2014)

10

Anda mungkin juga menyukai