Anda di halaman 1dari 25

ALUMINIUM DAN SENYAWANYA

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari sifat – sifat aluminium dan persenyawaannya
B. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Tabung reaksi 12 buah
b. Rak tabung reaksi 2 buah
c. Pembakar spiritus 2 buah
d. Kaki tiga dan kasa asbes 1 buah
e. Pipet tetes 5 buah
f. Botol semprot 1 buah
g. Penjepit tabung 2 buah
h. Gelas ukur 10 mL 2 buah
i. Spatula 1 buah
j. Corong biasa 2 buah
k. Neraca analitik 1 buah
l. Kaca arloji 1 buah
m. Pinset 1 buah
n. Batang pengaduk 1 buah
o. Lap kasar 1 buah
p. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Kristal aluminium trioksida (Al2O3)
b. Kristal magnesium oksida (MgO)
c. Kristal aluminium klorida (AlCl3)
d. Kristal magnesium klorida (MgCl2)
e. Larutan aluminium klorida 2 M (AlCl3)
f. Larutan magnesium klorida 0,1 M (MgCl2)
g. Ammonia (NH3)
h. Natrium hidroksida 0,1 M dan 2 M (NaOH)
i. Asam klorida 0,1 M dan 2 M (HCl)
j. Aquades (H2O)
k. Metil violet
l. Indikator universal
m. Kertas saring
n. Tissu
o. Korek api
p. Label
C. HASIL PENGAMATAN
1. Sifat Aluminium Hidroksida
NO Perlakuan Hasil
1. 2 mL AlCl3 2 M + 5 tetes NH3 Larutan tidak berwarna
+ NH3 berlebih Larutan tidak berwarna
2. 2 mL AlCl3 + 5 tetes NaOH Sedikit endapan putih
 Endapan + 2 tetes NaOH berlebih Lariutan keruh + endapan
 Endapan+ 5 tetes HCl berlebih Larutan tak berwarna
3. 2 mL AlCl3 + 2 mL NaOH Larutan keruh
Disaring dan dicuci dengan air Terdapat endapan putih
Endapan + metil violet Endpan warna ungu
2. Membandingkan Aluminium Klorida dengan Magnesium Klorida
NO Perlakuan Hasil
1. 1 sendok AlCl3 anhidrat + dipanaskan Sebagian serbuk meleleh
1 sendok MgCl2 anhidrat + dipanaskan Seluruh serbuk meleleh
2. 1 sendok AlCl3 + 20 tetes H2O Seluruh serbuk larut dalam air
+ diukur pH Larutan tak berwarna, pH = 4
1 sendok MgCl2 + 20 tetes H2O Sebagian serbuk larut dalam air
+ diukur pH Larutan tak berwana, pH = 5
3. MembandingkanSifatAsam-Basa Al2O3danMgO
NO Perlakuan Hasil
1. 0,1 gr Al2O3 anhidrat + 3 mL H2O Larutan tidak berwarna
+ diukur pH pH = 6
0,1gr MgO anhidrat + 3 mL H2O Larutan berwana putih
+ diukur pH pH = 9
2. 0,1 gr Al2O3 anhidrat + 3 mL HCl 0,1 M + Larutan tidak berwarna
pH diukur pH = 1
0,1gr MgO anhidrat + 3 mL HCl 0,1 M + Larutan berwarna putih
pH diukur pH = 10
3. 0,1 gr Al2O3 anhidrat + 3 mL NaOH 0,1 M Larutan tidak berwarna
+ pH diukur pH = 13
0,1gr MgO anhidrat + 3 mL NaOH 0,1 M larutan berwarna putih
+ pH diukur pH = 14
4. Membandingkan Sifat Basa Ion Aluminiumdan Ion Magnesium
NO Perlakuan Hasil
1. 3 mL AlCl3 0,1 M + pH diukur Larutan tidak berwarna, pH = 3
3 mL MgCl2 0,1 M + pH diukur Larutan tidak berwarna, pH = 6
2. 3 mL AlCl3 0,1 M + 3 mL NaOH 0,1 M Larutan tidak berwarna
+ diukur pH pH = 4
3 mL MgCl2 0,1 M + 3 mL NaOH 0,1 M Larutan tak berwarna
+ diukur pH pH = 10

D. PEMBAHASAN
Aluminium adalah logam berwarna putih keperakan dengan kerapatan yang rendah. Jika logam
aluminium bersifat tahan korosi karena apabila logam aluminium dibakar oleh udara makan akan ada selaput
tipis dari senyawa oksidasi Al2O3 yang akan menutupi, namun lapisan tersebut akan terbakar apabila dibiarkan
dalam udara (Tim Dosen Kimia, 2019: 1). Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat logam
aluminium dan persenyawaannya. Prinsip kerja yaitu, pengukuran, pencampuran, pelarutan, pemanasan, dan
penyaringan. Dalam percobaan ini dilakukan 4 macam percobaan yaitu menentukan sifat aluminium
hidroksida, membandingkan aluminium klorida dengan magnesium klorida, membandingkan sifat asam-basa
Al2O3 dan MgO, dan membandingkan sifat basa ion aluminium dan ion magnesium.
1. Sifat Aluminium Hidroksida
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui sifat aluminium hidroksida, dimana garam
aluminium yang digunakan adalah aluminium klorida (AlCl3) yang ditambahkan dengan ammonia. Larutan
yang dihasilkan dari pencampuran kedua laruan yaitu larutan berwarna bening. Hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan teori, dimana menurut teori yang mana reaksi antara Al3+ dan NH3 yang merupakan reaksi
pembentukan endapan Al(OH)3 dan ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa reaksi aluminium dengan
ammonia akan terbentuk endapan putih seperti gelatin(Svehla, 1985: 266). Ketidaksesuaian hasil yang
diperoleh dengan teori disebabkan larutan yang digunakan telah jenuh yang ditandai adanya endapan pada
larutan yang diakibatkan penyimpanan larutan yang telah lama sehingga kualitas dari larutan menurun.
Reaksi yang terjadi yaitu:
AlCl3 + 3NH4OH Al(OH)3 + 3NH4Cl
Langkah selanjutnya yaitu ditambahkan larutan amonia berlebih dan larutan berubah menadi bening . yang
berarti Al(OH)3 larut dalam ammonia berlebihan. Kelarutan berkurang dengan
adanya garam-garam ammonium, disebabkan oleh efek ion sekutu dan hal ini menunjukan Al(OH)3 yang
terbentuk dari penambahann amonia berlebih telah menjadi ion kompleks tetrahidroksialuminat [Al(OH)4]-
(Svehla, 1985: 266).
Al(OH)3 + NH4OH [ Al(OH)4]- + NH4+
Percobaan selanjutnya yaitu larutan AlCl3 ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH dan
menghasilkan sedikit endapan putih pada larutan. Hal ini sesuaidengan teori, dimana apabila larutan
aluminium direaksikan dengan natrium hidroksida makaakan menghasilkan endapan putih aluminium
hidroksida (Svehla, 1985: 267). Adapun reaksinya yaitu:
AlCl3 + 3NaOH Al(OH)3 + 3NaCl
Selanjutnya endapan yang terbentuk dibagi menjadi dua, dan pada tabung reaksi pertama ditambahkan larutan
NaOH berlebih menyebabkan larutan menjadi keruh dan terdapat endapan. Secara teori endapan akan melarut
dalam reagensia (NaOH) berlebihan dan membentuk ion kompleks tetrahidrosoaluminat [Al(OH)4]- (Svehla,
1985: 267). Adapun reaksinya yaitu:
Al(OH)3 + NaOH [Al(OH)4]- + Na+
Pada tabung kedua endapan ditambahkan dengan larutan HCl encer dan menghasilkan larutan tidak
berwarna yang disebabkan endapan larut kedalam larutan HCl encer dan penambahan suatu asam (HCl) yang
berlebih menyebabkan hidroksida yang diendapakn melarut lagi. Hal ini sesuai denga teori yang mengatakan
bahwa Al(OH)3 bersifat amfoter karena bereaksi dengan basa dan asam (Ibnu, 2004: 71). Adapun reaksinya
yaitu:
Al(OH)3 + 3HCl AlCl3 + 3H2O
Percobaan selanjutnya yaitu larutan garam AlCl3 direaksikan dengan NaOH dan menghasilkan larutan
keruh. Larutan kemudian disaring untuk memisahkan antara endapan dengan air yang bertujuan untuk
menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan. Hasil dari penyaringan yairu endapan berwarna putih.
Selanjutnya endapan ditetesi dengan beberapa tetes metil violet, karena tingkat pH metil violet adalah pH basa
maka diperoleh endapan berwarna ungu maka endapan Al(OH)3 yang diperoleh bersifat basa. Metal violet
memiliki trayek pH sekitar 0,5-15. Jika pH < 0,5 akan menunjukkan perubahan menjadi kuning dan jika pH >
1,5 perubahan menjadi ungu. Dari hasil percobaan diperoleh endapan menjadi ungu. Hal ini menunjukkan
bahwa endapan memiliki trayek pH > 1,5. Adapun reaksi yang terjadi:
AlCl3(s) + 3NaOH(aq) Al(OH)3(aq) + 3NaCl(aq)
2. Membandingkan Aluminium Klorida dengan Magnesium Klorida
Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan sifat dari senyawa aluminium klorida dengan
magnesium klorida. Perlakuan pertama yaitu serbuk AlCl3 anhidrat dipanaskan dan
diperoleh sebagian serbuk meleleh. Hal ini disebabkan terjadinya pelepasan gas Cl2 dan luminium oksida.
Adapun reaksinya yaitu:
2 AlCl3 + 3/2O2 → Al2O3 +3 Cl2
Proses pemanasan aluminium klorida serbuk hanya sebagian yang meleleh, hal ini ditandakan bahwa titik
leleh aluminium sangat tinggi, yaitu 659°C sehingga aluminium klorida akan menyublim dan berkumpul pada
bagian bawah tabung reaksi. Adapun reaksinya yaitu:
2 Al + 3 Cl2 → 2 AlCl3
Kemudian serbuk MgCl2 anhidrat yang dipanaskan hasil yang diperoleh yaitu sebagian serbuk meleleh. Hal
ini disebabkan terjadinya pelepasan gas klor dan magnesium oksida Adapun reaksinya yaitu:
MgCl2 + 1/2O2 → MgO + Cl2
Proses pemanasan aluminium klorida serbuk hanya sebagian yang meleleh, hal ini ditandakan bahwa titik
leleh aluminium sangat tinggi, yaitu 659°C sehingga aluminium klorida akan menyublim dan berkumpul pada
bagian bawah tabung reaksi. Adapun reaksinya yaitu:
2 Al + 3 Cl2 → 2 AlCl3
Perlakuan kedua untuk mengetahui pengaruh air terhadap aluminium klorida dan magnesium klorida.
yaitu dengan menggunakan kristal AlCl3 anhidrat yang direaksikan dengan H2O dan diperoleh AlCl3 larut
dalam air. Kemudian larutan diukur pHnya menggunakan indikator universal, pH dari larutan yaitu pH= 4, hal
ini menandakan bahwa larutan bersifat asam. Sedangkan pada MgCl2 yang direaksikan dengan air
menghasilkan pula larutan yang bening (larut dalam air) dengan pH= 5, hal ini menandakan larutan bersifat
asam. Namun AlCl3 lebih bersifat asamdibandingkan MgCl2.Adapun reaksinya yaitu:
AlCl3 (s) + 6H2O (ℓ) [Al(H2O)6]3+ (aq) + 3Cl- (aq)
Magnesium klorida direaksikan dengan air akan menghasilkan larutan heksakuamagnesium dan klor. Adapun
reaksinya:
MgCl2 (s) + 6H2O (ℓ) [Mg(H2O)6]2+ (aq) + 2Cl- (aq)
Hal lain karena dalam kristal MgCl2, panas yang dibutuhkan untuk mengatasi daya tarik diantara ion-ion juga
besar ini disebabkan karena muatannya yang hanya +2 atau jumlah ion kloridanya dua kali lebih banyak dari
ion magnesium sedangkan pada kristal AlCl3 jumlah ion kloridanya 3 kali lebih banyak dari pada ion
aluminiumnya sehingga panas yang dibutuhkan untuk mengatasi daya tarik diantara ion-ion lebih kecil
dibanding magnesium. Aluminium klorida mempunyai sifat yang mudah larut daripada magnesium klorida.
3. Membandingkan Sifat Asam-Basa Al2O3 dan MgO
Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan sifat asam dan sifat basa dari Al2O3 dan MgO. Pada
percobaan ini, Al2O3 direaksikan dengan dengan H2O menghasilkan larutan
tidak berwarna, dengan pH = 6 yang berarti larutan bersifat asam. Sedangkan pada larutan magnesium oksida
yang direaksikan dengan air akan menghasilkan larutan keruh (suspense) yang berwarna putih dengan pH 9
yang menandakan larutan bersifat basa. Hal ini menunjukkan MgO sedikit larut dalam air hal ini telah sesuai
dengan teori yaitu larutan yang diperoleh bersifat basa (Svehla, 1985:304). Reaksinya yaitu:
Al2O3 + H2O Al2O4H2
MgO(s) + H2O(l) → Mg (OH)2(l)
Percobaan selanjutnya yaitu Al2O3 ditambahkan HCl diperoleh larutan tidak berwarna. Hal ini berarti
aluminium oksida bereaksi dengan HCl encer menghasilkan larutan aluminium klorida. Kemudian larutan
diukur pHnya dimana apabila Al2O3 direaksikan dengan asam maka akan dan diperoleh pH=1. Hal ini
berarti larutan bersifat asam. Adapun reaksinya:
Al2O3 + 6 HCl 2 AlCl3 + 3 H2O
Sedangkan pada MgO yang ditambahkan HCl diperoleh pula larutan berwarna putih. Hal ini berarti MgO
bereaksi dengan HCl encer untuk menghasilkan larutan MgCl2. Kemudian larutan diukur pHnya dan diperoleh
pH= 10. Hal ini menandakan MgO bersifat. Dalam percobaan ini telah sesuai dengan teori yaitu MgO
bereaksi dengan HCl encer untuk menghasilkan larutan MgCl2 yang bersifat basa (Svehla, 1985). Reaksinya
yaitu:
MgO + 2 HCl MgCl2 + H2O
Percobaan selanjutnya, Kristal aluminium oksida direaksikan dengan NaOH yang menghasilkan
larutan tidak berwarna dengan pH=13 yang bersifat basa. Hal ini menandakan kristal aluminium oksida
bereaksi dengan NaOH menghasilkan NaAlO3 dan gas H2. Reaksinya yaitu:
Al2O3 + NaOH 2NaAlO3 + 3H2
Sedangkan pada kristal magnesium oksida direaksikan dengan NaOH menghasilkan larutan berwarna
putih dengan pH 14 yang menandakan larutan bersifat basa. Hal ini menandakan Kristal magnesium oksida
bereaksi dengan NaOH yaitu menghasilkan Mg(OH)2 dan Na+. Reaksinya yaitu:
MgO + NaOH Mg(OH)2 + 2Na+
4. Membandingkan Sifat Basa Ion Aluminium dan Ion Magnesium
Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan sifat basa ion aluminium dan ion magnesium. Pada
percobaan ini pertama mengukur pH larutan. Pada larutan Aluminium klorida 0,1 M diperoleh pH=3 yang
berarti larutan bersifat asam dengan warna larutan tidak berwarna. Sedangkan pada larutan MgCl 2 0,1 M
diperoleh pH=6 yang bersifat asam dengan larutan tidak berwarna.
Selanjutnya larutan aluminium klorida direaksikan dengan NaOH 0,1 M akan menghasilkan larutan
Al(OH)3 yang tidak berwarna dan akan menghasilkan larutan tetrahidroksil aluminium saat ditambahkan
larutan NaOH berlebih. Kemudian larutan diukur pH dan diperoleh pH larutan yaitu pH= 4 yang berarti
larutan bersifat asam. Reaksinya yaitu:
AlCl3 + 3NaOH → Al(OH)3↓ + 3 NaCl
Al(OH)3↓ + NaOH → [𝐴𝑙(𝑂𝐻)4]- + Na+
Pada larutan MgCl2 0,1 M direaksikan dengan NaOH 0,1 M dan menghasilkan larutan tidak berwarna dengan
pH= 10. Reaksinya yaitu
MgCl2 + 3NaOH → Mg(OH)2↓ + 2NaCl
Mg(OH)2 + NaOH
Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori (Sugiyarto, 2004), bahwa jika larutan garam aluminium dan
magnesium direaksikan dengan basa (NaOH) akan membentuk endapan Al(OH)3 dengan keasaman garam
aluminium lebih besar. Yang mana aluminium dengan pH=4 dan garam magnesium dengan pH= 9.
Al(OH)3 + NaOH dan MgCl2 +NaOH pH Al(OH)3 + NaOH pH MgCl2 +NaOH
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan:
a. Sifat aluminium hidroksida adalah Al(OH)3 dapat larut dalam pH asam maupun basa sedangkan
ammonia akan membentuk Al(OH)3. Yang berarti aluminium hidroksida bersifat amfoter. Endapan
seperti gel terbentuk disebut dengan gel aluminium.
b. Aluminium klorida mempunyai titik leleh yang tinggi dibandingkan dengan magnesium klorida.
c. Aluminium klorida kelarutannya lebih besar dibandingkan dengan magnesium klorida
d. Magnesium oksida dan aluminium oksida mempunyai sifat basa.
e. Ion aluminium memilki sifat basa yang kuat dibandingkan dengan ion magnesium yang sifat basanya
lebih lemah.

PEMBUATAN NATRIUM TIOSULFAT


A. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat-sifat kimianya.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Heating Mantel (1 buah)
b. Neraca Analitik (1 buah)
c. Kondensor refluks (1 buah)
d. Labu bundar 250 mL (1 buah)
e. Gelas ukur 10 mL (1 buah)
f. Gelas kimia 100 mL dan 50 mL (@1 buah)
g. Kaki tiga dan kasa asbes (1 buah)
h. Pembakar spiritus (1 buah)
i. Tabung reaksi (4 buah)
j. Rak tabung reaksi (1 buah)
k. Kaca arloji (1 buah)
l. Batang pengaduk (1 buah)
m. Spatula (1 buah)
n. Botol semprot (1 buah)
o. Corong biasa (1 buah)
p. Corong Buchner (1 buah)
q. Labu Erlenmeyer 100 mL (1 buah)
r. Pompa vakum dan selang (1 buah)
s. Pipet tetes (1 buah)
t. Klem kayu (1 buah)
u. Lap kasar dan lap halus (@1 buah)
v. Korek api (1 buah)
2. Bahan
a. Natrium Sulfit (Na2SO3)
b. Serbuk belerang (S8)
c. Larutan Iod 0,1 M dalam larutan KI (I2)
d. Larutan asam klorida encer (HCl(e))
e. Aquades (H2O(l))
f. Es batu (H2O(s))
g. Natrium tiosulfat pentahidrat (Na2S2O3.5H2O)
h. Natrium tiosulfat dekahidrat (Na2S2O3.10H2O)
i. Aluminium foil
j. Tissue
k. Kertas saring whatman
l. Kertas saring biasa
m. Batu didih

C. HASIL PENGAMATAN
1. Pembuatan Natrium tiosulfat
No. Reaksi Hasil Pengamatan
1. 10 gram Na2S2O3 + 20 mL H2O + 1,8 gram S Belerang mengapung diatas larutan.
(putih) (bening) (kuning)
2. Direfluks selama 1 jam Belerang tidak tercampur dengan
larutan.
3. Larutan disaring Diperoleh filtrat bening.
4. Larutan diuapkan ½ volume awal Diperoleh1/2 volume awal = 22 mL
5. Didinginkan dengan es batu Terbentuk endapan putih.
6. Larutan disaring Diperoleh kristal berwarna putih
7. Kristal dikeringkan dan ditimbang 1,502 gram
2. Mempelajari sifat-sifat Natrium tiosulfat
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Pengaruh pemanasan
a. Na2S2O3. 5 H2O dipanaskan 12 detik
b. Na2S2O3. 10 H2O dipanaskan 17 detik
2. Reaksi dengan iod
1 gram Na2S2O3.5 H2O + 10 mL H2O Larutan tidak berwarna
+ 2 mL Iod Larutan tidak berwarna
3. Pengaruh asam encer
1 gram Na2S2O3.5 H2O + 3 mL H2O Larutan tidak berwarna
+ HCl 0,1 Berwarna putih berbau tengik
D. ANALISIS DATA
Dik : Massa Na2SO3 = 10,008 gram
Massa S8 = 1,801 gram
Volume H2O = 20 mL = 20 gram
Massa praktek = 1,502 gram
Mr Na2SO3 = 126 gr/mol
Mr S8 = 32 gr/mol
Mr Na2S2O3.5H2O = 248 gr/mol
Dit : % Rendemen =….?
Penyelesaian :
m
n Na2SO3 =Mr
10,008 gram
=
126 gr/mol
= 0,079 mol
m
n S8 =Mr
1,801 gram
= 256 gr/mol
= 0,007 mol
m
n H2O =Mr
20 gr
=
18 gr/mol
= 1,111 mol

8 Na2SO3 + S8 + 4H2O 8Na2S2O3.5H2O


Mula-mula : 0,079 mol 0,007mol 1,111 mol -
Reaksi : 0,056 mol 0,007 mol 0,28 mol 0,056 mol
Setimbang : 0, 23 mol - 0,831 mol 0,056 mol

Massa teori= (n x Mr) Na2S2O3.5H2O


= 0,056 mol x 248 gram/mol
= 13, 888 gram
massa praktek
% rendemen = massa teori x 100%
1,502 gram
= x 100 %
13,888 gram
= 10,815%
E. PEMBAHASAN
Natrium tiosulfat merupakan padatan yang larut dalam air dan tidak larut dalam etanol lazimnya
dijumpai sebagai penta hidrat. Senyawa ini merupakan hasil reaksi dari reaksi sulfur dioksida dengan
suspensi sulfur dalam larutan natrium hidroksida mendidih.larutan natrium sulfatmudah teroksidasi diudara
dan mudah bereaksi dengan asam menghasilkan sulfur dan sulfur dioksida. Sulfur merupaka unsur penting
bagi makhluk hidup sulfur memiliki berbagai bentuk alotrop (Daintith, 1997: 404-405). Percobaan ini
bertujuan untuk mempelajari pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat-sifat kimianya. Adapun prinsip
dasar dari percobaan ini yaitu perefluksan serbuk belerang dengan natrium sulfit pada suhu yang cukup tinggi.
melalui tehnik pengkristalan filtrat (kristalisasi). Sedangkan prinsip kerjanya yaitu perefluksan dan kristalisasi.
Pada percobaan ini dilakukan beberapa aktivitas, yaitu pembuatan Na2S2O3.5H2O dan mempelajari sifat-sifat
kimia natrium tiosulfat.
1. Pembuatan natrium tiosulfat 5-hidrat (Na2S2O3.5H2O)
Pada percobaan ini natrium tiosulfat diperoleh dengan merekasikan natrium sulfit dengan sulfur dalam
bentuk S8. bentuk dari sulfur ada dua jenis yaitu bentuk monoklin dan rombik. Pada temperatur di bawah
960C, sulfur stabil dalam bentuk rombik. Sedangkan di atas temperatur tersebut sulfur stabil dalam bentuk
monoklin. Dalam dua struktur tersebut, molekul sulfur membentuk cincin yang mengandung 8 atom. Pada
molekul sulfur, harus dilakukan pemutusan cincin terlebih dahulu agar sulfur dapat bereaksi (Tim Dosen,
2019: 6).
Larutan direfluks dengan melarutkannya dalam air, prinsip dasar refluks adalah pelarut volatile yang
digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan oleh kondensor hingga pelarut akan tetap
ada selama reaksi berlangsung. Prinsip kerja dari refluks adalah pemanasan, penguapanm pendinginan serta
pengembuanan. Tujuan dari proses refluks itu sendiri yaitu untuk memutuskan struktur molekul sulfur yang
membentuk cincin dengan 8 atom sehingga dapat bereaksi dengan natrium sulfit. Cincin yang dibentuk sulfur
sebagai berikut:
2 2 6 2 4
16S = 1s 2s 2p 3s 3p

S8
Berdasarkan gambar 1.1. Proses refluks belerang tidak bercampur dengan larutan. Filtrat yang
diperoleh disaring dalam keadaan panas. Fungsi dari penyaringan ini yaitu untuk memisahkan filtrate dan
residu dimana filtrate yang diperoleh adalah berwarna bening dan residu berwarna putih kekuningan.
Penyaringan dilakukan oada keadaan panas agar mencegah terbentuknya Kristal pada kertas saring. Filtrat
yang diperoleh tidak berwarna dan residu berwarna kekuningan. Filtrat kemudian diuapkan di atas cawan
penguap untuk menguapkan air yang terkandung dalam larutan agar mempermudah proses pengkristalan.
Cawan penguap digunakan agar proses penguapan dapat berjalan lebih cepat. Adapun prinsip dasar kristalisasi
adalah pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam sebuah campuran homogen/larutan, sehingga terbentuk
kristal dari zat terlarutnya karena suatu larutan dalam kondisi lewat jenuh dimana pelarut sudah tidak mampu
melarutkan zat terlarutnya. Hasil dari penguapan diperoleh volume 11 mL dimana volume awal sebelum
penguapan yaitu 22 mL.
Tahap selanjutnya yaitu larutan didinginkan dengan air dingin, karena kristal lebih cepat terbentuk
pada suhu dingin karena pada suhu dingin, pergerakan molekul pada larutan akan semakin lambat sehingga
terjadi pembekuan yang membentuk Kristal. Pada tahap ini terbentuk endapan putih pada larutan, dimana
endapan tersebut merupakan kristal natrium tiosulfat pentahidrat. Selanjutnya Kristal yang terbentuk disaring
untuk memisahkan filtrate dengan kristal dan diperoleh kristal berwarna putih. Kristal yang diperoleh
kemudian dikeringkan, fungsi dari pengeringan adalah agar massa air yang masih terdapat pada kristal tidak
mempengaruhi proses penimbangan.
Berdasarkan gambar 1.3. Kristal kering yang diperoleh kemudian ditimbang dan diperoleh kristal
sebanyak 1,502 gram dengan persen rendemen rendemen 10,815% yang artinya jika dari 100 gram hasil yang
seharusnya maka hanya terdapat 10,815% gram hasil yang diperoleh. Berat yang diperoleh tidak sesuai
dengan teori yaitu 12,4992 gram, hal ini dikarenakan pada proses penrefluksan terjadi pemberhentian proses
refluks sehingga kristal yang diperoleh kurang banyak, karena proses penrefluksan sangat mempengaruhi
banyaknya kristal yang terbentuk. Adapun reaksi yang terjadi:
8Na2SO3 (aq) + S8 (s) + 40H2O (l) → 8 Na2S2O3.5H2O (s)
2. Mempelajari sifat-sifat kimia natrium tiosulfat
Dalam percobaan ini, ada 3 macam cara yang dilakukan untuk mempelajari sifat-sifat dari garam
natrium tiosulfat. Diantaranya dalam percobaan ini akan dilakukan pemanasan, reaksi terhadap iod, dan
pengaruh terhadap asam encer.
a. Pengaruh pemanasan
Pada pengujian ini bertujuan untuk melihat kestabilan termal antara Na2S2O3.5H2O dan
Na2S2O3.10H2O. pada tahap ini Na2S2O3.5H2O dan Na2S2O3.10H2O dipanaskan, dari percobaan yang
dilakukan Na2S2O3.5H2O lebih cepat larut dibandingkan Na2S2O3.10H2O.. Dimana waktu yang diperlukan
oleh Na2S2O3.5H2O untuk meleleh yaitu 12 detik sedangkan Na2S2O3.10 H2O 17 detik. Hal ini dikarenakan
Na2S2O3.5H2O lebih sedikit mengandung air sehingga membutuhkan waktu yang kebih sedikit untuk larut,
sedangkan Na2S2O3.10H2O lebih lama. Dengan kata lain, proses pelepasan hidrat dari Na2S2O3.5H2O dalam
bentuk molekul air keudara lebih cepat dibandingkan Na2S2O3.10H2O. Hal ini telah sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa senyawa dengan daya ikat airnya lebih rendah, kecepatan melelehnya akan lebih tinggi
(Failisnur, 2013: 15).
Adapun reaksi yang terjadi:
Na2S2O3.5H2O(s) ∆ Na2S2O3 (g) + 5H2O (l)
Na2S2O3 (g) ∆ 2Na+ + S2O32-
b. Reaksi dengan iod
Percobaan ini dilakukan dengan melarutkan kristal Na2S2O3.5 H2O direaksikan dengan air kemudian
ditambahkan dengan larutan iod. Hasil dari pereaksian ini menghasilkan larutan menjadi tidak berwarna Peda
perlakuan ini terjadi reaksi redoks. Dimana reaksi redoks adalah reaksi gabungan dari reaksi reduksi dan
oksidasi (Kusumawati, 2008: 2). Dalam hal ini I2 mengalami reduksi menjadi I- dan biloksnya mengalami
perubahan dari 0 menjadi -1. Sedangkan 2S2O32- mengalami oksidasi menjadi S4O62- , dan biloksnya
meningkat dari -4 menjadi -2. Dalm hal ini I2 sebagai oksidator sedangakan S2O32- bertindak sebagai
reduktor. Adapun penyebab larutan menjadi tidak berwarna karena ion tiosulfat merupakan pengoksidator
kuat sehingga dapat mereduksi I2 menjadi I- yang menyebabkan larutan bening. Hal ini sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa natrium tiosulfat merupakan suatu senyawa pereduksi (reduktor) (Jumaing, 2017:
237).
Adapun reaksinya yaitu:
2Na2S2O3 (aq) + I2 (aq) 2NaI(aq) + Na2S4O6 (aq)
Oksidasi : 2 S2O3 S4O62- + 2e
Reduksi : I2 + 2e 2I-
2S2O32- + I2 S4O62- + 2I-
Reaksi lengkap : 2Na2S2O3 + I2 Na2S4O6 + 2NaI
c. Reaksi dengan HCl encer
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asam encer terhadap natrium tiosulfat. Pada
percobaan ini Na2S2O3.5 H2O direaksikan dengan air menghasilkan larutan tak berwarna. Kemudin larutan
direaksikan dengan larutan HCl 0,1M dan menghasilkan larutan berwarna putih endapan putih serta gas
berbau sulfur. Hal ini telah sesuai dengan teori yaitu apabila natrium tiosulfat direaksikan dengan asam
klorida encer tak terjadi perubahan segera dalam keadaan dingin dengan larutan tiosulfat, cairan akan menjadi
keruh karena pemisahan belerang dan larutan terdapat asam sulfit. Bau yang dihasilkan karena pada saat
natrium tiosulfat direaksikan dengan HCl akan terbentuk gas SO2 yang menjadikannya berbau sulfur
(Svehla, 1985: 325).
Reaksi yang terjadi yaitu:
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) H2S2O3 (aq) + 2NaCl (aq)
H2S2O3 (aq) SO3 (s) + S(g) + H2O(l)
F. KESIMPULAN
Garam natrium tiosulfat dapat dibuat dengan mereaksikan natrium sulfit dengan aquades dan belerang.
Kristal yang diperoleh sebanyak 1,502 gram dengan rendemen sebesar 10,815 %.
Sifat-sifat natrium tiosulfat:
 Natrium tiosulfat pentahidrat kebih cepat larut dibandingkan natrium tiosulfat dekahidrat. Dimana
natrium tiosulfat pentahidrat membutuhkan waktu 12 detik untuk meleh sedangkan natrium tiosulfat
dekahidrat. Membutuhkan waktu 17 detik untuk meleleh.
 Reaksi dengan iodin, berubah warna dari kuning menjadi bening dimana I2 bertindak sebagai oksidator
dan Na2S2O3 bertindak sebagai reduktor
 Reaksi dengan asam encer menghasilkan larutan berwarna putih dan berbau tengik
Fotokimia Reduksi Ion Besi (III)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Memepelajari reaksi reduksi ion besi (III) secara fotokimia dan mempelajari pemanfaatan cetak biru
B. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Gelas beker 500 mL (1 buah)
b. Gelas ukur 10 mL (1 buah)
c. Gelas ukur 100 mL (1 buah)
d. Pinset (3 buah)
e. Batang pengaduk (1 buah)
f. Piring (5 buah)
g. Lempeng kaca (4 buah)
h. Pipet tetes (3 buah)
i. Penjepit kertas (2 buah)
j. Botol semprot (1 buah)
k. Stopwatch (1 buah)
l. Kuas (2 buah)
m. Lampu (1 buah)
n. Lap halus (1 buah)
o. Lap kasar (1 buah)
2. Bahan
a. Larutan Asam Oksalat 0,5 M (H2C2O4)
b. Larutan Diamonium Hidrofosfat 0,5 M ((NH4)2PO4)
c. Besi (III) Klorida 0,5 M (FeCl3)
d. Larutan Heksasiano Ferrat (K3Fe[CN]6) 0,1 M
e. Larutan Kalium Bikromat 0,03 M (K2Cr2O7)
f. Larutan Asam Klorida (HCl)
g. Aquades (H2O)
h. Kertas kalkir
i. Kertas saring
j. HASIL PENGAMATAN
No. Perlakuan Aktivitas
1. 50 mL larutan FeCl3 (kuning) + 10 mL Larutan berwarna kuning kecokelatan
larutan (NH4)2HPO4
(bening)dimasukkan dalam ruang gelap
2. Larutan ditambahkan 50 mL H2C2O4 Larutan berwarna kuning
(bening)
3. - Kertas peka I (kertas kalkir) putih Kertas berwarna kuning
dicelupkan dalam larutan
- Kertas peka II (kertas saring) putih Kertas berwarna kuning
dicelupkan dalam larutan
4. Kertas peka I dan kertas peka II Kertas peka kering
dikeringkan menggunakan kertas
saring
5. Objek dibuat diatas kertas kalkir lain Kertas kalkir I : IV (hitam)
menggunakan tinta cina Kertas kalkir II : B17 (hitam)
6. Kedua kertas kalkir dikeringkan Kertas kalkir kering
7. Kedua kertas kalkir diletakkan diatas Terbentuk tulisan IV dan B17
kertas peka dan dijepit dengan dua
lempengan kaca
8. Kemudian disinari dengan lampu sorot Terbentuk tulisan IV dan B17
selama 5 menit
9. Kertas dicelupkan dalam larutan Kertas peka I : kuning, tampak obyek
K3[Fe(CN)6] (kuning) Kertas peka II : biru, tampak obyek
10. Kertas diangkat dan dicelupkan Kertas peka I : kuning, tampak obyek
kembali kedalam larutan K2Cr2O7 Kertas peka II : biru, tampak obyek
11. Kedua kertas dicuci dengan 10 mL HCl Kertas peka I : berwarna biru, obyek
0,1 M jelas
Kertas peka II : berwarna biru, obyek
jelas
12. Kemudian, kertas dicuci dengan air Kertas peka I : berwarna biru, obyek
kran sangat jelas
Kertas peka II : berwarna biru, obyek
sangat jelas
13. Kertas peka dikeringkan Kedua kertas peka berwarna biru dengan
objek sangat jelas.
PEMBAHASAN
Fotokimiamerupakan studi tentang proses fisik atau perubahan kimia yang terjadi dalam molekul pada
penyerapan radiasi yang sesuai. Definisi tentang fotokimia akan mencakup semua reaksi yang ditimbulkan
oleh semua radiasi dengan panjang gelombang mulai dari gelombang radio hingga reaksi sinar. Namun,
untuk tujuan praktis, radiasi cahaya dari wilayah spektrum elektromagnetik yang terlihat (400 hingga 800
nm) dan ultraviolet (200 hingga 400 nm) terutama bertanggung jawab untuk menghasilkan reaksi semacam
itu yang dikenal sebagai reaksi fotokimia. Oleh karena itu, definisi fotokimia dapat disimpulkan
sebagai studi tentang efek kimia yang dihasilkan oleh radiasi cahaya mulai dari 200 hingga 800 nm panjang
gelombang(Raj, 1987: 1).
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari reaksi reduksi besi (III) secara fotokimia dan mempelajari
kegunaan cetak biru.Prinsip dasar dalam percobaan ini yaitu reaksi reduksi ion besi (III) menjadi besi (II).
Sedangkan prinsip kerjanya meliputi proses pencampuran, pengadukan, pencelupan, penyinaran dan
pengeringan. Dalam percobaan ini, larutan besi (III) klorida, FeCl3 direaksikan dengan larutan diamonium
hidrofosfat. Penggunaan larutan FeCl3sebagai penyedian ion Fe3+, sedangkan larutan diamonium hidrofosfat
berfungsi untuk memperlambat proses reduksi besi III menjadi besi II yang berlangsung sangat cepat dengan
adanya sinar matahari. Penambahan asam oksalat dalam percobaan berfungsi sebagai reduktor yang akan
mereduksi besi (III) menjadi besi (II). Prosesreaksi ini dilakukan dalam ruang gelap juga untuk
memperlambat reaksi reduksi. Hal ini dikarenakan dengan adanya sinar atau cahaya maka proses reduksi
akan berlangsung lebih cepat, karena sinar matahari akan menyebabkan tumbukan antar partikel dengan
senyawa lebih cepat sehingga reaksi yang terjadi akan berlangsung lebih cepat juga.Adapun reaksi yang
terjadi yaitu :
FeCl3(aq) + (NH4)2HPO4(aq) FePO4(aq) + 2 NH4Cl(aq) + HCl(aq)
3+ 2+
Reduksi : Fe + e Fe x2
2-
Oksidasi : C2O4 2CO3 + 2e x1
3+ 2+
2 Fe + 2e 2 Fe
2-
C2O4 2CO2 + 2e
2 Fe + C2O42- 2 Fe2+ + 2CO3
3+

Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan kertas kalkir dan kertas saring biasa sebagai kertas
peka. Kertas saring dan kertas kalkir dicelupkan pada campuran dan dinyatakan sebagai kertas peka. Kertas
peka yang digunakan sebagai tempat untuk cetak biru. Kertas peka yang dibuat dengan dikeringkan
diruangan gelap yang bertujuan untuk memudahkan proses pengamatan. Kertas kalkir ini sifatnya transparan
sehingga mudah tembus cahaya dan pori-porinya juga rapat sehingga tinta tidak akan merambat pada kertas
kalkirpada proses penulisan obyek. Penulisan obyek dalam percobaan ini dilakukan dengan menggunakan
tinta cina. Tinta cina digunakan karena susunan partikelnya yang sangat rapat yangmenyebabkan tidak
tembus cahaya sehingga pemindahan objek dapat dengan mudah dengan adanya bantuan cahaya.
Kertas kalkir dan kertas saring yang akan digunakan sebagai kertas peka direndam dalam larutan besi yang
telah dibuat dan kemudian dikeringkan dengan cara meletakanya diatas kertas saring. Hal ini dilakukan
karena kertas saring memiliki pori-pori yang besar sehingga daya serapnya juga besar, maka proses
pengeringan akan berlangsung lebih cepat. Proses pengeringan disini bertujuan untuk mempercepat proses
reaksi redoks yang sebelumya dihambat. Kertas kalkir yang telah dikeringkan inilah yang kemudian menjadi
kertas peka, dimana kertas peka ini mengandung ion Fe2+ yang merupakan hasil dari proses reduksi Fe3+ oleh
asam oksalat. Selain itu terdapat pula ion Fe3+ yang belum bereaksi dengan asam oksalat yang kemudian akan
direduksi oleh cahaya menjadi Fe2+. Kertas kalkir yang sudah ditulisi dirangkai dengan kertas peka yang
kemudian keduanya dijepit oleh dua keping kaca. Penjepitan dilakukan agar proses pemindahan objek dapat
berlangsung dengan baik dan agar kertas kalkir, kertas peka dan kaca obyek benar-benar rapat. Objek
dipindahkan dengan cara kertas objek ditempelkan diatas kertas peka dan diapit oleh dua lempeng kaca.
Lempeng kaca berfungsi agar kertas objek dan kertas kalkir dapat menempel dengan rapat dan rapi sehingga
pemindahan objek yang dihasilkan lebih maksimal. Selain itu juga untuk menghindari pengaruh sinar cahaya
langsung pada objek yang dihasilkan akan terlihat jelas pada hasil akhir. Kertas peka dan kertas objek yang
diapit oleh dua lempeng kaca disinari dengan cahaya lampu. Fungsi penyinaran dengan cahaya lampu agar
pemindahan cetakan antara kertas peka dan kertas objek dapat berlangsung dengan baik. Tahap inilah ynag
disebut dengan fotokimia yaitu reaksi kimia yang dapat berlangsung dengan bantuan cahaya.
Pada saat penyinaran ini, Fe III direduksi oleh cahaya menjadi Fe II. Kertas peka dicelupkan ke dalam larutan
K3Fe(CN)6 sehingga menghasilkan kertas berwarna biru. Larutan K3Fe(CN)6 bertujuan untuk memberikan
warna biru pada kertas yang mengandung ion Fe II yang membentuk senyawa kompleks. Senyawa kompleks
inilah yang menghasilkan warna biru.Banyaknya ion besi (III) yang tereduksi menjadi besi (II) oleh pengaruh
cahaya dapat ditunjukkan oleh kepekatan warna biru (biru trunbull) pada kertas peka. Terbentuknya
kompleks Fe3[Fe(CN)6]2 sebagai hasil reaksi antara ion besi(II) dengan ion [Fe(CN)6]3-. Reaksi yang terjadi
adalah :
2FeC2O4 + 2K3[Fe(CN)6] Fe3[Fe(CN)6]2 + 3K2C2O4
Objek pertama yang berupa kertas saringdan objek kedua yang berupa kertas kalkir dicelupkan kedalam
K2Cr2O7 yang berfungsi untuk mengikat sisa reaksi dari ion heksasianoferrat (III) dan juga kelebihan ion
heksasianoferrat (III) yang bereaksi dengan Fe2+. Adapun reaksi yang terjadi, yaitu:
Setelah itu, dicuci dengan HCl yang berfungsi untuk mengikat kelebihan K2Cr2O7, dimana diperoleh pada
kertas kalkir berwarna biru tidak merata dan pada kertas saring biru tidak merata, adapun reaksinya:
Kemudian dicuci dengan air dimana tujuan dari pencucian tersebut untuk menghilangkan sisa reaksi yang
kelebihan HCl. Lalu dicuci dengan air kran yang berfungsi untuk mengikat kotoran-kotoran yang masih ada
pada objek.Adapun hasil yang diperoleh dari kertas peka I dan kertas peka II yaitu objek yang tercetak pada
kertas peka II lebih terlihat jelas jika dibandingkan dengan kertas peka I. Hal ini dikarenakan kertas peka II
digunakan kertas kalkir dimana kertas kalkir adalah kertas tembus pandang dengan struktur seperti sebuah
kaca bening yang dapat dilihat tembus dari permukaan kebagian belakang kertas kalkir sehingga objek dapat
dengan jelas terlihat sedangkan kertas saring memiliki pori-pori dan kertas tersebut tipis sehingga objek yang
diamati tidak terlalu jelas terlihat. Hasilyang diperoleh yaitu objek berwarna biru sesuai dengan teori (Svehla,
1985: 262) yang mengatakan bahwa hasil dari pencetakan berwarna biru reaksi antara besi II dan ion
heksasianoferrat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan dapat kami simpulkan bahwa fotokimia dapat dilakukan
dengan mereduksi ion besi (III) secara fotokimia dengan ion Fe3+ direduksi menjadi ion Fe2+ dengan bantuan
cahaya oleh karena itu dilakukan di ruang gelap. Reduksi besi (III) secara fotokimia dapat digunakan untuk
kepetingan cetak biru.Atau dengan kata lainreaksi reduksi ion besi (III)menjadi besi (II)secara fotokimia
sangat dipengaruhi oleh cahaya. Oleh sebab itu, dilakukan diruang gelap. Dengan adanya reduksi Fe III
secara fotokimia maka dapat digunakan untuk proses cetakan biru.
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam kompleks
tetrammintembaga (II) sulfat monohidrat sulfat.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Tabung reaksi besar dan kecil 5 buah
b. Gelas ukur 10 mL 1 buah
c. Pipet tetes 1 buah
d. Cawan penguap 1 buah
e. Gelas kimia 100 mL 2 buah
f. Gelas kimia 250 mL 1 buah
g. Gelas kimia 600 mL 1 buah
h. Gelas arloji 3 buah
i. Batang pengaduk 1 buah
j. Corong Buchner 1 buah
k. Pompa vakum 1 buah
l. Pembakar spiritus 1 buah
m. Kaki tiga 1 buah
n. Kasa asbes 1 buah
o. Botol semprot 1 buah
p. Lap kasar 1 buah
q. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Kristal Kupri Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O)
b. Kristal Ammonium Sulfat ((NH4)2SO4)
c. Etil alkohol (C2H5OH)
d. Ammonium Hidroksida 6 M (NH4OH)
e. Ammonium Hidroksida 15 M (NH4OH)
f. Aquades (H2O)
g. Kertas saring whatman
h. Tissue
i. Es batu
E. HASIL PENGAMATAN
1. Pembuatan garam rangkap kupri Amonium sulfat CuSO4 (NH4) . 5H2O
NO Perlakuan Hasil Pengamatan
1 5,020 gram CuSO4.5H2O + 2,643 gram (NH4) Larutan berwarna biru
SO4 + 10 ml H2O + diaduk

2 Larutan campuran dipanaskan Larutan berwarna biru


3 Larutan didiamkan pada suhu kamar Larutan berwarna biru dan terdapat
sedikit kristal biru
4 Larutan didiamkan dengan es batu Larutan berwarna biru dan terdapat
banyak kristal biru
5 Larutan di dekantir Kristal berwarna biru
6 Kertas saring kosong ditimbang 0,684 gram
7 Larutan di keringkan Kristal berwarna biru muda
8 Kristal yang diperoleh ditimbang 7,531 gram
9 Berat murni kristal 6,849 gram
2. Pembuatan garam kompleks TetraaminTembaga(II) sulfat monohidrat Cu(NH2)4SO4 . H2O
NO Perlakuan Hasil Pengamatan
1 8 ml NH4OH 15 M + 5 ml H2O Larutan tidak berwarna
2 Kristal CuSO4 . 5H2O 5,202 gram
3 Larutan campuran + CuSO4 . 5H2O Larutan berwarna biru tua
4 Larutan diaduk hingga larut Larutan berwarna biru tua
5 Larutan biru tua + 8 ml etanol Terbentuk dua lapisan, lapisan atas
tak berwarna, bawah berwarna biru
6 Larutan didiamkan dan ditutup dengan kaca Terbentuk endapan biru tua
arloji
7 Larutan di aduk Terbentuk endapan biru tua
8 Larutan didiamkan Terbentuk banyak endapan biru tua
9 Larutan di saring dengan menggunakan Kristal berwarna biru tua
corong buchner
10 Kristal dicuci dengan campuran NH4 3 ml + Kristal berwarna biru tua
C2H5OH 3 ml
11 Kristal dicuci dengan 5 ml etanol dan di Kristal berwarna birtu tua
dekantir
12 Kristal dikeringkan Kristal berwarna biru tua
13 Berat kertas saring kosong 0,893 gram
14 Berat kristal + kertas saring 4,567 gram
15 Berat kristal murni 3,694 gram
3. Perbandingan beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap dan garam kompleks
NO Perlakuan Hasil Pengamatan
1 0,5 gram CuSO4 anhidrat + 2 ml H2O + 4 ml Terbentuk dua lapisan, lapisan atas
NH4OH 6 M biru tua, lapisan bawah biru muda
2 a. Garam rangkap + 5 ml H2O Larutan biru muda
+ 10 ml H2O Larutan biru
b. Garam kompleks + 2 ml H2O Larutan biru tua pekat
+ 10 ml H2O Larutan biru tua
4 a. Garam rangkap + dipanaskan Tidak berbau
b. Garam kompleks + dipanaskan Berbau tengik (gas NH3)
F. ANALISIS DATA
1. Pembuatan Garam Rangkap Kupri Amonium Sulfat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Diketahui: m CuSO4.5H2O = 5,02 g
m (NH4)2SO4 = 2,64 g
Mr CuSO4.5H2O = 249,50 g/mol
Mr CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 399,50 g/mol
Mr (NH4)2SO4 = 132 g/mol
m (NH4)2SO4 = 2,64 gram
V H2O = 10 mL
ρ H2O = 1,00 g/mL
Mr H2O = 18 g/mol
mpraktek CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 6,843 g
Ditanya: % rendemen =…%
Penyelesaian :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 CuSO4. 5𝐻2 O
n CuSO4.5H2O =
𝑀𝑟 CuSO4. 5𝐻2 O
5,02 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
249,50 gram/mol
= 0,02 mol
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (NH4 )2 SO4
n (NH4)2SO4 =
𝑀𝑟 (NH4 )2 SO4
2,64 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
132 gram/mol
= 0,02 mol
m H2 O = V H2O x ρ H2O
= 10 mL x 1,00 g/mL
= 10 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 H2 𝑂
n H2O =
𝑀𝑟 𝐻2 𝑂
10 𝑔
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,56 mol
Reaksi :
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
M: 0,02 mol 0,02 mol 0,56 mol -
B: 0,02 mol 0,02 mol 0,02 mol 0,02 mol
S: - - 0,54 mol 0,02 mol

mteori CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = (n x Mr) CuSO4(NH4)2SO4.6H2O


= 0,02 mol x 399,50 gram/mol
= 7,99 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
Rendemen CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = x 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
6,843 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 100%
7,99 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 85,64 %
2. Pembuatan Garam Kompleks Tetramin Copper (II) Monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O
Diketahui: m CuSO4.5H2O = 5,02 gram
mol CuSO4.5H2O = 0,02 mol
Mr Cu(NH3)4SO4.H2O = 245,5 g/mol
V NH3 = 8 mL = 0,008 L
[NH3] = 15 M
V H2O = 5 ml
ρ H2O = 1 g/ml
mpraktekCu(NH3)4SO4.H2O = 3,694 gram
Ditanya: mteori CuSO4(NH4)2SO4.H2O = … g
Rendemen = ….%
Penyelesaian:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 CuSO4. 5𝐻2 O
n CuSO4.5H2O =
𝑀𝑟 CuSO4. 5𝐻2 O
5,02 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
249,50 gram/mol
= 0,02 mol
n NH3 =MxV
= 15 M x 0,008 L
= 0,12 mol
m H2 O = V H2O x ρ H2O
= 5 mL x 1,00 g/ml
= 5 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 H2 𝑂
n H2O =
𝑀𝑟 𝐻2 𝑂
5𝑔
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,28 mol
Reaksinya:
4 NH3 + CuSO4.5H2O + H2O Cu (NH3)4SO4.H2O + 5H2O
M: 0,12 mol 0,02 mol 0,28 mol - -
B: 0,08 mol 0,02 mol 0,02 mol 0,02 mol 0,1 mol
S: 0,04 mol - 0,26 mol 0,02 mol 0,1 mol
mteori Cu(NH3)4SO4.H2O = (n x Mr) Cu(NH3)4SO4.H2O
= 0,02 mol x 245,5 g/mol
= 4,91 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
Rendemen Cu(NH3)4SO4.H2O = x 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
3,694 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 100%
4,91 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 75,23 %
H. PEMBAHASAN
Garam merupakan suatu zat yang tersusun atas logam dan sisa asam. Ada beberapa klasifikasi garam
yaitu garam normal, garam asam, garam basa, garam rangkap dan garam kompleks (Sumardjo, 2009: 492).
Garam kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi karena mengandung garam-garam yang mengandung
ion. Sedangkan garam rangkap merupakan garam yang dibentuk dari dua garam yang mengkristal secara
bersama-sama yang memiliki struktur yang berbeda, dimana garam tersebut akan larut ke dalam larutan dan
akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya. Beberapa garam mengkristal dari larutannya dengan mengikat
sejumlah molekul air (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2019: 17). Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk
mempelajari cara pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam kompleks
tetraamintembaga (II) sulfat monohidrat.
1. Pembuatan Garam Rangkap Kupri Amonium Sulfat Heksahidrat CuSO4(NH4)2SO4 . 6H2O
Garam rangkap dibuat apabila dua garam mengkristal bersama-sama dalam perbandingan molekul
yang sama dan atau tertentu. Garam-garam ini memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan
struktur komponennya. Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya (Tim
Dosen Kimia Anorganik, 2019: 17). Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pembuatan garam rangkap
kupri ammonium sulfat heksahidrat. Prinsip dasar dari percobaan yaitu pengkristalan dua garam secara
bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu. Adapun prinsip kerja dari percobaan ini adalah
penimbangan, pencampuran, penguapan, pengkristalan, penyaringan dan penimbangan.
Kristal CuSO4.5H2O yang berwarna biru diraksikan dengan kristal (NH4)2SO4 merupakan bahan
utama untuk membuat garam rangkap. Bahan dasar dalam pembuatan garam kompleks yaitu kristal
CuSO4.5H2O dan kristal (NH4)2SO4 dicampurkan dan kemudian dilarutkan dengan aquades dan
menghasilkan larutan berwarna biru. Warna biru yang diperoleh berasal dari unur tembaga (Cu) pada kristal
CuSO4.5H2O. Fungsi penambahan aquades yaitu untuk melarutkan kristal stembaga sulfat pentahidrat serta
untuk mengionkan garam ammonium sulfat menjadi ion-ionnya
Hasil dari pelarutan kristal dengan aquades kemudian diaduk hingga homogen. Tujuannya agar kristal
yang dilarutkan dalam aquades dapat terlarut dengan aquades.Kristal yang telah diaduk hingga homogen,
dilarutkan kembali dengan cara pemanasan, karena krital yang ddilarutkan dengan aquades masih tedapt
kristal yang sulit untuk larut. Proses pemanasan yang bertujuan agar kristal dapat larut dengan sempurna serta
mempecepat proses pelarutan kristal.
Larutan kemudian didiamkan pada suhu kamar agar kristal dapat terbentuk. Kemudian didinginkan
pada air es yang bertujuan untuk menurunkan suhu dari larutan dan agar kristal yang terbentuk semakin
banyak.kristal yang terbentuk dari pendiaman kemudian disaring, tujuannya untuk memisahkan larutan
dengan kristal.
kristal yang terbentuk dengan cara diuapkan dan kemuadian berat kristal ditimbang, berat krital yang
diperoleh yaitu 6,849 dengan persen rendemen 85,64 %. Artinya jika terdapat 100 gram kristal
Cu(NH3)4SO4.H2O maka terdapat 6,849% gram kristal yang diperoleh. Dan warna kristal yang didapat yaitu
berwarna biru, dimana hal ini sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa garam-garam tembaga (II)
umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air (Svehla,1985: 230).
Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
(biru) (putih) (bening) (biru muda)
2. Pembuatan garam kompleks tetraamintembaga(II) sulfat monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O.
Garam kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi karena mengandung garam-garam yang
mengandung ion (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2019: 7). Adapun prinsip dasar dari percobaan ini yaitu
kristalisasi, dimana beberapa garam dapat mengkristal dari larutannya dengan mengikat sejumlah molekul air
sebagai hidrat. Dan prisnsip kerja dari percobaan ini yaitu pengenceran, penimbangan, pelarutan,
pengendapan, penyaringan, pencucian, dan penimbangan kembali.
Percobaan pembuatan garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O dilakukan dengan meraksikan antara
larutan amonium hidroksida (NH4OH) bening, kristal
CuSO4.5H2O berwarna biru pusi dan air. Penambahan amonia berfungsi sebagai ligan kuat yaituNH3
yangdapat mendesak ligan netral (H2O) sehingga warnanya berubah dari biru
menjadi biru tua. Persamaan reaksinya yaitu :
[Cu(H2O)6]2+ + 5NH4OH [Cu(NH3)(4-5)H2O(2-1)]2+ + 5H2O
(biru) (biru tua)
Kristal CuSO4.5H2O pada percobaan ini berfungsi sebagai penyedia atom pusat, yaitu Cu.
Larutan kemudian direaksikan dengan etil alkohol yang ditambahkan melalui dinding tabung dengan
cara perlahan-lahan. Penambahan ini dilakukan dengan pelan-pelan agar larutan tertutupi oleh alkohol dan
tidak bercampur dengan larutan sebab apabila larutan bercampur dengan etil alkohol maka atom pusat Cu
akan bereaksi dengan OH- membentuk gelatin biru muda garam tembaga (II) hidroksi sulfat bukan garam
kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O.
Dengan reaksi yaitu :
Cu2+ + 2OH- Cu(OH)2
Larutan yang telah ditambahkan dengan etil alkohol ditutup dengan kaca arloji yang bertujuan untuk
mengurangi penguapan selama pembentukan kristal. Larutan kemudian didiamkan yang bertujuan agar
pembentukan kristal dapat terjadi sempurna. Larutan diaduk untuk mengendapkan kristal yang terbentuk
dilapisan atas. Kristal yang terbentuk kemudian di saring menggunakan corong bucner yang dilengkapi
dengan pompa vakum.
Sebelum larutan disaring terlebih dahulu ditimbang kertas saring yang akan digunakan agar berat
kristal dapat diketahui dengan akurat. Kertas saring yang digunakan yaitu kertas saring whatman. Dimana
kertas saring Whatman digunakan karena memiliki pori-pori yang lebih kecil dibandingkan kertas saring
biasa. Larutan disaring dengan corong Buchner karena corong Buchner memiliki lubang yang kecil sehingga
penyaringan kristal dapat lebih efektif. Kristal selanjutnya dicuci dengan ammonia hidroksida untuk
mempermantap ligan yang terbentuk dan dicuci dengan etil alkohol yang berfungsi
untuk mengikat air yang ada pada kristal.
Kristal yang telah terbentuk kemudian dikeringkan untuk mempercepat proses penguapan air yang
masih terkandung dalam kristal. Kristal yang diperoleh ditimbang dan diperoleh kristal Cu(NH3)4SO4.H2O
yang berwarna biru tua dengan berat sebesar 3,694 gram dan persen rendemen 75,23 %. Artinya jika terdapat
100 gram kristal Cu(NH3)4SO4.H2O maka terdapat 75,23 % gram kristal yang diperoleh. Adapun reaksi yang
terjadi:
CuSO4.5H2O + 4NH4OH + H2O [Cu(NH3)4SO4]H2O + 5H2O
(Biru) (bening) (bening) (biru) (bening)
Berdasarkan teori dikatakan bahwa garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam
bentuk hidrat, padat, maupun dalam bentuk larutan air dan kristal dari kompleks [Cu(NH3)4SO4]H2O
berbentuk monoklin (Svehla, 1985: 230).
3. Perbandingan Beberapa Sifat Garam Tunggal, Rangkap Dan Garam Kompleks
a. Kristal kupri sulfat anhidrat direaksikan dengan aquades dan ammonium hidroksida
Krista kupri sulfat anhidrat dilarutkan dengan H2O dan menghasilkan warna biru muda dan terdapat
endapan. Hal ini menunjukkan krital kupri sulfat anhidrat sulit larut dalam air. Penambahan kupri sulfat
sebagai penyedia atom pusat sedangkan aquades penyedia ligan H2O. Reaksi yang terjadi yaitu :
CuSO4 + 4H2O → [Cu(H2O)4]2+ +SO42-
(kupri sulfat anhidrat) (air) (tetraaquo tembaga (11)]
Berdasarkan gambar 3.2. Larutan kemudian di tambahkan dengan larutan amonia yang
mengakibatkan terbentuknya dua lapisan, dimana lapisan atas biru tua dan lapisan bawah biru muda. Hal ini
diakbatkan perbedaan kelarutan antara tembaga dengan amonia.
larutan dilarutkan kembali dengan H2O dan menghsilkan larutan berwarna bitu. Hal ini terjadi karena
adanya pergeseran ligan H2O yang didesak oleh ligan NH3 dan menggantikan posisinya. Reaksi yang terjadi,
yaitu:
[Cu(H2O)4]2+ + 4 NH3 → [Cu(NH3)4]2+ + H2 O
(tetraakuotembaga(II) (ammonia) (tetraamintembaga(II) (air)
b. Garam rangkap dan garam kompleks dilarutkan dalam air
rangkap kupri ammonium sulfat pada percobaan pertama dilarutkan dalam air menghasilkan larutan
biru muda dan bila diencerkan dengan lebih banyak air maka warna akan jadi lebih pudar. Garam rangkap
yang dilarutkan dalam air terionisasi menjadi ion-ion penyusunnya. Reaksi yaitu :
CuSO4 (NH4)2.SO4. 6H2O + H2O → Cu2+ + 2SO42- + 2NH4+ + 7H2O
Garam kompleks diberi perlakuan sama dengan garam rangkap dan menghasilkan warna biru tua,
kemudian diencerkan dengan penambahan sejumlah aquades menghasilkan warna biru tua. Garam kompleks
terurai menjadi ion-ion penyusunnya terdiri dari ion kompleksnya. Reaksi yang terjadi, yaitu:
Cu(NH3)4SO4.H2O + H2O  [Cu(NH3)4]2+ + SO42- + H2O
c. Pemanasan Garam Rangkap dan Garam Kompleks
Pengujian terakhir dilakukan dengan memanaskan masing-masing garam rangkap dan
garam kompleks. Tujuan dari perlakuan ini yaitu untuk mengetahui bau yang dikeluarkan oleh garam rangkap
dan garam kompleks.
Garam rangkap pada saat dipanaskan menghasilkan uap air atau H2O dalam fasa gas sehingga tidak
menimbulkan bau. Hal ini menunjukkan bahwa garam rangkap hanya membebaskan air sementara gaarm
kompleks dapat membebaskan ammonia. Adapun reaksinya, yaitu:
CuSO4(NH4)4SO4.6H2O  CuSO4 + (NH4)2SO4 + 6H2O 
Garam kompleks pada saat dipanaskan menghasilkan gas ammonia (NH3) yang sangat berbau. Hal ini
disebabkan garam kompleks dapat membebaskan gas ammonia. Adapun reaksinya yaitu:
[Cu(NH3)4SO4]H2O  CuSO4 + H2O + NH3 
G. KESIMPULAN
Garam tunggal CuSO4 anhidrat jika direaksikan dengan air akan menjadi CuSO4 terhidrtat dan
aapbila bereraksi dengan ammonia maka akan berpotensi untuk membentuk garam rangkap dan garam
kompleks. Garam rangkap dan garam kompleks jika dipanaskan maka kepekatan warnanya akan berkurang.
Garam rangkap tidak berbau jika dipanaskan sedangkan garam kompleks berbau ammonia. Rendemen untuk
garam rangkap kupri ammonium sulfat adalah 85,64 % dan untuk garam kompleks tetraamintembaga(II)
sulfat monohidrat sebesar 75,23 %
Penentuan Bilangan Koordinasi Kompleks Tembaga II
B. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan bilangan koordinasi kompleks dengan bahan CuCl2. 2H2O.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Gelas kimia 500 mL 1 buah
b. Gelas kimia 250 mL 1 buah
c. Gelas kimia 100 mL 3 buah
d. Gelas kimia 50 mL 2 buah
e. Erlenmeyer 100 mL 7 buah
f. Labu ukur 200 mL 1 buah
g. Labu ukur 100 mL 3 buah
h. Buret 50 mL 2 buah
i. Gelas ukur 50 mL 1 buah
j. Termometer 110 oC 1 buah
k. Batang pengaduk 1 buah
l. Neraca analitik 1 buah
m. Spatula 1 buah
n. Corong biasa 1 buah
o. Kaca arloji 1 buah
p. Botol semprot 1 buah
q. Klem dan statif 2 buah
r. Lap halus 1 buah
s. Lap kasar 2 buah
2. Bahan
a. Kristal tembaga (II) klorida dihidrat (CuCl2.2H2O)
b. Amonium hidroksida (NH4OH) 17 M
c. Kristal natrium tetraborat (Na2B4O7)
d. Etanol 96% (C2H5OH)
e. Aquades (H2O)
f. Larutan asam klorida 1M (HCl)
g. Indikator Phenoftalein (PP)
h. Indikator metil orange (MO)
i. Label
j. Tissu
E. HASIL PENGAMATAN
1. Penentuan bilangan koordinasi kompleks dengan bahan CuCl2.2H2O
a. Pembuatan larutan CuCl2 0,5 M dan NH3 8,5 M
No Aktivitas Hasil Pengamatan
1 4,25 gr CuCl2.2H2O (biru) Larutan berwarna hijau
+ 50 mL etanol 96% (bening)
2 25 mL NH4OH 17 M (bening) Larutan tidak berwarna
+ 25 mL etanol 96%(bening)
b. Standarisasi larutan NH3
No Aktivitas Hasil Pengamatan
1 1,870 gr kristal Na2B4O7.10H2O (putih) + 100 Larutan tidak berwarna
mL H2O
2 10 ml Na2B4O7 + 2 tetes indikator MO Larutan berwarna jingga
+ titrasi dengan HCl Larutan berwarna merah bata
Titrasi I Volume : 1,00 mL
Titrasi II Volume : 1,30 mL
Titrasi III Volume : 1,30 mL
3 10 mL NH3 + 2 tetes indikator pp Larutan berwarna merah muda
+ titrasi dengan HCl Larutan tidak berwarna
Titrasi I Volume : 26,70 mL
Titrasi II Volume : 29,50 mL
Titrasi III Volume : 25,50 mL

2. Penentuan bilangan koordinasi kompleks [Cu(NH3)]2+ dengan metode titrinometri


No Aktivitas Hasil pengamatan
10 mL CuCl2dititrasi dengan NH3
1 Titrasi I Larutan berwarna hijau muda
Titrasi II Larutan berwarna biru muda
Titrasi III Larutan berwarna biru tua
Titrasi IV Larutan berwarna biru prusi
Titrasi V Larutan berwarna biru prusi
Titrasi VI Larutan berwarna biru prusi pekat

F. ANALISIS DATA
1. Penentuan konsentrasi CuCl2
Dik: V CuCl2 = 50 mL = 0,05 L
Mr CuCl2. 2H2O = 170,5 gram/mol
mCuCl2. 2H2O = 4,25 gram
Dit: M CuCl2. 2H2O = .....?
Peny:
m CuCl2. 2H2O
nCuCl2.2H2O =
Mr CuCl2. 2H2O
4,25 gram
=
170,5 gram/mol
= 0,0249 mol
n CuCl2. 2H2O
M CuCl2. 2H2O =
V CuCl2.2H2O
0,0249 mol
=
0,05 L
= 0,498 M
= 0,5 M
2. Penentuan konsentrasi Na2B4O7
Diketahui : Mr Na2B4O7. 10 H2O = 382 gram/mol
V Na2B4O7. 10 H2O = 100 ml ~ 0,1 L
m Na2B4O7. 10 H2O = 1,87 gram
Ditanyakan: N Na2B4O7. 10 H2O .....?
Penyelesaian:
m Na2B4O7. 10 H2O
nNa2B4O7. 10 H2O =
Mr Na2B4O7. 10 H2O
1,87 gram
=
382 gram/mol
= 4,89. 10-3 mol
n Na2B4O7. 10 H2O
M Na2B4O7. 10 H2O =
V Na2B4O7. 10 H2O
4,89.10-3 mol
=
0,1 L
= 4,89. 10-2 M
N Na2B4O7. 10 H2O = (M × valensi) Na2B4O7
= 4,89. 10-2 M ×2
= 0,0978 N
3. Penentuan Konsentrasi HCl
Diketahui : V1 = 1,00 mL
V2 = 1,30 mL
V3 = 1,30 mL
Ditanyakan: N HCl...... ?
Penyelesaian:
̅ =V1 +V2 +V3
V
3
(1,00+1,30 +1,30)mL
=
3
=1,2 mL
(N × V) Na2B4O7. 10 H2O
(N× V) HCl = V HCl
0,0978 N ×10 ml
N HCl =
1,2 ml
= 0,815 N

4. PenentuanNormalitas NH3
Diketahui: V1 HCl = 26,70 mL
V2 HCl = 29,50 mL
V3 HCl = 25,50 mL
N HCl = 0,815 N
V NH3 = 10 mL
Ditanyakan: NNH3.....?
Penyelesaian:
̅ =V1 +V2 +V3 =
(26,70+29,50 +25,50)mL
V =27,23 mL
3 3
(N×V)HCl
(N × V)NH3= V NH3
0,815 N ×27,23 mL
=
10 ml
= 2,219 N≈ 2,219 M
5. Penentuan volume CuCl2 dan NH3
n CuCl2 ~n NH3
n CuCl2 = M × V
= 0,5 M × 10 mL
= 5 mmol
M CuCl2 ~N NH3
n
VNH3 =
M
n
VNH3 =
N
5 mmol
V NH3 =
2,219 N
V NH3 = 2,25 mL
= 2 mL
Jadi, perbandingan volume CuCl2 : volume NH3 yaitu:
1:1= 10 mL : 2 mL = T= 34°C
1:2= 10 mL : 4 mL = T= 34°C
1:3= 10 mL : 6 mL = T= 34°C
1:4= 10 mL : 8 mL = T= 34°C
1:5= 10 mL : 10 mL = T= 35°C
1:6= 10 mL : 12 mL = T= 36°C
Penggambaran Grafik
36.5
36
Suhu (oC)

35.5
35
34.5
34
33.5
0 5 10 15
Volume (mL)

Grafik hubungan komposisi Cu : NH3


G. PEMBAHASAN
Bilangan koordinasi adalah banyaknya atom donor diseputar atom logam pusat dalam ion kompleks (Chang,
2005:239). Selain itu bilangan koordinasi juga dapat didefinisikan sebagai bilangan yang menyatakan jumlah
ruang yang tersedia sekitar atom atau ion pusatdalam apa yang disebut bulatan koordinasi, yang masing-
masingnya dapat dihuni oleh satu ligan monodentat (Svehla, 1985:95).Percobaan ini bertujuan untuk
menentukan bilangan koordinasi kompleks dengan bahan CuCl2. 2 H2O.
1. Pembuatan larutan CuCl2 0,5 M dan larutan NH3 8,5 M
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan bilangan koordinasi kompleks dari bahan CuCl2. 2H2O. Kristal
CuCl2. 2H2O merupakan kristal dihidrat yang mengikat air. Kristal dihidrat jika dilarutkan dalam pelarut air
akan menyebabkan kristal CuCl2 lebih banyak dilingkupi oleh air. Sehingga pembentukan senyawa Cu(II)
akan berlangsung lambat. Namun apabila kristal dihidrat tersebut dilarutkan dalam pelarut yang mengikat air
atau hidrat seperti dalam percobaan yaitu alkohol 96% maka proses pembentukan senyawa kompleks Cu(II)
akan lebih muda. Larutan alkohol 96% akan mengikat air yang terdapat dalam kristal sehingga menghasilkan
CuCl2 yang berwarna hijau.Pembuatan NH3dilakukan dengan mengencerkan NH4OH 17 M dengan alkohol
96% yang berfungsi untuk mengikat air.
Larutan CuCl2yang diperoleh kemudian direksikan dengan larutan NH3 yang telah terlebih dahulu dibuat dari
larutan induk NH4OH. Fungsi penggunaan CuCl2.2H2O yaitu sebagai penyedia atom pusat/ion pusat Cu, yang
akan membentuk ion kompleks. Sedangkan larutan NH3 merupakan larutan yang akan menjadi ligan dalam
proses pembentukan ion kompleks. Larutan CuCl2 dibuat dengan melarutkan kristal CuCl2.2H2O dengan
larutan alkohol 96%, dimana penggunaan alkohol sebagai pelarut dikarenakan kristal CuCl2.2H2O merupakan
kristal yang berhidrat atau mengikat air, sehingga jika dilarutkan dengan pelarut yang dapat mengikat hidrat
yaitu alkohol, maka proses pembantukan senyawa/ion kompleks akan berlangsung cepat. Sedangkan apabila
kristal CuCl2.2H2O dilarutkan dalam air akan menyababkan kristal Cu2+ yang berhidrat menjadi lebih banyak
dilingkupi oleh air, sehingga proses pembentukan senyawa kompleks akan sulit dan berlangsung lambat (Tim
Dosen,2019: 25). Alasan lain mengapa larutan CuCl2.2H2O dilarutkan dengan menggunakan alkohol bukan
H2O, dikarenakan dalam percobaan ini, ion kompleks yang akan dibuat yaitu ion kompleks Cu(NH3)2+,
apabila digunakan pelarut H2O maka ditakutkan ion kompleks yang terbentuk nantinya bukan Cu(NH3)2+,
melainkan kompleks [Cu(H2O)6)]2+(Sugiyarto, 2003: 267).
Amin (NH3) merupakanligannetral yang penting, yang membentukkompleksdengan ion
logam.Ketikaamoniaditambahkankedalamlarutan yang mengandung ion Cu(H2O)62+ yang berwarnabirumuda,
molekul-molekul air akandigantikandanterbentukkompleks Cu(NH3)2+ yang berwarnabirutua. Yang
terjadidisiniyaitubasalewis yang lebihkuat (NH3) akanmenggantikan yang lebihlemahyaitu H2O (Tim Dosen,
2019: 26).
2. StandarisasiLarutan NH3
Larutan NH3 yang telah dibuat terlebih dahulu distandarisasi untukmenentuan konsentrasi larutan standar
yang sebenarnya atau secara tepat. Standarisasi larutan NH3 dilakukan dengan menggunakan larutan
HCl,dimana larutan HCl terlebih dahulu distandarisasi dengan menggunakan larutan Na2B4O7 sebagai larutan
baku primer sedangkan larutan HCl merupakan larutan sekunder yang dalam penyimpanan konsetrasi HCl
mudah berubah-ubah. MenurutIbnu (2004: 97-98), Larutanstandar primer adalah larutan standar yang
konsentrasinya dapat diketahiui secara pasti melalui proses penimbangan dan pelarutan dalam sejumlah
tertentu pelarut yang sesuai, sedangkan larutan standar sekunder merupakan larutan standar yang
konsentrasinya ditetapkan melalui titrasi dengan larutan standar primer. Adapunreaksinyayaitu:

Na2B4O7.10 H2O + 2 HCl → 2 NaCl + 4 H3BO3 + 5 H2O


Dalam proses standarisasi larutan HCl dengan menggunakan larutan Na2B4O7 digunakan indikator metil
orange. Penggunaan indikator MO (metil orange) dikarenakan trayek pH dari MO berada diantara 3,1-
4,5,dimanamemberikan warna kuning pada keadaan basa dan warna merah pada keadaan asam (Ibnu, 2004:
113). Sehingga penggunaan indikator ini sesuai sebab larutan yang distandarisasi merupakan larutan yang
bersifat asam kuat di mana pH larutanyakurang dari 7. Sedangkan proses standarisasi NH3 dengan
menggunakan larutan HCl yang telah distandarisasi digunakan indikator PP. Dimana indikator PP memili
trayek pH 8,3-10,0 dimana warna dalam larutan basa yaitu merah sedangkan dalam larutan asam tidak
berwarna (Ibnu 2004: 113).
Hasil titrasi menunjukkan untuk standarisasi larutan HCl dengan menggunakan larutanNa2B4O7volume
rata-rata HCl yaitu sebesar 1,20 mL sedangkan standarisasi larutan NH3 menggunakan larutan HCl diperoleh
volum rata-rata sebesar 27,2 mL.
2. Penentuan bilangan koordinasi kompleks Cu(NH3)2+ dengan metode titrimetri
Penentuan bilangan koordinasi Cu(NH3)2+ dilakukan dengan menggunakan metode titrimetri. Metode
titrimetri merupakan metode titrasi yang menggunakan perubahan suhu untuk menentukan titrasi dari suatu
reaksi volumetri. Penentuan bilangan koordinasi dilakukan dengan penambahan NH3 8,5M ke dalam larutan
CuCl2 0,5 M secara bertahap dimana penambahan NH3 8,5M disesuaikan dengan perbandingan mol NH3 dan
mol Cu2+. Penambahan NH3dari dalam buret dilakukan sebanyak 6 kali sesuai volume NH3 yang diperoleh.
Setiap setelah penambahan NH3 8,5M dilakukan pengukuran suhu dan pengamatan perubahan warna larutan.
NH3 merupakan ligan netral yang dapat membentuk kompleks dengan ion Cu2+ dimana saat ditambahkan
larutan CuCl2 makan ligan H2O yang terdapat dalam larutan akan digantikan oleh ligan NH3 yang akan
mengakibatkan terbentuknya kompleks [Cu (NH3)4]2+. Ligan H2O digantikan oleh ligan NH3 terjadi karena
NH3 merupakan basa lewis yang kuat dibandingkan H2O yang merupakan basa lewis yang lemah dari suatu
asam lewis, sehingga ligan H2O dpaat dengan mudah digantikan dengan ligan NH3. Dengan reaksi seperti:
[Cu(H2O)4]2+ + 4NH3 → [Cu(NH3)4]2+ + 4H2O
Suhu awal yang diperoleh adalah 34℃ pada perbandingan Cu2+ : NH3 (1:1) dihasilkan warna larutan biru
muda dengan suhu 34℃. Perbandingan Cu2+ : NH3 (1:2) dihasilkan warna larutan biru tua dengan suhu 34℃.
Perbandingan Cu2+ : NH3 (1:3) dihasilkan warna larutan biru prusi dengan suhu 34℃. Perbandingan Cu2+ :
NH3 (1:4) dihasilkan warna larutan biru prusi dengan suhu 34℃. Perbandingan Cu2+ : NH3 (1:5) dihasilkan
warna larutan biru prusi dengan suhu 35℃. Perbandingan Cu2+ : NH3 (1:6) dihasilkan warna larutan biru
prusi pekat dengan suhu 36℃. Hal ini menunjukkan bahwa dari perbandingan 1: 3 sampai perbandingan 1 : 6,
suhu yang di dapatkan konstan. Hal ini sesuai dengan teori pada Jhan Teller dimana Cu2+ hanya mengikat 4
ligan dan hanya memiliki bilanagan koordinasi 4. Suhu konstan yang terjadi pada perbadingan 1:3 sampai 1:6
disebabkan karena efek Jhon Teller yang menyatakan bahwa Cu2+ stabil ketika mengikat molekul NH3
sebanyak 4. Sedangkan untuk mengikat molekul NH3 sebanyak 5 dan 6 akan membuat Cu2+ menjadi kurang
stabil. Adapun reaksi yang terjadi seperti:
Cu2+(aq) + NH3(aq) [Cu(NH3)]2+(aq)
[Cu(NH3)]2+(aq) + NH3 (aq) [Cu(NH3)2]2+(aq)
2+
[Cu(NH3)2] (aq) + NH3 (aq) [Cu(NH3)3]2+(aq)
[Cu(NH3)3]2+(aq) + NH3 (aq) [Cu(NH3)4]2+(aq)
2+
[Cu(NH3)4] (aq) + NH3 (aq) [Cu(NH3)5]2+(aq)
[Cu(NH3)5]2+(aq) + NH3 (aq) [Cu(NH3)6]2+(aq)
Hibridisasinya yaitu:
Cu : [Ar] 3d10 4s1 4p0

keadaan dasar

Cu2+ : [Ar] 3d9 4s0 4p0

keadaan tereksitasi

hibridisasi
dsp2

4 NH3

Adapun struktur dari [Cu(NH3)4]2+yaitu :


NH3 NH3 2+

Cu2+

H3N NH3

H. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang tealh dilakukan, dapat disimpulkan bahwa bilangan koordinasi kompleks tembahga
(II) dengan ligan NH3 yaitu 4 dengan rumus molekul [Cu(NH3)4]2+
Pembuatan Cis Dan Trans Kalium Dioksalatodiakuokromat (III)
B. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari pembuatan dan sifat-sifat isomer cis dan trans dari garam kompleks kalium
dioksalatodiakuokromat(III).
C. ALAT DAN BAHAN
2. Alat
w. Gelas kimia 250 mL 1 buah
x. Gelas kimia 100 mL 2 buah
y. Erlenmeyer 250 mL 1 buah
z. Erlenmeyer 100 mL 2 buah
aa. Gelas ukur 10 mL 1 buah
bb. Neraca analitik 1 buah
cc. Kaca aroji 2 buah
dd. Spatula 1 buah
ee. Cawan dan sendok porselin 1 buah
ff. Kaki tiga 1 buah
gg. Kasa asbes 1 buah
hh. Bunsen 1 buah
ii. Batang pengaduk 2 buah
jj. Corong biasa 1 buah
kk. Botol semprot 1 buah
ll. Pipet tetes 2 buah
mm. Lap kasar 1 buah
nn. Lap halus 1 buah
3. Bahan
a. Kalium dikromat (K2Cr2O7)
b. Asam oksalat (H2C2O4)
c. Aquades (H2O)
d. Etanol 96% (C2H5OH)
e. Ammonium Hidroksida (e) (NH4OH)
f. Ammonia(e) (NH3)
g. Kertas saring biasa
h. Tissu
E. HASIL PENGAMATAN
1. Pembuatan isomer trans kalium dioksalatodiakuokromat (III)
No. Aktivitas Hasil Pengamatan
1. Larutkan 12 gram H2C2O4 dalam H2O Terbentuk larutan berwana putih
2. Larutkan 4 gram K2Cr2O7 dalam H2O Terbentuk larutan berwarna jingga
panas
3. Larutan H2C2O4 + K2Cr2O7 larutan Terbentuk larutan berwarna hitam
(ditutup dengan kaca arloji)
4. Campuran dipanaskan hingga Volume awal : 30 mL, dipanaskan
volumenya ½ dari volume awal menjadi 15 mL. Larutan berwarna hitam
5. Campuran diuapkan pada suhu kamar Larutan berwarna hitam dan terbentuk
hingga volumenya tinggal 1/3 volume kristal
6. Kristal disaring lalu dicuci dengan H2O Kristal berwarna hitam
dingin
7. Kristal dicuci dengan alkohol 96 % Kristal berwarna hitam
8. Kristal dikeringkan Kristal berwarna hitam
9. Kristal ditimbang + kertas saring 3,741 gr
10. Berat murni kristal 3,181 gr
2. Pembuatan isomer cis kalium dioksalatodiakuokromat (III)
No. Aktivitas Hasil Pengamatan
1. 12 gram H2C2O4 + 4 gram K2Cr2O7 Serbuk berwarna orange kecoklatan
(putih) (jingga)
2. Campuran serbuk ditambahkan 1 tetes Larutan berwarna hitam pekt
aquades lalu ditutup dengan kaca arloji
3. Campuran + 20 mL alkohol 96% larutan berwarna hitam, sedikit endapan
hit
4. Lakukan dekantir dengan 20 mL
alkohol 96%
Dekantir 1 Larutan hitam, endapan sedikit encer
Dekantir 2 Larutan hitam, endapan menggumpal
Dekantir 3 Larutan hitam, endapan mengering
Dekantir 4 Larutan hitam, kristal berwarna hitam
5. Kristal disaring dan ditimbang 8,562 gram
6. Berat murni kristal 8,002 gram
3. Uji kemurnian isomer
No. Aktivitas Hasil Pengamatan
1. Isomer cis-kalium Hitam kecoklatan
dioksalatodiakuokromat (III) + NH3
beberapa tetes
2. isomer trans-kalium Hitam kehijauan
dioksalatodiakuokromat (III) + NH3
beberapa tetes
F. ANALISIS DATA
1. Pembuatan isomer trans-kalium dioksalatodiakuokromat (III)
Diketahui : Massa H2C2O4.2H2O = 12,019 gram
Mr H2C2O4.2H2O = 126 g/mol
Massa K2Cr2O7 = 4,019 gram
Mr K2Cr2O7 = 294 g/mol
Mr K[Cr(C2O4)2(H2O)2 = 303 g/mol
Massa praktikum kristal trans = 3,181 gram
Ditanyakan : Rendemen…..?
Penyelesaian:
m H2 C2 O4 . 2H2 O
n H2 C2 O4 . 2H2 O =
Mr H2 C2 O4 . 2H2 O
12,019 gram
=
126 g/mol
= 0,0953 mol
m K 2 Cr2 O7
n K 2 Cr2 O7 =
Mr K 2 Cr2 O7
4,019 gram
=
294 g/mol
= 0,0136 mol
Reaksi yang terjadi:
7H2C2O4.2H2O + K2Cr2O7 2K[Cr(C2O4)2(H2O)2] + 17 H2O + 6 CO2
M 0,6671 mol 0,0136 mol - - -
B 0,6671 mol 0,0136 mol 0,0272 mol 0,2312 0,0816
S - - 0,0272 mol 0,2312 0,0816
Massa teori K[Cr(C2O4)2(H2O)2] = (n × Mr) K[Cr(C2O4)2(H2O)2]
= 0,0272 mol ×303 g/mol
= 8,2416 gram
m K[Cr( C2 O4 )2 (H2 O)2 ] (praktek)
Rendemen kristal trans = × 100 %
m K[Cr( C2 O4 )2 (H2 O)2 ] (teori)
3,181 gram
= × 100 %
8,2416 gram
= 38,59 %
2. Pembuatan isomer cis-kalium dioksalatodiakuokromat (III)
Diketahui : Massa H2C2O4.2H2O = 12,020 gram
Mr H2C2O4.2H2O = 126 g/mol
Massa K2Cr2O7 = 4,020 gram
Mr K2Cr2O7 = 294 g/mol
Mr K[Cr(C2O4)2(H2O)2 = 303 g/mol
Massa praktikum kristal cis = 8,002 gram
Ditanyakan : Rendemen…..?
Penyelesaian:
m H2 C2 O4 . 2H2 O
n H2 C2 O4 . 2H2 O =
Mr H2 C2 O4 . 2H2 O
12,020 gram
=
126 g/mol
= 0,0953 mol
m K 2 Cr2 O7
n K 2 Cr2 O7 =
Mr K 2 Cr2 O7
4,020 gram
=
294 g/mol
= 0,0136 mol
Reaksi yang terjadi:
7H2C2O4.2H2O + K2Cr2O7 2K[Cr(C2O4)2(H2O)2] + 17 H2O + 6 CO2
M 0,6664 mol 0,0136 mol - - -
B 0,6664 mol 0,0136 mol 0,0272 mol 0,2312 0,0816
S - - 0,0272 mol 0,2312 0,0816
Massa teori K[Cr(C2O4)2(H2O)2] = (n × Mr) K[Cr(C2O4)2(H2O)2]
= 0,0272 mol ×303 g/mol
= 8,2416 gram
m K[Cr( C2 O4 )2 (H2 O)2 ] (praktek)
Rendemen kristal trans = × 100 %
m K[Cr( C2 O4 )2 (H2 O)2 ] (teori)
8,002 gram
= × 100 %
8,2416 gram
= 97,092 %

G. PEMBAHASAN
Isomer merupakan molekul atau ion yang mempunyai susunan kimia sama tapi struktur berbeda. Berdasarkan
pada jenis isomer geometrinnya senyawa kompleks dapat dibedakan menjadi Cis dan Trans. Isomer geometri
adalah stereoisomer yang posisinya tidak bisa saling dipertukarkan tanpa memutus ikatan kimiannya. Isomer
geomteri (cis-trans isomers) terjadi jika atau atau sekelompok atom disusun berbeda dalam ruang relatif
terhadap ion logamnya. Adapun tujuan percobaan ini yaitu mempelajari pembuatan dan sifat-sifat isomer cis
dan trans dari garam kompleks kalium dioksalatodiakuokromat(III).
1. Pembuatan isomer trans Kalium dioksalatodiakuokromat (III)
Pembuatan isomer trans kalium dioksaltodiakuokromat(III) dilakukan dengan mereaksikan larutan
H2C2O4.2H2O dengan larutan K2Cr2O7 dimana oksalat menghasilkan larutan putih dan kalium bikromat
menghasilkan larutan jingga. Masing-masing padatan oksalat dan kaliumbikromat terlebih dahulu dilarutkan
dengan menggunakan air panas dengan tujuan untuk mempercepat reaksi pada pembuatan trans dilakukan
proses pelarutan terlebih dahulu disebabkan karena trans lebih stabil dibandingkan Cis, sehingga ikatan pada
trans lebih kuat dan sukar untuk diputus, sehingga untuk mengantisipasi hal ini maka sebelum pencampuran
kedua zat masing-masing dilarutkan. Kemudian kedua larutan tersebut dicampur dalam gelas kimia dan
ditutup dengan kaca arloji ketika reaksi berlangsung. Tujuannya adalah untuk menghindari letupan-letupan
yang menyertai reaksi karena reaksi ini akan melepaskan CO2 dan H2O dan campuran akan berwarna hitam,
dibiarkan beberapa menit sampai kedua larutan bereaksi sempurna. Setelah reaksi selesai kemudian
penutupnya dibuka. Perubahan larutan menjadi hitam disebabkan karena terbentuknya senyawa kompleks
kalium dioksalatodiakuokromat(III) dimana dalam senyawa kompleks tersebut terdapat dua macam ligan
yaitu ligan akuo dan oksalato dan satu atom pusat dari logam transisi yaitu krom (Cr). Reaksi yang
berlangsung:
K2Cr2O7 + 7H2C2O4.2H2O → 2K[Cr(H2O)2(C2O4)2] + 6CO2+ 17H2O
Campuran tersebut kemudian diuapkan dengan menggunakan kaki tigadanspiritus hingga setengah dari
volume awal dan dilanjutkan diuapkan diudara hingga volumenya 1/3 dari volume awal. Proses penguapan
ini bertujuan agar H2O atau air yang tidak diperlukan tidak berlebih, karena senyawa kompleks tersebut
hanya mengandung 2 molekul H2O dan 2 molekul C2O42- sebagai ligan dan jika dalam larutan tersebut masih
banyak mengandung air kemungkinan ligan H2O bertambah jumlahnya sehingga untuk menghindari hal itu
diperlukan penguapan. Setelah penguapan diperoleh Kristal sebanayk 3,181 gram.Hasil yang diperoleh masih
jauh dari rendemen secara teori. Hal ini disebabkan karena proses penguapan yang kurang maksimal sehingga
masih banyak H2O yang terkandung dalam larutan tersebut yang dapat mengakibatkan hanya sedikit kristal
trans-kalium dioksalatodiakuokromat(III). Pada percobaan ini H2C2O4.2H2O berfungsi sebagai penyedia ligan
C2O42- dan H2O sedangkan K2Cr2O7 berfungsi sebagai penyedia atom pusat Cr. Kristal ini memiliki bentuk
geometri oktahedral.

H H
O

K+ O C O O
Cr C O

O C O O C O

O
H H
Bentuk geometri isomer trans-
Kalium dioksalatodiakuokromat (III)
1. Pembuatan isomer Cis Kalium dioksalatodiakuokromat(III)
Pembuatan kristal ini dilakukan dengan mencampurkan serbuk H2C2O4.2H2O yang berwarna putih dengan
K2Cr2O7 yang berwarna orange. Serbuk H2C2O4.2H2O berfungsi untuk penyedia ligan C2O4 dan K2Cr2O7
berfungsi sebagai penyedia atom Cr. Kemudian campuran tersebut diteteskan aquadest sehingga terjadi reaksi
dan kemudian ditutup dengan kaca arloji. Pada proses reaksi terjadi pelepasan H2O dan uap CO2 kemudian
campuran menjadi larutan hitam. Larutan hitam ini kemudian ditambahkan etanol untuk mengendapkan
kristal. Kemudian endapan disaring dengan corong bunchner dan dilakukan pencucian dengan etanol,
pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan hasil samping (pengotor) dari reaksi tersebut. Endapan
kemudiaan dikeringkan agar ligan H2O tidak berlebih kemudiaan kristal ditimbang. Kristal yang diperoleh
sebanyak 8,002 gram dengan randemen 97,092 %artinya dalam 12 gram garam oksalat dan 4 gram K2Cr2O7
yang dicampurkan diperoleh kristal cis Kalium dioksalatodiakuokromat(III)97,092 %yang hampir mendekati
100% sehingga kristal yang diperoleh maksimal. reaksi yang terjadi:
K2Cr2O7 + 7H2C2O4.2H2O → 2K[Cr(H2O)2(C2O4)2] + 6CO2+ 17H2O
Bentuk geometri dari cis adalah berbentuk oktahedral.
H H
O
+ H
K C O O
O H
Cr
O O O
C C
O
O
C O
Bentuk geometri isomer cis-
kalium dioksalatodiakuokromat (III)
2. Uji Kemurnian Isomer
Uji ini bertujuan untuk membedakan yang isomer Cis dan Trans dari senyawa kompleks kalium
dioksalatodiakuokromat (III). Secara teori ketika kristal trans diuji dengan ammonia encer maka akan
menghasilkan padatan berwarna coklat tua yang tidak larut, pengujian pada isomer Cis dilakukan dengan
menempatkan sedikit kristal Cis pada kertas saring kemudian ditetesi dengan ammonia encer. Penambahan
ini dapat mensubstitusi ligan oksalat ataupun air, akibatnya dalam penambahan ini pada kristal kompleks
menghasilkan larutan berwarna hijau yang cepat menyebar pada kertas saring (berdasarkan teori). Pengujuan
kristal Cis pada percobaan ini telah sesuai dengan teori karena dihasilkan larutan berwarna hijau dan
menyebar pada kertas saring. Hal ini dapat terjadi karena isomer trans lebih stabil dari penambahan atau
reaksi-reaksi lain sedangkan isomer Cis tidak stabil terhadap pengaruh-pengaruh asam atau penambahan
reaksi lain. Kristal trans agak keras atau lebih keras dibandingkan kristal Cis yang kenyal
H. KESIMPULAN
Pembuatan Isomer Cis dan Trans senyawa kompleks kalium dioksalatodiakuokromat(III) dapat dilakukan
dengan mencampurkan kristal K2Cr2O7 dan H2C2O4.2H2O dengan bantuan aquadest.kristal trans diuji dengan
ammonia encer maka akan menghasilkan padatan berwarna coklat tua, sedangkan kristal cis menghasilkan
larutan berwarna hijau.

Anda mungkin juga menyukai