Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ANFISMAN II
KELENJAR PITUITARI

Oleh :
Kelompok I
Haris Nanda Prayoga (1601071)
Debora Inggrid P (1501061)
Desy Handayani (1501062)
Indri Nofriani (1501078)
Mia Mai Sara (1501084)
Rizka Meidhika (1501095)
Rizky Khoirunnisa I (1501096)
Ruzi Alfiati (1501098)
Siti Apsyah (1501100)

Kelas:
S1- IV B

Dosen Pembimbing : Dr. Meiriza Djohari M.Kes,. Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Kami ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
Makalah Anatomi Fisiologi Manusia II. Penyusunan Makalah ini bertujuan untuk
melengkapi tugas mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia II Semester IV di Program
Studi S1 Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Universitas Riau.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari apabila tanpa bantuan, bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak tidak akan dapat terselesaikan dengan baik. Dan
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik
penulis harapkan dari pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Pekanbaru , 27 Februari 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1. Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................1
1.3. Tujuan ........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
2.1. Gambaran Umum Kelenjar Endokrin ........................................................3
2.1.1 Karakteristik Kelenjar Endokrin ..........................................................3
2.1.2 Kelenjar-kelenjar Sistem Pada Endokrin .............................................4
2.1.3 Aktivitas yang diatur atau di Pengaruhi Sistem Endokrin ...................4
2.1.4 Jenis Hormon .......................................................................................4
2.1.5 Mekanisme Cara Kerja Hormon ..........................................................6
2.1.6 Pengatur Kecepatan dan Jumlah Sekresi Hormon ..............................8
2.2. Kelenjar Hipofisis (pituitary) ....................................................................9
2.2.1. Penggolongan Kelenjar Hipofisis .........................................................10
2.2.2. Hubungan Hipofisis dan Hipotalamus ..................................................11
2.3. Hormon Lobus Anterior ............................................................................13
2.3.1. Grown Hormon ................................................................................14
2.3.2. Hormon Perangsang Tiroid ..............................................................16
2.3.3. Hormon ACTH ................................................................................17
2.3.4. Hormon yang Berkaitan Dengan ACTH ..........................................18
2.3.5. Gonatropin .......................................................................................18
2.3.6. Proklatin…………………... ............ ...............................................20
2.4. Hormon Lobus Posterior............................................................................22
2.4.1. ADH .................................................................................................22
2.4.2. Oksitosin ..........................................................................................24
BAB III PENUTUP ............................................................................................26
3.1. Kesimpulan ................................................................................................26
3.2. saran ..........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem endokrin, salah satu dari dua sistem regulatorik utama tubuh,
mengeluarkan hormon yang bekerja pada sel sasaran untuk melaksanakan
aktivitas homeostatik yang antara lain berupa, mengatur konsentrasi molekul
nutrien, air, garam, dan elektrolit lain. Hormon juga berperan besar dalam
mengontrol pertumbuhan dan reproduksi serta dalam adaptasi stress
(Sherwood, 2012).
Kelenjar endokrin berasal dari sel-sel epitel yang melakukan
proliferasi kearah pengikat sel epitel yang akhirnya membentuk sebuah
kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin tumbuh dan berkembang kedalam
pembuluh kapiler dan zat yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin dialirkan
kedalam darah karena tidak memiliki saluran khusus (tanpa saluran). Zat yang
dihasilkan oleh kelenjar endokrin disebut hormon yang merupakan zat organik
dan mempunyai sifat- sifat khusus dalam pengaturan fisiologi terhadap
kelangsungan hidup suatu organ atau sistem (Syaifuddin, 2011).
Dalam makalah ini akan di bahas bagaimana kelenjar endokrin dan
bagaimana mekanisme kerjanya, serta akan membahas mengenai kelenjar
pituitari dan efek fisiologis dari hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan kelenjar kelenjar endokrin dan bagaimana
mekanisme kerja hormonnya
2. Mengetahui letak dan gambaran struktur kelenjar pituitari
3. Bagaimana proses sekresi hormon yang di hasilkan kelenjar pituitari
4. Bagaimana efek fisiologis hormon yang di sekresikan oleh kelenjar
pituitari

1
1.3 Tujuan Makalah
1. Mengetahui fungsi kelenjar endokrin secara umum dan mekanisme kerja
hormonnya
2. Mengetahui letak dan gambaran struktur kelenjar pituitari
3. Mengetahui proses sekresi hormon yang di hasilkan kelenjar pituitari
4. Mengetahui efek fisiologis hormon yang di sekresikan oleh kelenjar
pituitary

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Kelenjar Endokrin (Sloane, 2004).


Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk mengatur dan
mengkoordinasikan aktivitas tubuh. Pengendalian endokrin diperentarai oleh
pembawa pesan kimia atau hormon yang dilepaskan oleh kelenjar endokrin ke
dalam cairan tubuh, diaborbsi oleh aliran darah, dan dibawa melalui sistem
sirkulasi menuju jaringan (sel) target. Hormon mempengaruhi sel target
melalui reseptor hormon, yaitu suatu molekul protein yang memiliki sisi
pengikat untuk hormon tertentu. Reseptor hormonal tubuh biasanya lebih
lambat, durasi lebih lama, dan distribusinya lebih luas daripada respons
langsung otot dan kelenjar terhadap stimulasi sistem saraf.
2.1.1Karakeristik kelenjar endokrin diantaranya :
1. Kelenjar endokrin tidak memiliki duktus. Kelenjar ini mensekresi
hormon langsung ke dalam cairan jaringan di sekitar sel-selnya,
sebaliknya kelenjar eksokrin seperti kalenjar saliva, mensekresi
produknya ke dalam duktus.
2. Kelenjar endokrin biasanya mensekresi lebih dari satu jenis hormon.
(kelenjar paratiroid yang hanya mensekresi hormon paratiroid
merupakan suatu pengecualian)
a. Dalam tubuh manusia telah diindetifikasi sekitar 40 sampai 50
jenis hormon.
b. Hormon-hormon baru ditemukan diberbagai bagian tubuh
termasuk disaluran gastrointestinal (GI), sistem saraf pusat (SSP)
dan saraf perifer.
3. Konsentrasi hormon dalam sirkulasi adalah rendah

3
a. Hormon yang bersirkulasi dalam aliran darah hanya sedikit jika
dibandingkan dengan zat aktif biologis lainnya, seperti glukosa dan
kolesterol.
b. Walaupun hormon dapat mencapai sebagian besar sel tubuh, hanya
sel target tertentu yang memiliki reseptor spesifik yang dapat
dipengaruhi.
4. Kelenjar endokrin memiliki persediaan pembuluh darah yang baik
Secara mikroskopik, kelenjar tersebut terdiri dari korda atau sejumlah
sel sekretori yang dikelilingi banyak kapiler dan ditopang jaringan ikat.

2.1.2Kelenjar-kelenjar sistem pada endokrin meliputi :

1. Kelenjar hipofisis anterior dan posterior


2. Kelenjar tiroid
3. Empat kelenjar paratiroid
4. Dua kelenjar adrenal
5. Pulau-pulau langerhans pada pankreas andokrin
6. Dua ovarium
7. Dua testis
8. Kelenjar pineal
9. Kelenjar timus

2.1.3Aktivitas yang diatur atau dipengaruhi sistem endokrin meliputi:

1. Reproduksi dan laktasi


2. Proses sistem kekebalan
3. Keseimbangan asam-basa
4. Asupan cairan, kesetimbangan volume cairan intraseluler dan
ektraselular
5. Metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan asam nukleat
6. Digesti, absorpsi, dan distribusi nutrien
7. Tekanan darah
8. Tahanan tekanan

4
9. Adaptasi terhadap perubahan lingkungan
2.1.4 Jenis hormon
1. Hormon endokrin
Hormon endokrin adalah hormon yang disekresi oleh organ atau
jaringan utama yang termasuk bagian sistem endokrin. Hormon tidak
bekerja secara lokal , zat ini dibawa aliran darah yang menempuh jarak
jauh untuk mempengaruhi jaringan target. Hormon endokrin dapat
disekresi oleh satu sel atau oleh sekelompok sel yang ditemukan dalam
jaringan non-endokrin (misalnya, insulin dan glukagon diproduksi oleh
sel pulau-pulau eksokrin pankreas). Beberapa hormon, seperti hormon
plasenta yang ditemukan selama masa kehamilan, hanya diproduksi
untuk sementara.
2. Neurohormon
Neurohormon disintesis dalam sel-sel saraf neurosekresi. Zat ini
berfungsi dan disekresi seperti hormon, tetapi biasanya bekerja dalam
jarak yang lebih pendek dan jelas. Salah satu contoh neurohormon
adalah neuropeptida yang produksi neuron dalam SSP.
Neurotransmiter yang beroperasi melalui sinaps atau neuromodulator
yang meningkatkan atau menghambat respons neuron ke
neurotransmiter juga disebut sebagai hormon.
3. Prostaglandin
Prostaglandin adalah zat seperti hormon yang merupakan derivat
asam lemak asam arakidonat. Zat ini terbentuk dalam jumlah kecil
pada jaringan tubuh baik saat kondisi normal dan patologis.
Prostaglandin disintesa dan dilepaskan untuk bekerja secara lokal pada
sel-sel tetangga. Hormon ini mempengaruhi berbagai fungsi tubuh,
antara lain efek terhadap tekanan darah, kontraksi otot polos,
pembekuan darah, pencernaan, reproduksi dan respons inflamatori.

Biokimia hormon terdiri dari dua kelas utama

5
1. Derivat asam amino, seperti protein, polipeptida, peptida, amina, atau
kompleks protein konjugasi seperti glikoprotein, adalah hormon yang
direproduksi kelenjer hipofisis, hipotalamus, medula adrenal, pineal,
tiroid, sel-sel pulau pankreas, dan sel-sel dalam saluran pencernaan.
Zat ini umumnya dapat larut dalam air dan ditranspor dalam bentuk
yang tidak berikatan dalam darah.
2. Steroid adalah senyawa lipid larut-lemak yang disintesis dari
kolesterol. Zat ini direproduksi oleh ovarium, testis, plansenta, dan
bagian luar kalenjer adrenal serta testosteron, estrogen, progesteron,
aldosteron, dan kortisol. Zat ini bersirkulasi dalam plasma yang
mentranspor protein.
2.1.5 Mekanisme cara kerja hormon.
Ada dua mekanisme utama pada hormon dan molekul yang
berkaitan dengan hormon tersebut untuk menghasilkan efeknya. Pertama,
melalui stimulasi kerja enzim yang ada dalam sel dan kedua, mengaktivasi
gen yang terlibat melalui transkripsi dan translasi.
1. Aktiviasi enzim melibatkan sistem reseptor terikat membran
(pembawa pesan kedua)

6
a. Molekul-molekul dari berbagai hormon protein dan polipeptida
(pembawa pesan pertama) berikatan dengan reseptor tetap pada
permukaan sel yang spesifik untuk hormon tersebut.
b. Kompleks hormon-reseptor menstimulasi pembentukan adenosin
3’,5’-monofosfat siklik (cAMP) sebagai pengantar pesan kedua
yang dapat menyampaikan pesan pertama dari berbagai hormon.
 Sintesis cAMP melibatkan lebih dari satu G-protein terikat
membran, yang termasuk keluaga protein regulator
pengikat nukleotida guanin.
 G-protein mengalami pengubahan bentuk, sehingga
guanosin difosfat (GDP) yang tidak aktif dapat diganti
dengan enzim pengaktivasi, guanosin trifosfat (GTP).
 Kompleks G-protein-GTP mengaktivasi enzim adenilat
siklase untuk memproduksi cAMP.
c. Setiap molekul cAMP mengaktivasi berbagai molekul cAMP-
dependen protein kinase yang sesuai.
 Enzim protein kinase mengkatalis reaksi fosforilasi khusus
(transfer gugus fosfat) untuk enzim kunci dalam sitoplasma.
 Setiap molekul protein kinase mengaktivasi berbagai
molekul yang sesuai dengan enzimnya. Dengan demikian,
suatu kosentrasi rendah dari hormon yang bersikulasi dapat
diperkuat sehingga mengakibatkan aktivasi enzim
intraseluler utama.
d. Aktivasi enzim oleh protein kinase mengakibatkan efek fisiologis
dan reaksi kimia, bergantung pada sifat bawaan sel.
e. cAMP terurai dengan cepat oleh enzim intraseluler fosfodisterase.
Ini akan membatasi durasi efek cAMP.

f. Senyawa selain cAMP yang berperan sebagai pembawa pesan kedua


untuk hormon tertentu telah ditemukan. Senyawa ini meliputi inositol
trifosfat (IP 3).Guanosin monofosfat siklik (GMP), dan kompleks

7
kalsium yang terikat dengan kalmodulin, suatu protein regulator
intraseluler.

2. Aktivasi Gen melibatkan sistem reseptor intraseluler

a. hormon steroid, hormon tiroid, dan beberapa jenis hormon polipeptida


menembus membran untuk masuk kedalam sel. Hormon tersebut berikatan
dengan reseptor internal bergerak dalam sitoplasma atau nukleus sel.

b. kompleks reseptor-hormon bergerak ke DNA di sisi atau di dekat gen


yang transkripsinya distimulasi oleh hormon. Di sisi ini, kompleks akan
berikatan dengan reseptor DNA spesifik untuk hormon.

c. gen kemudian diaktivasi oleh kompleks ini untuk membentuk


transkripsi mRNA, yang akan berdifusi ke dalam sitoplasma.

d. mRNA kemudian ditranslansi menjadi protein dan enzim yang memicu


respons seluler terhadap hormon.

2.1.6 Pengatur kecepatan dan jumlah sekresi hormon

8
Sekresi hormon oleh kelenjer endokrin mungkin dapat distimulasi
atau dihambat oleh kadar sejenis hormon dalam darah (diproduksi oleh
kelenjar itu sendiri, atau oleh kelenjar endokrin lain) atau oleh kandungan
nonhormon (misalnya, glukosa atau kalsium). Mekanisme kontrol umpan
balik juga terlibat dalam stimulasi atau inhibisi sekresi hormon. Terdapat
dua umpan balik, yaitu:

1. Umpan balik negatif. Jika peningkatan kadar zat hormon atau


non hormon dalam darah mengakibatkan inhibisi sekresi
hormon selanjutnya, maka mekanisme ini disebut sistem
umpan balik negatif.
2. Umpan balik positif. Jika kadar zat hormon atau nonhormon
dalam darah mengakibatkan peningkatan sekresi pada kelenjar
endokrin, mekanisme ini disebut sistem umpan balik positif.

Pelepasan hormon dari kelenjar endokrin juga dapat distimulasi


oleh implus saraf yang menjalar disepanjag serabut saraf dan langsung
berakhir pada sel kelenjar, atau seperti pada bagian posterior kelenjar
hipofisis, distimulasi oleh neurosekresi yang tersimpan dalam kelenjar
sebagai hormon.

2.2 Kelenjar Hipofisis(pituitary)


Kelenjar hipofisis(pituitary) adalah kelenjar endokrin kecil yang
terletak di rongga tulang di dasar otak tepat di bawah hipotalamus. Hipofisis
dihubungkan dengan hipotalamus oleh sebuah tangkai penghubung tipis. Jika
anda menunjukkan satu jari antara kedua mata dan jari lain mengarah ke
telinga anda maka titik imajiner tempat garis-garis ini berpotongan adalah
letak hipofisis anda (Sherwood L, 2012).

9
Kelenjar hipofisis adalah organ berbentuk oval sebesar kacang dengan
berat sekitar 0,5 g. Organ ini melekat pada bagian dasar hipotalamus otak
pada batang yang disebut infundibulum (batang hipotalamus). Hipofisis
terletak pada lekukan berbentuk pelana pada tulang sfenoid (sela tursika) dan
terbungkus dalam perpanjangan dura mater (slone, 2004).

2.2.1 Penggolongan Kelenjar Hipofisis


a. Hipofisis anterior
Hipofsis anterior dinamai juga adenohipofisis. Sekresi hormon
hipofisis anterior diatur oleh hormon yang dinamakan “releasing” dan
“inhibitory hormones (”factor”) hipotalamus” yang di sekresikan oleh
hipotalamus sendiri dan kemudian di hantarkan ke hipofisis anterior
melalui pembuluh darah kecil yang dinamkan pembuluh portal
hipotalamik – hipofisial. Kelenjar hipofisis anterior terdiri dari beberapa
jenis sel. Pada umumnya, terdapat satu jenis sel untuk setiap jenis hormon
yang di bentuk pada kelenjar ini dengan teknik perawatan khusus, bebagai
sel ini dapat dibedakan satu dengan yang lain. Satu-satunya kemungkinan
pengecualiannya adalah sel dari jenis yang sama mensekresihormon
luteinisasi dan hormone perangsang folikel (Setiadi, 2007).
Ada 6 hormon yang di sekresikan oleh hipofisis anterior yakni :
thyroid stimulating hormone (TSH, tirotropin ), adrenocorticotropic
hormone ( ACTH), luteinizing hormone (LH),Folicle-stimulating
hormon(FSH), proklatin dan hormon pertumbuhan.ACTH,prolaktin dan
hormon pertumbuhan adalah protein atau polipetida sederhana,sedangkan

10
TSH,LH dan FSH adalah glikoprotein.Prolaktin bekerja pada payudara. 5
hormon lainnya, paling tidak sebagian, merupakan hormon tropic; yaitu,
hormon yang merangsang sekresi zat aktif secara hormonal oleh kelenjar
endokrin lain atau khusus untuk hormon pertumbuhan oleh hati dan
jaringan lain. Lobus anterior hipofisis juga mensekresikan β- lipotropin
(LPH). Fungsi polipeptida ini belum diketahui (Ganong, 2008).

b. Hipofisis posterior
Hipofisis posterior terdiri dari jaringan saraf sehingga disebut
neurohipofisis (Sherwood L, 2012)
Hormon yang disekresikan oleh hipofisis posterior pada mamalia
adalah oksitosin dan vasopresin. Hormon pertumbuhan dan melanocyte
stimulating hormone dari lobus intermedius hipofisis, yaitu α-MSH dan β-
MSH (Ganong, 2008).
2.2.2 Hubungan Hipofisis dan Hipotalamus (slone, 2004).

a. Sistem Portal Hipotalamus –Hipofisis


1. Suplai darah ke lobus posterior (neurohipofisis) terjadi melalui dua
arteri hipofisis inferior, yang merupakan cabang arteri karotis internal,

11
memasuki lobus posterior dan membentuk jaringan-jaringan kapiler.
Aliran vena mengalir melalui vena hipofisis ke dalam sinus dural.
2. Suplai darah ke lobus anterior (hipofisis) adalah tidak langsung. Arteri
hipofisis superior (cabang arteri karotis interna) memasuki bagian
tenggah tonjolan hipotalamus dan batang infundibulum sehingga
membentuk jaring-jaring kapilar pertama.
3. Jaring kapilar pertama dialiri vena portal hipofisis, yang menjadi awal
jaring kapilar kedua dibagian bawah lobus anterior.
4. Sistem portal hipotalamus-hipofisis mengacu pada kedua jaring kapilar
diatas (satu dihipotalamus dan satu lagi dalam adenohipofisis) dan
vena yang terletak diantara keduanya. Melalui sistem ini, hormon yang
diproduksi di hipotalamus langsung dibawa ke adenohipofisis tanpa
memasuki sirkulasi darah besar.
b. Hubungan Saraf
1. Lobus posterior diinervasi langsung oleh neuron nucleus
supraoptik dan nucleus paraventrikular dalam hipotalamus.
Aksonnya memanjang menuruni batang infundibulum sebagai
traktus saraf hipofisis-hipotalamus untuk masuk ke neuron
hipofisis.
 Neuron hipotalamus mensekresi dua neurohormon,
oksitosin dan hormon antideuretik (ADH) yang dibawa
disepanjang akson dan disimpan dalam neurohipofisis.
 Hormon dilepas oleh neurohipofisis berdasarkan sinyal
dari neuron hipotalamus.
2. Lobus anterior tidak memiliki hubungan saraf langsung dengan
hipotalamus. Hormon hipofisis anterior juga dilepas
berdasarkan sinyal dari hipotalamus, tetapi melalui hubungan
vaskular.
Pada sebagian spesies adenohipofisis juga mencakup lobus
ketiga (lobus intermedius) tetapi manusia tidak memiliki lobus ini.
Pada vertebrata rendah, lobus intermeduis mengeluarkan beberapa

12
melanocyte stimulating hormon (MSH), yang mengatur warna kulit
dengan mengontrol penyebaran granula yang mengandung pigmen
melanin. Dengan mengatur warna kulit pada amphibi, reptil dan ikan
tertetu, MSH beerperan penting dalam kamuflase spesies-spesies ini
(Sherwood L, 2012).

Pada manusia sebagian dari hipofisis anterior yang terbentuk


sesaat sebagai lobus intermedius tersendiri selama masa janin
mengeluarkan sejumlah kecil MSH. Hormon ini tidak berperan dalam
perbedaan jumlah melanin yang mengendap di kulit sebagai ras atau
berkaitan dengan proses penggelapan kulit, meskipun aktifitas MSH
yang berlebihan menyebabkan kulit menjadi lebih gelap. pada manusia
MSH memiliki peranaan yang sama sekali berbeda yaitu mengontrol
asupan makanan. MSH juga tampaknya mempengaruhi eksitabilitas
sistem saraf, mungkin meningkatkan daya ingat dan belajar. Selain itu,
MSH terbukti menekan sistem imun, mungkin berfungsi secara check
and balance untuk mencegah respon imun yang berlebihan (Sherwood
L, 2012).
2.3 Hormon Lobus Anterior

Tidak seperti hipofisis posterior, yang mengeluarkan hormon yang di


sintesis oleh hipotalamus, hipofisis anterior itu sendiri membentuk hormon–
hormon yang akan dibebaskan kedalam darah (Sherwood L, 2012).

2.3.1. Growth hormon (GH) atau somatotropic hormon (STH)

13
Hormon ini adalah sejenis hormon protein. Hormon ini
mengendalikan pertumbuhan seluruh sel tubuh yang mampu
memperbesar ukuran dan jumlah, disertai efek utama pada
pertumbuhan tulang dan massa otot rangka (Sloane, 2004).
Hormon pertumbuhan manusia adalah suatu polipeptida yang
terdiri dari rantai tunggal dengan 191 asam amino yang memiliki dua
ikatan disulfida intramolekul. Hormon ini dikeluarkan oleh sel
somatotrof di hipofisis anterior. Secara structural GH berikatan dengan
somatomamotropin korionik manusia (hCS) yang dihasilkan plasenta,
suatu polipeptida yang meransang pertumbuhan janin dalam
kandungan. namun peptide hCS hanya memiliki potensi menginduksi
pertumbuhan sebesar 0,1% Dibanding dengan GH. Prolaktin juga
merupakan anggota family GH, serta memiliki 199 asam amino (tetapi
homologinya dengan GH hanya 16%) dan sebuah ikatan disulfida
tambahan (Marks, Dkk, 2013).

1. Efek Fisiologis (Sloane, 2004).


 Sintesi Protein. GH mempercepat laju sintesis protein pada
seluruh sel tubuh dengan cara meningkatkan pemasukan asam
amino melalui membran sel.

14
 Konservasi Karbohidrat. GH menurunkan laju penggunaan
karbohidrat oleh sel-sel tubuh, dengan demikian menambah
kadar glukosa darah.
 Mobilisasi Simpanan Lemak. GH menyebabkan peningkatan
mobilisasi lemak dan pemakaian lemak untuk energi.
 Stumulasi Pertumbuhan Rangka. GH menyebabkan hati
(mungkin juga ginjal) memproduksi somatomedin, sekelompok
faktor pertumbuhan dependen-hipofisis yang sangat penting
untuk pertumbuhan tulang dan kartilago.
2. Pengaturan Sekresi GH terjadi melalui sekresi dua hormon antagonis
a. Stimulus untuk Pelepasan
 Hormon Pelepas Hormon Pertumbuhan (Growth-Hormon
Releasing Hormon-GHRH) dari hipotalamus dibawa melalui
saluran portal hipotalamus-hipofisis menuju hipofisis anterior,
tempatnya menstimulasi sitesis dan pelepasan GH.
 Stimulus tambahan untuk pelepasan GH meliputi stress,
malnutrisi dan aktivitas yang merendahkan kadar gula darah
seperti puasa dan olahraga.
b. Inhibisi Pelepasan
 Sekresi GHRH dihambat oleh peningkatan kadar GH dalam darah
melalui mekanisme umpan balik negativ.
 Somatotastin, hormon penghambat hormon pertumbuhan (growth-
hormone-inhibiting hormone-GHIH) dari hipotalamus dibawa
menuju hipofisis anterior melaui sistem portal. Hormon ini
menghambat sintesi dan pelepasan GH.
 Stimulus tambahan untuk inhibisi GH meliputi obesitas dan
peningkatan kadar asam lemak darah.
Dalam waktu beberapa menit kecepatan sekresi hormon pertumbuhan
akan meningkat dan menurun terutama yang berkaitan dengan stress,
keadaan nutrisi (misalnya kelaparan dan hipoglikemia), ketegangan dan
trauma. Kadar hormon pertumbuhan akan meningkat jika orang dalam

15
keadaan berolahraga. Pengaturan sekresi hormon pertumbuhan ini oleh
kelenjar hipofisis dilakukan dengan keseimbangan dan lebih banyak
disekresi oleh hipotalamus (syifuddin, 2011)

2.3.2. Hormon Perangsang Tiroid (Thyroid-Stimulating Hormon-TSH)

TSH termasuk dalam golongan glikoprotein hipofisis dan plasenta


yang mencakup FSH, LH, dan gonadotropik korionik manusia (hCG).
Masing-masing memiliki subunit α umum dan subunit β yang secara
struktural tersendiri. Subunit β menetukan aktivitas biologis spesifik
dimer tersebut (Marks, Dkk, 2013).

1. Efek Fisiologis TSH


TSH atau tirotropin, megendalikan jumlah hormon tiroksin dan
triiodotironin yang disekresi kelenjar tiroid. TSH meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan sel-sel kelenjar tiroid, laju produksi hormonnya, dan efek
hormon terhadap metabolisme sel (Sloane, 2004).
2. Pengatur sekresi TSH
Sintesis dan pelepasan TSH dikendaliakn oleh hormon pelepasan-
tirotropin (thyrotropin-releasing hormone-TRH), hipotamus yang dibawa
melalui sistem portal hipotalamus hiofisis.

16
a. Sebaliknya, sekresi TRH diatur oleh kadar hormon tiroid yang
bersirkulasi dalam darah (umpan balik negativ) dan melalui laju
metabolik tubuh.
 Jika kadar sirkulasi hormon tiroid meningkat dan laju
metabolism tubuh juga meningkat, TRH akan diinhibisi.
 Jika kadar homon dalam darah atau metabolisme seluler
menurun, maka sekresi TRH akan distimulasi.
b. Pajanan udara yang sangat dingin dalam waktu lama merupakan faktor
lingkungan yang menstimulasi pelepasan TRH. Ini meningkatkan
produksi hormone tiroid yang akan mempercepat laju metabolik untuk
menghangatkan tubuh.

2.3.3. Hormon Adrenokortikotropik (adrenocorticortropic hormone-


ACTH)
Hormon ini juga disebut kortikortropin. ACTH adalah suatu hormon
peptida yang terdiri dari 39 residu asam amino. Hormon ini di sintesis di
sel kotrikotrofik kelenjar hipofisis anterior. Sekresinya terutama
dirangsang oleh CRH dari hipotalamus dan dihambat oleh peningkatan di
atas ambang kritis kadar kortisol dalam darah yang membasuh kelenjar
hipofisis anterior (Marks, Dkk, 2013).
ACTH dihasilkan di sel kortikotrofik melalui pemutusan
proopiomelanokortin (POMC), suatu makromolekul dengan berat
molekul 28.500. POMC terdiri dari 265 asam amino termasuk sebuah
peptida sinyal yang terdiri dari 26 asam amino. Faktor yang mengatur
pembentukan POMC serupa dengan faktor yang mengatur pembentukan
ACTH (Marks, Dkk, 2013).
1. Efek Fisiologis
ACTH menstimulasi sekresi hormon-hormon adrenokortikal dari
korteks adrenal, terutama glukokortikoid (Sloane, 2004).
2. Kendali Sekresi

17
ACTH diatur oleh hormon pelepas kortikotropin (corticotropin-
releasing hormone-CRH) dari hipotalamus. Mekanisme umpan balik
untuk stimulasi atau inihibisi CRH, ACTH dan hormon-hormon
korteks adrenal memiliki fungsi yang sama dengan mekanisme umpan
balik pada TRH, TSH dan hormon-hormon tiroid (Sloane, 2004).
2.3.4. Hormon yang Berkaitan Dengan ACTH
ACTH Endorfin dan Hormon Perangsang Melanosit (melanocyte-
stimulatinng hormone-MSH) semuanya merupakan derivate dari
proopiemelanokortin (POMC). Sejenis molekul prekursor besar yang
diproduksi lobus anterior dan intermedia pada hipofisis (Sloane, 2004).
1. Endorfin disebut endogenous opiates karena berasal dari dalam
tubuh dan efeknya menyerupai efek heroin dan morfin. Zat ini
berkaiatan dengan penghilang nyeri alamiah (analgesik), dan
berfungsi untuk merepon stress atau olahraga.
2. MSH menstimulasi pembentukamn pigmen dan peyebaran sel-sel
penghasil pigmen (melanosit) pada epidermis.
2.3.5. Gonatropin
Kelenjar hipofisis anterior menghasilkan berbagai glikoprotein
yang mengontrol pematangan gamet pria dan wanita serta pembentukan
steroid seks gonad yang mendorong pematangan dan fungsi seksual
normal. Hormon glikoprotein ini termasuk dalam golongan substansi
endokrin yang dikenal sebagai gonadotropin, yang mencakup hormone
hipofisis FSH dan LH, hormon plasenta chorionic gonadotroin (hCG atau
koriogonadotropin). Masing-masing hormon ini memiliki subunit α dan
subunit β unik. hCG mempertahankan korpus luteum selama tahap awal
kehamilan (Marks, Dkk, 2013).
Hormon Perangsanng Folikel (Follicle-Stimulating Hormone-FSH)
dan Luteinizing Hormon (LH), disebut hormon gonadotropik karena
hormon ini mengatur fungsi gonad (Sloane, 2004).

18
1. Efek Fisiologis FSH (Sloane, 2004).
 Pada perempuan, FSH menstimulasi pertumbuhan folikel
ovarium dan membantu menstimulasi produk estrogen
ovarium.
 Pada lakki-laki, FSH merangsang pertumbuhan dan
perkembangan spermatozoa dalam tubulus semineferus testis.
2. Efek Fisiologis LH (Sloane, 2004).
 Pada perempuan, LH bekerjasama dengan FSH, menstimulasi
produksi estrogen. LH bertanggung jawab untuk ovulasi dan
sekresi progesteron dari folikel yang ruptur.
 Pada laki-laki, LH menstimulasi sel-sel interstinal tubulus
semineferus testis untuk memproduksi androgen (testosterone).
3. Kendali Sekresi FSH dan LH (Sloane, 2004).
 Gonadotropin hipofisis diatur oleh hormon pelepas gonadotropin
(gonadotropin-releasing hormone-GnRH) dari hipotalamus.
 GnRH menyebakan pelepasan FSH dan Lh, yang pada gilirannya
akan menyebabkan pelepasan hormon-hormon gonad (estrogen,
progrsteron dan testosterone).
 Mekanisme umpan balik postitif dan negative terlibat dalam
sekresi GnRH, gonadotropin hipofisis, dan hormon-hormon gonad.

2.3.6. Prolaktin (PRL)

19
Prolaktin manusia terdiri dari 199 asam amino yang memiliki 3
jembatan disulfida internal. Hormon ini memiliki berbagai bentuk iso,
yang masing-masing memiliki potensi biologis berlainan. Keragaman
alamiah ini terjadi akibat modifikasi pascatranskripsi dan pascatranslasi
(Marks, Dkk, 2013).
Prolaktin dibentuk di laktotrof hipofisis anterior. Prolaktin seperti
semua hormon hipofisis anterior, dikeluarkan secara episodik dengan pola
sekresi 24 jam yang tersendiri dan memperlihatkan puncak nocturnal
berkaitan dengan tidur (Marks, Dkk, 2013).
Prolaktin disekresi selam masa kehamilan dan saat menyesui setelah
melahirkan.
1. Efek Fisiologis
Prolaktin memicu dan mempertahankan sekresi air susu dari
kelenjar mammae yang sebelumnya juga telah dipersiapkan untuk
laktasi melalui kerja hormon lain (Sloane, 2004).
Efek prolaktin pada pembentukan susu timbul akibat pengikatan
prolaktin ke reseptor di membran plasma sel sekretorik kelenjar
payudara. Prolaktin juga mampu untuk berikatan dengan reseptor di
hati, ginjal, adrenal, testis, indung telur, rahim, dan jaringan lain.
Luasnya jaringan yang peka prolaktin ini dapat menjelaskan mengapa
aktivitas biologis hormon ini sangat beragam. Namun, mekanisme
predominan pembentukan sinya lpascareseptor yang memperentarai
efek tersebut masih belum dipastikan (Marks, Dkk, 2013).
Pengeluaran prolaktin dirangsang oleh penghisapan puting
payudara oleh bayi, yaitu rangsangan yang sama yang mendorong
pengeluaran oksitosin. Oksitosin menyebabkan kontraksi sel mioepitel
di kelenjar payudara sehingga susu di semprotkan melalui puting
payudara, sedangkan prolaktin merangsang pembentukan susu.
Dengan demikian rangsangan yang mendorong pengeluaran susu dari
kelenjar payudara juga berfungsi mengganti pasokan susu (Marks,
Dkk, 2013).

20
2. Kendali sekresi PRL melibatkan dua hormon hipotalamus (Sloane,
2004).
 Pelepasan dihambat oleh hormon penghambat prolaktin
(prolactin-inhibiting hormone-PIH), yang identik dengan
neurotransmitter dopamine.
 Pelepasannya dipercaya distimulasi oleh factor pelepas
prolaktin (prolactin-releasing factor PRF), tetapi identifikasi
atau sintesis kimia PRF dalam tubuh manusia belum diketahui.

21
2.4 Hormon Lobus Posterior :ADH dan Oksitosin

Kedua hormon ini disintesis oleh saraf-saraf dalam hipotamalus,


dibawa disepanjang aksonnya (transport aksonplasma) dan disimpan dalam
neurohipofisis untuk dilepas ke ujung akson. Masing-masing hormon di
sekresi oleh sekelompok neuron yang terpisah (Sloane, 2004).
2.4.1. ADH atau vasopressin
Vasopressin adalah suatu peptida yang terdiri dari Sembilan asam
amino. Hormon ini dihasilkan oleh nukleus supraoptikus dan
paraventrikularis hipotalamus. Karena mengandung sebuah residu
arginin di posisi 8, yang berbeda dari vasopressin mamalia yang
mengandung sebuah residu lisin di posisi tersebut, maka hormon ini
disebut vasopressin arginin (AVP) (Marks, Dkk, 2013).

22
1. Efek Fisiologis(Sloane, 2004).
 Hormon antidiuretic (ADH) meningkatkan retasi air. Hormon
ini menurunkan volume air yang hilang dalam urin
(antidiuresis) melalui peningkatan reabsorbsi air dari tubulus
konvulusi distal dan duktus pengumpul di ginjal.
 ADH membantu meningkatkan tekanan darah dengan
merangsang kontriksi pembuluh darah perifer.
2. Kendali Sekresi (Sloane, 2004).
Pelepasan ADH diatur melalui perubahan osmolaritas darah
(konsentrasi eletrolit) dan perubahan volume serta tekanan darah.
 Peningkatan Konsentrasi Cairan Tubuh atau penurunan volume
darah menyebabkan sekresi ADH, yang bekerja di ginjal untuk
mempertahankan cairan tubuh.
 Penurunan Konsentrasi Cairan Tubuh atau peningkatan volume
darah (misalnya setelah minum air) menyebabkan inhibisi
ADH, sehingga volume air yang hilang melalui ginjal
bertambah besar.
 Pelepasan ADH diinhibisi (menyebabkan kehilangan air) oleh
alkohol dan kafein.
 Pelepasan ADH distimulasi (menyebabakan retensi air) oleh
nyeri, kecemasan dan trauma, serta oleh obat-obatan seperti
nikotin,morfin dan barbiturate.
Hormon anti diuretik (ADH) dibentuk dalam nukleus supraoptik
dan mengandung asam amino. Mekanisme kerja ADH adalah
meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorbsi sebagian air yang
disimpan didalam tubuh dan mempermudah difusi bebas air dari tubulus
cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara otomatis (syaifuddin, 2011).
Pengaturan produksi ADH dilakukan dengan cara bila cairan
ekstraseluler menjadi terlalu pekat, maka cairan akan di tarik dengan
proses osmosis keluar dari sel osmoreseptor sehingga mengurangi ukuran
sel dan menimbulkan sinyal saraf dalam hipotalamus untuk mensekresi

23
ADH tambahan. Sebaliknya jika cairan ekstraseluler terlalu encer, air
bergerak melalui osmosis dengan arah berlawanan masuk kedalam sel.
Keadaan ini akan menurunkan sinyal saraf untuk menseresikan ADH
(syaifuddin, 2011).
Salah satu rangsangan yang menyebakan sekresi ADH menjadi
kuat adalah penurunan volume darah . keadaan ini terjadi secara hebat saat
volume darah turun 15-25 % dengan kecepatan sekresi meningkat 50x dari
normal. Peranan penting dalam proses pembetukan laktasi adalah
menyebabkan timbulnya pengiriman air susu dari alveoli ke duktus
sehingga dapat dihisap oleh bayi (syaifuddin, 2011).

2.4.2. Oksitosin
Oksitosin adalah suatu nanopeptida yaitu yang mengadung
Sembilan asam amino. Hormone ini disintesis di dalam neuron nucleus
supraoptikus dan paraventrikularis hipotalamus yang terpisah dari neuron
yang menghasilkan vasopressin. Struktur vasopressin dan oksitosin juga
mirip satu sama lain (Marks, Dkk, 2013).

1. Efek Fisiologis Oksitosin pada perempuan. (oksitoksin tidak dikenali


fungsinya pada laki-laki, walaupun dilepas saat stimulasi seksual)
(Sloane, 2004).

24
 Oksitosin menstimulasi kontraksi sel-sel otot polos uterus
selama senggama, dan saat persalinan serta kelahiran pada ibu
hamil.
 Oksitoksin menyebabkan keluarnya air susu dari kelenjar
mammae pada ibu menyusui dengan menstimulasi sel-sel
mioepitelial (kontraktil) disekitar alveoli kelenjar mammae.
2. Kendali Sekresi Oksitosin (Sloane, 2004).
 Pengisapan payudara, desahan napas atau suara seorang bayi,
atau stimulasi puting atau areola pada ibu menyusui
mengakibatkan stimulus saraf pada hipotalamus, sekresi
oksitosin dan keluarnya air susu. Ini disebut reflex keluar air
susu.
 Pelepasan oksitosin dan air susu dihambat oleh stress
emosional.
Oksitosin merangsang kontraksi otot polos uterus untuk membantu
mengeluarkan janin selama persalinan dan hormon ini juga merangsang
penyemprotan (ejeksi) susu dari kelenjar payudara selama menyusui.
Sekresi oksitosin oleh refleks – refleks yang berasal dari jalan lahir selama
persalinan dan oleh refleks yang terpicu ketika bayi menghisap
payudara(Sherwood, 2012).
Selain kedua efek fisiologik utama tersebut, oksitosin terbukti juga
mempengaruhi berbagai perilaku, terutama perilaku ibu. Sebagai contoh
hormone ini meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayinya (Sherwood,
2012).

25
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk mengatur


dan mengkoordinasikan aktivitas tubuh. Salah satu sistim endokrin yang
telah dibahas yaitu kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis(pituitary) yang
merupakan kelenjar endokrin kecil yang terletak di rongga tulang di dasar
otak tepat di bawah hipotalamus. Hormon yang di sekresikan kelenjar
hipofisis anterior yakni : thyroid stimulating hormone (TSH, tirotropin ),
adrenocorticotropic hormone ( ACTH), luteinizing hormone (LH),Folicle-
stimulating hormon(FSH), proklatin dan hormon pertumbuhan. Dan hormon
yang disekresikan hipofisis posterior pada mamalia adalah oksitosin dan
vasopresin.

3.2 SARAN

Demikian makalah ini kami sampaikan, kritik dan saran dari dosen
pengajar dan yang membaca makalah ini perlu disampaikan supaya
makalah ini menjadi sempurna. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 22. Jakarta : EGC.
Marks, Dawn.B, Dkk. 2013. Biokomia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan
Klinis. Jakarta : EGC
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Sloone, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Syaifuddin. 2011. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan,
Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Medika.

27

Anda mungkin juga menyukai