Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH SISTEM ENDOKRIN DAN IMUN

DIAJUKAN UNTUK PEMENUHAN TUGAS IDK 1


DOSEN PEMBIMBING : Inggrid Dirgahayu, SKp.,MKM

Disusun oleh:
Adelia (191FK03103)

Dela Lorenza (191FK03110)

M. Javier Zada (191FK0109)

Nelis Siti Aisyah(191FK03108)

KELAS 1 C

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA (UBK)
2019-2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Ilmu Dasar Keperawatan dengan judul “Sistem Endokrin dan Imun”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Ibu/Bapak Dosen yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Bandung, 22 November 2019

Penulis

1
Daftar Isi
Kata Pengantar ---------------------------------------------------------------------- i

Daftar Isi --------------------------------------------------------------------------- ii

BAB I PENDAHULUAN ---------------------------------------------------------- 1

1.1 Latar Belakang -------------------------------------------------------------- 1


1.2 Rumusan Masalah----------------------------------------------------------- 2
1.3 Tujuan ------------------------------------------------------------------------ 2

BAB II PEMBAHASAN----------------------------------------------------------- 3

2.1 Anatomi dan Fisiologi sistem Endokrin -------------------------------- 3


2.2 Pengertian Hormon -------------------------------------------------------- 4
2.3 Komponen Utama Sistem Endokrin ------------------------------------- 4
2.4 Perbedaan Sistem Eksokrin dan Endokrin ------------------------------ 6
2.5 Jenis Kelenjar Endokrin Dalam Tubuh Manusia ----------------------- 8
2.6 Tipe-Tipe Sel Pada Pulau Langerhans --------------------------------- 12
2.7 Hubungan Hipotalamus dan Kelenjar Endokrin ---------------------- 13
2.8 Organ Yang Menyusun Sistem Imun ---------------------------------- 17
2.9 Jenis Leukosit dan Perbedaannya -------------------------------------- 19
2.10 Jenis Limfosit dan Perbedaannya ------------------------------------- 17

BAB III PENUTUP--------------------------------------------------------------- 26

3.1 Kesimpulan --------------------------------------------------------------- 26


Daftar Pustaka ---------------------------------------------------------------- 27

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang :
sistem endokrin terdiri dari kelenjar endokrin tanoa duktus yang
tersebar diseluruh tubuh. Meskipun kelenjar-kelenjar endokrin secara
anatomis tidak berhubungan namun secara fungsional kelenjar-kelenjar
tersebut membentuk suatu sistem. Semua kelenjar endokrin
melaksanakan fungsinya dengan mengeluarkan hormone ke dalam
darah dan terdapat banyak interaksi fungsional diantara berbagai
kelenjar endokrin.
1) Adapun fungsi keseluruhan sistem endokrin adalah sebagai berikut
:Mengatur metabolisme organic serta keseimbangan H2O dan
elektrolit, yang secara kolektif penting dalam mempertahankan
lingkungan internal yang konstan
2) Menginduksi perubahan adaptif untuk membantu tubuh
menghadapi situasi stress
3) Mendorong tumbuh kembang yang lancer dan berurutan
4) Mengontrol reproduksi

B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan tentang Anatomi dan Fisiologi sistem endokrin
2. Menyebutkan istilah-istilah dalam Sistem endokrin

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui struktur dan fungsi tubuh yang berkaitan dengan
sistem endokrin melalui anatomi dan fisiologi sistem endokrin
2. Agar kita dapat mengetahui istilah-istilah yang kurang dipahami
dalam sistem endokrin.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin


System endokrin adalah suatu system yang bekerja dengan
perantaraan zat-zat kimia (hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin.
Kelenjar endokrin merupakan kelenjar buntu (sekresi interna) yang
mengirim hasil sekresinya langsung masuk ke dalam darah dan cairan limfe,
beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus (saluran). Hasil
sekresinya disebut hormon, dan excresi hormonnya ke cairan intrasel (tidak
langsung ke pembuluh darah). Hormone ini masuk ke dalam darah dan
dibawa oleh system peredaran darah ke seluruh bagian tubuh. Sistem
endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar endokrin dan bekerja sama dengan
system saraf, mempunyai peranan penting dalam pengendalian kegiatan
organ-organ tubuh. Meskipun darah menyebarkan hormone ke seluruh
tubuh namun hanya sel sasaran tertentu yang dapat berespon terhadap
masing-masing hormone, karena hanya sel sasaran yang memiliki reseptor
untuk mengikat hormone tertentu. Jadi setelah dikeluarkan, hormone
mengalir dalam darah ke sel sasaran di tempat yang jauh, tempat bahan ini
mengatur atau mengarahkan fungsi tertentu.
Kelenjar endokrin yang terdapat didalam tubuh adalah sebagai berikut :
 Kelenjar yang seluruhnya kelenjar endokrin
 Hypophysis (Glandula pituitaria)
 Glandula thyreoidea
 Glandula parathyreoidea
 Thymus
 Glandula pinealis
 Glandula suprarenalis
 Organ- organ yang dilengkapi dengam kumpulan sel-sel endokrin
Selain menjalankan tugas tertentu organ ini juga mengeluarkan

4
hormone dari bagian endokrinnya. Organ yang termasuk kedalam
kelompok ini adalah :
 Pulau-pulau Langerhans di dalam pancreas
 Organ reproduksi atau gonad :
 Ovarium pada perempuan
 Testis pada laki-laki
 Gaster dari intestinal

2.2 Pengertian Hormon


Hormone adalah bahan ( penghantar kimiawi) yang dihasilkan tubuh
oleh organ yang memiliki efek regulatik spesifik terhadap aktivitas organ
tertentu, yang disekresi oleh kelenjar endokrin, diangkut oleh darah ke
jaringan sasaran untuk memengaruhi/ mengubah kegiatan jaringan sasaran.
(Syaifuddin, 2011)
Pada makhluk hidup, khususnya manusia hormon dihasilkan oleh
kelenjar yang tersebar dalam tubuh. Cara kerja hormon di dalam tubuh tidak
dapat diketahui secara cepat perubahannya, akan tetapi memerlukan waktu
yang lama. Tidak seperti sistem saraf yang cara kerjanya dengan cepat dapat
dilihat perubahannya. Hal ini karena hormon yang dihasilkan akan langsung
diedarkan oleh darah melalui pembuluh darah, sehingga memerlukan waktu
yang panjang.

2.3 Komponen Utama dalam Sistem Endokrin


Tiga komponen utama sistem endokrin adalah :
a. Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu (sekresi interna) yang
mengirim hasil sekresinya langsung masuk ke dalam darah dan
cairan limfe, beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewat duktus
(saluran). (Syaifuddin, 2011)
b. Hormone adalah bahan ( penghantar kimiawi) yang dihasilkan
tubuh oleh organ yang memiliki efek regulatik spesifik terhadap
aktivitas organ tertentu, yang disekresi oleh kelenjar endokrin,

5
diangkut oleh darah ke jaringan sasaran untuk memengaruhi/
mengubah kegiatan jaringan sasaran. (Syaifuddin, 2011)
c. Sel reseptor hormone merupakan olekul pengenal spesifik dari sel
tempat hormon berikatan sebelum memulai efek biologiknya
Umumnya pengikatan Hormon Reseptor ini bersifat reversibel dan
nonkovalen Reseptor hormon bisa terdapat pada permukaan sel
(membran plasma) atau pun intraselluler. (Indah, Mutiara. 2004)

2.4 Perbedaan kelenjar eksokrin dan endokrin


a. Kelenjar eksokrin yaitu kelenjar yang mempunyai saluran khusus
dalam penyaluran hasil senyawanya. Senyawa yang dihasilkan
kelenjar eksokrin dialirkan melalui saluran (duktus) misalnya : air
liur dan kelenjar keringat. (Karmana, Oman. 2006)
b. Kelenjar endokrin yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran
khusus dalam penyaluran hasil senyawanya. Senyawa yang
dihasilkan kelenjar endokrin tidak dialirkan melalui suatu saluran,
tetapi langsung terdifusi ke dalam darah. Kelenjar endokrin
berhubungan erat dengan kapiler darah sehingga hasil sekresi
kelenjar ini masuk ke pembuluh darah dan mengalir bersama aliran
darah. (Karmana, Oman. 2006)

2.5 Jenis Kelenjar Endokrin dalam Tubuh Manusia, Lokasi, Hormon


Yang Dihasilkan, dan Fungsinya

a. Kelenjar pinealis
Kelenjar pienalis atau kelenjar epifise terdapat di dalam ventrikel otak.
Kelenjar ini menonjol dari mesensefalon ke atas dan ke belakang kolikus
superior. Kelenjar ini berukuran kecil dan berwarna merah seperti cemara
(Syaiffudin, H., 2006).

6
Gambar 1.1 Kelenjar Pineal
Dari segi struktur, kelenjar pienalis dibungkus jaringan ikat piamater.
Elemen-elemen jaringan ikat membentuk septasi dan lobulasi. Komponen
seluler utama dari kelenjar ini adalah astrosit dan pienalisosit (sel epiteloid).
Sel-sel jaringan ikat (sel plasma, fibroblas, sel mast, makrofag) juga sering
ditemukan (Universitas Gadjah Mada., n.d). Fungsi dari kelenjar pienalis ini
belum diketahui secara jelas. Kelenjar ini menghasilkan sekresi interna yang
berfungsi untuk membantu pankreas serta kelenjar kelamin yang penting
untuk mengatur aktivitas seksual serta reproduksi manusia. Dalam
menjalankan fungsinya, kelenjar pienalis diatur oleh syarat syaraf yang
ditimbulkan cahaya oleh mata. Kelenjar ini menyekresikan melatonin
(Syaiffudin, H., 2006).
 Hormon melatonin : Pada remaja hormon ini dihasilkan lebih banyak
bila dibandingkan dengan orang dewasa. Melatonin merupakan hormon
yang berfungsi untuk mengatur irama sirkandian manusia. Hormon ini
berperan untuk mengatur rasa kantuk pada diri seseorang (Syaiffudin,
H., 2006).

7
a. Kelenjar hipofisis/pituitary/master of glands

Gambar 1.2. Kelenjar Hipofisis/Pituitary


Kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitari merupakan kelenjar yang terletak
di sela tursika, pada konvavitas berbentuk sadel dari tulang sfenoid
(Jayapardi, I., 2002). Kelenjar hipofisis memiliki ukuran kira-kira 10x13x6
mm serta memiliki berat sekitar 0,5 sampai 1 gram. Bagian superior dari
kelenjar hipofisis ini terdapat diafragma sella. Diafragma sella merupakan
suatu perluasaan transversal dari duramater. Bagian ini juga merupakan
suatu bagian yang ditembus oleh tungkai hipofisis (Jayapardi, I., 2002).
Secara fisiologis, kelenjar hipofisis dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu hipofisis anterior (adenohipofisis) serta hipofisis posterior
(neurohipofisis). Antara hipofisis anterior dan hipofisis posterior, terdapat
suatu daerah kecil yang disebut sebagai pars intermedia.

8
Gambar 1.4. Kelenjar Hipofisis dan fungsinya

Lobus Anterior/Adenohypophysis : Secara embirologis, hipofisis anterior


merupakan bagian hipofisis yang berasal dari kantong rathke. Kantung
ranthke merupakan suatu invaginasi epitel faring sewaktu pembentukan
embrio. Hal ini berbeda dengan hipofisis posterior (Guyton, A. C., & Hall,
J. E., 2012).

9
Gambar 1.3. kelenjar Hipofisis Anterior

Sel yang
No. Hormon Fungsi
Menghasilkan
1. Sel orangeophil GH (Growth Hormon yang berfungsi merangsang
(alpha Hormone) pertumbuhan tulang, jaringan lemak,
acidophil/sel serta visera penting pada individu
somatotrope) yang masih muda. Selain itu, hormon
ini berfungsi mengatur metabolisme
protein, elektrolit, karbohidrat dan
lemak
2. Sel carminophil Hormon Merangsang pertumbuhan payudara
(epsilon prolaktin wanita dan memproduksi air susu
acidophil/sel (luteotropic
mammotrope) hormone/ LTH).
3. Sel beta thyrotropic Menstimulasi sintesis dan sekresi
basophil (sel hormon/thyroid hormon tiroid (tiroksin dan
thyrotropic) stimulating triiodotironin)
hormone/TSH

10
4. Sel FSH (Folicle Menimbulkan pertumbuhan folikel di
gonadothropic stimulating ovarium dan membentuk sperma
tipe 1 hormone) pada testis
5. Sel LH (Luteinizing Menstimulasi sintesis testosteron di
gonadothropic Hormone) sel Leydig testis, merangsang ovulasi,
tipe 2 pembentukan korpus luteum, dan
sintesis estrogen dan progesteron di
ovarium
6. Sel ACTH Menstimulasi sintesis dan sekresi
corticotrophic (Adenocorticotr hormon adenokortikal (kortisol,
opic Hormone). androgen dan aldosterone).
7. Sel pada pars Melanocyte- Mempengaruhi kondisi kulit,
intermedia stimulating membantu proses pigmentasi
hormone
(MSH).
Sumber: (Pratiwi, H., 2013) (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012) (Syaiffudin,
H., 2006).

Lobus Posterior/Neurohipophyisis
Hipofisis posterior merupakan bagian hipofisis yang berasal dari evagianasi
atau penonjolan jaringan saraf dari hipotalamus (Syaiffudin, H., 2006).
No. Hormon Fungsi
1. Antidiuretic hormone Meningkatkan reabsorbsi air oleh ginjal dan
(ADH/vasopressin) menimbulkan vasokontriksi serta
meningkatkan tekanan darah
2. Oksitosin Merangsang ejeksi air susu dari payudara
dan merangsang kontraksi uterus
Sumber: (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012) (Syaiffudin, H., 2006).

11
b. Kelenjar thyroid
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar endokrin terbesar di dalam tubuh.
Secara normal, kelenjar ini memiliki berat 15-20 gram pada manusia dewasa
(Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012). Kelenjar tiroid terletak tepat dibawah
laring pada kedua sisi dan sebelah anterior trakea, serta terdiri dari dua
lobus, yaitu lobus dekstra dan sinistra. Kedua lobus ini saling berhubungan.
Masing-masing lobus memiliki tebal 2 cm, panjang 4 cm, dan lebar 2,5 cm
(Syaiffudin, H., 2006). Secara mikroskopis, struktur kelenjar tiroid ini
terdiri dari banyak folikel-folikel tertutup yang dipenuhi oleh bahan
sekretorik yang disebut koloid. Koloid ini dibatasi oleh sel-sel epitel kuboid
yang berperan mengeluarkan hormonnya ke bagian folikel. Unsur utama
dari koloid adalah glikoprotein trigobulin besar, yang mengandung hormon
tiroid dalam molekul-molekulnya. (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012).

Gambar 1.3. Kelenjar Tiroid dan kelenjar Paratiroid

Secara fisiologis, kelenjar tiroid ini berfungsi untuk menyesekresikan dua


hormon utama, yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
 Tiroksin (T4) dan Triiodotironin (T3). Sekeresi hormon tiroid ini
memerlukan bantuan TSH untuk endosistosis koloid pada mikrovili,
enzim proteolitik untuk memecahkan tiroksin (T4) dan triiodotironin
(T3) dari trigobulin. Selanjutnya tiroksin (T 4) dan triiodotironin (T3)

12
akan dilepaskan ke dalam darah. Kedua hormon berfungsi untuk
meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh dengan meningkatkan
kecepatan reaksi kimia di sebagian besar sel. (Guyton, A. C., & Hall, J.
E., 2012).
 Kalsitonin. Selain tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3), kelenjar ini juga
menyesekresikan kalsitonin. Hormon kalsitonin merupakan hormon
yang berfungsi untuk menambah deposit kalsium di tulang. Selain itu,
hormon ini berfungsi untuk mengurangi konsentrasi kalsium di cairan
ekstrasel (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012).

c. Kelenjar paratiroid
Kelenjar paratiroid merupakan kelenjar yang terletak di atas selaput
yang membungkus kelenjar tiroid. Kelenjar ini terdiri dari 4 buah. Setiap
dua pasang kelenjar ini terletak pada dibelakang tiap lobus dari kelenjar
tiroid. Setiap kelenjar paratiroid berukuran kira-kira 5x5x3 mm, dengan
berat sekitar 25-30 mg (Syaiffudin, H., 2006).

Gambar 1.5. Kelenjar Parathiroid


Sel utama dari kelenjar ini terdiri dari sel prinsipal dan sel oksifil. Sel
prinsipal ada 2 macam, yaitu sel prinsipal terang dan sel prinsipal gelap.

13
Jumlah sel prinsipal lebih banyak dibanding sel oksifil. Hormone yang
dihasilkan oleh kelenjar paratiroid adalah hormone Paratiroksin.
 Paratiroksin merupakan polipeptida produk sekretorik sel-sel prinsipal
kelenjar paratiroid (Universitas Gadjah Mada., n.d). Hormon ini
berfungsi untuk mengatur konsentrasi ion kalsium serum. Produksi
hormon paratiroksin akan meningkat apabila kadar kalsium dalam
plasma menurun. Hormon ini meningkatkan kadar kalsium dalam darah
dengan meningkatkan absorbsi kalsium pada usus dan ginjal, serta
melepaskan kalsium dari tulang (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012).

d. Kelenjar suprarenalis/adrenal
Kelenjar adrenal merupakan kelenjar berbentuk ceper yang terdapat di
bagian atas ginjal. Kelenjar adrenal berjumlah dua buah, terdapat satu pada
masing-masing ginjal. Kelenjar ini memiliki berat kira-kira 5-9 gram
(Syaiffudin, H., 2006). Kelenjar ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian luar
(korteks) serta bagian dalam (medula). Bagian korteks merupakan bagian
kelenjar yang berasal dari sel-sel mesodermal, sedangkan bagian medula
merupakan bagian yang berasal dari sel-sel ectodermal (Universitas Gadjah

14
Mada., n.d). Perbatasan korteks-medula interdigitasi atau dapat terlihat
jelas.

Gambar 1.6. Kelenjar Adrenal


Bagian Kortex
Bagian korteks adrenal merupakan bagian yang tersusun dari sel-sel
sekretorik berbentuk polihedral tersusun dalam bentuk tali-tali, biasanya
setebal 2 sel. Tali-tali tersebut terorientasi secara radial dari daerah medula.
Bagian ini terbagi menjadi beberapa zona, yaitu zona gromerulosa (lapisan
luar), zona fasikulata (lapisan tengah yang paling besar), zona retikularis
(lapisan dalam langsung yang mengelilingi medula) (Universitas Gadjah
Mada., n.d).
No. Hormon Fungsi
1. Aldosteron (salah satu Meningkatkan reabsorbsi natrium ginjal,
jenis hormon dari sekresi kalium, dan sekresi ion hidrogen
golongan
mineralkortikoid)
2. Glukokortikoid (jenis  Meningkatkan glikogenesis dan
hormon yang terutama glukogenesis di dalam sel hati
dilepaskan adalah  Meningkatkan metabolisme protein
kortisol) terutama di otot dan tulang
 Meningkatkan sintesis DNA dan RNA
dalam sel hati
 Menahan ion Na dan ion Cl, meningkatkan
sekresi ion K di dalam ginjal
 Menurunkan ambang rangsangan susunan
saraf pusat
 Menggiatkan sekresi asam lambung

15
 Menguatkan efek noreadrenalin terhadap
pembuluh darah dan merendahkan
permeabilitas dinding pembuluh darah
 Mempunyai efek antiinflamasi. Hormon ini
menstabilkan membran lisosom,
menurunkan sintesis kolagen, meninggikan
degradasi kolagen, dan menghambat
prolifuasi fibroblas.
 Menurunkan daya tahan terhadap infeksi
dan menghambat pembentukan antibodi
 Menghambat pelepasan histamin dan reaksi
alergi
3. Androgen (terutama Hormon yang terkait dengan maskulinisasi
ketosteroid yang memacu anabolisme protein dan
dehidroepialdosteron) merangsang pertumbuhan.
4. Estrogen Memacu pertumbuhan dan perkembangan
sistem reproduksi wanita, payudara wanita dan
ciri seksual sekunder wanita.
Sumber: (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012) (Syaiffudin, H., 2006).

16
Gambar 1.6. Kelenjar Adrenal bagian korteks dan medulla

Bagian Medulla
Medula adrenal memiliki beberapa komponen utama medula, yaitu
sel kelenjar, sel ganglion, venula, dan kapiler. Sel kelenjar dari medula
adrenal berukuran besar, berbentuk kolumner atau polihedral, nukleusnya
besar dan vesikuler. Sel kelenjar ini terpolarisasi, satu kutub menghadap
venula, kutub yang lain menghadap kapiler. Sitoplasmanya basofil serta
memiliki granula yang tercat kromafin yang sering disebut adrenokron. Sel-
selnya disebut sel kromafin atau feokrom (Universitas Gadjah Mada., n.d).
Kelenjar ini ini berkaitan dengan sistem saraf simpatis yang menyekresikan
epinefrin dan norepinefrin sebagai respon terhadap rangsang simpatis. Sel
kelenjar dapat memproduksi efinefrin disamping norefrinefrin yang diubah
oleh enzim yang dirangsang oleh kortisol (Syaiffudin, H., 2006).
No. Hormon Fungsi
1. Norefinefrin Pada sistem kardiovaskuler, hormon ini
menyebabkan vasokonstriksi sehingga hormon ini

17
berperan dalam meningkatkan tekanan darah.
Tekanan darah yang meningkat berperan untuk
memperbaiki keadaan syok yang bukan disebabkan
oleh pendarahan.
2. Efinefrin 1. Pada sistem kardiovaskuler, hormon ini
berfungsi untuk memvasodilatasi arteriole dari
otot tulang serta memvasokontriksi arteriole
pada kulit. Pada jantung, efinefrin berfungsi
menambah atau meningkatkan kontraksi otot
jantung, serta memperbesar curah jantung.
2. Hormon ini juga dapat berdampak terhadap
metabolisme. Terkait dengan metabolisme
tubuh, hormon ini berfungsi untuk:
 Mestimulasi pemecahan glikogen oleh hepar dan
otot. Aksi iniberfungsi untuk menaikkan tekanan
darah melalui penambahan AMP (Adenosin
monofosfat).
 Menyebabkan efek lipolisis dalam jaringan
lemak. Efek lipolisis menyebabkan pelepasan
amino dan gliserol dalam darah. Asam lemak
sebagai pemicu dalam otot dan hati untuk proses
glukoneogenesis.
 Menghalangi pelepasan insulin dalam pankreas
 Dalam keadaan darurat, efinefrin digunakan
untuk melepas asam lemak dari jaringan untuk
pembakar dalam otot, meningkatkan mobilisasi
glukosa dengan menambah glukoneogenolisis
serta glukogenesis, mengurangi uptake glukosa
dalam otot, mengurangi pelepasan insulin,

18
sehingga glukosa digunakan oleh sistem saraf
sentral.
3. Hormon ini juga berdampak terhadap otot polos
dari vicera. Efinefrin dapat menyebabkan
relaksasi otot polos gaster, usus, vesica urinaria
serta otot polos bronkus.
Sumber: (Syaiffudin, H., 2006).

e. Kelenjar Thymus
Kelenjar thymus terletak di rongga dada. Kelenjar ini menghasilkan
hormone somatotrof. Adapun fungsi hormone ini adalah untuk :
- Mengatur proses pertumbuhan.
- Kekebalan tubuh/imunitas setelah kelahiran.
- Memacu pertumbuhan dan pematangan sel Limfosit yang
menghasilkan Lymphocyte cell/T Cell

Gambar 1.7. Kelenjar Thymus


f. Kelenjar pancreas/langerhans
Letaknya : di rongga perut
 Hormon Insulin Bersifat antagonis dengan hormon adrenalin.
Hormon ini berfungsi :
 Mengatur kadar glukosa dalam darah.

19
 Membantu pengubahan glukosa menjadi glikogen dalam hepar
dan otot.
 Hormon Glukagon Hormon ini mempunyai sifat kerja yang sinergis
dengan hormon adrenalin. Hormon ini berfungsi meningkatkan
kadar gula dalam darah dan mengubah glikogen menjadi glukosa
dalam peristiwa glikolisis.

Gambar 1.8. Kelenjar Pankreas

g. Kelenjar kelamin/gonad
Kelenjar kelamin/gonad pada wanita terletak di ovarium di rongga perut dan
pada pria letaknya di testis di rongga perut bawah.
Menghasilkan hormon dan sel kelamin. Macamnya ada 2 sel kelamin :
 Sel Testis
Menghasilkan Hormon Androgen, Ex : Hormon Testosteron,
merupakan satu hormon yang terpenting dalam pembentukan sel
spermatozoa. Fungsi Hormon Testosteron : a. Mengatur ciri kelamin
sekunder. b. Mempertahankan proses spermatogenesis.

20
Gambar 1.9. Sistem reproduksi pria
 Sel Ovarium

Gambar 2.1. Sel ovarium


Menghasilkan 3 hormon penting dalam seorang wanita :
 Hormon Estrogen, hormon ini berfungsi untuk memperlihatkan
ciri-ciri kelamin sekunder wanita.
 Hormon Progesteron, hormon ini berfungsi mempersiapkan masa
kehamilan dengan menebalkan dinding uterus dan enjaga kelenjar
susu dalam menghasilkan air susu.
 Hormon Relaksin, hormon ini berfungsi untuk membantu proses
persalinan dalam kontraksi otot.

21
2.6 Tipe-Tipe Sel Pada Pulau Langerhans
Pancreas menghasilkan kelenjar endokrin bagian dari kelompok sel yang
membentuk pulau –pulau langerhans. Pulau-pulau langerhans berbentuk oval
tersebar diseluruh pancreas. Dalam tbh manusia terdapat 1-2 juta pulau-pulau
langerhans yang dibedakan atas granulasi dan pewarnaan, setengah dari sel ini
menyekresi hormone insulin. Dalam tubuh manusia normal terdapat pulau
langerhans menghasilkan 4 jenis sel yaitu : (Syaifuddin, 2011)
a. Sel-sel A (alfa) sekitar 20-40% memproduksi glucagon menjadi factor
hiperglikemik, mempunyai anti-insulin aktif.
b. Sel-sel B (beta) 60-80% fungsinya membuat insulin
c. Sel-sel D 5-15% membuat somatotastin
d. Sel-sel F 1 % mengandung dan menyekresi pankreatik polipeptida

2.7 Hubungan antara hipotalamus dan kelenjar endokrin dalam tubuh


manusia
Sel-sel neurosekresi hipotalamus mengintegrasikan fungsi-fungsi endokrin dan
fungsi syaraf dengan cara mempengaruhi kelenjar pituitary. Pituitary posterior
merupakan perluasan otak yang menyimpan dan membebaskan dua hormone
(oksitosin dan antidiuretik, ADH) yang diahsilkan oleh sel-sel neurosekresi di
hipotalamus. Oksitosin menginduksi kontrasksi uterus dan pelepasan susu, dan
ADH meningkatkan reabsorpsi air di ginjal. (Campbell, NA., et al, 2004)
Di bawah pengarahan hormone –hormon pembebas dan penghambat yang
dikirimkan oleh pembuluh portal khusus dari hipotalamus, pituitary anterior
menghasilkan suatu kumpulan hormone, yang meliputi hormone perangsang
tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH), hormone perangsang folikel (follicle
stimulating hormone, FSH), hormone luteinisasi (luteinisasi hormone, LH),
hormone pertumbuhan (growth hormone), prolaktin (PRL), hormone
adrenokortikotropik (ACTH), hormone perangsang melanosit (MSH), dan
endorphin. Hormone tropic yang secara kimiawi berhubungan dekat dengan
TSH dan gonadotropin (FSH dan LH) merangsang secara berturut-turut kelenjar
tiroid dan gonad, untuk menghasilkan hormonnya. GH mendorong

22
pertumbuhan secara langsung dan merangsang produksi faktor pertumbuhan.
Prolaktin merangsang laktasi. ACTH merangsang korteks adrenal. MSH
mempengaruhi pigmentasi kulit. Endorphin, opiate alami otak, menghambat
persepsi rasa sakit. (Campbell, NA., et al, 2004)

2.8 Organ Yang Menyusun Sistem Imun


Organ-organ yang berperan dalam menyusun sistem imun adalah :
 Tonsil : ialah jaringan limpatik yang etrdiri dari kumpulan – kumpulan
limfosit dan fungsinya ualah memproduksi limfosit dan antibody yang
kemudian masuk ke dalam cairan lymph
 Limpa : sebuah kelenjar berwarna terletak sebelah belakang lambung
yang berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah putih , tempat
cadangan sel darah merah , tempat pembongkaran sel darah merah yang
sudah mati, tempat membunuh kuman-kuman penyakit.
 Thymus : suatu jaringan lymphatic yang terletak di rongga dada bagian
atas. Thymus membesar sewaktu pubertas dan atrhopy setelah dewasa.
Fungsi thymus adalah memproses limposit menjadi limposit T.
 Sumsum tulang : termasuk jaringan limfatik yang memproduksi limfosit
muda yang akan diproses pada thymus atau temmpat – tempat lainnya
untuk menjadi limfosit T dan limfosit B.

2.9 Jenis-Jenis Leukosit dan Perbedaannya


Terdapat enam macam sel darah putih yang terdapat dalam darah. Keenam sel
tersebut adalah : Netrofil polimorfonuklear, Ensinofil poliformonuklear,
Basofil polimorfonuklear, Monosit, Limfosit, Sel plasma (kadang-kadang).

23
Gambar 2.2. Jenis-Jenis Sel Leukosit

Jenis-jenis Sel Leukosit Bergranula


No Perbedaan Eosinofil Basofil Neutrofil
1. Jumlah 1-4 % dari total 0- 1% dari total sel 60 -70 % dari total
sel darah putih. darah putih. sel darah putih.
2. Inti Inti biasanya Inti satu, besar Memiliki inti dengan
terbagi dalam 2 bentuk pilihan bentuk bermacam-
lobus ireguler, umumnya macam bermacam-
bentuk huruf S, macam. Ada dua
sering tidak terlihat jenis netrofil yaitu
akibat tertutup oleh netrofil batang dan
granula yang netrofil segment.
berukuran cukup Ciri–ciri netrofil
besar batang:
inti berbentuk seperti
batang, bentuk ginjal
atau huruf S,
berwarna ungu tua,

24
Ciri-ciri neutrofil
segmen:
Mempunyai inti
terdiri 2-5 lobus yang
di hubungkan
dengan benang
kromatin padat,
warna ungu
tua padat.
3. Ukuran Berdiameter Berdiameter Berdiameter 12–15
sekitar 9 µm sekitar 9-10 µm µm
4. Granula Granula ovoid Granulanya sangat Netrofil batang:
yang bereaksi besar bulat, Granula kecil–kecil
dengan eosin, jumlahnya banyak halus, warna
lebih kasar tetapi letaknya lembayung muda.
dan berwarna tidak begitu rapat. Netrofil segmen:
lebih merah Granula basofil Granulanya kecil–
gelap (karena menyekresi kecil, warna
mengandung histamin dan lembayung muda
protein basa). heparin banyak tetapi
Granulanya terpisah.
merupakan Terdapat dua jenis
lisosom yang granula neutrofil
mengandung yaitu granula primer
fosfatae asam, dan granula
katepsin, sekunder. Kedua
ribonuklase, tapi granula berasal dari
tidak lisosom.
mengandung Grandula primer
lisosim.

25
mengandung
mieloperoksidase,
fosfatase asam dan
hidrolase asam lain.
Grandula sekunder
mengandung
fosfatase lindi dan
lisosom.

5. Fungsi Dapat berfungsi Fungsinya Neutrofil merupakan


memfagositosis berperan dalam garis
dan mencerna respon alergi. depan pertahanan
kompleks Selain itu, basofil seluler terhadap
antigen-antibodi mencegah invasi jasad renik,
setelah proses koagulasi darah memfagosit partikel
kekebalan dengan kecil
melakukan menyekresikan dengan aktif.
fungsinya. Selain heparin. Neutrofil berperan
itu, eusinofil menfagosit bakteri
respon alergi, dan
pada pertahanan menghancurkannya.
melawan parasit
dan dalam
pengeluaran
fibrin
yang terbentuk
selama
peradangan.
Sumber: (Effendi, Z., 2003) (Krishnan, S., 2011) (Pujis, R., n.d.) (Diana., n.d.).
Netrofil, ensinofil dan basofil yang merupakan sel polimorfonuklear
seluruhnya memiliki gambaran granular, oleh karena itu disebut granulosit, atau

26
dalam terminology klinis disebut “poli” karena intinya yang multiple. (Guyton,
A. C., & Hall, J. E., 2007)

Jenis-jenis Leukosit Tidak Bergrandula


No. Perbedaan Limfosit Monosit
1. Jumlah Antara 25% dan 35% Antara 5% sampai 10%
dari total sel darah putih. dari total sel darah putih.
2. Ukuran Diameter Diameter antara 16 – 20
antara 8 – 10 mikron. mikron.
Kira-kira 10% limfosit
yang beredar merupakan
sel yang lebih besar
dengan diameter 12-
16µm.
3. Inti Inti berbentuk bundar Inti bentuknya bervariasi
atau lonjong, berlekuk biasanya berbentuk ginjal.
atau Kromatin tersusun
berbentuk seperti ginjal. dalam untaian dengan
Kelompok kromatin warna lembayung muda
tampak kasar dan tidak
berbatas tegas.
4. Sitoplasma Sitoplasma sedikit, Sitoplasma banyak
berwarna biru muda. berwarna biru keabu –
Kira-kira 10% limfosit abuan, mengandung
yang beredar merupakan banyak vakuola halus
sel yang lebih besar sehingga memberi
dengan diameter 12- rupa seperti kaca.
16µm dengan

27
sitoplasma yang banyak
yang mengandung sedikit
granula azuropilik.

Sumber: (Krishnan, S., 2011) (Pujis, R., n.d.)

Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap organism penyerang


terutama dengan cara fagositosis (memkannya). Fungsi limfosit dan sel plasma
terutama berhubungan dengan sistem imun. (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2007)
Granulosist dan monosit hanya dibentuk dalam sumsum tulang. Granulosit
dan monosit akan disimpan dalam susmsum sampai diperlukan di sistem
sirkulasi. Bila kebutuhan sel darah putih ini muncul, berbagai macam faktor
akan menyebabkan leukosit tersebut dilepaskan. Biasanya, leukosit yang
bersikulasi dalam seluruh darah kira-kira tiga kali lipat jumlah yang disimpan
dalam sumsum. Jumlah ini sesuai dengan persediaan leukosit selama 6 hari.
(Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2007)
Limfosit dan sel plasma terutama diproduksi di berbagai jaringan limfogen
khususnya di kelenjar limfe, limpa, tinus, tonsil, dan berbagai kantong jaringan
limfoid di mana saja dalam tubuh, seperti sumsum tulang dan plak Player di
bawah epitel dinding usus. (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2007)

Gambar 2.3. Sel darah putih

28
Masa hidup granulosit sesudah dilepaskan dari sumsum tulang normalnya 4
sampai 8 jam dalam sirkulasi darah, dan 4 sampai 5 hari dalam jaringan yang
membutuhkan. Pada keadaan infeksi berat, masa hidup granulosit kadang lebih
singkat bahkan hanya sampai beberapa jam. Hal ini dikarenakan granulosit
bekerja lebih cepat pada daerah infeksi, melakukan fungsinya, dan kemudian
masuk dalam proses ketika sel-sel itu sendiri dimusnahkan. (Guyton, A. C., &
Hall, J. E., 2007)
Monosit memiliki masa edar yang singkat yaitu 10 sampai 20 jam dalam
darah. Begitu masuk dalam jaringan, sel-sel ini membengkak sampai ukurannya
besar sekali dan menjadi makrofag jaringan, dalam bentuk ini, sel-sel monosit
dapat hidup berbulan-bulan kecuali sel tersebut dimusnahkan saat melakukan
fungsi fagositik. (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2007)
Limfosit memasuki sistem sirkulasi secara kontinu, bersama dengan aliran
limfe dari nodus limfe dan jaringan limfoid lainnya. Setelah beberapa jam,
limfosit keluar dari darah dan kembali ke jaringan dengan cara diapedesis,
selanjutnya memasuki limfe dan kembali ke darah lagi, demikian seterusnya
sehingga terjadi sirkulasi limfosit yang terus menerus di seluruh tubuh. Limfosit
memiliki masa hidup berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan tergantuk
pada kebutugan tubuh akan sel tersebut. (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2007)

2.10 Jenis-Jenis Limfosit dan Perbedaannya


Sel limfosit secara jelas dapat dibedakan dalam dua kelompok besar, yaitu :
a. Limfosit T. Pada masa embrio, kedua macam limfosit ini berasal dari sel
stem hematopoietic pluripoten yang membentuk limfosit sebagai salah satu
hasil diferensiasi sel terpenting. Hamper semua limfosit yang terbentuk
akhirnya berada dalam jaringan limfoid, namun sebelum sampai, limfosit
berdiferensiasi lebih lanjut. Limfosit yang dipersiapkan umtu membentuk
limfosit T teraktivasi, mula-mula bermigrasi ke kelanjar timus dan diolah
lebih dulu disana, sehingga limfosit tersebut disebut limfosit T. Dalam sel
timus, limfosit T membelah secara cepat dan pada waktu yang bersamaan

29
membentuk keanekaragaman yang ekstrem bereaksi melawan berbagai
antigen spesifik. Artinya, tiap satu limfosit di kelenjar timus membentuk
reaktivitas yang spesifik untuk melawan satu antigen. Kemudain limfosit
berikutnya membentuk spesifilitas terhadap antigen yang lain. Berbagai
limfosit T yang telah diproses ini meninggalkan timus dan menyebar ke
seluruh tubuh melalui darah untuk mengisi jaringan limfoid di setiap
tempat. Bertanggung jawab dalam pembentukan limfosit teraktivasi yang
dapat membentuk imunitas diperantarai sel. (Guyton, A. C., & Hall, J. E.,
2007)
b. Limfosit B. limfosit B yang yang dibersiapkan untuk membentuk antibody,
mula-mula lebih dulu diolah di hati selama masa pertengahan kehidupan
janin, kemudian di sumsum tulang pada masa akhir janin dan sesudah lahir.
Lmfosit B berbeda dengan limfosit T dalam dua hal : Pertama, berbeda
dengan seluruh sel yang membentuk reaktivitas terhadap antigen (seperti
yang terjadi pada limfosit T), limfosit B secara aktif menyekresikan
antibody yang merupakan bahan reaktif, kedua, limfost B bahkan memiliki
banyak keanekaragaman daripada limfosit T. Bertanggung jawab dalam
pembentukan antibody yang memberikan imunitas humoral. (Guyton, A.
C., & Hall, J. E., 2007)

Perbedaan Sel Limfosit


Adapun perbedaan sel Limfosit T dan sel limfosit T dijelaskan dalam tabel
berikut.
No Perbedaan Sel Limfosit T Sel Limfosit B
1. Tempat Sel limfosit ini berasal Sel limfosit ini berasal dari
Pematangan sel dari sumsum tulang limfosit matang yang
tetapi matang di timus berdiferensiasi di sumsum
tulang

30
2. Lokasi utama Parakortikal Folikel
dalam kelenjar
getah bening
3. Reseptor dari TcR Antibodi
antigen
4. Fungsi Proteksi terhadap Proteksi terhadap mikroba
mikroba intraselular ekstraselular
5. Produk yang Th1: IFN-γ/TNF-α Antibodi (Sel B menjadi sel
disekresi Th2: IL-4, IL-5, IL-6 plasma)
Tc: perforin
6. Tipe dari Sel Dalam bentuk aktif, sel Sel limfosit B berikatan
Aktif T dapat berupa sel T dengan antigen akan
sitotoksik, sel T helper menyebabkan sel
atau sel T penekan berdiferensiasi menjadi sel
plasma
7. Waktu hidup panjang atau lama Pendek
Sumber: (Nuraini, T., n.d.) (Baratawidjaja, K. G., 2004)
Organ yang termasuk :
a. Pertahanan tubuh lini pertama
Organ tubuh yang termasuk pertahanan tubuh lini pertama adalah :
 Kulit (menyekresi asam lemak dan keringat yang mengandung garam
sehingga menghambat laju bakteri)
Kulit merupakan organ terluas yang berperan dalam pertahanan fisik
terhadap lingkungan dan inflamasi. Kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu
epidermis dan dermis. Epidermis merupakan merupakan bagian
terluar yang mengandung keratinosit. Keratinosit merupakan sel epitel
skuamosa yang berperan untuk memproduksi berbagai sitokin, seperti
IL-1, IL-6, IL-10, TGF-β, dan TNF-α. Keratinosit ini berperan dalam
reaksi imun non-spesifik, inflamasi, modulasi atau regulasi respons
imun di kulit. Selain keranosit, epidermis juga memiliki melanosit.
Melanosit ini berperan dalam memproduksi pigmen.

31
Selain keratinosit dan melanosit, pada epidermis terdapat sel
Langerhans (LC) serta sel T. Antigen Presenting Cell (APC)/Sel
Langerhans, serta sel T ini memiliki reseptor seperti TCR dan Fc-R
yang memberikan sensitifitas dari respon imun. Dermis merupakan
lapisan kulit di bawah epidermis yang mengandung sel CD4+ dan
CD8+ terutama perivaskular yang disertai dengan sedikit makrofag
(Baratawidjaja, K. G., 2004).
 Membran mukosa
Mukosa ditemukan di permukaan saluran pernapasan serta saluran
pencernaan. Mukosa mengandung sel limfosit dan Antigen Presenting
Cell (APC) yang mengawali respon ketika terdapat antigen yang
terhirup atau termakan (Baratawidjaja, K. G., 2004).
 Kelenjar Air Mata
Kelenjar air mata terletak di fossa lakrimalis pada kuadran temporal
di atas orbita. Kelenjar ini terletak di dalam palpebra superior.
Kelenjar air mata berfungsi untuk memproduksi air mata. Air mata
berperan dalam sistem pertahanan tubuh karena air mata mengandung
lisozim. Lizozim merupakan enzim yang memiliki aktivitas sebagai
antibakteri. Walaupun air mata mengandung enzim bakteriostatik dan
lisozim, air mata tidak dianggap sebagai antimikroba yang aktif.
Terkait dengan fungsi kekebalan, air mata lebih cenderung memiliki
fungsi mekanik yaitu membilas mikroorganisme sekaligus produk-
produk yang dihasilkannya (Universitas Sumatera Utara, 2011).
 Kelenjar Air Liur
Terkait dengan sistem kekebalan tubuh, sel-sel plasma dalam kelenjar
saliva menghasilkan antibodi, terutama dari kelas Ig A. Selain itu,
beberapa jenis enzim antimikrobial terkandung dalam saliva seperti
lisozim, laktoferin dan peroksidase (Hasibuan, S., n.d.)
 Lambung dan Usus Halus
Terkait dengan fungsi immunitas, lambung yang mempunyai kondisi
keasaman dengan pH yang sangat rendah berperan untuk

32
menghancurkan mikroba yang masuk ke saluran pencernaan. Selain
adanya kondisi asam pada lambung, usus halus memiliki sel paneth
yang juga berperan dalam fungsi imunitas. Sel Paneth yang terletak
pada dasar crypt pada usus halus menghasilkan antibakteri dan anti
jamur yaitu cryptidin atau α-defensin. Sel Paneth tepatnya terletak di
bawah epithelial stem cells (Rifai, M., 2011).
b. Pertahanan tubuh lini kedua
Organ yang termasuk pertahanan tubuh lini kedua adalah :
 Kelenjar limfe atau kelenjar getah bening
Kelenjar limfe atau kelenjar getah bening merupakan agregat nodular
limfoid yang terletak sepanjang jalur limfe di seluruh tubuh
(Baratawidjaja, K. G., 2004). Terkait dengan fungsi imunitas, kelenjar
limfe memiliki beberapa fungsi, yaitu menyaring antigen atau benda
asing pada cairan limfe, membuang dan menghancurkan bakteri, serta
membentuk limfosit dan antibodi (Syaiffudin, H., 2006).
 Limpa
Limpa terletak di belakang lambung. Organ ini merupakan tempat
respon utama imun terhadap antigen yang berasal dari darah. Organ
ini merupakan salah satu tempat mengumpulkan dan membersihkan
antigen dari darah. Mikroba dalam darah dibersihkan oleh makrofag
yang ada di dalam limpa. Limpa merupakan tempat utama fagosit
memakan mikroba yang dilapisi oleh antibodi (opsonisasi)
(Baratawidjaja, K. G., 2004).
 Kelenjar Timus dan Sumsum Tulang
Sel limfosit T dan limfosit B merupakan sel yang berperan dalam
sistem kekebalan tubuh. Kedua sel ini sama-sama diproduksi di
sumsum tulang, namun tempat pematangan sel limfosit T berbeda
dengan sel limfosit B. Sel limfosit B dimatangkan di sumsum tulang,
sedangkan sel limfosit T dimatangkan di Timus, sebelum akhirnya
beredar dalam aliran darah dan berkumpul dalam limpa dan kelenjar
getah bening.

33
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kelenjar-kelenjar di dalam tubuh manusia terdiri atas dua kelompok
kelenjar, yaitu kelenjar bersaluran dan kelenjar tanpa saluran. Kelenjar
bersaluran (kelenjar eksokrin) memiliki saluran tempat cairan kelenjar
mengalir keluar, misalnya glandulae salivariae, glandulae mammaria,
dan pancreas.Kelenjar tanpa saluran ( kelenjar endokrin) tidak memiliki
saluran. Kelenjar ini menghasilkan bahan-bahan kimi yang disebut
hormone. Hormone ini masuk kedalam darah dan divawah oleh sistem
peredaran darah ke seluruh bagian tubuh.Kelenjar endokrin yang
terdapat di dalam tubuh yaitu : Hyphophisis, Glandula Thyreoidia,
glandula parathyreoidia, thymus, glandula pinealis, glandula
suprarenalis, pulau-pulau Langerhans di pancreas, dan organ reproduksi
yang terbagi atas dua yaitu ovarium dan testis .

34
DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, K. G. (2004). Immunologi Dasar (Edisi 6). Balai Penerbit FKUI:


Jakarta.
Campbell, Neil. A., Jane B. Reece., Lwrence G. Mitchell. 2004. Biologi. Ed. 5-Jilid
3. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Diana. (n.d.). Leukosit (Sel Darah Putih). Retrieved from Universitas
Muhammadiyah Semarang.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-
dianatripr-5312-2-bab2.pdf
Effendi, Z. (2003). Peranan Leukosit sebagai Antiinflamasi Alergik dalam Tubuh.
Retrieved from Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara http://library.usu.ac.id/download/fk/histologi-
zukesti2.pdf
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2012). Fisiologi Kedokteran (Textbook of Medical
Physicology) (Edisi 11). EGC: Jakarta.
Hasibuan, S. (n.d.). Keluhan Mulut Kering ditinjau dari Faktor Penyebab,
Manifestasi dan Penanggulangannya. Retrieved from Universitas
Sumatera Utara. http://library.usu.ac.id/download/fkg/fkg-
sayuti.pdf
Indah, Mutiara. 2004. Mekanisme Kerja Hormon. Fakultas Kedokteran Bagian
Biokimia Universitas Sumatera Utara.
http://library.usu.ac.id/download/fk/biokimia-mutiara2.pdf
Jayapardi, I. (2002). Tumor Hipofisis. Retrieved from Fakultas Kedokteran Bagian
Bedah Universitas Sumatera Utara.
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-
iskandar%20japardi50.pdf
Karmana, Oman. 2006. Biologi. Bandung: Grafindo Media Pratama

35
Krishnan, S. (2011). Leukosit. Retrieved from Universitas Sumatera Utara.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/jtptunimus-gdl-
rizqipujis-6917-3-babii.pdf
Nuraini, T. (n.d.). Fisiologi Sistem Pertahanan Tubuh. Retrieved From Universitas
Indonesia.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/tutinfik/material/fisiologisiste
mpertahanantubuh.pdf
Pujis, R. (n.d.). Leukosit. Retrieved from Universitas Muhammadiyah Semarang.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/jtptunimus-gdl-
rizqipujis-6917-3-babii.pdf
Pratiwi, H. (2013). Sistem Endokrin. Retrieved From Universitas Brawijaya.
http://herlina.lecture.ub.ac.id/files/2013/11/ENDOKRIN.2013.pdf
Rifai, M. (2011). Bab IV Pertahanan Tubuh. Retrieved from Universitas Brawijaya.
http://muhaiminrifai.lecture.ub.ac.id/files/2011/01/BAB-
IV.PERTAHANAN-TUBUH.pdf
Syaiffudin, H. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan
(Edisi 3). Jakarta: EGC.
Syaiffudin, H. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan
(Edisi 2). Jakarta: EGC.
Syaifuddin. (2011). Anatomi fisiologi : kurikulum berbasis kompetensi untuk
keperawatan & kebidanan . Ed.4. Jakarta : EGC
Universitas Sumatera Utara. (2011). Sistem Sekresi Air Mata. Retrieved from
Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter%
20II.pdf
Universitas Gadjah Mada. (n.d). Bab V Sistem Hormon. Retrieved from Universitas
Gadjah Mada.
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/37958/e53330797c1b
941f2e0510ad0418d3d1

36

Anda mungkin juga menyukai