Anda di halaman 1dari 15

MASA KEJAYAAN DINASTI UMAYYAH

(Dipresentasikan Dalam Mata Pelajaran


Sejarah Kebudayaan Islam XI)

Oleh Kelompok Tiga :


Andi M Fatahillah
Chicka Jauhari
Jihan Isyia S
M Fakhri Wijayanto
M Lutfi
Zahra T M

Tauhid,S.Pdi, M.A
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta ampunan sehingga makalah
Sejarah Kebudayaan Islam dengan judul “Masa Kejayaan Dinasti Umayyah” dapat diselesaikan tepat
waktu.
Makalah ini dibuat dengan maksud dan tujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam. Makalah ini tentu saja dapat terselesaikan dengan bantuan banyak pihak.

Pada kesempatan kali ini, peneliti hendak mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
seluruh pihak yang telah berkenan membantu penyelesaian makalah ini. Sebuah rasa terimakasih yang
besar kepada:

1. Ibu Zakiah S.Ag, S.Pd, ME.Sy sebagai kepala MAN Insan Cendekia Kota Batam.
2. Ustadz Tauhid, S.Pdi, M.A sebagai guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
3. Serta segenap guru, keluarga, dan teman-teman yang telah memberikan motivasi dan mendukung
kami sampai dengan selesainya proposal ini.

Sebagai penutup kata, pemakalah menyadari bahwasannya masih banyak kesalahan, kekeliruan, serta
kelemahan dalam makalah ini. Oleh sebab itu, pemakalah menerima berbagi koreksi, komentar, saran,
dan kritik dengan tangan terbuka. Terakhir, semoga makalah ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan tinjauan dengan sebaik-baiknya, serta dapat memberikan manfat yang sebesar-besarnya
kepada para pembaca, terkhusus kepada pihak panitia.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI………………………………………………….………………………………………….. iii

BAB III : MASA KEJAYAAN DINASTI UMAYYAH

1.Perkembangan Peradaban Islam Pada Dinasti Umayyah……………………………………………….. 1

2.Kontribusi Tokoh-Tokoh Muslim Dalam Ilmu Pengetahuan…………………………………………… 2

3.Peninggalan-Peninggalan Peradaban Islam Era Dinasti Umayyah……………………………………… 9

PENUTUP DAN SARAN……………………………………………………………………………….. 12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………. 12

iii
1. PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DINASTI UMAYYAH

1. Mua’wiyah bin Abi Sufyan (41-61 H / 661-779 M )

Penaklukan di masa pemerintaannya demikian luasnya dan meliputi 2 wilayah besar utama:

a.) Wilayah barat meliputi Romawi (turki) dan di Afrika yaitu daerah Benzarat, Qamuniyah, Susat,
Sirt, Mogadishu dan lain-lain.

b. ) Kawasan Timur meliputi Asia Tengah dan Sindh

Pada masa mu’awiyah lebih menekankan kepada perluasan wilayah, penaklukannya selalu diwarnai
dehgan kemenangan dan merupakan salah satu pemerintahan yang paling baik dalam perjalanan
islam. Keamanan internal terjamin

2. Abdul Malik Bin Marwan (73-68 /692-705 M ) Kembalinya Pemerintahan Bani Umayyah

Kemajuan- kemajuan pada masa Abdul malik antara lain;

a) Khalifah pertama yang berhasil membuat mata uang sendiri

b) Membangun kembali masjidil Aqsa

c) Membangun kembali administrasi negara dan diwajibkan menggunakan bahasa Arab

d) Memperbaiki saluran- saluran air sungai Eufrat dan Tigris oleh Al hajjaj orang kepercayaan
abdul malik

3. Walid Bin Abdul Malik (86-96 H / 705- 714 M )

a) Membangun Masjid Damaskus

b) Membangun Qubbatu Shakrah dan memperluas masjid Nabawi

c) Memperluas wilayah islam sampai ke kawasan timur, maghrib, Andalusia, dan perancis.

4. Umar Bin Abdul Aziz (99- 101H /719- 721 M )

Meski masa pemerintahan yang singkat, namun Umar adalah “lembaran putih“, Bani Umayyah karena
memiliki karakteristik yang tidak terpengruh bani Umayyah yang banyak disesali.

Tidak banyak peperangan yang terjadi karena dakwah islam disampaikan denagan nasihatyang penuh
hikmah sehingga banyak orang yang masuk islam.

5. Hisyam Bin Abdu Malik (105- 125 H /723- 743M )

Terjadi peperangan sengit yaitu ‘bilath Syuhada’, terjadi pemberontakan Zaid Bin Ali dan gerakan
untuk membangun Bani Abbasiyah makin terdengar.

1
2. KONTRIBUSI TOKOH-TOKOH MUSLIM DALAM ILMU PENGETAHUAN

A) Kemajuan Ilmu Pengetahuan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa Bani Umayyah pada
umumnya berjalan seperti di zaman permulaan Islam, hanya pada perintisan dalam ilmu logika,
yaitu filsafat dan ilmu eksak. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini masih berada pada
tahap awal. Para pembesar Bani Umayyah kurang tertarik pada ilmu pengetahuan kecuali Yazid
bin Mua’wiyah dan Umar bin Abdul Aziz. Ilmu yang berkembang di zaman Bani Umayyah
adalah ilmu syari’ah, ilmu lisaniyah, dan ilmu tarikh. Selain itu berkembang pula ilmu qiraat,
ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu nahwu, ilmu bumi, dan ilmu-ilmu yang disalin dari bahasa
asing. Kota yang menjadi pusat kajian ilmu pengetahuan ini antara lain Damaskus, Kuffah,
Makkah, Madinah, Mesir, Cordova, Granada, dan lain-lain, dengan masjid sebagai pusat
pengajarannya.
Ilmu pengetahuan yang berkembang di zaman Dinasti Umayyah dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Al Ulumus Syari’ah, yaitu ilmu-ilmu Agama Islam, seperti Fiqih, tafsir Al-Qur’an dan
sebagainya.
b. Al Ulumul Lisaniyah, yaitu ilmu-ilmu yang perlu untuk memastikan bacaan Al
Qur’an, menafsirkan dan memahaminya.
c. Tarikh, yang meliputi tarikh kaum muslimin dan segala perjuangannya, riwayat
hidup pemimpin-pemimpin mereka, serta tarikh umum, yaitu tarikh bangsa-bangsa lain.
d. Ilmu Qiraat, yaitu ilmu yang membahas tentang membaca Al Qur’an. Pada masa ini
termasyhurlah tujuh macam bacaan Al Qur’an yang terkenal dengan Qiraat Sab’ah yang
kemudian ditetapkan menjadi dasar bacaan, yaitu cara bacaan yang dinisbahkan kepada cara
membaca yang dikemukakan oleh tujuh orang ahli qiraat, yaitu Abdullah bin Katsir (w. 120 H),
Ashim bin Abi Nujud (w. 127 H), Abdullah bin Amir Al Jashsahash (w. 118 H), Ali bin Hamzah
Abu Hasan al Kisai (w. 189 H), Hamzah bin Habib Az-Zaiyat (w. 156 H), Abu Amr bin Al Ala
(w. 155 H), dan Nafi bin Na’im (169 H).
i. Al-Ulumud Dakhilah, yaitu ilmu-ilmu yang disalin dari bahasa asing ke dalam bahasa Arab
dan disempurnakannya untuk kepentingan kebudayaan Islam. Diantara ilmu asing yang
diterjemahkan itu adalah ilmu-ilmu pengobatan dan kimia. Diantara tokoh yang terlibat dalam
kegiatan ini adalah Khalid bin Yazid bin Mu’awiyah (w. 86 H).

2
B) Kemajuan Ilmu Pemerintahan

 Organisasi politik (an-nidhom al-siyasi)

Selama masa pemerintahan dinasti Bani Umayyah banyak perkembangan yang terjadi. Hal tersebut terjadi
karena para penguasa dinasti Bani Umayyah selalu berorientasi pada upaya perluasan wilayah kekuasaan dan
penguatan politik militer guna menjalankan pemerintahan. Untuk mendukung program pembangunan dan
cita-cita serta keinginan untuk memperbaiki system pemerintahan dan administrasi Negara, para penguasa
banyak mengadopsi system pemerintahan Persia, Yunani, dan Romawi, termasuk dalam hal penggantian
pucuk pimpinan, system politik, militer, administrasi pemerintahan , dan lain-lain.

Oleh karena itu, pada masa pemerintahan dinasti Bani Umayyah terdapat system organisasi politik yang
cukup mapan. Organisasi itu meliputi; jabatan al-khilafah, kepala Negara; al-wizarah, kementrian;, al-
kitabah, kesekretariatan, dan al-hijabah, pengawal pribadi khalifah. Kepala Negara disebut khalifah, yang
memiliki keskuasaan penuh untuk menentukan jabatan-jabatan dan jalannya pemerintahan. Al-wizarah,
memiliki tugas dan fungsi membantu atau mewakili khalifah dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
Sedang al-kitabah, atau secretariat Negara memiliki tugas dan fungsi menjalankan hal-hal yang berkaitan
dengan masalah kesekretariatan Negara, seperti mencatat dan melaporkan kegiatan-kegiatan di istana, dan
lain-lain. Sementara al-hijabah, memiliki tugas dan fungsi dalam memberikan keamanan dan
perlindungan kepada khalifah dan keluarga istana dari berbagai kemungkinan buruk yang akan menimpa.
Kalau digambarkan seperti sekarang, al-hijabah ini sama dengan pasukan pengawal pengamanan presiden
(paspampres).

Untuk kelancaran pekerjaan pemerintah, dibentuk lembaga administrasi Negara, seperti diwanul khitabah,
yang membawahi bidang-bidang seperti, katib ar-rasail, yaitu sekretaris bidang keuangan. Katibul jund,
sekretaris militer. Katib al-syuhtah, yaitu sekretaris bidang kepolisian, dan katib al-qadhi, sekretaris
bidang kehakiman.

 Organisasi Tata Usaha Negara (an-nidham al-idari)

Organisasi tata usaha Negara yang mengalami perkembangan dan kemajuan pada masa dinasti Bani
Umayyah adalah adanya pembagian wilayah kekuasaan antara pemerintah pusat dan pemerintahan
daerah. Pemerintah pusat dipegang oleh khalifah, sebagai pengendali pemerintah semua wilayah atau
daerah, sementara pemerintah daerah dikendalikan oleh seorang gubernur yang disebut wali sebagai
tangan panjang pemerintah pusat. Para gubernur bertanggung jawab kepada pemerintah pusat yang berada
dibawah kekuasaan khalifah. Para khalifah dengan kekuasaan dan wewenang yang ada pada dirinya dapat
mengangkat dan memberhentikan para gubernur, terutama bagi yang tidak disukai atau menentang
kebijakan pemerintah pusat.

3
Untuk kepentingan pelaksanaan tata usaha Negara dalam bidang pemerintahan, pada masa
pemerintah khalifah dinasti Bani Umayyah dibentukalah lembaga yang disebut departemen (al-
dawawin). Departemen-departemen itu adalah sebagai berikut:

1. Diwanul kharraj, yaitu departemen pajak yang bertugas mengelola pajak tanah di daerah-daerah
yang menjadi wilayah kekuasaan dinasti Bani Umayyah.

2. Diwanul rasail, yaitu departemen pos dan persuratan yang bertugas menyampaikan berita
atau surat menyurat dari dan keseluruh wilayah kekuasaan dinasti Bani Umayyah.

3. Diwanul musytaghilat, yaitu departemen yang bertugas menangani berbagai kepentingan umum.

4. Diwanul khatim, yaitu departemen yang bertugas menyimpan berkas-berkas atau


dokumen-dokumen pemting Negara.

 Organisasi Keuangan Negara (an-nidham al-mal)

Pada masa pemerintahan dinasti Bani Umayyah, para khalifah yang berkuasa tetap mempertahankan
tradisi lama, yaitu tetap mengelola baitul mal, baik pemasukan maupun pengeluaran. Sumber-sumber
dana baitul maldiperoleh dari hasil pemungutan pajak pendapatan Negara berupa pajak penghasilan
dari tanah pertanian yang sering disebut kharraj. Hanya saja pada masa pemerintahan khalifah Umar
bin Abdul Azis, pajak tersebut dikurangi, sehingga pemasukan kas Negara yang akan disetor ke baitul
mal mengalami kemerosotan, sehingga pada masa pemerintahan khalifah Hisyam bin Abdul Malik kas
tersebut terkuras. Untuk menyelamatkan kas Negara, akhirnya khalifah Hisyam bin Abdul Malik
menaikkan pajak keapda semua penduduk yang berada di wilayah kekuasaan dinasti Bani Umayyah.

Selain dari pajak tanah atau kharraj, pendapatan Negara juga diperoleh dari jizyah, yaitu pajak pendapatan
yang diperoleh dari pajak individu sebagai bentuk kongrit dari perlindungan Negara atas jiwa dan
keluarga masyarakat non muslim yang berada di dalam pengawasan dan keamanan Negara islam,
sehingga posisi dan status mereka sama seperti masyarakat muslim lainnya yang mendapatkan
perlindungan dan perlakuan yang sama didepan hukum Negara saat itu.Disamping kedua sumber pajak
utama sebagaimana disebutkan diatas, pendapatan Negara juga diperoleh dari pajak perdagangan yang
dikenakan kepada para pedagang asing yang mengimpor barang dagangannya kedalam wilayah
kekuasaan islam dinasti Bani Umayyah. Pajak tersebut disebut dengan istilah Usyur, yaitu sepersepuluh
dari harga barang impor. Pendapatan itu dipergunakan untuk pembangunan wilayah-wilayah islam dinasti
Bani Umayyah.

Dalam catatan sejarah, menurut al-Balazhury, pajak yang dikumpulkan dari kharraj sebanyak
186.000.000, dirham (mata uang perak). Kebijakan para khalifah Bani Umayyah yang mewajibkan pajak
kepada seluruh warga masyarakat, terus dilanjutkan sebagai pendapatan untuk dimasukkan ke kas Negara.
Setelah itu, semua pendapatan yang diperoleh dari hasil penarikan pajak akan dipergunakan untuk
membiayai pembangunan dan gaji para pegawai dan pejabat Negara, selain untuk kepentingan keluarga
istana.

 Organisasi Ketentaraan (an-nidham al-harbi)

4
Organisasi ketentaraan pada masa pemerintahan dinasti Bani Umayyah merupakan kelanjutan dari
kebijakan yang telah dilakukan oleh para penguasa sebelumnya, seperti para Khulafaur Rasyidin.
Perbedaannya, kalau pada masa sebelumnya semua orang boleh dan berhak menjadi tentara. Tetapi pada
masa pemerintahan dinasti Bani Umayyah, hanya orang-orang Arab atau keturunannya yang hanya
boleh menjadi panglima tentara. Sementara yang bukan berasal dari orang Arab atau keturunan Arab
tidak mendapat kesempatan dan bahkan tidak boleh menjadi panglima tertinggi di dalam ketentaraan.
Pucuk pimpinan dalam militer harus orang yang berasal dari keturunan bangsa arab. Kebijakan yang
sangat diskriminatif dengan menomorduakan masyarakat yang bukan berasal dari keturunan arab, sangat
mengecewakan masyarakat, sehingga sering terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh masyarakat non
arab diluar jazirah Arabia.

Dalam formasi tempur, pemerintah dinasti Bani Umayyah mempergunakan taktik dan strategi tempur
kerajaan Persia. Formasi itu terdiri dari pasukan inti, yang disebut Qolbul Jaisy, yang diisi oleh
komandan pasukan. Al-maimanah, yaitu pasukan sayap kanan, al-maisaroh, yaitu pasukan sayap kiri, al-
mutaqoddimun, yaitu pasukan yang menempati posisi terdepan, dan saqah al-jaisyi, yaitu pasukan yang
menempati posisi paling belakang, yang bertugas menjaga keamanan dari belakang.

Di belakang pasukan tempur, biasanya ada pasukan lain yang disebut rid, yaitu pasukan logistic yang
menyiapkan bahan makanan, obat-obatan dan sebagainya. Selain itu ada pasukan yang disebut
talaiyah, yaitu pasukan pengintai atau intelejen. Pasukan tempur terdiri dari: farsan, yaitu pasukan
berkuda atau kaveleri, rijalah, pasukan pejalan kaki atau infanteri, dan ramat, yaitu pasukan pemanah.

 Organisasi kehakiman (an-nidham al-qadha)

Pada masa pemerintahan dinasti Bani Umayyah, telah terjadi pemisahan kekuasaan antara eksekutif
(pemerintah) denga yudikatif (kehakiman atau pengadilan). Dalam pelaksanaannya, kekuasaan
kehakiman dibagi menjadi tiga bagian, yaitu al-Qadha, al-Hisbah, dan al-Nadhar fil-madlamin. Untuk
mengetahui masing-masing bagian kehakiman tersebut, berikut penjelasannya.

1. al-Qadha, yang bertugas menyelesaikan perkara yang berhubungan dengan Negara.

2. Al-Hisbah, yang bertugas menyelesaikan perkara-perkara umum dan persoalan pidana


yang memerlukan tindakan atau penyelesaian secara cepat.

3. Al-Nadhar fil-madlamin, yaitu mahkamah tinggi atau mahkamah banding, semacam


mahkamah agung di Indonesia.

C) Kemajuan Ilmu Agama

Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat desentrasi. Desentrasi artinya pendidikan
tidak hanya terpusat di ibu kota Negara saja tetapi sudah dikembangkan secara otonom di
daerah yang telah dikuasai seiring dengan ekspansi teritorial.

Sistem pendidikan ketika itu belum memiliki tingkatan dan standar umur. Kajian ilmu yang ada
pada periode ini berpusat di Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova dan beberapa

5
kota lainnya, seperti: Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik dan Palestina (Syam), Fistat (Mesir).

Diantara ilmu-ilmu yang dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi atau


perbintangan, ilmu pasti, ilmu sastra, dan seni seperti seni bangunan, seni rupa, maupun seni
suara.Pola pendidikan Islam pada periode Dinasti Umayyah telah berkembang bila
dibandingkan pada masa Khulafa ar Rasyidin yang ditandai dengan semaraknya kegiatan ilmiah
di masjid-masjid dan berkembangnya Khuttab serta Majelis Sastra. Jadi tempat pendidikan pada
periode Dinasti Umayyah adalah:

1. Khuttab
Khuttab atau Maktab berasal dari kata dasar kataba yang berarti menulis atau tempat menulis,
jadi Khuttab adalah tempat belajar menulis. Khuttab merupakan tempat anak-anak belajar
menulis dan membaca, menghafal Al Quran serta belajar pokok-pokok ajaran Islam.

2. Masjid
Setelah pelajaran anak-anak di khutab selesai mereka melanjutkan pendidikan ke tingkat
menengah yang dilakukan di masjid. Peranan Masjid sebagai pusat pendidikan dan pengajaran
senantiasa terbuka lebar bagi setiap orang yang merasa dirinya tetap dan mampu untuk
memberikan atau mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang haus akan ilmu pengetahuan.

Pada Dinasti Umayyah, Masjid merupakan tempat pendidikan tingkat menengah dan tingkat
tinggi setelah khuttab. Pelajaran yang diajarkan meliputi Al Quran, Tafsir, Hadist dan Fiqh.
Juga diajarkan kesusasteraan, sajak, gramatika bahasa, ilmu hitung dan ilmu perbintangan.

3. Majelis Sastra
Majelis sastra merupakan balai pertemuan yang disiapkan oleh khalifah dihiasi dengan hiasan
yang indah, hanya diperuntukkan bagi sastrawan dan ulama terkemuka. Menurut M. Al Athiyyah
Al Abrasy “Balai-balai pertemuan tersebut mempunyai tradisi khusus yang mesti diindahkan
seseorang yang masuk ketika khalifah hadir, mestilah berpakaian necis bersih dan rapi, duduk di
tempat yang sepantasnya, tidak tertawa terbahak-bahak, tidak meludah, tidak mengingus dan
tidak menjawab kecuali bila ditanya.

Ia tidak boleh bersuara keras dan harus bertutur kata dengan sopan dan memberi kesempatan
pada sipembicara menjelaskan pembicaraannya serta menghindari penggunaan kata kasar dan
tawa terbahak-bahak. Dalam balai-balai pertemuan seperti ini disediakan pokok-pokok persoalan
untuk dibicarakan, didiskusikan dan diperdebatkan”.

4.Pendidikan Istana
Pendidikan istana diselenggarakan dan diperuntukkan khusus bagi anak-anak khalifah dan para
pejabat pemerintahan. Kurikulum pada pendidikan istana diarahkan untuk memperoleh kecakapan
memegang kendali pemerintahan atau hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan keperluan dan
kebutuhan pemerintah, maka kurikulumnya diatur oleh guru dan orang tua murid.

Pada periode Dinasti Umayyah ini terkenal sibuk dengan pemberontakan dalam negeri dan

6
sekaligus memperluas daerah kerajaan tidak terlalu banyak memusatkan perhatian pada
perkembangan ilmiah, akan tetapi muncul beberapa ilmuwan terkemuka dalam berbagai
cabang ilmu seperti yang dikemukakan oleh Abd. Malik Ibn Juraid al Maki dan cerita
peperangan serta syair dan Kitabah.

Dibidang syair yang terkenal dikalangan orang Arab diantaranya adalah tentang pujian,
syairnya adalah: Artinya : “Engkau adalah pengendara kuda yang paling baik, engkau adalah
orang yang pemurah di atas dunia ini”.

Selain kemajuan seperti di atas, ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini adalah:
1. Bidang Ilmu Hadits
a. Umar bin Abdul Aziz, ketika ia diangkat sebagai khalifah, progam utama pemerintahannya
terfokus pada usaha pengumpulan hadist untuk dibukukan Abu Bakar Muhammad bin Muslim
bin Ubaidillah bin Syihab Az-zuhri seorang yang tepat dan siap melaksanakan perintah
kholifah, maka ia bekerja sama dengan perowi-perowi yang dianggap ahli untuk dimintai
informasi tentang hadist-hadist nabi yang berceceran ditengah masyarakat islam untuk
dikumpulkan, ditulis dan dibukukan.

b. Abu Bakar Muhammad, dianggap pengumpul hadits yang pertama pada masa pemerintahan
Umar bin Abdul Aziz ini.Jejak Abu Bakar Muhammad, diikuti oleh generasi dibawahnya, seperti
Imam Malik menulis kumpulan buku hadist terkenal Muwatha’, imam Syafii menulis Al-Musnad.
Pada tahap selanjutnya, program pengumpulan hadist mendapat sambutan serius dari
tokoh-tokoh islam, seperti:
1) Imam Bukhari, terkenal dengan Shohih Bukhari
2) Imam Muslim, terkenal dengan Shohih Muslim
3) Abu Daud, terkenal dengan Sunan Abu Daud
4) An –Nasa’i, terkenal dengan Sunan An-Nasa’i
5) At-Tirmidzi, terkenal dengan Sunan At-Tirmidzi
6) Ibnu Majah, terkenal dengan Sunan Ibnu Majah
Kumpulan para ahli hadist tersebut diatas, terkenal dengan nama Kutubus Shittah.

2. Bidang Ilmu Tafsir


Untuk memahami Al-Qur’an para Ahli telah melahirkan sebuah disiplin ilmu baru yaitu ilmu
tafsir, ilmu ini dikhususkan untuk mengetahui kandungan ayat-ayat Al-Qur’an. Ketika Nabi
masih hidup, penafsiran ayat-ayat tertentu dituntun dana ditunjukkan melalui malaikat Jibril.

Setelah Rasulullah wafat para sahabat Nabi seperti Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin Abbas,
Abdullah bin Mas’ud. Ubay bin Ka’ab mulai menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an bersandar
dari Rasulullah lewat pendengaran mereka ketika Rasulullah masih hidup.

Dalam perkembangan generasi berikutnya, pada masa Dinasti Umayyah Islam telah
berkembang luas. Apalagi pemahaman terhadap Bahasa Arab bagi umat non-Arab mengalami
kesulitan. Makalahirlah tokoh-tokoh dibidang Tafsir, seperti Muqatil bin Sulaiman (w.150H),
Muhammad bin Ishak, Muhammad bin Jarir At-Thabary (w. 310).

7
3. Bidang Ilmu Fiqih
Al –Qur’an sebagai kitab suci yang sempurna, merupakan sumber utama bagi umat islam,
terkhusus dalam menentukan masalah-masalah hukum.

Pada masa Khulafaurrasyidin, penetapan hukum disamping bersumber dari Rasulullah


dilakukan sebuah metode penetapan hukum, yaitu ijtihad. Ijtihad pada awalnya hanya pengertian
yang sederhana, yaitu pertimbangan yang berdasarkan kebijaksanaan yang dilakukan dengan
adil dalam memutuskan sesuatu msalah.

Pada tahap perkembangan pemikiran islam, lahir sebuah ilmu hukum yang disebut Fiqih, yang
berarti pedoman hukum dalam memahami masalah berdasarkan suatu perintah untuk melakukan
suatu perbuatan, perintah tidak melakukan suatu perbuatan dan memilih antara melakukan atau
tidak melakukannya. Pada masa ini bermunculan para tokoh ahli fiqih, antara lain :
1) Sa’id bin Al-Musayyid (Madinah)
2) Salim bin Abdullah bin Umar (Madinah)
3) Rabi’ah bin Abdurahman (Madinah)
4) Az –Zuhri (Madinah)
5) Ibrahim bin Nakha’ai (Kufah)
6) Al –Hasan Basri (Basrah)
7) Thawwus bin Khaissan (Yaman)
8) Atha’ bin Ra’bah (Mekah)
9) Asy –Syu’aibi (Kufah)
10) Makhul (Syam)

4. Bidang Ilmu Tasawuf


Taswuf merupakan sebuah ilmu tentang cara mendekatkan diri kepada Allah saw, tujuannya agar
hidup semakin mendapatkan makna yang mendalam, serta mendapatkan ketentraman jiwa. Ilmu
tasawuf berusaha agar hidup manusia memilki akhlak mulia, sempurna dan kamil.
Munculnya tasawuf, karena setelah umat semakin jauh dari Nabi, terkadang hidupnya tak
terkendali, utamanya dalam hal kecintaan terhadap materi. Tokoh –tokoh dalam hal tasawuf
antara lain sebagai berikut :
1) Hasan Al-Basri
2) Sufyan Ats-Tsauri
3) Rabi’ah Al’Adawiyah
4) Ibrahim bin Adham
5) Tokoh tasawuf yang satu ini, berasal dari Persia. Seorang pangeran dari kerajaan Persia yang
meninggalkan kehidupan mewah di sekitarnya. Untuk menjalani hidup sederhana dengan
mendalami ilmu tasawuf.
5. Ilmu Sejarah dan Geografi (Jughrafia)
Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah,
dan riwayat. Ubaid ibn Syariyah Al Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.

8
6. Ilmu Pengetahuan Bahasa Arab
Ilmu pengetahuan bidang bahasa arab, yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahu, saraf,
dan lain-lain.

7. Bidang Filsafat
Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti
ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta
ilmu kedokteran.

4. PENINGGALAN-PENINGGALAN PERADABAN ISLAM ERA DINASTI


UMAYYAH

A. Seni bahasa

Kemajuan seni bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan bahasa. Sedangkan kemajuan
bahasa mengikuti kemajuan bangsa. Pada masa daulah Bani Umanyyah kaum muslimin sudah
mencapai kemajuan dalam berbagai bidang, yaitu bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial,
dan bidang ilmu pengetahuan. Dengan sendirinya kosa kata bahasa menjadi bertambah dengan
kata-kata dan istilah-istilazh baru yang tidak terdapat pada zaman sebelumnya. Kota Barsah dan
Kufah pada zaman itu merupakan pusat perkembangan ilmu dan sastra (adab). Di kedua kota itu
orang-orang Arab muslim bertukar pikiran dalam diskusi -diskusi ilmiah dengan orang-orang dari
bangsa yang telah mengalami kemajuan terlebih dahulu. Di kota itu pula banyak kaum muslimin
yang aktif menyusun dan menuangkan karya mereka dalam berbagai bidang ilmu. Maka dengan
demikian berkembanglah ilmu tata bahasa (ilmu nahwu dan ilmu shorof) dan ilmu balaghah, serta
banyak pula lahir penyair-penyair terkenal.

Perkembangan bahasa dan sastra


Pada masa pemerintahan Abdul Malik Bin Marwan, bahasa Arab digunakan sebagai administrasi
negara. Dengan penggunaan bahasa Arab yang makin luas, dibutuhkan suatu panduan bahasa
yang dapat dipergunakan oleh semua golongan . hal itu mendorong lahirnya seorang ahli bahasa
yang bernama Syibawaih. Mengarang sebuah buku yang berisi pokok-pokok kaidah bahasa Arab
yang berjudul Al-Kitab. Buku tersebut bahkan termansyur hingga saat ini.
Bidang kesusastraan juga mengalami kemajuan. Hal itu ditandai dengan munculnya sastrawan-
sastrawan berikut yaitu:
a. Qays Bin Mullawah menyusun buku Laila majnun wafat tahun 699 M.
b. Jamil Al-Uzri wafat tahun 701 M
c. Al-Akhtal wafat tahun 710 M
d. Umar Bin Abi Rubi’ah wafat tahun 719 M
e. Al-Farazdaq wafat tahun 732 M
f. Ibnu Al-Muqoffa wafat tahun 756 M
g. Ibnu Jarir wafat tahun 792 M

9
B. Seni rupa

Seni rupa yang berkembang pada zaman daulah Bani Umayyah hanyalah seni ukir,seni pahat,
sama halnya dengan zaman permulaan, seni ukir yang berkrmbang pesat, pada zaman itu ialah
penggunaan khat arab (kaligrafi) sebagai motif ukiran. Yang terkenal dan maju ialah, seni ukir
di dinding tembok. Banyak Al-Qur’an, hadist nabi dan rengkuman syair yang dipahan dan di
ukir pada tembok dinding bangunan masjid, istana, gudung-gedung.
. Istilah yang digunakan,mushawwirun (pelukis), juga mencakup para pembuat patung. Karenanya,
tidak ada satu pun gambar manusia yang ditemukan dalam masjid, tapi dalam beberapa kesempatan
kita bisa menemukannya di dalam istana dan sejumlah karya tulis. Hampir semua motif hiasan dalam
kesenian islam menggunakan motif-motif tanaman atau garis-garis geometris. Prestasi yang dicapai
pada abad-abad berikutnya dalam bidang ini ditunjukkan dengan munculnya “arabisque” yang dalam
bahasa Eropa, merujuk pada jenis dekorasi tertentun dari Arab. Apa yang kita sebut sebagai senirupa
islam adalah unsur gabungan dari berbagai sumber, motif, dan gaya, yang kebanyakan merupakan
hasil kejeniusan artistik masyarakat takklukkan, yang berkembang di bawah kekuasan Islam, dan
disesuaikan dengan tuntutan agama islam.
C. Seni Suara
Perkembangan seni suara pada zaman pemerintahan daulat bani umayyah yang terpenting ialah
Qira’atul Qur’an, Qasidah, musik dan lagu-lagu lainya yang bertema cinta kasih.
D. Seni Bangunan ( Arsitektur)

Pada masa pemerintahan daulat bani umayyah masih berpusat pada seni bangunan sipil, seperti
bangunan kota damaskus, kota dairuwan. Kota Al-Azahra, adapun seni bangunan agama antara lain
bangunan masjid damaskus dan masjid kairuwan, begitu juga seni bangunan yang terdapat pada
benteng-benteng pertahanan masa itu. Adapun kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan
perkembangnya dilakukan dengan jalan memberikan dorongan/motivasi dari para khalifah.
E. Seni Musik
Ofesional jahiliyah adalah perempuan. Mengenai perkembangan lagu dan nyanyian, bisa
dikatakan bahwa pada masa pra islam, orang Arab memiliki beberapa jenis lagu kemenangan,
perang, keagamaan, dan cinta. Orang Arab Selatan juga memiliki jenis lagu dan instrumen musik
tersendiri, yang belum banyak kita ketahui, tapi kita masih ragu apakah fenomena itu
turut membentuk sebagian khazanah musik Arab Utara, dan orang Arab islam atau tidak.
Masyarakat pra-Islam di Hijaz menggunakan tambur segi empat, seruling, dan suling rumput
atau ubu gambus dari kulit.
Pada masa Nabi, pengaruh musik asing mulai terlihat. Para putra mahkota Gassan menyanyikan
lagu chorus dengan para biduanita Yunani. Sebelumnnya, orang lakhmi di Hirah juga telah
menggunakan gambus dari kayu, yang kemudian ditiru oleh orang Hijaz.kebanyakan penyanyi
perempuan, dan Aghani, yang merupakan buku kumpulan lagu, menyebutkan beberapa
diantaranya. Beberapa elegi yang meratapi pahlawan terkenal, Shakhr, yang dibuat oleh saudara
perempuannya, al-Khansa, yang semasa dengan Nabi dan dianggap sebagai penyair perempuan
terbesar Arab, merupakan sebuah nyanyian. Kebanyakan penyair pra-Islam melantunkan
gubahannya menjadi lagu.

10
F. Seni kerajinan
Bidang ini yang menonjol adalah jasa Koholifah Abdul Malik, yaitu pembuatan Tiraz
(semacam kerajinan bordir) terutama cap resmi yang dietak pada pakaian Khalifah dan para
pembesar kerajaan

11
PENUTUP DAN SARAN

Demikianlah makalah Sejarah Kebudayaan Islam tentang masa kejayaan dinasti umayyah yang dapat
pemakalah paparkan, pemakalah menyadari bahwasannya masih terdapat banyak kekurangan dalam
makalah yang pemakalah buat, besar harapan pemakalah agar sekiranya pembaca dengan bijak
memberikan komentar, kritikan, koreksi, saran, serta tanggapan demi terwujudnya makalah yang
lebih baik kedepannya.

Sebagai penutup kata, pemakalah berharap agar nantinya makalah ini dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya kepada pembaca, dan pemakalah juga berharap agar makalah ini dapat digunakan
dengan sebaik-baiknya, serta dapat menjadi bahan pembelajaran dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di kelas sebelas.

DAFTAR PUSTAKA

Susanti, Elzafitria. 2015. Peninggalan pada dinasti umayyah. Diambil dari:


http://elzasite.blogspot.com/2015/10/peninggalan-pada-dinasti-umayyah.html. (02 Agustus
2018)

Tanpa Nama. Tanpa Tahun. Perkembangan Sejarah Dinasti Umayyah. Diambil dari:
https://mail.google.com/mail/u/0/#sent?projector=1. (02 Agustus 2018)

12

Anda mungkin juga menyukai