Anda di halaman 1dari 20

PEDOMAN PELAKSANAAN

KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

0
BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum memuaskan,


terbukti dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB). Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin,nifas dan bayi baru
lahir masih merupakan masalah besar negara berkembang termasuk
Indonesia. Di Negara-negara miskin, sekitar 25 – 50% kematian wanita usia
subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan
dan nifas. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari
585.000 ibu meninggal pada saat hamil atau bersalin.

Menanggapi masalah kematian ibu yang demikian besar, tahun 1987 untuk
pertama kalinya di tingkat Internasional diadakan konferensi tentang kematian
ibu di Nairobi, Kenya yang menyepakati peningkatan upaya bagi kesehatan ibu
atau Safe Motherhood. Kemudian pada tahun 1990 World Summit for Children
di New York, Amerika Serikat yang dihadiri 127 negara termasuk Indonesia,
membuahkan 7 tujuan utama, diantaranya menurunkan AKI menjadi 50 %
pada tahun 2000.

Program Safe Motherhood mulai tahun 1990, salah satu terobosannya adalah
menempatkan tenaga bidan di setiap desa dan melatih dukun serta dilengkapi
dengan dukun kit , sehingga diharapkan dukun yang sudah dilatih mampu dan
mau menerapkan persalinan 3 bersih (bersih tempat, alat dan cara).

Upaya Making Pregnancy Safer (MPS) dengan 3 pesan kunci yaitu (1) setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (2) setiap komplikasi
obstetric dan neonatal ditangani mendapat pelayanan adekuat (3) setiap wanita
usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi.

Dari hasil survey WHO dan Departemen Kesehatan ternyata penurunan AKI
tidak sesuai target yang diharapkan dan dukun yang sudah dilatih ternyata
kembali pada prilaku semula.

Dari hasil SDKI 2002-2003 derajat kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih
belum memuaskan, ditandai oleh tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), yaitu
307/100.000 KH, sedangkan angka kematian bayi 35/1000 KH. 57% kematian
bayi terjadi pada masa neonatal (0-28 hari) yaitu 20/1000 KH. Adapun
penyebab langsung dari kematian Ibu adalah perdarahan 28 %, eklampsi 24 %,
infeksi 11 %, partus lama 5 %, abortus 5 % (SKRT 2001), dan lain-lain. Kondisi
ini diperburuk dengan masih tingginya kehamilan dengan 4 terlalu (terlalu tua,
terlalu muda, terlalu sering dan terlalu banyak) sebanyak 62,7 %. Sedangkan
penyebab kematian bayi baru lahir (neonatal) di Indonesia adalah asfiksia 27
%, komplikasi pada bayi baru lahir rendah 29 %, tetanus neonatorum 10 %,

1
masalah pemberian makanan 10 %, infeksi 5 %, gangguan hematologik 6 %,
dan lain-lain 13 %.

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu maupun
bayi adalah faktor pelayanan yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan
keterampilan tenaga kesehatan sebagai penolong pertama pada persalinan
tersebut, di mana sesuai dengan pesan pertama kunci MPS yaitu setiap
persalinan hendaknya ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Di samping itu,
masih tingginya persalinan di rumah dan masalah yang terkait budaya dan
perilaku dan tanda-tanda sakit pada neonatal yang sulit dikenali, juga
merupakan penyebab kematian bayi baru lahir.

Menurut hasil penelitian dari 97 negara bahwa ada korelasi yang signifikan
antara pertolongan persalinan dengan kematian ibu. Semakin tinggi cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah akan diikuti penurunan
kematian ibu di wilayah tersebut.

Namun sampai saat ini di wilayah Indonesia masih banyak pertolongan


persalinan dilakukan oleh dukun bayi yang masih menggunakan cara-cara
tradisional sehingga banyak merugikan dan membahayakan keselamatan ibu
dan bayi baru lahir.

Di beberapa daerah, keberadaan dukun bayi sebagai orang kepercayaan


dalam menolong persalinan, sosok yang dihormati dan berpengalaman, sangat
dibutuhkan oleh masyarakat keberadaannya. Berbeda dengan keberadaan
bidan yang rata-rata masih muda dan belum seluruhnya mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat.

Sehingga perlu dicari suatu kegiatan yang dapat membuat kerjasama yang
saling menguntungkan antara bidan dengan dukun bayi, dengan harapan
pertolongan persalinan akan berpindah dari dukun bayi ke bidan. Dengan
demikian, kematian ibu dan bayi diharapkan dapat diturunkan dengan
mengurangi risiko yang mungkin terjadi bila persalinan tidak ditolong oleh
tenaga kesehatan yang kompeten dengan menggunakan pola kemitraan bidan
dengan dukun.

Dalam pola kemitraan bidan dengan dukun berbagai elemen masyarakat yang
ada dilibatkan sebagai unsur yang dapat memberikan dukungan dalam
kesuksesan pelaksanaan kegiatan ini.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Meningkatnya akses Ibu dan bayi terhadap pelayanan kebidanan
berkualitas

2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan rujukan persalinan, pelayanan antenatal, nifas dan
bayi oleh dukun ke tenaga kesehatan yang kompeten.

2
b. Meningkatkan alih peran dukun dari penolong persalinan menjadi
mitra Bidan dalam merawat Ibu Nifas dan Bayinya
c. Meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan

C. SASARAN

1. Pengelola dan Penanggung Jawab Program KIA/KB, Promkes dan


Perencanaan di Propinsi, Kab/Kota dan Puskesmas.
2. Lintas Sektor terkait di setiap jenjang administrasi (disesuaikan kondisi
setempat)
3. Bidan koordinator dan bidan puskesmas

D. DASAR HUKUM

1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.


2. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
3. Undang-undang No. 32 tentang tahun 2004 Pemerintah Daerah.
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 900 tahun 2002 tentang Registrasi dan
Praktek Bidan.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1457 tahun 2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
6. Kepmenkes 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan
7. Kepmenkes 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang standar asuhan kebidanan

3
BAB II. PENGERTIAN DAN KEBIJAKAN

A. PENGERTIAN

Kemitraan bidan dengan dukun adalah suatu bentuk kerjasama bidan dengan
dukun yang saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaaan, kesetaraan,
dan kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi, dengan
menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalihfungsikan
dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi
pada masa nifas, dengan berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara
bidan dengan dukun, serta melibatkan seluruh unsur/elemen masyarakat yang
ada.

Sumber : Magang kemitraan bidan –dukun trenggalek

B. KEBIJAKAN

1. Meningkatkan persalinan dan perawatan bayi baru lahir oleh tenaga


kesehatan melalui kemitraan bidan dengan dukun
2. Setiap ibu bersalin dan bayi baru lahir memperoleh pelayanan dan
pertolongan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dalam pertolongan
persalinan .
3. Seluruh dukun yang ada dilibatkan dalam suatu bentuk kerjasama yang
menguntungkan antara bidan dengan dukun dalam bentuk kemitraan.

4
5
BAB III. MEKANISME DAN RUANG LINGKUP
KERJA BIDAN DENGAN DUKUN
A. MEKANISME KERJA

Di dalam kemitraan, bidan dengan dukun bayi mempunyai peran dan tanggung
jawab masing-masing. Oleh sebab itu perlu diberi pengertian bahwa peran
dukun bayi tidak kalah penting dibandingkan perannya dahulu. Proses
perubahan peran dukun menuju peran barunya yang berbeda, memerlukan
suatu adaptasi dan hubungan interpersonal yang baik antara bidan dukun.

Di dalam konsep kemitraan bidan dengan dukun, dukun bayi perlu diberikan
wawasan dalam bidang kesehatan ibu dan bayi baru lahir, terutama tentang
tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta persiapan yang
harus dilakukan oleh keluarga dalam menyongsong kelahiran bayi.

B. TATA HUBUNGAN KERJA

Dalam tata hubungan kerja masing-masing level mempunyai tugas sebagai


berikut :

1. Tugas Provinsi :
 Melakukan Asesmen (analisa situasi, monitoring, evaluasi)
Kemitraan Bidan – Dukun.
 Mengembangkan Kebijakan (Strategi, Perencanaan).
 Menjamin kualitas Pelaksanaan (Legal/Aspek Hukum, Kelembagaan,
Partisipasi Masyarakat).
 Fasilitasi kegiatan program kemitraan Bidan – Dukun.
 Penanggungjawab/Pengelola Program KIA berkoordinasi dengan
Lintas Program/Lintas Sektor Propinsi dan Kabupaten/Kota dalam
pelaksanaan kegiatan.
 Penanggungjawab/Pengelola Program KIA bertanggung jawab dan
melaporkan kegiatan kepada Kepala Dinas.

2. Tugas Kabupaten/Kota :
 Melakukan Asesmen (analisa situasi, monitoring, evaluasi)
Kemitraan Bidan – Dukun
 Mengembangkan Kebijakan (Strategi, Perencanaan)
 Menjamin kualitas Pelaksanaan (Legal/Aspek Hukum, Kelembagaan,
Partisipasi Masyarakat)
 Fasilitasi kegiatan program kemitraan Bidan – Dukun.
 Penanggungjawab/Pengelola Program KIA berkoordinasi dengan
Lintas Program/Lintas Sektor Kabupaten/Kota dan Puskesmas dalam
pelaksanaan kegiatan.
 Penanggungjawab/Pengelola Program KIA bertanggung jawab dan
melaporkan kegiatan kepada Kepala Dinas.

6
3. Tugas Puskesmas :
 Melakukan Asesmen (analisa situasi, monitoring, evaluasi)
Kemitraan Bidan – Dukun
 Berkoordinasi dengan Lintas Program/Lintas Sektor Kecamatan dan
Desa/Kelurahan dalam pelaksanaan kegiatan.
 Membangun jejaring dengan LSM, PKK, Tokoh agama, Tokoh
Masyarakat dan Swasta di Kecamatan dan Desa/Kelurahan.
 Membina dukun yang berada di wilayah setempat
 Melaksanakan kegiatan program kemitraan Bidan – Dukun.
 Memfasilitasi Bidan di Desa dalam pelaksanaan kemitraan.
 Memantau dan evaluasi kegiatan program kemitraan bidan dengan
dukun.
 Bertanggung jawab dan melaporkan kepada kepala dinas.

4. Tugas bidan di Desa/bidan pembina wilayah :


 Mendata dan memetakan dukun bayi dan ibu hamil.
 Berkoordinasi dengan Lintas Sektor di Desa/Kelurahan dalam
pelaksanaan kegiatan.
 Membangun jejaring dengan LSM, PKK, Tokoh agama, Tokoh
Masyarakat dan Swasta di Desa/Kelurahan.
 Membina dukun yang berada di wilayah setempat.
 Melaksanakan kegiatan program kemitraan bidan dengan dukun.
 Melakukan evaluasi kegiatan program kemitraan bidan dengan
dukun.
 Bertanggung jawab dan melaporkan kepada kepala Puskesmas.

C. RUANG LINGKUP KEMITRAAN BIDAN – DUKUN

Ruang lingkup kegiatan mencakup masukan, proses dan luaran program.

1. Input
Meliputi penyiapan tenaga, penyiapan biaya operasional, penyiapan
sarana kegiatan bidan dan saran dukun, serta metode /mekanisme
pelaksanaan kegiatan.

2. Proses
Proses yang dimaksudkan adalah lingkup kegiatan kerja bidan dan
kegiatan dukun.Kegiatan bidan mencakup aspek teknis kesehatan dan
kegiatan dukun mencakup aspek non teknis kesehatan. Tugas dukun
ditekankan pada alih peran dukun dalam menolong persalinan menjadi
merujuk ibu hamil dan merawat ibu nifas dan bayi baru lahir berdasarkan
kesepakatan antara bidan dengan dukun.

2.1.Yang dimaksudkan aspek teknis kesehatan adalah aspek proses


pengelola dan pelayanan program KIA
a) Pengelolaan (manajemen) program KIA adalah semua kegiatan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian
(evaluasi) program kesehatan ibu dan anak masuk KB.

7
b) Pelayanan kesehatan ibu dan anak, mencakup kegiatan yang
dilakukan bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan sesuai
wewenang, etika, tanggung jawab bidan.

2.2.Yang dimaksud aspek non kesehatan adalah :


a) Menggerakkan dan memberdayakan ibu, keluarga dan masyarakat
b) Memberdayakan tradisi setempat yang positif berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak .
c) Menghilangkan kebiasaan buruk yang dilakukan pada ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir

3. Output
Kemitraan bidan dengan dukun adalah pencapaian target upaya
kesehatan ibu dan anak antara lain :
o Meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait.
o Meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang bermitra
o Meningkatkan rujukan oleh dukun
o Meningkatnya cakupan pertolongan persalinan
o Meningkatnya deteksi risti / komplikasi oleh masyarakat.

C. PERAN BIDAN DENGAN DUKUN DALAM PELAKSANAAN


KEMITRAAN
1. Periode Kehamilan

BIDAN DUKUN
1. Melakukan pemeriksaan ibu hamil dalam 1. Memotivasi ibu hamil
hal : untuk periksa ke Bidan
a. Keadaan umum 2. Mengantar ibu hamil yang
b. Menentukan taksiran partus tidak mau periksa ke
c. Menentukan Keadaan janin dalam Bidan
kandungan 3. Membantu Bidan pada
d. Pemeriksaan laboratorium yang saat pemeriksaan ibu
diperlukan hamil
2. Melakukan tindakan pada ibu hamil dalam 4. Melakukan penyuluhan
hal : pada ibu hamil dan
a. Pemberian Imunisasi TT keluarga tentang
b. Pemberian tablet Fe a. Tanda-tanda
c. Pemberian pengobatan/tindakan Persalinan
apabila ada komplikasi b. Tanda bahaya
3. Melakukan Penyuluhan dan konseling kehamilan Kebersihan
pada ibu hamil dan keluarga mengenai : pribadi & lingkungan
a. Tanda-tanda Persalinan c. Kesehatan & Gizi
b. Tanda bahaya kehamilan d. Perencanaan
c. Kebersihan pribadi & lingkungan Persalinan (Bersalin di
d. Gizi Bidan, menyiapkan
e. Perencanaan Persalinan (Bersalin di transportasi,
Bidan, menyiapkan transportasi, menggalang dalam

8
menggalang dalam menyiapkan biaya, menyiapkan biaya,
menyiapkan calon donor darah) menyiapkan calon
f. KB setelah melahirkan menggunakan donor darah)
Alat Bantu Pengambilan Keputusan 5. Memotivasi ibu hamil dan
(ABPK) keluarga tentang :
4. Melakukan kunjungan Rumah untuk : a. KB setelah melahirkan
a. Penyuluhan/Konseling pada keluarga b. Persalinan di Bidan
tentang persencanaan persalinan pada waktu menjelang
b. Melihat Kondisi Rumah persiapan taksiran partus
persalinan 6. Melakukan ritual
c. Motivasi persalinan di Bidan pada keagamaan/tradisional
waktu menjelang taksiran pertus yang sehat sesuai tradisi
5. Melakukan rujukan apabila diperlukan setempat bila keluarga
6. Melakukan pencatatan seperti : meminta
a. Kartu ibu 7. Melakukan motivasi pada
b. Kohort ibu waktu rujukan diperlukan
c. Buku KIA 8. Melaporkan ke Bidan
7. Melakukan Laporan : apabila ada ibu hamil
a. Melakukan laporan cakupan ANC baru

2. Periode Persalinan

BIDAN DUKUN
1. Mempersiapkan sarana prasara 1. Mengantar calon ibu bersalin ke
persalinan aman dan alat Bidan
resusitasi bayi baru lahir, 2. Mengingatkan keluarga
termasuk pencegahan infeksi menyiapkan alat transport untuk
2. Memantau kemajuan persalinan pergi ke Bidan/memanggil Bidan
sesuai dengan partogram 3. Mempersiapkan sarana prasaran
3. Melakukan asuhan persalinan. persalinan aman seperti :
4. Melaksanakan inisiasi menyusu a. Air bersih
dini dan pemberian ASI segera b. Kain bersih
kurang dari 1 jam. 4. Mendampingi ibu pada saat
5. Injeksi Vit K1 dan salep mata persalinan
antibiotik pada bayi baru lahir 5. Membantu Bidan pada saat proses
6. Melakukan perawatan bayi baru persalinan
lahir 6. Melakukan ritual
7. Melakukan tindakan PPGDON keagamaan/tradisional yang sehat
apabila mengalami komplikasi sesuai tradisi setempat
8. Melakukan rujukan bila diperlukan 7. Membantu Bidan dalam perawatan
9. Melakukan pencatatan persalinan bayi baru lahir
pada : 11. Membantu ibu dalam inisiasi
a. Kartu ibu/partograf menyusu dini kurang dari 1 jam
b. Kohort Ibu dan Bayi 12. Memotivasi rujukan bila diperlukan
c. Register persalinan 13. Membantu Bidan membersihkan
10. Melakukan pelaporan: ibu, tempat dan alat setelah
a. Cakupan persalinan persalinan

9
3. Periode Nifas

BIDAN DUKUN
1. Melakukan Kunjungan Neonatal dan 1. Melakukan kunjungan rumah
sekali gus pelayanan nifas (KN1, KN2 dan memberikan penyuluhan
dan KN3) tentang :
a. Perawatan ibu nifas a. Tanda-tanda bahaya dan
b. Perawatan Neonatal penyakit ibu nifas
c. Pemberian Imunisasi HB 1 b. Tanda-tanda bayi sakit
d. Pemberian Vit. A ibu Nifas 2 kali c. Kebersihan pribadi &
e. Perawatan payudara lingkungan
2. Melakukan Penyuluhan dan konseling d. Kesehatan & Gizi
pada ibu dan keluarga mengenai : e. ASI Ekslusif
a. Tanda-tanda bahaya dan penyakit f. Perawatan tali pusat
ibu nifas g. Perawatan payudara
b. Tanda-tanda bayi sakit 2. Memotivasi ibu dan keluarga
c. Kebersihan pribadi & lingkungan untuk ber-KB setelah
d. Kesehatan & Gizi melahirkan
e. ASI Ekslusif 3. Melakukan ritual
f. Perawatan tali pusat keagamaan/tradisional yang
g. KB setelah melahirkan sehat sesuai tradisi setempat
3. Melakukan rujukan apabila diperlukan 4. Memotivasi rujukan bila
4. Melakukan pencatatan pada : diperlukan
a. Kohort Bayi 5. Melaporkan ke Bidan apabila
b. Buku KIA ada calon akseptor KB baru
5. Melakukan Laporan :
a. Cakupan KN

Dalam proses alih peran dan pembagian tugas antara Bidan dengan dukun
perlu disepakati mekanisme kemitraan yang dijalin antara mereka. Meskipun
mekanisme sangat beragam tergantung keadaan, tetapi ada beberapa hal
penting yang harus disepakati (dituangkan secara tertulis dalam nota
kesepakatan antara bidan – dukun) yaitu :
- Mekanisme rujukan informasi ibu hamil.
- Mekanisme rujukan kasus persalinan.
- Mekanisme pembagian biaya persalinan .
- Jadwal pertemuan rutin bidan dengan dukun.

10
11
BAB IV. KEGIATAN

Kegiatan dalam rangka memfasilitasi terciptanya kemitraan bidan dengan


dukun meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.

A. PERENCANAAN

Langkah-langkah dalam perencanaan adalah :

1. Identifikasi potensi dan masalah yang terjadi meliputi :


- Jumlah ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
- Cakupan hasil kegiatan program KIA
- Jumlah bidan dengan dukun dalam satu wilayah
- Kompetensi tenaga yang ada di desa
- Kelengkapan sarana, alat dan bahan habis pakai
- Sarana transportasi rujukan
- Sistem pembiayaan (tabulin, dasolin)
- Dukungan kebijakan, kelembagaan dan partisipasi masyarakat
- Sosial budaya

2. Analisis masalah dapat dilakukan dengan mengacu kepada hasil identifikasi


potensi dan masalah yang menitikberatkan pada :
- Adanya persalinan oleh dukun
- Cakupan persalinan nakes yang rendah
- Jumlah dukun lebih banyak daripada bidan
- Desa yang tidak mempunyai bidan/bidan tidak tinggal di tempat
- Melakukan analisa hasil kegiatan terhadap target.

3. Alternatif Pemecahan masalah.


Alternatif pemecahan masalah dilakukan berdasarkan temuan masalah.
Beberapa alternatif pemecahan yang ada, pada akhirnya akan dibahas
untuk memperoleh upaya yang paling tepat untuk mengatasi masalah
tersebut dengan melibatkan sumber daya yang ada baik lintas
program/lintas sektor maupun tokoh-tokoh informal.

4. Penyusunan rencana kerja (Plan of Action).


Penyusunan rencana kerja berdasarkan masalah yang ditemukan dari
aspek kemitraan. Plan of Action (POA) dipilih dari kegiatan yang secara
operasional memungkinkan untuk dilaksanakan.
POA terdiri dari uraian kegiatan meliputi : kegiatan, tujuan, sasaran, waktu,
biaya dan penanggung jawab.

12
B. PELAKSANAAN

Untuk memfasilitasi terciptanya kemitraan bidan dengan dukun, perlu dilakukan


kegiatan secara sistematik dan terkoordinasi agar efektif dan efisien. Adapun
kegiatan pokok yang harus dilakukan ádalah :

1. Tingkat Provinsi :
a. Penyusunan Juknis
Berpedoman pada juknis Nasional disesuaikan dengan kemampuan
daerah masing-masing.
b. Sosialisasi
- Tujuan :
Adanya kesamaan pemahaman dan kesiapan pengelola dan
penanggung jawab program KIA-KB, Promkes, Yankes di
Kabupaen/Kota dan LP/LS di Propinsi dalam penyelenggaraan
kegiatan kemitraan Bidan dengan Dukun.

- Peserta
 Provinsi : Penanggung jawab/Pengelola Program KIA-KB,
Promkes, Yankes dan bagian kepegawaian, IBI, TP-PKK,
BAPEPROP, Bagian Sosial.
 Kabupaten : Penanggung jawab/Pengelola Program KIA-KB,
kasie yang menangani KIA-KB, Promkes, Yankes.

- Output kegiatan :
 Diperolehnya dukungan dan kesepakatan penyelenggaraan
kegiatan kemitraan Bidan dan Dukun
 Tersusunnya RTL kabupaten/kota

b. Fasilitasi Kemitraan Bidan dan Dukun


c. Evaluasi

2. Tingkat Kabupaten
a. Sosialisasi :
- Tujuan :
Untuk menyamakan persepsi dan mendapatkan dukungan dalam
pelaksanaan kemitraan bidan-dukun oleh lintas program, lintas
sektor yang terkait.

- Sasaran
Lintas program dan lintas sektor serta para pengambil kebijakan
antara lain :
• DPRD
• Bappekab/kota, Bagian Kesra Pemerintah Kab/ kota
• BKKB, Depag, Bapemmas, Dinkes (Promkes, Yankes, Kesga ),
RSU
• Camat dan Tim PKK Kecamatan
• Kepala Puskesmas

13
• Organisasi Profesi (IBI)
• Toma, Toga dan LSM

- Output kegiatan :
Adanya kesepakatan serta dukungan dari lintas program & lintas
sektor untuk pelaksanaan kemitraan bidan dengan dukun

b. Pembekalan teknis pelaksanaan program kemitraan Bidan


dengan Dukun
- Tujuan :
Memberikan pemahaman konsep penyelenggaraan kegiatan
kemitraan bidan dengan dukun kepada seluruh kepala
Puskesmas dan bidan koordinator yang bertanggung jawab dalam
pengelolaan kegiatan kemitraan bidan dengan dukun.

- Sasaran :
 Kepala Puskesmas
 Bidan Koordinator

- Output kegiatan :
Kepala puskesmas dan bidan koordinator memahami serta dapat
melaksanakan kegiatan kemitraan Bidan – Dukun sesuai Petunjuk
Teknis Kemitraan Bidan – Dukun.

2. Tingkat Kecamatan/Puskesmas
a. Sosialisasi tingkat kecamatan kegiatan Kemitraan Bidan – Dukun
- Tujuan :
Untuk mendapat kesepakatan serta dukungan pada pelaksanaan
kemitraan Bidan – Dukun dari lintas program, lintas sektor, TOGA
dan TOMA.

- Sasaran
Lintas program/lintas sektor tingkat kecamatan :
 Petugas PKM, PLKB, KUA, Bag. Sosial/Kesra Kecamatan,
Diknas, Toma, Toga, LSM, TP-PKK Kecamatan
 Kepala desa
 Ketua TP PKK desa
 Bidan di desa

- Output Kegiatan
 Diperolehnya dukungan dari LP/LS kecamatan dan desa.
 Adanya rancangan kesepakatan bidan dengan dukun untuk
pelaksanaan program kemitraan bidan dengan dukun.

4. Tingkat Desa
a. Sosialisasi tingkat desa
- Tujuan
Untuk mendapat kesepakatan serta dukungan pada pelaksanaan
kemitraan Bidan dengan Dukun dari aparat desa, tokoh agama,
tokoh masyarakat, PKK dan masyarakat.

14
- Sasaran :
 Kepala Desa/Lurah
 PKK desa, kader kesehatan
 Tokoh masyarakat/Tokoh agama dan LSM yang ada
 Dukun
 Kepala Dusun/RW

- Output Kegiatan
 Diperolehnya dukungan untuk pelaksanaan kemitraan bidan
dengan dukun
 Tersusunnya kesepakatan antara bidan dengan dukun untuk
pelaksanaan kemitraan

b. Pembekalan dukun
- Tujuan :
Meningkatkan pengetahuan dukun dalam melaksanakan deteksi
dini bumil; pengenalan tanda bahaya pada bumil, bulin, bufas, bayi
; cara-cara melaksanakan rujukan dan penyuluhannya serta
keterampilan dalam membantu merawat ibu dan bayi pada masa
nifas.

- Sasaran :
Dukun

- Out put :
 Dukun bayi mampu
o mendeteksi dini bumil;
o mengenali tanda bahaya bumil, bulin, bufas serta
 Dukun terampil melakukan perawatan pada bayi baru lahir dan
ibu nifas.

c. Magang dukun di rumah Bidan/Polindes/Puskesmas


- Tujuan :
• Mendekatkan hubungan interpersonal antara bidan dengan
dukun
• Meningkatkan keterampilan dukun dalam perawatan bayi baru
lahir dan ibu nifas, pendeteksian risiko tinggi pada ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir, serta cara-cara
melaksanakan rujukan tepat waktu dan penyuluhan yang baik.

- Sasaran
Dukun yang telah mengikuti pembekalan

- Output kegiatan
 Terciptanya hubungan interpersonal antara bidan dengan dukun
yang lebih akrab sehingga dukun akan sepakat merujuk kasus
persalinan kepada bidan setempat dimana dukun tersebut
magang.

15
 Meningkatnya keterampilan dukun dalam perawatan bayi baru
lahir dan ibu nifas, pendeteksian risiko tinggi pada ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir, serta cara-cara
melaksanakan rujukan tepat waktu dan penyuluhan yang baik.

d. Dana bergulir dukun


- Tujuan
Agar dukun mempunyai ikatan untuk merujuk kasus persalinan ke
bidan

- Sasaran
Dukun yang telah mengikuti magang dukun.

- Sistem Pengelolaan dana bergulir :


 Dukun bayi yang telah selesai magang akan diberikan sejumlah
uang (dana bergulir) dengan jumlah yang telah ditentukan oleh
pengelola program kemitraan Bidan dengan Dukun Puskesmas
setempat dan dicatat dalam pembukuan dana bergulir.
 Dukun bayi berkewajiban mengembalikan dana yang telah
diterima tersebut, dalam bentuk rujukan kasus persalinan
(inpartu) kepada bidan penanggung jawab/bidan tempat
magang
 Bidan akan memberikan sebagian uang hasil dari biaya
persalinan yang dibayarkan oleh pasien sesuai kesepakatan
yang telah dibuat kepada dukun tersebut sebagai penghargaan
atas rujukan dan sebagian lagi akan disimpan untuk dana
bergulir (disimpan ke pengelola dana bergulir di Puskesmas )
 Dana bergulir yang telah masuk ke pengelola program
kemitraan Bidan dengan Dukun puskesmas selanjutnya akan
digulirkan kembali ke dukun yang sama atau dukun yang lain
setelah dilakukan evaluasi
 Pemberian dana bergulir dan pembagian hasil antara bidan
dengan dukun, dari hasil pertolongan persalinan ditinjau ulang
secara berkala (tiap 6 bulan sekali) dan diatur dalam
kesepakatan yang dibuat pada saat evaluasi hasil kegiatan
kemitraan Bidan – Dukun di tingkat kecamatan.
 Secara berkala Kepala Puskesmas setempat, berkewajiban
melaksanakan audit keuangan dana bergulir ini di wilayahnya.

- Output kegiatan :
 Terlaksananya rujukan semua persalinan dukun ke bidan
 Terjalinnya kerja sama yang harmonis antara bidan dengan
dukun sesuai kesepakatan bersama serta diketahuinya
pengelolaan dana bergulir di masing –masing wilayah.

16
C. PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan diperlukan adanya langkah


pemantuan dan evaluasi yang dilakukan sercara terus menerus
(bekesinambungan). Kegiatan memantau dan menilai untuk melihat apakah
semua kegiatan telah dilaksanakan sesuai rencana yang ditetapkan. Hasil
pemantauan merupakan bahan masukan untuk perencanaan dan langkah
perbaikan berikutnya.

1. Pemantauan :
- Propinsi ke Kabupaten : 1 kali per tahun
- Kabupaten ke Puskesmas – Desa : Laporan dari Desa/Puskesmas 3
bulan sekali
2. Evaluasi dilakukan 1 kali dalam setahun setelah proses kemitraan
bidan dengan dukun berlangsung :
- di tingkat propinsi dan Kabupaten/Kota
- di tingkat desa

Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan membandingkan pencapaian dari


hasil kegiatan dengan perencanaan secara berkesinambungan. Dalam menilai
kualitas kegiatan kemitraan bidan dengan dukun diperlukan indikator :
- Persentase dukun yang bermitra
- Cakupan Linakes di suatu wilayah
- Prosentase rujukan bumil oleh dukun

Proses pemantauan dan evaluasi tersebut dilaporkan secara berjenjang


kepada pengelola program KIA Puskesmas kemudian ke Kabupaten/Kota
secara triwulan

17
BAB V. PENUTUP

Kerjasama yang saling menguntungkan antara bidan dengan dukun bayi


sangat diperlukan untuk memindahkan persalinan dari dukun bayi ke Bidan.
Dengan demikian, kematian ibu dan bayi diharapkan dapat diturunkan dengan
mengurangi risiko yang mungkin terjadi bila persalinan tidak ditolong oleh
tenaga kesehatan yang kompeten dengan menggunakan pola kemitraan bidan
dengan dukun.

18
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................................. 0
A. LATAR BELAKANG ...................................................................................................... 1
B. TUJUAN ............................................................................................................................ 2
1. Tujuan Umum .......................................................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus ......................................................................................................................... 2
C. SASARAN ......................................................................................................................... 3
D. DASAR HUKUM .............................................................................................................. 3

BAB II. PENGERTIAN DAN KEBIJAKAN .............................................................. 4


A. PENGERTIAN.................................................................................................................. 4
B. KEBIJAKAN .................................................................................................................... 4

BAB III. MEKANISME DAN RUANG LINGKUP KERJA BIDAN DENGAN


DUKUN ........................................................................................................................... 6
A. MEKANISME KERJA .................................................................................................... 6
B. TATA HUBUNGAN KERJA .......................................................................................... 6
1. Tugas Provinsi ......................................................................................................................... 6
2. Tugas Kabupaten/Kota ............................................................................................................ 6
3. Tugas Puskesmas ..................................................................................................................... 7
4. Tugas bidan di Desa/bidan pembina wilayah .......................................................................... 7
C. RUANG LINGKUP KEMITRAAN BIDAN – DUKUN ............................................... 7
D. PERAN BIDAN DENGAN DUKUN DALAM PELAKSANAAN KEMITRAAN ..... 8
1. Periode Kehamilan ................................................................................................................... 8
2. Periode Persalinan .................................................................................................................... 9
3. Periode Nifas .......................................................................................................................... 10

BAB IV. KEGIATAN .................................................................................................. 12


A. PERENCANAAN ........................................................................................................... 12
B. PELAKSANAAN ............................................................................................................ 13
1. Tingkat Provinsi : ................................................................................................................... 13
2. Tingkat Kabupaten ................................................................................................................. 13
2. Tingkat Kecamatan/Puskesmas .............................................................................................. 14
4. Tingkat Desa .......................................................................................................................... 14
C. PEMANTAUAN DAN EVALUASI .............................................................................. 17

BAB V. PENUTUP....................................................................................................... 18

LAMPIRAN....................................................................................................................17

19

Anda mungkin juga menyukai