Anda di halaman 1dari 8

Kajian Akuntansi, Pebruari 2010, Hal. 1 – 8 Vol. 2. No.

1 1
ISSN : 1979-4886

PERBANDINGAN BIAYA HISTORIS DAN NILAI WAJAR

Historical Cost versus Fair Value

Yolinda Yanti Sonbay


Program Studi Akuntansi Universitas Katholik Widya Mandira
Jl. Jend. A. Yani no 50-52, Kupang
e-mail: yolinda81@yahoo.com

ABSTRAK

Penggunaan historical costing dipandang akan mengurangi aspek kualitas relevansi, sehingga laporan
keuangan tidak dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu fair value muncul
untuk mengatasi kekurangan historical cost. Namun fair value tidak dapat sepenuhnya berguna untuk
pengambilan keputusan karena tidak memiliki reliabilitas. Baik historical cost maupun fair value
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Karena perdebatan ini maka historical cost
sampai sekarang masih digunakan.

Kata Kunci: historical cost, fair value, relevansi

ABSTRACT.

By using historical costing is considered will reduce the quality aspect of relevance, so that financial
statements can not be used in decision making, and therefore fair value appears to overcome the
disadvantages of historical cost. However, fair value can not be fully useful for decision making
because no reliability. Both the historical cost or fair value has advantages and disadvantages of each.
This debate because the historical cost is still used.

Keywords: historical cost, fair value, relevance


2 Yolinda Yanti Sonbay Kajian Akuntansi

PENDAHULUAN penebusan atau jatuh tempo dari sekuritas atau


hutang (paragraf 37)
International Financial Reporting
Standards (IFRS) adalah sebuah standar yang  Pelaporan keuangan harus menyediakan
kerangka dan interpretasinya diadopsi oleh informasi mengenai bagaimana perusahaan
Accounting Standards Board (IASB). Banyak memperoleh dan mempergunakan kasnya,
standar membentuk bagian dari IFRS yang memperoleh pinjaman dan pembayaran
dikenal lebih dahulu, yaitu International pinjaman, mengenai tranksaksi modal ter-
Accounting Standards (IAS) yang diterbitkan masuk deviden kas dan distribusi lain dari
antara tahun 1973 dan 2001 oleh International sumber daya kepada pemilik dan mengenai
Accounting Standards Committee (IASC), yang faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pada tanggal 1 April 2001 diambil alih likuiditas dan solvensi perusahaan (paragraf
tanggung jawabnya oleh IASB untuk 49)
menetapkan Standard Akuntansi Internasional.
SFAC no 2 menyatakan bahwa kualitas utama
Kemudian IASB terus mengembangkan
dari pelaporan keuangan adalah informasi
standard dan menyebutnya sebagai standar
akuntansi harus relevan dan reliabel. Suatu
IFRS baru.
informasi dalam laporan keuangan dinyatakan
Dengan diadopsinya IFRS secara penuh, memiliki relevansi jika informasi tersebut mampu
maka laporan keuangan yang dibuat mempengaruhi keputusan investor dan informasi
berdasarkan Pernyataan Standard Akuntansi dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika
Keuangan (PSAK) tidak memerlukan informasi tersebut sesuai dengan keadaan yang
rekonsiliasi yang signifikan dengan laporan sebenarnya dan dapat diuji kebenarannya oleh
keuangan berdasarkan IFRS. Namun pihak lain. Akuntan meyakini bahwa jika laporan
perubahan tersebut tentu akan memberikan keuangan mampu memenuhi kedua karak-teristik
efek di berbagai bidang, terutama dari segi tersebut, maka laporan keuangan akan berguna
pendidikan dan bisnis. Salah satunya adalah, dalam pengambilan keputusan inves-tasi.
banyak menggunakan fair value accounting
Permasalan yang kemudian disadari oleh dunia
dalam dunia pendidikan dan dalam dunia
akuntansi yaitu metode historical cost dalam
bisnis akan menyebabkan income smoothing
pencatatan akuntansi yang tercantum dalam
menjadi semakin sulit dengan penggunaan
laporan keuangan tidak mencerminkan nilai yang
balance sheet approach dan fair value.
sebenarnya. Hal ini disebabkan karena perubahan
SFAC no. 1 menyatakan tujuan dari pelaporan nilai mata uang dari waktu ke waktu. Dapat
keuangan : dicontohkan, harga bangunan akan dicatat dengan
harga ketika bangunan itu diperoleh kemudian
 Pelaporan keuangan harus menyediakan
akan disusut tahun demi tahun dengan
informasi yang berguna untuk investor dan
menggunakan metode depresiasi, akibatkan nilai
kreditur sekarang dan yang potensial dalam
buku bangunan akan menurun dari waktu ke
pembuatan keputusan rasional mengenai
waktu. Penurunan nilai bangunan tersebut hanya
investasi, kredit dan keputusan lainnya.
terdapat dalam laporan keuangan namun dalam
Informasi harus komprehensif untuk orang-
kenyataan harga bangunan tersebut lebih tinggi
orang yang dimiliki pemahaman terhadap
dari nilai bukunya. Hal ini karna historical cost
aktivitas bisnis dan ekonomi dan bersedia
yang hanya dapat digunakan jika kondisi ekonomi
untuk mempelajari informasi tersebut
normal (tidak terjadi inflasi)
(paragraf 34)
Menurut Wolk, et al (2004; 448) sistem
 Pelaporan keuangan harus menyediakan
akuntansi dengan dasar historical cost, inflasi
informasi untuk membantu investor dan
membawa dua masalah dasar:
kreditor saat ini dan yang potensial dalam
menilai jumlah, waktu dan ketidakpastian 1. Banyak angka historis yang muncul padalaporan
prospek kas yang diterima dari deviden keuangan secara ekonomis tidak relevan karena
maupun bunga dan hasil penjualan, harga mengalami perubahan sejak terjadinya.
Vol. 2 No. 1, Pebruari 2010 Kajian Akuntansi 3

Tentunya hal ini merupakan masalah repre- mengambil keuntungan dari penilaian dan
sentational faithfulness, yang didiskusikan perkiraan yang digunakan di dalam proses
dalam SFAC No.2 sebagai elemen kualitas manipusi dan mengurutkan angka-angka itu untuk
utama reliability. menghasilkan pendapatan yang sesuai dengan
keinginan mereka.
2. Angka laporan keuangan menunjukkan
pengeluaran dolar pada titik waktu berbeda, Ketika di Amerika Serikat terjadi krisis
sehingga melekatkan jumlah daya beli yang keuangan yang dipicu oleh subprime mortgage
berbeda, hal ini jelas tidak dapat pada semester kedua 2008, fair value sempat
dijumlahkan. Karenanya menjumlahkan dijadikan kambing hitam. Sistem akuntansi atau
nilai kas sebesar $10,000 pada 31 desember pelaporan keuangan yang menggunakan fair value
2002, dengan nilai $10,000 yang atau nilai wajar bukan lagi nilai buku berdasaran
merepresentasikan harga perolehan tanah pendekatan historical cost ini dituding sebagai
pada tahun 1955 (ketika tingkat harga penyebab terjadinya krisis keuangan. Pihak-pihak
secara significan lebih rendah) merupakan terkait dan berwenang kemudian melakukan kajian
hal yang meragukan karena perbedaan untuk mencari jawaban atas pertanyaan: benarkah
jumlah yang signifikan terhadap daya beli penerapan fair value sebagai penyebab krisis?
muncul pada dua angka tersebut. Security Exchange Comission (SEC) atau
pengawas pasar modal Amerika Serikat (AS)
Lebih lanjut Wolk, et al (2004; 449) ber-
segera membentuk tim untuk melakukan kajian
pendapat Karena dua masalah dasar tersebut,
pada Desember 2008. Sebelumnya, pada
beberapa aspek kualitas relevansi berkurang
November, negara-negara yang tergabung dalam
dengan menggunakan historical costing.
G-20 mengadakan pertemuan untuk melakukan
Predictive value berkurang karena
kajian serupa. Begitu juga dengan International
menggunakan dan meng-gabungkan dólar pada
Monetary Fund (IMF). Kesimpulan studi dari
daya beli berbeda. Meng-gunakan pelaporan
mereka sama: tak ada bukti yang bisa
keuangan untuk menetapkan akuntabilitas
menunjukkan bahwa fair value menjadi biang
dibatasi karena kelemahan dasar dari historical
krisis. “Krisis tidak disebabkan oleh pelaporan
costing, seperti komparabilitas antar laporan
keuangan (fair value), melainkan karena adanya
keuangan dari perusahaan berbeda. Mungkin
pengambilan risiko yang terlalu besar,” kata Anis
kekurangan yang paling prinsipal yang
Baridwan, Kepala Biro Penilaian Keuangan
dihasilkan dari kelemahan fundamental
Perusahaan Sektor Riil Bapepam-LK pada seminar
historical cost ada pada area capital main-
“Kontroversi Penerapan Konsep Fair Value” di
tenance. Menurut historical costing, jumlah
Jakarta awal Januari 2009, mengutip hasil
laba biasanya selalu overstated terkait dengan
pertemuan G-20. Sementara itu, hasil studi SEC
jumlah yang dapat didistribusikan kepada
menyebutkan, krisis bukan disebabkan fair value,
pemegang saham tanpa mengurangi saldo awal
melainkan oleh kegagalan perbankan atau
aktiva bersih perusahaan. Sehingga banyak
lembaga-lembaga keuangan di AS karena probable
dividen yang bersifat mengurangi (liquidating)
credit losses, keraguan atas kualitas aset, dan
dan bukan diperoleh dari earning (karena
turunnya kepercayaan kreditur maupun investor.
dividen timbul dari historical costing).
Pendek kata, yang terjadi adalah kesalahan
Karena kelemahan historical cost maka pengelolaan. Itulah yang terjadi hingga krisis
muncul fair value yang dianggap bisa tersebut menyeret dunia ke dalam krisis financial
mengatasi kelemahan historical cost. Namun global. Semua sepakat, termasuk IMF, untuk
apakah fair value dapat memenuhi harapan meneruskan penggunaan konsep fair value, hanya
pemakai informasi. Tim Krumwiede, CPA memang perlu perbaikan di sana-sini.
(2008;38) mengemukakan kritik terhadap fair
value; Pertama, bahkan manajemen yang
bermaksud baik estimasi fair value akan jadi
salah kepada tingkat berbagai prediksi. Kedua,
manajemen tak jujur dan oportunis dapat
4 Yolinda Yanti Sonbay Kajian Akuntansi

PEMBAHASAN demikian, fair value bukanlah nilai yang akan


diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu
Definisi Historical Cost
transaksi yang dipaksakan, likuidasi yang
Menurut Suwardjono (2008;475) kos dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan
historis merupakan rupiah kesepakatan atau keuangan. Nilai adalah nilai yang wajar
harga pertukaran yang telah tercatat dalam mencerminkan kualitas kredit suatu instrumen.
sistem pembukuan. Prinsip historical cost
menghendaki digunakannya harga perolehan Konsep di belakang akuntansi fair value
dalam mencatat aktiva, utang, modal dan Meletakkan pada isu pengukuran, akuntansi
biaya. Yang dimaksud dengan harga perolehan fair value menyampaikan informasi tentang nilai
adalah harga pertukaran yang disetujui oleh kekayaan dan kepengurusan manajemen dengan
kedua belah pihak yang tersangkut dalam menyatakan semua aset dan kewajiban pada neraca
tranksaksi. Harga perolehan ini harus terjadi sebagai nilai kepada pemegang saham (Penman,
pada seluruh traksaksi diantara kedua belah 2007;36)
pihak yang bebas. Harga pertukaran ini dapat
 Neraca menjadi sarana utama untuk
terjadi pada seluruh tranksaksi dengan pihak
menyampaikan informasi kepada pemegang
ektern, baik yang menyangkut aktiva, utang,
saham;
modal dan transaksi lainnya.
 Semua aset dan kewajiban dicatat dalam neraca
Definisi Fair Value
pada fair value, nilai buku dari equity
Berdasarkan FASB Concept Statement No. melaporkan nilai equity (Price/Book ratio =1.0);
7 dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa fair
value adalah harga yang akan diterima dalam  Laporan laba-rugi (profit and loss) melaporkan
penjualan aset atau pembayaran untuk ‘economic income’ karena itu hanyalah
mentransfer kewajiban dalam transaksi yang perubahan nilai atas suatu periode;
tertata antara partisipan di pasar dan tanggal  Mengikuti prinsip ekonomi yang berubah dalam
pengukuran (Perdana, 2011) nilai yang tidak meramalkan perubahan-
FASB, dalam Statement yang terbaru 157, perubahan masa depan, earning tidak bisa
pengukuran fair value mengesahkan fair value meramalkan earning masa depan. Tetapi ini tidak
sebagai exit value, dengan tanda setuju dari menyangkut untuk penilaian, karena neraca
IASB kepada beberapa reservasi minor : “ fair menyediakan penilaian;
value adalah harga yang akan diterima dengan  (unexpected) earning, menjadi kejutan untuk
menjual satu aset atau yang dibayar untuk nilai, melaporkan tentang resiko dari investasi
memindahkan suatu kewajiban dalam transaksi ekuitas. volatility dalam pendapatan adalah
antara peserta-peserta pasar di tanggal peng- informatif nilai pada resiko;
ukuran.” (Penman, 2007;33)
 Rasio P/E adalah Price/Shock-to-value, adalah
Menurut Suwardjono (2008;475) fair value realisasi nilai pada resiko (dengan penafsiran
adalah jumlah rupiah yang disepakati untuk yang sangat berbeda untuk hal tersebut pada
suatu obyek dalam suatu tranksaksi antara historical cost);
pihak-pihak yang berkehendak bebas tanpa
tekanan atau keterpaksaan.  income melaporkan kepengurusan manajemen
dalam menambahkan nilai untuk pemegang
IAI dalam buletin teknis no.3, Paragraf saham.
PA84 manyatakan bahwa: Dasar dari definisi
fair value adalah asumsi bahwa entitas Singkatnya, neraca memuaskan tujuan penilaian
merupakan unit yang akan beroperasi dan ikhtisar rugi laba menyediakan informasi
selamanya tanpa ada intensi atau keinginan tentang resiko dan kinerja manajemen.
untuk melikuidasi, untuk membatasi secara Konsep di belakang akuntansi fair value
material skala operasinya atau transaksi
dengan persyaratan yang merugikan. Dengan Akuntansi historical cost sering ditafsirkan
keliru di dalam debat, dengan kritik bahwa
Vol. 2 No. 1, Pebruari 2010 Kajian Akuntansi 5

historical cost melaporkan neraca dengan cara Pengukuran Fair Value


lama. Latar belakang akuntansi historical cost FASB baru-baru ini mengeluarkan draft
sebagai berikut: (Penman, 2007;36) mengenai pengukuran fair value untuk
 Ikhtisar rugi laba adalah sarana utama mengembangkan konsistensi, reliability dan
untuk menyampaikan informasi tentang comparability dengan aset keuangan dan bukan
nilai kepada pemegang saham, bukan keuangan dan kewajiban yang dilaporkan. Ini
neraca digambarkan fair value sebagai “harga dimana aset
dan liability dapat dipertukarkan pada tranksaksi
 Laporan income seberapa baik perusahaan lancar antara yang banyak mengetahui, tidak
sudah melaksanakan dalam harga berhubungan dengan pihak yang sukarela (FASB
arbitraging dalam input (penyalur) pasar 2004, para. 4) Karena sasaran dari pengukuran fair
dan output (pelanggan) pasar; ini adalah, value untuk menaksir harga pertukaran dalam
earning historical cost melaporkan nilai ketidaknyataan suatu transaksi, FASB bergulat
tambah pem-belian input, mentransformasi dengan keandalan pengukuran fair value,
mereka menurut suatu model bisnis, dan keandalan ukuran-ukuran ini dibandingkan dengan
menjual mereka pada lain harga; keandalan dari ukuran-ukuran lain didasarkan pada
 Berlawanan dengan akuntansi fair value, penilaian-penilaian dan perkiraan-perkiraan, dan
current income meramalkan pendapatan penyebab ukuran-ukuran yang tak dapat dipercaya.
masa depan dimana suatu penilaian dapat (dikutip dari Reis and Stocken,
dibuat; http://papers.ssrn.com/sol3/
papers.cfm?abstract_id=975445)
 Rasio P/B pada umumnya bukan sama
dengan 1.0 dan rasio P/E mengambil Menurut Suwardjono (2004;200) Fair value
current earning yang ada sebagai suatu menjadi sasaran pengukuran dengan nilai sekarang
dasar dan kalikan menurut peramalan karna pengukuran fair value menangkap secara
earning masa depan ; penuh kelima unsur (SFAC no.7, prg.23):
 Earning tidak melaporkan kejutan untuk a. Suatu estimat aliran kas masa datang atau, dalam
harga, hanya kejutan untuk menukar input beberapa kasus yang kompleks, serangkaian
dan output pasar aliran kas masa datang yang tiba pada saat
berbeda
 Earning mengukur kepengurusan mana-
jemen dalam arbitraging input dan output b. Harapan-harapan tentang variasi yang mungkin
pasar, dalam menambahkan nilai pada pasar. terjadi dalam jumlah dan saat tibanya aliran kas
tersebut
Akuntansi historical cost memandang nilai
yang dihasilkan dalam bisnis dengan c. Nilai waktu uang yang ditunjukan dengan oleh
pembelian input (dari para penyalur), bunga bebas resiko
mentransformasi mereka menurut suatu
rencana bisnis dan menjual produk yang d. Harga atau nilai penanggungan risiko atau
sebagai akibat (kepada customer) melebihi ketidakpastian yang melekat pada aset atau
biaya; singkatnya, nilai ditambahkan oleh kewajiban
arbitraging (entry dan exit) harga di dalam e. Faktor-faktor lain termasuk ilikuiditas dan
input dan output pasar untuk barang dan jasa ketidak sempurnaan pasar
menurut perencanaan bisnis. akuntansi
Keandalan fair value bergantung pada
historical cost tidak laporkan nilai dari hasil-
hasil yang diharapkan dari perencanaan bisnis. masukan-masukan dalam proses pengukuran.
lebih pada melaporkan tentang kemajuan yang SFAS No. 157 menyediakan satu hirarki masukan
dibuat dalam melaksanakan rencana, untuk mengukur fair value: level 1, level 2, dan
mengenali nilai tambah (earning) dari level 3. level tertinggi dari input: level 1, adalah
tranksaksi aktual dalam input dan output pasar pengamatan dari pasar aktif, seperti pasar bursa,
untuk aset atau kewajiban yang serupa. Untuk
menjadi arbitraged.
6 Yolinda Yanti Sonbay Kajian Akuntansi

memperluas pengukuran fair value tingkat diukurdengan menggunakan current market value.
didasar-kan pada level 1 pengamatan pasar, Pengukuran fair value seperti ini disebut juga
kebanyakan individu akan setuju pengukuran dengan mark to market. Namun untuk item-item
yang dapat dipercaya. Tim Krumwiede, CPA yang harga pasarnya tidak tersedia, fair value
(2008;36) diukur dengan menggunakan model penilaian yang
didasarkan atas perhitungan-perhitungan dan
Input level 2, yang mana FASB menyukai
estimasi tertentu. Pengukuran fair value seperti ini
atas input level 3, termasuk semua input yang
disebut juga dengan mark to model. Dengan
tampak yang lain yang bukan input level 1.
demikian penggunaan fair value sesungguhnya
Satu contoh dari suatu input level 2 untuk satu
dapat menimbulkan implikasi yang bersifat
aset akan diamati harga penjualan untuk suatu
subyektif terutama yang berkaitan dengan
aset yang serupa. input level 3 bersifat
penilaian (Blommaert dalam Verhog 2003).
masukan-masukan tidak bisa diamati. Dalam
banyak kasus, input level 2 dan level 3 Kelemahan historical cost
digunakan untuk aktiva jangka panjang dan Kelemahan penggunaan nilai historis menurut
aktiva yang tak berwujud karena input level 1 Muljono yang dikutip dari Kodrat (http://www.
tidak akan ada tersedia. Ketika input level 2 petra.ac.id/~puslit/journals) antara lain:
dan level 3 bersifat perlu, keandalan dari
pengukuran-pengukuran fair value diragukan. 1. Adanya pembebanan biaya yang terlalu
Tim Krumwiede, CPA (2008;36) kecil karena pendapatan untuk suatu hal
tertentu pada saat tertentu akan dibebani
Menggunakan peramalan, keandalan dari biaya yang didasarkan pada suatu nilai
teknik penilaian ini terbuka untuk kritik. Studi- uang yang telah ditetapkan beberapa
studi sudah menemukan bahwa DCF adalah periode yang lalu pada saat pencatatan
teknik penilaian paling umum digunakan untuk terjadinya biaya tersebut,
goodwill.
2. 2.Nilai aktiva yang dicatat dalam neraca
Sebagai tambahan, pada SFAS No. 144, akan mempunyai nilai yang lebih rendah
FASB mengakui adanya suatu teknik PV apabila dibandingkan dengan
yang biasanya perkembangan harga daya beli uang
digunakan untuk mengukur fair value dari aset terakhir. Di samping itu juga terjadi
jangka panjang. Marilah kita sekarang perubahan-perubahan kurs yang cepat atas
berfokus kepada DCF karena penggunaannya aktiva dan pasiva dalam valuta asing yang
yang tersebar luas dalam mengukur fair value dikuasai persahaan sehingga mengalami
untuk aset jangka panjang dan yang tak kesulitan dalam perhitungan selisih kurs
berwujud. yang tepat,
Dalam Buletin Akuntan Muda edisi April 3. Alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi
2011 dikatakan bahwa terdapat tiga hirarki akan dibebankan terlalu kecil dan
dalam mengestimasi fair value, yaitu dengan mengakibatkan laba dihitung terlalu besar,
menggunakan nilai pasar, komparasi dengan 4. Laba/rugi yang terjadi yang dihasilkan oleh
harga pasar dari item yang dapat diperbanding- perhitungan laba/rugi yang didasarkan pada
kan dengan item yang dinilai, dan dengan asumsi adanya stable monetary unit
menggunakan estimasi (Hitz 2007). Meskipun tersebut tidaklah riil apabila diukur dengan
fair value dapat diukur dengan menggunakan perkembangan daya beli uang yang sedang
current market value, namun tidak berarti fair berlangsung,
value itu sepenuhnya adalah current market
value. Untuk item-item tertentu di dalam 5. Perusahaan tidak akan memperahankan
laporan keuangan yang berasal dari transaksi real-capital-nya dan ada kecenderungan
yang lazim terjadi (arm’s length transaction) terjadinya kanibalisme terhadap modal
dan harga-harganya juga dapat dengan mudah sehubungan dengan pembayaran pajak
diukur dengan harga pasar, fair value dapat
Vol. 2 No. 1, Pebruari 2010 Kajian Akuntansi 7

perseroan dan pembangian laba yang 5. Akuntan harus menjaga integritas datanya dari
lebih besar daripada semestinya, modifikasi internal
6. Menyalahi mathematical principle 6. Seberapa bergunanya laporan keuangan
karena berbagai himpunan yang tidak tergantung dari current cost atau exit price.
sama dijumlahkan menjadi satu dan 7. Perubahan dalam harga pasar dapat di-
7. Di samping hal-hal di atas akan timbul ungkapkan sebagai data tambahan.
kesulitan-kesulitan bagi manajemen 8. Terjadi ketidakcukupan data dalam mem-
perusahaan apabila harus mendasarkan benarkan penolakan historical cost accounting.
pada laporan akuntansi yang disusun
atas dasar asumsi adanya stable Kelebihan Fair Value
monetary unit. Penman (2007;33) mengemukakan argumen
Kelemahan Fair Value mengenai kelebihan dari Fair Value:
Meskipun fair value dimaksudkan untuk 1. Investor-investor berkaitan dengan nilai, bukan
mengatasi kelemahan dari historical cost biaya, maka melaporkan fair value
namun terdapat kelemahan dari fair value. 2. Dengan berlalunya waktu, harga historis
Menurut Tim Krumwiede (2008;38) terdapat jadinya tidak relevan di dalam menaksir posisi
berapa kritik penting terhadap fair value: keuangan suatu entitas. Harga menyediakan
1. Meskipun bermaksud baik namun informasi terbaru sekitar nilai dari aset-aset.
perkiraan manajemen tentang fair value 3. Auntansi fair value melaporkan aset dan
bisa menjadi salah pada luas berbagai kewajiban dalam cara yang ekonomis akan
prediksi dan asumsi yang salah. memperhatikan mereka; fair value mencermin-
2. Oportunistik dan ketidakjujuran kan unsur pokok ekonomi yang benar.
manajemen dapat mengambil keuntungan 4. Akuntansi fair value melaporkan ekonomic
dari penilaian dan estimasi yang digunakan income: seturut diterima secara luas defenisi
dalam proses manipulasi dan mengurutkan Hicksian dari pendapatan sebagai perubahan
angka pada hasil dalam angka pendapatan dalam kekayaan, perubahan dalam fair value
yang diingin-kan dari aset bersih pada neraca menghasilkan
Kelebihan Historical cost pendapatan. Akuntansi fair value adalah solusi
kepada permasalahan akuntan dalam
Kegunaan historical cost pada akuntansi pengukuran pendapatan, dan lebih disukai
conventional sudah banyak ditentang. Mereka dibanding ratusan peraturan yang mendasari
yang mempertahankan historical cost mem- pendapatan historical cost
punyai argumentasi mengenai posisinya:
(http://one.indoskripsi.com/node/6031) 5. Fair value adalah penukuran berbasis pasar
yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor
1. Historical cost relevan dalam membuat khusus untuk entitas tertentu; secara setimpal
keputusan ekonomi itu menunjukkan satu pengukuran yang tidak
2. Historical cost berdasarkan pada transaksi bias yang konsisten dari periode ke periode dan
yang sesungguhnya, tidak pada kemungki- lintas entitas.
nan.
PENUTUP
3. Selama sejarah, laporan keuangan yang Suatu informasi dalam laporan keuangan
menggunakan historical cost sangat ber- dinyatakan memiliki relevansi jika informasi
guna. tersebut mampu mempengaruhi keputusan investor
4. Pengertian terbaik mengenai konsep ke- dan informasi dinyatakan memiliki reliabilitas
untungan adalah kelebihan dari harga jual yang tinggi jika informasi tersebut sesuai dengan
dari historical cost. keadaan yang sebenarnya dan dapat diuji
kebenarannya oleh pihak lain. Akuntan meyakini
8 Yolinda Yanti Sonbay Kajian Akuntansi

bahwa jika laporan keuangan mampu


memenuhi kedua karakteristik tersebut, maka
laporan keuangan akan berguna dalam
pengambilan keputusan investasi.
Dengan menggunakan historical costing
dipandang akan mengurangi aspek kualitas
relevansi. Sehingga laporan keuangan tidak
dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan. Oleh sebab itu fair value muncul
untuk mengatasi kekurangan historical cost.
Namun fair value tidak dapat sepenuhnya
berguna untuk pengambilan keputusan karena
tidak memiliki reliabilitas. Baik historical cost
maupun fair value mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Karna perdebatan
ini maka historical cost sampai sekarang masih
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
David Sukardi Kodrat. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan :Studi Banding Penyusunan
Laporan Keuangan dengan Metode
Historical Cost Accounting dan General
Price Level Accounting pada Masa Inflasi.
November 2006
Stephen H. Penman. Accounting and Business
Research Special Issues: Financial
Reporting Quality: is Fair Value a Plus or a
Minus. (2007).
Suwardjono. Teori Akuntansi: Perekayasaan
Laporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE,
(2008).
Tim Krumwiede, CPA. Strategic finance: Why
Historical Cost Accounting Make Sense.
Agustus 2008
Wolk, Dodd, Tearney. Accounting Theory:
South-Western: Thomson, (2004
Conceptual Issues in a Political and
Economic Environment.).

Anda mungkin juga menyukai