222-Article Text-429-1-10-20120216 PDF
222-Article Text-429-1-10-20120216 PDF
1 1
ISSN : 1979-4886
ABSTRAK
Penggunaan historical costing dipandang akan mengurangi aspek kualitas relevansi, sehingga laporan
keuangan tidak dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu fair value muncul
untuk mengatasi kekurangan historical cost. Namun fair value tidak dapat sepenuhnya berguna untuk
pengambilan keputusan karena tidak memiliki reliabilitas. Baik historical cost maupun fair value
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Karena perdebatan ini maka historical cost
sampai sekarang masih digunakan.
ABSTRACT.
By using historical costing is considered will reduce the quality aspect of relevance, so that financial
statements can not be used in decision making, and therefore fair value appears to overcome the
disadvantages of historical cost. However, fair value can not be fully useful for decision making
because no reliability. Both the historical cost or fair value has advantages and disadvantages of each.
This debate because the historical cost is still used.
Tentunya hal ini merupakan masalah repre- mengambil keuntungan dari penilaian dan
sentational faithfulness, yang didiskusikan perkiraan yang digunakan di dalam proses
dalam SFAC No.2 sebagai elemen kualitas manipusi dan mengurutkan angka-angka itu untuk
utama reliability. menghasilkan pendapatan yang sesuai dengan
keinginan mereka.
2. Angka laporan keuangan menunjukkan
pengeluaran dolar pada titik waktu berbeda, Ketika di Amerika Serikat terjadi krisis
sehingga melekatkan jumlah daya beli yang keuangan yang dipicu oleh subprime mortgage
berbeda, hal ini jelas tidak dapat pada semester kedua 2008, fair value sempat
dijumlahkan. Karenanya menjumlahkan dijadikan kambing hitam. Sistem akuntansi atau
nilai kas sebesar $10,000 pada 31 desember pelaporan keuangan yang menggunakan fair value
2002, dengan nilai $10,000 yang atau nilai wajar bukan lagi nilai buku berdasaran
merepresentasikan harga perolehan tanah pendekatan historical cost ini dituding sebagai
pada tahun 1955 (ketika tingkat harga penyebab terjadinya krisis keuangan. Pihak-pihak
secara significan lebih rendah) merupakan terkait dan berwenang kemudian melakukan kajian
hal yang meragukan karena perbedaan untuk mencari jawaban atas pertanyaan: benarkah
jumlah yang signifikan terhadap daya beli penerapan fair value sebagai penyebab krisis?
muncul pada dua angka tersebut. Security Exchange Comission (SEC) atau
pengawas pasar modal Amerika Serikat (AS)
Lebih lanjut Wolk, et al (2004; 449) ber-
segera membentuk tim untuk melakukan kajian
pendapat Karena dua masalah dasar tersebut,
pada Desember 2008. Sebelumnya, pada
beberapa aspek kualitas relevansi berkurang
November, negara-negara yang tergabung dalam
dengan menggunakan historical costing.
G-20 mengadakan pertemuan untuk melakukan
Predictive value berkurang karena
kajian serupa. Begitu juga dengan International
menggunakan dan meng-gabungkan dólar pada
Monetary Fund (IMF). Kesimpulan studi dari
daya beli berbeda. Meng-gunakan pelaporan
mereka sama: tak ada bukti yang bisa
keuangan untuk menetapkan akuntabilitas
menunjukkan bahwa fair value menjadi biang
dibatasi karena kelemahan dasar dari historical
krisis. “Krisis tidak disebabkan oleh pelaporan
costing, seperti komparabilitas antar laporan
keuangan (fair value), melainkan karena adanya
keuangan dari perusahaan berbeda. Mungkin
pengambilan risiko yang terlalu besar,” kata Anis
kekurangan yang paling prinsipal yang
Baridwan, Kepala Biro Penilaian Keuangan
dihasilkan dari kelemahan fundamental
Perusahaan Sektor Riil Bapepam-LK pada seminar
historical cost ada pada area capital main-
“Kontroversi Penerapan Konsep Fair Value” di
tenance. Menurut historical costing, jumlah
Jakarta awal Januari 2009, mengutip hasil
laba biasanya selalu overstated terkait dengan
pertemuan G-20. Sementara itu, hasil studi SEC
jumlah yang dapat didistribusikan kepada
menyebutkan, krisis bukan disebabkan fair value,
pemegang saham tanpa mengurangi saldo awal
melainkan oleh kegagalan perbankan atau
aktiva bersih perusahaan. Sehingga banyak
lembaga-lembaga keuangan di AS karena probable
dividen yang bersifat mengurangi (liquidating)
credit losses, keraguan atas kualitas aset, dan
dan bukan diperoleh dari earning (karena
turunnya kepercayaan kreditur maupun investor.
dividen timbul dari historical costing).
Pendek kata, yang terjadi adalah kesalahan
Karena kelemahan historical cost maka pengelolaan. Itulah yang terjadi hingga krisis
muncul fair value yang dianggap bisa tersebut menyeret dunia ke dalam krisis financial
mengatasi kelemahan historical cost. Namun global. Semua sepakat, termasuk IMF, untuk
apakah fair value dapat memenuhi harapan meneruskan penggunaan konsep fair value, hanya
pemakai informasi. Tim Krumwiede, CPA memang perlu perbaikan di sana-sini.
(2008;38) mengemukakan kritik terhadap fair
value; Pertama, bahkan manajemen yang
bermaksud baik estimasi fair value akan jadi
salah kepada tingkat berbagai prediksi. Kedua,
manajemen tak jujur dan oportunis dapat
4 Yolinda Yanti Sonbay Kajian Akuntansi
memperluas pengukuran fair value tingkat diukurdengan menggunakan current market value.
didasar-kan pada level 1 pengamatan pasar, Pengukuran fair value seperti ini disebut juga
kebanyakan individu akan setuju pengukuran dengan mark to market. Namun untuk item-item
yang dapat dipercaya. Tim Krumwiede, CPA yang harga pasarnya tidak tersedia, fair value
(2008;36) diukur dengan menggunakan model penilaian yang
didasarkan atas perhitungan-perhitungan dan
Input level 2, yang mana FASB menyukai
estimasi tertentu. Pengukuran fair value seperti ini
atas input level 3, termasuk semua input yang
disebut juga dengan mark to model. Dengan
tampak yang lain yang bukan input level 1.
demikian penggunaan fair value sesungguhnya
Satu contoh dari suatu input level 2 untuk satu
dapat menimbulkan implikasi yang bersifat
aset akan diamati harga penjualan untuk suatu
subyektif terutama yang berkaitan dengan
aset yang serupa. input level 3 bersifat
penilaian (Blommaert dalam Verhog 2003).
masukan-masukan tidak bisa diamati. Dalam
banyak kasus, input level 2 dan level 3 Kelemahan historical cost
digunakan untuk aktiva jangka panjang dan Kelemahan penggunaan nilai historis menurut
aktiva yang tak berwujud karena input level 1 Muljono yang dikutip dari Kodrat (http://www.
tidak akan ada tersedia. Ketika input level 2 petra.ac.id/~puslit/journals) antara lain:
dan level 3 bersifat perlu, keandalan dari
pengukuran-pengukuran fair value diragukan. 1. Adanya pembebanan biaya yang terlalu
Tim Krumwiede, CPA (2008;36) kecil karena pendapatan untuk suatu hal
tertentu pada saat tertentu akan dibebani
Menggunakan peramalan, keandalan dari biaya yang didasarkan pada suatu nilai
teknik penilaian ini terbuka untuk kritik. Studi- uang yang telah ditetapkan beberapa
studi sudah menemukan bahwa DCF adalah periode yang lalu pada saat pencatatan
teknik penilaian paling umum digunakan untuk terjadinya biaya tersebut,
goodwill.
2. 2.Nilai aktiva yang dicatat dalam neraca
Sebagai tambahan, pada SFAS No. 144, akan mempunyai nilai yang lebih rendah
FASB mengakui adanya suatu teknik PV apabila dibandingkan dengan
yang biasanya perkembangan harga daya beli uang
digunakan untuk mengukur fair value dari aset terakhir. Di samping itu juga terjadi
jangka panjang. Marilah kita sekarang perubahan-perubahan kurs yang cepat atas
berfokus kepada DCF karena penggunaannya aktiva dan pasiva dalam valuta asing yang
yang tersebar luas dalam mengukur fair value dikuasai persahaan sehingga mengalami
untuk aset jangka panjang dan yang tak kesulitan dalam perhitungan selisih kurs
berwujud. yang tepat,
Dalam Buletin Akuntan Muda edisi April 3. Alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi
2011 dikatakan bahwa terdapat tiga hirarki akan dibebankan terlalu kecil dan
dalam mengestimasi fair value, yaitu dengan mengakibatkan laba dihitung terlalu besar,
menggunakan nilai pasar, komparasi dengan 4. Laba/rugi yang terjadi yang dihasilkan oleh
harga pasar dari item yang dapat diperbanding- perhitungan laba/rugi yang didasarkan pada
kan dengan item yang dinilai, dan dengan asumsi adanya stable monetary unit
menggunakan estimasi (Hitz 2007). Meskipun tersebut tidaklah riil apabila diukur dengan
fair value dapat diukur dengan menggunakan perkembangan daya beli uang yang sedang
current market value, namun tidak berarti fair berlangsung,
value itu sepenuhnya adalah current market
value. Untuk item-item tertentu di dalam 5. Perusahaan tidak akan memperahankan
laporan keuangan yang berasal dari transaksi real-capital-nya dan ada kecenderungan
yang lazim terjadi (arm’s length transaction) terjadinya kanibalisme terhadap modal
dan harga-harganya juga dapat dengan mudah sehubungan dengan pembayaran pajak
diukur dengan harga pasar, fair value dapat
Vol. 2 No. 1, Pebruari 2010 Kajian Akuntansi 7
perseroan dan pembangian laba yang 5. Akuntan harus menjaga integritas datanya dari
lebih besar daripada semestinya, modifikasi internal
6. Menyalahi mathematical principle 6. Seberapa bergunanya laporan keuangan
karena berbagai himpunan yang tidak tergantung dari current cost atau exit price.
sama dijumlahkan menjadi satu dan 7. Perubahan dalam harga pasar dapat di-
7. Di samping hal-hal di atas akan timbul ungkapkan sebagai data tambahan.
kesulitan-kesulitan bagi manajemen 8. Terjadi ketidakcukupan data dalam mem-
perusahaan apabila harus mendasarkan benarkan penolakan historical cost accounting.
pada laporan akuntansi yang disusun
atas dasar asumsi adanya stable Kelebihan Fair Value
monetary unit. Penman (2007;33) mengemukakan argumen
Kelemahan Fair Value mengenai kelebihan dari Fair Value:
Meskipun fair value dimaksudkan untuk 1. Investor-investor berkaitan dengan nilai, bukan
mengatasi kelemahan dari historical cost biaya, maka melaporkan fair value
namun terdapat kelemahan dari fair value. 2. Dengan berlalunya waktu, harga historis
Menurut Tim Krumwiede (2008;38) terdapat jadinya tidak relevan di dalam menaksir posisi
berapa kritik penting terhadap fair value: keuangan suatu entitas. Harga menyediakan
1. Meskipun bermaksud baik namun informasi terbaru sekitar nilai dari aset-aset.
perkiraan manajemen tentang fair value 3. Auntansi fair value melaporkan aset dan
bisa menjadi salah pada luas berbagai kewajiban dalam cara yang ekonomis akan
prediksi dan asumsi yang salah. memperhatikan mereka; fair value mencermin-
2. Oportunistik dan ketidakjujuran kan unsur pokok ekonomi yang benar.
manajemen dapat mengambil keuntungan 4. Akuntansi fair value melaporkan ekonomic
dari penilaian dan estimasi yang digunakan income: seturut diterima secara luas defenisi
dalam proses manipulasi dan mengurutkan Hicksian dari pendapatan sebagai perubahan
angka pada hasil dalam angka pendapatan dalam kekayaan, perubahan dalam fair value
yang diingin-kan dari aset bersih pada neraca menghasilkan
Kelebihan Historical cost pendapatan. Akuntansi fair value adalah solusi
kepada permasalahan akuntan dalam
Kegunaan historical cost pada akuntansi pengukuran pendapatan, dan lebih disukai
conventional sudah banyak ditentang. Mereka dibanding ratusan peraturan yang mendasari
yang mempertahankan historical cost mem- pendapatan historical cost
punyai argumentasi mengenai posisinya:
(http://one.indoskripsi.com/node/6031) 5. Fair value adalah penukuran berbasis pasar
yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor
1. Historical cost relevan dalam membuat khusus untuk entitas tertentu; secara setimpal
keputusan ekonomi itu menunjukkan satu pengukuran yang tidak
2. Historical cost berdasarkan pada transaksi bias yang konsisten dari periode ke periode dan
yang sesungguhnya, tidak pada kemungki- lintas entitas.
nan.
PENUTUP
3. Selama sejarah, laporan keuangan yang Suatu informasi dalam laporan keuangan
menggunakan historical cost sangat ber- dinyatakan memiliki relevansi jika informasi
guna. tersebut mampu mempengaruhi keputusan investor
4. Pengertian terbaik mengenai konsep ke- dan informasi dinyatakan memiliki reliabilitas
untungan adalah kelebihan dari harga jual yang tinggi jika informasi tersebut sesuai dengan
dari historical cost. keadaan yang sebenarnya dan dapat diuji
kebenarannya oleh pihak lain. Akuntan meyakini
8 Yolinda Yanti Sonbay Kajian Akuntansi