1. Pentingnya disusun rerangka konseptual dalam pengembangan teori akuntansi
dimulai dari sebuah kejadian pada awal abad ke-20an dimana tidak adanya standar yang baku dalam menyusun laporan keuangan dan audit sehingga membuat para pemegang saham kurang percaya terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Buntut dari persoalan ini adalah timbulnya krisis pasar modal dan Great Depression tahun 1929 di Amerika (Kustono, 2010). Pada tahun 1940 Paton dan Littleton menulis Mono-graph teori akuntansi no. 3 yang diberi judul “An Introduction to Corporate Accounting Standards”. Hal ini menjadi awal mula kesadaran akan pentingnya disusun sebuah rerangka konseptual yang dapat dijadian suatu acuan yang dapat dipakai secara luas dalam pengembangan teori akuntansi. Hal lain yang menjadi pertimbangan mengenai pentingnya sebuah rerangka konseptual dalam pengembangan teori akuntansi adalah era globalisasi dimana perkembangan teknologi yang mengubah dunia internasional menjadi sebuah global village, negara-negara seolah tanpa batas (borderless). Pelaporan keuangan dapat menjadi berbeda di tiap negara karena dipicu sistem hukum, penyedia dana, pajak, profesi akuntansi, inflasi, teori dan sejarah akuntansi di tiap negara yang berbeda (Nobes dan Parker, 1995:11). Sehingga perlu disusun suatu rerangka konseptual yang bisa dijadikan acuan secara internasional dimana dalam proses penyusunannya faktor politik dan kondisi ekonomi menjadi tidak relevan (Narsa, 2007). 2. Perkembangan akuntansi sedang mengarah pada teori akuntansi positif atau deskriptif yang investigasinya sudah lebih terstruktur dengan menggunakan pendekatan induktif (didasarkan pada konklusi yang digeneralisasikan berdasarkan hasil observasi dan pengukuran yang terinci (Anis dan Imam,2003). Perkembangan teori yang mengarah pada teori positif (deskriptif) dari teori normatif ini dibarengi dengan perubahan fokus teori akuntansi yang digunakan oleh lembaga akuntansi, misalnya FASB yang menekankan pada kegunaan dalam pengambilan keputusan dan tidak lagi terfokus pada postulate seperti terlihat pada kerangka konseptual yang diterbitkan oleh FASB mulai tahun 1979 yang dimulai dengan perumusan tujuan pelaporan keuangan (SFAC 1,1979 dalam Anis dan Imam,2003). Dasar pemikiran untuk menganalisis teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat (Watt dan Zimmerman, 1986). Untuk mengurangi kesenjangan dalam pendekatan normatif, maka Watt dan Zimmerman mengembangkan pendekatan postitif yang lebih berorientasi pada penelitian empiris untuk menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan atau mencari model baru untuk penge bangan teori akuntansi di kemudian hari. Teori akuntansi positif berpusat dengan memprediksi pilihan kebijakan akuntansi dan bagaimana manajer merespon perubahan regulasi akuntansi. Hasil penelitian empiris dari Fama (1976) membahas mengenai perkembangan tentang EMH (efficient markets hypothesis). Pasar modal efisien adalah pasar modal dimana harga surat-surat berharga yang diperdagangkan setiap waktu secara wajar dan merefleksikan semua informasi yang diketahui publik berkaitan dengan surat berharga dan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Studi RAPM (Riset Akuntansi Pasar Modal) pada umumnya mendasarkan pada asumsi adanya pasar efisien dan validitas deskriptif CAPM. Namun dalam praktik nampaknya hal tersebut kurang mendukung. Sebagian besar penelitian hanya mengandalkan pada model pasar dan tidak pada CAPM. Di samping itu hasil penelitian juga menunjukkan adanya persistensi harga setelah pengumuman laba, dengan demikian tidak sesuai dengan properti penyesuaian secara cepat dan akurat dari pasar efisien. Berdasarkan perkembangan kedua konsep tersebut dalam teori keuangan, diharapkan riset akuntansi akan memberikan validitas empiris pada konstruk teoritis kedua konsep tersebut. Selain itu dengan perkembangan riset akuntansi menunjukkan bahwa CAPM adalah misspesifikasi, yang menyebabkan munculnya upaya terhadap verifikasi empiris teori arbritase. Implikasi lainnya adalah alternative penggunaana data akuntansi untuk penghitungan risiko sistematik. 3. 4. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi keuangan relevan kepada pembuat keputusan yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan (usefulness), standar akuntansi yang sudah ada yang mungkin membuat informasi keuangan yang dilaporkan sudahkan sesuai dengan tujuannya (Scott, 2009). Usefulness informasi akuntansi menjadi perhatian dalam bisnis kontemporer karena standar akuntansi dinilai kurang sesuai dengan tujuan pelaporan keuangan dalam aspek relevansi, reliabilitas, dan volatilitasnya bila diterapkan pada kegiatan ekonomi bisnis kontemporer. Dalam aspek relevansi historical cost dalam standar akuntansi dinilai telah banyak kehilangan relevansinya karena kegagalan mengukur realitas ekonomi. Dalam aspek reliabilitas terdapat pertentangan mengenai akuntansi berdasarkan nilai pasar (market value accounting) dan akuntansi berdasarkan nilai historis (historical cost accounting). Dalam aspek volatilitas, laporan keuangan kurang efektif dalam mengelola resiko akan tercermin pada volatilitas yang selalu ada dalam setiap usahanya (Istikhoroh, 2010). 5. Efficient Market Hypothesis (EMH) menyatakan bahwa pasar modal secara penuh dan seketika merefleksikan informasi baru dalam harga saham. Jika hipotesis tersebut benar, maka harga dari informasi baru sepenuhnya dan secara keseluruhan digambarkan melalui respon harga surat-surat berharga. Ketika ini terjadi, bagian dari informasi dapat dikatakan mempunyai informasi yang berguna. Selanjutnya investor bersikap rasional dalam melakukan keputusan ekonomi di pasar modal dengan mempertimbangkan risk dan return yang diperoleh. Pendekatan akuntansi positif menekankan kepada reaksi pasar yang dapat diamati terhadap angka (informasi) akuntansi yang dikeluarkan oleh emiten. Namun, mengukur reaksi pasar bukan merupakan tujuan utama pendekatan akuntansi positif. Handy (2021) menjelaskan konsep yang ditawarkan dalam penyusunan pendekatan akuntansi positif didasarkan pada dua alasan, yaitu a. Informasi keuangan perlu mempertimbangkan aspek lain, yaitu lingkungan yang dipengaruhi oleh laporan keuangan dari emiten, seperti management compensation plan, debt covenance dari pihak kreditor, dan aturan pemerintah. b. Laporan keuangan dapat mempengaruhi lingkungan, maka terdapat dorongan dalam menyusun kebijakan akuntansi yang tidak hanya sekedar mengukur hasil dari emiten, tetapi juga memberikan masukan bagi manajemen dalam mengambil keputusan operasi dan pilihan akuntansi yang diambil. Berdasarkan penjelasan di atas, konsep EMH, perilaku investor tidak dapat diprediksi. Kenyataannya investor bertindak tidak rasional dan tidak dapat diduga (unpredictable). Investor lebih mementingkan keuntungan jangka pendek dibandingkan jangka panjang. Oleh karena itu, manajer melakukan manajemen laba dalam rangka meningkatkan kepercayaan investor pada perusahaan. Salah satu pertimbangan manajer terhadap konsekuensi ekonomi adalah bahwa pemilihan kebijakan akuntansi akan mempengaruhi tidak hanya terhadap teori pasar efisien, tetapi juga pada nilai perusahaan. Sehingga manajemen laba digunakan untuk menduga atau mengambil kesimpulan mengenai informasi dari dalam. 6. Prinsip Historical Cost adalah prinsip akuntansi yang mengakui harta atau utang dicatat pada nilai historisnya/harga perolehan. Permasalahan yang terjadi kemudian adalah bahwa metode historical cost dalam pencatatan akuntansi yang tercantum dalam laporan keuangan tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya. Misalnya adalah dalam perubahan nilai mata uang dari waktu ke waktu. Sehingaa jika menggunakan historical cost maka akan menyimpang dari SFAC no.1 tentang tujuan dari pelaporan keuangan dan bahwa bahwa kualitas utama dari pelaporan keuangan adalah informasi akuntansi harus relevan dan reliabel. Suatu informasi dalam laporan keuangan dinyatakan memiliki relevansi jika informasi tersebut mampu mempengaruhi keputusan investor dan informasi dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika informasi tersebut sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan dapat diuji kebenarannya oleh pihak lain (Istikhoroh, 2010). Akuntan meyakini bahwa jika laporan keuangan mampu memenuhi kedua karakteristik tersebut, maka laporan keuangan akan berguna dalam pengambilan keputusan investasi. Akuntansi historical cost tidak melaporkan nilai dari hasil yang diharapkan dari perencanaan bisnis. Tetapi lebih pada melaporkan tentang kemajuan yang dibuat dalam melaksanakan rencana, mengenali nilai tambah (earning) dari tranksaksi aktual dalam input dan output pasar menjadi arbitraged. Kemudian FASB baru-baru ini mengeluarkan draft mengenai pengukuran fair value untuk mengembangkan konsistensi, reliability dan comparability dengan aset keuangan dan bukan keuangan dan kewajiban yang dilaporkan. Dengan menggunakan historical costing dipandang akan mengurangi aspek kualitas relevansi (Istikhoroh, 2010). Sehingga laporan keuangan tidak dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, fair value muncul untuk mengatasi kekurangan historical cost. Namun fair value tidak dapat sepenuhnya berguna untuk pengambilan keputusan karena tidak memiliki reliabilitas. Suatu informasi dalam laporan keuangan dinyatakan memiliki relevansi jika informasi tersebut mampu mempengaruhi keputusan investor dan informasi dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika informasi tersebut sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan dapat diuji kebenarannya oleh pihak lain. Historical cost dan fair value mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam beberapa hal. Karna belum adanya penelitian yang menyatakan historical cost benar-benar tidak relevan jika diterapkan dalam akuntansi masa kini dan hal ini juga masih menjadi perdebatan, jadi saya tidak setuju jika historical cost dianggap sudah ketinggalan jaman dan tidak relevan dalam menyajikan informasi akuntansi. 7. Dalam konteks akuntansi muncul akuntansi internasional yang mencoba menguraikan teori dan praktik-praktik akuntansi yang berlaku secara internasional. Harmonisasi standar akuntansi keuangan dalam wujud International Financial Reporting Standard (IFRS) berlaku secara internasional, dan dalam proses penyusunannya faktor politik dan kondisi ekonomi menjadi tidak relevan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh Amerika dalam dalam kancah internasional sangat kuat, seringkali kita sulit membedakan mana yang internasional mana yang Amerika. Pelaporan keuangan dapat menjadi berbeda di tiap negara karena dipicu sistem hukum, penyedia dana, pajak, profesi akuntansi, inflasi, teori dan sejarah akuntansi di tiap negara yang berbeda (Nobes dan Parker, 1995:11). Dengan demikian bagaimana standar akuntansi yang banyak terpengaruh dengan lingkungan bisnis Amerika dapat diterapkan pada lingkungan bisnis global. Nobes dan Parker (1995: 3) mengatakan, “If corporate financial reporting and accounting were identical in all countries of the word, there would be no point in studying comparative international accounting”. Pada lingkup global, sebenarnya ada dua badan penyusun standar yang berkaitan dengan praktik akuntansi secara internasional. Badanbadan itu adalah The International Federation of Accountant (IFAC), dan The International Accounting Standards Committee (IASC). IASC lebih berkonsentrasi untuk membuat International Accounting Standards (IASs). Sedangkan IFAC lebih memfokuskan pada upaya pengembangan International Standard Audits (ISAs), kode etik, kurikulum pendidikan, standar akuntansi sektor swasta, dan kaidah kaidah bagi akuntan dalam berbisnis atau mereka yang terlibat dalam teknologi. Faktanya dalam dunia akuntansi saat ini standar akuntansi yang berlaku di Amerika Serikat yang disusun oleh Financial Accounting Standards Board (FASB), diikuti oleh beberapa negara, baik secara langsung maupun modifikasi. Sementara International Accounting Standards (IASs) yang dikeluarkan oleh International Accounting Standards Committee (IASC), belum diikuti oleh semua negara, bahkan oleh negara-negara anggota yang tergabung dalam IASC tersebut(Narsa, 2007). 8. Penyajian informasi dalam laporan keuangan selama ini mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) tahun 1994 yang dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Terdapat badan khusus yang meregulasi kewajiban disclosure ini, misalnya IAI dan Bapepam. Bagi perusahaan yang go public, pihak BAPEPAM telah mengatur tentang format dan isi laporan keuangan termasuk informasi yang wajib diungkapkan melalui aturan nomor 38 tahun1996. Disclosure dibedakan atas dua jenis, yaitu Mandatory Disclosure yaitu disclosure yang wajib dikemukakan oleh perusahaan, khususnya perusahaan publik kepada masyarakat. Mandatory Disclosure wajib dilakukan oleh perusahaan dalam rangka melindungi para investor maupun kreditur dari praktik penyembunyian informasi oleh manajemen perusahaan publik yang sering terjadi di Pasar Modal. Sedangkan Voluntary Disclosure yaitu disclosure yang diberikan oleh perusahaan diluar item-item yang diwajibkan untuk di-disclose. Voluntary disclosure ini disesuaikan sesuai dengan kebijakan perusahaan guna memberikan informasi yang lebih relevan serta meningkatkan kinerja perusahaan di bursa saham. Karena adanya tuntutan dari para stakeholders (investor dan pihak pemakai lainnya) terhadap prinsip transparansi dan responsibilitas sebagai bagian dari praktik good corporate governance. Prinsip ini menuntut tanggung jawab dan kontribusi perusahaan terhadap lingkungan eksternalnya yang harus dicantumkan secara terbuka dalam laporan tahunannya. Untuk itu perlu disajikan juga informasi lain yang sifatnya sukarela atau “voluntary” dalam rangka memberikan informasi yang lebih lengkap kepada para pemakai dengan harapan dapat lebih meningkatkan kegunaan informasi dalam laporan keuangan. (Fadlillah, 2018)
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro
Rencana akumulasi yang dibuat sederhana: Bagaimana dan mengapa berinvestasi di bidang keuangan dengan membangun rencana akumulasi otomatis yang disesuaikan untuk memanfaatkan tujuan Anda