Anda di halaman 1dari 21

RESUME

“Capital markets research in accounting”

By S.P. Kothari

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Teori Akuntansi

DISUSUN OLEH :

DWI CITRA OKTARA, SE

2320532019

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ANDALAS

2023
A. Tujuan Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan terdapat tujuan yakni untuk melakukan review
hubungan antara pasar modal dan laporan keuangan. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode survei literature berbasis kerangka pengetahuan
ekonomi (economic-based framework). Kemudian penulis melakukan review atas
penelitian pasar modal dengan membuat diskusi terkait dengan permintaan-penawaran
yang mempengaruhi penelitian tentang pasar modal.

B. Permintaan penelitian pasar modal dalam akuntansi


Terdapat beberapa penelitian yang membahas mengenai hubungan antara
informasi laporan keuangan dengan pasar modal pada jurnal-jurnal bergengsi.
Tingginya volume penelitian tentang pasar modal tersebut merupakan sebuah indikasi
permintaan (demand) penelitian pasar modal dalam akuntansi.
Kemudian terdapat empat sumber permintaan yang berkaitan dengan peran
informasi akuntansi di pasar modal yang diantaranya adalah:
 Analisis fundamental dan penilaian (Fundamental analysis and valuation)
Dalam analisis fundamental berkaitan dengan penilaian mispriced
securities. Topik penelitian tersebut telah popular sejak Graham dan Dodd
melakukan publikasi atas penelitiannya tentang analisis surat berharga
(securities analysis) pada tahun 1934. Analisis fundamental sendiri melibatkan
penggunaan informasi saat ini dan masa lalu yang ada dalam laporan
keuangan bersamaan dengan penggunaan data yang berkaitan dengan
informasi industri dan makroekonomi untuk mengetahui nilai intrinsik sebuah
perusahaan.
Kemudian penelitian pasar modal yang membahas analisis
fundamental (fundamental analysis) ini menjadi popular karena hasil
penelitiannya menunjukan bahwa terdapat bukti-bukti yang ternyata
berlawanan dengan hipotesis pasar efisien.
 Pengujian pasar efisien (test of capital market efficiency)
Pada penelitian Fama (1970, 1991) mendefinisikan pasar efisien
(efficient market) sebagai sebuah keadaan dimana harga-harga saham
(securities price) dapat merefleksikan semua informasi yang tersedia di pasar.
Hal yang menjadi perhatian oleh para investor, manajer perusahaan, dan badan
penyusun standar adalah apakah pasar memang benar-benar efisien (market
are informationally efficient). Ketertarikan tersebut ditambah dengan fakta
bahwa harga saham juga menentukan alokasi kekayaan diantara perusahaan-
perusahaan (firms) dan individu-individu yang ada dalam pasar modal.
Efisiensi pasar modal mempunyai implikasi penting bagi profesi
akuntansi. Hal ini misalnya saja ketika perusahaan mengubah metode
akuntansi tanpa adanya pengaruh arus kas secara langsung, pengaruh
pensinyalan (signaling effect) atau konsekuensi dari perubahan metode
akuntansi tersebut tidak akan mempengaruhi harga saham dalam pasar efisien.
Pemilihan pengungkapan yang dilakukan pada catatan kaki dibandingkan
dengan pengakuan dalam dalam laporan keuangan misalnya untuk masalah
akuntansi untuk ESO efeknya akan jelas terlihat pada harga saham di pasar
yang efisien dibandingkan perubahan metode akuntansi tersebut diatas.
 Peran akuntansi dalam kontrak-kontrak dan dalam proses politik
(accounting role in contracts and political process)
Teori akuntansi positif (Watts dan Zimmerman 1986) memprediksi
bahwa penggunaan angka-angka akuntansi yang digunakan untuk menentukan
kompensasi, kontrak hutang dan dalam proses politik mempengaruhi
pemilihan kebijakan akuntansi yang diambil oleh perusahaan. Banyak literatur
akuntansi melakukan pengujian terhadap prediksi yang ada dalam teori
akuntansi positif tersebut. Misalnya saja penelitian mengenai pengujian
konsekuensi ekonomi dari akuntansi seperti penelitian tentang pengaruh reaksi
harga saham terhadap adanya standar akuntansi yang baru. Penulis melakukan
review atas penelitian akuntansi positif seperti yang dilakukan oleh Komerdi
dan Lipe (1987), Easton dan Zmijewski (1989), Collin dan Kothari (1989)
yang meneliti tentang earning response coefficient. Selain itu peneliti juga
melakukan review terhadap penelitian yang membahas tentang properties of
time series management and analyst forecast earnings yang dilakukan oleh
Ball dan Watts (1972), Foster (1977), Brown dan Rozeff (1978), Patell (1976),
Penman (1980), Waymire (1984) dan penelitian yang mebahas mengenai
statistical inferences seperti yang dilakukan oleh Collin dan Dent (1984),
Bernard (1987) dan penelitian tentang model kebijakan akrual (discretionary
accrual models) seperti Healy (1985), Jones (1991), Dechow et al (1995),
Guay et al (1996).
 Peraturan pengungkapan (disclosure regulation)
Di Amerika (US), FASB merupakan badan standar yang diberikan
kewenangan oleh SEC untuk menyusun standar akuntansi yang mengatur
tentang pengungkapan informasi keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan-
perusahaan publik. Penelitian tentang pasar modal bisa membantu untuk
memastikan apakah tujuan FASB bisa terakomodasi dalam standar akuntansi.
Misalnya saja apakah angka yang ada dalam laporan keuangan disajikan
berdasarkan standar baru dimana penggunaan standar baru tersebut membawa
informasi baru ke pasar modal? Apakah angka-angka yang ada dalam laporan
keuangan yang disajikan berdasarkan standar baru tersebut bisa lebih
terasosiasi dengan harga sekuritas dan imbal hasil sekuritas?. Sifat dan luas
dari penyusunan standar juga ternyata dipengaruhi oleh persepsi pembuat
standar (standar setter) mengenai efisiensi pasar. Oleh karena itu, wajar jika
badan penyusun standar mempunyai ketertarikan dalam penelitian pasar modal
yang berkaitan dengan pengujian efisiensi pasar.
Houtsen danWatts (2001) melakukan review dan analisis yang
berkaitan dengan isu seputar peraturan pengungkapan. Penulis kemudian
melakukan pengulangan dengan melakukan review atas hasil penelitian
tersebut secara detail.

C. Penelitian Pasar Modal terdahulu (Early Capital Market Research)


Menurut penelitian Ball dan Brown (1968) dan Beaver (1968) melakukan
penelitian pasar modal seperti yang diketahui sekarang. Pada bagian ini akan
dipaparkan mengenai beberapa penelitian yang berkaitan dengan teori akuntansi dan
pemikiran-pemikiran yang mendasari positive-economic-based empirical capital
market research.
 Teori Akuntansi Pada Awal Tahun 1960 (The State of Accounting Theory
in the Early 1960s)
Hingga pertengahan tahun 1960, teori akuntansi secara umum lebih
bersifat normatif. Para pemikir akuntansi (Accounting theorist) lebih banyak
memberikan rekomendasi kebijakan akuntansi yang didasarkan pada
pemenuhan tujuan akuntansi. Hendriksen (1965 p. 2) mendefinisikan bahwa
teori akuntansi yang paling sesuai adalah teori yang mendukung
perkembangan prosedur-prosedur dan teknik yang bisa memenuhi tujuan
akuntansi. Dengan demikian, perkembangan teori sebenarnya ditentukan oleh
tujuan yang dimiliki oleh peneliti sedangkan evaluasi atas teori yang
dikemukakan oleh peneliti didasarkan pada logika dan bersifat deductive
reasoning.
Karena teori yang dihasilkan bersifat konsisten, dasar untuk memilih
salah satu kebijakan akuntansi dibatasi karena adanya pembatasan tujuan
akuntansi. Tetapi mengingat individu-individu sebenarnya belum menemukan
kesepakatan atas tujuan akuntansi maka tidak ada satu kesepakatan
(consensus) mengenai satu set kebijakan akuntansi yang paling sesuai. Hal ini
menyebabkan munculnya skeptisme terhadap laba akuntansi yang dilaporkan
dalam laporan keuangan.
 Kesesuaian perkembangan yang memfasilitasi penelitian pasar modal
dalam akuntansi (Concruent development that facilitated capital market
research in accounting)
Pada saat para pemikir akuntansi (accounting theorist) dan praktisi
akuntansi mulai meragukan apakah akuntansi kos historis mampu
merefleksikan kondisi kesehatan perusahaan, bukti ilmiah mengenai hal
tersebut tidak ada. Oleh karena itu, perlu adanya bukti empiris untuk
meyakinkan apakah angka-angka akuntansi membawa informasi mengenai
performa perusahaan. Hal tersebutlah yang menjadi motivasi utama penelitian
yang dilakukan oleh Ball and Brown (1968) dan Beaver (1968). Terdapat
kurang lebih tiga kesesuaian perkembangan (concruent development) dalam
bidang keuangan (finance) dan ekonomi yang mendasari munculnya penelitia
pioneer yang digagas oleh Ball dan Brown (1968) dan Beaver (1968) yang
diantaranya adalah:
 Teori ekonomi positif
Friedman (1953) merupakan salah satu penggagas teori
positivis yang paling menonjol. Mengikuti jejak Keynes (1891) yang
menyatakan bahwa pengertian positive science sebagai sebuah ilmu
pengetahuan sistemasis yang ditujukan untuk menjawab bertanyaan
“what is”, Friedman (1953 hal.7) menggambarkan positive science
sebagai perkembangan dari sebuah teori atau sebuah hipotesis yang
menghasilkan prediksi yang bermakna (meaningful not truistic)
tentang fenomena yang sedang diobservasi. Banyak dari penelitian
akuntansi setelah penelitian akuntansi yang dilakukan oleh Ball dan
Brown (1968) dan Beaver (1968) mengarah pada akuntansi positif dan
hal tersebut membawa perubahan dalam peran akuntansi yang bergeser
dari arah normatif menjadi positif. Watts dan Zimmerman (1968 hal.2)
menyatakan bahwa tujuan dari adanya teori akuntansi adalah untuk
dapat menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi.
 Hipotesis pasar efisien dan CAPM
Pada penelitian Fama (1965) mengenalkan dan kemudian
memberikan kontribusi utama berkaitan dengan pengujian hipotesis
pasar efisien. Fama (1965 hal 4) menyatakan bahwa dalam pasar
efisien dengan kompetisi yang normal diantara para investor rasional
yang mempunyai tujuan untuk memaksimalkan keuntungan, jika
terdapat informasi baru dalam pasar maka informasi tersebut akan
secara instant terefleksi dalam harga sekuritas.
Penelitian Ball dan Brown (1968 hal 160) menyatakan bahwa
efisiensi pasar modal menyediakan justifikasi untuk dapat mengamati
harga sekuritas yang digunakan untuk melakukan pengujian pengaruh
informasi terhadap perilaku harga sekuritas. Tidak seperti pada
penelitian-penelitian akuntansi normatif, penelitian akuntansi positif
mulai menggunakan data perubahan harga sekuritas sebagai sebuah
tujuan (objective) apakah informasi akuntansi dapat memberikan
manfaat bagi para investor di pasar modal.
Kemudian Sharpe (1964) dan Litner (1965) melakukan
penelitian tentang Capital Asset Pricing Models (CAPM). CAPM
memprediksi bahwa tingkat imbal hasil (rate of return) akan meningkat
sejalan dengan maningkatnya risiko arus kas sekuritas. Oleh karena itu,
variasi dari imbal hasil sekuritas (rate of return) bergantung pada
kovarian risiko dari sebuah sekuritas. CAPM dan hipotesis pasar modal
menyediakan estimasi mengenai komponen firm-specific return.
 Event studies oleh Fama
Penelitian Fama et al (1969) pertama kali mengenalkan
mengenai jenis penelitian event study dalam bidang keuangan
(financial economics). Event studies merupakan sebuah pengujian
gabungan dari efisiensi pasar dan model tingkat imbal hasil harapan
(expected rate of retun model) yang digunakan dalam mengestimasi
tingkat imbal hasil yang abnormal (abnormal rate of return). Desain
penelitian fama memberikan kesempatan bagi para peneliti untuk dapat
melakukan observasi performa harga sekuritas sebelum, selama dan
setelah kejadian-kejadian ekonomi seperti stock split dsb (Ball dan
Brown, 1968; Beaver 1968).

 Asosiasi dan Event studies (Association dan Event studies)


Penelitian Ball dan Brown (1968) dan Beaver (1968) merupakan
pioneer dalam penelitian akuntansi pasar modal. Keduanya melakukan
penelitian event studies dan association study. Kedua tipe pengujian tersebut
saat ini sudah menjadi hal yang popular.
Kemudian dalam event study, kesimpulan yang diyakini adalah bahwa
ketika sebuah kejadian (event) seperti pengumuman laba (earnings
announcement)terjadi hal tersebut akan membawa informasi baru kepada
partisipan pasar modal yang diantaranya adalah pemegang saham dan akan
terefleksi dalam perubahan dalam tingkat atau variabilitas harga saham atau
volume perdagangan selama periode pendek (short period) selama kejadian
(event) tersebut (lihat Collins dan Kothari 1989, p 144Watts dan Zimmerman
1986, p 3). Jika tingkat atau variabilitas harga saham berubah disekitar tanggal
kejadian (around the event date) artinya kejadian akuntansi tersebut membawa
informasi baru tentang jumlah, waktu, dan atau ketidakpastian dari arus kas
masa depan.
Hipotesis yang ada dalam event studies menyatakan bahwa pasar
modal dikatakan efisien jika harga sekuritas dengan cepat dapat merefleksikan
informasi baru yang ada dalam pasar modal. Karena pengujian informasi yang
ada didalam event studies tersebut berkaitan dengan kejadian akuntansi
(accounting event) hal tersebut juga bisa disebut sebagai pengujian konten
informasi (information content) dalam literatur akuntansi dan pasar modal.
Selain Ball dan Brown (1968) dan Beaver (1968) contoh lain tentang event
studies diantaranya adalah Foster (1977), Wilson (1986), Ball dan Kothari
(1991), Amir dan Lev (1996) dan Vincent (1999).
Kemudian penelitian asosiasi ditujukan untuk menguji korelasi positif
diantara ukuran kinerja akuntansi (laba atau arus kas operasi) dengan imbal
hasil hasil saham dimana keduanya diukur dalam periode yang lama dan pada
periode waktu masa kini misalnya periode satu tahun. Karena pelaku pasar
memiliki akses ke lebih banyak informasi lain yang juga tepat waktu yang
berkaitan dengan kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas maka
penelitian assosiasi (association research) ini tidak hanya menganggap bahwa
laporan keuangan merupakan satu-satunya sumber informasi yang didapatkan
oleh pelaku pasar (market participant). Oleh karena itu dalam studi asosiasi
(association study) tidak disimpulkan adanya hubungan sebab akibat antara
informasi akuntansi dengan pergerakan harga sekuritas.

 Penelitian terdahulu Mengenai event Studies dan association Studies


Penelitian Ball dan Brown (1968) memberikan bukti yang cukup
meyakinkan bahwa terdapat konten informasi yang ada dalam pengumuman
laba (earnings announcement). Hipotesis yang ada dalam penelitian Ball dan
Brown adalah bahwa model laba ekspektasian (earnings expectation model)
merupakan salah satu model yang digunakan untuk mengukur earning
surprise. Dimana setidaknya sebagian dari kenaikan laba yang dialami oleh
perusahaan diklasifikasikan sebagai kabar baik sehingga hal tersebut
merupakan surprise yang menaikkan harga saham. Dengan demikian
hubungan atau asosiasi antara abnormal return dan earnings surprise
merupakan fungsi dari konten informasi laba dan kualitas model laba
ekspektasian (earning expectation model) yang digunakan. Hasil penelitian
Ball dan Brown yang berkaitan dengan pembahasan tersebut didasarkan pada
penggunaan dua model laba ekspektasian (earnings expectation model) yaitu
random walk model dan market model in earnings.
Penelitian Beaver (1968) yakni mengatasi masalah yang berkaitan
dengan penentuan model laba ekspektasian (earnings expectation model)
dengan cara memeriksa variabilitas dari imbal hasil saham (stock return) dan
volume perdagangan disekitar pengumuman laba. Beaver kemudian
menghipotesiskan bahwa periode pengumuman laba dikarakteristikan dengan
adanya kenaikan arus informasi. Beaver menggunakan volatilitas imbal hasil
(return volatility) sebagai proksi dari aliran informasi. Hasil penelitiannya
kemudian memberikan dukungan terhadap hipotesis yang diajukan.
Kemudian Beaver juga melakukan tes terhadap aliran informasi
dengan cara membandingkan volume perdagangan pada sekitar waktu
pengumuman laba sampai dengan periode sebelum pengumuman (non
announcement period). Gagasan yang ada dalam penelitian tersebut adalah
bahwa para pelaku pasar (market participant) sebenarnya memiliki harapan
yang heterogen mengenai penguman laba yang akan datang. Pengumuman
laba menyelesaikan beberapa ketidakpastian sehingga hal tersebut
mempersempit beragamnya kepercayaan tetapi dalam prosesnya hal tersebut
juga berkontribusi terhadap kenaikan volume perdagangan diantara para
pelaku pasar yang mungkin saja sudah mengambil posisi berdasarkan
informasi sebelum adanya pengumuman laba.

 Bukti dari studi asosiasi (association study evidence)


Dari hasil penelitian Ball dan Brown menjelaskan bahwa laba
akuntansi secara terus menerus menangkap porsi informasi yang terefleksi
dalam imbal hasil sekuritas. Bukti selanjutnya juga menyatakan bahwa sumber
informasi lain termasuk laba kwartalan (quarterly earnings) memberikan
informasi yang lebih dini dibandingkan dengan laba dalam laporan tahunan
sekitar 85% sehingga angka akuntansi tahunan bukan merupakan informasi
yang benar-benar akurat untuk pasar modal.
Kemudian penggunaan informasi mengenai laba tahunan untuk
menyimpulkan adanya ketepatan waktu yang terkandung dalam laba tahunan
sebenarnya menyediakan bukti yang lemah karena terdapat sumber informasi
lain juga menyediakan informasi yang tepat waktu yaitu informasi mengenai
laba kwartalan (lihat Foster 1977).
Selain mempelajari mengenai asosasi dan konten informasi laba
akuntansi terhadap imbal hasil sekuritas, Ball dan Brown juga melakukan
pengujian terhadap efisiensi pasar dengan cara menguji apakah reaksi pasar
terhadap baik atau tidaknya informasi yang terkandung dalam pengumuman
laba itu direaksi secara cepat dan tidak bias (unbiased). Hasil penelitiannya
kemudian menunjukan adanya post announcement drift dalam koreksi pasar
terhadap kabar buruk yang berlangsung selama beberapa bulan. Dengan
demikian, hal tersebut diartikan bahwa sebenarnya pasar kurang bereaksi
(underreaction) terhadap informasi koreksi tersebut. Hasil penelitian Ball dan
Brown menunjukan bukti awal tentang adanya postearning announcement drift
dalam pasar modal yang merupakan anomali. Penelitian yang senada
membahas mengenai post announcement drift ini diantaranya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Jones dan Litzenberger (1970), Litzenberger et
al (1971), Foster et al (1984) dan Bernard dan Thomas (1989, 1990).
Pada penelitian, Ball dan Brown juga membandingkan keinformativan
laba dan arus kas yang digunakan untuk menguji apakah akrual akuntansi
menjadikan laba (earnings) menjadi lebih informative dibandingkan dengan
arus kas (cash flow). Bukti yang mereka temukan menunjukan bahwa
penyesuaian abnormal return lebih besar terletak pada perubahan laba (earning
changes) dibandingkan pada perubahan arus kas (cashflow changes). Hal
tersebut konsisten dengan proses pembuatan akrual yang membuat laba
menjadi semakin informatif.
 Setelah Bukti Awal (Beyond the Early Evidence)
Pada penelitian Ball dan Brown (1968) dan Beaver (1968), mereka
telah melahirkan industri penelitian tentang pasar modal. Banyak peneliti
setelah Ball dan Brown (1968) dan Beaver (1968) mereplikasi penelitian Ball
dan Brown tersebut.
 Efisiensi Pasar (Market efficiency) dan Evaluasi Standar
Akuntansi (evaluation of accounting standard)
Terdapat bukti awal tentang asosiasi laba dengan imbal hasil
sekuritas (security return) dan bukti tentang pasar modal efisien dalam
ranah ilmu keuangan (finance) dan ilmu ekonomi (economics)
mendorong beberapa peneliti akuntansi untuk meneliti implikasi dari
standar akuntansi. Sebagai contoh penelitian Beaver (1972) dalam
American Accounting Association Committee yang menunjukan
bahwa hubungan (association) antara angka akuntansi dengan imbal
hasil sekuritas (security return) bisa digunakan merangking metode
akuntansi alternatif sebagai alat untuk menentukan metode akuntansi
apa yang bisa dijadikan standar. Hasil penelitian tersebut kemudian
menunjukan bahwa metode yang lebih terasosiasi dengan harga
sekuritas (security price) harus dilaporkan dalam laporan keuangan.
Ekspektasi awal yang tinggi mengenai manfaat penelitian pasar
modal sebagai acuan bagi badan pembuat standar akuntansi terhadap
metode akuntansi yang banyak diinginkan oleh berbagai pihak ternyata
hanya berlangsung sebentar saja. Gonedes and Dopuch (1974) dan para
peneliti lainnya dengan cepat menemukan beberapa kelemahan
(misalnya adalah adanya free rider problem of non-purchaser terhadap
akses informasi akuntansi perusahaan) dalam menggunakan kekuatan
hubungan antara imbal hasil sekuritas (security return) sebagai kriteria
penentu (determination criterion) standar akuntansi yang diinginkan
oleh orang-orang.
Banyak orang mengakui perubahan dalam standar akuntansi
terjadi karena adanya persepsi bahwa hubungan laba GAAP dan harga
sekuritas mempunyai korelasi yang rendah. Mereka kemudian
mengusulkan metode akuntansi alternatif yang dapat meningkatkan
hubungan atau korelasi terhadap imbal hasil saham (misalnya Lev dan
Zarrowin 1999). Pihak lainnya berpendapat bahwa hubungan atau
korelasi antara angka-angka kuntansi dan imbal hasil sekuritas
(security returns) merupakan sebuah fungsi dari tujuan pelaporan
keuangan sehingga muncul permintaan untuk metapkan tujuan
sehingga laporan keuangan dapat menghasilkan informasi yang handal
(verifiable information) yang dapat untuk tujuan pemenuhan kontrak
dan evaluasi kinerja (Watts dan Zimmerman, 1986). Permintaan
tersebut kemudian mengarahkan proses akuntansi untuk dapat
menyajikan informasi historis yang dapat merangkum efek dari
transaksi aktual (transaksi yang sedang terjadi) dibandingkan dengan
transaksi yang akan terjadi di masa yang akan datang misalnya adalah
masalah mengenai aplikasi prinsip pengakuan pendapatan. Sebaliknya,
perubahan harga sekuritas sebenarnya merefleksikan harapan
koreksian dari profitabilitas masa depan. Sebagai konsekuensinya,
hubungan (association) yang searah dari imbal hasil dan laba (return-
earnings) diharapkan atau diekspektasikan menjadi lebih kecil
(Kothari, 1992). Penelitian-penelitian yang meneliti mengenai
hubungan antara imbal hasil sekuritas (security retun) dengan
informasi keuangan (financial information),Mengomentari proses
penyusunan standar dan penelitian mengenai hubungan antara imbal
hasil sekuritas dengan informasi keuangan Lee (1999, p 13)
menyimpulkan bahwa sampai dengan badan regulasi akuntansi
memutuskan bahwa laba yang dilaporkan harus juga memasukan laba
antisipasian (anticipated earning) dari perubahan masa depan, akan
sangat sulit untuk melihat seberapa tinggi korelasinya (correlation)
antara adanya implikasi penyusunan standar dengan imbal hasil
(contemporaneous return).
Penelitian-penelitian lain yang juga bermunculan misalnya
adalah penelitian yang dilakukan oleh Dechow (1994) dimana
penelitiannya menggunakan hubungan antara imbal hasil saham (stock
return) untuk membandingkan laba (earnings) dan arus kas (cash flow)
sebagai sebuah ukuran dari kinerja periodik sebuah perusahaan. Ayers
(1988) juga melakukan pengujian apakah akuntansi untuk pajak
tangguhan (deffered tax accounting) yang ada dalam SFAS No. 109
menyediakan relevansi nilai tambahan (incremental value relevance)
memberikan hasil bahwa ternyata terdapat relevansi nilai tambah
didalamnya. Salah satu tujuan pelaporan keuangan (financial reporting)
seperti yang tertera dalam FASB (1978 paragraf 47) adalah Pelaporan
akuntansi harus bisa menyediakan informasi yang digunakan untuk
membantu investor yang ada dan investor potensial dan juga kreditor
serta para pemakai laporan keuangan yang lain untuk melakukan
penilaian mengenai jumlah, waktu, dan ketidakpastian dari arus kas
prospektif masa depan. Tujuan tersebut menjadi dorongan utama para
peneliti untuk menguji hubungan antara imbal hasil saham (stock
return) sebagai sebuah kriteria untuk mengevaluasi metode akuntansi
alternatif dan sebagai pengukur kinerja perusahaan.
 Peranan Hipotesis yang Dipertahankan (The Role of Maintained
Hypothesis)
Hipotesis yang digunakan untuk menguji hubungan imbal hasil
saham (stock return) sebagai sebuah kriteria untuk mengevaluasi
metode akuntansi adalah bahwa pasar modal itu efisien. Dalam
beberapa tahun terakhir, penelitian mengenai pasar modal itu sendiri
merupakan subjek penelitian yang paling digemari. Banyak bukti yang
menyatakan adanya anomali pasar modal sehingga mengarah pada
kesimpulan atau asumsi bahwa pasar modal sebenarnya tidak efeisien
(inefficient capital market).
Tujuan komen saya dalam penelitian ini terletak pada implikasi
atas penelitian-penelitian pasar modal yang mengasumsikan bahwa
pasar modal inefisien.
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian yang
mengasumsikan bahwa pasar modal efisien biasanya mengarah pada
penelitian tentang hubungan antara informasi akuntansi (accounting
information) dengan harga sekuritas (security price) sebagai hipotesis
Nol. Misalnya saja penelitian yang berkaitan dengan baik imbal hasil
abnormal positif sistematik (positive systematic abnormal return)
maupun imbal hasil abnormal negatif sistematis (negative systematic
abnormal return) yang diprediksi pada hari sekitar penguman
perubahan metode akuntansi. Bukti sistematis dari adanya non-zero
abnormal return akan dapat membantah pernyataan bahwa pasar modal
adalah efisien.
Jika hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah bahwa
pasar tidak efisien (inefficient capital market) dan hubungan harga
sekuritas (security price) dan informasi keuangan diposisikan sebagai
hipotesis nol maka akan sangat sulit untuk menentukan sebuah
hipotesis awal/apriori mengenai efisiensi pasar modal. Tantangan yang
dihadapi oleh para peneliti adalah untuk dapat menstrukturkan bentuk
hubungan yang ada dalam ketidakefisienan pasar modal (Fama,1988).
Penting untuk dapat mengembangkan hipotesis yang dapat dibantah
dalam basis teori perilaku dari pasar modal tidak efisien dan untuk
dapat melakukan pengujian yang dapat membedakan antara hipotesis
pasar modal efisien dan inefisien. Hal tersebut sebenarnya adalah
esensi dari teori akuntansi positif yang telah banyak dijadikan dasar
dalam penelitian pasar modal selama 3 dekade kebelakang.
 Rangkuman (summary)
Penelitian tentang even studies dan penelitian tentang studi asosiasi
(association studies) yang dilakukan oleh Ball dan Brown merupakan
penelitian yang bersifat seminal. Hal tersebut memberikan kontribusi bagi
penelitian selanjutnya karena merekalah yang pertama melakukan bantahan
atas kehawatiran bahwa laba kos historis (historical cost earnings)
menghasilkan angka yang tidak bermakna (produces meaningless numbers).
Kedua, penelitian-penelitian tersebut menyediakan metodologi empiris positif
dan bentuk penelitian event studies yang berkontribusi bagi literatur akuntansi
dan yang terakhir penelitian ini juga memberikan kontribusi terhadap
pandangan bahwa akuntansi merupakan satu-satunya sumber informasi
keuangan yang ada dalam pasar modal. Bukti-bukti penelitian masa lalu
tersebut menyimpulkan bahwa akuntansi bukanlah satu-satunya sumber
informasi yang tepat waktu yang dapat mempengaruhi harga saham karena
sebenarnya ada banyak informasi yang ada dalam pasar modal yang juga
berpengaruh terhadap harga saham. Hal tersebut kemudian memberikan
implikasi terhadap proses penyusunan standar.

D. Penelitian Pasar Modal pada tahun 1980an dan 1990an


Penelitian akuntansi terdahulu (early accounting research) memberikan hasil
bahwa laporan akuntansi ternyata mempunyai konten informasi dan angka yang ada
dalam laporan keuangan mencerminkan informasi yang berpengaruh terhadap harga
saham walaupun tidak tepat waktu. Selama satu dekade terakhir ini, penelitian pasar
modal sudah sangat berkembang banyak. Kothari membagi 5 kategori permintaan
yang berpengaruh terhadap perkembangan penelitian pasar modal diantaranya adalah:
 Metodologi penelitian pasar modal
Penelitian pasar modal berusaha untuk menjawab banyak pertanyaan
yang berkaitan dengan pasar modal. Beberapa contoh penelitian yang terdapat
pada beberapa penelitian terdahulu diantaranya adalah:
 Apakah laba kos sekarang (current cost earnings) mempunyai konten
informasi incremental (tambahan) dibandingkan dengan laba kos
historis?
 Apakah perbedaan dalam tatakelola perusahaan akan mempengaruhi
derajat asimetri informasi yang ada dalam pasar modal and apakah hal
tersebut mempengaruhi waktu dan kekuatan hubungan antara imbal
hasil (security return) dan informasi laba?
 Apakah kepemilikan manajerial mempengaruhi keinformatifan dari
angka akuntansi karena adanya pemisahan kepemilikan perusahaan
(corporate ownership) dan pemisahan pengendalian?
 Apakah kualitas auditor bisa mempengaruhi hubungan antara laba
perusahaan dengan imbal hasil sekuritas (security return)?
 Bagaimana pelaporan yang berkaitan dengan transitory gain sebagai
bagian dari Laba yang berasal dari pos biasa (ordinary income) dan
transitory loss sebagai bagian dari pos luarbiasa dapat mempengaruhi
harga saham?
 Bagaimana caranya untuk dapat melakukan pengujian pengaruh
perubahan metode akuntansi terhadap perilaku sekuritas yang ada
dalam pasar modal?
 Apakah pengukuran kinerja berbasis nilai tambah ekonomi (economic
value added/ EVA) mempunyai korelasi yang lebih tinggi dengan
imbal hasil saham dan harga dibandingkan dengan laba kos historis
(historical cost earnings)
 Apakah konsekuensinya jika SEC tidak lagi mensyaratkan adanya
rekonsiliasi antara US GAAP dengan standar akuntansi negara lain
atau standar akuntansi internasional jika perusahaan yang bukan dari
US ingin melakukan listing pada pasar modal US?
 Apakah laporan keuangan akan menjadi lebih menginformasikan laba
ekonomi masa kini (current economic income) jika GAAP yang ada
mengijinkan mengkapitaliasasi biaya R&D?
Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, peneliti harus
melakukan pengendalian terhadap hubungan normal antara informasi yang ada
dalam laporan keuangan dan imbal hasil sekuritas agar dapat membedakan
perlakuan yang berasal dari pengaruh bunga.
 Evaluasi dari alternative pengukuran kinerja
 Penelitian tentang penilaian dan analisis fundamental
 Pengujian atas efisiensi pasar modal
 Nilai relevan dari pengungkapan (disclosure) yang berkaitan dengan berbagai
macam standar akuntansi dan konsekuensi ekonomi dari standar akuntansi
baru yang dikeluarkan oleh badan standar.
Sedikitnya terdapat 4 hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan
mengenai ukuran earnings response coefficient yang rendah. Hipotesis
tersebut diantaranya adalah:
- Price lead earnings
- Inneficient capital market
- Noise in earnings and deficient GAAP
- Transitory earnings

 Price Lead earnings


Penelitian Beaver et al (1980) mengenai earnings response coefficient
dikembangkan dari ide bahwa sebenarnya set informasi yang tercermin dalam
harga saham ternyata jauh lebih banyak dibandingkan dengan informasi yang
ada pada laba akuntansi. Disebutkan bahwa pada pasar modal yang efisien,
perubahan harga saham/ sekuritas secara instan menggambarkan nilai revisi
masa kini harapan dari arus kas bersih masa depan. Sebaliknya karena nilai
realisasi pendapatan dan prinsip penandingan antara pendapatan dan beban
yang merupakan dasar dari proses penentuan besar kecilnya laba maka
sebenarnya laba akuntansi tersebut mencerminkan adanya perubahan harga
saham namun terdapat jeda waktu yang lebih lambat dibandingkan dengan
adanya perubahan harga itu sendiri.
 Inneficient Capital Market
Jika pasar ternyata gagal mengkoreksi implikasi dari adanya kejutan
laba (current earnings surprise) maka perubahan harga yang yang terasosiasi
dengan perubahan laba akan menjadi terlalu kecil. Ada banyak sekali bukti
yang menyatakan bahwa pasar modal sebenarnya kurang bereaksi terhadap
informasi laba karena pasar sebenarnya mengakui dampak dari informasi laba
tersebut secara bertahap.
Nilai dari earnings response coefficient yang terlalu kecil sejalan
dengan argumen bahwa pasar modal sebenarnya tidak efisien. Interpretasi
tersebut bisa disanggah kecuali terdapat teori ketidakefisienan pasar yang
konsisten yang dapat digunakan untuk memprediksi kurangbereaksinya pasar
terhadap informasi laba.

 Gangguan dalam Laba (noise in earnings) dan lemahnya GAAP (deficient


GAAP)
Argumen yang menyatakan bahwa terdapat gangguan dalam laba
(noise in earnings) telah banyak mendapat perhatian dari para peneliti pasar
modal. Beaver et al (1980) dalam penelitiannya mendefinisikan laba akuntansi
sebagai penjumlahan dari true earnings ditambah dengan value-irrelevant
noise atau nilai yang tidak berkaitan dengan harga saham. Asumsi tersebut
kemudian mendorong Beaver et al untuk menyajikan model yang berangkat
dari fenomena harga mendahului laba (price leads earnings).
Adanya sudut pandang mengenai pengukuran laba dengan cara
menambahkan laba akuntansi dengan value irrelevant noise ini sedikit banyak
telah membuat para peneliti menyangsikan argument bahwa true earnings
menyampaikan sinyal tentang nilai perusahaan. Pendapat tersebut tentu saja
bertentangan dengan 2 hasil penelitian yang ada. Pertama, bahwa dari hasil
penelitian Rayburn (1986) dan Dechow (1994) yang menyatakan bahwa
akrual akuntansi (accounting accruals) cukup informatif. Kedua, terlepas dari
apakah akrual tersebut bersifat informatif atau tidak, hal tersebut tidak berarti
bahwa laba tanpa akrual bisa diartikan sebagai laba yang sebenarnya “true
income”.
Argumen yang menyatakan bahwa adanya pelemahan GAAP
berpendapat bahwa sebenarnya tujuan dari pelaporan akuntansi adalah untuk
dapat melakukan prediksi terhadap arus kas masa depan atau imbal hasil
saham ( Lev, 1989 p 157). Dengan demikian, argumen yang mendukung
adanya pelemahan GAAP menggunakan hubungan antara imbal hasil-laba
sebagai pengukur kesuksesaan GAAP dalam memenuhi tujuan yang tersebut
diatas. Hipotesis yang dipertahankan dalam argument tersebut adalah bahwa
sebenarnya pasar modal efisien dan sebenarnya tujuan dari pelaporan
keuangan secara umum diambil dari FASB’s statement of financial accounting
concept. Pelemahan GAAP diklaim sebagai sebab adanya kualitas laba yang
rendah (low quality) yang menggambarkan hubungan yang lemah (weak
correlation) dengan imbal hasil saham. Lev (1989 p 155) menyatakan bahwa
lemahnya hubungan antara laba dan saham bukan hanya diakibatkan oleh
investor yang tidak rasional, faktor lain yang membentuk hal tersebut adalah
rendahnya konten informasi yang ada dalam laba.

 Laba Sementara (Transitory Earnings)


Walaupun sebenarnya laba tahunan sering diasumsikan mengikuti pola
random walk, adanya komponen laba sementara sebenarnya telah disadari oleh
banyak peneliti dan literatur yang ada. Terdapat beberapa argument yang
mendasari adanya konsep laba sementara yang diantaranya adalah:
 Laba sementara bisa saja muncul karena adanya aktivitas bisnis
tertentu seperti penjualan aset atau muncul karena item gain/loss
 Selain itu, laba sementara bisa saja muncul karena adanya asimetri
informasi antara manajer dan pihak luar yaitu misalnya perusahaan
yang sedang menghadapi masalah litigasi yang keterjadiannya bersifat
potensial.
Hal-hal tersebutlah yang sebenarnya memunculkan adanya permintaan
yang berkaitan dengan konservatisme angka akuntansi. Komponen pembentuk
laba sementara diatas akan mempengaruhi kecepatan laba dalam
memepengaruhi harga saham.
 Time Series, Management and Analyst Forecst of earnings
Bagian ini menjelaskan mengenai motivasi yang mendasari dilakukannya
penelitian tentang properties of time series, manajemen, dan peramalan analis
terhadap laba (analyst forecast of earnings). Penjelasan dari masing-masing
sub bagian tersebut dibawah ini.

 Motivasi dari penelitian tentang peramalan laba (Motivation for


research on earnings forecast)
Sedikitnya ada 5 alasan yang mendasari penelitian yang
berkaitan dengan time-series properies of earnings dan properties of
time series dan properties of management and analyst forecast (lihat
Watts dan Zimmerman 1968, Chapter 2), Schipper (1991) dan Brown
(1993). Pertama dari semua model penilaian baik secara langsung
maupun tidak langsung menggunakan laba peramalan. Pertama,
discounted cashflow valuation model (Fama dan Miller, 1972 Chapter
2) biasanya menggunakan laba peramalan dengan beberapa
penyesuaian sebagai proksi dari arus kas masa depan.
Alasan yang kedua adalah penelitian tentang pasar modal yang
menghubungkan antara informasi laporan keuangan dengan imbal hasil
sekuritas biasanya menggunakan model dari laba ekspektasian untuk
memisahkan komponen kejutan dari laba (surprise component of
earnings) dari komponen antisipasian. Dalam pasar modal yang efisien,
komponen antisipasian tidak berhubungan dengan imbal hasil masa
depan (future return) yang diukur selama periode pengumuman.
Alasan ketiga hipotesis pasar modal efisien masih banyak
dipertanyakan keabsahannya baik secara teori maupun secara empiris
(lihat Daniel et al 1998; Barberis et al 1998; Hong dan Stein 1999).
Penelitian pasar modal berbasis akuntansi telah memberikan bukti
yang nampaknya tidak konsisten dengan efisiensi pasar.
Alasan keempat adalah penelitian teori akuntansi positif
menghipotesiskan adanya manajemen laba oportunistik dan bertujuan
untuk menjelaskan mengenai penggunaan pilihan prosedur akuntansi
yang digunakan oleh manajer perusahaan. Dalam penelitian-penelitian
tersebut, banyak membutuhkan informasi mengenai laba normal
(normal earnings) yang dihitung dengan menggunakan model laba
time-series. Sebagai contohnya adalah pengujian terhadap hipotesis
perataan laba (smoothing earnings hypothesis) yang menguji mengenai
sifat time series laba sebelum adanya perataan (pre-smooth) dan
setelah perataan (smooth).
Alasan terakhir yang dikemukakan adalah hasil prediksi analis dan
peramalan yang dilakukan oleh manajemen merupakan sumber informasi
dalam pasar modal. Peramalan-peramalan tersebut kemudian akan
mempengaruhi lingkungan informasi dan akan mempengaruhi tingkat dan
variabilitas dari harga sekuritas.
 Sifat dari laba Tahunan (Properties of Annual Earnings). Random
Walk
Banyak bukti penelitian yang menyatakan bahwa pola acak atau pola
random walk with drift merupakan deskripsi yang masuk akal untuk
menggambarkan sifat dari laba tahunan. Penelitian terdahulu yang membahas
mengenai hal tersebut adalah penelitian Little (1962), Little dan Rayner
(1966), Lintner dan Glauber (1967) dan referensi tambahan yang ada dalam
penelitian Ball dan Watts (1972). Ball dan Watts (1972) melakukan penelitian
sistematis pertama dan menghasilkan kesimpulan bahwa sifat dari laba
tahunan mengikuti pola yang acak (the random walk time series property for
annual earnings). Penelitian selanjutnya juga menyatakan kesimpulan yang
sama diantaranya adalahWatts (1970), Watts dan Lefwich (1977), Albrecht et
al (1977) dengan melakukan pengujian terhadap kemampuan prediktif dari
model Box-Jenkins yang digunakan untuk melihat pola dari laba tahunan
tersebut.
Sifat laba tahunan (properties of annual earnings) ini tidak seperti sifat
harga saham yang merupakan prediksi atas hipotesis pasar efisien, teori
ekonomi tidak memprediksi adanya pola acak (random walk) pada laba. Laba
akuntansi tidak menampilkan adanya kapitalisasi dari arus kas bersih masa
depan seperti halnya pada harga. Oleh karena itu, tidak terdapat alasan
ekonomi yang menyatakan bahwa laba tahunan bersifat mengkuti pola random
walk (lihat Fama dan Miller (1972) Chapter 2, Watts dan Zimmerman (1986)
chapter 6.
Revisi rata-rata (Mean Revision), dimulai dari Brooks dan Buckmaster
(1976) yang memulai penelitian mengenai adanya mean revision, selanjutnya
muncul banyak seri penelitian yang meneliti mengenai revisi rata-rata dalam
laba tahunan. Misalnya saja adalah penelitian yang dilakukan oleh
Ramakrishnan dan Thomas (1992), Lipe dan Kormendi (1994), Fama dan
French (2000).
Terdapat beberapa alasan ekonomi dan statistik yang mendorong
dilakukannya revisi rata-rata dalam laba. Pertama, kompetisi pasar dalam
produk mengindikasikan bahwa keuntungan yang diatas normal (above normal
profitability) merupakan hal yang tidak berkelanjutan (not sustainable)
(Beaver dan Morse, 1978; Lev, 1983;Ohlson, 1995;Fama dan French, 2000).
Alasan yang kedua adanya konservatisme dalam akuntansi (lihat Basu, 1977)
dan risiko litigasi (lihat Kothari et al, 1988; Ball et al.,2000) memotivasi
manajer untuk mengakui informasi ekonomi yang buruk (economic bad news)
secara lebih cepat dibandingkan dengan kabar baik (economic goodnews).
Sebagai hasilnya, perusahaan-perusahaan akan mengakui adanya rugi
antisipasian (anticipated loss). Pengakuan kerugian tersebut membuat kerugian
itu sendiri menjadi kurang permanen dan karenanya memunculkan adanya
autokorelasi yang negatif dalam laba. Alasan yang ketiga, Perusahaan yang
mengalami kerugian mempunyai opsi untuk melikuidasi perusahaan jika
ternyata manajemen tidak melakukan antisipasi atas adanya kerugian tersebut
(Hayn, 1995; Berger et al ., 1996; Burgstahler dan Dichev, 1997; Collins et al.,
1999). Hal itu berarti perusahaan-perusahaan yang berhasil mengantisipasi
adanya likuidasi (surviving firms) diharapkan untuk bisa menghapus kinerja
buruk yang telah dibukukan tersebut. Terakhir, adanya tren bahwa perusahaan
pada saat ini semakin banyak membukukan pos sementara (special transitory
item) dan kerugian (losses) (lihat Hayn, 1995, Elliot dan Hanna, 1996, Collins
et al., 1997) maka hal tersebut mengindikasikan bahwa sebenarnya laba bisa
diprediksi. Kenaikan dari tren pengakuan item-item sementara (transitory
item) itu sendiri bisa jadi karena adanya perubahan standar yang diusulkan
oleh SEC dan FASB mengenai mark-to market accounting untuk beberapa
aset dan kewajiban.
Estimasi cross-sectional. Fama dan French (2000) memperkenalkan
pendekatan estimasi cross-sectional dalam hal peramalan laba untuk
menemukan sifat time-series dari laba (time-series properties of earnings).
Mereka berargumen bahwa perkiraan time-series kurang mempunyai kekuatan
(lack of power) hal tersebut dikarenakan hanya terdapt sedikit data time-series
laba tahunan dari perusahaan sampel yang diobservasi. Tetapi di sisi yang lain,
jika menggunakan time-series dengan periode yang panjang maka hal tersebut
akan memunculkan bias kebertahanan. Bias kebertahan didefinisikan sebagai
kesalahan logis (logical error) yang timbul dari suatu pemusatan perhatian
terhadap sebuah proses dan mengabaikan faktor kegagalan yang mungkin saja
terjadi sehingga kesimpulan akhir yang diambil menjadi salah. Efek dari bias
kebertahanan (survivor bias) bersamaan dengan lemahnya kekuatan estimasi
laba time-series pada akhirnya menyokong kesimpulan bahwa pola yang acak
dalam laba tahunan.

Anda mungkin juga menyukai