Anda di halaman 1dari 12

www.sastra-indonesiaraya.blogspot.

com

PEMIMPIN
Karya: Eugene Ionesco
Saduran:Rudjito

Para Pelaku;
Penyiar
Pemuda
Pemudi
Pengagum Pemimpin I (Pria)
Pengagum Pemimpin II (Wanita)
Pemimpin

(Berdiri membelakangi penonton, ditengah-tengah panggung, dengan mata tertuju


pada pintu keluar dibagian belakang panggung, Penyiar menanti kadatangan
Pemimpin. Disebelah kanan-kiri panggung, masing-masing merapat pada dinding,
dua orang Pengagum Pemimpin, seorang pria dan seorang wanita, juga menanti
kedatangan Pemimpin).

Penyiar : (Setelah untuk beberapa saat berdiri dalam ketegangan). Itu dia! Itu
dia! Itu dia di ujung jalan! (Terdengar teriakan-teriakan “horeee” dan
sebagainya).
Itu dia Pemimpinnya! Ia datang, Ia semakin dekat! (Terdengar
sambutan-sambutan dan tepuk tangan dari arah sayap teater). Lebih
baik Ia tidak melihat kita … (Ke-2 Pengagum semakin merapatkan
badan mereka pada dinding).

1
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

Awas! (Dengan gerakan-gerakan tertentu Penyiar memperlihatkan


dirinya dalam keadaan antusias). Horeee! Horeee! Pemimpin! Hidup
Pemimpin! (Dengan badan tegak dan merapat pada dinding ke-2
Pengagum, menejengukkan kepala mereka sejauh mungkin kedepan
untuk sekilas melihat Pemimpin). Pemimpin! Pemimpin! (Ke-2
Pengagum berbarengan:) Horeee! Horeee! (Dari arah sayap-sayap
teater terdengar pula teriakan-teriakan, Horeee! diselingi Bagus!
Hebat! (yang lambat laun lenyap dari pendengaran). Horeee! Horeee!
Penyiar maju selangkah kearah bagian belakang panggung, berhenti,
maju lagi, di-ikuti oleh ke-2 Pengagum, sambil berkat: “Ah! Sial! Ia
pergi! Ia pergi! Mari cepat ikuti aku! Kita kejar dia!” Penyiar dan ke-2
Pengagum meninggalkan panggung sambil berteriak: “Pemimpin!
Pemimpin! Pemimpiiin!” Pekik terakhir ini berkumandang sayup-
sayup dari arah sayap-sayap teater). Keadaan sunyi. Panggung kosong
sebentar. Pemuda memasuki panggung dari arah kanan, Pemudi dari
arah kiri, mereka bertemu di tengah-tengah panggung).
Pemuda : Maafkan saja, nyonya atau nona barangkali?
Pemudi : Maaf, saya rasa, saya tidak kenal dengan anda!
Pemuda : Dan saya rasa, sayapun tidak kenal dengan anda!
Pemudi : Jika demikian kita ini tidak saling mengenal.
Pemuda : Tepat. Ada persamaan antara kita berdua. Artinya, antara kita berdua
ada dasar pengertian, di atas mana kita dapat mendirikan bangunan
hari depan kita.
Pemudi : Saya rasa itu tidak menarik bagiku (Sambil bersikap seolah-olah
hendak pergi).
Pemuda : Oh, kekasihku, aku sungguh memujamu.
Pemudi : Kekasih, demikian pula ku memujamu! (Mereka berpeluk-pelukan).

2
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

Pemuda : (Mereka meninggalkan panggung kearah kiri. Panggung kosong


sebentar).
Penyiar : (Memasuki panggung dari arah belakang, diikuti oleh ke-2
Pengagum, sambil berkata:) Tetapi pemimpin telah bersumpah akan
lewat sini.
Pengagum I : Pastikah anda tentang hal itu?
Penyiar : Ya, ya, sudah tentu.
Pengagum II : Benarkah Ia sedang dalam perjalanan.
Penyiar : Ya, ya, mestinya Ia sudah lewat sini, menurut acara perayaan …
Pengagum I : Anda benar-benar melihat dengan mata-kepala sendiri dan
mendengar dengan telinga sendiri?
Penyiar : Ia menceritakannya kepada seseorang, orang lain, bukan saya!
Pengagum I : Tetapi siapa? Siapa seseorang lain itu?
Pengagum II : Dapatkah orangnya dipercaya? Apakah ia sahabat anda?
Penyiar : Salah seorang sahabat yang kukenal baiksekali. (Sekonyong-konyong
dari jauh terdengar kembali pekik-pekik “Horeee” dan “Hidup
Pemimpin!”) Itu dia sekarang! Itu dia! Horeee! Itu dia! Ayo kalian
bersembunyi! Kalian sembunyi!
(Ke-2 Pengagum merapatkan badan mereka pada dinding seperti pada
adegan pertama, sambil menjenguk-jengukkan kepala kearah sayap-
sayap teater. Penyiar memusatkan pandangannya kearah bagian
belakang panggung dengan membelakangi penonton).
Penyiar : Pemimpin datang. Ia mendekat. Ia membongkok. Ia tegak kembali.
(Pada setiap kata Penyiar, ke-2 Pengagum menjengukkan kepala
semakin jauh kedepan; mereka gemetar).

3
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

Ia melompat. Ia menyeberangi sungai. Mereka bersalaman


dengannya. Ia mengacungkan jempolnya. Kalian dengar tidak?
Mereka tertawa (Penyiar, ke-2 Pengagum juga tertawa).
Ah …! Mereka memberikan padanya sebuah peti alat-alat perkakas.
Apa yang hendak diperbuatnya dengan itu? Ah …! Mereka pada
meminta tanda-tangannya. Pemimpin sekarang mengelus-elus
tenggiling, seekor tenggiling yang bagus sekali! Orang-orang pada
bertepuk tangan. Ia berdansa dengan seorang penari, dengan
tenggiling masih dipegangnya. Ia memeluk penarinya. Horeee!
Horeee! (Terdengar pekik dari arah sayap-sayap teater).
Ia sedang dipotret, dengan tangan satunta memegang penari dan
tangan lainnya memegang tenggiling … Ia mengangguk-anggukkan
kepala sebagai salam kepada para penyambut …
Wah, jauh benar ludahannya.
Pengagum II : Ia lewat sini tidak? Apa Ia sedang menuju kemari?
Pengagum I : Apakah kita benar-benar berada ditempat yang hendak dilaluinya?
Penyiar : (Sambil menengik kearah ke-2 pengagum) Benar, dan kalian jangan
bergerak-gerak, kalian mengacaukan semuanya …
Pengagum II : Ya, tetapi …
Penyiar : Diam saja! Bukankah kalian sudah kuberitahu, ia telah berjanji bahwa
acara perjalanan ia tetapkan sendiri … (Ia kembali memandang
kearah bagian belakang panggung dan berteriak:) Horeee! Horeee!
Hidup Pemimpin! (Diam sebentar) Hidup, hidup Pemimpin! (Diam
lagi) Hidup, hidup, hidup Pemimpin! (Ke-2 Pengagum, karena tak
dapat lagi menahan diri, mendadak ikut pula berteriak:) Horeee!
Hidup Pemimpin! (Kepada ke-2 Pengagum) Diam kalian! Tenang!
Kalian mengacaukan semuanya! (Kemudian, dengan memandang lagi

4
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

ke arah bagian belakang panggung, dengan ke-2 Pengagum terdiam:)


Hidup Pemimpin! (Dengan antusias sekali) Horeee! Horeee! Ia sedang
ganti kemeja. Ia menghilang di belakang tirai merah. Ia muncul
kembali! (Ke-2 Pengagum ikut berteriak “Bagus! Hebat!” sambil
bertepuk tangan, untuk kemudian dengan cepat membungkam mulut
mereka dengan kedua tangan).
Ia sedang mengenakan dasinya! Ia sedang membaca surat kabar dan
minum kopi paginya! Ia masih terus memegang tenggiling … Ia
bersandara pada ujung pagar. Pagarnya ambruk, Ia bangun … Ia
berdiri kembali tanpa bantuan! (Tepuk tangan, pekik-pekik “Horeee”)
Hebat! Baik sekali! Ia mengusap-usap pakaiannya yang kotor dengan
tanah.
Para Pengagum:(Dengan membanting-banting kaki) Oh! Ah! Oh! Ah! Ah!
Penyiar : Ia hendak naik ke atas bangku! Terlalu tinggi baginya; ia naik dengan
bahunya ditaruh di atas bangku. Mereka meberikan ganjal tipis
padanya. Ia tahu, itu hanya senda gurau saja, tetapi ia dapat
menerimanya. Ia malahan tertawa. (Tepuk tangan dan sambutan luar
biasa).
Pengagum I : (Kepada Pengagum II) Anda dengar itu? Dengar tidak? Oh!
Seandainya aku menjadi raja …
Pengagum II : Ah … ! Pemimpin! (Diucapkan dangan nada yang menunjukan rasa
kagum).
Penyiar : (Masih membelakangi penonton) Ia masih hendak naik ke atas
bangku. Oh, tidak jadi. Ia turun lagi. Seorang gadis kecil
menyampaikan karangan bunga … Apa yang akan ia lakukan?
Karangan bunga diterimanya … Ia memeluk gadis kecilnya …
dipanggilnya “anakku” …

5
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

Pengagum I : Ia memeluk gadis kecilnya … dipanggilnya “anakku” …


Pengagum II : Ia memeluk gadis kecilnya … dipanggilnya “anakku” …
Penyiar : Tenggiling diberikan kepada gadis kecil. Gadis menangis …
Hidup Pemimpin! Hidup Pemimpin!
Pengagum I : Ia lewat sini tidak?
Pengagum II : Ia lewat sini tidak?
Penyiar : (Sambil mendadak lari ke belakang keluar panggung) Ia pergi! Ayo
cepat! Ayo!
(Ia menghilang, diikuti oleh ke-2 Pengagum, semuanya berbarengan
berteriak “Horeee! Horeee!
Panggung kosonguntuk beberapa saat. Pemuda dan Pemudi
memasuki panggungsaling berpelukkan; berhenti di tengah-tengah
panggung lalu berpisah; Pemudi menjinjing keranjang di lengannya).
Pemudi : Mari ke pasar membeli telor!
Pemuda : Wah, kita sama-sama menyukai telor!
(Pemudi menggandung lengan tangan Pemuda. Dari arah kanan,
Penyiar muncul sambil lari, dengan cepat mengambil tempatnya yang
terdahulu dengan membelakangi penonton, segera disusul oleh ke-2
Pengagum, seorang masuk dari arah kiri, yang seorang lagi dari arah
kanan. Ke-2 Pengagum menubruk Pemuda-Pemudi yang sudah
melangkah hendak pergi).
Pengagum I : Maaf!
Pemuda : Oh! Maaf!
Pengagum II : Maaf! Oh maaf! Maaf!
Pemudi : Oh! Maaf! Oh! Maaf!
Pengagum I : Maaf, Maaf, Maaf, Oh, maaf, maaf, maaf!
Pemuda : Oh, oh, oh, oh, oh, oh, ! Semua saja, Maaf!

6
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

Pemudi : (Kepada Pemuda) Mari kita pergi! Adolphe! (Kepada ke-2 Pengagum:)
Tidak apa-apa! (Pemudi meninggalkan panggung denagn
menggandeng tangan pemuda).
Penyiar : (Sedang memandang ke arah belakang panggung): Pemimpin sedang
didesak-desak ke depan, dan ke belakang, dan sekarang
celananyasedang disetrika, (Ke-2 Pengagum mengambil tempat
mereka semula). Pemimpin tersenyum. Selama celananya sedang
mereka setrika, ia mondar-mandir kian-kemari. Ia mencicipi bunga-
bunga dan buah-buahan yang tumbuh di tengah-tengah sungai. Ia
juga mencicipiakar-akar pepohonan. Ia memepersilahkan anak-anak
kecil mendekatinya, Ia menaruh kepercayaannya kepada setiap orang.
Ia melantik angkatan kepolisian. Ia menghargai keadilan. Ia
menghormati para pahlawan besar dan musuh-musuhnya yang besar
yang telah ditaklukkannya. Akhirnya ia membacakan sebuah sajak.
Semua orang menjadi sangat terharu.
Para Pengagum:Bagus! Bagus! (Kemudian menangis) Huuu! Huuu! Huuu! Huuu!
Penyiar : Semua orang menangis. (Dari sayap-sayap teater terdengar jeri tangis
orang-orang; Penyiar dan ke-2 Pengagum juga mula menjerit-jerit)
Diam, jangan berisik! (Ke-2 Pengagum diam; dan dari sayap-sayap
teater tidak terdengar lagi sesuatu apa) Mereka telah menyerahkan
kembali celana pemimpin. Pemimpin mengenakannya. Ia kelihatan
gembira! Horeee! (Daru sayap-sayap teaer terdengar: “Bagus! Bagus!”
dll. Pujian. Ke-2 Pengagum memekikkan pula pujian-pujian,
melompat-lompat, tanpa dapat melihat apapun yang sesungguhnya
sedang terjadi). Pemimpin sedang menghisap jempolnya! (Kepadake-2
Pengagum:) Kembali, ayo kembali ke tempat kalia berdua, jangan

7
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

bergerak-gerak, jagalah tingkah laku kalian dan ayo, teriaklah: :Hidup


Pemimpin!”
Para Pengagum:(Denganbadan dirapatkan ke dinding, berteriak:) Hidup, Hidup
Pemimpin!
Penyiar : Diam! Kalian mengacaukan semuanya! Awas, Pemimpin datang!
Pengagum I : (Dalam posisi yang tetap) Pemimpin datang!
Pengagum II : Pemimpin datang!
Penyiar : Awas! Dan diam! Oh! Pemimpin pergi! Ikuti dia! Ikuti dia! (Penyiar
lari keluar ke belakang panggung; ke-2 Pengagum juga meninggalkan
panggung, masing-masing ke kanan dan ke kiri, dan berbarengan
dengan itu dari arah sayap-sayap teater pekik-pekik pujian terdengar
semakin keras yang lambat laun kemudian lenyap dari pendengaran.
Panggung kosong sementara. Pemuda, di ikuti Pemudi, muncul lari
melintasi panggung dari arah kiri-kanan).
Pemuda : (Sambil lari) Engkau tak akan dapat menangkapku! Engkau tak akan
dapat menangkapku! (Terus lari keluar panggung)
Pemudi : (Sambil lari) Tunggu sebentar! Tunggu sebentar! (Terus lari keluar
panggung. Panggung kosong sebentar; kemudian sekali lagi Pemuda-
Pemudi lari masuk melintasi panggunguntuk terus keluar panggung).
Pemuda : Engkau tak akan dapat menangkapku!
Pemudi : Tunggu sebentar! (Mereka ke kanan keluar panggung. Panggung
kosong, Penyiar muncul kembalai di bagian belakang panggung,
disusul Pengagum I dari arah kanan dan Pengagum II dari arah kiri.
Ketiganya bertemu di tengah-tengah panggung).
Pengagum I : Kita tidak dapat menjumpainya!
Pengagum II : Dasar sial!
Penyiar : Salah kalian sendiri!

8
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

Pengagum I : Tidak benar!


Pengagum II : Tidak, itu tidak benar!
Penyiar : Apakah dengan itu kalian menganggap aku yang salah?
Pengagum I : Tidak, bukan itu maksud kami!
Pengagum II : Tidak, bukan itu maksud kami!
(Terdengar dari arah sayap-sayap teater pekik-pekik sambutan dan
“Horeee”! “Horeee”!)
Penyiar : Horeee!
Pengagum II : Dari arah sana! (Sambil menunjuk ke arah belakang panggung)
Pengagum I : Benar dari sana! (Sambil menunjuk ke kiri)
Penyiar : Baiklah. Ikuti aku! Hidup Pemimpin! (Ia lari keluar ke kanan, diikuti
ke-2 Pengagum, juga sambil berteriak)
Para Pengagum:Hidup Pemimpin!
(Mereka pergi meninggalkan panggung. Panggung kosong sebentar.
Pemuda dan Pemudi muncul dari sebelah kiri; Pemuda pergi ke luar
ke arah bagian belakang panggung; Pemudi, setelah berkata “akan
kutangkap engkau”!, lari keluar panggung ke arah kanan. Penyiar
dam ke-2 Pengagum:) Hidup Pemimpin! (Ini diulangi Para
Pengagum. Kemudian berkata lagi kepada ke-2 Pengagum:) Ikuti aku!
Ikuti! Ikuti Pemimpin! (Ia keluar ke arah belakang panggung, sambil
lari dan berteriak:) Ikuti dia!
(Pria Pengagum keluar panggung ke arah kanan, Wanita Pengagum
ke arah kiri. Selama terjadinya semua itu, pekik-pekik pujian
terdengar semakin keras atau semakin lemah, hal mana disesuaikan
dengan kegiatan-kegiatan di atas panggung. Panggung kosong
sebentar, kemudian Pemuda-Pemudi muncul, masing-masing dari
arah kanan dan kiri, sambil berteriak:)

9
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

Pemuda : Akan kutangkap engkau!


Pemudi : Engkau tidak akan dapat menangkapku!
(Mereka lari meninggalkan panggung sambil berteriak:) Hidup
Pemimpin!) (Penyiar dank e-2 Pengagum muncul dari arah belakang
panggung, juga berteriak “Hidup Pemimpin”!, disusul oleh Pemuda-
Pemudi. Kemudian mereka semuanya meninggalkan panggung ke
kanan, berurutan satu-persatu, lari sambil menjerit: Pemimpin! Hidup
Pemimpin! Kita akan dapat berjumpa dengannya! Dari sini! Engkau
tidak akan dapat menangkapku!)
Penyiar : Pemimpin datang. Ini dia Pemimpin. Ayo, ke tempat kalian masing-
masing. Awas, perhatian!
(Pria Pengagum dan Pemudi merapatkan tubuh mereka ke dinding
sebelah kanan; Wanita Pengagum dan Pemuda pada dinidng sebelah
kiri; kedua-dua pasangan saling berpelukkan)
Pengagum I
dan Pemudi : Oh, kekasihku, cintaku!
Pengagum II
dan Pemuda : Oh, kekasihku, cintaku!
(Selama itu penyiar telah mengambil tempatnya kembali,
membelakangi penonton, dengan mata terarah pada bagian belakang
panggung, suara tepuk tangan berkurang, kemudian berhenti sama
sekali)
Penyiar : Diam, jangan bicara. Pemimpin telah memakan supnya. Ia datang. Ia
sudah dekat sekali. (Sambutan-sambutan memuncak; ke-2 Pasangan
berteria:)
Semua : Horeee! Horeee! Hidup Pemimpin!
(Mereka menyebarkan gula-gula sebelum ia tiba. Kemudian Penyiar
sekonyong-konyong meloncat ke samping untuk memberi jalan

10
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

kepada Pemimpin ke-4 pelaku lainnya berdiri tegang dengan tangan-


tangan mereka terbuka ke depan memegang gula-gula, akan tetapi
masih berteriak:) Horeee!
(Pemimpin masuk ke panggung dari arah belakang, maju ke tengah-
depan:) mendekati lampu-lampu menyorot yang ada di bawah,
kelihatan ragu-ragu, melangkah ke kiri, lalu mengambil keputusan
dan meninggalkan panggung dengan langkah-langkah panjang dan
bersemangat, dibarengi dengan “Horeee! Horeee! yang antusias dari
Penyiar dan Horeee! Horeee!” yang hamper-hampir tidak kedengaran
dan tercampur perasaan heran dari ke-4 pelaku-pelaku lainnya.
Mereka itu sebenarnya beralasan untuk merasa heran, sebab
Pemimpin ternyata tidak berkepala, sekalipun memakai topi. Hal ini
dapat dibikin dengan mudah sbb: Pelaku memegang peran Pemimpin
memakai mantel dengan kerah ditarik ke atas sampai menutupi
seluruh kepala dan dahinya, lalu topi ditaruh di atasnya.
Orang bermantel-bertopi tanpa kepala merupakan pemandangan
yang mengejutkan dan menakutkan, dan pasti akan menghasilkan
sensasi tertentu. Setelah Pemimpin meninggalkan panggung, wanita
Pengagum berkata:)
Pengagum II : Tetapi … tetapi … Pemimpin tidak punya kepala!
Penyiar : Untuk apa ia memerlukan kepala jikalau ia seorang jeni!
Pemuda : Itu benar! (Kepada Pemudi:) Siapa namamu?
(Pemuda kepada Wanita Pengagum, Wanita Pengagum kepada
Penyiar, Penyiar kepada Pemudi, Pemudi kepada Pemuda:) Siapa
namamu? Siapa namamu? Siapa namamu? Siapa namamu?(Kemudian,
semuanya bersama-sama, yang satu kepada yang lain:) Siapa namamu?
THE END

11
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

12

Anda mungkin juga menyukai