Anda di halaman 1dari 2

(Masuk 2 orang penjajahh dan 7 (4 cowo, 3 cewe) orang budak yang membawa bakul

menyerahkan hasil kebun serta didorong oleh penjajah)


Ditindas dan dilecehkan
Dihina dan diperbudak
Hanya mampu mengikuti
Dan tak mampu berkutik
Aku pun hanya bisa berdiam diri
Mimpi sudah tak dihargai, dicaci, dimaki, dikhianati
Mental sudah diinjak-injak, dihancur leburkan
Dipora-porandakan… (Panggung sudah bersih)

(2 Penjajah dan 2 budak yang membawa minum masuk, penjajah mencicipi melempar
gelas ke dua budak tersebut… hingga meninggalkan panggung satu persatu)
Rezim yang berkuasa bergerak seenaknya
Perjalanan pun menghadirkan cerita yang akan dikenang
Perjuangan yang begitu panjang

(Pemuda dan 2 budak dan 1 petani masuk berdialog)


Mampu mengubah masa depan
Takkan ada yang berubah
Tanpa adanya pergerakan yang menggerakkan kebenaran
Takan pernah sia-sia
Perjuangan mereka yang gugur atas nama bangsa

(Penjajah masuk membawa pecutan, yang dipecutkan kepada para budak (pecutnya
kelantai ya kids))
Berontak. bergerak. melawan
Pertumpahan darah tak terelakkan

(Intro (Pembaca puisi dan cast masuk panggung semua, cast berdialog))
Pemuda tombak negeriku bergeraklah, jangan hanya membisu
Pemuda tombak negeriku tegakkan kepalamu, kobarkan semangatmu
Dua puluh delapan Oktober 1928, hari yang menjadi saksi dari harapan tanah air
Sumpah layaknya janji suci terdengar hingga menusuk ke hati
All:
SUMPAH PEMUDA
1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air
Indonesia
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia
MERDEKA!!
(Semua meninggalkan panggung)

(Seluruh petani dan budak masuk panggung berdialog)


Sudah tiba saatnya untuk bergerak
Sudah tiba saatnya untuk berontak
Sudah tiba saatnya untuk melawan, melawan penguasa yang bergerak seenaknya
(2 Penjajah masuk, dihajar pentani dan budak, dibuat ketakutan)
Lesahkan tombakmu, jangan hanya berdiam diri
(Semua cast berdiri, sampe puisi selesai dibacakan baru beri salam ke penonton)
Berlindung dibalik naungan rerumputan
Maju lanjutkanlah, kita satu tanah air bangsa dan bahasa.

Anda mungkin juga menyukai