Anda di halaman 1dari 18

GENESA MINERAL

Makalah ini disusun untuk memenuhi


Tugas Mineralogi

oleh :

Adventus Suriady
270110120040

UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR 2013
GENESA MINERAL
Pengertian

Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis (Wikipedia).
Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral.
Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang
sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak
termasuk).
Menurut Para Ahli
Mineral pada umumnya merupakan zat anorganik. ( Murwanto, Helmy, dkk. 1992 )
Maka pengertian yang jelas dari batas mineral oleh beberapa ahli geologi perlu diketahui
walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk definisinya.
Definisi mineral menurut beberapa ahli :
L.G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas batas tertentu dan mempunyai atom
atom yang tersusun secara teratur.
D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara structural homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu
atau dalam batas batas dan mempunyai sifat sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil
suatu kehidupan.

Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan, proses


pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, dan faktor-faktor
pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls). Tujuan utama mempelajari
genesa suatu endapan bahan galian adalah sebagai pegangan dalam menemukan dan
mencari endapan-endapan baru, mengungkapkan sifat-sifat fisik dan kimia endapan bahan
galian, membantu dalam penentuan (penyusunan) model eksplorasi yang akan diterapkan,
serta membantu dalam penentuan metoda penambangan dan pengolahan bahan galian
tersebut.
Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya disebut dengan
endapan primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah melalui pelapukan
atau proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan sekunder
(supergen).

I. Cara Terjadinya Mineral

Mineral merupakan hasil akhir dari proses alam yang kompleks, dimana karakteristik,
Lingkungan Geologi serta Mineral Asosiasinya merupakan tanda yang dapat menerangkan
kondisi sebenarnya dimana ia terbentuk dan kemungkinan terbentuknya pada masa yang
akan datang.

Dilihat dari segi lingkungan formasinya, mineral adalah produk seri yang kompleks dari
bahan kimiawi, fase reaksi (kristalisasinya) yang dilewati melalui suatu permulaan dari
keadaan atom-ataom yang tidak teratur dalam kurun waktu tertentu atau dengan cara yang
homogen, kemudian pada suatu saat dalam formasinya selama pertumbuhannya mineral
berusaha untuk mencapai keadaan seimbang dengan lingkungannya. Hal inilah yang
menyebabkan mengapa setiap perubahan dalam kondisi-kondisi (seperti tekanan, suhu,
keasaman larutan, dll) jika salah satunya terganggu akan mengganggu pertumbuhannya
atau akan membentuk dirinya melalui perubahan-perubahan di dalam pengaturan inti
mineral (seperti kerusakan struktur, present inklusi, zonasi kimiawi).

Secara fase reaksi (kristalisasi), maka proses kristalisasi pembentukan mineral dibagi
menjadi 2 fase, yaitu :

a. Nucleation

Yaitu pembentukan inti dari mineral yang inti tersebut dapat membesar melalui proses
pertumbuhan. Inti terbentuk dari sekumpulan material-material unsur pokok dalam mineral,
yang mana unsur-unsur pokok tersebut akan saling mengikat menjadi unit-unit sel yang
tersebar merata secara acak.

b. Growth & Enlargement (Pertumbuhan & Pembesaran)

Pertumbuhan dan pembesaran dari mineral hanya akan berjalan jika kondisinya baik
(menguntungkan). Pertumbuhan dimulai melalui :

Bertambahnya atau bertumbuhnya lapisan-lapisan secara berturut-turut dari atom-


atom/ion-ion yang dikandungnya.

Pertumbuhan secara berturut-turut dari barisan/deretan atom-atom tersebut dimulai dari


keadaan ketidakteraturan inti permukaan kristal.

Pada percobaan yang dilakukan dari larutan jenuh dapat dilihat bahwa pendinginan yang
berangsur-angsur (setahap demi setahap) hanya akan menghasilkan sedikit inti dengan
pertumbuhan yang seragam/hampir seragam dalam kristal yang besar. Ketika pendinginan
berjalan cepat sebaliknya, akan menghasilkan banyak inti dengan kristal yang kecil-kecil
pada akhir pertumbuhannya.

Dari kenyataan ini, kita tidak dapat mengharapkan bahwa di alam kita akan selalu
menemukan mineral yang menghablur atau mengkristal dengan bentuk Kristal yang jelas
dapat dilihat. Hal ini disebabkan karena jarang sekali ditemukan penghabluran/
pengkristalan yang sempurna. Sudah merupakan suatu keuntungan apabila kita dapat
menemukan mineral yang setengah jadi saja. misalnya sering terlihat pada Kuarsa yang
hanya satu ujungnya saja berbentuk piramida dan sebagian tubuhnya/batangnya saja yang
terlihat. Kita harus puas bila menemukan beberapa sisi atau bidang saja, dan selanjutnya
harus dapat menganalisa sendiri untuk menentukan jenis mineralnya.

Ukuran kristal yang terjadi di alam berbeda-beda dan waktu yang diperlukan untuk proses
pertumbuhannya juga berbeda-beda. Beberapa mineral terbentuk dalam waktu yang
pendek (misalnya kristal-kristal Gypsum), namun kristal-kristal lainnya mengalami
pertumbuhan pada kecepatan kurun waktu geologi yang cukup lama, sebagai contoh sudah
dapat diperhitungkan bahwa beberapa kristal Kuarsa di rongga pegunungan Alpen
memerlukan waktu 200.000 – 300.000 tahun untuk mencapat ukuran dimensinya pada
masa kini. Demikian juga halnya dengan ukuran kristalnya, ada Kristal Kuarsa yang
panjangnya 50 cm atau bahkan lebih, begitu pula halnya Gypsum dan Beryl dan sebaliknya
ada juga kristal Kuarsa, Zircon, Apatite yang hanya sepersekian millimeter saja ukurannya.

II. Komposisi Mineralogi Kerak Bumi

Jumlah bentuk mineral suatu unsure dan lingkungan geologi dimana mineral tersebut
terbentuk sebagian besar dikontrol oleh banyaknya unsure-unsur dan sifat/cirri khas
Geokimianya. Hal yang sangat menarik adalah bahwa kerak bumi yang dibentuk oleh lebih
dari 80 unsur-unsur, hanya mengandung +2000 macam senyawa (yaitu mineral-mineral) dan
kebanyakan daripadanya sangat jarang. Jumlah keseluruhan senyawa anorganik sudah tentu
jauh lebih banyak akan tetapi banyak sekali daripadanya yang tidak dijumpai sebagai
mineral. Hanya senyawa-senyawa yang sangat stabil saja yang terdapat sebagai mineral,
senyawa-senyawa yang kurang stabil tidak akan terbentuk atau bila terbentuk akan segera
terurai. Pembatas jumlah mineral-mineral yang lainnya ialah asosiasi Geokimia dari suatu
unsure-unsur tertentu.

Maka tidak adanya mineral Rubidium, walaupun Rubidium merupakan unsur relatif yang
sangat adalah karena proses geologi tidak dapat memisahkan Rubidium daripada Potassium.
Hal yang sama ke-15 unsur-unsur Rare Earth membentuk mineral sangat sedikit, yang mana
secara keseluruhan membentuk mineral lebih sedikit daripada Antimony, suatu unsure yang
sangat sedikit bila dibandingkan dengan kebanyakan unsur-unsur Rare Earth. Hal ini
sebagian besar diakibatkan oleh sangat miripnya jari-jari ion dari unsure-unsur Rare Earth
dan karakter Lithophilnya yang seragam, akibatnya kimia kristalnya merupakan suatu
unsure tunggal.

Pembatasan variasi mineralogy akan lebih menyolok bila kita memperhatikan suatu
lingkungan geologi tertentu daripada kerak bumi secara keseluruhan. Genesa/Genesis
mineral merupakan tempat atau lingkungan dimana suatu mineral terbentuk. Ada 3 macam
genesa mineral, yaitu:

 Lingkungan magmatik
 Lingkungan sedimen
 Lingkungan metamorfik

A. Lingkungan Magmatik
Lingkungan ini mempunyai karakter yang sangat khas, yaitu memiliki tekanan dan
temperatur yang sangat tinggi, dan tentunya sangat berhubungan dengan aktivitas magma.
Berdasarkan keterjadiannya, lingkungan magmatik ini dibagi menjadi empat tipe,
yaitu Batuan beku, Pegmatit, Urat hidrotermal, dan Deposit mata air panas.

1. Batuan Beku

Tersusun atas mineral-mineral yang sederhana. Terdapat 7 kelompok mineral yang terdapat
pada batuan beku, yaitu : kelompok kuarsa, feldspar, feldspatoid, piroksen, hornblende,
biotit, dan olivin. Kisaran jumlah dari mineral-mineral penting yang terdapat dalam batuan
beku sangat lebar. Ada juga batuan beku yang mengandung hampir 100% mineral yang
sama, contohnya seperti Dunityang hampir seluruhnya tersusun atas mineral olivine.

Berdasarkan warnanya, mineral batuan beku dibagi menjadi 3 kelompok,


yaitu Leucocratic (terang),Mesocratic (sedang), dan Melanocratic (gelap).Pengelompokkan
ini didasarkan pada kandungan dari mineral fero-magnesium. Semakin banyak kandungan
mineral tersebut, maka warna nya akan semakin gelap.

Lingkungan geologi tertentu akan memberikan pengaruh tertentu yang tercermin terhadap
ukuran butir mineralnya. Selain itu tekstur pada batuan beku juga mencerminkan kondisi
pembekuannya, urutan kristalisasi, komposisi, viskositas magma, kecepatan pembekuan,
dan pertumbuhan kristalnya.

Pembekuan kristal yang cepat akan menghasilkan kristal yang kecil. Hal ini disebabkan
karena tidak tersedia waktu yang cukup untuk membentuk kristal yang sempurna. Biasanya
terjadi di permukaan saat kontak langsung dengan air ataupun udara saat magma keluar.
Tekstur yang dihasilkan adalah afanitik (halus). Sedangkan, pembekuan yang lambat akan
menghasilkan membentuk kristal yang besar, karena masih memiliki waktu yang cukup
untuk membentuk itu. Pembekuan yang lambat ini terjadi di dalam perut bumi, dan
menghasilkan batuan beku dengan tekstur faneritik(kasar).

Berdasarkan kandungan SiO2 nya, batuan beku dibedakan menjadi 4 jenis.


Batuan beku asam yang mengandung lebih dari 65% silika, ex: Granit.

Batuan beku menengah (intermediate) yang mengandung silika antara 53%-65%, ex: Diorit,
Syenit.

Batuan beku basa dengan kandungan silika antara 45%-53%, ex: Gabbro.

Batuan beku ultrabasa yang mengandung silika <45%, ex: Dunit, Peridotit.

2. Pegmatit dan Urat-Urat Hidrotermal

Pegmatit ini terbentuk dari cairan silikat sisa proses kristalisasi fraksional yang kaya akan
kandungan alkali, alumunium, mengandung air, dan zat volatil. Cairannya tidak selalu
berbentuk cair disebabkan karena konsentrasi volatil. Apabila mencukupi, tekanan volatil
akan menginjeksi cairan di sepanjang permukaan lemah pada batuan yang merupakan
bagian dari batuan beku intrusi yang sama, ataupun batuan lain yang sudah terbentuk lebih
awal.

Kebanyakan pegmatit yang dijumpai berasosiasi dengan batuan plutonik, umumnya granit.
Pegmatit granit terutama tersusun oleh kuarsa dan feldspar alkali, serta sejumlah muskovit
dan biotit. Dengan demikian, komposisinya mirip dengan granit, namun berbeda dalam
tekstur. Pegmatit bertekstur khusus, yaitu berbutir sangat kasar, dan berbentuk tabular.

3. Deposit Hidrotermal

Merupakan pengembangan dari pegmatit. Ciri-cirinya adalah urat-urat yang mengandung


sulfida, yang mengisi rekahan pada batuan semula. Namun juga dapat berupa suatu massa
tak teratur, yang mengganti seluruh atau sebagian batuan. Proses hidrotermal ini
merupakan suatu proses yang penting dalam pembentukan mineral-mineral bijih.
Berdasarkan tingkat kedalaman dan suhunya, deposit hidrotermal dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu :

 Deposit hidrotermal : suhu antara 300-500 derajat C, dan terbentuk di kedalaman


yang sangat dalam. Dicirikan oleh mineral Molibdenit[MoS2],
Kasiterit [SnO2], Skhelit [CaWO4].
 Deposit mesotermal : suhu antara 200-300 derajat C, dengan kedalaman yang
menengah. Mineral yang mecirikannya adalah mineral-mineral sulfida
seperti Pirit [FeS2], Galena[PbS]. Urat kuarsa mengandung emas yang merupakan
suatu deposit penting, mungkin adalah deposit mesotermal.
 Deposit epitemal : terbentuk pada temperatur rendah, antara 50-200 derajat C.
Mineral pencirinya adalah Perak native [Ag], Emas native [Au], Silvanit [(Au,Ag)Te2].

4. Deposit Air Panas dan Fumarol

Deposit air panas merupakan hidrotermal yang sampai ke permukaan. Mineral yang
dijumpai adalah silika opal, sejumlah kecil sulfur, dan sulfida. Sedangkan, deposit
fumarol terdapat pada gunungapi yang masih aktif. Gas-gas panasnya mengendapkan
mineral-mineral seperti sulfur, dan khlorida, terutama Khlorida Amonium [NH3Cl]. Selain itu,
mungkin juga terdapat Magnetit [Fe3O4], Hematite[Fe2O3], dan Realgar [AsS].

B. Lingkungan Sedimen

Proses sedimentasi merupakan perpaduan dari interaksi atmosfer dan hidrosfer terhadap
lapisan kerak bumi. Dalam proses sedimentasi terdapat fase pelapukan, yang dapat
menyebabkan mineral berubah menjadi mineral-mineral baru yang bersifat lebih stabil
daripada sebelumnya.

Pada kebanyakan lingkungan pengendapan, proses yang berlangsung adalah oksidasi karena
terkena pengaruh dari atmosfer. Namun, di beberapa tempat ada yang tidak terkena kontak
atmosfer, sehingga proses yang berlangsung adalah reduksi.

C. Lingkungan Metamorfik
Lingkungan ini berada jauh di bawah permukaan bumi dengan suhu dan tekanan ekstrem
yang menyebabkan re-kristalisasi pada material batuan, namun tetap terjadi pada fase
padat. Faktor lain yang sangat penting dalam metamorfisme adalah aksi dari cairan
kemikalia aktif, karena cairan tersebut dapat merangsang terjadinya reaksi melalui larutan
dan pengendapan kembali. Jika terjadi perubahan material batuan yang disebabkan oleh
cairan ini, maka prosesnya disebut dengan metasomatisme.

1. Tipe-Tipe Metamorfisme & Batuan Metamorf

Terdapat 2 tipe metamorfisme, yaitu metamorfisme termal, dan regional. Metamorfisme


termal adalah tipe metamorfisme adalah tipe yang berkembang di sekitar tubuh batuan
plutonik. Pada tipe ini, temperatur metamorfisme ditentukan oleh jauh dekatnya dengan
intrusi magma. Batuan khas dari metamorfisme ini adalah batutanduk (hornfels). Batu ini
mempunyai butir yang halus, dan terkadang mengandung mineral yang mempunyai kristal
yang besar. Berdasarkan komposisi mineralnya, batutanduk terbagi menjadi batutanduk
biotit, piroksen, dan silikat gamping.

Metamorfisme regional adalah jenis metamorfisme yang berkembang pada suatu daerah
yang sangat luas, sekitar 1.500 km persegi. Batuan khas dari metamorfisme ini
adalah Gneiss, yang merupakan batuan yang berfoliasi kasar, yang berupa suaru lapisan
yang kontras dengan tebal 1-10mm, dan biasanya berseling di antara mineral terang dan
gelap. Sedangkan Sekis adalah batuan foliasi halus dengan laminasi yang berkembang baik,
sehingga, jika batuan itu pecah, maka akan terpecah pada bidang laminasi tersebut.

2. Mineralogi Batuan Metamorf

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, faktor utama yang mengontrol derajat
metamorfisme adalah temperatur. Namun, batas antara temperatur setiap derajat
metamorfisme tidak dapat diketahui secara pasti.

Dalam prakteknya, derajat metamorfisme dapat diketahui dengan mineraloginya. Yaitu


dengan melihat mineral yang hilang dan muncul secara bersamaan. Contohnya, Biotit
adalah mineral yang paling umum di batuan metamorf, namun tidak ditemukan di
metamorf yang berderajat rendah, dan digantikan dengan Muskovit dan Khlorit.

Dalam batuan metamorf berderajat rendah, mineral plagioklas muncul sebagai albit, yang
akan bertambah kandungan kalsiumnya seiring dengan meningkatnya derajat
metamorfisme. Mineral lain seperi kuarsa dapat ditemukan hampir di semua derajat
metamorfisme, sehingga tidak bisa dijadikan indikator dari derajat metamorfisme.

Tiap lingkungan ini dapat dibagi lagi menjadi Subsidiary Environmentmenurut variasi kondisi
fisik dan komposisi masing-masing mineraloginya tergantung pada temperature dan
tekanan kristalisasi serta variasi dari komposisi kimia material-materialnya. Makasemua
Lingkungan Sedimentary dicirikan oleh range temperature moderate (umumnya 0 - 400) dan
tekanan yang konstan (tekanan atmosfir) tetapi sumber materialnya mungkin batuan beku,
metamorf, sedimen sebelumnya, ore-bearing veins(mineral-mineral yang ada dalam kerak
bumi). Lingkungan magmatik dicirikan oleh temperature high-moderatedan variasi tekanan
gas yang luas akan tetapi umumnya sangat terbatas dalam komposisi kimia. Lingkungan
metamorphic dicirikan oleh range temperature dan tekanan yang luas, dimana materialnya
dapat berasal dari semua batuan yang ada sebelumnya. Oleh karena itu sangat berguna bila
kita memperhatikan asal dan asosiasi dari mineral-mineral yang terdapat di dalam ketiga
group besar di atas. Tabel. Proses dan pembentukan jenis deposit

Proses Deposit yang dihasilkan

Proses Deposit yang dihasilkan


Konsentrasi magmatik Deposit magmatik
Sublimasi Sublimat
Kontak metasomatisme Deposit kontak metasomatik
Konsentrasi hidrotermal Pengisian celah-celah terbuka
Pertukaran ion pada batuan
Sedimentasi Lapisan-lapisan sedimenter
Evaporit.
Pelapukan Konsentrasi residuil
Placer.
Metamorfisme Deposit metamorfik
Hidrologi Air tanah, garam tanah, endapan
caliche.

PROSES-PROSES PEMBENTUKAN DEPOSIT MINERAL

Proses terbentuknya endapan bahan galian oleh kompleks dan sering terbentuk lebih dari
satu proses yang bekerja bersama-sama, meskipun berasal dari satu jenis bahan, misalnya
logam, jika terbentuk oleh proses yang berbeda maka akan menghasilnkan tipe endapan
yang berbeda pula. Contoh :

Endapan bijih besi dapat dihasilkan oleh proses difrensiasi magmatik oleh larutan
hidrotermal, proses sedimentasi atau pelapukan.

Tiap-tiap proses akan menghasilkan endapan bijih besi yang berbeda-beda baik dalam hal
mutu, besarnya cadangan maupun jenis-jenis mineral penyertanya/ikutannya.

Diantara proses-proses/tenaga-tenaga geologi yang bekerja membentuk endapan bahan


galian, maka air memegang peranan yang dominan. Di dalam perannya air dapat dalam
bentuk uap air, air magmatik yang panas, air laut, air sungai, air tanah maupun air
permukaan. Disamping air, maka temperatur, reaksi kimia, sinar matahari, metamorfisme,
tenaga-tenaga arus gelombang juga merupakan faktor-faktor pembentuk endapan bahan
galian.

Mengenal dan mengetahui proses-proses yang dapat membentuk endapan bahan galian ini
sangat membantu dalam pencarian, penemuan dan pengembangan bahan galian. Proses-
proses yang dapat membentuk endapan bahan galian dapat dikelompokkan sebagai berikut:

KONSENTRASI MAGMATIK
Beberapa mineral yang terdapat dalam batuan beku yang mempunyai nilai-nilai ekonomis,
tetapi pada umumnya konsentrasinya (pemekatan dari larutan magma) terlalu kecil untuk
dapat diproduksi secara komersial. Olah karena itu diperlukan suatu proses konsentrasi
untuk dapat mengumpulkan bahan-bahan tersebut dalam suatu defosit yang ekonomis.
Konsentrasi tersebut terjadi pada saat batuan beku masih berupa magma karena itu disebut
konsentrasi oleh proses-proses magmatik/konsentrasi magmatik. Pengecualian pada Intan,
dimana tidak diperlukan konsentrasi, tetapi satu kristal tunggal saja sudah cukup berharga.
Deposit bahan galian sebagai hasil endapan proses magmatik ini memiliki ciri-ciri adanya
hubungan khusus yang dekat dengan batuan beku intrusive dalam atau intrusive menengah.

Konsentrasi magmatik dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Magmatik Awal

a. Kristalisasi tanpa konsentrasi, tipe deposit yang dihasilkan Intan

Magma asal dalam proses pembentukannya bergerak naik ke permukaan bumi akan
mengalami penurunan temperatur secara perlahan-lahan/normal yang akhirnya akan
mengkristal membentuk mineral-mineral dengan suhu yang sesuai dengan derajat
kristalisasinya, dalam hal ini kristalisasi yang berlangsung untuk membentuk tipe deposit
seperti Intan tidak diperlukan konsentrasi, untuk menghasilkannya pada saat dalam keadaan
magma, karena satu kristal tunggal Intan saja sudah cukup berharga dan memiliki nilai
ekonomis yang sangat tinggi.

Intan, merupakan mineral yang sangat keras, umumnya terdapat pada pipa-pipa yang
berbentuk bulat pada batuan plutonik/intrusi yaitu Kimberlite, batuan ini merupakan
batuan ultrabasa yang kaya akan magnesium, tanpa feldspar dan mengandung olivine,
piroksin dan mineral mafik lainnya. Di Indonesia Intanditemukan di Kalimantan,
Banjarmasin, terdapat pada batuan Breksi Pemalite yang mempunyai bentuk butiran kecil.

b. Kristalisasi dan pemisahan, tipe deposit yang dihasilkan Khrom dan Platina

Atau disebut juga diferensiasi kristalisasi, yaitu suatu proses pemisahan magma dimana
magma homogen dalam proses pendinginannya menghasilkan beberapaa fraksi dengan
komposisi yang berbeda-beda (magma heterogen).

Prosesnya : pada saat magma mengalami penurunan temperatur, kristal yang terbentuk
lebih awal memiliki densitas (BJ) yang lebih besar dari larutan magmanya akan
turun/mengendap, maka akan terjadi/terbentuk dua fraksi, pertama akumulasi kristal yang
terbentuk pada awal kristalisasi dan kedua larutan sisa magma, yang mana magma tersebut
akan terkonsentrasi melalui proses kristalisasi dan pemisahan sehingga menghasilkan
endapan deposit seperti Khrom dan Platina.

2. Magmatik Akhir

a. Akumulasi dan atau larutan residual, tipe deposit yang dihasilkan Besi Titan, Platina, Titan
dan Khrom
Proses-proses pada magmatik tahap akhir akan membentuk/menghasilkan akumulasi dan
atau larutan residual dari sisa magma yang belum membeku selama proses perjalanannya
naik ke permukaan bumi.

Tembaga terbentuk secara magmatik pada tahap yang terakhir dalam bentuk logam dalam
korok/gang-gang Kuarsa bersama-sama dengan Pirit dan Galena. Jenis cebakan tembaga
yanglangsung berasal dari magma, ditemukan di Pulau Timor bersama dengan Pirit.

Besi/Bijih Besi sangat diperlukan dalam industri berat. Bijih Besi mempunyai nilai ekonomis
yang penting kalau prosentasi besinya tinggi. Besi terdapat dalam persenyawaan oksida,
karbonat dan sulfida. Endapan Besi yang berarti harus mengandung kira-kira 50 – 60 % Besi.
Bijih Besi terjadi dari pembekuan langsung dari magma maupun dari hasil pelapukan batuan
ultra basa. Sebagai akibat langsung pembentukan magma dapat ditemukan di Sungai Ella
KalBar yang ditemukan Besi Kuliah dalam bentuk lensa. Cebakan-cebakan primer ini
mengandung besi seperti Magnetite, Hematite dan Pirit.

b. Akumulasi dan pemisahan larutan, tipe deposit yang dihasilkan Nikel dan Tembaga

Proses-prose pada magmatik tahap akhir dengan cara akumulasi dan pemisahan larutan
magma selama proses perjalanannya naik ke permukaan bumi juga akan menghasilkan
endapan-endapan bahan galian yang ekonomis antara lain :

Nikel, biasanya terdapat dalam tanah yang terletak di atas batuan Basa, mineral yang
mengandung Nikel ditemukan pada Garnerit dan Pyrhotite. Produksi Nikel terbesar di dunia
ditemukan di Canada yang berhubungan dengan batuan basa Norite, nikel terdapat dalam
mineral Pentlandite dalam bentuk lempeng-lempeng halus dan butiran-butiran kecil
bersama pyrhotite dan chalcopyrite. Di Indonesia tempat penemuan Nikel terdapat di
Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, Nikel ditemukan dalan batuan ultrabasa Peridotite.
Logam ini tidak ditemukan dalam peridotite itu sendiri, akan tetapi sebagai pelapukan
batuan tersebut. Mineral-mineral nikel disini ditemukan dalam Garnerit.

c. Pegmatit

Sifat kimia dan geologi membuktikan bahwa lelehan sisa dari fraksinasi kristalisasi suatu
magma umumnya merupakan suatu cairan silikat yang kaya akan alkali-alkali dan
aluminium, mengandung air serta volatil-volatil lainnya. Residu yang demikian
memungkinkan tidak mempunyai kecairan yang biasanya dari suatu lelehan silikat,
diakibatkan oleh konsentrasi-konsentrasi volatil-volatil. Tekanan-tekanan dari volatil ini
merupakan tenaga penggerak untuk menginjeksikan cairan tersebut ke permukaan-
permukaan yang lemah dalam batuan disekitarnya, yang dapat berupa intrusi yang telah
memadat atau batuan sekitarnya. Dengan jalan demikianlah terbentuknya pegmatite (suatu
massa batuan dengan ukuran butir yang sangat kasar).

Pegmatite dijumpai berasosiasi dengan banyak batuan plutonik, umumnya dengan Granite
yang merupakan hasil fraksinasi kristalisasi suatu magma. Pegmatite-pegmatite granite
terdiri terutama dari Kuarsa dan Alkali Feldspar serta sedikit Muskovite dan Biotite,
demikianlah komposisinya mirip/sama dengan batuan Granit, perbedaan yang utama ialah
dalam teksturnya Pegmatite mempunyai ciri khas ukuran/besar butirnya sangat kasar, dan
bentuk kejadiannya/berbentuk tabular/pipa.

Pegmatite secara ekonomis telah dimanfaatkan untuk :

- Keperluan industri mineral seperti Feldspar, Muscovite, Phlogopit, Tourmalin (Gem quality)
dan Kuarsa.

- Mineral-mineral yang digunakan sebagai bahan mentah bagi unsur-unsur jarang seperti
Berillium (Beril), Nisbium dan Tantalum (Columbite-Tantalite), Lithium (Lepidote) dan
Tungsten (Wolfromite).

SUBLIMASI

4. Batu Mulia (Gemstone) Intan, Garnet (Almandit), Peridotite

Proses sublimasi merupakan proses yang tidak begitu berarti dalam pembentukan bahan
galian, tetapi memang ada bahan galian yang terbentuk oleh proses ini. Proses sublimasi
menyangkut perubahan langsung dari keadaan gas atau uap menjadi keadaan padat, tanpa
melalui fase cair. Proses ini berhubungan erat dengan kegiatan gunung berapi dan fumarol,
tetapi sublimat yang dihasilkan sering jumlahnya tidak cukup banyak untuk dapat ditambang
secara menguntungkan. Belerang adalah bahan galian yang terjadi sebagai akibat proses
sublimasi, yang secara lokal sering cukup menguntungkan untuk ditambang. Disamping
belerang sering juga dapat dijumpai garam-garam klorida dari besi, tembaga, seng dan
garam-garam dari logam alkali lainnya, tetapi umumnya relatif sangat kecil untuk dapat
ditambang secara menguntungkan.

ENDAPAN MATA AIR PANAS/HOT SPRING DAN FUMAROLE

Hot Springs/Mata Air Panas Yaitu larutan hidrotermal yang mencapai dan muncul di
permukaan bumi (larutan hidrotermal adalah larutan sisa magma yang mengandung unsur-
unsur logam yang berada di dalam magma). Umumnya hot springs sudah
terencerkan/tercampur oleh air tanah, maka kandungan mineralnya sangat rendah. Namun
kadang-kadang disekitar hot spring diendapkan opaline silika/sintersilika yang merupakan
endapan silika yang terlarut dalam air panas, atau tufa gampingan karena ikut terlarutnya
CaCO3. Selain itu juga kadang-kadang diendapakan Sulfur dan sulfida-sulfida dalam jumlah
yang kecil. Sebagai contoh : Sulfur Bank di California yang merupakan endapan hot spring
yang ditambang sebagai tambang mercury. Endapan-endapan hot spring umumnya
berasosiasi pada jalur gunungapi dengan sumber panas yang relatif agak dangkal/dimana
akan terbentuk daerah-daerah panas bumi yang dipermukaannya teramati sebagai sumber
air panas, lapangan Fumarole, Solfatar dan kubangan lumpur panas. Masa air panas yang
terbentuk di dalam bumi pada suatu saat akan merembes/mencapai permukaan bumi
membentuk sumber-sumber air panas. Fumarole Fumarole pada umumnya berasosiasi
dengan aktifitas susulan dari kegiatan gunungapi setelah erupsi/letusan yang sebenarnya.
Biasanya aktifitas susulan dari gunung api (post vulkanik) ditandai dengan gejala-gejala di
daerah gunungapi berupa :
Fumarole, Solfatar, Mofet dan Geyser yang umumnya mengandung jenis-jenis asam dan
bahan-bahan lainnya pembentuk mineral. Lingkungan terbentuknya Fumarole di daerah
gunungapi yang masih aktif dimana gas-gas panas sedang aktif mengendapkan mineral-
mineral, merupakan lingkungan yang terbatas dimana kita dapat menyaksikan proses
pembentukan mineral sesungguhnya di alam.

KONSENTERASI HIDROTERMAL

Produk akhir dari proses diferensiasi magmatik adalah suatu larutan yang disebut larutan
sisa magma, yang mungkin dapat mengadung konsenterasi logam yang dulunya berada
dalam magma. Larutan sisa magma ini yang juga disebut larutan hidrotermal, banyak
mengandung logam-logam yang berasal dari magma yang sedang membeku dan
diendapkan ditempat-tempat sekitar magma yang sedang membeku tadi. Larutan ini makin
jauh letaknya dari magma makin kehilangan panasnya, sehingga dikenal tipe-tipe deposit :

deposit hidrotermal suhu tinggi di tempat yang terdekat dengan intrusi

deposit hidrotermal suhu menengah ditempat yang agak jauh

deposit hidrotermal suhu rendah di tempat yang terjauh.

Syarat-syarat penting untuk terjadinya deposit hidrotermal adalah :

a. Adanya larutan yang mampu melarutkan mineral-mineral.

b. Adanya tekanan atau rongga pada batuan yang dapat dilewati larutan.

c. Adanya tempat dimana larutan dapat mendepositkan kandungan mineralnya.

d. Ada reaksi kimia yang menghasilkan pengendapan mineral baru.

e. Konsentrasi mineral yang cukup dalam deposit sehingga menguntungkan kalau


ditambang.

Cara-cara mendepositkan mineral-mineral yang dikandungnya :

1. Cavity Filling Deposit

Yaitu tipe endapan hidrotermal yang mendepositkan mineral-mineral yang dikandungnya


dengan cara mengisi rekahan-rekahan/rongga country rock yang dilaluinya, sehingga akan
membentuk Deposit Celah (Cavity Filling Deposit).

Banyak endapan-endapan mineral penting terbentuk dengan cara ini, dan sering
menghasilkan bentuk-bentuk kristal yang baik dari mineral-mineral bijih. Secara umum
deposit celah terjadi pada daerah dengan suhu dan tekanan yang rendah, sehingga dapat
disimpulkan terjadi pada daerah yang terjauh dari tubuh intrusi (Deposit Epitermal).

2. Replacement Deposit
Yaitu tipe endapan hidrotermal yang mendepositkan mineral-mineral yang dikandungnya
dengan cara mengganti batuan yang telah ada/country rock, sehingga akan membentuk
deposit pengganti (Replacement Deposit). Seperti endapanporphyry cooperdi Utah dan
Arizona, dimana mineral-mineral bijihnya secara luas tersebar dalam suatu badan/tubuh
batuan yang luas.

Secara umum deposit Replacement terjadi pada kondisi suhu dan tekanan yang tinggi,
sehingga dapat disimpulkan terjadi pada daerah lebih dekat batuan intrusi

(Deposit Hipotermal).

Seorang ahli yang mempelajari endapan-endapan Hidrotermal, LINDGREN, secara khusus


membagi endapan-endapan hidrotermal berdasarkan mineralogi dan caram terjadinya
(menunjukkan kondisi asal yang berbeda) menjadi 3 tipe, yaitu :

1. Deposit Hipotermal

Terbentuk pada suhu yang cukup tinggi (300 C – 500 C) pada kedalaman yang cukup dalam
dari kerak bumi, terdapat di tempat yang terdekat dari tubuh intrusi. Tipe-tipe endapan
yang dihasilkan vein-vein Cassiterite dan Tungsten serta endapan-endapan Molybdenite.

2. Deposit Mesotermal

Terbentuk pada suhu yang sedang (200C - 300C) pada kedalaman yang menengah dari kerak
bumi, terdapat di tempat yang agak jauh dari tubuh intrusi. Tipe-tipe endapan yang
dihasilkan Sulfida dari Iron, Lead, Zinc, Cooper dan Gold bearing vein.

3. Deposit Epitermal

Terbentuk pada suhu yang rendah (50C - 200C) pada kedalaman yang tidak terlalu dalam,
terdapat di tempat yang terjauh dari tubuh intrusi. Tipe-tipe endapan yang dihasilkan
Antimony (Stibnite), Mercury (Cinnabar), Silver (Native Silver dan Silver Sulfida), Gold dan
Endapan Zinc.

SEDIMENTASI

Proses-proses sedimentasi tidak saja menghasilkan batuan-batuan sedimen, tetapi dapat


juga menghasilkan deposit-deposit mineral berharga seperti mangan, besi, tembaga,
batubara, karbonat, tanah lempung, belerang, lempung pemurni (fuller’s earth atau
bleekarde), lempung bentonit, tanah diatome, dan secara tidak langsung deposit vanadium-
uranium. Meskipun demikian deposit-deposit tersebut sebenarnya juga batuan sedimen,
yang kebetulan karena sifat-sifat kimiawi dan fisikanya kemudian menjadi sangat berharga.
Karenanya, cara terbentuknya juga sama dengan cara terbentuknya batuan sedimen, harus
ada batuan yang bertindak sebagai sumber (asal), harus ada suatu proses yang mengangkut
dan mengumpulkan bahan-bahan hasil rombakan batuan asal, dan akhirnya pengendapan
hasil rombakan tersebut pada suatu cekungan pengendapan tertentu. Kemudian mungkin
saja dapat terjadi alterasi kimiawi ataupun kompaksi dan perubahan-perubahan lain pada
endapan tersebut. Jadi dalam proses di atas jelaslah bahwa batuan asal haruslah mengalami
pelapukan terlebih dahulu, baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia, sebelum diangkut
dan diendapkan ditempat lain. Jenis batuan asal, cara pengangkutannya, dan lingkungan
pengendapan dimana bahan-bahan tersebut akan diendapkan kembali, pada umumnya
akan serupa bagi satu jenis bahan tertentu. Termasuk dalam proses sedimentasi ini
pengendapan deposit mineral akibat penguapan (evaporation). Proses penguapan ini paling
baik terjadi di daerah beriklim panas dan kering. Air tanah, air danau atau air pada daerah
laut yang tertutup seperti laguna, dapat menghasilkan deposit-deposit mineral sebagai
akibat proses penguapan. Juga sumber-sumber air panas dapat menghasilkan deposit
serupa. Deposit-deposti mineral yang terjadi oleh proses ini adalah garam dapur dari
penguapan air laut atau air tanah yang asin, gipsum dan anhidrit berasal dari penguapan
daerah lagun atau kadang-kadang dapat juga dari daerah rawa-rawa, garam-garam kalium
dari penguapan air laut, dan dari penguapan air tanah dapat diendapkan garam-garam
natrium karbonat, kalsium karbonat, garam nitrat dan natrium sulfat.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ketahanan mineral terhadap pecahan karena


pelapukan kimia, lingkungan dan cara terbentuknya, sedimen dapat diklasifikasikan menjadi
6 golongan, yaitu :

1. Resistate

Merupakan endapan yang tersusun atas mineral yang tahan terhadap pelapukan, sehingga
tidak mengalami perubahan. Salah satu mineral yang dikenal paling tahan terhadap
pelapukan adalah Kuarsa [SiO2]. Kadar silika dalam sedimen-sedimen resistat dapat
mencapai 90%, sehingga sangat cocok untuk digunakan sebagai sumber dalam
perindustrian.

Mineral-mineral lainnya yang tahan terhadap pelapukan adalah Zirkon [ZrSiO4],


Andalusit [Al2SiO5], Topaz [Al2SiO4(OH,F)2]. Endapan resistat disebut juga sebagai “placer
deposit” karena bernilai ekonomi.

2. Hydrolysate

Terbentuk dari mineral-mineral silikat yang mengalami proses dekomposisi kimia. Mineral
yang paling umum terdapat di endapan ini adalah mineral lempung, berupa aluminosilikat
hidrat yang bertekstur filosilikat dengan ukuran butir yang sangat halus.

Di daerah tropis, tempat dimana perbedaan basah dan kering sangat kontras, proses
pelapukan akan terjadi lebih baik, dan dapat menghasilkan endapan aluminosilikat yang
sangat bagus. Yaitu, dengan hilangnya kandungan silika, dan meninggalkan residu berupa
oksida alumunium hidrat, seperti Gibsit [Al(OH)3]. Residu ini dikenal dengan “endapan
bauksit”, merupakan endapan komersial yang menghasilkan bijih alumunium.

3. Oxydate

Merupakan endapan hidroksida feri, yang merupakan hasil oksidasi senyawa besi dalam
suatu larutan, dan mengendap. Contohnya adalah Gutit [HFeO2] yang memberikan warna
coklat, dan Hematit [Fe2O3] yang memberikan warna merah. Bila kedua mineral ini terdapat
dalam jumlah yang besar, maka dapat menjadi sangat bernilai karena bijih besinya.

Mineral lainnya yang terdapat pada endapan oksidat adalah mangan. Contohnya
adalah Manganit [MnO(OH)], dan Psilomelane [(Ba,H2O)2Mn5O10], yang sebagian besar
tersusun atas MnO2.

4. Reduzate

Terbentuk karena proses reduksi, dikarenakan tempat terbentuknya yang terisolir dari
atmosfer, sehingga kekurangan oksigen. Endapan jenis ini jarang sekali dijumpai.

Di laut, biasanya endapan ini terdapat pada daerah palung. Dengan kondisi yang tenang,
pengendapan material-material organik, akan menyebabkan berkurangnya oksigen, dan
terbentuk H2S. Contoh mineral yang terbentuk adalah Pirit (pada keadaan asam), dan
Markasit (pada keadaan yang lebih asam).

Di darat, pengendapan dari bahan rombakan tumbuhan-tumbuhan akhirnya akan berubah


menjadi lapisan-lapisan batubara. Dengan keadaan reduksi yang tinggi, memungkinkan
terjadinya pengendapan karbonat fero berupa Siderit, yang dapat digunakan menjadi
deposit bijih besi.

Mineral lain yang terbentuk dalam suasana reduksi adalah Sulfur [Cu], yang biasanya
dijumpai berasosiasi dengan kubah garam dan minyak bumi.

5. Precipitate

Endapan ini berhubungan dengan berbagai aktivitas organisme yang mensekresi gamping,
maka dari itu tempat yang paling baik bagi pengendapan jenis ini (karbonatan) adalah di
bawah laut.

Bentuk kalsium karbonat yang paling stabil adalahKalsit, namun dapat juga
terbentuk Aragonit. Araganit dapat berubah menjadi kalsit, ataupun tetap menjadi aragonit,
hal itu dapat terjadi apabila strukturnya berubah menjadi lebih stabil, karena kandungan
ion-ion asing. Selain itu, kalsit dan aragonit dapat diendapkan di lingkungan terestrial,
seperti di dalam gua batugamping, yang di sekelilingnya terdapat mata air yang jenuh akan
kandungan CaCO3.

Salah satu presipitat laut yang jarang ditemukan, namun sangat bernilai dari segi ekonomi
adalah Fosforit yang digunakan sebagai sumber pupuk fosfat.Seperti yang kita ketahui, air
laut di bagian dasar samudera sangat jenuh oleh fosfat kalsium, dan karena terjadi
perubahan pada kondisi fisik-kimianya, walaupun hanya sedikit akan menyebabkan fosforit
terpresipitasi. Bila sedimentasi dari bahan-bahan lainnya lebih sedikit, maka akan terbentuk
lapisan fosforit yang lebih murni.

6. Evaporite
Proses penting dalam pembentukan sedimen evaporit adalah penguapan. Endapan ini
mempunyai fungsi khusus, yaitu untuk menginterpretasi sejarah geologi daerah itu, sebagai
indikator untuk keadaan yang kering. Berdasarkan asal mula pengendapannya, sedimen
evaporit dibagi menjadi 2, yaitu:

Endapan evaporit marin terbentuk di laut yang disebabkan oleh air laut yang menguap.
Apabila air laut menguap pada keadaan yang alami, maka yang pertama kali akan
mengendap adalah kalsium karbonat, diikuti oleh dolomit. Dengan berlanjutnya evaporasi,
terendapkanlah kalsium sulfat, yang dapat berupa gipsum, yang bergantung kepada
temperatur dan salinitas air laut, dan pada giliran berikutnya akan terbentuk halit.
Kebanyakan endapan evaporit terdiri atas kalsium karbonat, namun pada keadaan tertentu
dapat juga terendapkan garam kalsium dan magnesium.

Endapan evaporit non marin relatif jarang ditemui, atau sangat terbatas, baik dalam
penyebarannya maupun besarnya, tetapi sangat penting dalam arti ekonomi, karena
endapan ini menghasilkan senyawa Boron [B] dan Yodium[I]. Endapan ini terbentuk di darat
karena menguapnya suatu danau garam. Disamping kedua senyawa tadi, terkandung pula
nitrat-nitrat, sejumlah garam kalsium, bromida, dan gipsum.

PELAPUKAN

Proses pelapukan yang meskipun berjalan lambat tetapi teru-menerus dalam jangka waktu
lama, sehingga pada akhirnya batuan dan mineral-mineral yang dikandungnya akan
mengalami disintregasi sebagai akibat pelapukan fisik dan dekomposisi sebagai akibat
pelapukan kimiawi. Pelapukan fisika dan kimiawi terdiri dari bermacam-macam proses yang
dapat bekerja sendiri-sendiri ataupun secara bersama sama. Pelapukan kimiawi banyak
terjadi di daerah yang beriklim basah dan panas seperti di Indonesia ini, sedang pelapukan
fisik lebih menonjol di daerah yang beriklim kering.

KONTAK METASOMATISME

Pada saat magma yang pijar dan sangat panas menerobos lapisan batuan, magma tersebut
makin lama akan makin kehilangan panasnya akhirnya akan membeku menjadi batuan beku
intrusif. Proses tersebut dapat terjadi pada keadaan yang dangkal, menengah ataupun pada
kedalaman yang besar, sehingga dikenal adanya batuan beku intrusif dangkal, menengah
ataupun dalam. Dalam proses tersebut akan terlihat adanya tekanan dan suhu yang sangat
tinggi terutama pada kontak terobosannya, antara magma yang masih cair dengan batuan
disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: NOVA

Asosiasi dan Genesa Mineral, Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Universitas Palangkaraya ,
Fahrul Indrajaya ST

Pough, Frederick H. 1988. A Field Guide to Rocks and Minerals. New York: Houghton Mifflin
Company

http://bosstambang.com/Geology/genesa-minerals.html

http://www.scribd.com/doc/130923969/Kelompok-7-Genesa-Mineral-Pada-Lingkungan-
Sedimentary-Dan-Mineral-Lempung

http://id.wikipedia.org/wiki/Mineral

http://pillowlava.wordpress.com/2012/01/01/genesa-mineral/

http://www.scribd.com/doc/136663422/Genesa-Mineral

http://www.minsocam.org/msa/ima/ima98(04).pdf Ernest H. Nickel, 1995, The definition of a


mineral, The Canadian Mineralogist, vol. 33, pp. 689 – 690

Anda mungkin juga menyukai