Scalp Nerve Block Pada Kraniotomi Evakuasi Pasien PDF
Scalp Nerve Block Pada Kraniotomi Evakuasi Pasien PDF
[JAP. 2013;1(3):197–204]
LAPORAN KASUS
Abstrak
Insisi kulit dan kraniotomi selama operasi intrakranial merupakan stimulus berbahaya yang dapat
menghasilkan stress response yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Scalp nerve block
efektif dalam mengurangi stress response ini, selain itu juga dapat digunakan sebagai analgetik pascabedah.
Seorang laki-laki usia 22 tahun dengan moderate head injury, subdural hemorrhage, dan intracerebral
hemorrhage at regio fronto-temporo-parietal dextra dilakukan kraniotomi evakuasi dalam combined scalp
nerve block - general anesthesia di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung pada tanggal 14 Agustus
2012. Setelah dilakukan induksi dan sebelum insisi dilakukan scalp nerve block dengan bupivakain 0,5%.
Hemodinamik (tekanan darah dan denyut jantung) setelah insisi kulit dan kraniotomi, serta glukosa darah
pascabedah tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Analgetik pascabedah baru diberikan setelah 8
jam sejak dilakukan blok. Hasil ini menunjukkan scalp nerve block menggunakan bupivakain 0,5% mampu
menumpulkan stress response dan dapat digunakan sebagai analgetik pascabedah.
Abstract
Skin incision and craniotomy are recognized as an acute noxious stimulation during intracranial surgery
which may result in stress response causing an increase in intracranial pressure. Scalp nerve block may be
effective in reducing stress response. It can also be used to provide post operative analgesia. A twenty two
years old male with moderate head injury, subdural hemorrhage, intracerebral hemorrhage at right fronto-
temporo-parietal region underwent evacuation craniotomy with combined scalp nerve block and general
anesthesia at Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung on August 14th 2012. After induction and before incision
of the skin, a scalp nerve block was performed using 0.5% bupivacaine. Hemodynamic (blood pressure
and heart rate) changes after incision of the skin and craniotomy were not significant, and so was post-
operative blood glucose concentration. Post operative analgetic was given eight hours after the block. The
result demonstrates that scalp nerve block using 0.5% bupivacaine successfully blunts stress response and
can be used as post operative analgesia.
Korespondensi: Mariko Gunadi, dr., Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran-RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Jl. Pasteur No. 38, Bandung, Tlp 022-203 8285- 022-203-8056, Mobile
0812-20000384, Email marico_doc@yahoo.com
197
198 Jurnal Anestesi Perioperatif
ronki dan wheezing. Pemeriksaan abdomen, hemoglobin 12,5 g/dL, hematokrit 34,5%,
didapatkan datar, lembut, bising usus normal. leukosit 8.000/µL, trombosit 309.000/µL,
Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan waktu perdarahan 1 menit, waktu pembekuan
akral hangat, capillary refil <2 detik, dan tidak 7 menit 30 detik, kadar natrium serum 138
ada paresis atau defisit neurologis lainnya. mmol/L, kalium 3,1 mmol/L, kalsium 9,2
Hasil pemeriksaan darah didapatkan nilai mmol/L, klorida 114 mmol/L, dan gula darah
sewaktu 85 mg/dL.
Rontgen toraks didapatkan gambaran dalam
batas normal, elektrokardiografi didapatkan
Saraf irama sinus dengan laju jantung 107x/menit,
supraorbital
kesan hasil computed thommography scanning
Saraf
supratroklear
Ekspansi medial dari blok supraorbita; 1 jari medial dari blok saraf
supraorbitra; pertahankan di atas garis alis mata; ropivakain 0,5%,
1–3 mL
adalah subdural hemorrhage dan intracerebral dengan tekanan darah 130/70 mmHg serta
hemorrhage. laju napas 98x/menit. Pemeliharaan anestesi
Keadaan pasien sebelum induksi dengan menggunakan isofluran 0,6–0,8 vol%, O2:N2O
kesadaran GCS E2M5V3, tekanan darah 130/70 (70:30), propofol kontinu 25–50 µg/kgBB/
mmHg, laju nadi 102x/menit, laju napas 18x/ menit, serta vekuronium intermiten 2 mg/30
menit, SpO2 99% dengan kanul nasal 3 L/menit. menit.
Tindakan anestesi dilakukan dengan anestesi Setelah intubasi, dilakukan scalp nerve block
umum dan dikombinasikan dengan scalp nerve mempergunakan bupivakain 0,5% sebanyak
block. Induksi dilakukan dengan propofol 150 20,5 mL, terdiri atas nervus supratroklear,
mg, analgetik fentanil 150 µg, lidokain 60 mg, supraorbital dekstra dan juga sinistra masing-
serta pelemas otot vekuronium 6 mg. Intubasi masing 1,5 mL, nervus zigomatikotemporal
dengan endotracheal tube no. 7,5 kedalaman dekstra dan juga sinistra masing-masing 2 mL,
22 cm, keadaan hemodinamik setelah intubasi nervus aurikulotemporal dekstra dan sinistra
lemak, serta protein. Kortisol menyebabkan respons hiperglikemia katabolik. Keadaan ini
pemecahan protein serta glukoneogenesis di disebabkan karena inhibisi adrenergik α dari
hati. Penggunaan glukosa oleh sel dihambat, sekresi sel β. Sebagai tambahan, terjadi juga
sehingga konsentrasi gula darah meningkat. kegagalan respons sel terhadap insulin yang
Kortisol mengakibatkan proses lipolisis yang disebut insulin resistance yang terjadi selama
akan meningkatkan produksi prekursor untuk periode perioperatif.
glukoneogenesis yang berasal dari pemecahan Pada pasien ini tidak mengalami perubahan
trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak. hemodinamik yang bermakna saat mendapat
Sekresi growth hormone akan meningkat rangsang nyeri akibat insisi serta pengeboran
sebagai respons proses pembedahan. Growth tulang tengkorak, keadaan ini menunjukkan
hormone disekresikan oleh hipofisis anterior bahwa selama operasi tidak terdapat gejolak
distimulasi growth hormone releasing factor hemodinamik disebabkan oleh stress response
dari hipotalamus. Growth hormone juga dikenal (Tabel 1), sehingga selama operasi berlangsung
dengan sebutan somatotropin yang memiliki tidak diperlukan pemberian analgetik fentanil
peran utama dalam regulasi pertumbuhan, tambahan.
khususnya pada periode perinatal serta anak- Respons hiperglikemia yang terjadi pada
anak. Mekanisme kerja dimediasi oleh homon pasien tersebut juga dapat dikurangi, glukosa
protein kecil yang disebut insulin-like growth darah sewaktu prabedah adalah 85 mg/dL dan
factors (IGFs), terutama IGF-1 yang diproduksi menjadi 93 mg/dL pada saat pascabedah.
oleh sel hati, otot, dan jaringan lain sebagai Scalp memiliki persarafan yang kompleks
respons terhadap stimulasi growth hormone. terdiri atas beberapa saraf.4 Enam saraf harus
Selain itu, growth hormone juga memiliki diblokade pada kedua sisi untuk menganestesi
efek pada metabolisme, yaitu menstimulasi scalp secara lengkap, yaitu saraf supratroklear,
sintesis protein serta menginhibisi pemecahan supraorbital, oksipital minor dan juga mayor,
protein, menyebabkan lipolisis serta memiliki zigomatikotemporal, serta aurikulotemporal
efek antiinsulin sehingga menginhibisi uptake (Gambar 1).
dan juga penggunaan glukosa oleh sel sehingga Kontribusi saraf aurikular mayor dan juga
dapat menyediakan cadangan glukosa yang oksipital ketiga tidak terlalu besar disebabkan
digunakan oleh sel-sel saraf pada situasi kadar karena saraf ini jarang mempersarafi daerah
glukosa yang rendah. Growth hormone juga pembedahan. Deskripsi untuk blok setiap saraf
menstimulasi glikogenolisis oleh hati. Sekresi adalah sebagai berikut:5 1). Saraf supraorbital
growth hormone dari hipofisis akan meningkat diblokade tepat di atas supraorbital notch dan
sebagai respons terhadap pembedahan serta obat anestesi lokal akan disuntikkan superfisial
trauma yang bergantung pada berat cedera dari periosteum, 2). Blokade cabang temporal
yang terjadi. saraf aurikulotemporal pada daerah posterior
Insulin merupakan hormon anabolik yang arteri temporal superfisial, setinggi meatus
utama. Insulin disintesis serta disekresi oleh auditorius. Penyuntikan dilakukan superfisial
sel β pankreas yang dilepaskan setelah intake dan subkutan. Akibat penyuntikan yang terlalu
makanan, ketika konsentrasi gula darah serta dalam akan menghasilkan blokade saraf fasial,
asam amino meningkat. Insulin menyebabkan 3). Cabang utama saraf zigomatikotemporal
uptake glukosa oleh jaringan otot dan lemak keluar dari fasia temporalis dekat batas lateral
serta mengonversi glukosa menjadi glikogen rongga orbita. Banyak terdapat cabang-cabang
dan trigliserida. Di samping itu, insulin akan kecil di dalam otot temporalis yang penting
menstimulasi proses pembentukan glikogen diblok untuk mencakup daerah insisi flap yang
dari glukosa di hati. Katabolisme protein serta berasal dari temporal. Infiltrasi di atas zigoma
lipolisis diinhibisi oleh insulin. melalui otot temporalis dan hampir mencapai
Konsentrasi insulin akan berkurang setelah periosteum tulang temporal akan memberikan
induksi anestesi. Selama pembedahan terjadi hasil yang lebih baik tanpa mengakibatkan
kegagalan sekresi insulin untuk mengimbangi blokade saraf fasial, 4). Saraf oksipital minor
dapat diblok secara dalam maupun superfisial hematoma subdural di dalam anestesia lokal,
dari fasia pada batas posterior bagian atas otot kualitas blok mampu menjamin dilakukannya
sternokleidomastoideus, 5). Saraf oksipital prosedur tersebut. Bahkan, walaupun fiksasi
mayor diblokade dengan penyuntikan secara kepala tidak dipergunakan, anestesia regional
subkutan sepanjang sepertiga tengah dari garis pada scalp tetap saja berguna untuk drainase
antara prosesus mastoideus serta protuberasi bedah pada perdarahan subdural kronik.3
oksipital eksterna sepanjang superior nuchal Infiltrasi obat anestesi dilakukan pada saat
ridge. Penyuntikan ini juga akan memperkuat pasien sudah teranestesi, setelah dilakukan
blokade saraf oksipitalis minor ketika saraf ini preparasi kulit, dan sebelum drapping. Apabila
mencapai subkutis (Tabel 1 dan Gambar 2). digunakan fiksasi kepala, maka infiltrasi harus
Pada bedah saraf intrakranial, scalp nerve dilakukan sebelum pemasangan pin dan harus
block bertujuan untuk mencegah perubahan dilakukan pada seluruh scalp. Pemakaiannya
hemodinamik sistemik dan regional pada otak, dapat untuk analgesia pascabedah. Pada kasus
seperti pada saat insisi kulit. Potensi morbiditas operasi yang lama, dapat dilakukan infiltrasi
akibat episode hipertensi-takikardia, bahkan ulang pada saat penutupan kulit.3
saat pasien teranestesi dalam terjadi efek Pada akhir pembedahan tidak diberikan
sekunder peningkatan aliran darah otak dan analgetik bolus. Obat analgetik baru diberikan
efek samping pada tekanan intrakranial.1–3 5 jam pascabedah atau 9 jam setelah dilakukan
Beberapa penelitian telah memperlihatkan scalp nerve block. Pada prosedur kraniotomi
kegunaan scalp nerve block pada kraniotomi. yang singkat seperti kasus trauma pada pasien
Scalp nerve block dapat memberikan anestesi ini, scalp nerve block yang dilakukan sebelum
lokal pada kulit, jaringan subkutis, otot, serta insisi dapat pula digunakan sebagai analgetik
daerah periosteum eksternal tulang tengkorak. pascabedah. Untuk pembedahan kraniotomi
Bagian periosteum internal serta duramater, yang lama seperti kasus tumor intrakranial,
dipersarafi saraf satelit dari pembuluh darah penggunaan scalp nerve block sebagai analgetik
meningeal, tidak akan terblok dengan infiltrasi pascabedah mungkin perlu dilakukan ulang
tersebut, tetapi bagian tersebut dianggap tidak setelah kraniotomi selesai dikerjakan.
terlalu sensitif.3
Infiltrasi scalp dengan mempergunakan 20 Simpulan
mL 0,5% bupivakain menunjukkan stabilitas
denyut jantung dan juga perubahan tekanan Scalp nerve block mempergunakan bupivakain
darah tidak bermakna selama kraniotomi.1,3 0,5% sebelum insisi dapat mengurangi stress
Akibat infiltrasi ini juga tidak memperlihatkan response akibat proses pembedahan. Respons
perubahan besar pada aliran darah otak saat hipertensi serta takikardia berkurang selama
dilakukan insisi kulit kepala.3 Infiltrasi scalp dilakukan insisi scalp dan kraniotomi; respons
mempergunakan 0,125% bupivakain dengan hiperglikemia juga berkurang. Selain itu, scalp
epinefrin (1:400.000) juga dapat mencegah nerve block mengurangi kebutuhan fentanil
perubahan hemodinamik yang berhubungan selama operasi berlangsung dan juga dapat
dengan insisi kulit kepala.1,3 digunakan untuk analgesia pascabedah.
Infiltrasi yang luas pada daerah scalp lebih
efektif daripada blok hanya pada 3 titik dari Daftar Pustaka
daerah fiksasi kepala. Blokade semua saraf yang
mempersarafi scalp, termasuk saraf oksipital 1. Tuchinda L, Somboonviboon W,
mayor dan minor, supraorbita, supratroklear, Supbornsug K, Worathongchai S,
zigomatikotemporal, aurikulotemporal, serta Limutaitip S. Bupivacain scalp nerve
aurikular mayor lebih efektif bila dibandingkan block: hemodynamic response during
dengan infiltrasi lokal atau infiltrasi yang luas.3 craniotomy, intraoperative and post-
Semua kraniotomi mendapat keuntungan operative analgesia. Asian Biomedicine.
dari teknik scalp nerve block. Selama evakuasi