Anda di halaman 1dari 10

Langkah kompresi adalah langkah pemampatan campuran bann bak

dan udara di dalam ruang silinder, sehingga terjadi kenaikan tekanan dan

temperatur di dalam ruang silinder tersebut. Pada proses kompresi dianggap

adiabatis, yaitu tidak ada pemasukan dan pengeluaran panas. Untuk perhitungan

pada langkah ini, harus diketahui nilai eksponen adiabatik untuk rektan (k).

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

P.V-C

PV.-PVZ

(Khovakh, 1979: 111)

Untuk mencari temperatur pada langkah kompresi digunakan rumus

1-7

(Khovakh, 1979: 111)

dimana :

ud r= Perband ingan kompresi

T = Temperatur akhir langkah hisap (K)

T, = Temperatur pada saat langkah kompresi ( K)

P Tekanan akhir langkah hisap (kg/m)

P = Tekanan pada saat langkah kompresi (kg/m)

Pada langkah kompresi ini campuran bahan bakar dan udara di dalam

silinder dikompresikan sehingga temperatur dan tekanannya meningkat dari T

meniadi T dan Pi menjadi P2 hal ini disebabkan terjadinya pemampatan

campuran bahan bakar dan udara oleh torak diruang bakar. Pada proses ini tidak

teriadi pemasukan dan pengeluaran kalor dan dianggap dalam kondisi adiabatis

sehingga berlaku hubungan:

(Wiranto. A, 1994 : 20)


T.V C dan P.VK C

Untuk menghitung proses ini kita harus menentukan dulu nilai k

Bahan bakar yang dipergunakan pada kendaraan Yamaha Jupiter MX 135

LC adalah bahan bakar pertamax dengan bilangan oktan 92. Bilangan oktan ini

menyatakan prosentase volume iso oktan dalam dalam campuran yang terddar

iso oktan dan heptana normal, yaitu 92% volume iso oktan dan 8% heptana

normal.

Nilai k diperoleh dari persamaan:

Keterangan:

Cp Panas jenis campuran bahan bakar dan udara pada tekanan konstan

Cv=Panas jenis campuran bahan bakar dan udara pada volume konstan.

Nilai oktan bahan bakar yang digunakan, artinya bahan bakar tersebut

mengandung % iso oktan dan % normal heptan. Persamaan kimia pembakaran

campuran bahan bakar dan udara adalah:

C&HI8+O2 +N2

CO2+H20 +N2+ Kalor

Persamaan reaksi kimia campuran heptana dengan udara adalah:

C7H14+02+N2

CO2+H20 +N2+Kalor

Dari persamaan diatas, maka Cvr dan Cpr untuk campuran bahan bakar dan udara

dapat ditentukan, yaitu:

Cpr= yr.cpri +yr2 +cpr2+ yT3 + cpr3

(Kulresta, 1989: 18)

CVr=yri.cvr+yr2+ cvr2 +yrs +cvrs

Dimana:
yr= Fraksi mol CsHIs

yr2 Fraksi mol O

yrs = Fraksi mol N

cpr

Panas jenis CH18 pada tekanan konstan

epr2 Panas jenis O2 pada tekanan konstan

cpr3

Panas jenis N2 pada tekanan konstan

Cvr

Panas jenis C,H18 pada volume konstan

Cvr2= Panas jenis O2 pada volume konstan

cvr3

Panas jenis N2 pada volume konstan

(Reynold, 1989 :582)

Sehingga nilaik Reaktan (kr)=Pr

Cvr

Nilai Cpr dan Cvr untuk campuran heptana dengan udara adalah:

Cpr

yri. cpr+yr2 + cpr2+yrs +cprs

Cvr= yr.cvr+ yr2 + CVT2+ yr + cvr3

(Kulresta, 1989 18)

Dimana:

yr

Fraksi mol C,H14

yr2= Fraksi mol O


yr3=Fraksi mol N2

cpr= Panas jenis C7H14 pada tekanan konstan

cpr2= Panas jenis O2 pada tekanan konstan

cpr3=Panas jenis N2 pada tekanan konstan

Cvr

Panas jenis C7H14 pada volume konstan

CVT2 = Panas jenis O2 pada volume konstan

Cvry = Panas jenis N2 pada volume konstan

(Reynold, 1989: 582)

Sehingga Nilai kpCvp

Untuk reaksi Normal Heptan (C7H16)

CH16+ 11 02+41,36 N

7 CO2+8 H0+41,36 N2

Sehingga km = "Pm

Untuk nilai k yang akan digunakan diambil dari rata-rata nilai k untuk iso oktan

dan k untuk normal heptan

Maka harga k total

k total - k iso oktan + k normal heptan

Temperatur pada saat langkah kompresi (T2) adalah:

TI.VIT2.V2

T2 TI

T1.

Tekanan pada saat langkah kompresi (P2) didapat dari rumus P.V-C adalah:

P.V.-P2.V

P2=P1
P

1-1

c. Proses Pembakaran

Proses pembakaran adalah proses pemasukan kalor pada campuran bahan

bakar dan udara yang telah dikompresikan yang disebabkan oleh terbakarnya

bahan bakar dan udara dalam ruang silinder. V.L.Maleev (1989:256) menyatakan

awal

bahwa dalam mencapai proses pembakaran dalam volume konstan

pembakaran harus terjadi sebelum torak mencapai titik mati atas (TMA) dan harus

disertai dengan kekuatan turbulensi yang cukup. Berdasarkan hal tersebut maka

20

rwmus yang dapat digunakan untuk megetabui tekanan (Ps) dan temperatur (T)

dir groses pembakaran adakah sebegai berikut:

Temperatur akhir pembakaran (T)

92

(V.L.Maleev, 1989:256)

= Temperatur akhir pembakaran (R)

31

= Temperatur akhir langkah kompresi (R)

-Koastanta kehilangan panas akibat terserap oleh dinding silinder (0,85-

0,93)-(V.LMaleev,1989:256)

= Nilai panas total yang dihasilkan pada proses pembakaran (Kkal/jam)

=Nilai panas jenis pada volume konstan (kkal/kg K)

Banyaknya campuran udara dan bahan bakar yang masuk ke dalam

silinder (kg jam)


Dengan nilai panas total yang dihasilkan pada proses pembakaran bahan

bakar adalah sebagai berikut:

Q=G,xQ. (Kkaljam)

(N.Petrovsky, 1979:65)

Dimana:

=Berat bahan bakar yang masuk ke dalam silinder (kg/iam)

Nilai kalor bawah bahan bakar (Kkal/kg)

Berat udara yang masuk ke dalam ruang silinder secara teoritis dapat

dihitung menggunakan persamaan:

(V.L Maleev, 1989:134)

Dimana:

Berat udara yang masuk ke dalam silinder (Lb/hr)

Berat bahan bakar yang masuk ke dalam silinder (Lb/hr)

Tekanan akhir pada proses pembakaran (Ps) dapat diketahui dengan rumus:

Р. xV,

P,xV

Karena pembakaran terjadi pada volume yang konstan V2 V3, maka:

PP

P Px

dimana:

P2

Tekanan pada saat langkah kompresi (kg/m)

T2

Temperatur pada saat langkah kompresi ("K)

T3 Temperatur akhir proses pembakaran (°K)


P3

Tekanan pada akhir proses pembakaran (kg/m)

Proses pembakaran secara umum merupakan suatu reaksi kimia atau reaksi

persenyawaan antara bahan bakar dan udara yang menghasilkan panas, terdapat

dua kemungkinan dalam proses pembakaran campuran udara dan bahan bakar

pada motor otto 4 langkah, yaitu:

1. Pembakaran Sempurna (Normal)

Hal yang menjadi perhatian pada proses pembakaran sempurna adalah

proses perambatan api dan pembakaran. Kesempurnaan proses pembakaran motor

otto 4 langkah hanya akan teriadi jika diawali dengan percikan bunga api di busi

pada saat yang tepat, yang sesuai dengan kecepatan rambat api pada campuran

udara dan bahan bakar di dalam ruang silinder. Kecepatan proses pembakaran

dipengaruhi oleh komposisi campuran bahan bakar dan udara, tekanan, dan juga

temperaturnya. Oleh sebab itu perbedaan saat pengapian pada proses pembakaran

motor otto 4 langkah dapat menghasilkan perbedaan tekanan.

2. Pembakaran Tidak Sempurna

Proses pembakaran

tidak sempurna atau

pembakaran yang tidak

semestinya dapat mengakibatkan terjadinya peristiwa knocking dan pre ignition.

Peristiwa tersebut akan mengganggu jalannya suatu engine dan kemungkinan

besar akan terjadi kerusakan komponen engine tersebut.

a) Knocking

Percikan api yang ditimbulkan oleh busi mengakibatkan pembakaran yang

cepat di dekat busi. Bagian yang terbakar, suhunya akan naik dan menyebabkan
ekspansi. Karena proses ekspansi tersebut, maka bahan bakar yang belum terbakar

didesak dan suhunya menjadi tinggi sekali, sehingga sisa bahan bakar akan

terbakar dengan sendirinya. Bila seluruh campuran bahan bakar dan udara belum

terbakar, maka akan terjadi kenaikan secara tiba-tiba yang mengakibatkan suara

pukulan di dalam silinder yang disebut knocking

Sebagai akibat terjadinya knocking, maka akan banyak kehilangan panas.

Sedangkan suhu torak dan katup buang menjadi naik dan menyebabkan suara

knocking menjadi lebih keras. Knocking ini akan mempercepat keausan silinder

dan cicin torak.

Hal-hal yang menyebabkan terjadinya knocking pada motor otto 4 langkah

berdasarkan New Step 2 (1995:2-3) diantaranya adalah:

I. Perbandingan kompresi vang tinggi, tekanan kompresi, dan temperatur

yang tinggi.

2. Waktu pengapian terlalu cepat

3. Putaran motor rendah dan penyebaran api lambat.

4. Penempatan busi dan konstruksi ruang bakar tidak tepat, sehingga jarak

penyebaran api terlampau jauh.

Tekanan

Mengembangnya

Knocking

Penyalaan

du

Pembakeran normal

Busi

Pengapian
Kontak

Penyalaan

spontan

Waktu

Delay pengap TMA

Suhu campuran bahan bakar dengan

udara yang tidak terbakar naik sehingga

karen

akan penyalaan spontan

(b) Diagram indikator kalau terjadi

knocking

(a) Bagaimana timbul knocking

Gambar 2.4 Fenomena Knocking

(Nakoela soenarta dan Shoichi Furuhama, 2002: 28)

Adapun cara untuk mengatasi terjadinya knocking pada motor otto adalah

sebagai berikut (Wiranto Arismunandar, 2002: 83-85):

1) Mengurangi tekanan dan temperatur bahan bakar dan udara yang masuk ke

silinder.

2) Mengurangi perbandingan kompresi.

3) Memperlambat saat penyalaan

4) Menaikan kecepatan torak atau putaran poros engkol untuk memperoleh arus

turbulen pada campuran di dalam silinder yang mempercepat rambatan nyala

5) Memperkecil diameter torak untuk memperpendek jarak yang ditempuh oleh

nyala api busi dari bagian terjauh.

Membuat konstruksi sedemikian rupa sehingga bagian yang terjauh dari busi
mendapat pendinginan

perbandingan antara luas permukaan dan volume sehingga diperoleh ruang

yang sempit.

7) Menambahkan air ke dalam udara yang masuk untuk menurunkan temperatur

yang lebih baik, caranya dengan memperbesar

bagian campuran yang terakhir.

Anda mungkin juga menyukai