Anda di halaman 1dari 69

PROPOSAL TEKNIS

STUDIO PERENCANAAN
Wilayah Bagian Selatan (Kasimbar – Sausu)

Disusun Oleh :

Moh. Wahid F23115010

Oksha Artha Abrianto F23115056

Muh. Ditya Mahendra F23116140

Muhammad Abrar F23117049

Aulia Ramadhani F23117051

Putri Kartika Mendi F23117052

Nurlaila Arumdhani F23117060

Yuni Rizki Awwaliin F23117065

Ainun Amalia F23117076

Indra Darmawan F23117081

Moh. Candra Putra M. F23117087

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perencanaan adalah suatu proses kontinu atau berkelanjutan dari pengkajian,
membuat tujuan dan sasaran, dan mengimplementasikan serta melakukan proses evaluasi
atau pengontrolannya (H. Douglas Brown, 2007). Sebagaimana ilmu perencanaan adalah
sebuah ilmu yang mempelajari tentang suatu sistem atau tindakan dalam memenuhi target
untuk masa depan atau yang akan datang. Dalam perencanaan perlu memperhatikan beberapa
hal yaitu mengidentifikasi kondisi nyata atau eksisting dari wilayah yang akan diteliti. Salah
satu caranya yaitu dengan melihat potensi dan meminimalisir segala permasalahan yang ada
serta diperlukan suatu perencanaan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan baik
itu bersifat jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
Sesuai UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Penataan Ruang adalah suatu
sistem proses dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. RTRW merupakan dokumen tentang proses perencanaan pada suatu
wilayah. Sehingga untuk masing-masing wilayah maupun daerah yang ada di Indonesia
RTRW merupakan pedoman dalam penataan ruang. Perencanaan yang akan dirumuskan
harus sesuai dengan keadaan dan kondisi dari wilayah yang akan diteliti, sehingga diperlukan
adanya strategi yang mendukung dalam perkembangan wilayah nantinya. Adapun wilayah
yang diteliti yaitu bagian selatan parigi yang meliputi Kecamatan Kasimbar, Kecamatan
Toribulu, Kecamatan Ampibabo, Kecamatan Siniu, Kecamatan Parigi Utara, Kecamatan
Parigi Tengah, Kecamatan Parigi, Kecamatan Parigi Barat, Kecamatan Parigi Selatan,
Kecamatan Torue, Kecamatan Balinggi, dan Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu).
Parigi Selatan ialah salah satu kecamatan yang dikabupaten Parigi Mouton, Provinsi
Sulawesi Tengah, Indonesia. Kecamatan ini berjarak sekitar 8 Km dari ibu kota Kabupaten
Parigi Moutong kearah selatan. Pusat pemerintahannya berada di Desa Dolago. Dalam
parigi selatan terdapat 12 kecamatan diantaranya ialah Kec. Ampibabo, Kec. Balinggi, Kec.
Kasimbar, Kec. Parigi barat, Bec. Parigi, Kec. Parigi selatan, Kec. Parigi tengah, Kec. Parigi
utara, Kec. Sausu, Kec. Sinui, Kec. Toribulu, dan Kec. Torue.
1. Pada Kecamatan Kasimbar, batas wilayah yang dimana pada bagian utara berbatasan
dengan tinombo selatan, bagian timur berbatasan dengan Teluk Tomini, bagian
Selatan berbatasan dengan Toribulu, bagian barat berbatasan dengan Kab. Donggala.
2. Pada Kecamatan Ampibabo, batas wialayah yang dimana pada bagian utara
berbatasan dengan kecamatan toribulu, bagian timur berbatasan dengan teluk tomini,
bagian selatan berbatasan dengan kecamatan sinui dan bagian barat berbatasan dengan
kebupaten donggala.
3. Pada Kecamatan balinggi, batas wilayah pada bagian utara berbatasan dengan teluk
tomini, bagian timur berbatasan dengan kec. Sausu, bagian selatan berbataan dengan
Kab. Sigi dan Kab. Poso dan bagian barat berbatasan dengan kec. Torue.
4. Pada Kecamatan parigi Barat, batas wilayah pada bagian utara berbatasan dengan kec.
Parigi tengah, bagian timur berbtasan dengan kec. Parigi, bagian selatan berbatasan
dengan kec. Parigi selatan, bagian barat berbatasan dengan kab. Donggala.
5. Pada Kecaatan Parigi, batas wialayah bagian utara berbatasan dengan Teluk Tomini,
bagian timur berbatasan dengan Teluk Tomini, bagian selatan Kec. Parigi Selatan,
bagian barat berbatasan dengan Kec. Parigi Barat dan Kec. Parigi Tengah.
6. Pada bagian Kecamatan Parigi Selatan, batas wialayah pada bagian utara berbatasan
dengan Kec. Parigi dan Kec. Parigi Barat, bagian Timur berbatasan dengan Kec.
Torue dan Teluk Tomini, bagian Selatan berbatasan dengan Kec. Torue dan Kab. Sigi,
bagian Barat berbatasan dengan Kab. Sigi.
7. Pada bagian Kecamatan Parigi tengah, batas wialayah bagian utara berbatasan dengan
Kec. Sinui, bagian Timur berbatasan dengan Teluk Tomini, bagian selatan berbatasan
dengan Kec. Parigi Tengah, bagian barat berbatasan dengan Kab Donggala.
8. Pada bagian Kecamatan Parigi Utara, batas wialayah bagian utara berbatasan dengan
Kec. Sinui, bagian Timur berbatasan dengan Teluk Tomini, bagian selatan berbatsan
dengan Kec. Parigi Tengah, bagian barat berbatasan dengan Kab. Donggala.
9. Pada Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu), batas wilayah pada bagian utara
berbatasan dengan Teluk Tomini, bagian timur berbatasan dengan Teluk Tomini,
bagian selatan berbatasan dengan Kab. Poso, bagian barat berbatasan dengan Kab.
Balinggi.
10. Pada Kecamatan Sinui, batas wilayah pada bagian utara berbatasan dengan Kec.
Ampibabo, bagian timur berbatasan dengan Teluk Tomini, bagian selatan berbatasan
dengan Kec. Parigi Utara, bagian Barat berbatasan dengan Kab. Donggala.
11. Pada Kecamatan Toribulu, batas wilayah pada bagian utara berbatasan dengan Kec.
Kasimbar, bagian timur berbatasan dengan Teluk Tomini, bagian Selatan berbatasan
dengan Kec. Ampibabo, bagian barat berbatasan dengan Kab. Donggala.
12. Pada Kecamatan Torue, batas wilayah yang dimana bagian utara berbatasan dengan
Teluk Tomini, bagian timur berbatasan dengan Kec. Sausu, bagian selatan berbatasan
dengan Kab. Sigi, bagian barat berbatasan dengan Kec. Parigi

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan, maka dapat diangkat rumusan masalah
dalam penyusunan proposal teknis mata kuliah Studio Perencanaan di bagian wilayah selatan
Parigi terkait identifikasi karakteristik wilayah.
1.3. Tujuan dan Sasaran
1.3.1. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan proposal teknik dalam
Studio Perencanaan ini adalah :
1. Mencari informasi atau data mengenai karakteristik wilayah di wilayah bagian selatan
Parigi Moutong (Kasimbar – Sausu).
2. Mengenali dan memahami kondisi fisik dan non fisik di wilayah bagian selatan Parigi
Moutong.
3. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan yang terdapat di wilayah bagian selatan
Parigi Moutung.
4. Menyusun rencana wilayah tanggap bencana yang berdasarkan potensi dan isu
permasalahan di tiap-tiap wilayahnya.

1.3.2. Sasaran
Berdasarkan tujuan yang telah disampaikan di atas, maka sasaran yang hendak dicapai
dari kegiatan mata kuliah Studio Perencanaan yang berlokasi di wilayah bagian selatan Parigi
Moutong, antara lain:

1. Mengidentifikasi karakteristik wilayah dengan menentukan batasan wilayah


perencanaan sebagai wilayah studi dalam merencanakan.
2. Menganalisis dan mengidentifikasi kondisi fisik dan non fisik wilayah.
3. Menganalisis potensi dan isu permasalahan yang terdapat di wilayah bagian selatan
Parigi Moutung.
4. Menentukan konsep dan rencana tanggap bencana berdasarkan karakteristik yang ada
di tiap wilayah.

1.4. Dasar Hukum


1. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman.
2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman.
4. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantu.
5. Peraturan Menteri dalam Negeri No. 9 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyerahan
Prasarana Sarana dan Utilitas Perumahan dan Permukiman di Daerah.
6. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 20 Tahun 2011 Tentang Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman.
7. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 12 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
8. Peraturan Daerah Kabupaten Parigi No. 2 Tahun 2011 Tentang Rencana Detail Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Parigi Tahun 2010-2030.
9. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 8/SE/M 2018
Tentang Penyusunan Konsepsi Pengaturan dan Analisis Dampak Kebijakan Peraturan
Perundang-undangan dan Produk Hukum di Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
10. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
11. Standar Nasional Indonesia (SNI) Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan.
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana.

1.5. Ruang Lingkup


1.5.1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah perencanaan dalam Studio Perencanaan Wilayah yang terdiri
dari 12 Kecamatan. Kecamatan wilayah perencanaan memiliki potensi untuk meningkatkan
pertumbuhan wilayah.

Tabel II. 1 Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan


No Kecamatan Kelurahan/Desa Luas (Km2)
1. Kasimbar 18 280,78
2. Toribulu 9 212,38
3. Ampibabo 19 191,44
4. Siniu 9 118,96
5. Parigi Utara 5 98,62
6. Parigi Tengah 6 75,10
7. Parigi 11 23,50
No Kecamatan Kelurahan/Desa Luas (Km2)
8. Parigi Barat 6 118,29
9. Parigi Selatan 10 396,42
10. Torue 7 275,84
11. Balinggi 9 223,88
12 Sausu 10 410,32
Sumber : BPS Kabupaten Parigi Moutong Dalam Angka, 2018

1.5.2. Ruang Lingkup Waktu


Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, bahwa periode Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Parigi adalah 20
Tahun ke depan yaitu tahun 2019 – 2039.

1.5.3. Ruang Lingkup Substansi


Lingkup substansi analisis Kabupaten Parigi mencakup fisik dasar, kependudukan,
ekonomi, sarana dan prasarana serta isu-isu strategis wilayah perencanaan.
Lingkup substansi perencanaan Kabupaten Parigi mencakup Struktur Ruang, Pola
Ruang, Skenario Wilayah, Konsep pengembangan Kabupaten Parigi dan beberapa kebijakan
yang terdiri dari RTRW, RDTR, dan hal yang terkait.
1.6. Kerangka Pikir

1.7. Sistematika Penulisan


Dalam penulisan dan penyusunan laporan proposal teknis dibagi menjadi lima bab,
antara lain :
BAB I PENDAHULUAN : Bab ini mencakup latar belakang, menentukan rumusan masalah,
menentukan tujuan dan sasaran, mencakup dasar-dasar hukum, menentukan ruang lingkup
yang mencakup ruang lingkup wilayah, ruang lingkup waktu dan ruang lingkup substansi,
membuat kerangka pikiran berupa bagan pohon masalah dan sistematika penulisan proposal
teknis.
BAB II KAJIAN TEORI : Bab ini memberikan penjelasan mengenai konteks wilayah studi,
tinjauan perumahan, permukiman, sarana, prasarana dan utilitas, serta arahan dan kebijakan-
kebijakan pemerintah.
BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI : Bab ini memberi gambaran umum
terkait wilayah studi yang terdiri dari kondisi fisik dan non fisik wilayah, perumahan dan
permukiman, sarana, prasarana dan utilitas.
BAB IV DESAIN SURVEI : Bab ini memuat tentang tahapan-tahapan yang akan dilakukan
dalam memulai survei berupa tahapan survei awal dan lapangan, pengumpulan data-data
seperti data primer dan sekunder, alat dan perlengkapan survei, kebutuhan data, tahap
kompilasi data dan metode analis data.
BAB V MANAGEMEN PELAKSANAAN KERJA : Bab ini membahas tentang jadwal
kegiatan kerja, struktur organisasi kelompok, organisasi tim serta rencana anggaran biaya
yang dibutuhkan selama proses pelaksanaan kegiatan.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Tinjauan Perumahan dan Permukiman


2.1.1. Definisi Perumahan dan Permukiman
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2011, perumahan adalah kumpulan rumah
sebagai bagian dari permukiman, baik untuk sebagai bagian dari permukiman, perkotaan
maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil
upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2011, permukiman adalah bagian dari
lingkungan hunian yang terdiri lebih dari satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan
atau kawasan perdesaan. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah
kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya
pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat
yang terkoordinasi dan terpadu.
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2011, kawasan permukiman adalah bagian
dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun
perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung kehidupan.
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2011, perumahan dan kawasan permukiman
adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan,
penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah,
pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
2.1.2. Kriteria Perumahan dan Permukiman
Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen perencanaan lainnya yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah setempat, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Kriteria keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasitersebut bukan
merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan pertanian, hutan produksi,
daerah buangan limbah pabrik, daerah bebas bangunan pada area bandara, daerah
dibawah jaringan listrik tegangan tinggi;
b. Kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan
daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang batas, pencemaran air
permukaan dan air tanah dalam;
c. Kriteria kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian (aksesibilitas),
kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal, langsung atau tidak langsung),
kemudahan berkegiatan (prasarana dan sarana lingkungan tersedia).
d. Kriteria keindahan/ keserasian/ keteraturan (kompatibilitas), dicapai dengan
penghijauan, mempertahankan karakteristik topografi dan lingkungan yang ada,
misalnya tidak meratakan bukit, mengurug seluruh rawa atau danau/ setu/ sungai/
kali dan sebagainya;
e. Kriteria fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan pertumbuhan
fisik/ pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan
dan keterpaduan prasarana;
f. Kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak pencapaian
ideal kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna lingkungan terhadap
penempatan sarana dan prasarana-utilitas lingkungan; dan
g. Kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan keterkaitan
dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, terutama aspek kontekstual
terhadap lingkungan tradisional/ lokal setempat.
h. Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status
kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis.
2.1.3 Standar-standar Perumahan dan Permukiman
Dilihat berdasarkan ukuranya, standar perbandingan jumlah rumah besar, rumah
sedang dan rumah kecil yaitu 1:3:6.

Tabel II. 2 Kebutuhan Rumah Susun Berdasarkan Kepadatan Penduduk


Kategori Rumah Luas Kapling

Rumah Besar 120 m² - 600 m² (tipe 70)

Rumah Sedang 70 m² - 100 m² (tipe 45-54)

Rumah Kecil 21 m² - 54 m² (tipe 21-36)


Sumber : SNI 03-1733-2004

Menentukan luas minimum rata-rata dari perpetakan tanah harus mempertimbangkan


faktor-faktor kehidupan manusianya, faktor alamnya dan pengaturan bangunan setempat.
Adapun penentuannya dapat dilihat pada Tabel II.2.
Tabel II. 3 Data Dasar Lingkungan Perumahan
Unit Lingkungan Jumlah Penduduk
1 RT Terdiri dari 150 – 250 jiwa penduduk
1 RW 2.500 jiwa penduduk (terdiri dari 8 – 10 RT )
30.000 jiwa penduduk (terdiri dari 10 – 12
1 Kelurahan (≈ lingkungan)
RW)
120.000 jiwa penduduk (terdiri dari 4 – 6
1 Kecamatan
kelurahan/lingkungan)
1 Kota terdiri dari sekurang-kurangnya 1 kecamatan
Sumber : SNI 03-1733-2004

Dalam merencanakan bangunan rumah yang memenuhi persyaratan teknis kesehatan,


keamanan dan kenyamanan, data dan informasi yang perlu dipersiapkan :
a) Jumlah dan komposisi anggota keluarga.
b) Penghasilan keluarga.
c) Karakteristik nilai sosial budaya yang membentuk kegiatan berkeluarga dan
kemasyarakatan.
d) Kondisi topografi dan geografi area rencana sarana hunian.
e) Kondisi iklim, suhu, angin, kelembaban kawasan yang direncanakan.
f) Pertimbangan gangguan bencana alam.
g) Kondisi vegetasi eksisting dan sekitar.
h) Peraturan setempat, seperti rencana tata ruang yang meliputi GSB, KDB, KLB, dan
sejenisnya, atau peraturan bangunan secara spesifik, seperti aturan khusus arsitektur,
keselamatan dan bahan bangunan.
Suatu bentuk permukiman yang ideal di kota merupakan pertanyaan yang
menghendaki jawaban yang bersifat komprehensif, sebab perumahan dan permukiman
mengangkut kehidupan manusia termasuk keutuhan manusia yang terdiri dari berbagai aspek.
Sehingga dapat dirumuskan secara sederhana tentang ketentuan yang baik untuk suatu
permukiman yaitu harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1. Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain seperti
pabrik, yang umumnya dapat memberikan dampak pada pencemaran udara
ataupencemaran lingkungan lainnya.
2. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan pendidikan,
kesehatan, perdagangan, dan lain-lain.
3. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan
tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang lebat sekalipun.
4. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk
disalurkan ke masing-masing rumah.
5. Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/ tinja yang dapat dibuat dengan sistemin dividual
yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik komunal.
6. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur agar
lingkungan permukiman tetap nyaman.
7. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-anak, lapangan
atau taman, tempat beribadat, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala besarnya
permukiman itu.
8. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.
2.1.4 Penyelenggaraan Kawasan Permukiman
Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang
berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan
rencana tata ruang. Dan bertujuan untuk memenuhi hak warga negara atas tempat tinggal
yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur serta menjamin kepastian
bermukim. Penyelenggaraan kawasan permukiman dilaksanakan melalui beberapa tahapan,
antara lain :
1) Perencanaan : Pada pasal 64 perencanaan kawasan permukiman harus dilakukan
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan perencanaan kawasan permukiman
dimaksudkan untuk menghasilkan dokumen rencana kawasan permukiman sebagai
pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam pembangunan kawasan
permukiman. Perencanaan kawasan permukiman terdiri atas perencanaan lingkungan
hunian perkotaan dan perdesaan serta perencanaan tempat kegiatan pendukung
perkotaan dan perdesaan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
2) Pembangunan : Pada pasal 72 pembangunan kawasan permukiman terdiri atas
pembangunan lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan serta pembangunan tempat
kegiatan pendukung perkotaan dan perdesaan. Dan pembangunan tempat kegiatan
pendukung perkotaan dan perdesaan meliputi pembangunan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, kegiatan ekonomi, dan prasarana, sarana dan utilitas umum.
3) Pemanfaatan : Pada pasal 77 pemanfaatan kawasan permukiman terdiri atas
pemanfaatan lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan serta pemanfaatan tempat
kegiatan pendukung perkotaan dan perdesaan. Pemanfaatan tempat tinggal kegiatan
pendukung perkotaan dan perdesaan meliputi pemanfaatan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, kegiatan ekonomi, dan prasarana, sarana, dan utilitas umum.
4) Pengendalian kawasan permukiman dilakukan untuk :
a. Menjamin pelaksanaan pembangunan permukiman dan pemanfaatan permukiman
sesuai dengan rencana kawasan permukiman.
b. Mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman
kumuh.
c. Mencegah terjadinya tumbuh dan berkembangnya lingkungan hunian yang tidak
terencana dan tidak teratur.
d. Pengendalian kawasan permukiman dilakukan pada lingkungan hunian perkotaan
dan lingkungan hunian perdesaan. Dan pengendalian pada tahap perencanaan
dilakukan dengan mengawasi rencana penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas
umum sesuai dengan standar pelayanan minimal dan memberikan batas zonasi
lingkungan hunian dan tempat kegiatan pendukung.
2.1.5 Jenis dan Bentuk Rumah
Jenis rumah dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian yang
meliputi :
1) Rumah komersial sebagaimana dimaksud diselenggarakan untuk mendapatkan
keuntungan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2) Rumah umum sebagaimana dimaksud diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
rumah bagi MBR.
3) Rumah swadaya sebagaimana dimaksud di selenggarakan untuk prakarsa dan upaya
masyarakat, baik secara sendiri maupun berkelompok.
4) Rumah khusus dan rumah negara sebagaimana dimaksud disediakan oleh pemerintah
dan pemerintah daerah.
Adapun bentuk rumah meliputi :
1) Rumah tunggal : Berdiri sendiri dalam persil, terpisah dengan rumah di sebelahnya.
Tingkat privasi dan kenyamanannya yang tertinggi.
2) Rumah deret : Jenis hunian yang unitnya menempel satu sama lain, umumnya
maksimal 6 unit berderet.
3) Rumah susun : Rumah yang flesibel, yaitu mampu menyesuaikan berbagai
konfigurasi. Kerugian utama rumah susun adalah BC yang mengurangi unit-unit yang
dapat diorientasikan ke permukaan tanah. Rumah susun umumnya berisi ganda,
artinya mempunyai ruang-ruang yang berada di luar pada unit-unit tersebut. Luas
lantai rumah tunggal dan rumah deret memiliki ukuran paling sedikit 36 meter
persegi.
Perencanaan perumahan mencakup rumah sederhana, rumah menengah, dan rumah
mewah. Jika dilihat berdasarkan ukurannya, standar perbandingan jumlah rumah mewah,
rumah menengah, dan rumah sederhana yaitu 1:3:6.
Tabel II. 4 Standar Perumahan dan Permukiman
No. Kategori Tipe Luas (m²)
1. Luas kapling rumah mewah 70 120-600
2. Luas kapling rumah menengah 45-54 70-100
3. Luas kapling rumah sederhana 21-36 21 -54
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03-1733-2004

Tabel II. 5 Data Dasar Lingkungan Perumahan


No. Luas Perumahan Jumlah Penduduk Keterangan
1. 1 RT 150-250 jiwa penduduk -
2. 1 RW 2.500 jiwa penduduk Terdiri dari 8-10 RT
3. 1 Kelurahan 30.000 jiwa penduduk Terdiri dari 10-12 RW
4. 1 Kecamatan 120.000 jiwa penduduk Terdiri dari 4-6 Kelurahan
Terdiri dari sekurang-
5. 1 Kota -
kurangnya kecamatan
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03-1733-2004

2.1.7. Pedoman Penyusunan RP3KP Daerah Provinsi dan Kabupaten Kota


Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan, Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten Kota dimaksudkan
untuk mewujudkan penyusunan RP3KP secara terkoordinasi dan terpadu lintas sektoral pada
daerah provinsi dan daerah kabupaten kota. Pedoman penyusunan RP3KP daerah provinsi
dan daerah kabupaten kota bertujuan sebagai acuan dalam penyusunan RP3KP oleh
pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
1) Tata Cara Penyusunan RP3KP
RP3KP merupakan arahan kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan
bidang perumahan dan kawasan permukiman :
a. Berdasarkan RTRW
b. Mendukung program dan kegiatan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang
c. Lintas daerah kabupaten kota : RP3KP Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten
atau Kota berlaku sampai dengan 20 tahun.
2) Penyusunan Rencana
a. Penyusunan rencana dilakukan melalui tahapan kegiatan pendataan, analisis dan
perumusan.
b. Penyusunan rencana dapat melibatkan masyarakat antara lain melalui pengisian
kuesioner, wawancara, media informasi dan kegiatan forum-forum diskusi dan
konsultasi publik.
c. Pendataan dilaksanakan untuk pengumpulan data primer, data sekunder dan
analisis data yang terdiri dari :
1. Analisis implikasi kebijakan pembangunan dan kebijakan tata ruang nasional
dan daerah provinsi terhadap pembangunan dan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman.
2. Analisis implikasi kebijakan pembangunan dan kebijakan tata ruang daerah
kabupaten/kota terhadap pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman.
3. Analisis sistem pusat-pusat pelayanan yang didasarkan pada sebaran daerah
fungsional perkotaan dan perdesaan.
4. Analisis karakteristik sosial kependudukan di daerah kabupaten/kota
sekurang-kurangnya meliputi :
a. Pola migrasi dan pola pergerakan.
b. Proporsi penduduk perkotaan dan perdesaan pada awal tahun perencanaan
dan proyeksi 20 tahun ke depan
c. Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin, mata pencaharian, usia
produktif, tingkat pendidikan, sex ratio.
d. Sebaran kepadatan penduduk pada awal tahun perencanaan dan proyeksi
20 tahun ke depan.
e. Analisis karakteristik perumahan dan kawasan permukiman sekurang-
kurangnya meliputi :
1) Identifikasi permasalahan perumahan dan kawasan permukiman di daerah
2) Ketersediaan rumah dan kondisinya
3) Jumlah kekurangan rumah pada awal tahun perencanaan dan proyeksi 10
tahun ke depan
4) Lokasi perumahan pada kawasan fungsi lain yang perlu penanganan khusus
5) lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang perlu dilakukan
pemugaran, peremajaan atau pemukiman kembali
6) Lokasi dan jumlah rumah yang memerlukan peningkatan kualitas.
3) Konsep RP3KP meliputi:
a. Visi, misi, tujuan, kebijakan, dan strategi pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman di daerah kabupaten/kota.
b. Jabaran kebijakan dan pengaturan yang lebih operasional dari arahan kebijakan
dalam RP3KP daerah provinsi yang harus diakomodasikan dan dilaksanakan di
daerah kabupaten/kota.
c. Jabaran kebijakan pembangunan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.
d. Penerapan kebijakan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman dengan
pola hunian berimbang.
e. Perencanaan lingkungan hunian perkotaan atau lingkungan hunian perdesaan
melalui pembangunan, pengembangan, dan pembangunan kembali.
f. RP3KP di perkotaan dan perdesaan dalam wilayah kabupaten/kota yang
mempunyai kedudukan strategis dalam skala prioritas pembangunan daerah
provinsi dan daerah kabupaten/kota, antara lain seperti kawasan perbatasan,
kawasan wisata, agro industri dan perdagangan dan jasa.
g. Rencana kawasan permukiman yang terdiri atas perencanaan lingkungan hunian
serta perencanaan tempat kegiatan pendukung yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan.
h. Rencana pembangunan lingkungan hunian baru meliputi perencanaan lingkungan
hunian baru skala besar dengan kasiba dan perencanaan lingkungan hunian baru
bukan skala besar dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum.
2.2. Tinjauan Prasarana Sarana dan Utilitas
2.2.1. Definisi Prasarana dan Sarana
1. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan
perumahan dan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan
pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya.
3. Utilitas adalah pelayanan seperti ai bersih, limbah, gas, listrik dan telepon, yang pada
umumnya diperlukan untuk beroperasinya suatu bangunan dan lingkungan
permukiman.
2.2.2. Persyaratan, Kriteria, dan Kebutuhan Prasarana, Sarana, dan Utilitas
Dalam membangun sebuah sarana, prasarana dan utilitas kota tidak serta merta di
bangun begitu saja karena dalam membangun karena ada kebijakan dan standar yang telah di
atur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).
1. Standar kebutuhan sarana pemerintahan dan pelayanan umum
Sarana pemerintah dan pelayanan umum merupakan fasilitas penunjang yang
berfungsi untuk menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial dan
budaya. Yang termasuk dalam sarana pemerintahan dan pelayanan umum adalah kantor-
kantor pelayanan administrasi pemerintahan dan administrasi kependudukan, kantor
pelayanan utilitas umum dan jasa, pos-pos pelayanan keamanan dan keselamatan. Dasar
penyediaan sarana pemerintahan dan pelayanan umum untuk melayani setiap unit
administrasi pemerintahan baik yang informal maupun yang formal dan bukan didasarkan
jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut.
Tabel II. 6 Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Kebutuhan Per
Kriteria
Jumlah Satuan Sarana
Penduduk Luas Luas Standar
No. Jenis Sarana
Pendukung Lantai Lahan (m²/jiwa) Radius
Lokasi dan Penyelesaian
(jiwa) min. min. Pencapaian
(m²) (m²)
RW
1. Balai pertemuan 2.500 150 300 0,12 500 m Di tengah kelompok
bangunan hunian warga,
ataupun di akses
keluar/masuk dari
2. Pos hansip 2.500 6 12 0,06 500 m kelompok bangunan.
Dapat berintegrasi dengan
bangunan sarana yang
lain.
Lokasi dan bangunannya
harus mempertimbangkan
3. Gardu listrik 2.500 20 30 0,012 500 m
keamanan dan
kenyamanan sekitar.
Lokasinya disebar pada
Telepon umum,
4. 2.500 - 30 0,012 - titik-titik strategis atau di
bis surat
sekitar pusat lingkungan
5. Parkir umum 2.500 - 100 0,04 - -
Kelurahan
Kantor Dapat dijangkau dengan
6. 30.000 500 1.000 0,033 -
kelurahan kendaraan umum.
7. Pos kamtib 30.000 72 200 0,006 - Beberapa sarana dapat
Pos pemadam digabung pada tapak yang
8. 30.000 72 200 0,006 - sama. Agen layanan pos
kebakaran
Agen pelayanan dapat bekerja sama
9. 30.000 36 72 0,0024 - dengan pihak yang mau
pos
Loket bergabung dengan sarana
10. pembayaran air 30.000 21 60 0,002 - lain dalam bentuk wartel,
bersih warnet, atau warpostel.
Kebutuhan Per
Kriteria
Jumlah Satuan Sarana
Penduduk Luas Luas Standar
No. Jenis Sarana
Pendukung Lantai Lahan (m²/jiwa) Radius
Lokasi dan Penyelesaian
(jiwa) min. min. Pencapaian
(m²) (m²)
Loket Loket pembayaran air
11. pembayaran 30.000 21 60 0,002 - bersih dan listrik lebih
listrik baik saling bersebelahan
Telepon umum, Lokasinya disebar pada
12. bis surat, bak 30.000 - 80 0,003 - titiktitik strategis atau di
sampah kecil sekitar pusat lingkungan.
Dilokasikan dapat
melayani kebutuhan
bangunan sarana
13. Parkir umum 30.000 - 500 0,017 - kebudayaan dan rekreasi
lain berupa geduang serba
guna atau balai karang
taruna.
Kecamatan
Kantor
14. 120.000 1.000 2.500 0,02 - Dapat dijangkau dengan
kecamatan
kendaraan umum.
15. Kantor polisi 120.000 500 1.000 0,001 -
Beberapa sarana dapat
Pos pemadam digabung dalam satu atau
16. 120.000 500 1.000 0,001 -
kebakaran kelompok bangunan pada
Kantor pos tapak yang sama.
17. 120.000 250 .00 0,004 -
pembantu Lokasinya
Stasiun telepon mempertimbangkan
otamatis dan kemudahan dijangkau dari
18. 120.000 500 1.000 0,008 3 -5 km
agen pelayanan lingkungan luar.
telepon
Lokasinya harus strategis
untuk memudahkan dicari
Balai
19. 120.000 250 750 0,006 - dan dijangkau oleh
nikah/KUA/BP4
pengunjung di luar
kawasan.
Telepon umum, Lokasinya disebar pada
20. bis surat, bak 120.000 - 80 0,003 - titik-titik strategis atau di
sampah besar sekitar pusat lingkungan.
Dilokasikan dapat
melayani kebutuhan
bangunan sarana
21. Parkir umum 120.000 - 2.000 0,017 -
kebudayaan dan rekreasi
lain berupa balai
pertemuan warga.
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03 – 1733 – 2004
2. Standar kebutuhan sarana pendidikan
Penempatan penyediaan fasilitas pendidikan mempertimbangkan jangkauan radius
area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada
area tertentu. Perencanaan sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan yang
akan dicapai, dimana secara pendidikan dan pembelajaran ini akan menyediakan ruang
belajar harus memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
serta sikap secara optimal.
Oleh karena itu dalam merencanakan sarana pendidikan harus memperhatikan
berapa jumlah anak yang memerlukan fasilitas ini pada area perencanaan, optimasi daya
tampung dengan satu shift, effisiensi dan efektifitas kemungkinan pemakaian ruang belajar
secara terpadu, pemakaian sarana dan prasarana pendukung serta keserasian dan keselarasan
dengan konteks setempat terutama dengan berbagai jenis sarana lingkungan lainnya.

Tabel II. 7 Kebutuhan Sarana Pendidikan dan Pembelajaran

Kebutuhan Per
Jumlah Kriteria
satuan Sarana
Jenis Penduduk Standard
No. Keterangan
Sarana pendukung (m²/jiwa)
(jiwa) Luas Luas Radius
Lokasi dan
Lantai Lahan Pencapaian
Penyelesaian
Min. (m²) Min. (m²) (m²)
Di tengah 2 rombongan
216
kelompok warga. prabelajar @
termasuk
1. TK 1.250 500 0,28 500 Tidak 60 murid dapat
rumah
menyeberang jalan bersatu dengan
penjaga
raya. Bergabung sarana lain
dengan taman
sehingga terjadi Kebutuhan
2. SD 1.600 633 2.000 1,25 1.000
pengelompokan harus
kegiatan. berdasarkan
3. SLTP 4.800 2.282 9.000 1,88 1.000 Dapat dijangkau perhitungan
dengan kendaraan dengan rumus
umum. Disatukan 2, 3 dan 4.
dengan lapangan Dapat
4. SMU 4.800 3.835 12.500 2,6 3.000 olah raga. Tidak digabung
selalu harus di dengan sarana
pusat lingkungan. pendidikan
Di tengah lain, mis. SD,
kelompok warga SMP, SMA
Taman
5. 2.500 72 150 0,09 1.000 tidak menyeberang dalam satu
Bacaan
jalan lingkungan komplek
lingkungan.
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03-1733-2004

3. Standar kebutuhan sarana kesehatan


Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan
masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Dasar penyediaan
sarana ini adalah didasarkan jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut. Dasar
penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau
kelompok lingkungan yang ada. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan
mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana
yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu. Adapun sarana kesehatan memilik
beberapa jenis antara lain posyandu, balai pengobatan warga, balai kesehatan ibu dan anak,
puskesmas dan balai pengobatan, puskesmas pembantu, tempat praktik dokter dan apotik.

Tabel II. 8 Kebutuhan Sarana Kesehatan

Kebutuhan Per
Kriteria
Jumlah satuan Sarana
Jenis Penduduk Standard
No. Keterangan
Sarana Pendukung Luas Luas (m²/jiwa) Radius
(jiwa) Lantai Lantai Penca- Lokasi dan
Min. Min. paian Penyelesaian
(m²) (m²) (m²)
Di tengah Dapat bergabung
kelompok dengan balai
1. Posyandu 1.250 36 60 0,048 500 tetangga tidak warga atau
menyeberang sarana
jalan raya. hunian/rumah
Di tengah
Balai kelompok Dapat bergabung
2. pengobatan 2.500 150 300 0,12 1.000 tetangga tidak dalam lokasi
warga menyeberang balai warga
jalan raya.
Dapat
BKIA / dijangkau Dapat bergbung
3. klinik 30.000 1.5 3.000 0,1 4.000 dengan dalam lokasi
bersalin kendaraan kantor kelurahan
umum
Puskesmas
pembantu
4. dan balai 30.000 150 300 0,006 1.500 - -
pengobatan
lingkungan
Di tengah
kelompok Dapat
Puskesmas
warga tidak bergabung dalam
5. dan balai 120.000 420 1.000 0,008 3.000
menyeberang lokasi kantor
pengobatan
jalan kecamatan
lingkungan.
Tempat Dapat bersatu
6. praktek 5.000 18 - - 1.500 - dengan rumah
dokter tinggal/tempat
7. Apotik 30.000 120 250 0,025 1.500 - usaha/apotik
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03-1733-2004

4. Standar kebutuhan sarana peribadatan


Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani
yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain peraturan yang
ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu
berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat penghuni yang
bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan jumlah fasilitas peribadatan yang akan
dibangun baru dapat dipastikan setelah lingkungan perumahan dihuni selama beberapa
waktu.
Tabel II. 9 Kebutuhan Sarana Peribadatan

Kebutuhan Per satuan


Jumlah Kriteria
Sarana
Jenis Penduduk Standard
No.
Sarana Pendukung (m²/jiwa)
(jiwa) Luas Luas Radius
Lokasi dan
Lantai Lahan Pencapaian
Penyelesaian
Min. (m²) Min. (m²) (m²)
Di tengah
100 bila kelompok
Mushola
1. 250 45 bangunan 0,36 100 tetangga. Dapat
atau langgar
tersendiri merupakan bagian
dari bangunan lain
Di tengah
kelompok
tetangga tidak
Masjid menyeberang
2. 2.500 300 300 0,24 1.000
warga jalan raya. Dapat
bergabung dalam
lokasi balai
warga.
Masjid Dapat dijangkau
3. lingkungan 30.000 1.800 3.600 0,12 4.000 dengan kendaraan
(Kelurahan) umum
Berdekatan
dengan pusat
lingkungan atau
Mesjid
4. 120.000 3.600 5.400 0,03 - kelurahan.
kecamatan
Sebagian sarana
berlantai 2, KDB
40%
Tergantung
Sarana Tergantung Tergantung
sistem
5. ibadah kebiasaan kebiasaan - - -
kekerabatan/hi
agama lain setempat setempat
rarki lembaga
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03-1733-2004
5. Standar kebutuhan sarana kebudayaan dan rekreasi
Sarana kebudayaan dan rekreasi merupakan bangunan yang dipergunakan untuk
mewadahi berbagai kegiatan kebudayaan dan atau rekreasi, seperti gedung pertemuan,
gedung serba guna, bioskop, gedung kesenian, dan lain-lain. Bangunan dapat sekaligus
berfungsi sebagai bangunan sarana pemerintahan dan pelayanan umum, sehingga penggunaan
dan pengelolaan bangunan ini dapat berintegrasi menurut kepentingannya pada waktu-waktu
yang berbeda.
Tabel II. 10 Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi
Kebutuhan Per
Kriteria
Jumlah satuan Sarana
Penduduk Luas Luas Standar
No. Jenis Sarana Radius
Pendukung Lantai Lahan (m²/jiwa) Lokasi dan
Pencapaian
(jiwa) Min. Min Penyelesaian
(m²)
(m²) (m²)
Di tengah kelompok
Balai warga /
tetangga. Dapat
1. balai 2.500 150 300 0,12 100
merupakan bagian dari
pertemuan
bangunan lain
Balai
2. 30.000 250 500 0,017 100 Di pusat lingkungan.
serbaguna
Gedung Dapat dijangkau dengan
3. 120.000 1.500 3.000 0,025 100
serbaguna kendaraan umum
Terletak di jalan utama.
Gedung
4. 120.000 1.000 2.000 0,017 100 Dapat merupakan bagian
bioskop
dari pusat perbelanjaan
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03-1733-2004

6. Standar kebutuhan sarana ruang terbuka


Ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti
sebagai satu landscape, handscape, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. Populasi
ruang terbuka didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman,
dalam pemanfaatan dan fungsinya sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan
penyangga kehidupan wilayah perkotaan.
Tabel II. 11 Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka Hijau
Jumlah Kebutuhan
Penduduk Luas Standard Radius Kriteria
No. Jenis Sarana
Pendukung Lahan Min. (m²/jiwa) pencapaian Lokasi dan Penyelesaian
(jiwa) (m²)
Taman
1. 250 250 1 100 m Di tengah kelompok tetangga.
/tempat main
Taman/
2. 2.500 1.250 0,5 1.000 m Di pusat kegiatan lingkungan.
tempat main
Taman dan Sedapat mungkin
3. lapangan 30.000 9.000 0,3 - berkelompok dengan sarana
olahraga pendidikan.
Terletak di jalan utama.
Taman dan
Sedapat mungkin
4. lapangan 120.000 24.000 0,2 -
berkelompok dengan sarana
olahraga
pendidikan.
5. Jalur hijau - - 15 m - Terletak menyebar.
Mempertimbangkan radius
6. Kuburan 120.000 - - - pencapaian dan area yang
dilayani.
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03 – 1733 – 2004
6. Standar kebutuhan sarana perdagangan dan jasa
Sarana perdagangan dan jasa berfungsi melayani dan menyediakan kebutuhan sehari-
hari penduduk yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung yang dibutuhkan. Sarana
perdagangan dan jasa akan selalu dibutuhkan penduduk karena menyangkut pemenuhan
kebutuhan sehari-hari. Dasar penyediaan selain berdasarkan jumlah penduduk yang akan
dilayaninya, juga mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan
kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.
Tabel II. 12 Jenis Sarana Perdagangan dan Jasa
Kebutuhan Per
Jumlah Kriteria
Satuan Sarana
Jenis Penduduk Standard
No. Luas Luas Radius
Sarana Pendukung (m²/jiwa) Lokasi dan
Lantai Lahan Pencapaian
(jiwa) Penyelesaian
min. (m²) max. (m²) (m)
Di tengah kelompok
50 100 (bila
tetangga. Dapat
1. Toko/warung 250 (termasuk berdiri 0,3 300
merupakan bagian
gudang) sendiri)
dari sarana lain.
Di pusat kegiatan
sub lingkungan.
2. Pertokoan 6.000 1.200 3.000 1 2.000
KDB 40% Dapat
berbentuk P&D.
Pertokoan + Dapat dijangkau
3. pasar 30.000 13.500 10.000 0,33 - dengan kendaraan
lingkungan umum.
Pusat
perbelanjaan Terletak di jalan
dan niaga utama. Termasuk
4. 120.000 36.000 36.000 0,3 -
(toko + pasar sarana parkir sesuai
+ bank + ketentuan setempat.
kantor)
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03 – 1733 – 2004
8. Standar kebutuhan prasarana persampahan
Prasarana persampahan merupakan tempat untuk mengangkut sampah-sampah
masyarakat yang ada di daerah tersebut dari TPS menuju TPA. Pertambahan jumlah
penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah
timbulan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik sampah yang dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap. Jenis-jenis elemen perencanaan yang harus disediakan adalah
gerobak sampah, bak sampah, TPS dan TPA). Distribusi dimulai pada lingkup terkecil RW,
kelurahan, kecamatan hingga lingkup kota.
Tabel II. 13 Kebutuhan Prasarana Persampahan
Lingkup Prasarana
No. Keterangan
Prasarana Sarana Pelengkap Status Dimensi
1. Rumah (5 jiwa) Tong sampah Pribadi - -
Gerobak sampah 2 m³ Jarak bebas Gerobak
2. RW (2.500 jiwa) TPS
Bak sampah kecil 6 m³ TPS Mengangkut
Lingkup Prasarana
No. Keterangan
Prasarana Sarana Pelengkap Status Dimensi
Kelurahan (30.000 Gerobak sampah 2 m³ dengan 3x seminggu
3. TPS lingkungan
jiwa) Bak sampah besar 12 m³
hunian
Mobil sampah minimal Mobil
Kecamatan TPS/TPA
4. 25 m³ 30m Mengangkut
(120.000 jiwa) Bak sampah besar lokal
3x seminggu
Kota (>480.000 Bak sampah akhir
5. TPA - -
jiwa) Tempat daur ulang sampah
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03 – 1733 – 2004

2.3 Arahan dan Kebijakan Pemerintah


Arahan dan Kebijakan berdasarkan pada rencana tata ruang wilayah Kabupaten Parigi
Moutong tahun 2010 – 2030.
BAB III
KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI PARIGI SELATAN

3.1. Gambaran Umum Wilayah Studi

3.1.1. Demografi

3.1.1.1 Kasimbar

3.1.1.2 Toribulu

3.1.1.3 Ampibabo

3.1.1.4 Siniu

3.1.1.5 Parigi Utara

3.1.1.6 Parigi Tengah

3.1.1.7 Parigi

3.1.1.8 Parigi Barat

3.1.1.9 Parigi Selatan

3.1.1.10 Torue
Kecamatan Torue adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi
Tengah. Kecamatan Torue terletak pada posisi 120°3073 Bujur Timur 0,9684° Lintang
Selatan. Kecamatan ini berjarak sekitar 29 Km dari ibu kota Kabupaten Parigi Moutong ke
arah tenggara.

Kecamatan Torue merupakan kecamatan paling timur di wilayah Kabupaten Parigi


Moutong bagian selatan, dengan luas 275,84 km² atau 4,43% dari total wilayah Kabupaten
dengan Ibukota Kecamatan di Torue dan Jumlah penduduk Pada tahun 2017 yaitu 20.596
jiwa. serta dengan Kepadatan 75 jiwa/km². Kecamatan Torue memiliki 7 kelurahan yaitu
Kelurahan Tolai, Kelurahan Purwosari, Kelurahan Torue, Kelurahan Astina, Kelurahan
Tanalanto, Kelurahan Tolai barat, Kelurahan Tolai Timur. Dan memiliki 36 Dusun 11 RT,
dan 26 RW. Kecamatan Torue mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Tomini;
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Balinggi Wilayah bagian selatan
(Kasimbar - Sausu);
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Palolo, Kecamatan Biromaru
Kabupaten Donggala;
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tindaki Kecamatan Parigi;

3.1.1.11 Balinggi

3.1.1.12 Sausu
Ruang lingkup wilayah berlokasi di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu),
Kabupaten Parigi Moutong. Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) merupakan
kecamatan paling timur di wilayah Kabupaten Parigi Moutong bagian selatan dengan luas
daratan sebesar 410,32 km² atau 6,58 % dari total wilayah Kabupaten Parigi Moutong yang
terbagi kedalam 10 desa dan 51 dusun. Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) berjarak
sekitar 52 km dari ibukota Kabupaten Parigi Moutong kearah tenggara serta pusat
pemerintahannya yang berada di Desa Sausu Trans. Secara geografis Wilayah bagian selatan
(Kasimbar - Sausu) dibatasi oleh batas alam yakni kawasan pantai dan pegunungan atau
perbukitan. Adapun batas-batas wilayah dari Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu)
yakni :

- Sebelah utara berbatasan dengan Teluk Tomini.


- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Poso.
- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Balinggi.
- Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Tomini.

Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) memiliki 10 kelurahan yaitu Maleali,


Sausu Auma, Sausu Gandasari, Sausu Pakareme, Sausu Piore, Sausu Salubanga, Sausu
Taliabo, Sausu Tambu, Sausu Torono dan Sausu Trans.
3.1.2. Topografi

3.1.2.1 Kasimbar

3.1.2.2 Toribulu

3.1.2.3 Ampibabo

3.1.2.4 Siniu

3.1.2.5 Parigi Utara

3.1.2.6 Parigi Tengah

3.1.2.7 Parigi

3.1.2.8 Parigi Barat

3.1.2.9 Parigi Selatan

3.1.2.10 Torue
Topografi pada wilayah Kecamatan Torue tidak berbeda jauh dengan Kabupaten
Parigi Moutong. Topografi wilayah Kecamatan Torue terdiri atas 0.56% daratan rendah,
0,24% perbukitan, 0,22% pegunungan yang membentang sepanjang pantai dari utara sampai
selatan dengan ketinggian rata-rata 15-375 m diatas permukaan laut.

3.1.2.11 Balinggi

3.1.2.12 Sausu
Berdasarkan kondisi topografi atau permukaan bumi Kecamatan Ssusu merupakan
wilayah dengan permukaan yang datar hingga perbukitan dimana 7 dari 10 desa memiliki
kondisi topografi di daerah perbukitan dan 3 lainnya di dataran. Sedangkan menurut
elevasinya Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) berada antara 0-500 meter dari
permukaan laut.

Hal tersebut dapat ditinjau berdasarkan ketinggian dan luas wilayah. Wilayah bagian
selatan (Kasimbar - Sausu) memiliki tingkat kelerengan seperti tabel III.1.

Tabel III.1 Tingkat Kemiringan Lereng di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu)

No. Tingkat Kemiringan Persentase


1. Rendah (0–8%)
2. Sedang ( 8 – 15 % )
3. Tinggi ( 15 – 25 % )
Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2019
3.1.3. Klimatologi

3.1.3.1 Kasimbar

3.1.3.2 Toribulu

3.1.3.3 Ampibabo

3.1.3.4 Siniu

3.1.3.5 Parigi Utara

3.1.3.6 Parigi Tengah

3.1.3.7 Parigi

3.1.3.8 Parigi Barat

3.1.3.9 Parigi Selatan

3.1.3.10 Torue
Iklim merupakan peluang statistik berbagai keadaan atmosfer antara lain suhu,
tekanan, angin, kelembaban yang terjadi di suatu daerah selama kurun waktu yang panjang
dengan penyelidikan dalam waktu yang lama minimalnya 30 tahun dan meliputi wilayah
yang luas. Iklim merupakan kelanjutan dari hasil pencatatan unsur cuaca dari hari dalam
waktu yang lama, sehingga di sebut sebagai rata-rata dari unsur cuaca secara umum.

Tabel III. 2 Jumlah Hari Hujan di Kecamatan Torue tahun 2017

No Tahun Hari hujan Curah hujan (millimeter)


1 2013 176 2055
2 2014 127 1665
3 2015 111 1617
4 2016 148 1957
5 2017 140 1895
Jumlah 720 9189
Sumber : BPS Kecamatan Torue dalam Angka 2018

Data curah hujan di Kecamatan torue dalam kurun waktu lima tahun dari tahun 2013
hingga tahun 2017 mengalami perubahan yang cukup signifikan untuk per tahunnya. total
curah hujan yang terjadi pada tahun 2013 sebanyak 2055 milimeter, pada tahun 2014
sebanyak 1665, pada tahun 2015 sebanyak 1617, pada tahun 2016 sebanyak 1957 dan pada
tahun 2017 sebanyak 1895 jadi total hari hujan selama lima tahun sebanyak 720 hari dan
untuk total curah hujan selama lima tahun sebanyak 9189 milimeter.
3.1.3.11 Balinggi

3.1.3.12 Sausu
Kondisi iklim di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) memiliki dua musim
yaitu musim panas yang terjadi pada bulan agustus hingga februari, serta musim hujan yang
terjadi pada bulan maret hingga juli dengan curah hujan sekitar 1750-2000 mm/tahun serta
suhu udara rata-rata dari 29°C hingga 33°C.

Tabel III.3 Curah Hujan di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) Tahum 2013-2016

No. Tahun Curah Hujan


1. 2013 2.055 mm
2. 2014 1.479 mm
3. 2015 1.462 mm
4. 2016 2.328 mm
Sumber :BPS Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) Dalam Angka
2018

3.1.4. Jenis Tanah

3.1.4.1 Kasimbar

3.1.4.2 Toribulu

3.1.4.3 Ampibabo

3.1.4.4 Siniu

3.1.4.5 Parigi Utara

3.1.4.6 Parigi Tengah

3.1.4.7 Parigi

3.1.4.8 Parigi Barat

3.1.4.9 Parigi Selatan

3.1.4.10 Torue
Berdasarkan data FAO/UNESCO/Soil Survey Staff (1968), penyebaran jenis tanah di
wilayah di Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah. Jenis
tanah yang ada berdasarkan sistem soil taksonomi (Soil Survei Staff USDA, 1999),
ditemukan dua order utama tanah diantaranya Entisols, dan Inceptisols. Ordo Entisols
menempati wilayah dataran/lembah dengan variasi sifat-sifat kimia tanah yang cukup
beragam, sedangkan Inceptisols penyebarannya cukup luas dengan variasi sifat-sifat tanah
yang relatif kecil. Ordo Entisols umumnya berbahan induk aluvium dataran pasang surut,
dengan relief datar. Demikian juga Ordo Inceptisols dengan bahan induknya aluvium, dataran
aluvial, dengan relief datar. Selanjutnya berdasarkan klasifikasi tanah LPT Bogor, jenis tanah
yang terdapat di wilayah daerah aliran sungai (DAS) Kecamatan Torue Provinsi Sulawesi
Tengah didominasi jenis podsolik merah kuning dan litosol. Jenis tanah lainnya seperti
alluvial dan latosol hanya dapat dijumpai di lembah-lembah sempit dan dataran yang tidak
luas. Jenis tanah aluvial terdapat di wilayah hilir Sungai Sausu sedangkan jenis tanah latosol
terdapat di wilayah hilir Sungai Tavaili.

3.1.4.11 Balinggi

3.1.4.12 Sausu
Jenis tanah yang berada di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) yaitu tanah
memiliki tingkat kesuburan yang baik untuk dimanfaatkan. Untuk itu, banyak tanah di
Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) dijadikan lahan perkebunan serta pertanian.
Jenis tanah di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) sebagian besar berjenis latosol
yaitu tanah yang cocok untuk tanaman seperti coklat dan jenis tanah avulail kurang dari
setengah serta ada sedikit jenis tanah podsolik merah kelabu.

3.1.5. Rawan Bencana

3.1.5.1 Kasimbar

3.1.5.2 Toribulu

3.1.5.3 Ampibabo

3.1.5.4 Siniu

3.1.5.5 Parigi Utara

3.1.5.6 Parigi Tengah

3.1.5.7 Parigi

3.1.5.8 Parigi Barat

3.1.5.9 Parigi Selatan

3.1.5.10 Torue
Menurut RTRW Kabupaten Parigi Moutong tentang rawan bencana. Terdapat
kawasan rawan bencana yang ada di Kecamatan Torue terdiri dari kawasan rawan banjir,
kawasan abrasi pantai, dan kawasan rawan tsunami.
3.1.5.11 Balinggi

3.1.5.12 Sausu
Pulau Sulawesi mempunyai banyak potensi terjadinya bencana gempa bumi dan
tsunami. Secara tektonik, pulau ini memiliki banyak patahan (sesar) yang merupakan
sumber terjadinya gempa bumi. Sesar tersebut sudah terdefinisikan dan dipetakan oleh
para peneliti yang tergabung dalam Pusat Studi Gempa Nasional 2017. Sesar-sesar
tersebut adalah Sesar Palu-Koro, Sesar Tarakan, Sesar Megarthrust Sulawesi Utara,
Sesar Tomini, Sesar Gorontalo, Sesar Tondano, Sesar Selat Makassar, Sesar Loa, Sesar
Matano, Sesar Sausu, Sesar Tokararu, Sesar Poso, Sesar Weluki, Sesar Soroako, Sesar
Geressa, Sesar Batui, Sesar Peleng, Sesar Balantak, Sesar Lawanopo, Sesar Buton, Sesar
Tolo, Sesar Walanae, Sesar Peleng dan Ambelang.

Gempa bumi di Kabupaten Parigi sering terjadi berdasarkan sejarah yang ada, salah
satu kecamatan yang sering terkena dampak adalah Wilayah bagian selatan (Kasimbar -
Sausu) menurut sejarah gempa bumi di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) seperti
gempa bumi dan tsunami tahun 1927, gempa bumi dan tsunami Parigi 1938. Gempa bumi
kuat yang terjadi pertama kali di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) pada tahun
1994, gempa bumi taahun 2016, 2017 yang berpusat di Kabupaten Parigi. Berdasarkan citra
satelit IFSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar), Wilayah bagian selatan (Kasimbar
- Sausu) dilalui oleh salah satu sesar, yaitu sesar Sausu Parigi. Selain gempa bumi, Wilayah
bagian selatan (Kasimbar - Sausu) rawan akan bencana banjir terutama di Kelurahan Sausu
Piore yang pernah diterjang banjir bandang pada tahun 2017.
3.1.6. Penggunaan Lahan

3.1.6.1 Kasimbar

3.1.6.2 Toribulu

3.1.6.3 Ampibabo

3.1.6.4 Siniu

3.1.6.5 Parigi Utara

3.1.6.6 Parigi Tengah

3.1.6.7 Parigi

3.1.6.8 Parigi Barat

3.1.6.9 Parigi Selatan

3.1.6.10 Torue
Penggunaan lahan meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Menurut
Peraturan Daerah Kabupaten Parigi Moutong, kawasan lindung adalah kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
Sumberdaya alam, Sumberdaya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna
kepentingan pembangunan berkelanjutan. Sedangkan Kawasan Budidaya adalah kawasan
yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
Sumberdaya alam, Sumberdaya manusia, dan Sumberdaya buatan.

Tabel III. 4 Penggunaan lahan pada kawasan lindung di Kecamatan Torue

No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Jumlah Persen %


1. Hutan Lindung 11.560
2. Hutan Mangrove 663 12.378 5,77

3. Sungai 155
(Sumber : RTRW Kabupaten Parigi Moutong 2011)
Penggunaan lahan untuk kawasan lindung di Kabupaten Parigi berdasarkan RTRW
Kabupaten Parigi Moutung 2010-2030 yang tertera di tabel III.8 luasan pembagian lahan
untuk kawasan budidaya yang ada di Kabupaten Parigi Moutong sudah tertera di RTRW
dengan pembagiannya perkecamatan.
Penggunaan lahan untuk kawasan budidaya di Kecamatan Torue berdasarkan RTRW
Kabupaten Parigi Moutong 2010-2030 yang tertera di Tabel III.9 luas pembagian lahan untuk
kawasan budidaya seluas 16.262 (Ha).
Tabel III. 5 Penggunaan Lahan pada kawasan Budidaya di Kecamatan Torue

No Nama daerah irigasi Nama kecamatan Luas (Ha)


1. Torue Torue 16.262
(Sumber : RTRW Kabupaten Parigi Moutong 2011)
Penggunaan lahan untuk kawasan budidaya di Kabupaten Parigi berdasarkan RTRW
Kabupaten Parigi Moutung 2010-2030 yang tertera di tabel III.10 luasan pembagian lahan
untuk kawasan budidaya yang ada di Kabupaten Parigi Moutong sudah tertera di RTRW
meliputi kawasan budidaya hutan dan kawasan budidaya non hutan.

Tabel III. 6 Pengembangan kawasan budidaya di Kecamatan Torue

No Jenis kawasan Peruntukan lahan Luas (Ha)


1. Kawasan budidaya hutan Hutan produksi terbatas ± 110.008
Hutan produksi tetap ± 21.805
2. Kawasan budidaya non hutan Kawasan pertanian lahan basah ± 52.048
Kawasan perkebunan kakao ± 65.439
Kawasan pengembangan tanaman kelapa ± 27.328
Kawasan peruntukan perikanan -
(Sumber : RTRW Kabupaten Parigi Moutong 2011)
Penggunaan lahan untuk luas kolam berdasarkan BPS Kecamatan Torue 2017 yang
tertera di tabel III.11 luasan pembagian lahan kolam meliputi kolam ikan, dan tambak.

Tabel III. 7 Luas Kolam Ikan dan Tambak di Kecamatan Torue 2017

No. Desa Kolam (Ha) Tambak (Ha)


1. Tolai - 10
2. Purwosari 2 -
3. Torue 5 50
4. Astina - -
5. Tanalanto - 60
6. Tolai Barat - -
7. Tolai Timur 2 175
Total 9 295
(Sumber: Kecamatan Torue Dalam Angka 2018)

Penggunaan lahan untuk luas lahan sawah berdasarkan BPS kecamatan torue yang
tertera di tabel III.12 pada tahun 2017 luas lahan sawah meningkat menjadi 3.336,5 Ha
dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya.

Tabel III. 8 Luas Lahan Sawah di Kecamata Torue

No. Luas Lahan (Ha)


Uraian 2014 2015 2016 2017
1. Sawah 3.317 3.317 3.317 3.336,5
(Sumber: Kecamatan Torue Dalam Angka 2018)
3.1.6.11 Balinggi

3.1.6.12 Sausu
Lahan merupakan potensi fisik atau sumber daya alam yang secara kuantitas tidak
akan bertambah, sedangkan pertumbuhan penduduk senantiasa mengalami perkembangan
cukup pesat dari waktu ke waktu. Hal ini akan menimbulkan ketidak seimbangan antara
kebutuhan penduduk akan lahan yang tidak terbatas dengan jumlah lahan yang terbatas. Akan
tetapi, dengan semakin meningkatnya penduduk dan meningkatnya pembangunan maka
semakin meningkat pula kebutuhan penggunaan lahan. Lahan terbagi menjadi lahan
terbangun dan lahan tak terbangun. Lahan Terbangun terdiri dari perumahan, industri,
perdagangan, jasa dan perkantoran. Sedangkan lahan tak terbangun terdiri dari ruang terbuka,
pertanian, perkebun, area perairan, produksi dan penambangan sumber daya alam.

Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) memiliki luas wilayah sebesar ± 410,32
km² yang terbagi menjadi lahan terbuka, lahan kosong serta hutan. Adapun rata-rata sebagian
besar lahan di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) di dominasi oleh kawasan
perkebunan, permukiman serta pertanian. Selain itu untuk lahan terbangun selain meliputi
kawasan permukiman juga banyak tersebar tempat peribadatan agama Hindu berupa Pura.
Sepanjang jalan Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) juga banyak dipenuhi oleh
hutan-hutan yang belum di manfaatkan secara maksimal oleh masyarakat yang ada di
Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu).

Tabel III.9 Pengunaan Lahan Untuk Kawasan Lindung di Wilayah bagian selatan (Kasimbar -
Sausu)

No. Penggunaan Lahan Luas ( Ha) Jumlah (Ha) Persentase


1. Hutan Magrove 663
1.254 0,58 %
2. Sungai 591
Sumber : RTRW Kabupaten Parigi Moutong 2010-2030

Penggunaan lahan untuk kawasan budidaya di Kabupaten Parigi berdasarkan RTRW


Kabupaten Parigi Moutung 2010-2030 yang tertera di tabel III.4 bahwa belum ada luasan
pasti pembagian kawasan budidaya untuk Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu), tetapi
untuk luasan pembagian lahan untuk kawasan budidaya yang ada di Kabupaten Parigi
Moutong sudah tertera di RTRW dengan pembagiannya perkecamatan.

Tabel III.10 Pengunaan Lahan Untuk Kawasan Budidaya di Wilayah bagian selatan (Kasimbar
- Sausu)

No. Peruntukan Lahan Wilayah Luas (Ha)


1. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Sausu Atas 8.190
Basah/Daerah Irigasi
Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan
2. Sausu Bawah 971
Basah/Daerah Irigasi
Wilayah bagian
Hutan Produksi Terbatas Seluas +- 110.008 ( Luas Keseluruhan
3. selatan (Kasimbar -
(Kawasan Budidaya Hutan) Kab.Parigi )
Sausu)
Wilayah bagian
Hutan Produksi Tetap Seluas (Kawasan +- 21.805 ( Luas Keseluruhan
4. selatan (Kasimbar -
Budidaya Hutan) Kab.Parigi )
Sausu)
Wilayah bagian
Produksi Yang Dapat Dikonversi Seluas +- 16.056 ( Luas Keseluruhan
5. selatan (Kasimbar -
(Kawasan Budidaya Hutan) Kab.Parigi )
Sausu)
Wilayah bagian
Kawasan Pertanian Lahan Basah Seluas +- 52.048 ( Luas Keseluruhan
6. selatan (Kasimbar -
(Kawasan Budidaya Non Hutan) Kab.Parigi )
Sausu)
Wilayah bagian
Kawasan Peruntukan Perkebunan Kakao
7. selatan (Kasimbar - 12.964
(Kawasan Budidaya Non Hutan)
Sausu)
Wilayah bagian
Kawasan Pengembangan Tanaman
8. selatan (Kasimbar - 515
Kelapa (Kawasan Budidaya Non Hutan)
Sausu)
Wilayah bagian
Kawasan Peruntukan Perikanan
9. selatan (Kasimbar - -
(Kawasan Budidaya Non Hutan)
Sausu)
Wilayah bagian
Emas Dan Mineral (Pengembangan +- 97.091 ( Luas Keseluruhan
10. selatan (Kasimbar -
Kawasan Peruntukan Pertambangan) Kab.Parigi )
Sausu)
Sumber : RTRW Kabupaten Parigi Moutong 2010-2030

Pengertian Penggunaan lahan adalah segala campur tangan manusia ,baik secara
permanen maupun secara siklus terhadap suatu kelompok Sumberdaya alam dan Sumber
daya buatan,yang secara keseluruhan disebut lahan,dengan tujuan untuk mencukupi
kebutuhan-kebutuhannya baik secara kebendaan maupun spiritual ataupun kedua-duanya.

Penggunaan lahan meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Menurut


Peraturan Daerah Kabupaten Parigi Moutong, kawasan lindung adalah kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
Sumberdaya alam, Sumberdaya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna
kepentingan pembangunan berkelanjutan. Sedangkan Kawasan Budidaya adalah kawasan
yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
Sumberdaya alam, Sumberdaya manusia, dan Sumberdaya buatan.

Tabel III. 11 Penggunaan lahan pada kawasan lindung di Kecamatan Torue

No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Jumlah Persen %


1. Hutan Lindung 11.560
2. Hutan Mangrove 663 12.378 5,77

3. Sungai 155
(Sumber : RTRW Kabupaten Parigi Moutong 2011)
Penggunaan lahan untuk kawasan lindung di Kabupaten Parigi berdasarkan RTRW
Kabupaten Parigi Moutung 2010-2030 yang tertera di tabel III.8 luasan pembagian lahan
untuk kawasan budidaya yang ada di Kabupaten Parigi Moutong sudah tertera di RTRW
dengan pembagiannya perkecamatan.

Penggunaan lahan untuk kawasan budidaya di Kecamatan Torue berdasarkan RTRW


Kabupaten Parigi Moutong 2010-2030 yang tertera di Tabel III.9 luas pembagian lahan untuk
kawasan budidaya seluas 16.262 (Ha).
Tabel III. 12 Penggunaan Lahan pada kawasan Budidaya di Kecamatan Torue

No Nama daerah irigasi Nama kecamatan Luas (Ha)


1. Torue Torue 16.262
(Sumber : RTRW Kabupaten Parigi Moutong 2011)
Penggunaan lahan untuk kawasan budidaya di Kabupaten Parigi berdasarkan RTRW
Kabupaten Parigi Moutung 2010-2030 yang tertera di tabel III.10 luasan pembagian lahan
untuk kawasan budidaya yang ada di Kabupaten Parigi Moutong sudah tertera di RTRW
meliputi kawasan budidaya hutan dan kawasan budidaya non hutan.

Tabel III. 13 Pengembangan kawasan budidaya di Kecamatan Torue

No Jenis kawasan Peruntukan lahan Luas (Ha)


1. Kawasan budidaya hutan Hutan produksi terbatas ± 110.008
Hutan produksi tetap ± 21.805
2. Kawasan budidaya non hutan Kawasan pertanian lahan basah ± 52.048
Kawasan perkebunan kakao ± 65.439
Kawasan pengembangan tanaman kelapa ± 27.328
Kawasan peruntukan perikanan -
(Sumber : RTRW Kabupaten Parigi Moutong 2011)
Penggunaan lahan untuk luas kolam berdasarkan BPS Kecamatan Torue 2017 yang
tertera di tabel III.11 luasan pembagian lahan kolam meliputi kolam ikan, dan tambak.
Tabel III. 14 Luas Kolam Ikan dan Tambak di Kecamatan Torue 2017
No. Desa Kolam (Ha) Tambak (Ha)
1. Tolai - 10
2. Purwosari 2 -
3. Torue 5 50
4. Astina - -
5. Tanalanto - 60
6. Tolai Barat - -
7. Tolai Timur 2 175
Total 9 295
(Sumber: Kecamatan Torue Dalam Angka 2018)
Penggunaan lahan untuk luas lahan sawah berdasarkan BPS kecamatan torue yang
tertera di tabel III.12 pada tahun 2017 luas lahan sawah meningkat menjadi 3.336,5 Ha
dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya.

Tabel III. 15 Luas Lahan Sawah di Kecamata Torue

No. Luas Lahan (Ha)


Uraian 2014 2015 2016 2017
1. Sawah 3.317 3.317 3.317 3.336,5
(Sumber: Kecamatan Torue Dalam Angka 2018)

3.1.7. Perekonomian

3.1.7.1 Kasimbar

3.1.7.2 Toribulu

3.1.7.3 Ampibabo

3.1.7.4 Siniu

3.1.7.5 Parigi Utara

3.1.7.6 Parigi Tengah

3.1.7.7 Parigi

3.1.7.8 Parigi Barat

3.1.7.9 Parigi Selatan

3.1.7.10 Torue
Perencanaan dan evaluasi pembangunan tidak terlepas dari pengelolaan keuangan
daerah. Pengelolaan anggaran merupakan salah satu perhatian utama para pengambil
keputusan dalam pemerintahan agar tercipta sistem pengelolaan anggaran yang mampu
memenuhi berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat, yaitu terbentuknya semangat
desentralisasi, demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan.

Perekonomian yang ada di Kecamatan Torue diperoleh dari berbagai jenis


perdagangan dan jasa meliputi pasar, toko, kios, dan warung, jasa pengetikan computer,
sablon, percetakan, dan fotocopy. Tidak hanya itu, masyarakat di Kecamatan Torue juga
sangat bergantung dari hasil perkebunan dan pertanian karena hasil dari berkebun dan bertani
lebih mendongkrat perekonomian masyarakat di Kecamatan Torue.
Pada tahun 2017 Kecamatan Torue memiliki ADD sebesar 1.951.602 dan DD sebesar
5.431.741 dengan jumlah 7.383.343 yang di bagi di 7 kelurahan yang ada di Kecamatan
Torue seperti tabel III.13.

Tabel III. 16 Rincian Pembagian ADD dan DD di Kecamatan Torue Tahun 2017

No. Kelurahan ADD (Rp.) DD (Rp.) Jumlah (Rp.)


1. Tolai 342.945 815.828 1.158.773
2. Purwosari 260.950 765.918 1.026.868
3. Torue 280.707 794.052 1.074.759
4. Astina 260.925 765.488 1.026.413
5. Tanalanto 256.242 770.965 1.027.207
6. Tolai Barat 270.602 769.357 1.039.959
7. Tolai Timur 279.231 750.133 1.029.364
Jumlah 1.951.602 5.431.741 7.383.343
(Sumber : BPS Kecamatan Torue Dalam Angka Tahun 2018)

3.1.7.11 Balinggi

3.1.7.12 Sausu
Perekonomian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi suatu wilayah,
dimana terdapat beberapa indikator serta kegiatan-kegiatan perekonomian yang
mempengaruhi wilayah tersebut. Adapun kegiatan perekonomian yang dijadikan sebagai
sumber pendapatan masyarakat yang tinggal di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu)
berupa kegiatan perdagangan dan jasa seperti adanya Pasar, toko, kios, warung, rumah
makan, tempat fotocopy, usaha percetakan, hotel dan penginapan.

Selain dari kegiatan perdagangan, Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) juga
memiliki kegiatan industri kecil-kecilan serta usaha kegiatan kerajinan rumah tangga.
Adapun kegiatan industri kecil tersebut menurut bahan baku utamanya berupa kayu, logam
dan logam mulia. Sedangkan untuk kerajinan rumah tangga dapat berupa menganyam,
gerabah, keramik, kain tenun dan lainnya. Dengan adanya kegiatan perdagangan dan jasa
serta perindustrian yang ada di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) tentunya dapat
memberikan dampak yang positif bagi perekonomian di Wilayah bagian selatan (Kasimbar -
Sausu).

Pada tahun 2017 Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) memiliki ADD sebesar
2.819.806.000 dan DD sebesar 7.761.072.000 dengan jumlah 10.580.878.000 yang di bagi di
10 kelurahan yang ada di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) seperti tabel III.5.
Tabel III.17 Rincian Pembagian ADD dan DD di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu)
Tahun 2017

No. Kelurahan ADD (Rp.) DD (Rp.) Jumlah (Rp.)


1. Maleali 272.976.000 787.716.000 1.060.692.000
2. Sausu Piore 277.349.000 797.894.000 1.075.243.000
3. Sausu Torono 276.694.000 763.441.000 1.040.135.000
4. Sausu Trans 325.423.000 799.252.000 1.124.675.000
5. Sausu Pakareme 272.513.000 764.496.000 1.037.009.000
6. Sausu Gandasari 263.191.000 779.377.000 1.042.568.000
7. Sausu Salubanga 291.306.000 774.519.000 1.065.825.000
8. Taliabo 286.216.000 759.316.000 1.045.532.000
9. Sausu Tambu 296.417.000 790.602.000 1.087.019.000
10. Sausu Auma 257.721.000 744.459.000 1.002.180.000
Sumber : BPS Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) Dalam Angka Tahun 2018

Pada tahun 2013 hingga 2017 penduduk di Wilayah bagian selatan (Kasimbar -
Sausu) memiliki beberapa sumber mata pencaharian mulai dari petani, peternak, pengusaha
bahkan TNI dengan jumlah yang naik dan turun setiap tahunnya bisa di lihat di tabel III.6.

Tabel III.18 Jumlah Penduduk Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) Menurut Jenis
Pekerjaan

No. Kelurahan 2013 2014 2015 2016 2017


1. Petani pemilik 9.868 9.979 9.993 9.620 10.612
2. Petani penggrap 319 330 408 288 408
3. Petani Peyandap - 18 26 22 23
4. Nelayan 1.000 1.020 1.017 905 1.140
5. Pedagang 1.439 1.541 1.570 1.498 1.636
6. Pegawai 315 345 339 345 386
No. Kelurahan 2013 2014 2015 2016 2017
7. TNI/Polri 27 28 32 31 30
8. Peternakan 391 515 549 563 1.193
9. Pengolahan/Industri 365 381 659 1.183 707
10. Buruh 1.743 1.956 2.383 2.073 2.776
11. Angkutan 104 136 122 121 103
12. Pengusaha 33 34 26 22 32
Sumber :BPS Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) Dalam Angka Tahun 2018

Tabel III.19 Potensi Pertanian Di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu)

No. Potensi Produksi (/Ton) Hasil (Kw/Ha)


1. Padi Sawah 157 14,15
2. Kacang Hijau 46,04 8,22
3. Ubi Kayu 2.121 189,39
Sumber : Laporan Pendahuluan CV. Abad Dua Satu Engineering

Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) memiliki potensi pertanian seperti padi
sawah dengan hasil produksi 157 ton dengan hasil 14,15 Kw/Ha nya, kacang hijau 46,04 ton
dengan hasil 8,22 Kw/Ha dan ubi kayu 2.121 ton dengan hasil 189,39 Kw/Ha nya seperti di
tabel III.7.

Tabel III.20 Potensi Perkebunan Di Kecamatan Sasusu

No. Potensi Produksi (/Ton) Hasil (Kg/Ha)


1. Tanaman Kelapa 689 1.883
2. Tanaman kakao 8 684 917
Sumber : Laporan Pendahuluan CV. Abad Dua Satu Engineering

Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) memiliki potensi perkebunan seperti


tanaman kelapa dengan hasil produksi 689 ton dengan hasil 1.883 Kg/Ha dan tanaman kakao
dengan hasl produksi 8.684 dengan hasil 917 Kg/Ha nya seperti di tabel III.8.

3.1.8. Sosial Budaya


Dapat dilihat pada tabel dibawah bahwa kepadatan penduduk yang terbesar terdapat
di wilayah Parigi sebesar 1.471 dan memiliki jumlah penduduk sebesar 34.569 jiwa
sedangkan wilayah di Parigi bagian Selatan yang memiliki tingkat kepedatan penduduk
terkecil terdapat di wilayah Parigi Selatan dengan jumlah penduduk sebesar 23.958 jiwa.

Tabel Kepadatan Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Parigi


Bagian Selatan (Kasimbar-Sausu) Pada Tahun 2017
No Kecamatan Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk
1 Kasimbar 23.896 -
2 Toribulu 19.588 92
3 Ampibabo 23.427 122
4 Siniu 9.423 79
5 Parigi Utara 6.259 63
6 Parigi Tengah 8.822 117
7 Parigi 34.569 1471
8 Parigi Barat 8.221 70
9 Parigi Selatan 23.958 60
10 Torue 20.596 75
11 Balinggi 17.728 79
12 Sausu 25.372 62
(Sumber: BPS dalam Angka 2018)
Tabel Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Parigi Bagian Selatan (Kasimbar-Sausu) Pada Tahun 2017
No Kecamatan Petani Nelayan Pedagang Pegawai TNI/POLRI Peternakan Industri/Pengolahan Buruh Angkutan Pengusaha Pensiunan

1 Kasimbar 5909 306 395 220 151 586 185 1362 111 88 11

2 Toribulu 2243 402 309 182 3 317 119 919 53 29 22

3 Ampibabo 7083 492 351 411 42 488 272 564 92 105 101

4 Siniu 3385 359 178 141 5 133 82 382 38 17 14

5 Parigi Utara 1307 201 432 138 24 63 2 254 9 - 3

6 Parigi Tengah 1985 148 200 230 7 212 227 192 10 23 15

7 Parigi 11043 1140 1636 386 30 1193 707 2776 103 32 15

8 Parigi Barat 1704 3 84 234 10 255 - 390 19 8 27

9 Parigi Selatan 4562 253 437 339 70 726 151 905 108 86 39

10 Torue 3908 182 1113 462 103 1574 58 941 69 264 26

11 Balinggi - - - - - - - - - - -

12 Sausu 11043 1140 1636 386 30 1193 707 2776 103 32 15


(Sumber: BPS dalam Angka 2018)
3.2. Gambaran Umum Perumahan dan Permukiman

3.2.1 Kasimbar

3.2.2 Toribulu

3.2.3 Ampibabo

3.2.4 Siniu

3.2.5 Parigi Utara

3.2.6 Parigi Tengah

3.2.7 Parigi

3.2.8 Parigi Barat

3.2.9 Parigi Selatan

3.2.10 Torue
Menurut UU Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman.

Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan
maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai
hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Sedangkan Permukiman adalah bagian dari
lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai
prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan atau kawasan perdesaan.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 tentang


Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman, Peraturan Menteri Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Daerah Provinsi
dan Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2011 tentang
Pedoman Bantuan Prasarana, Sarana dan Utilitas umum (PSU) meliputi :
A. Jumlah Rumah

1. Perumahan dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 15 s/d 1.000 rumah


2. Permukiman dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 1.000 s/d 3.000 rumah
3. Lingkungan hunian dengan jumlah sekurang-kurangnya 3.000 s/d 10.000 rumah
4. Kawasan permukiman dengan jumlah rumah > 10.000 rumah
Berdasarkan standar dari Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Bantuan
Prasarana, Sarana dan Utilitas umum (PSU) asumsi perhitungan jumlah rumah berdasarkan
jumlah rumah tangga/KK Kecamatan Torue untuk setiap kelurahannya didapatkan dari hasil
pembagian jumlah rumah tangga dengan jumlah maksimal jumlah keluarga yaitu 5
orang/rumah. Bisa dilihat pada tabel III.22

Tabel III. 21 Asumsi jumlah rumah berdasarkan jumlah rumah tangga/KK

No. Kelurahan Rumah Tangga Jumlah Rumah


1. Tolai 1.787 357
2. Purwosari 706 141
3. Torue 826 165
4. Astina 395 79
5. Tanalanto 599 120
6. Tolai Barat 464 93
7. Tolai Timur 431 86
Jumlah 1.041
(Sumber : BPS Parigi Moutong Dalam Angka Tahun 2018)

3.2.11 Ballinggi

3.2.12 Sausu
Perumahan dan permukiman di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) memiliki
lingkungan dengan sarana dan prasarana yang bisa di bilang memadai serta kawasan
perdesaan.

1. Kondisi dan bentuk rumah serta keterikatan antar bangunan, seperti :


a. Rumah tunggal
b. Rumah deret
c. Rumah susun
2. Adapun jenis rumah meliputi :
a. Rumah komersial
b. Rumah umum
c. Rumah swadaya
d. Rumah khusus
e. Rumah negara
Tabel III.22 Jumlah Rumah Perkawasan

No. Kawasan Jumlah Rumah Perkawasan


1. Perumahan 15 s/d 1.000 rumah
2. Permukiman 1.000 s/d 3.000 rumah
3. Lingkungan hunian 3.000 s/d 10.000 rumah
4. Kawasan permukiman > 10.000 rumah
Sumber : Peraturan Menteri No. 20 Tahun 2011

Asumsi untuk jumlah bangunan rumah di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu)
berdasarkan hitungan yaitu 1 rumah tangga atau 1 kepala keluarga adalah 5 orang, seperti
yang bisa di lihat di tabel III.15.

Tabel III.23 Jumlah Rumah Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga di Wilayah bagian selatan
(Kasimbar - Sausu)

Rumah
No. Kelurahan Jumlah Rumah
Tangga/KK
1. Maleali 775 155
2. Sausu Piore 598 120
3. Sausu Torono 572 114
4. Sausu Trans 1631 326
5. Sausu Pakareme 466 93
6. Sausu Gandasari 353 70
7. Sausu Salubanga 266 53
8. Taliabo 486 97
9. Sausu Tambu 551 110
10. Sausu Auma 329 65
Sumber : BPS Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) Dalam Angka 2018

3.3. Gambaran Umum Sarana, Prasarana dan Utilitas

3.3.1 Sarana Pendidikan


Pada kelurahan Besusu Tenggah tersedia fasilitas-fasilitas pendidikan meliputi
SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK. Penyediaan fasilitas pendidikan pada wilayah Kelurahan
Besusu Tengah dapat dilihat pada tabel III.17.

Tabel III.24 Banyaknya Sekolah Menurut Tingkat Pendidikan dan Status Sekolah Tahun 2017

Sarana Pendidikan
No Kecamatan PERGURUAN PONDOK
TK/PAUD SD/MI SMP/MTS SMA/SMK TINGGI PESANTREN
1 Kasimbar 35 28 8 5 0 0
2 Toribulu 0 0 0 0 0 0
3 Ampibabo 0 29 7 3 0 0
Sarana Pendidikan
No Kecamatan PERGURUAN PONDOK
TK/PAUD SD/MI SMP/MTS SMA/SMK TINGGI PESANTREN
4 Siniu 0 0 0 0 0 0
5 Parigi Utara 0 9 2 1 0 0
6 Parigi Tengah 0 8 4 3 0 0
7 Parigi 0 30 10 11 2 0
8 Parigi Barat 0 8 2 1 0 0
9 Parigi Selatan 0 21 11 3 0 0
10 Torue 0 12 5 3 0 1
11 Balinggi 0 14 4 1 0 0
12 Sausu 0 18 9 3 0 0

Sumber : BPS Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) Dalam Angka 2018

Berdasarkan tabel di atas di wilayah Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu)


diketahui bahwa tersedia fasilitas pendidikan SD, SMP, SMA. Sehingga dalam bidang
pendidikan khususnya diwilayah Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) ini dianggap
sudah memadai.

3.3.2 Sarana Kesehatan


Sarana kesehatan berperan dalam meningkatkan kesehatan warga pada suatu wilayah, di
Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) terdapat beberapa fasilitas kesehatan seperti
puskesmas, poslindes, posyandu dan apotik tetapi Wilayah bagian selatan (Kasimbar -
Sausu) tidak memiliki rumah sakit

Tabel III.25 Banyaknya Sarana Kesehatan di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu)
Tahun 2017

Sarana Kesehatan
No Kecamatan Puskesmas Poliklinik Pos
Puskesmas pembantu Poslindes Posyandu Apotik Swasta Posbindu KB
1 Kasimbar 1 6 21 28 1 0 0 0
2 Toribulu 0 0 0 0 0 0 0
3 Ampibabo 1 2 12 21 2 1 0 0
4 Siniu 0 3 0 2 0 1 0 3
5 Parigi Utara 1 0 0 2 0 0 2 1
Parigi
6 Tengah 1 0 2 0 0 4 0 3
7 Parigi 1 5 9 9 13 3 0 11
8 Parigi Barat 1 2 4 10 0 0 0 6
Parigi
9 Selatan 1 5 3 0 0 1 0 1
10 Torue 0 12 5 3 0 0 0 0
11 Balinggi 1 5 9 14 1 0 16 0
12 Sausu 0 18 9 3 0 0 0 0
Sumber : BPS Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) Dalam Angka 2018

Di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) memiliki 1 Puskesmas, 7 Puskemas


pembantu, 8 Poslindes, 25 Posyandu dan 2 Apotik. Fasilitas-fasilitas kesehatan yang terdapat
di tabel III.18 dianggap belum memadai dan belum mampu melayani seluruh masyarakat di
Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu). Pada Kecamatan ini belum terdapat Rumah
Sakit, akan tetapi kebutuhan ini dapat terpenuhi oleh fasilitas Rumah Sakit yang ada pada
kelurahan lain yang berdekatan dengan kelurahan ini.

3.3.3 Sarana Peribadatan


Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang
perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang
ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Jenis fasilitas
peribadatan di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) didominasi oleh Mesjid yaitu
sebanyak 25 unit hal ini di sebabkan oleh sebagian masyarakat di Wilayah bagian selatan
(Kasimbar - Sausu) memeluk agama Islam. Bisa di lihat di tabel III.19.

Tabel III.26 Banyaknya Tempat Ibadah di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) Tahun
2017

Sarana Peribadatan
No Kecamatan
Masjid Mushola Gereja Pura Wihara
1 Kasimbar 0 0 0 0 0
2 Toribulu 1 0 2 0 0
3 Ampibabo 28 2 5 2 0
4 Siniu 8 0 0 0 0
5 Parigi Utara 0 0 1 0 0
6 Parigi Tengah 3 3 1 2 0
7 Parigi 10 0 2 0 0
8 Parigi Barat 15 7 4 0 0
9 Parigi Selatan 5 2 3 0 0
10 Torue 0 12 5 3 0
11 Balinggi 5 4 8 34 0
12 Sausu 25 21 27 17 0
Sumber : BPS Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) Dalam Angka 2018

Selain masjid terdapat musholah sebanyak 21 unit dan terdapat sarana peribadatan
lain yaitu pura sebanyak 17 unit dan gereja protestan sebanyak 22 unit serta gereja katolik
sebanyak 5 unit.
3.3.4 Sarana Perdagangan
Sarana perdagangan dan jasa berfungsi melayani dan menyediakan kebutuhan sehari-
hari penduduk yang dilengkapi dengan fasilitas-fasiltas pendukung yang dibutuhkan.Sarana
perdagangan dan jasa terbagi kedalam beberapa kelompok antara lain pasar, toko, warung,
hotel maupun penginapan.

3.3.5 Sarana Pemerintahan

3.3.5 Ruang Terbuka


Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik
dalam bentuk kawasan atau area maupun dalam bentuk area memanjang atau jalur dimana
dalam penggunaanya lebih bersifat terbuka yang dasarnya tanpa bangunan yang terdiri dari
ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau.

3.3.6 Jaringan Jalan


Jaringan jalan dalam suatu wilayah berfungsi sebagai penghubung antara satu wilayah
dengan wilayah lain untuk mempermudah mobilisasi atau pergerakan dalam wilayah tersebut.
Dengan adanya jalan tersebut, segala aktivitas dalam suatu wilayah akan berjalan dengan
lebih baik.

Tabel III.27 Jenis Jalan Di Wilayah Parigi bagian Selatan (Kasimbar – Sausu)

Panjang
No Jenis Jalan Nama Ruas
(km)
1 Jalan Arteri Primer Kasimbar - Ampibabo 57,00
2 Jalan Arteri Primer Parigi - Tolai 30,00
3 Jalan Arteri Primer Tolai - Sausu 29,00
4 Jalan Lokal Primer Tolai - Balinggi 7,80
( Sumber : RTRW Kabupaten Parigi Moutong 2010-2030)

3.3.7 Jaringan Air Bersih


Jaringan air bersih di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) dan Torue sebagian
besar bersumber dari PDAM yang didistribusikan melalui pipa-pipa ke setiap rumah tangga.
Adapun komponen pengolahan dan distribusi mencakup bangunan pengambil air baku,
saluran atau pipa transmisi, instalasi transmisi, instalasi produksi, bak penampungan, serta
pipa distribusi yang meliputi pipa distribusi utama (primer) maupun sekunder adapun sumber
air berasal dari air permukaan seperti sungai pondo, sementara permukiman-permukiman
penduduk yang tidak menggunakan layanan PDAM lebih memanfaatkan air permukaan
melalui pemanfaatan mesin air.
3.3.8 Jaringan Listrik
Utilitas kota berupa kebutuhan listrik yang tersedia pada wilayah Wilayah bagian
selatan (Kasimbar - Sausu) berasal dari aliran Listrik PLN. Keberadaan tenaga listrik
sebagai sarana penerangan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat.
Seluruh rumah yang ada di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) telah terlayani
dengan jaringan listrik dapat dilihat disepanjang jalan raya utama. Sedangkan utilitas kota
berupa kebutuhan listrik yang tersedia pada wilayah Kecematan Torue berasal dari aliran
listrik PLN dan gardu listrik pada Kecematan Torue juga sangat merata pada kelurahan-
kelurahannya. Keberadaan tenaga listrik sebagai sarana penerangan merupakan kebutuhan
yang sangat penting bagi masyarakat. Di Kecematan Torue tepatnya di Kelurahan Tolai dan
purwosari ada beberapa rumah tidak terlayani dengan jaringan listrik atau tanpa listrik.

Tabel III. Jenis Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Wilayah Parigi Bagian
Selatan (Kasimbar-Sausu)

No Kecamatan Kapasitas (MW)


1 Parigi 4,972
2 Kasimbar 1,850
( Sumber : RTRW Kabupaten Parigi Moutong 2010-2030)

Tabel III. Jenis Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohido (PLTM) di Wilayah Parigi
Bagian Selatan (Kasimbar-Sausu)

No Nama PLTM Kecamatan Kapasitas (MW)


1 Tindaki Parigi Selatan 1
2 Parigi Parigi 2
( Sumber : RTRW Kabupaten Parigi Moutong 2010-2030)

3.3.9 Jaringan Persampahan


Permasalahan sampah timbul karena disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan penduduk, pola konsumsi
masyarakat, aktivitas fungsi kota, kepadatan penduduk, serta kompleksitas masalah
transportasi. Dari faktor tersebut akan memberikan pengaruh terhadap jumlah timbunan
sampah dan komposisi sampah.

Sumber utama timbulnya sampah di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) yaitu
sampah domestik (rumah tangga) dan sampah non domestik (sekolah, kantor dan lain-lain),
sampah komersial (pasar, toko, dll). Persampahan yang ada di Wilayah bagian selatan
(Kasimbar - Sausu) sebagian besar penduduk melakukanya dengan cara dibakar dan ada juga
yang sudah menyediakan tempat sampah.
Berdasarkan buku sanitasi Kabupaten Parigi Pengelolaan sampah dibagi ke dalam dua
aktivitas utama yaitu pengumpulan dan pemrosesan akhir. Berdasarkan Undang-Undang No.
18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, untuk pemrosesan akhir digunakan sistem
controlled dan sanitary landfill. Sedangkan untuk sistem open dumping sudah tidak
diperkenankan lagi. Pengumpulan sampah dibedakan menjadi pengumpulan langsung atau
perorangan (dari pintu ke pintu) dan tidak langsung atau komunal (ditimbun pada TPS atau
kontainer).

Sedangkan untuk di Kecamatan Torue Permasalahan sampah timbul karena


disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi,
kesejahteraan penduduk, pola konsumsi masyarakat, aktivitas fungsi kota, kepadatan
penduduk, serta kompleksitas masalah transportasi. Dari faktor tersebut akan memberikan
pengaruh terhadap jumlah timbunan sampah dan komposisi sampah.
Sumber utama timbulnya sampah di Kecematan Torue yaitu sampah domestik (rumah
tangga) dan sampah non domestik (sekolah, kantor dan lain-lain), sampah komersial (pasar,
toko, dll). Persampahan yang ada di Kecematan Torue sebagian besar penduduk
melakukanya dengan cara dibakar dan ada juga yang sudah menyediakan tempat sampah.

Adapun terdapat pengembangan tempat pembuangan akhir (TPA) untuk persampahan


yang berada di Kecamatan Parigi dengan luasan seluas 2.5Ha dengan kapasitas sebesar
20m3/hari.

3.3.10 Jaringan Drainase


Drainase terdapat beberapa prasarana drainase yang secara kuantitas sudah memadai
tapi di beberapa kelurahan seperti Sausu piore drainase masih sering tersumbat, tetapi untuk
kelurahan lain sudah cukup memadai yang ditandai dengan dilengkapinya saluran drainase
dikanan dan kiri jalan. Permasalahan utama yang dihadapi adalah lemahnya pemeliharaan,
sehingga hampir semua saluran mengalami sedimentasi akibat tertimbun sampah.

Drainase di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) di bagi menjadi dua


berdasarkan buku sanitasi Kabupaten Parigi

a. Drainase makro yang terdiri dari drainase primer dan sekunder yang umumnya di
operasikan oleh provinsi atau balai. Drainase ini berupa sungai, drainase atau saluran
primer dan sekunder.
b. Drainase tersier atau mikro yang umumnya direncanakan, dibangun dan dirawat oleh
pemerintah kota dan bahkan sering pula melibatkan masyarakat. Fungsi ganda pada
drainase tersier yaitu sebagi tempat pembuangan dan pengaliran grey water dan juga
black water sepanjang tahun dan sebagai penyalur air hujan atau limpasan saat musim
hujan tiba.
Sedangkan Jaringan drainase yang berada di Kecamatan Torue meliputi drainase
terbuka. Drainase terbuka yaitu berupa saluran terbuka untuk mengalirkan air buangan yang
relatif tidak berbau, seperti air hujan maupun air permukaan sedangkan untuk drainase
tertutup yaitu berupa saluran tertutup untuk mengalirkan air pembuangan dari kamar mandi,
WC, dapur, dan cucian. Adapun salah satu drainase yang berada di Kelurahan Tolai
Kecamatan Torue yaitu berupa drainase terbuka.

3.3.11 Jaringan Air Limbah


Sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Parigi di bagi menjadi 3 berdasarkan buku
sanitasi Kabupaten Parigi Moutung.
a. Sistem setempat air limbah (blak and grey water) langsung diolah setempat. Sistem
setempat bisa kering atau basah. Sistem kering tidak memakai air untuk
membersihkan kotoran. Sedangkan sistem basah menggunakan air untuk
membersihkan kotoran dan sistem basah ini yang umum digunakan di Indonesia. Pada
sistem setempat yang memadai dibutuhkan ceruk atau tangki untuk menampug
endapan tinja dan tergantung pada permeabilitas tanah ntk menapis air limbah ke
dalam tanah. Tangki septik memerlukan pembuangan endapan tinja secara berkala (2-
4 tahun). Endapan tinja yang terkumpul harus diangkut dan diolah di instalasi
pengolahan yang dirancang untuk ini (instalasi pengolahan lumpur tinja atau IPLT).
b. Sistem terpusat, sistem ini biasanya dikelola oleh pemerintah daerah atau badan milik
swasta resmi yang mengalirkan black dan grey water secara bersamaan. Sistem ini
umumnya menyertakan WC gelontor yang tersambung ke saluran limbah.
c. Sistem sanitasi hibrida, sistem ini masih menahan solid di dalam bak
penampungannya, tetapi mengalirkan limbah cairnya ke sistem
pengumpulan/koleksinya. Sistem hibrida bisa dikoneksikan ke kloset sistem simbur
ataupun sentor yang dialirkan lebih dulu ke interseptor sebelum dihubungkan dengan
jaringan pipa air limbah. Sebagaimana tangki septik biasa, lumpur dalam bak
penampung tetap harus dikuras ke IPLT.

3.3.12 Jaringan Telekomunikasi


Jaringan telepon yang ada di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) berupa
jaringan kabel. Sementara telekomunikasi nirkabel (handphone) jaringan sinyalnya sudah
dapat menjangkau seluruh tempat yang ada di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu).
Di Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) sudah terdapat beberapa tower
telekomunikasi yang ada di lingkungan permukiman penduduk. Sedangkan Jaringan telepon
yang ada di Kecematan Torue berupa jaringan kabel. Sementara telekomunikasi nirkabel
(handphone) jaringan sinyalnya sudah dapat menjangkau seluruh tempat yang ada di
Kecematan Torue . Di Kecematan Torue sudah terdapat beberapa tower telekomunikasi yang
ada di lingkungan permukiman penduduk.

3.4.1 Sausu

Berdasarkan RTRW, pada pasal 14 tentang rencana pengembangan sistem perkotaan


wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 bahwa Kecamatan Sausu di
peruntukan untuk Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) berdasarkan RTRW Kabupaten
Parigi.

Berdasarkan RTRW, pada pasal 28 tentang rencana pengembangan kawasan budidaya


Kabupaten Parigi terutama Kecamatan Sausu di peruntukan untuk :

a) Kawasan hutan produksi.


b) Kawasan peruntukan pertanian berupa kawasan pertanian lahan basah.
c) Kawasan peruntuntukan perkebunan berupa kawasan pengembangan kakao dan
kawasan pengembangan tanaman kelapa.
d) Kawasan peruntukan perikanan.
e) Kawasan peruntukan industri.
f) Kawasan peruntukan pertambangan berupa mineral logam, emas, mineral dan biji
emas serta batuan berupa pasir batu kerikil.
g) Kawasan peruntukan permukiman berupa kawasan permukiman perkotaan dan
kawasan permukiman pedesaan.
h) Kawasan peruntukan ternak sapi, kerbau, kuda, kambing, ayam dan babi.

Berdasarkan RTRW Kabupaten Parigi di pasal 31 bahwa Kecamatan Sausu


merupakan kawasan agrotourisme.

Berdasarkan lampiran VIII B Kawasan lindung Kabupaten Parigi, Kecamatan Sausu


di peruntukan sebagai kawasan lindung yaitu hutan mangrove dengan jumlah luas 663 Ha
dan 591 Ha luas sungai.

3.4.2 Torue
Berdasarkan RTRW pasal 14 Rencana pengembangan sistem perkotaan wilayah
kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 bahwa Kecamatan Torue di peruntukan
untuk Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) berdasarkan RTRW Kabupaten Parigi.

Berdasarkan RTRW pasal 28 rencana pengembangan kawasan budidaya kabupaten


parigi terutama Kecamatan Torue di peruntukan yaitu untuk :

a. kawasan hutan produksi meliputi hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan
produksi yang dapat dikonversi
b. Kawasan Peruntukan Pertanian berupa kawasan pertanian lahan basah dan kawasan
pertanian lahan kering
c. Kawasan Peruntukan Perkebunan berupa kawasan pengembangan kakao, pengembangan
cengkeh, pengembangan lada, pengembangan pala dan kawasan pengembangan tanaman
kelapa.
d. Kawasan Peruntukan Perikanan
e. Kawasan peruntukan Pariwisata berupa kawasan pariwisara holtikultura
f. Kawasan peruntukan permukiman
g. Kawasan Ternak Kabupaten berupa kawasan ternak babi

Kawasan lindung kabupaten parigi, kecematan torue di peruntukan kawasan lindung


yaitu hutan mangrove seluas 663 dan hitung lindung seluas 11.560 Ha serta 591 Ha luas
sungai.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

Guna mendukung identifikasi krakteristik wilayah yang akan dijadikan lokasi


penelitian, maka diperlukan data-data pendukung, baik data sekunder maupun data primer.
Data serta data pendukung lainnya, sehingga perlunya dilakukan pengumpulan data. Pada bab
ini dijelaskan mengenai berbagai kebutuhan data dan proses pemenuhannya melalui survei-
survei yang dirancang baik untuk survei di beberapa instansi terkait maupun survei langsung
di wilayah studi. Bab ini juga menyajikan rencana pengolahan data beserta penyajiannya
supaya lebih mudah digunakan dan dipahami.
4.1. Tahapan Survei Awal
Pada tahapan ini didominasi dengan kegiatan untuk mendapatkan data-data sekunder
dan literatur-literatur yang relevan yang dapat digunakan untuk mendukung penyusunan
identifikasi permasalahan dan potensi wilayah studi serta penyusunan konsep awal
perancangan. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Literatur review, tahapan ini merupakan tahapan paling awal dalam rangkaian dalam
tindakan identifikasi karakteristik wilayah.
2. Identifikasi isu dan lokasi studi, tahapan ini dilakukan untuk mengetahui secara jelas
mengenai asal mula atau latar belakang timbulnya permasalahan sehingga dalam
tahapan selanjutnya lebih mudah dan tepat pemecahannya.
3. Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah yang terkait dengan rekomendasi
strategi dalam lokasi.
4. Perumusan masalah, tujuan dan sasaran, didasarkan atas kegiatan pengamatan dan
permasalahannya lebih bersifat keruangan (spasial).
5. Penyusunan rancangan studi lapangan (survei), termasuk penyusunan kebutuhan data,
dan penyusunan daftar pertanyaan untuk kuesioner dan wawancara.
6. Survei pendahuluan (preliminary survei) dilakukan untuk mengetahui gambaran
umum wilayah makro dan gambaran objek wilayah studi. Hal ini berguna untuk
mengetahui karakteristik wilayah studi, dimana tahap ini sebagai dasar dari penentuan
proses pengumpulan data yang meliputi :
a. Penentuan lokasi yang akan disurvei.
b. Menentukan objek survei.
c. Penyusunan teknik survei yang digunakan.
d. Proses perijinan yang ditujukan pada instansi yang terkait dan berwenang, antara
lain kantor Bappeda, kantor Pekerjaan Umum (PU), kantor Penataan ruang, kantor
kecamatan, dan kantor lurah.
4.2.Tahapan Survei Lapangan
Tahap ini didominasi dengan pengumpulan data primer. Tahapan ini merupakan
tahapan kunci dalam rangkaian proses pengambilan data yang terkait dengan rekomendasi
strategi dalam studio perencanaan ini. Data yang baik adalah data yang valid, reliabel, dan
objektif. Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terdapat di lapangan dan data
yang dilaporkan oleh peneliti. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan survei yang sistematis
dan matang. Pada tahapan ini dilakukan sesuai dengan objek dan teknik survei yang telah
disusun pada tahap survei awal di atas. Adapun secara garis besar survei lapangan dilakukan
dengan cara :
4.2.1. Pengumpulan Data Primer
1. Observasi langsung
Observasi langsung yaitu metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung
atau peninjauan secara cermat dan langsung di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu).
Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat atau mengamati secara
langsung kondisi eksisting fisiografi, sarana dan prasarana, ultilitas, kondisi ekonomi, sosial
budaya, serta penggunaan lahan yang ada di lapangan atau di lokasi penelitian. Kegiatan
observasi menggunakan instrumen-instrumen tertentu. Instrumen yang digunakan dalam
observasi langsung yaitu :
a. Peta Sampling untuk mengetahui titik pengamatan.
b. Check list aspek-aspek yang akan diamati.
c. Tabel mobilitas untuk mengoptimalkan waktu.
d. Kamera, alat tulis, kendaraan dan perekam video.
2. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak
yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Tanya jawab
sepihak berarti bahwa pengumpul data yang aktif bertanya, sermentara pihak yang ditanya
aktif memberikan jawaban atau tanggapan. Pada penelitian, wawancara dapat berfungsi
sebagai metode primer, pelengkap atau sebagai kriterium. Wawancara digunakan untuk
menguji kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh dengan metode lain.
Dalam survei ini teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara
pertanyaan terbuka (open-ended) dimana pertanyaan yang telah dipersiapkan bersifat terbuka
artinya menggambarkan pilihan bagi orang yang diwawancarai untuk merespon. Mereka
terbuka dan bebas merespon pertanyaan. Respon dapat berupa dua kata atau bahkan dua
paragraf. Wawancara yang akan kami lakukan di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu)
terkait dengan aktivitas sosial masyarakat setempat, kodisi tata guna lahannya, persebaran
sarana dan prasarana serta ulitas yang belum memenuhi standar. Dalam survei ini responden
yang akan diwawancarai antara lain :
1. Instansi Pemerintah, meliputi :
a. Kepala Camat Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu).
b. Lurah Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu).
c. Kepala Dusun.
2. Tokoh dan masyarakat setempat.
3. Swasta meliputi pelaku usaha berupa warung, kios, penginapan, restoran, rumah
makan.
4. LSM dan komunitas yang bergerak dibidang, lingkungan dan budaya.
4.2.2. Pengumpulan Data Sekunder
1. Studi Literatur
Studi literatur adalah cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-
sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian. Studi literatur
bisa didapat dari berbagai sumber, jurnal, buku dokumentasi, internet dan pustaka. Dalam
studi literatur Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu) untuk mendapatkan data secara
langsung kondisi eksisting fisiografi, sarana dan prasarana serta utilitas, kondisi ekonomi,
sosial budaya , dan tata guna lahan. Adapun studi literatur yang kami gunakan yaitu BPS
Kabupaten Parigi dan BPS Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu) serta jurnal dan
referensi dari internet.
2. Telaah dokumen
Telaah dokumen adalah salah satu penjaringan informasi data sekunder yang
digunakan sebagai data pendukung. Data atau dokumen terebut berupa data statistik
Kabupaten Parigi dan Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu) dan dokumen program
pembangunan permukiman kota. Dokumen lainnya berbentuk peta digital digunakan untuk
mengetahui penggunaan lahan, sebaran sarana prasarana pada wilayah studi. Pada studio
perencanaan ini, dokumen yang akan di telaah yaitu berupa Peraturan Daerah Kabupaten
Parimo No. 2 tahun 2011 yang berisi RTRW Kabupaten Parigi 2010-2030, Peraturan Mentri
No. 20 Tahun 2017, SNI-03-1733-2004 yang berisi tata cara perencanaan lingkungan,
Undang-Undang No. 1 tahun 2011 tentang perumahan dan pemukiman, Undang-Undang No.
23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah dan Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang
penataan ruang, Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 1 Tahun 2018.
3. Peta
Peta merupakan salah satu media yang digunakan menyampaikan suatu informasi
berupa lokasi, kependudukan lintang bujur suatu tempat, ukuran wilayah, kondisi sosiografis
(misalnya kepadatan penduduk) dan fisiografis (misalnya topografi) suatu wilayah dan kota
dalam wilayah studi yang kami teliti jenis peta yang kami gunakan yaitu :
a. Peta batas administrasi untuk mengetahui batas-batas wilayah.
b. Peta kemiringan lereng untuk mengetahui tingkat kelerengan dan sebagai salah satu
data yang dibutuhkan dalam menganalisis daya dukung lingkungan.
c. Peta klimatologi untuk mengetahui curah hujan yang ada.
d. Peta jenis tanah sebagai salah satu data yang dibutuhkan dalam menganalisis daya
dukung lingkungan.
e. Peta kemampuan tanah untuk mengetahui kemampuan tanah pada wilayah studi.
f. Peta kelautan.
g. Peta batas kawasan hutan.
h. Peta kawasan lahan pertanian.
i. Peta kawasan pertambangan.
j. Peta pariwisata.
k. Peta resiko bencana.
l. Peta kawasan perikanan.
m. Peta wilayah sungai dan das.
n. Peta jaringan infrastruktur.
o. Peta sumber air dan prasarana sumber daya air.
p. Peta potensi pengembangan sumber daya air.
q. Peta kawasan industri.
r. Peta sebaran lahan gambut.
4.3. Alat dan Kelengkapan Survei
Kegiatan survei yang memakan waktu beberapa hari mengharuskan kelengkapan alat-
alat pendukung survei dipersiapkan sebaik mungkin sehingga tidak menghambat proses
pelaksanaan survei. Beberapa data yang dibutuhkan tidak selalu tersaji dalam bentuk tertulis
yang bisa dengan mudah didapat dan tersedia di berbagai sumber. Oleh karena itu dibutuhkan
beberapa alat lain yang bisa mengabadikan data-data yang bersifat nyata dan hanya ada di
wilayah studi. Beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung pengumpulan dan
pengolahan data-data tersebut adalah sebagai berikut :
1. Peta
Peta merupakan pedoman utama yang digunakan sebagai dasar penentuan lokasi
survei, karena dari peta itulah dapat diketahui di mana letak lokasi wilayah studi
berada dan bagaimana kondisi umum fisik alamnya. Peta yang akan dilakukan pada
survei ini yaitu peta administrisi, peta kemiringan lereng, peta klimatologi dan peta
jenis tanah.
2. Kamera digital
Kamera digunakan sebagai alat perekam visual keadaan eksisiting di wilayah studi.
Dengan adanya data visual berupa foto-foto wilayah studi, beberapa hal penting yang
tidak terdata dapat terdokumentasi sebagai acuan dalam proses pengenalan
karakteristik wilayah.
3. Komputer atau laptop
Komputer atau laptop digunakan sebagai alat pengolah seluruh data yang telah
diperoleh selama dan sebelum observasi lapangan. Selain itu juga digunakan sebagi
sarana penyusunan laporan studio perencanaan.
4. Alat tulis
Merupakan peralatan yang paling mudah digunakan dalam proses pengumpulan data-
data di instansi-instansi yang membutuhkan penyalinan data-data tertulis.
5. Kendaraan
Selama pelaksanaan observasi lapangan dan survei ke berbagai tempat mobilitas
kelompok sangat tinggi. Sehingga untuk mempermudah dan mempercepat pergerakan
kelompok kendaraan sangat dibutuhkan.
6. Form kuisioner atau wawancara
Dalam melakukan penelitian di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu) kita harus
menyiapkan daftar pertanyaan pada saat mewawancarai narasumber. Berikut
merupakan form wawancara yang akan terlampir pada lampiran.
4.4. Kebutuhan Data
Berdasarkan tema perancangan yang telah ditentukan maka dapat diidentifikasi
kebutuhan data dapat dilihat pada tabel IV.1.
Tabel IV.1 Kebutuhan Data Berdasarkan Instansi Terkait

SUMBER
No. ASPEK KEBUTUHAN DATA BENTUK DATA MANFAAT TAHUN
INSTANSI
 Kondisi geografis (batas  Dokumen Wilayah Selatan Badan pusat Sebagai acuan dalam
administratif dan luas Parigi (Kasimbar - Sausu) statistik melakukan proses
wilayah) Dalam Angka (2018) perencanaan dan
 Kondisi topografi  Dokumen profil perancangan kawasan di
(kemiringan lereng)  Kabupaten Parigi wilayah studi
 Kondisi klimatologi  Wilayah Selatan Parigi
 Kondisi geologi (Kasimbar - Sausu)
 Kondisi hidrologi
 Peta kelautan.
 Peta batas kawasan hutan.
 Peta kawasan lahan
pertanian.
1. Fisiografi  Peta kawasan pertambangan. 2018
 Peta pariwisata.
 Peta resiko bencana.
 Peta kawasan perikanan.
 Peta wilayah sungai dan
DAS.
 Peta jaringan infrastruktur.
 Peta sumber air dan
prasarana sumber daya air.
 Peta potensi pengembangan
sumber daya air.
 Peta kawasan industri.
 Peta sebaran lahan gambut.
 Data jumlah dan kepadatan  Dokumentasi lapangan Badan pusat Sebagai acuan dalam
penduduk  Dokumen Wilayah Selatan statistik melakukan proses
 Pertumbuhan penduduk Parigi (Kasimbar – Sausu) perencanaan dan
 Tingkat migrasi (2018) perancangan kawasan di
2. Kependudukan 2018
 Mata pencaharian  Dokumen profil Wilayah wilayah studi
 Pendapatan Penduduk Selatan Parigi (Kasimbar –
 Kualitas Penduduk Sausu)
(Kesehatan, IPM dan
SUMBER
No. ASPEK KEBUTUHAN DATA BENTUK DATA MANFAAT TAHUN
INSTANSI
pendidikan)
 Data penduduk kebiasaan
masyarakat diwilayah studi.
 Kondisi adat istiadat dan
organisasi kemasyarakatan
 Data dan informasi PDRB  Dokumentasi lapangan Badan pusat Sebagai acuan dalam
 Data dan informasi investasi  Dokumen Wilayah Selatan statistik melakukan proses
 Data dan informasi Matrik I- Parigi (Kasimbar – Sausu) perencanaan dan
3. Ekonomi O/IRIO dalam angka (2018) perancangan kawasan di 2018
 Dokumen profil Wilayah wilayah studi
Selatan Parigi (Kasimbar –
Sausu)
 Data dan informasi budidaya  Dokumen RTRW Dinas Pekerjaan Sebagai acuan dalam
kehutanan kecamamatan Sausu Umum melakukan proses
 Data dan informasi budidaya  Dokumentasi guna lahan perencanaan dan
kelautan  Dokumentasi lapangan perancangan kawasan di
2018
4. Penggunaan lahan  Data dan informasi non  Dokumen profil wilayah studi
kehutanan  Peta penggunaan lahan
 Data dan informasi
permukiman pedesaan atau
perkotaan
 Data dan informasi Kehutanan  BPS Sebagai acuan dalam
 Data dan informasi melakukan proses
Potensi Lestari dan pertambangan perencanaan dan
hasil eksplorasi  Data dan informasi pertanian perancangan kawasan di 2018
5.
dan eksploitasi  Data dan informasi wilayah studi
sumber daya alam perkebunan
 Data dan informasi sumber
daya laut
 Data jaringan listrik  Dokumentasi lapangan Badan pusat Sebagai acuan dalam
 Data jaringan telekomunikasi  Dokumen Wilayah bagian statistik melakukan proses
Sarana dan
6.
prasarana  Data jaringan transportasi selatan (Kasimbar - Sausu) perencanaan dan 2018
local Dalam angka (2018) perancangan kawasan di
wilayah studi
SUMBER
No. ASPEK KEBUTUHAN DATA BENTUK DATA MANFAAT TAHUN
INSTANSI
 Jumlah sarana pendidikan  Dokumentasi lapangan Badan pusat Sebagai acuan dalam
 Dokumen Wilayah bagian statistik, Dinas melakukan proses
selatan (Kasimbar - Sausu) pendidikan perencanaan dan 2018
Dalam angka (2018) Kabupaten Parigi perancangan kawasan di
Moutong wilayah studi
 Jumlah sarana  Dokumentasi lapangan Badan pusat Sebagai acuan dalam
Pemerintahan  Dokumen Wilayah bagian statistik, Kantor melakukan proses
selatan (Kasimbar - Sausu) bupati Kabupaten perencanaan dan 2018
Dalam angka (2018) Parigi Moutong perancangan kawasan di
wilayah studi
 Jumlah sarana kesehatan  Dokumentasi lapangan Badan pusat Sebagai acuan dalam
 Dokumen Wilayah bagian statistik, Kantor melakukan proses
selatan (Kasimbar - Sausu) BPJS Kabupaten perencanaan dan 2018
Dalam angka (2018) Parigi Moutong perancangan kawasan di
wilayah studi
 Jumlah sarana peribadatan  Dokumentasi lapangan Badan pusat Sebagai acuan dalam
 Dokumen Wilayah bagian statistik melakukan proses
Sarana dan perencanaan dan
6. selatan (Kasimbar - Sausu) 2018
prasarana perancangan kawasan di
Dalam angka (2018)
wilayah studi
 Jumlah sarana ruang terbuka  Dokumentasi lapangan Dinas Pekerjaan Sebagai acuan dalam
 Data jalan (arteri, kolektor,  Dokumen Wilayah bagian Umum melakukan proses
local, dan lingkungan) selatan (Kasimbar - Sausu) perencanaan dan 2018
 Drainase Dalam angka (2018) perancangan kawasan di
wilayah studi
 Data jaringan persampahan  Dokumentasi lapangan Dinas lingkungan Sebagai acuan dalam
 Data jumlah TPA  Dokumen Wilayah bagian Kabupaten parigi melakukan proses
 Data jumlah TPS selatan (Kasimbar - Sausu) Moutong perencanaan dan 2018
 Data sistem persampahan Dalam angka (2018) perancangan kawasan di
wilayah studi
 Data jaringan air bersih  Dokumentasi lapangan Buku sanitasi Sebagai acuan dalam
 Dokumen Wilayah bagian Kabupaten Parigi melakukan proses
selatan (Kasimbar - Sausu) Moutong, PDAM perencanaan dan 2018
Dalam angka (2018) Kabupaten Parigi perancangan kawasan di
Moutong wilayah studi
SUMBER
No. ASPEK KEBUTUHAN DATA BENTUK DATA MANFAAT TAHUN
INSTANSI

 Data jaringan air limbah  Dokumentasi lapangan Buku sanitasi Sebagai acuan dalam
 Dokumen Wilayah bagian Kabupaten Parigi melakukan proses
Sarana dan
6. selatan (Kasimbar - Sausu) Moutong perencanaan dan 2018
prasarana
Dalam angka (2018) perancangan kawasan di
wilayah studi
 Data daerah rawan bencana  Dokumen profil Dinas Badan Sebagai acuan dalam
 Peta rawan bencana  Dokumentasi lapangan Penanggulangan melakukan proses
7. Non Fisik Bencana Daerah perencanaan dan 2018
perancangan kawasan di
wilayah studi
Sumber : Hasil Analisi Kelompok, 2019
4.5.Tahapan Kompilasi Data
Setelah tahap pengumpulan data melalui beberapa sumber, data-data yang dibutuhkan
sudah didapatkan, tahap selanjutnya adalah kompilasi data. Kompilasi data atau rekapitulasi
data ini bertujuan memilah-milah dan mengumpulkan data sesuai dengan bahasan atau aspek-
aspek yang sama. Data yang akan kami kompilasi berdasarkan :
1. Kondisi fisik dasar Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu).
2. Kondisi perumahan dan permukiman Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu).
3. Kondisi sarana prasarana dan ultilitas.
4. Kondisi perekonomian Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu).
5. Kondisi sosial budaya.
6. Kondisi kebencanaan Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu).
4.6. Metode Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen
pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya. Analisis data ini perlu dilakukan
karena untuk mereduksi data menjadi perwujudan yang lebih dapat dipahami dan
diinterpretasikan dengan cara tertentu sehingga hubungan dari masalah penelitian dapat
ditelaah serta diuji (Silalahi, 2006).
Metode analisis data yang digunakan dalam kegiatan studio perencanaan ini adalah
analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kuantitatif untuk menganalisis sarana dan
prasarana yang ada di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu), digunakan untuk mengolah
data angka dengan menggunakan operasi matematik. Tujuan menggunakan analisis
kuantitatif adalah untuk menganalis data yang didapatkan sehingga menghasilkan output
berupa angka. Metode analisis kuantitatif berfungsi untuk menghitung pertumbuhan
penduduk di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu) dan untuk mengetahui kebutuhan
sarana prasarana yang butuhkan di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu). Terkait
dengan analisis kebutuhan sarana dan prasarana dalam proyeksinya hingga beberapa tahun
kedepan maka analisis yang digunakan disini menggunakan metode linier atau polinomial
sebab pertambahan penduduk relatif stabil sehingga metode inilah yang dianggap sesuai
untuk digunakan.
Metode linier atau polinomial digunakan dengan asumsi pertumbuhan penduduk
jumlahnya selalu konstan dari tahun ke tahun.
Bentuk matematis metode linier adalah :
Rumus proyeksi penduduk

P(t+q) = Pt + b (q)

Dimana :
P(t+q) : Jumlah penduduk pada tahun proyeksi.

Pt : Jumlah penduduk pada tahun dasar.

B : Pertambahan penduduk rata-rata per tahun.

q : Selisih tahun proyeksi dan tahun dasar.


Setelah mendapatkan hasil jumlah proyeksi penduduk pada 10 tahun yang akan
datang, kemudian hasil jumlah penduduk tersebut di input lagi kedalam rumus untuk
mengetahui kebutuhan jenis-jenis sarana dan prasarana.
Adapun rumus kebutuhan sarana dan prasarana
Rumus Proyeksi : P(t+q) / Standar SNI

P(t+q) : Proyeksi penduduk pada tahun tertentu

Standar SNI : Standar pendirian atau pembagunan sesuai SNI


4.7. Tahapan Penyajian Data
Teknik penyajian data merupakan cara bagaimana seorang peneliti dapat menyajikan
data dengan baik agar dapat dibaca dan mudah dipahami oleh pembaca. Data yang disajikan
diperoleh dari pengamatan dan wawancara tentang hal yang terjadi serta dapat berupa
deskripsi informasi lainnya (seperti dari dokumen, foto, rekaman video dan hasil
pengukuran). Dalam penyajian data hasil penelitian dapat dijadikan dalam tiga cara, yaitu
penyajian secara verbal, penyajian secara visual, dan penyajian secara matematis.
Dalam hal ini penyajian data dilakukan secara visual menggunakan grafik, peta,
gambar, dan laporan. Foto-foto dan video yang berhasil didapatkan akan disajikan sebagai
pendukung laporan tertulis yang nantinya akan menjadi dasar dari proses perancangan yang
dilakukan. Penyajian hasil analisis data-data memegang peranan penting agar pembaca atau
pengguna memiliki pemahaman yang jelas, baik dan utuh tentang hasil analisis. Oleh karena
itu, akan disampaikan dengan terstruktur, mudah dipahami, dan sesuai dengan kaidah yang
telah ditentukan.
Adapun penyajian data yang kami lakukan secara visual menggunakan grafik, peta,
dan gambar yaitu :
1. Peta
a. Peta citra untuk menampilkan kondisi esisting fisik wilayah dengan tampilan
sesuai dengan yang sebenarnya.
b. Peta administrasi untuk mengetahui batas-batas wilayah.
c. Peta kelerengan untuk mengetahui tingkat kelerengan dan sebagai salah satu data
yang dibutuhkan dalam menganalisis daya dukung lingkungan.
d. Peta jenis tanah sebagai salah satu data yang dibutuhkan dalam menganalisis daya
dukung lingkungan.
e. Peta sebaran untuk mengetahui persebaran sumber daya.
2. Gambar
a. Gambar peta administrasi Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu).
b. Gambar peta jenis tanah Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu).
c. Gambar peta kemiringan lereng Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu).
d. Gambar peta klimatologi Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu).
4.8 Tahapan Penyajian Hasil Analisis
Teknik penyajian data merupakan cara bagaimana seorang peneliti dapat menyajikan
data dengan baik agar dapat dengan mudah dibaca orang lain dan mudah untuk dipahami oleh
pembaca. Data yang disajikan diperoleh dari pengamatan (apa yang terjadi) dan hasil
wawancara (apa yang dikatakan) serta bisa berupa deskripsi informasi lainnya (misalnya dari
dokumen, foto, rekaman video) dan hasil pengukuran. Dalam penyajian data hasil penelitian
dapat disajikan dalam tiga cara, yaitu penyajian secara verbal, penyajian secara visual, dan
penyajian secara matematis.
Dalam hal ini penyajian data dilakukan secara visual menggunakan grafik, peta, dan
gambar, dan laporan. Foto-foto dan video yang berhasil didapatkan akan disajikan sebagai
pendukung laporan tertulis yang nantinya akan menjadi dasar dari proses perancangan yang
dilakukan. Penyajian hasil analisis data-data memegang peranan penting agar pembaca atau
pengguna memiliki pemahaman yang jelas, baik dan utuh tentang hasil analisis. Oleh karena
itu, akan disampaikan dengan terstruktur, mudah dipahami, dan sesuai dengan kaidah yang
telah ditentukan.
BAB V
MANAJEMEN PELAKSANAAN KERJA
5.1. Jadwal Kegiatan Kerja
Bulan Agustus September Oktober November Desember Target
Kegiatan
Minggu IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Pencapaian
PRA SURVEI
Pendalaman materi
Pendalaaman materi
mengenai proposal teknis
dan pembagian kelompok
Pengerjaan proposal
teknis

SURVEI

PRA SURVEI

Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2019


5.2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi kelompok dilakukan untuk memudahkan pelaksanaan seluruh kegiatan
studio perencanaan, baik dalam kegiatan lapangan ataupun pelaksanaan tugas. Berikut adalah
tabel struktur organisasi kelompok :
Tabel V.1 Struktur Organisasi Kelompok

Jabatan Nama NIM


Ketua Muh. Abrar Thariq F 231 17 049
Sekretaris Yuni Rizki Awwaliin F 231 17 065
Bendahara Aulia Ramadhani F 231 17 051
Moh. Wahid F 231 15 010
Oksha Artha Abrianto F 231 15 056
Muh. Ditya Mahendra F 231 16 140
Putri Kartika Mendi F 231 17 052
Anggota
Muh. Candra Putra M. F 231 17 087
Nurlaila Arumdhani P. F 231 17 060
Ainun Amalia F 231 17 076
Indra Darmawan F 231 17 081

Tabel V.2 Pembagian Penanggung Jawab Laporan Hingga Survei

Muh. Abrar Thariq


Muh. Candra Putra M.
Penanggung Jawab Peta
Indra Darmawan
Moh. Wahid
Muh. Ditya Mahendra
Penanggung Jawab Survei
Oksha Artha Abrianto
Aulia Ramadhani
Yuni Rizki Awwaliin
Penanggung Jawab Dokumen Nurlaila Arumdhani P
Puri KartikaMendi
Ainun Amalia

5.3. Organisasi Tim


Penyusunan organisasi tim dilakukan agar setiap anggota memiiliki tanggung jawab atas
pembagian tugas yang telah di setujui. Dengan adanya organisasi tim dalam kelompok
diharapkan agar semua tugas yang ada dapat di lakukan dengan baik dan benar. Pembagian
kelompok pada Kecamatan Sasusu, Kabupaten Parigi Moutong telah dilakukan dengan adil,
dimana semua anggota memiliki proporsi yang sama dalam pengerjaan tugas. Adapun
pembagian penyusunan proposal teknis di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar – Sausu) dapat
dilihat pada Tabel V.3.
Tabel V.3 Organisai Tim Penyusunan Proposal Teknis di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar -
Sausu)

Muh. Abrar Thariq


Bab I Pendahuluan Indra Darmawan
Moh. Wahid
Muh. Ditya Mahendra
Bab II Kajian Teori
Muh. Canra Putra M.
Nurlaila Arumdhani P
Bab III Karakteristik Wilayah Studi Putri Kartika Mendi
Ainun Amalia
Yuni Rizki Awwaliin
Bab IV Desain Survei
Aulia Ramadhani
Bab V Manajemen Pelaksanaan Kerja Oksha Artha Abrianto

5.4. Rencana Anggaran


Rencana anggaran dibuat sebagai acuan dalam rincian penggunaan uang selama seluruh
kegiatan studio perencanaan berlangsung. Berikut adalah rencana anggaran dana kelompok
sebagai berikut :
Tabel V.4 Rencana Anggaran Biaya MK Studio proses di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar -
Sausu)

Harga
Jumlah
No. Kebutuhan Satuan Nilai Satuan Sub Total
Unit
(Rp)
Rp. 250.000/hari x
1. Sewa penginapan 2 Kamar Rp. 1.750.000
7 hari
Biaya
2. Rp. 500.000
Transportasi
4. Obat-Obatan Rp. 50.000
5. Kertas A4 3 Rim Rp. 50.000 Rp. 150.000
6. Jilid Rp. 30.000
7. CD + Tempat CD Rp. 15.000
Biaya tidak
8. Rp. 500.000
terduga
Rp. 3.095.000
DAFTAR PUSTAKA

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kabupaten Parigi Moutong Dalam Angka 2018. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Parigi Moutong. Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Kasimbar Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik
Kecamatan Kasimbar. Kecamatan Kasimbar, Kabupaten Parigi Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Toribulu Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik
Kecamatan Toribulu. Kecamatan Toribulu, Kabupaten Parigi Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Ampibabo Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik
Kecamatan Ampibabo. Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Siniu Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik
Kecamatan Siniu. Kecamatan Siniu, Kabupaten Parigi Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Parigi Utara Dalam Angka 2018. Badan Pusat
Statistik Kecamatan Parigi Utara. Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parigi Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Parigi Tengah Dalam Angka 2018. Badan Pusat
Statistik Kecamatan Parigi Tengah. Kecamatan Parigi Tengah, Kabupaten Parigi
Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Parigi Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik
Kecamatan Parigi. Kecamatan Parigi, Kabupaten Parigi Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Parigi Barat Dalam Angka 2018. Badan Pusat
Statistik Kecamatan Parigi Barat. Kecamatan Parigi Barat, Kabupaten Parigi Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Parigi Selatan Dalam Angka 2018. Badan Pusat
Statistik Kecamatan Parigi Selatan. Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi
Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Torue Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik
Kecamatan Torue. Kecamatan Torue , Kabupaten Parigi Moutong.
Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Balinggi Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik
Kecamatan Balinggi. Kecamatan Balinggi, Kabupaten Parigi Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) Dalam Angka 2018.
Badan Pusat Statistik Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu). Wilayah bagian
selatan (Kasimbar - Sausu), Kabupaten Parigi Moutong.

Badan Standar Nasional, SNI 03-1733-2004.

Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2011 Tentang Penyediaan Sarana, Prasarana dan Utilitas.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan


Kawasan Permukiman.

Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Penyusun Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten.

Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Bantuan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU) Perumahan dan Kawasan
Permukiman.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2010-2030.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.

Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 1 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota.

Anda mungkin juga menyukai