Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Istilah antigen mengandung dua arti, pertama untuk mengambarkan
molekul yang memacu respon imun (juga disebut imunogen) dan kedua untuk
menunjukkan molekul yang dapat bereaksi dengan antibodi atau sel T yang
sudah disensitasi (Baratawidjaja, 2006). Antigen yaitu setiap substansi asing
yang dapat menginduksi timbulnya respon imun (Bloom, 2002).
Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan
normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap sel-nya sendiri.
Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi
tanggapan imun, terutama dalam produksi antibodi. Antigen biasanya protein
atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul Iainnya. Permukaan
bakteri mengandung banyak protein dan polisakarida yang bersifat antigen,
sehingga antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel
kanker, dan racun.
Secara fungsional antigen terbagi menjadi 2, yaitu:
 Imunogen, yaitu molekul besar (disebut molekul pembawa).
Bagian dari molekul antigen besar yang dikenali oleh sebuah
antibodi (oleh reseptor sel-T) atau bagian antigen yang dapat
membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi, menginduksi
pembentukan antibodi yang dapat diikat dengan spesifik oleh
bagian dari antibodi atau oleh reseptor antibodi, bisa juga disebut
determinan antigen atau epitop.
 Hapten, yaitu kompleks yang terdiri atas molekul kecil. Bahan
kimia ukuran kecil seperti dinitrofenol dapat diikat antibodi, tetapi
bahan tersebut sendiri tidak dapat mengaktifkan sel B (tidak
imunogenik). Untuk mengacu respon antibodi, bahan kecil tersebut
perlu diikat oleh molekul besar. Hapten merupakan sejumlah
molekul kecil yang dapat bereaksi dengan antibodi namun tidak
dapat menginduksi produksi antibodi.
Istilah hapten diberikan oleh seorang ahli imunologi yang bernama Karl
Landsteiner, pada awal abad 20. Hapten berasal dari kata Yunani, haptein
dimana memiliki arti untuk mengikat. Haptens merupakan molekul yang
tergolong memiliki bobot molekul yang rendah, dimana hapten merupakan
antigenik tetapi bukan imunogenik, yang berarti mereka dapat mengikat sel
kekebalan tubuh tetapi tidak untuk mendorong humoral atau sel dimediasi
imun. Oleh karena itu tidak ada antibody yang dibangkit-hidupkan kembali
terhadap hapten.
Hapten tidak tergolong imunogenik dikarenakan hapten tidak dapat
mengaktifkan sel T Helper, kegagalan untuk mengaktifkan sel T Helper

1|Hapten
dikarenakan hapten tidak bisa mengikat MHC Protein. Hapten juga
merupakan valensi tunggal sehingga ia tidak bisa menghasilkan sel B sendiri.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Hapten?
2. Bagaimana keterikatan Hapten dengan molekul pembawanya?
3. Apa sajakah nama-nama Hapten dan molekul pembawanya?
4. Obat-obat apa sajakah yang dapat dikategorikan sebagai Hapten?
1.3. Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Hapten
2. Mengetahui keterikatan Hapten terhadap molekul pembawanya
3. Mengetahui apa saja nama-nama Hapten dan molekul pembawanya
4. Mengetahui obat-obat apa saja yang dapat dikategorikan sebagai Hapten

2|Hapten
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hapten


Hapten adalah molekul kecil yang merangsang tubuh memproduksi
molekul antibodi dengan cara konjugasi dengan molekul yang lebih besar,
yang disebut molekul pembawa (carrier). Hapten terdiri atas molekul kecil.
Bahan kimia ukuran kecil seperti dinitrofenol dapat diikat antibodi, tetapi
bahan tersebut sendiri tidak dapat mengaktifkan sel B (tidak imunogenik).
Untuk mengacu respon antibodi, bahan kecil tersebut perlu diikat oleh
molekul besar.
Kompleks hapten-carrier merangsang produksi antibodi, yang akan
menjadi reaksi imunitas (mampu memicu respon imun). Hapten kemudian
bereaksi secara spesifik dengan antibodi yang dihasilkan sehingga
menghasilkan respon imun atau alergi.
Hapten adalah senyawa dengan bobot molekul rendah biasanya Iebih kecil
dari 10.000 . Antibiotik, pestisida, mikotoksin termasuk senyawa ini dan
umumnya tidak dapat merangsang terbentuknya antibodi pada ternak, karena
tidak bersifat imunogenik, atau sifat imunogeniknya lemah. Hapten sebagai
antigen, dan supaya terbentuk antibodi pada tubuh ternak jika disuntikkan
maka senyawa hapten tersebut harus dikonjugasi secara kimiawi dengan
senyawa bermolekul besar seperti protein. (Sri Rachmawati, 2005).
Hapten merupakan molekul organik kecil (dengan berat molekulnya
kurang dari 1000 Da) yang bersifat antigenik tetapi tidak bersifat
immunogenik. Hapten tidak bersifat immunogenik karena hapten tidak
mampu mengaktifkan sel T pembantu. Ketidakmampuan hapten untuk
mengaktifkan sel T pembantu disebabkan karena ketidakmampuannya untuk
mengikat protein MHC (Major Histocompatibility Complex). Hapten tidak
dapat mengikat MHC karena hapten bukan merupakan suatu protein dan
hanya protein yang mampu mengikat protein MHC (Parija, 2009).

2.2 Keterikatan Hapten Terdahap Molekul Pembawanya


Jika haptens diikatkan atau dikaitkan pada protein pembawa, produksi
antibodi spesifik terhadap haptens ini dapat dipicu. Setelah diproduksi,
antibodi akan mengenali hapten bahkan tanpa protein pembawa. Hapten
biasanya hanya memiliki epitope tunggal, jika konjugasi pembawanya sesuai,
hampir semua zat kimia dapat berfungsi sebagai antigen lengkap.
Hapten dapat terikat dengan kuat pada molekul pembawanya melalui
ikatan kovalen. Kompleks hapten-carrier inilah yang menstimulasi produksi
antibodi yang tidak dapat dilakukan oleh hapten yang tidak terikat. Kompleks
hapten-carrier ini bersifat imunogenik, yaitu dapat menghasilkan respon
imun. Hapten yang tidak terikat dapat bereaksi dengan produk dari respon
imun setelah produk tersebut dihasilkan, sehingga meskipun hapten tidak

3|Hapten
terikat (bebas) tidak dapat menghasilkan respon antibodi, hapten dapat
berikatan dengan antibodi dan berperan sebagai antigen. Hapten dapat
merangsang terjadinya respon imun yang kuat jika bergabung dengan
pembawa yang ukurannya sesuai (Abbas, 2006).
Hapten biasanya dikenali oleh sel B sedangkan carrier dikenali oleh sel T.
Carrier sering digabungkan dengan hapten dalam usaha imunisasi
(Baratawidjaja, 2004).

2.3 Contoh-contoh Molekul Hapten dan Molekul Pembawanya


Berikut ini merupakan contoh nama molekul hapten beserta molekul
pembawanya (Singh, 2004):
a. Nama Hapten

2- Hidroksi atrazine Metharbital


2- Hidroksi propazine Methiocarb
2- Hidroksi simazine Methomyl
2,4 Dinitroklorobenzen Methylprednisolone
2,4-Dichlorophenoxyacetic acid Metolachlor
3`-Hydroxycyclobarbital Morfin
3`-Ketocyclobarbital Morphine-3-glucuronide(M3G)
3-Carboxymethylmorphine Morphine-6-glucuronide(M6G)
Asam tiobarbiturat Barbital
5-Benzimidazolecarboxylic acid Benzoylecgonine
6-Monoacetylmorphine Carbaryl
9-Alpha-fluroprednisolone Ceftazidime
ABA (4-acetyl benzoic acid) Cinnamic acid
Agatharesinol Coniferyl alcohol
Aldicarb Asam tiobarbiturat
Amidosulfuron Barbital
Atrazine Benzoylecgonine
Atrazine Benalaxyl
Cortisol Betamethasone
Cortisone Carbofuran
Cyclobarbital Chlortoluron
Desmetryne Cocaine
Desoxymethasone Hinokiresinol
Dexamethasone Hydroxysugiresinol
Dietil atrazine (DEA) Isoproturon
Dietil diisopropil atrazine (DEDIA) Levallorphan
Dietil diisopropil hidroksi atrazine Hinokiresinol
(DEDIHA)
Diisopropil atrazine (DIA) Hydroxysugiresinol
Metalaxyl Isoproturon
Methamphetamine Levallorphan

4|Hapten
b. Molekul Pembawa

Avidin Protein Helix promatia Haemocyanin(HPH)


Protein
Bovine G globulin Protein Serum Albumin manusia (HSA)
Protein
Bovine Immunoglobulin G (BlgG) Keyhole Limpet Heamocyanin
Protein (KLH) Protein
Bovine Serum Albumin (BSA) LPH (Heamocyanin dari Limulus
Protein polyphemus) Protein
Bovine-Thyroglobulin Protein Pam3Cys-Th Lipopeptide
cBSA (cationized Bovine Serum Trypsin Inhibitor kedelai (STI) -
Albumin Protein
Colloidal Gold - Polylysine Peptide
Conalbumin (CONA) Protein Porcine Thyroglobulin (PTG)
Glikoprotein
Edestin Protein Purified Protein derivative (PPD) -
Exoprotein A (rekombinan) dari Serum Albumin kelinci (RSA)
Pseudomonas aeruginosa Protein Protein
HC (heamocyanin dari Paralithodes Trypsin Inhibitor kedelai (STI) -
camtschatica) Protein
Helix promatia Haemocyanin(HPH) Globulin bunga matahari (SFG)
Protein Protein
Serum Albumin manusia (HSA) Tetanus Toxoid -
Protein
Keyhole Limpet Heamocyanin Thyroglobulin (Tg) Protein
(KLH) Protein
LPH (Heamocyanin dari Limulus Polylysine Peptide
polyphemus) Protein
Ovalbumin (OA) Protein Porcine Thyroglobulin (PTG)
Glikoprotein
Avidin Protein Purified Protein derivative (PPD) -
Bovine G globulin Protein Serum Albumin kelinci (RSA)
Protein
Bovine Immunoglobulin G (BlgG) Trypsin Inhibitor kedelai (STI) -
Protein
Bovine Serum Albumin (BSA) Globulin bunga matahari (SFG)
Protein Protein
Bovine-Thyroglobulin Protein Tetanus Toxoid -
cBSA (cationized Bovine Serum Thyroglobulin (Tg) Protein
Albumin Protein
Colloidal Gold - Polylysine Peptide
Conalbumin (CONA) Protein Porcine Thyroglobulin (PTG)

5|Hapten
Glikoprotein
Edestin Protein Purified Protein derivative (PPD) -
Exoprotein A (rekombinan) dari Serum Albumin kelinci (RSA)
Pseudomonas aeruginosa Protein Protein
2.4 Obat-obat yang Tergolong Hapten
Beberapa obat dapat dikategorikan sebagai hapten seperti misalnya
penicillin yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi. Penicillin ketika
diinjeksikan atau dikonsumsi akan bereksi secara kimia dengan protein dalam
tubuh dan membentuk kompleks hapten-carrier yangdapat mengakibatkan
sindrom yang berbahaya yang dikenal dengan anafilaksis (Singh, 2004).
Konsep mekanisme alergi obat yang umum diterima saat ini adalah konsep
hapten, konsep pro-hapten dan konsep p-i. Obat dengan molekul yang tidak
cukup besar seperti penisilin, sulfonamide,sefalosporin pelemas otot,
tiopental,antituberkolosis, sisplatin dan kuinidin perlu terlebih dahulu
berikatan dengan protein pembawa agar dapatmenginduksi respon imun
spesifik yang disebut konsep hapten. (Roy Akur Pandapotan, 2017)
Pada kasus Alergi obat biasaya tidak terjadi pada paparan pertama.
Sensitisasi imunologik memerlukan paparan awal dan tenggang waktu
beberapa lama (masa laten) sebelum terjadi reaksi alergi. Alergenisitas obat
tergantung dari berat molekul. Obat dengan berat molekul yang kecil tidak
dapat langsung merangsang system imun bila tidak bergabung dengan bahan
lain untuk bersifat sebagai allergen,disebut sebagaai hapten. Hapten dapat
membentuk ikatan kovalen dengan protein jaringan yang bersifat stabil, dan
ikatan ini akan tetap utuh selama diproses didalam makrofag dan
dipresentasikan pada sel limfosit. Sebagian kecil obat mempunyai berat
molekul besar misalnya insulin,antisera,ekstrak organbersifat sangat
imunogenik dapat langsung merangsang sistem imun tubuh.
Contoh hapten adalah berbagai golongan antibiotic dan obat lainnya
dengan berat molekul yang rendah, yakni sebagai berikut :

Golongan Hapten Golongan Antigen


Penisilin Insulin
Cephalosporin Ensim (kimopapain, asparkinase)
Sulfonamid (termasuk antimikrobial, Antioxin asing
sulfasalasin, obat oral hipoglikemik, golongan
thiazid, diazoxide
Obat relaksasi Ekstrak organ (ACTH, Hormon)
Obat antituberkulosa Vaksin dan lain-lain
Obat antikonvulsan/ anti kejang
Thiopental
Quinidine
Cis-Platinum

6|Hapten
Dinitrophenol (DNP) juga merupakan salah satu contoh dari hapten. DNP
merupakan hapten yang tidak dapat menginduksi pembentukan antibodi
ketika diinjeksikan dalam bentuk bebasnya pada suatu uji yang menggunakan
hewan. Obat-obatan lain yang juga merupakan Hapten, diantaranya:

 Atrazin  Kortison
 Nikotin  Nalokson
 Morfin  Ampisilin
 Heroin  Triftamin
 Metampetamin  Vitamin D3
 Kokain  Sulfa
 Triamsinolon  Penisillin

7|Hapten
BAB III

KESIMPULAN

 Hapten adalah molekul kecil yang merangsang tubuh memproduksi


molekul antibodi dengan cara konjugasi dengan molekul yang lebih besar,
yang disebut molekul pembawa (carrier).
 Hapten dapat terikat dengan kuat pada molekul pembawanya melalui
ikatan kovalen. Kompleks hapten-carrier inilah yang menstimulasi
produksi antibodi yang tidak dapat dilakukan oleh hapten yang tidak
terikat. Kompleks hapten-carrier ini bersifat imunogenik, yaitu dapat
menghasilkan respon imun. Hapten yang tidak terikat dapat bereaksi
dengan produk dari respon imun setelah produk tersebut dihasilkan,
sehingga meskipun hapten tidak terikat (bebas) tidak dapat menghasilkan
respon antibodi, hapten dapat berikatan dengan antibodi dan berperan
sebagai antigen.
 Beberapa obat dapat dikategorikan sebagai hapten seperti misalnya
penicillin yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi. Penicillin ketika
diinjeksikan atau dikonsumsi akan bereksi secara kimia dengan protein
dalam tubuh dan membentuk kompleks hapten-carrier yangdapat
mengakibatkan sindrom yang berbahaya yang dikenal dengan anafilaksis
DAFTAR PUSTAKA

Mahdi, prof. Dr. dr. Hj. A. Dinajani S. Abadin H. SpPD, KAI-SH. 2008.
Penatalaksanaan Penyakit Alergi edisi ke-2. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Hal: 124-126. Diakses pada
tanggal 9 Oktober 2017

Baratawidjaja. 2004. Imunologi Dasar. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia. Jakarta. Diakses pada tangga 9 Oktober 2017

Rachmawati, Sri. 2005. Afilatoksin Dalam Pakan Ternak di Indonesia:


Persyaratan Kadar dan Pengembangan Deteksinya. Balai Besar
Veteriner. Bogor. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2017

Pandapotan, Roy Akur. 2017. Pendekatan Diagnosis dan Tata Laksana Alergi
Obat. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2017

Abbas, Litchtman. 2006. Basic Immunology. Functions and Disorders of the


immune system, 2nd ed. Updated edition 2006-2007. WB Saunders Co.
Diakses pada tanggal 9 Oktober 2017

Singh M.K., Srivastava S.,Raghava G.P.S. and Varsheny G.C. 2004. Hapten DB .
Available at : http://www.imtech.res.in/raghava/haptendb/. Diakses pada
tanggal 9 Oktober 2017

Parija, Subhash Candra. 2009. Textbook of Microbiology and Immunology. India:


Elsevier. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2017

Trihapsoro, Iwan. 2003. Dermatitis Kontak Alergik pada Pasien Rawat Jalan di
RSUP Haji Adam Malik Medan. Sumatera Utara. Diakses pada tanggal 9
Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai