Anda di halaman 1dari 4

Asuhan Keperawatan terhadap Strategi Koping Klien

oleh Rahma Alfianty Oetami, 1606881090, KD III Kelas D, FG 4

Proses dan asuhan keperawatan meliputi segala aspek yang terjadi dengan klien
termasuk dalam hal strategi koping. Koping adalah usaha atau tingkah laku seseorang untuk
mengatur stres psikologi yang terjadi pada dirinya (Potter & Perry, 2013). Mekanisme koping
terbagi menjadi mekanisme adaptif dan maladaptif. Mekanisme koping adaptif terjadi ketika
klien berhasil mengatur stres yang dirasakan, sedangkan mekanisme koping maladaptif adalah
bentuk mekanisme yang tidak efektif sehingga koping klien tidak berhasil. Dalam proses
keperawatan, perawat membantu klien untuk melakukan mekanisme koping adaptif untuk
membantu meningkatkan taraf kesehatannya.
Proses keperawatan terdiri atas lima proses, yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan
intervensi, implementasi, dan evaluasi. Setiap tahapan harus dilakukan dengan baik untuk
menemukan strategi koping yang efektif bagi klien. Perawat harus mempunyai pengetahuan
tentang stres dan koping untuk dapat melakukannya (Stuart, 2013).
1. Tahap Pengkajian
Pengkajian adalah bentuk tindakan untuk mengkaji lebih jauh hal-hal yang dirasakan
oleh klien. Dalam konteks stres dan koping, hal yang perlu dikaji oleh perawat meliputi status
kesehatan dari pandangan klien sendiri, pandangan klien tentang stres dan penyebab stresnya,
sumber koping klien, adanya kemungkinan koping maladaptif seperti pengelakan, dan adanya
ketergantungan pada rekomendasi medis (Stuart, 2013).
Hal yang perlu diperhatikan perawat dalam mengkaji data subjektif dan objektif klien,
perawat hraus membuat situasi yang tidak membuat klien merasa terancam atau tidak nyaman.
Perawat harus menjaga dan tidak melakukan kontak mata secara tepat. Hal ini dapat dilakukan
dengan menempatkan kursi dengan sudut 90 derajat menghadap pasien untuk mengurangi
ketegangan interaksi (Valcarolis & Halter, 2010 dalam Potter & Perry, 2013).
Contoh pertanyaan yang dapat diajukan perawat mengenai pandangan stres klien
seperti “apa yang Anda rasakan saat ini?; apa yang Anda pikirkan saat terbangun di malam hari
seperti kemarin?”. Koping maladaptif yang bisa ditemukan perawat contohnya adalah tindakan
perilaku kekerasan atau tindakan kasar klien sebagai bentuk dari penolakannya (Annas, 2017).
2. Tahap Diagnosis
Pada tahap ini, perawat mecocokkan data yang telah ditemukan dengan diagnosis yang
dapat terjadi. Diagnosis keperawatan untuk seseorang yang mengalami stres umumnya
terfokus pada strategi koping, yaitu apakah koping klien efektif atau tidak dengan
memerhatikan respon verbal dan nonverbal klien. Perawat harus tanggap jika klien memiliki
tanda-tanda koping tidak efektif atau koping maladaptif seperti adanya gejala cemas, marah,
dan tegang (Potter & Perry, 2013).
Stres seringkali menghasilkan banyak diagnosis keperawatan. Contohnya seperti
kecemasan atau ansietas, keterbatasan peran pengasuh/keluarga, koping tidak efektif, rasa
takut, resiko terhadap sindrom post trauma, nsomnia, harga diri rendah situasional, dan stres
berlebihan (Potter & Perry, 2013).
3. Tahap Perencanaan
Hal yang dilakukan perawat pada tahap ini adalah menentukan tujuan, hasil yang
diharapkan, dan kriteria keberhasilan. Perawat harus memilih intervensi keperawatan untuk
meningkatkan adaptasi klien terhadap stres. Perawat juga butuh berkonsultasi dengan seorang
profesi kesehatan bagian mental yang profesional, melibatkan klien dan keluarga dalam
melakukan strategi koping efektif.
Tujuan intervensi untuk klien yang mengalami stres meliputi:
• Mengurangi atau menghilangkan kecemasan
• Meningkatkan kemampuan klien untuk mengatur dan beradaptasi dengan pemicu stres
• Meningkatkan performa peran
Perawat juga harus menetapkan prioritas dalam tahap ini sebagai panduan dalam
melakukan intervensi (Potter & Perry, 2013). Kondisi kesehatan klien menentukan diagnosis
keperawatan yang mana yang menjadi proritas terbesar. Dalam konteks pasien yang mengalami
tekanan psikologis, keamanan dan keselamatan pasien serta orang-orang di sekitarnya menjadi
prioritas pertama. Sebagai contoh, pasien dengan diagnosis perilaku kekerasan. Pasien tersebut
juga mengalami insomnia dan harga diri rendah situasional, namun hal yang menjadi prioritas
perawat adalah untuk melakukan tindakan keperawatan yang bertujuan menghilangkan atau
mencegah perilaku kekerasan yang ia lakukan (Annas, 2017).
4. Tahap implementasi
Perawat melakukan tindakan yang ada di dalam perencanaan. Pada tahap ini, perawat
membantu klien melakukan strategi koping yang efektif. Strategi koping efektif adalah sebagai
berikut:

a. Strategi promosi kesehatan (memastikan kebutuhan dasar klien tercukupi untuk


mengurangi stres) meliputi latihan fisik, nutrisi yang optimal, tidur dan istirahat yang
cukup, dan manajemen waktu
b. Meminimalir kecemasan/ansietas mencakup perawat menjelaskan prosedur sebelum
melakukan tindakan, meminta klien menarik napas dalam sebelum melakukan injeksi,
mendengarkan perspektif klien terhadap kondisinya saat ini, dan membuat situasi yang
nyaman untuk meningkatkan kepercayaan klien
c. Menggunakan teknik relaksasi seperti teknik relaksasi napas dalam, teknik otot
progresif, meditasi, dan mengurangi ketegangan dengan canda tawa di situasi sesuai
d. Mengatur emosi dengan mengingat perbedaan antara marah/anger (perasaan subjektif)
dan agresi (perilaku yang melukai), mendekati klien dengan bersikap tenang dan
meyakinkan sehingga klien tidak akan merasa terancam, melibatkan klien dalam
perawatannya sesering mungkin untuk meningkatkan kontrol akal dan pikirannya, saat
klien bersikap agresif, jaga keamanan klien, klien lain, perawat, dan staf lain, panggil
bantuan saat intervensi tidak berhasil menurunkan agresi klien (Potter & Perry, 2013;
Berman, 2016).
Sebagai contoh, pada pasien dengan diagnosis perilaku kekerasan, perawat membantu
klien melakukan strategi koping dengan teknik napas dalam dan pukul bantal (Annas, 2017).
Hal ini dilakukan guna mencegah klien melakukan tindak kekerasan kepada orang di
sekitarnya.
5. Tahap evaluasi
Klien yang berhasil melaksanakan koping efektif seringkali mengungkapkan
perasaannya sudah lebih baik secara spontan kepada perawat (Potter & Perry, 2013).
Pada tahap evaluasi ini, perawat mengobservasi klien dan bicara dengan keluarga saat
situasi yang tepat. Kaji ulang klien untuk mengklarifikasi bahwa dirinya berhasil
melakukan strategi koping efektif seperti dengan mengajukan pertanyaan terkait
tindakan selanjutnya untuk mengatasi stres, waktu tidur, nafsu makan, dan kemampuan
untuk konsentrasi (Potter & Perry, 2013).
Perawat yang salah dalam menentukan prioritas strategi koping klien dapat
membuat kondisi klien tidak berkembang atau lebih buruk. Perawat juga harus
menemukan strategi koping yang efektif bagi klien sehingga stres yang dirasakan klien
tidak akan berkepanjangan. Oleh karena itu, penting bagi perawat menemukan banyak
hal dalam tahap pengkajian agar tahapan dan tindakan selanjutnya dapat dilaksanakan
dengan baik dan tepat.
Daftar Pustaka
Annas, M. (2017). Mekanisme Koping pada Pasien Resiko Menciderai Orang Lain. Diakses
dari http://eprints.ums.ac.id/52292/3/NASKAH%20PUBLIKASI-muhamad.pdf
Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing:
Concepts, Practice, and Process. (10th ed). New Jersey: Pearson Education, Inc.
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2013). Fundamentals of Nursing. 8th ed. Missouri: Elsevier, Inc.
Stuart, G. W. (2013). Principles and Practices of Psychiatric Nursing. 10th ed. Missouri:
Elsevier, Inc.

Anda mungkin juga menyukai