Anestesi Lokal
Anestesi Lokal
Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ”ANESTESI LOKAL”.
Makalah ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas klinik Oral Surgery. Pada penulisan
makalah ini kami mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Secara khusus
kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak drg. Masra Roesnoer, M.Kes.
Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna dalam menambah ilmu dan
wawasan untuk mengembangkan disiplin ilmu, khususnya ilmu tentang oral surgery.
Penulis
MAKALAH
ANESTESI LOKAL
Oleh :
2. Fairuzah (07-054)
Anestesi infiltrasi adalah anestesi yang bertujuan untuk menimbulkan anestesi ujung
saraf melalui injeksi pada atau sekitar jaringan yang akan dianestesi sehingga mengakibatkan
hilangnya rasa dikulit dan jaringan yang terletak lebih dalam misalnya daerah kecil dikulit
atau gusi (pencabutan gigi).
Anestesi ini sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang
bawah. Mudah dikerjakan dan efektif. Daya penetrasi anestesi infiltrasi pada anak-anak
cukup dalam karena komposisi tulang dan jaringan belum begitu kompak.
Anestesi blok rahang bawah biasanya dilakukan apabila kita memerlukan daerah yang
teranestesi luas misalnya pada waktu pencabutan gigi posterior rahang bawah atau
pencabutan beberapa gigi pada satu quadran. Anestesi blok pada daerah mandibula
teranestesi setengah quadran, badan mandibula dan ramus bagian bawah, mukoperiosteum
bukal dan membrane mukosa didepan foramen mentalis, dasar mulut dan dua pertiga anterior
lidah, jaringan lunak dan periosteum bagian lingual mandibula. Karena N. Bukalis tidak
teranestesi maka apabila diperlukan, harus dilakukan penyuntikan tambahan sehingga pasien
menerima beban rasa sakit.
Nerve block anestesi rahang bawah dengan teknik Fischer dengan prosedur :
Pasien di dudukkan dengan kepala setinggi pundak operator. Pasien disuruh membuka mulut
selebar-lebarnya supaya nervus alveolaris inferior berada di daerah yang sama dengan sulkus
mandibula. Sandaran kepala distel sedemikian rupa hingga dataran oklusal dari rahang bawah
dalam keadaan membuka mulut sejajar dengan lantai. Dibuthkan spuit dengan 2cc
anestetikum dan jarum panjangnya paling sedikit 42mm. Ini perlu karena pada bagian jarum
yang masuk ke jaringan lebih kurang 20mm gunanya apabila jarum patah tidak segera
menghilang dimukosa jadi mudah di ambil. Untuk melakukan anestesi dari nervus alveolaris
kanan, kita berdiri didepan sebelah kanan dari pasien. Palpasi dengan telunjuk kiri pada
mukosa bukal dari molar terakhir sampai menyentuh margo anterior dari ramus asendens.
Kemudian raba lagi lebih ke posterior yaitu krista buksinatoria. Telunjuk kiri kita tempatkan
pada dataran oklusal dari molar dan ujung jari telunjuk kebelakang dari krista tadi adalah
tempat masuknya jarum (tempat masuknya jarum 1cm diatas bidang oklusal dari molar
sedikit kebelakang dari krista buksinatoria). Spuit dipegang dengan cara pensgrap datang dari
arah premolar kiri dan jarum dengan bevel kearah ke tulang ditusukkan (jarum tegak lurus
pada tulang). Sesudah jarum masuk ke dalam mukosa dan menyentuh tulang,spet dialihkan
kemesial,ke regio gigi depan kemudian jarum diteruskan kebelakang 1- 1 ½ cm. Aspirasi
sedikit untuk melihat apakah jarum menembus pembuluh darah atau tidak. Jika tidak ada
darah yang masuk kita deponer anestesi sebanyak 1 - 1 ½ cc. Lalu jarum ditarik kembali 1 ½
cc deponer 0,4 cc untuk memblokir nervus ligualis, sesudah 5 sampai 10 menit terjadilah pati
rasa.
Block anestesi untuk rahang atas dengan prosedur :
Pasien didudukkan menengadah agar tempat itu dapat terlihat jelas dan dapat diraba dengan
mudah. Tempat itu yang dimaksud adalah tempat yang terletak di tengah-tengah antara tepi
gusi dan garis tengah dari palatum. Tempat masuknya jarum yaitu pada apeks akar mesial
dari gigi di depanmolar terakhir. Anestetikum akan menembus ke foramen karena di tempat
tersebut jaringannya longgar. Kalau masuknya jarum terlampau ke belakang ada
kemungkinan akan mengenai n. Palatinus posterior dan medius yaitu nervi yang keluar dari
foramen palatinus minor dan menginerver palatum molle dan tonsil dan hal ini akan
menyebabkan pasien terasa hendak muntah. Jarum dipakai yang dan dimasukkan dari sisi
yang berhadapan. Jarum masuk kira-kira 3 mm dan anestetikum dideponer pelan-pelan ¼ - ½
cc saja.
BAB V
KESIMPULAN
Anastesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu
bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa menghilangkan
kesadaran. Syarat obat anestesi lokal, yaitu : tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan
saraf secara permanen, batas keamanan harus lebar, efektif dengan pemberian secara injeksi
atau penggunaan setempat pada membran mukosa, mulai kerjanya harus sesingkat mungkin
dan bertahan untuk jangka waktu yang yang cukup lama dan dapat larut air dan menghasilkan
larutan yang stabil, juga stabil terhadap pemanasan. Bahan-bahan anestesi lokal secara kimia
dibagi menjadi : senyawa ester (tetrakain, benzokain, kokain, prokain dengan prokain sebagai
prototip), senyawa amida (lidokain, mepivakain dan prilokain) dan lainnya (fenol,
benzilalkohol, etilklorida, cryofluoran). Indikasi anestesi lokal, yaitu : penderita dalam
keadaan sadar serta kooperatif, tekniknya relatif sederhana dan presentase kegagalan dalam
penggunaanya relatif kecil, pada daerah yang diinjeksi tidak terdapat pembengkakan,
peralatan yang digunakan, sedikit sekali dan sederhana serta obat yang digunakan relatif
murah, dapat digunakan sesuai dengan yang dikehendaki pada daerah anatomi tertentu, dapat
diberikan pada penderita yang keadaan umumnya kurang baik, sebab adanya pemberian obat
anastesi terjadi penyimpangan fisiologis dari keadaan normal penderita sedikit sekali
sedangkan kontraindikasinya, yaitu : operator merasa kesulitan bekerja sama dengan
penderita, terdapat suatu infeksi/ peradangan, usia penderita terlalu tua atau dibawah umur,
alergi terhadap semua anastetikum, anomali rahang dan letak jaringan anastesi terlalu dalam.
Macam-macam anestesi lokal, yaitu :
1. Topikal Anestesi
a. Fisis
b. Khemis
2. Infiltrasi Anestesi
a. Soft Tissue
1. Submukos infiltrasi anestestesi
2. Deep infiltrasi anestesi
b. Bony Tissue
1. Intra osseus anestesi
3. Blok Anestesi
a. Nerve block anestesi
b. Field block anestesi
DAFTAR PUSTAKA