Anda di halaman 1dari 10

1.

Anestesi Lokal
A. Anatomi Persyarafan Gigi dan Rahang
Seperti yang dijelaskan pada gambar berikut perlu diketahui nervus-nervus
yang menginervasi gigi-gigi. Berikut adalah penjelasan nervus-nervus yang
menginervasi gigi-gigi pada rahang atas:1
 Gigi Insisif pertama, Insisif kedua dan kaninus di inervasi oleh nervus
alveolaris superior anterior pada bagian labial, dan nervus insisivus atau
nasopalatinus di bagian palatal.
 Gigi premolar satu dan dua di inervasi oleh nervus alveolaris superior media
pada bagian labial, dan nervus palatinus mayus pada bagian palatal.
 Gigi molar 1 di inervasi oleh nervus alveolaris superior media pada akar
mesiobukal, dan nervus alveolaris superior posterior pada akar disto bukal dan
palatal. Sedangkan yang menginervasi nervus gigi bagian palatal adalah
nervus palatinus mayus.
 Gigi molar 2 dan 3 di inervasi oleh nervus superior posterior pada bagian
bukal dan nervus palatinus mayus pada bagian palatal.

Berikut adalah penjelasan nervus-nervus yang menginervasi gigi-gigi pada rahang


bawah:1
Gambar A.11

 Gigi Insisif pertama, Insisif kedua dan


kaninus di inervasi oleh nervus labialis
pada bagian labial, dan nervus lingualis
di bagian lingual.
 Gigi premolar satu dan dua di inervasi
oleh nervus bukalis pada bagian bukal,
dan nervus lingualis di bagian lingual.
 Gigi molar 1,2, dan 3 di inervasi oleh
nervus bukalis pada bagian bukal.
Sedangkan yang menginervasi nervus
gigi bagian lingual adalah nervus alveolaris inferior dan nervus lingualis.
Gambar A.2 1

Gambar A.3 1

Gambar A.4 1

B. Jenis-Jenis Obat Anestesi Lokal


Gambar B.1 3
Dalam anestesi local, bahan yang digunakan
dibedakan atas 2 golongan yaitu golongan ester
dan amida. Namun golongan ester cenderung
lebih sering menimbulkan alergi dibandingkan
dengan golongan amida. Golongan amida terdiri
dari Bupivacaine, lidocaine, articaine, dan
prilocaine. Biasanya pada anestesi local
ditambahkan vasokonstriktor yang berfungsi
untuk memperlambat resorbsi anestesi local,
menekan pendarahan, memperlama masa kerja,
dan menurunkan toksisitas sistemik. Namun,
penambahan vasokonstriktor ini kontraindikasi
dengan pasien yang mempunyai penyakit
asthma, hipertensi, dan penyakit tiroid.2 berikut adalah dosis yang diterapkan untuk
bahan anestesi pada anak disamping (gambar B.1)

Gambar B.23
Sebelum dilakukannya anestesi
local, untuk menambah kenyamanan
pasien dan mengurangi rasa sakit
tertusuk jarum maka diaplikasikan
anestesi topical terlebih dahulu yang
berbahan dasar benzocaine dan
lidokain. Benzocaine ini tersedia
dalam bentuk gel, salep dan cairan
yang dapat diaplikasikan ke mukosa daerah yang ingin dianestesi. Setelah ektraksi
dilakukan maka sebaiknya diberikan analgesic untuk meredakan rasa nyeri yang
terjadi pasca anestesi. Berikut adalah dosis yang dianjurkan untuk analgesic yang
digunakan pasca ektraksi seperti gambar diatas (gambar B.2). Dari obat diatas yang
paling dianjurkan untuk penggunaan analgesic pada anak adalah paracetamol NSAIDs
dengan efek paling optimal dan efek samping minimal.

C. Jenis-Jenis Teknik Anestesi (Anestesi Topical&Injeksi)


Teknik anestesi local dibagi menjadi 2 yaitu infiltrasi local dan blok syaraf.
Pada Infiltrasi local, anestetikum didepositkan pada syaraf terminal sehingga area
yang teranestesi terbatas pada 1 atau2 gigi saja. Sedangkan pada anestesi blok saraf,
anestetikum didepositkan pada cabang saraf utama sehingga area yang teranestesi
lebih luas. Berikut adalah teknik anestesi local topical, dan infiltrasi3
 Keringkan mukosa yang ingin di anestesi dan oleskan gel/ointment sampai
terasa kesat, ketika pasien sudah merasa baal, suntikan jarum
 Gunakan jarum tipis (30 G) atau standar (27 G), injeksikan pada bagian bukal
di apex gigi dengan bevel menghadap periosteum dengan sudut 45ᵒ antara
jarum dengan aspek labial/bukal
 Tekan jarum pada jaringan lunak perlahan sampai menembus tulang (+-
2mm). aspirasi, jika negating baru depositkan bahan anestesi sebanyak 0,5
mL.
 Untuk daerah palatal, insersi jarum dengan arah berlawanan dengan sudut 90ᵒ
terhadap palatum.
 Tekan jarum sampai mencapai tulang dengan perlahan, aspirasi jika negatif
baru depositkan bahan anestesi sebanyak 0,3 cc
Gambar C.1 3

Berikut adalah tahapan dari anestesi blok: 3


Gambar C.2 3

Pasien disarankan untuk membuka mulut secara


maksimal. dan jarum dimasukkan secara lateral ke
lipatan pterigomandibula pada titik terdalamnya
(lekukan pterigoid). Pada anak-anak, dianjurkan injeksi
langsung dari daerah molar sulung yang berlawanan.

Gambar C.3 3
Foramen mandibula pada
anak- anak terletak di
bawah bidang oklusal pada
garis di ramus tersempit,
dua pertiga dari jalan
kembali dari cekungan
anterior, seperti yang dapat
dilihat pada gambar C.3
berikut 3

D. Komplikasi Setelah anestesi local


Gambar D.1 3
Secara umum, ada beberapa efek samping dan
komplikasi yang terjadi pada anestesi lokal pada
anak-anak dan remaja. Masalah yang paling umum
adalah efisiensi lama kerja bahan anestesi mungkin
kurang dari yang diinginkan. Efek samping
sistemik seperti pingsan, kehilangan kesadaran
karena berkurangnya pasokan darah ke otak, jarang
terjadi. Jika pasien pingsan, ia harus ditempatkan
pada posisi telentang dengan kaki terangkat. Saluran udara harus diamankan dengan
memiringkan kepala ke belakang dan memposisikan mandibula ke depan. Reaksi
alergi umum terhadap larutan anestesi lokal sangat jarang terjadi, jika terjadi biasanya
terdiri dari alergi pada kulit, kadang-kadang konstriksi bronkial, dan penurunan
tekanan darah. Sebagian besar komplikasi atau efek samping berasal dari lokal,
seperti tergigitnya jaringan yang teranestesi, yang dapat diobati dengan gel
chlorhexidine 1%.
Gambar D.2 3
Selain itu terdapat efek samping lain yaitu
memucatnya pipi setelah injeksi lokal karena
reaksi sympaticus (seperti pada gambar D.2) dan
akan berlangsung pada beberapa pasien hingga 10
menit. Hematoma kadang-kadang timbul selama
injeksi, oleh karena itu dalam kasus ini pasien dan
orang tua harus diberi tahu tentang komplikasi-
komplikasi yang mungkin akan timbul pasca
ekstraksi.3

2. Ekstraksi Gigi Sulung


Indikasi ekstraksi gigi sulung adalah ketika gigi sulung yang tidak dapat
direstorasi kembali karena karies, terdapat infeksi periapikal atau interradikuler,
terdapat abses dentoalveolar dengan sellulitis, jika pertumbuhan gigi sulung
menganggu erupsi normal dari gigi permanen. Sedangkan kontraindikasi ekstraksi
dari gigi sulung adalah pasien dengan infeksi stomatitis akut atau stomatitis
herpetika, pasien dengan kelainan darah sehingga harus di konsul dulu pada
spesialis penyakit dalam sebelum tindakan ekstraksi, infeksi sistemik akut,
diabetes mellitus, pasien dengan penyakit jantung, dan pasien yang mempunyai
penyakit ganas sepeti kanker atau tumor ganas lain.4
2 A. Alat dan Bahan Ekstraksi Gigi Anak
Alat dan bahan yang perlu dipersiapkan untuk ekstraksi adalah Ekskavator yang
fungsinya untuk membuka perlekatan sulkus gingiva pada gigi, alat standar
(kaca mulut, sonde, ekskavator, pinset), elevator untuk mengelevasi gigi. Alat
alat anestesi, cotton roll, tampon, betadin, dan tang ekstraksi. 4 Berikut adalah
tang-tang ekstraksi yang digunakan pada ekstraksi gigi sulung:5
 Gambar 2 A.1 Tang gigi sulung anterior rahang atas5
 Gambar 2 A.2 Tang gigi sulung posterior rahang atas 5

 Gambar 2 A.3 Tang sisa akar gigi sulung rahang atas 5

 Gambar 2 A.3 Tang gigi sulung anterior rahang bawah5

 Gambar 2 A.4 Tang gigi sulung posterior rahang bawah5

 Gambar 2 A.5 Tang sisa akar gigi sulung rahang bawah5

2 B. Teknik ekstraksi gigi anak


Teknik pencabutan gigi sulung sama dengan gigi permanen, yang
membedakannya adalah pada gigi sulung ukuran gigi dan mulut lebih kecil,
akarnya kadang sudah teresorbsi sehingga tidak memerlukan tenaga yang besar
dalam pencabutannya. Bentuk tang ekstraksi yang digunakan juga lebih kecil.
Bentuk akar gigi sulung menyebar dan kadang-kadang resorpsinya tidak
beraturan. Pada gigi sulung, ada benih gigi permanen di bawah akarnya sehingga
perlu lebih hati hati. Seperti juga orang dewasa, pada waktu melakukan
pencabutan perlu dilakukan fiksasi rahangnya dengan tangan kiri. Jika resorpsi
akar telah banyak, maka pencabutan sangat mudah, tetapi jika rsorpsi sedikit
terutama gigi molar pencabutan mungkin sulit dilakukan, terlebih lagi jika
terhalang benih gigi permanen di bawahnya. 4

Gambar 2 B.14

teknik ekstraksi untuk gigi sulung adalah yang pertama buka perlekatan gigi
dengan menggunakan ekskavator, lalu dengan bein lalukan gerakan elevasi.
Selanjutnya menggunakan tang untuk ekstraksi yang berbeda gerakannya tergantung
dari gigi yang ingin diekstraksi sebagai berikut

Untuk gigi sulung berakar tunggal :

Gerakan yang dilakukan adalah gerakan luksasi yang diikuti dengan sedikit Gerakan
rotasi sedikit lalu diikuti dengan gerakan ekstraksi (penarikan).4

Untuk gigi berakar


ganda : Gerakan untuk melakukan pencabutan adalah gerakan luksasi dengan
perlahan. Gerakan luksasi ini ke arah bukal dan ke arah palatal, diulang sampai terasa
goyang. Selanjutnya dilakukan gerakan ekstraksi untuk mencabut gigi

2 C. Instruksi pasca ekstraksi6


 Menggigit kain kasa selama 30-45 menit untuk membantu
 menghentikan perdarahan.
 Menjaga kebersihan mulut dengan berkumur setelah 24 jam pasca pencabutan
 gigi dan menyikat gigi seperti biasa.
 Pada 24 jam pertama, diet lembut dan dingin serta mengunyah pada sisi yang
berlawanan dengan tempat pencabutan gigi.
 Gunakan analgesik pada 45 menit setelah pencabutan gigi untuk mencegah
atau mengurangi sensasi nyeri.

2 D. Komplikasi Pasca Ekstraksi


Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada waktu pencabutan gigi
sulung. Yang pertama dapat terjadi fraktur akar. Oleh karena itu perlu hati hati dan tau
betul teknik pencabutan yang tepat. Jika terjadi fraktur akar maka sedapat mungkin
keluarkan sisa akar dengan tang radiks dan lakukan foto rontgen. Namun jika akar
tidak terlihat maka lakukan foto rontgen terlebih dahulu, bila dekat benih yang
mungkin pada waktu pengambilan dapat mengenai benih gigi permanenmakan sisa
akar gigi sulung tersebut dapat ditinggalkan, tetapi selalu dilakukan pengawasan
berkala (observasi) terhadap sisa akar tersebut secara klinis dan radiografis.

2. Terjadinya trauma pada benih gigi tetap.

Kemungkinan benih gigi permanenikut tercabut atau berubah tempat/posisi. Untuk


menghindari kemungkinan ini perlu teknik pencabutan yang baik dan hati- hati dan
harus diingat posisi benih gigi tetapnya.Cara mengatasinya :

3. ►  Benih gigi permanenyang ikut tercabut dapat dikembalikan ke


tempatnya, kemudian mukosa (gingiva) dilakukan penjahitan sehingga soket
bekas gigi sulungnya tertutup.

4. ►  Benih gigi yang berubah posisi dilakukan observasi atau kalau


mungkin dilakukan reposisi. 3. Dry Socket Komplikasi ini jarang terjadi
karena vaskularisasinya pada anak cukup baik. Apabila ini terjadi di bawah
umur 10 tahun mungkin ada gangguan secara sistemik seperti pada penderita
anemia, defisiensi vitamin, gangguan nutrisi dsb atau adanya infeksi. 4.
Perdarahan Hal ini mungkin terjadi bila anak menderita penyakit darah atau
kemungkinan ada sisa akar atau tulang yang menyebabkan iritasi terhadap
jaringan.

DAFTAR REFERENSI:

1. Paulsen F, Waschke J. Sobotta atlas of human anatomy Volume 1 Head, Neck,


Upper Limb. 14th Ed. Putz R, Pabst R, editors. Bedoui S, translation.
Germany, Elsevier; 2006.
2. Dewi Fatma Suniarti, Sri Angky Soekanto, Azalia Arif. Farmakologi
Kedokteran Gigi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universtas Indonesia; 2010.
3. Koch, Goran; Poulsen, Sven. 2009. Pediatric Dentistry A Clinical
Approach.2nd Edition. Copenhagen: Blackwell Publishing Ltd.

4. Finn SB. Clinical Pedodontics. 4th ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co, 1973.
5. Dental Forceps. 2019. Dental Instrument. (Online). Tersedia: http://dental-
forceps.com [diakses pada 6 Februari 2019]
6. BAB II Universitas Diponogoro. (online) tersedia:
http://eprints.undip.ac.id/46828/3/BAB_II.pdf [diakses pada 6 Februari 2019]

Anda mungkin juga menyukai