Anda di halaman 1dari 14

TEKNIK ANESTESI LOKAL

James Hupp, Edward Elis III, Myron J Tucker. Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7thed. Elsevier. 2019. p70
Stanley F. Malamed. Handbook of Local Anesthesia, 7thed.elsevier. 2019. P204

Local anesthesia bertujuan untuk memblok fungsi saraf sensori dan dapat menghambat saraf
motoric dan saraf jaringan lain.
Terdapat 3 tipe utama injeksi local anestesi:
1. Local infiltration
 Pemberian anestesi pada small terminal nerve
endings di area dental treatment
 Ex: pemberian local anestesi secara local
infiltration pada interproximal papilla sebelum
root planning
2. Field block
 Pemberian anestesi local di dekat cabang
saraf terminal yang lebih besar sehingga area
yang dibius akan terbatasi
 Mencegah lewatnya impuls dari gigi ke SSP
3. Nerve block
 Pemberian anestesi local pada batang saraf utama
 Ex: injeksi posterior superior alveolar,
inferior alveolar, nasopalatine

Maxillary Injection Techniques


1. Supraperiosteal (Infiltration) 
direkomendasikan untuk protocol pengobatan
terbatas
 Teknik yang paling sering digunakan untuk
peroleh anestesi pulpa di gigi RA
 Indikasi:
i. Anestesi pulpa gigi RA dengan treatment 1-2 gigi saja
ii. Anestesi jaringan lunak yg
terindikasi prosedur bedah
di area yang terbatas
 Kontraindikasi:
i. Infeksi atau inflamasi akut
di area injeksi
ii. Tulang padat menutupi
apical gigi
 Saraf teranestesi: large terminal
branches of the dental plexus
 Area yang teranestesi:
i. Pulpa dan akar gigi, periosteum bukal, jaringan ikat, dan membrane
mucus gigi yang terinervasi oleh large terminal branches of the plexus
 Menggunakan 27-gauge short needle
 Landmarks:
i. Mucobuccal fold
ii. Mahkota gigi
iii. Root contour of the tooth
2. Periodontal Ligament injection (intraligamentary)  rekomendasi sbg tambahan untuk
teknik lain atau protocol perawatan terbatas
3. Intraseptal injection  rekomendasi terutama untuk teknik bedah periodontal
4. Intracrestal injection  rekomendasi untuk gigi tunggal (terutama molar RB) jika teknik
lain gagal
5. Intraoseus injection  rekomendasi untuk gigi tunggal (terutama molar RB) jika teknik
lain gagal
6. Posterior Superior Alveolar (PSA) nerve block  rekomendasi untuk manajemen
beberapa gigi molar dalam 1 kuadran
 Disebut juga tuberosity block,
zygomatic block
 Efektif untuk memperoleh
anestesi pulpa gigi M1, M2, M3
RA
 Untuk M1 RA: akar mesiobukal
diinervasi oleh MSA  perlu
anestesi tambahan teknik
infiltrasi
 Indikasi:
i. Saat perawatan melibatkan ≥2 molar RA
ii. Saat injeksi supraperiosteal berkontraindiikasi (e.g., dengan infeksi atau
inflamasi akut)
iii. Saat injeksi supraperiosteal terbukti inefektif
 Kontraindikasi:
i. Risiko hemorrhage terlalu besar (pasien konsumsi antikoagulan, ex:
coumadin atau clopidogrel (Plavix))  rekomendasi untuk injeksi PDL
atau supraperiosteal
 Saraf teranestesi: saraf posterior superior alveolar dan cabangnya
 Area teranestesi:
i. Pulpa M1 (except mesiobuccal root), M2, M3 RA
ii. Periodonsium bukal dan tulang yang melapisi gigi tersebut
 Menggunakan 27-gauge short needle
 Landmarks:
i. Mucobuccal fold
ii. Tuberositas maksilaris
iii. Zygomatic process of the maxilla
7. Middle Superior Alveolar (MSA) nerve block  rekomendasi untuk manajemen
premolars dalam 1 kuadran
 Indikasi:
i. Saat ASA nerve block gagal menganestesi pulpa distal gigi C RA
ii. Prosedur dental melibatkan hanya kedua premolar RA
 Kontraindikasi:
i. Infkesi atau inflamasi di area injeksi atau insersi jarum atau deposisi drug
ii. Saat saraf MSA tidak ditemukan, inervasi dapat melalui saraf ASA. Cabang
ASA menginervasi
premolars dan akar
mesiobukal M1 dapat
dibius dengan teknik
MSA
 Saraf teranestesi: saraf MSA
dan cabang terminal
 Area teranestesi
i. Pulpa P1 & P2 RA, akar
messiobukal M1 RA
ii. Jaringan periodontal bukan dan tulang di sekitar gigi tsb
 Menggunakan 27-gauge short needle
 Landmark: mucobuccal fold di atas P2 RA
8. Anterior Superior Alveolar (ASA) nerve block  rekomendasi untuk manajemen gigi
anterior dalam 1 kuadran
 Disebut juga infraorbital nerve block
 Indikasi:
i. Prosedur dental melibatkan >2 gigi anterior RA (I-P) and their overlying
buccal tissues
ii. Inflamasi atau infeksi. Jika ada cellulitis, dapat diindikasikan maxillary
nerve block
iii. Saat injeksi supraperiosteal inefektif karena tulang kortikal padat
 Kontraindikasi
i. Area perawatan terpisah (hanya 1 atau 2 gigi  indikasi injeksi
supraperiosteal)
ii. Hemostasis area terlokalisasi  indikasi local infiltration
 Saraf teranestesi
i. Anterior superios
alveolar nerve
ii. MSA nerve
iii. Infraorbital nerve
1. Inferior palpebral
2. Lateral nasal
3. Superior labial
 Area teranestesi
i. Pullpa I1 RA hingga C
pada sisi terinjeksi
ii. Pulpa Premolars dan akar mesiobukal M1 RA
iii. Labial/bukal periodonsium dan tulang dari gigi2 tsb
iv. Kelopak mata bawah, aspek lateral hidung, bibir atas
 Menggunakan 25- or 27-gauge long needle, bias juga 27-gauge short needle
 Landmarks:
i. Mucobuccal fold
ii. Infraorbital notch
iii. Intraorbital foramen
9. Maxillary (V2) nerve block  rekomendasi untuk manajemen perluasan bukal, palatal
dan pulpa dalam 1 kuadran
10. Greater (anterior) palatine nerve block  rekomendasi untuk palatal soft and osseous
tissue treatment distal to the canin in 1 quadrant
 Disebut juga anterior palatine nerve block
 Indikasi:
i. Saat anestesi palatum
mole dibutuhkan untuk
terapi restorasi pada >2
gigi (ex: restorasi
subgingival, insersi matrix
bands subgingivally)
ii. Untuk pain control selama periodontal atau prosedur bedah mulut yg
melibatkan palatum keras dan mole
 Kontraindikasi:
i. Inflamasi atau infeksi di area injeksi
ii. Area terapi lebih kecil (1-2 gigi)
 Saraf teranestesi: greater palatine nerve
 Area teranestesi: bagian posterior palatum durum dan jaringan lunaknya, hanya
sebaatas P1 dan medially to midline
 Menggunakan 27-gauge short needle
 Landmarks: greater palatine foramen dan junction of maxillary alveolar process
dan tulang palatum
11. Nasopalatine nerve block  rekomendasi untuk manajemen jaringan lunak dan keras
palatal dari C ke C bilateral
 Disebut juga incisive nerve block, sphenopalatine nerve block
 Indikasi:
i. Saat anestesi jaringan lunak palatal dibutuhkan untuk perawatan
restorasi pada >2 gigi (ex: rstorasi subgingiva, insersi matrix band
subgingivally)
ii. Untuk pain control
selama prosedur
periodontal atau BM yg
melibatkan jaringan
palatum durum dan
mole
 Kontraindikasi
i. Inflamasi atau infeksi di
area injeksi
ii. Area terapi lebih kecil (1-2 gigi)
 Saraf teranestesi: nasopalatine nerves bilaterally
 Area teranestesi: bagian anterior palatum durum bilaterally dari aspek mesial P1
kanan – aspek mesial P1 kiri
 Menggunakan 27-gauge short needle
 Landmarks: I1 dan papilla insisif
 Teknik:
i. Single-needle penetration of the palate
ii. Multiple needle penetrations
12. Anterior Middle superior Alveolar (AMSA) nerve block  rekomendasi untuk perluasan
manajemen gigi anterior dan jaringan lunak dan keras bukal dan palatal
 Disebut juga palatal approach AMSA nerve block
 Indikasi:
i. Lebih mudah dipraktekan dengan C-CLAD system
ii. Saat prossedur dental melibatkan banyak gigi anterior RA atau jaringan
lunaknya
iii. Saat anestesi multiple gigi anterior RA dibutuhkan dengan a single site
injection
iv. Saat akan scaling and root
planning gigi anterior
v. Saat prosedur kosmetik anterior
akan dilakukan
vi. Saat facial approach
supraperiosteal injection
inefektif karena tulang kortikal
tebal
 Saraf teranestesi:
i. ASA nerve
ii. MSA nerve jika ada
iii. Subneural dental nerve plexus of the ASA dan MSA
 Area teranestesi:
i. Anestesi pulpa I, C dan P RA
ii. Buccal attached gingiva dari gigi tsb
iii. Attached palatal tissue from midline to free gingival margin on associated
teeth
 Menggunakan 27-gauge short needle
 Landmarks: titik interseksi midway sepanjang garis dari sutura midpalatine
hingga free gingival margin intersecting titik kontak antara P1-P2
13. Palatal approach ASA (P-ASA) nerve block  rekomendasi untuk gigi anterior RA dan
jaringan lunak dan kerasnya serta palatalnya
 Disebut juga palatal approach maxillary anterior field block
 Indikasi
i. Saat prosedur dental
melibatkan gigi anterior
RA dan jaringan lunaknya
ii. Saat anestesi bilateral
gigi anterior RA
diinginkan dari single-site
injection
iii. Saat akan scaling and
root planning gigi
anterior
iv. Saat prosedur kosmetik anterior akan dilakukan
v. Saat traditional facial approach supraperiosteal injection inefektif karena
tulang kortikal tebal
 Kontraindikasi:
i. Pasien dengan akar C sangat Panjang dan dapat susah untuk dianestesi
dari palatal saja
ii. Pasien yang intoleran waktu pemberiann 3-4 menit
iii. Prosedur membutuhkan >90 menit
 Saraf teranestesi:
i. Nasopalatine nerve
ii. Anterior branches of the ASA nerve
 Area teranestesi:
i. Pulpa I1, I2, C RA
ii. Jaringan periodontal fasial dan palatal dari gigi tsb
 Menggunakan 27-gauge short needle
 Landmarks: nasopalatine papilla
14. Local infiltration of the palate
 Indikasi:
i. Untuk mendapatkan hemostasis selama prosedur bedah
ii. Palatogingival pain control saat anestesi area terbatas dibutuhkan untuk
aplikasi rubber dam clamp, packing of retraction cord in the gingival
sulcus, prosedur operatif pada ≤2 gigi
 Kontraindikasi
i. Inflamasi atau infeksi di area
injeksi
ii. Pain control di area jaringan
lunak yg melibatkan >2 gigi
 Saraf teranestesi: terminal branches of the nasopalatine and greater palatine
nerves
 Area teranestesi: jaringan lunak sekitar injeksi
 Menggunakan 27-gauge short needle
 Landmarks: jaringan gingival di sekitar tengah area perawatan

Mandibular Injection Techniques


1. Inferior alveolar nerve block (IANB)
 Disebut juga mandibular block
 Anestesi area yang luas
 Saraf yang teranestesi:
i. Inferior alveolar nerve
(cabang posterior dari
cabang mandibular saraf
trigeminal (V3))
ii. Insicive nerve
iii. Mental nerve
iv. Lingual nerve (commonly)
 Area teranestesi:
i. Gigi RB berbatas midline
ii. Body of mandible, bagian inferior ramus
iii. Buccal mucoperiosteum, mucous membrane anterior to the mental
foramen (mental nerve)
iv. 2/3 anterior lidah dan dasar mulut (lingual nerve)
v. Jaringan lunak lidah dan periosteum (lingual nerve)
 Indikasi:
i. Prosedur pada beberapa gigi RB dalam 1 kuadran
ii. Saat anestesi jaringan lunak bukal (anterior to the mental foramen)
dibutuhkan
iii. Saat anestesi jaringan lunak lidah dibutuhkan
 Kontraindikasi
i. Infeksi atau inflamasi akut pada area injeksi
ii. Pasien yang suka mengigit bibir dan lidahnya (ex: anak-anak, atau orang
berkebutuhan khusus)
 Landmarks:
i. Coronoid notch (greatest concavity on the anterior border of the ramus)
ii. Pterygomandibular
raphe (posisi vertical)
iii. Occlusal plane gigi
posterior RB
 Prosedur
i. Ambil posisi yang
tepat
1. Untuk right
IANB, operator duduk di posisi jam 8 menghadap pasien
2. Untuk left IANB, operator duduk di posisi jam 10 menghadap arah
yg sama dgn pasien
ii. Posisikan pasien terlentang (lebih baik) atau setengah terlentang. Mulut
harus terbuka lebar agar mendapat visibilitas, akses, dan site injeksi yang
baik
iii. Persiapkan jaringan pada site injeksi:
1. Keringkan dengan sterile
gauze
2. Aplikasikan antiseptic
topical (optional)
3. Aplikasikan anestesi
topical selama 1-2 menit
4. Letakkan barrel of the
syringe di ujung mulut
pada sisi kontralateral
5. Temukan posisi penetrasi
jarum (injeksi)
6. Masukkan jarum. Jika
berkontak dgn tulang,
angkat jarum sekitar 1
mm untuk mencegah
injeksi periosteal
7. Aspiratie in two planes.
Jika negative, perlahan
suntikkan 1,5 mL
anestesi selama minimal 60 detik
8. Perlahan Tarik jarum suntik, dan saat kira-kira ½ panjangnya tetap
di dalam jaringan, reaspirasi. Jika negative, suntikkan sisa larutan
(0,2 mL) untuk anestesi saraf lingual
a. Mostly, injeksi sengaja untuk anestesi saraf lingual tidak
diperlukan krn IANB membius saraf lingual
9. Tarik jarum suntik perlahan dan amankan jarum
10. Setelah sekitar 20 detik, kembalikan posisi pasien tegak lurus atau
½ tegak
11. Tunggu 3-5 menit sebelum menguji anestesi pulpa
12. Setelah selesai IANB, direkomendasikan infiltrasi sekitar 0,6-0,9
mL articaine hidrocloride dalam lipatan bukal pada puncak setiap
gigi buka yang akan dirawat
2. Buccal nerve block
 Saraf cabang dari anterior
division V3
 Buccal nerve menginervasi
jaringan lunakk bukal yang
terkait molar RB saja
 Biasa digunakan jika
dibutuhkan manipulasi
jaringan dibutuhkan (ex:
scaling, kuretasi, penempatan
rubber dam clamp pada jaringan lunak, removal of subgingival caries,etc)
 Saraf teranestesi: buccal nerve
 Area teranestesi: jaringan lunak dan bukal periosteum molar RB
 Indikasi: saat anestesi jaringan lunak bukal dibutuhkan untuk prosedur pada
molar RB
 Kontraindikasi: infeksi atau inflamasi akut pada area injeksi
 Menggunakan 25-27-gauge long needle
 Landmarks: molars RB, mucobuccal fold
 Prosedur
i. Ambil posisi yang tepat
1. Untuk right buccal nerve block, operator duduk di posisi jam 8
menghadap pasien
2. Untuk left buccal nerve block, operator duduk di posisi jam 10
menghadap arah yg sama dgn pasien
ii. Posisikan pasien terlentang (lebih baik) atau setengah terlentang.
iii. Persiapkan jaringan pada site
injeksi:
1. Keringkan dengan sterile
gauze
2. Aplikasikan antiseptic
topical (optional)
3. Aplikasikan anestesi
topical selama 1-2 menit
iv. Dengan jari telunjuk kiri, Tarik
jaringan lunak bukal di area
injeksi secara lateral sehingga
tampak lebih jelas. Jaringan
yang tegang menyebabkan
penetrasi jarum atraumatic. Jika
memungkinkan, gunakan kaca
mulut untuk meminimalisir
risiko operator tertusuk
v. Arahkan syringe terhadap site injeksi dengan bevel menghadap bawah
kea rah tulang dan syrine parallel terhadap occulas plane sisi injeksi
vi. Penetrasi membrane mucus di site injeksi, di distal dan bukal last molar
vii. Masukkan jarum perlahan hingga berkontak dengan mucoperiosteum
1. Untuk mencegah sakit saat jarum kontak dengan
mucoperiosteum, deposit beberapa tetes anestesi local tepat
sebelum berkontak
2. Kedalaman penetrasi jarang >2-4. Biasanya hanya 1-2 mm
viii. Aspirate in two planes
ix. Jika negative, depositkan perlahan 0,3 mL (sekitar 1/8 cartridge) selama
10 detik
1. Jika jaringan di site injeksi membengkak, stop depositing solution
2. Jika solution keluar kembali dari site injeksi selama deposisi:
a. Stop injeksi
b. Advance the needle tip deeper into the tissue
c. Reaspirate
d. Lanjutkan injeksi
x. Keluarkan syringe perlahan dan langsung amankan jarum
xi. Tunggu hingga 3-5 menit sebelum mulai prosedur dental
3. The Gow-Gates Technique
 Indikasi:
i. multiple procedures on mandibular teeth
ii. saat anetesi jaringan lunak bukal dari M3 ke
midline dibutuhkan
iii. saat anestesi jaringan lunak lidah
dibutuhkan
iv. jika convensional IANB tidak berhasil
 Kontraindikasi:
i. infkesi atau inflamasi akut di area injeksi
ii. pasien yang mungkin mengigit
bibir atau lidahnya
iii. pasien trismus
 Saraf teranestesi:
i. Inferior alveolar nerve
ii. Mental nerve
iii. Incisive nerve
iv. Lingual nerve
v. Myolohyoid nerve
vi. Auriculotemporal nerve
vii. Buccal nerve
 Area teranestesi:
i. Gigi RB berbatas midline
ii. Buccal periosteum dan membrane
mucus di sisi injeksi
iii. 2/3 anterior lidah dan dasar mulut
iv. Jaringan lunak lidah dan
periosteum
v. Body of mandible, bagian bawah
ramus
vi. Kulit sekitar zygoma, bagian
posterior pipi, dan regio temporal
 Landmarks:
i. Extraoral
1. Intertragic notch (lower
boder of the tragus)
2. Sudut mulut sisi
kontralateral
ii. Intraoral
1. Tinggi injeksi ditentukan oleh penempatan ujung jarum tepat di
bawah mesiolingual cusp M2 RA
2. Penetrasi jaringan lunak tepat di distal M2 RA
4. Vazirani-Akinosi Closed-Mouth Mandibular block
 Indikasi:
i. Limited mandibular opening
ii. Multiple procedures pada gigi RB
iii. Inability to visualize landmarks for IANB (ex: krn lidahnya besar)
 Kontraindikasi:
i. infeksi atau inflamasi akut di area injeksi
ii. pasien yang mungkin mengigit bibir atau lidahnya
iii. inability to visualize atau mendapatkan akses aspek lingual ramus
 Saraf teranestesi:
i. Inferior alveolar
nerve
ii. Incisive nerve
iii. Mental nerve
iv. Lingual nerve
v. Mylohyoid nerve
 Area teranestesi:
i. Gigi mandibula
berbatas midline
ii. Body of mandible, bagian bawah ramus
iii. Buccal periosteum dan membrane mucus anterior to the mental foramen
iv. 2/3 anterior lidah dan dasar mulut (lingual nerve)
v. Jaringan lunak lidah dan periosteum (lingual nerve)
 Menggunakan 25-gauge long needle
 Landmarks:
i. Mucogingival junction M3 (atau M2) RA
ii. Tuberositas maksilaris
iii. Coronoid notch di ramus
mandibula
5. Mental nerve block
 Indikasi:
i. Biopsy jaringan lunak
ii. Suturing of soft tissues
 Kontraindikasi: infkesi atau inflamasi akut di area injeksi
 Saraf teranestesi: mental nerve (cabang terminal dari saraf inferior alveolar)
 Area teranestesi: buccal mucous membranes anterior to the mental foramen
(sekitar P2) ke midline dan kulit bibir bawah
 Menggunakan 25- or 27-gauge short needle
 Landmarks: premolars RB dan mucobuccal fold
6. Insicive nerve block
 Indikasi:
i. Prosedur dental yang memerlukan enstesi pulpa gigi RB anterior to the
mental foramen
ii. Saat IANB tidak terindikasi:
1. Saat 6, 8, atau 10 gigi anterior (C-C atau P-P) perlu dirawat
 Kontraindikasi: infeksi atau inflamasi akut area injeksi
 Saraf teranestesi:
mental nerve, incisive
nerve
 Area teranestesi:
i. Buccal mucous
membrane
anterior to the
mental foramen
(P2 ke midline)
ii. Bibir bawah dan
kulit dagu
iii. Serabut saraf pulpa P, C, dan I
 Menggunakan 27-gauge short needle
 Landmarks: premolar RB dan mucobuccal fold

Anda mungkin juga menyukai