Anda di halaman 1dari 26

SEMINAR ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

EKSTRAKSI GIGI PADA ANAK, SPACE MAINTAINER DAN KOREKSI


GIGITAN SILANG ANTERIOR

Disusun Oleh:
Nabilla puteri Trisira (npm lu tulis biiiil)
Saly Salim Alatas (1406572523)

Pembimbing:
Prof. Dr. drg. Mochamad Fahlevi Rizal., Sp.KGA(K)
drg. Astri Kusumaningrum, Sp.KGA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI
JAKARTA
2019

i
KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................ii
PENDAHULUAN......................................................................................
ANESTESI LOKAL..................................................................................
Anestesi Topikal .............................................................................
Anestesi Injeksi................................................................................
Komplikasi setelah Anestesi Lokal .................................................
EKSTRAKSI GIGI....................................................................................
Alat dan Bahan Ekstraksi Gigi Anak ..............................................
Teknik Ekstraksi ............................................................................
Perawatan setelah Ekstraksi Gigi ...................................................
Komplikasi Pasca Ekstraksi ..........................................................
SPACE MAINTAINER ............................................................................
Tujuan Pembuatan Space Maintainer ...........................................
Persyaratan Pembuatan Space Maintainer.....................................
Pertimbangan Pembuatan Space Maintainer ................................
Indikasi Space Maintainer ............................................................
Kontraindikasi Space Maintainer .................................................
Pemilihan Jenis Space Maintainer ................................................
Klasifikasi Space Maintainer.........................................................
GIGITAN SILANG ANTERIOR...........................................................
Klasifikasi Gigitan Silang Anterior ...............................................
Etiologi Gigitan Silang Anterior ...................................................
Koreksi Gigitan Silang Anterior ..................................................
RINGKASAN...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

ii
PENDAHULUAN

Ekstraksi gigi pada anak meupakan tindakan yang cenderung paling ditakuti
oleh anak-anak. Padahal sebagian besar kasus perawatan kedokteran gigi anak
merupakan ekstraksi. Oleh karena itu, sebagai dokter gigi perlu menerapkan
pendekatan yang tepat terhadap anak untuk mencapai perawatan yang optimal. Selain
itu anatomi gigi sulung serta teknik ekstraksi gigi sulung dengan gigi permanen
cenderung berbeda. Banyak hal hal yang perlu diperhatikan seperti posisi benih gigi
tetap, anatomi gigi, urutan erupsi, posisi benih gigi, serta alat alat yang digunakan.
Dosis dalam obat serta bahan-bahan yang digunakan pun berbeda.
Indikasi ekstraksi gigi sulung adalah ketika gigi sulung yang tidak dapat
direstorasi kembali karena karies, terdapat infeksi periapikal atau interradikuler,
terdapat abses dentoalveolar dengan sellulitis, jika pertumbuhan gigi sulung
menganggu erupsi normal dari gigi permanen. Sedangkan kontraindikasi ekstraksi
dari gigi sulung adalah pasien dengan infeksi stomatitis akut atau stomatitis herpetika,
pasien dengan kelainan darah sehingga harus di konsul dulu pada spesialis penyakit
dalam sebelum tindakan ekstraksi, infeksi sistemik akut, diabetes mellitus, pasien
dengan penyakit jantung, dan pasien yang mempunyai penyakit ganas sepeti kanker
atau tumor ganas lain
Setelah melakukan ekstraksi juga perlu di butuhkan space maintainer karena
gigi permanen yang belum tumbuh dapat menggeser posisi-posisi gigi sulung yang
lain sehingga akan menimbulkan berbagai masalah. Agar nantinya tercapai hasil
akhior yang memuaskan dengan gigi permanen yang memiliki gigitan yang ideal.

3
1. Anestesi Lokal
A. Anatomi Persyarafan Gigi dan Rahang
Seperti yang dijelaskan pada gambar berikut perlu diketahui nervus-nervus
yang menginervasi gigi-gigi. Berikut adalah penjelasan nervus-nervus yang
menginervasi gigi-gigi pada rahang atas:1
 Gigi Insisif pertama, Insisif kedua dan kaninus di inervasi oleh nervus
alveolaris superior anterior pada bagian labial, dan nervus insisivus atau
nasopalatinus di bagian palatal.
 Gigi premolar satu dan dua di inervasi oleh nervus alveolaris superior media
pada bagian labial, dan nervus palatinus mayus pada bagian palatal.
 Gigi molar 1 di inervasi oleh nervus alveolaris superior media pada akar
mesiobukal, dan nervus alveolaris superior posterior pada akar disto bukal dan
palatal. Sedangkan yang menginervasi nervus gigi bagian palatal adalah
nervus palatinus mayus.
 Gigi molar 2 dan 3 di inervasi oleh nervus superior posterior pada bagian
bukal dan nervus palatinus mayus pada bagian palatal.

Berikut adalah penjelasan nervus-nervus yang menginervasi gigi-gigi pada rahang


bawah:1
Gambar A.11

 Gigi Insisif pertama, Insisif kedua dan


kaninus di inervasi oleh nervus labialis
pada bagian labial, dan nervus lingualis
di bagian lingual.
 Gigi premolar satu dan dua di inervasi
oleh nervus bukalis pada bagian bukal,
dan nervus lingualis di bagian lingual.
 Gigi molar 1,2, dan 3 di inervasi oleh
nervus bukalis pada bagian bukal.
Sedangkan yang menginervasi nervus
gigi bagian lingual adalah nervus alveolaris inferior dan nervus lingualis.

4
Gambar A.2 1

Gambar A.3 1

Gambar A.4 1

B. Jenis-Jenis Obat Anestesi Lokal

5
Gambar B.1 3
Dalam anestesi local, bahan yang digunakan
dibedakan atas 2 golongan yaitu golongan ester
dan amida. Namun golongan ester cenderung
lebih sering menimbulkan alergi dibandingkan
dengan golongan amida. Golongan amida terdiri
dari Bupivacaine, lidocaine, articaine, dan
prilocaine. Biasanya pada anestesi local
ditambahkan vasokonstriktor yang berfungsi
untuk memperlambat resorbsi anestesi local,
menekan pendarahan, memperlama masa kerja,
dan menurunkan toksisitas sistemik. Namun,
penambahan vasokonstriktor ini kontraindikasi
dengan pasien yang mempunyai penyakit
asthma, hipertensi, dan penyakit tiroid.2 berikut adalah dosis yang diterapkan untuk
bahan anestesi pada anak disamping (gambar B.1)

Gambar B.23
Sebelum dilakukannya anestesi
local, untuk menambah kenyamanan
pasien dan mengurangi rasa sakit
tertusuk jarum maka diaplikasikan
anestesi topical terlebih dahulu yang
berbahan dasar benzocaine dan
lidokain. Benzocaine ini tersedia
dalam bentuk gel, salep dan cairan
yang dapat diaplikasikan ke mukosa daerah yang ingin dianestesi. Setelah ektraksi
dilakukan maka sebaiknya diberikan analgesic untuk meredakan rasa nyeri yang
terjadi pasca anestesi. Berikut adalah dosis yang dianjurkan untuk analgesic yang
digunakan pasca ektraksi seperti gambar diatas (gambar B.2). Dari obat diatas yang
paling dianjurkan untuk penggunaan analgesic pada anak adalah paracetamol NSAIDs
dengan efek paling optimal dan efek samping minimal.

C. Jenis-Jenis Teknik Anestesi (Anestesi Topical&Injeksi)


6
Teknik anestesi local dibagi menjadi 2 yaitu infiltrasi local dan blok syaraf.
Pada Infiltrasi local, anestetikum didepositkan pada syaraf terminal sehingga area
yang teranestesi terbatas pada 1 atau2 gigi saja. Sedangkan pada anestesi blok saraf,
anestetikum didepositkan pada cabang saraf utama sehingga area yang teranestesi
lebih luas. Berikut adalah teknik anestesi local topical, dan infiltrasi3
 Keringkan mukosa yang ingin di anestesi dan oleskan gel/ointment sampai
terasa kesat, ketika pasien sudah merasa baal, suntikan jarum
 Gunakan jarum tipis (30 G) atau standar (27 G), injeksikan pada bagian bukal
di apex gigi dengan bevel menghadap periosteum dengan sudut 45ᵒ antara
jarum dengan aspek labial/bukal
 Tekan jarum pada jaringan lunak perlahan sampai menembus tulang (+-
2mm). aspirasi, jika negating baru depositkan bahan anestesi sebanyak 0,5
mL.
 Untuk daerah palatal, insersi jarum dengan arah berlawanan dengan sudut 90ᵒ
terhadap palatum.
 Tekan jarum sampai mencapai tulang dengan perlahan, aspirasi jika negatif
baru depositkan bahan anestesi sebanyak 0,3 cc
Gambar C.1 3

Berikut adalah tahapan dari anestesi blok: 3

7
Gambar C.2 3

Pasien disarankan untuk membuka mulut secara


maksimal. dan jarum dimasukkan secara lateral ke
lipatan pterigomandibula pada titik terdalamnya
(lekukan pterigoid). Pada anak-anak, dianjurkan injeksi
langsung dari daerah molar sulung yang berlawanan.

Gambar C.3 3
Foramen mandibula pada
anak- anak terletak di
bawah bidang oklusal pada
garis di ramus tersempit,
dua pertiga dari jalan
kembali dari cekungan
anterior, seperti yang dapat
dilihat pada gambar C.3
berikut 3

D. Komplikasi Setelah anestesi local


Gambar D.1 3
Secara umum, ada beberapa efek samping dan
komplikasi yang terjadi pada anestesi lokal pada
anak-anak dan remaja. Masalah yang paling umum
adalah efisiensi lama kerja bahan anestesi mungkin
kurang dari yang diinginkan. Efek samping
sistemik seperti pingsan, kehilangan kesadaran
karena berkurangnya pasokan darah ke otak, jarang
terjadi. Jika pasien pingsan, ia harus ditempatkan
pada posisi telentang dengan kaki terangkat. Saluran udara harus diamankan dengan
memiringkan kepala ke belakang dan memposisikan mandibula ke depan. Reaksi

8
alergi umum terhadap larutan anestesi lokal sangat jarang terjadi, jika terjadi biasanya
terdiri dari alergi pada kulit, kadang-kadang konstriksi bronkial, dan penurunan
tekanan darah. Sebagian besar komplikasi atau efek samping berasal dari lokal,
seperti tergigitnya jaringan yang teranestesi, yang dapat diobati dengan gel
chlorhexidine 1%.
Gambar D.2 3
Selain itu terdapat efek samping lain yaitu
memucatnya pipi setelah injeksi lokal karena
reaksi sympaticus (seperti pada gambar D.2) dan
akan berlangsung pada beberapa pasien hingga 10
menit. Hematoma kadang-kadang timbul selama
injeksi, oleh karena itu dalam kasus ini pasien dan
orang tua harus diberi tahu tentang komplikasi-
komplikasi yang mungkin akan timbul pasca
ekstraksi.3

2. Ekstraksi Gigi Sulung


Indikasi ekstraksi gigi sulung adalah ketika gigi sulung yang tidak dapat
direstorasi kembali karena karies, terdapat infeksi periapikal atau interradikuler,
terdapat abses dentoalveolar dengan sellulitis, jika pertumbuhan gigi sulung
menganggu erupsi normal dari gigi permanen. Sedangkan kontraindikasi ekstraksi
dari gigi sulung adalah pasien dengan infeksi stomatitis akut atau stomatitis
herpetika, pasien dengan kelainan darah sehingga harus di konsul dulu pada
spesialis penyakit dalam sebelum tindakan ekstraksi, infeksi sistemik akut,
diabetes mellitus, pasien dengan penyakit jantung, dan pasien yang mempunyai
penyakit ganas sepeti kanker atau tumor ganas lain.4
2 A. Alat dan Bahan Ekstraksi Gigi Anak
Alat dan bahan yang perlu dipersiapkan untuk ekstraksi adalah Ekskavator yang
fungsinya untuk membuka perlekatan sulkus gingiva pada gigi, alat standar
(kaca mulut, sonde, ekskavator, pinset), elevator untuk mengelevasi gigi. Alat
alat anestesi, cotton roll, tampon, betadin, dan tang ekstraksi. 4 Berikut adalah
tang-tang ekstraksi yang digunakan pada ekstraksi gigi sulung:5
 Gambar 2 A.1 Tang gigi sulung anterior rahang atas5

9
 Gambar 2 A.2 Tang gigi sulung posterior rahang atas 5

 Gambar 2 A.3 Tang sisa akar gigi sulung rahang atas 5

 Gambar 2 A.3 Tang gigi sulung anterior rahang bawah5

 Gambar 2 A.4 Tang gigi sulung posterior rahang bawah5

 Gambar 2 A.5 Tang sisa akar gigi sulung rahang bawah5

2 B. Teknik ekstraksi gigi anak

10
Teknik pencabutan gigi sulung sama dengan gigi permanen, yang
membedakannya adalah pada gigi sulung ukuran gigi dan mulut lebih kecil,
akarnya kadang sudah teresorbsi sehingga tidak memerlukan tenaga yang besar
dalam pencabutannya. Bentuk tang ekstraksi yang digunakan juga lebih kecil.
Bentuk akar gigi sulung menyebar dan kadang-kadang resorpsinya tidak
beraturan. Pada gigi sulung, ada benih gigi permanen di bawah akarnya sehingga
perlu lebih hati hati. Seperti juga orang dewasa, pada waktu melakukan
pencabutan perlu dilakukan fiksasi rahangnya dengan tangan kiri. Jika resorpsi
akar telah banyak, maka pencabutan sangat mudah, tetapi jika rsorpsi sedikit
terutama gigi molar pencabutan mungkin sulit dilakukan, terlebih lagi jika
terhalang benih gigi permanen di bawahnya. 4

Gambar 2 B.14

teknik ekstraksi untuk gigi sulung adalah yang pertama buka perlekatan gigi
dengan menggunakan ekskavator, lalu dengan bein lalukan gerakan elevasi.
Selanjutnya menggunakan tang untuk ekstraksi yang berbeda gerakannya tergantung
dari gigi yang ingin diekstraksi sebagai berikut

Untuk gigi sulung berakar tunggal :

Gerakan yang dilakukan adalah gerakan luksasi yang diikuti dengan sedikit Gerakan
rotasi sedikit lalu diikuti dengan gerakan ekstraksi (penarikan).4

Untuk gigi berakar


11
ganda : Gerakan untuk melakukan pencabutan adalah gerakan luksasi dengan
perlahan. Gerakan luksasi ini ke arah bukal dan ke arah palatal, diulang sampai terasa
goyang. Selanjutnya dilakukan gerakan ekstraksi untuk mencabut gigi

2 C. Instruksi pasca ekstraksi6


 Menggigit kain kasa selama 30-45 menit untuk membantu
 menghentikan perdarahan.
 Menjaga kebersihan mulut dengan berkumur setelah 24 jam pasca pencabutan
 gigi dan menyikat gigi seperti biasa.
 Pada 24 jam pertama, diet lembut dan dingin serta mengunyah pada sisi yang
berlawanan dengan tempat pencabutan gigi.
 Gunakan analgesik pada 45 menit setelah pencabutan gigi untuk mencegah
atau mengurangi sensasi nyeri.

2 D. Komplikasi Pasca Ekstraksi


Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada waktu pencabutan gigi
sulung. Yang pertama dapat terjadi fraktur akar. Oleh karena itu perlu hati hati dan tau
betul teknik pencabutan yang tepat. Jika terjadi fraktur akar maka sedapat mungkin
keluarkan sisa akar dengan tang radiks dan lakukan foto rontgen. Namun jika akar
tidak terlihat maka lakukan foto rontgen terlebih dahulu, bila dekat benih yang
mungkin pada waktu pengambilan dapat mengenai benih gigi permanenmakan sisa
akar gigi sulung tersebut dapat ditinggalkan, tetapi selalu dilakukan pengawasan
berkala (observasi) terhadap sisa akar tersebut secara klinis dan radiografis. 4

Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah terjadinya trauma pada benih gigi
permanen atau benih gigi permanen yang ikut tercabut. Benih gigi permanenyang ikut
tercabut dapat dikembalikan ke tempatnya, kemudian mukosa (gingiva) dilakukan
penjahitan sehingga soket bekas gigi sulungnya tertutup. 4

Komplikasi lain yaitu terjadinya Dry Socket. Komplikasi ini jarang terjadi
karena vaskularisasinya pada anak cukup baik. Apabila ini terjadi di bawah umur 10
tahun mungkin ada gangguan secara sistemik seperti pada penderita anemia,
defisiensi vitamin, gangguan nutrisi dsb atau adanya infeksi. Selain itu dapat juga
terjadi perdarahan. Hal ini mungkin terjadi bila anak menderita penyakit darah atau
kemungkinan ada sisa akar atau tulang yang menyebabkan iritasi terhadap jaringan. 4

SPACE MAINTAINER

12
Tujuan Pembuatan Space Maintainer
Space maintainer merupakan alat yang digunakan untuk mempertahankan
panjang, lebar, dan perimeter lengkung rahang setelah terjadinya kehilangan dini gigi
sulung. Space maintainer berfungsi membantu gigi permanen untuk dapat erupsi
dalam lengkung rahang dan oklusi yang benar. 1 Selain itu, space maintainer juga
bertujuan untuk mengurangi prevalensi dan keparahan maloklusi akibat kehilangan
dini gigi sulung.2
Persyaratan Pembuatan Space Maintainer
Space maintainer harus dapat mempertahankan dimensi proksimal dari
ruangan akibat kehilangan dini gigi sulung, tidak mengganggu erupsi gigi antagonis
dan gigi permanen pengganti, tidak mengganggu fungsi bicara, mastikasi, atau
pergerakan fungsional mandibula, mudah untuk dibuat dan kuat, tidak memberikan
gaya berlebih pada gigi yang berdekatan, mudah dibersihkan, serta tidak membatasi
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama transisi dari gigi sulung ke gigi
permanen.3
Pertimbangan Pembuatan Space Maintainer
Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan space
maintainer. Hal tersebut diantaranya adalah selang waktu sejak kehilangan gigi
sulung, kondisi oklusi sebelumnya, analisis ruangan yang dibutuhkan, perkembangan
benih gigi permanen, kondisi tulang alveolar di sekitar benih gigi permanen, status
kesehatan pasien, kekooperatifan pasien, dan kebersihan rongga mulut.2
Indikasi Space Maintainer
Penggunaan space maintainer diindikasikan pada kasus kehilangan dini gigi
sulung anterior atau posterior yang dapat menyebabkan kehilangan ruang akibat
migrasi gigi sebelahnya. Pada gigi posterior, space maintainer digunakan ketika gigi
molar sulung hilang dini, baik sebelum atau sesudah erupsi gigi molar satu permanen.
Hal tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya kehilangan panjang lengkung
rahang akibat mesial drift dari gigi molar satu permanen. Kehilangan gigi pada anak
dengan kondisi tersebut akan berdampak pada crowding gigi permanen.4

13
Kontraindikasi Space Maintainer
Beberapa kontraindikasi space maintainer di antaranya adalah terdapat
crowding yang parah atau kehilangan banyak ruang, risiko karies tinggi, lebar
mesiodistal benih gigi permanen kurang dari lebar ruangan yang tersedia, benih gigi
permanen sudah menembus tulang, serta tidak terdapat benih gigi permanen. 4,5 Selain
itu, perlu untuk mempertimbangkan kekooperatifan pasien dalam penggunaan space
maintainer.6
Klasifikasi Space Maintainer
Space maintainer dapat diklasifikasikan menurut cara pemasangan, fungsi,
dan kegunaan. Berdasarkan fungsi, dibedakan menjadi jenis fungsional dan non
fungsional. Berdasarkan kegunaan, dibedakan menjadi jenis aktif dan pasif. Selain itu,
berdasarkan cara pemasangan dapat dibedakan menjadi jenis lepasan dan cekat/semi-
cekat.5
Space maintainer jenis fungsional bertujuan untuk membantu fungsi
pengunyahan, hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan elemen gigi atau
tanpa elemen gigi namun dibuat agar dapat berkontak dengan gigi antagonisnya.
Pengggunaan space maintainer fungsional harus memperhatikan waktu erupsi gigi
permanen agar tidak terganggu akibat terhalang plat akrilik. Jenis space maintainer
nonfungsional merupakan space maintainer yang tidak berperan dalam fungsi
mastikasi, namun hanya berfungsi untuk menjaga ruang erupsi gigi permanen.3,5
Space maintainer aktif atau biasa disebut dengan space regainer merupakan
alat yang dapat diaktivasi dan menggerakkan satu atau beberapa gigi untuk
mendapatkan kembali ruang yang telah mengalami penyempitan. Sedangkan space
maintainer pasif hanya bertujuan untuk mempertahankan ruang setelah kehilangan
dini gigi sulung.3,5
Space maintainer lepasan menggunakan bahan akrilik dan kawat retensi untuk
mempertahankan ruang akibat kehilangan dini gigi sulung. Jenis ini diindikasikan
untuk kasus kehilangan dini lebih dari satu gigi baik bilateral maupun unilateral,
kehilangan dini gigi sulung anterior, dan pemeliharaan ruang hanya dibutuhkan dalam
waktu yang singkat. Space maintainer lepasan tidak dapat digunakan pada pasien
yang tidak kooperatif, alergi terhadap akrilik, dan pasien epilepsi. Penggunaan space
maintainer lepasan memiliki beberapa kelebihan diantaranya mudah dibersihkan baik
alat maupun rongga mulut, mempertahankan dimensi vertikal, estetis, memfasilitasi
fungsi pengunyahan dan bicara, tidak membutuhkan penggunaan band, dan ruang
14
dapat dipertahankan untuk erupsi gigi tanpa membuat alat yang baru. Sedangkan
kekurangannya adalah alat dapat hilang atau rusak, sangat membutuhkan
kekooperatifan pasien, dapat menahan pertumbuhan lateral rahang jika cengkram
tidak tepat, serta dapat mengiritasi jaringan lunak.3 Beberapa jenis space maintainers
lepasan antara lain partial denture dan Hawley appliance.2 Partial denture digunakan
pada kasus kehilangan satu atau beberapa gigi dan dapat mengembalikan fungsi
estetis sekaligus membantu fungsi bicara dan mencegah terjadinya kebiasaan buruk
tongue thrusting. Hawley appliance diindikasikan pada kasus kehilangan dini gigi
molar 2 sulung baik unilateral maupun bilateral.5,7

(A) (B)

(C)
Gambar (A) Partial denture lepasan non fungsional, (B) Partial denture lepasan fungsional,
(C) Hawley appliance.3

Space maintainer cekat merupakan space maintainer yang memiliki dua gigi
penyangga pada sisi mesial dan distal dari ruangan yang mengalami kehilangan dini
gigi sulung. Sedangkan space maintainer semi-cekat hanya memiliki gigi penyangga
pada salah satu sisi ruangan. Kedua jenis space maintainer ini diindikasikan untuk
pasien yang kurang kooperatif jika menggunakan jenis lepasan. Beberapa jenis space
maintainer cekat dan semi-cekat adalah band and loop, crown and loop, passive
lingual arch, distal shoe, Nance appliance, transpalatal arch, dan fiber reinforced
composite.3

15
Band (crown) and loop digunakan pada kasus kehilangan unilateral satu gigi
molar sulung. Dapat juga digunakan pada kehilangan bilateral gigi molar sulung,
sebelum gigi permanen anterior rahang bawah erupsi, dengan menggunakan dua band
and loop. Band and loop digunakan pada gigi penyangga yang masih utuh atau tidak
mengalami kerusakan besar, sedangkan crown and loop digunakan pada gigi
penyangga yang memiliki kerusakan besar sehingga membutuhkan restorasi metal
crown. Pemilihan band dan crown harus sesuai dengan ukuran gigi penyangga. Loop
memiliki lebar sesuai dengan ukuran benih gigi permanen, hal ini bertujuan agar gigi
permanen tidak tertekan oleh loop saat erupsi. Selain itu, panjang loop dibuat sampai
bersinggungan dengan gigi tetangga dan diletakkan di bawah lingkar terbesar gigi
tersebut sehingga tidak mudah bergerak. Jarak loop ke gingiva sekitar 1 mm dan loop
dibentuk sesai dengan bentuk ridge gigi yang hilang dan paralel dengan jaringan
lunak.3,5

(A) (B)
Gambar (A) Band and loop space maintainer, (B) Crown and loop space maintainer.3

Passive lingual arch merupakan space maintainer yang dapat dibuat cekat
atau semi-cekat, nonfungsional, dan bersifat pasif. Alat ini diindikasikan pada
kehilangan bilateral gigi molar sulung setelah erupsi gigi insisif permanen rahang
bawah, bertujuan untuk mencegah perubahan overjet dan overbite, mencegah gigi
posterior bergerak ke arah mesial, serta mencegah lingual tipping gigi insisif
permanen. Lingual arch menggunakan kawat yang dibentuk “U” memanjang dari
permukaan lingual band gigi molar hingga permukaan lingual gigi anterior. Kawat
tersebut diletakkan di atas singulum gigi insisif rahang bawah.3

16
Gambar Passive lingual arch.3

Distal shoe merupakan space maintainer intra-alveolar yang bersifat


unilateral, cekat, nonfungsional, dan pasif. Alat ini digunakan pada kasus kehilangan
dini gigi molar dua sulung sebelum gigi molar satu permanen erupsi dan hanya dapat
digunakan pada satu kuadran karena kekuatan alat yang terbatas. Sehingga, jika
terdapat kehilangan dini gigi molar sulung satu dan dua, lebih baik menggunakan
distal shoe lepasan. Distal shoe terdiri dari crown yang dipasang pada gigi sulung
molar dua dan L-shaped bar yang disolder pada permukaan distal crown dan
memanjang ke posisi permukaan mesial gigi molar satu permanen. Distal shoe dapat
dipasang segera setelah ekstraksi gigi sulung.3

(A) (B)
Gambar (A) Perluasan distal shoe space maintainer,
(B) Tampilan klinis distal shoe space maintainer.3

17
Nance palatal arch merupakan space maintainer yang bersifat bilateral, cekat,
nonfungsional, dan pasif. Alat ini digunakan pada kasus kehilangan bilateral gigi
molar sulung rahang atas. Nance palatal arch terdiri dari band yang diletakkan pada
gigi molar satu permanen dan kawat yang memanjang dari permukaan palatal satu
band ke band lainnya. Secara anterior, kawat tersebut memanjang hingga area rugae
dan direkatkan dengan acrylic button.3

Gambar Nance palatal arch space maintainer

Transpalatal bar space maintainer bersifat cekat, pasif, dan nonfungsional.


Alat ini terdiri dari arch wire yang memanjang dari permukaan palatal band yang
diletakkan pada gigi molar satu permanen ke midpalatine raphe. Hal tersebut
bertujuan untuk mencegah rotasi mesiolingual dan pergeseran ke mesial dari gigi
molar satu permanen.3

Gambar Transpalatal bar

Fiber reinforced composite space maintainer merupakan alternatif perawatan


konvensional dari band and loop space maintainer. Material komposit yang diperkuat
dengan serat polietil atau serat kaca dapat meningkatkan sifat mekanis material seperti
kekuatan, kekakuan, dan kekerasan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa kekuatan
fisik composite space maintainer sebanding dengan band and loop konvensional.
Oleh karena itu, fiber reinforced composite space maintainer diterima secara klinis
dan dapat dijadikan alternatif perawatan.3,8

18
Gambar Fiber reinforced composite space maintainer.8

19
GIGITAN SILANG ANTERIOR
Etiologi Gigitan Silang Anterior
Gigitan silang dapat terjadi akibat hubungan labial atau lingual yang abnormal
pada gigi anterior maksila dan mandibula saat beroklusi sentris. Gigitan silang
anterior dapat disebabkan oleh diskrepansi panjang lengkung rahang, arah erupsi yang
abnormal, anomali gigi geligi, kehilangan dini gigi sulung, struktur skeletal kelas III,
atau trauma saat pertumbuhan seperti ankilosis pada sendi temporomandibular.5,9
Klasifikasi Gigitan Silang Anterior
Berdasarkan jumlah gigi yang terlibat, gigitan silang anterior dapat dibedakan
menjadi single tooth anterior crossbite dan segmental anterior crossbite.9

(A) (B)
Gambar (A) Single tooth anterior crossbite,
(B) Segmental anterior crossbite.9

Berdasarkan lokasi dan faktor etiologi, gigitan silang anterior dapat dibedakan
menjadi dental crossbite, skeletal crossbite, dan functional crossbite. Dental crossbite
umumnya melibatkan satu gigi atau terkadang beberapa gigi. Hal tersebut disebabkan
oleh anomali gigi geligi, kehilangan gigi dini, persistensi, dan persistensi gigi sulung
yang mengakibatkan perubahan panjang lengkung rahang dan arah erupsi yang
abnormal.9

Gambar Dental crossbite menyebabkan gangguan estetis.9


Skeletal crossbite meliputi gigitan silang yang terjadi akibat malposisi atau
malformasi pada rahang yang bersifat herediter (terlihat pada pasien dengan pola

20
skeletal kelas III), kongenital, atau trauma saat kelahiran (contohnya ankilosis
unilateral pada sendi temporomandibular). Functional crossbite biasanya disebabkan
oleh adanya gangguan oklusi saat rahang beroklusi. Hal ini dapat disebabkan oleh
kehilangan dini gigi sulung, gigi berlubang atau gigi erupsi atopik. Jika tidak
dikoreksi sejak awal, gigitan silang dapat berkembang menjadi skeletal crossbite.9

Gambar Skeletal crossbite menyebabkan asimetri wajah.9

Koreksi Gigitan Silang Anterior


Koreksi gigitan silang anterior dapat menggunakan beberapa alat yang
dibedakan menjadi alat aktif dan alat pasif. Alat pasif terdiri dari tongue blade,
inclined plane, dan reversed stainless steel crown. Sedangkan alat aktif terdiri dari
removable appliance dan fixed appliance. Tongue blade digunakan pada anak yang
kooperatif dengan kondisi gigi permanen anterior belum erupsi sempurna. Gigi
tersebut dapat direposisi dalam 24 hingga 72 jam. Anak diinstruksikan untuk
meletakkan stik dibelakang gigi anterior maksila, menggunakan dagu sebagai
fulkrum, memberikan tekanan pada gigi tersebut ke arah labial. Prosedur dapat
dilakukan dalam waktu 15-30 menit secara berulang atau setidaknya beberapa jam
dalam sehari. Teknik ini sangat bergantung pada frekuensi, durasi, dan akurasi gaya
yang diberikan oleh anak pada gigi insisif yang sedang erupsi.5,7

Gambar Penggunaan tongue blade.7

21
Inclined plane merupakan akrilik yang diletakkan miring sekitar 45° di
sepanjang axis gigi insisif rahang bawah untuk mendorong gigi insisif maksila
bergerak ke depan. Gigi inisif maksila hanya akan berkontak dengan inclined plane
dan plane tidak boleh menyentuh palatal. Pantauan orang tua sangat diperlukan dalam
aktivitas fisik anak selama menggunakan bite plane agar dapat meminimalisir
kemungkinan injuri pada gigi. Bila metode ini berhasil, insisif maksila akan bergerak
ke arah labial dalam waktu 7-10 hari.7

(A) (B)
Gambar (A) Acrylic inclined plane, (B) mekanisme incline plane ketika
diletakkan pada gigi insisif mandibula.5,7

Alat pasif lainnya uang dapat digunakan sebagai inclined plane untuk
memperbaiki gigitan silang lingual gigi insisif rahang atas adalah reversed stainless
crown. Ketika diletakkan pada insisif dengan gigitan silang dalam posisi yang
berlawanan, kondisi tersebut akan membuat inclined plane sendiri dan menghasilkan
kontak fungsional dan gaya ungkit.5,7

Gambar Mekanisme reversed stainless steel crown yang berfungsi


sebagai inklinasi untuk memperbaiki gigitan silang gigi insisif.5

22
Alat aktif yang dapat digunakan secara efektif untuk memperbaiki gigitan
silang gigi insisif rahang atas adalah removable palatal appliance menggunakan
pegas S atau spiral, dan alat lainnya adalah fixed labial arch wire dan maxillary molar
band attachment. Pegas-pegas pada removable palatal appliance memberikan gaya
langsung ke arah labial pada permukaan gigi dengan gigitan silang. Pada fixed labial
arch wire, kawat harus beradaptasi dengan baik di permukaan bukal dan labial gigi,
serta memiliki bilateral vertical spring loops. Prosedur perawatan terdiri dari
pemasangan band pada keempat gigi insisif, pemasangan bracket, serta penggunaan
untuk pergerakan gigi dan kontrol. 5,7

(A) (B)
Gambar (A) Removable appliance, (B) Fixed appliance.5

RINGKASAN
Prosedur esktraksi pada anak cenderung menimbulkan rasa sakit, sehingga
diperlukan penanganan guna mencegah rasa sakit tersebut dengan menggunakan
anestesi lokal yang terdiri dari anestesi topikal dan injeksi. Dalam melakukan
prosedur anestesi, perlu diperhatikan anatomi persyarafan gigi dan rahang agar tidak
menimbulkan komplikasi pasca anestesi.
Gigi sulung yang dilakukan tindakan ekstraksi karena alasan patologis akan
mengalami kehilangan dini dan menyebabkan migrasi gigi yang berdekatan. Hal
tersebut akan mempengaruhi ruang dan arah erupsi gigi permanen pengganti. Oleh
karena itu, diperlukan space maintainer untuk menjaga panjang, lebar, dan perimeter
lengkung rahang agar gigi permanen dapat erupsi dalam posisi yang benar.
Apabila lengkung rahang yang mengalami kehilangan dini gigi sulung tidak
dipertahankan, maka akan menimbulkan gigitan silang anterior yang membutuhkan
perawatan berbeda. Perawatan tersebut diantaranya adalah menggunakan alat pasif
atau aktif berupa tongue blade, inclined plane, reversed stainless steel crown,
removable appliance, fixed appliance.

23
DAFTAR REFERENSI:

1. Paulsen F, Waschke J. Sobotta atlas of human anatomy Volume 1 Head, Neck,


Upper Limb. 14th Ed. Putz R, Pabst R, editors. Bedoui S, translation.
Germany, Elsevier; 2006.
2. Dewi Fatma Suniarti, Sri Angky Soekanto, Azalia Arif. Farmakologi
Kedokteran Gigi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universtas Indonesia; 2010.
3. Koch, Goran; Poulsen, Sven. 2009. Pediatric Dentistry A Clinical
Approach.2nd Edition. Copenhagen: Blackwell Publishing Ltd.

4. Finn SB. Clinical Pedodontics. 4th ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co, 1973.
5. Dental Forceps. 2019. Dental Instrument. (Online). Tersedia: http://dental-
forceps.com [diakses pada 6 Februari 2019]
6. BAB II Universitas Diponogoro. (online) tersedia:
http://eprints.undip.ac.id/46828/3/BAB_II.pdf [diakses pada 6 Februari 2019]

DAFTAR PUSTAKA (DAFTAR REFERENSI ABIL YANG BELUM


DIGABUNG)
1. Finn SB. Clinical Pedodontics. 4th ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co, 1973.
2. American Academy of Pediatric Dentistry : Guideline on Management of the
Developing Dentition and Occlusion in Pediatric Dentistry. 2014.
3. Rao A, Shenoy R, Sumanth KN, Suprabha BS. Principles and Practices of
Pedodontics. 3rd Ed. New Delhi : Jaypee Brothers Medical Published Ltd.
2012.
4. Khanna P, Sunda S, Mittal S. “Keep My Space”. International Journal of Oral
Health Dentistry : 11-15. 2015.
5. Mattewson R, Primrosch RE. Fundamental of Pediatric Dentistry. 3rd Ed.
London: Quintessence Publishing, Co. 1995.
6. Duggal M, Cameron A, Toumba J. Pediatric Dentistry at a Glance. 1st Ed.
UK : Wiley-Blackwell. 2013.
7. McDonald RE, Avery DR, Dean JA. McDonald’s and Avery’s dentistry for
the Child and Adolescent 8th ed. St.Louis: Mosby/Elsevier, 2016.

24
8. Yeluri R, Munshi AK. Fiber Reinforced Composite Loop Spcae
Maintainer:An alternative to the conventional band loop. Contemp Clin Dent.
2012 Apr:S26-S28.
9. Singh, G. Textbook of Orthodontics.2nd ed. New Delhi : Jaypee Brothers
Medical Published Ltd. 2007.

25

Anda mungkin juga menyukai