Disusun oleh :
Shofa Salsabila
21102100104
2022
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................3
1.3 Tujuan...............................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
2.1 Persiapan Sebelum Tindakan Anastesi.............................................................................4
2.2 Macam Teknik Anastesi...................................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................9
KESIMPULAN..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anestesi lokal dapat membantu dokter gigi menjalin kerjasama yang baik dengan
pasien karena selain sebagai Pereda nyeri, pasien masih dalam keadaan sadar selama
melakukan perawatan. Anestesi lokal berdsarkan basis antominya dapat dibedakan menjadi
anestesi topical, anetesi regional atau sering disebut anestesi blok, anestesi intraligamen, dan
anestsesi infiltrasi. Teknik anetesi topical dilakukan dengan mengaplikasikan sediaan anestesi
pada daerah membram mukosa yang dapat dipenetrasi sehingga mencapai ujung saraf
superfisial. Teknik anestesi intraligamen dilakukan dengan syringe khusus melalui jaringan
periodontal gigi dan larutan dideponirkan saraf pada ujung akar, sedangkan teknik infiltrasi
dilakukan dengan menginjeksikan larutan didekat serabut terminal saraf sehingga akan
memberikan efek anestesi keseluruhan jaringan yang dipersarafinya, anestesi blok dilakukan
dengan cara mendepositkan larutan tersebut kedekat batag saraf sehingga menimbulkan efek
anestesi yang lebih luas dari anestesi infiltrasi.
1.3 Tujuan
1. Memenuhi tugas modul bedah mulut pendidikan profesi FKG Unissula
2. Mengetahui persiapan apa saja yang perlu dilakukan sebelum melakukan anestesi
3. Mengetahui macam teknik anestesi lokal
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Persiapan Sebelum Tindakan Anastesi
Pedoman Persiapan Pra-Anestesia
1. Pendahuluan Setiap tindakan anestesia baik anestesia umum maupun regional memerlukan
evaluasi pra-anestesia yang bertujuan untuk:
a. Pemeriksaan pra-anestesia
2) dokter anestesia dapat menunda atau menolak tindakan anestesia bila hasil evaluasi pra-
anestesia dinilai belum dan atau tidak layak untuk tindakan anestesia.
c. Informed consent
1. Pendahuluan Sebelum melakukan tindakan anestesi perlu dilakukan persiapan alat, mesin
dan obat anestesi.
2. Indikasi:
a. untuk pasien yang akan menjalani pengawasan dan tindakan anestesia di dalam maupun di
luar kamar bedah.
b. untuk pasien yang menjalani pengawasan dan tindakan anestesia di luar kamar bedah,
mesin dan gas anestesia disiapkan bila tersedia.
3. Persiapan meliputi:
b. alat anestesi: stetoskop, alat jalan napas, laringoskop, suction, sungkup muka, magill
forceps, introducer.
Persiapan pasien
1. Pastikan bahwa pasien sudah makan atau setidaknya tidak sedang merasa lapar sebelum
Tindakan anestesi lokal
2. dudukan pasien pada posisi semi supine. Posisi seperti ini akan membuat pasien merasa
lebih nyaman, prosedur anastesi juga akan lebih mudah dilakukan dengan posisi seperti ini,
dan kemungkinan terjadinya vasovagal syncope dapat berkurang (Kamadjaja, 2019).
a. submucosal injection
jarum diinsersikan dan cairan anestesi dideponir ke dalam jaringan di bawah mukosa
(submucosa) yang terdiri atas jaringan ikat kendor sehingga larutan anestesi mengadakan
difusi pada tempat tersebut
b. paraperiosteal injection
jarum diinsersikan sampai mendekati atau menyentuh periosteum dan setelah dinjikesikan
larutan anestesi mengadakan difusi menembus periosteum dan porositas tulang alveolar
c. intraperiodontal (intraligamentary) injection(Kamadjaja, 2019)
jarum diinsersikan langsung ke dalam membrane periodontal akar gigi yange bersangkutan
untuk menganestesi jaringan periodontal sekaligus pulpa gigi
d. papillary injection
teknik ini sebenarnya termasuk teknik submucosa yang dilakukan pada papilla interdental
yang melekat dengan periosteum. Teknik ini diindikasikan terutama pada gingivectomy yang
memerlukan baik efek anestesi maupun efek hemostatis dari obat anestesi lokal
Anestesi blok rahang bawah biasanya dilakukan apabila kita memerlukan daerah yang
teranestesi luas misalnya pada waktu pencabutan gigi posterior rahang bawah atau
pencabutan beberapa gigi pada satu quadran. Saraf yang dituju pada anestesi blok teknik
Gow-Gates adalah N. Mandibularis sedangkan pada Teknik Akinosi dan Teknik Fisher saraf
yang dituju adalah :N. Alveolaris inferior dan N. Lingualis Dengan teknik GowGates daerah
yang teranestesi adalah : Gigi mandibula setengah quadran, mukoperiosteum bukal dan
membrane mukosa pada daerah penyuntikan , dua pertiga anterior lidah dan dasar mulut,
jaringan lunak lingual dan periosteum, korpus mandibula dan bagian bawah ramus serta kulit
diatas zigoma , bagian posterior pipi dan region temporal. Sedangkan daerah yang teranestesi
pada teknik Akinosi dan Teknik Fisher adalah : gigi gigi mandibula setengah quadran, badan
mandibula dan ramus bagian bawah, mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa didepan
foramen mentalis, dasar mulut dan dua pertiga anterior lidah, jaringan lunak dan periosteum
bagian lingual mandibula. Karena N. Bukalis tidak teranestesi maka apabila diperlukan ,
harus dilakukan penyuntikan tambahan sehingga pasen menerima beban rasa sakit. Pada
Teknik modifikasi Fisher kita menambahkan satu posisi lagi sebelum jarum dicabut sehingga
tidak diperlukan penusukan ulang yang menambah beban sakit pada pasen.
Untuk menganestesi gigi rahang atas digunakan teknik anestesi teknik supraperiosteal, blok
n. alveolaris superior anterior dan tengah, blok n. alveolaris superior posterior, blok n.
palatinus greater, blok n. nasopalatinus, blok n. maksilaris, injeksi ligamen periodontal.
Teknik supraperiosteal merupakan teknik infiltrasi lokal yang paling banyak dan mudah
dilakukan gigi rahang atas. Pada daerah yang lebih luas perlu injeksi multipel. Jarum suntik
diinsersikan melalui mukosa di daerah apeks gigi yang hendak dirawat. Blok n. alveolaris
superior anterior menganestesi gigi insisif, kaninus, premolar dan akar mesio bukal molar
pertama. Saraf yang teranestesi adalah n. alveolaris, superior tengah, n. infra orbitale, n.
palpebra inferior, n. nasalis lateral dan n. labialis superior. Jarum diinsersikan di mucobuccal
fold premolar pertama rahang atas menuju foramen infra orbitalis. Anestetik diinjeksikan
perlahan 0,9-1,2 ml. Blok n. alveolaris superior tengah menganestesi molar pertama,
premolar kedua, dan akar mesio bukal molar pertama. Jarum suntik diinsersikan di
mucobuccal fold premolar kedua, dan diinjeksikan anestetik 0,9-1,2 ml. Blok n. alveolaris
superior posterior menganestesi n. alveolaris superior posterior untuk gigi molar gigi molar
ketiga, molar kedua, dan molar pertama (akar mesiobukal kadang-kadang tidak teranestesi).
Jarum diinsersikan pada processus zigomaticus di mucobuccal fold gigi molar. Blok n.
palatinus greater digunakan untuk anestesi n. palatinus greater yang akan menganestesi
bagian posterior langit-langit keras dan lunak sampai premolar pertama. Jarum diinsersikan
ke arah foramen palatinus, 1 cm dari margin gusi ke arah garis tengah. Blok n. nasopalatinus
menganestesi bagian anterior langit-langit keras dari satu sisi ke sisi lain premolar pertama.
Jarum diinsersikan ke dalam intra septal di antara insisivus pertama rahang atas. Blok n.
Maksilaris ditujukan untuk menganestesi n. maksilaris. Injeksi ligamen periodontal
menganestesi ujung n. terminal, dengan memasukkan 0,1-0,2 ml anestetik ke dalam ligamen
periodontal. Jarum diinsersikan sepanjang sumbu panjang gigi di mesial dan distal akar gigi.
Teknik ini mempunyai onset of action yang cepat, dapat digunakan sebagai anestesi
tambahan dalam anestesi lokal, memberikan efek analgesia khusus, tetapi menimbulkan efek
ketidaknyamanan akibat tekanan injeksi (Irmalenny, 2012).
BAB III
KESIMPULAN
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan prosedur anestesi
yaitu, setiap tindakan anestesia baik anestesia umum maupun regional memerlukan evaluasi
pra-anestesia yang bertujuan untuk menilai kondisi pasien, menentukan status fisis dan risiko,
menentukan status teknik anestesia yang akan dilakukan, memperoleh persetujuan tindakan
anestesia (informed consent), persiapan tindakan anestesia.