Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP ANESTESI DI LUAR RUMAH SAKIT

DISUSUN OLEH:
Kelompok 4

David Wahyudi Asda 1910070170007


Fania Erisa 1910070170014
Gilang Nafaza Yusuf 1910070170018
Sarah Handika Roza F 1910070170024
Indah Novita Sari 1910070170027
Assy Agnestasya 1910070170032
Ifatul Insaniati 1910070170038
Suci Gusraliza 1910070170043

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Nopan Saputra, S. Kep., M. Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM


SARJANA TERAPAN FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur senantiasa selalu panjatkan kehadiran Allah SWT sehingga
makalah tentang “Konsep Anestsi Diluar Rumah Sakit” ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada bapak Ns. Nopan Saputra, S.Kep., M.Kep
selaku pembimbing.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan
Anestesi Bedah Khusus.Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah yang akan kami buat selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Padang, 9 Oktober 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 2
C. Manfaat Penulisan ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Konsep Anestesi di Luar Rumah Sakit ........................................................................ 3
B. Kasus Anestesi Di Luar Rumah Sakit ......................................................................... 5
BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 8
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 8
B. Saran .......................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan anestesiologi dan terapi intensif merupakan salah satu bagian dari
pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.Peningkatan kebutuhan pelayanan anestesiologi dan terapi
intensif ini masih belum seimbang dengan jumlah dan distribusi dokter spesialis
anestesiologi secara merata.Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang kedokteran khususnya anestesiologi dan terapi intensif menjadi dasar
diperlukannya pedoman nasional yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan
secara etis dan profesional.
Tindakan anestesi merupakan usaha untuk menghilangkan nyeri dengan teknik-
teknik tertentu yang dipakai dalam tindakan operasi.Perkembangan teknik operasi
modern tidak hanya terbatas pada pemahaman terhadap proses-proses penyakit, anatomi,
dan asepsis berhubungan dengan pembedahan tapi juga mengenai ketiadaan teknik-
teknik anesthetic aman dan yang dapat dipercaya.Teknik-teknik ini awalnya berkembang
Anesthesia Inhalasi yang diikuti oleh Anesthesia Regional, Anesthesia Local dan
Anesthesia Intravena.Perkembangan dari anesthesia berhubungan dengan teknik operasi
merupakan salah satu penemuan-penemuan yang paling penting di dalam sejarah
peradaban manusia (Morgan, et al. 2004).
Tindakan pemberian anestesi bisa dilakukan diluar rumah sakit seperti pada
praktik dokter di klinik yang biasanya menggunakan anestesi lokal yaitu anestesi yang
hanya dilakukan di sekitar area tubuh yang akan diberi tindakan saja. Jadi, efek obat bius
ini hanya akan membuat baal salah satu bagian tubuh saja. Tindakan medis yang
menggunakan bius lokal, biasanya adalah prosedur medis yang ringan dan memiliki
durasi yang sebentar.

1
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
1) Untuk mengetahui apa konsep dari anestesi
2) Untuk mengetahui mengetahui konsep anestesi di luar rumah sakit
3) Untuk mengetahuiapa saja kasus-kasus anestesi di luar rumah sakit

C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu :
1) Agar dapatmengetahui apa konsep dari anestesi
2) Agar dapat mengetahui mengetahui konsep anestesi di luar rumah sakit
3) Agar dapat mengetahuiapa saja kasus-kasus anestesi di luar rumah sakit

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Anestesi di Luar Rumah Sakit


Tindakan anestesi merupakan usaha untuk menghilangkan nyeri dengan
teknik-teknik tertentu yang dipakai dalam tindakan operasi.Perkembangan teknik
operasi modern tidak hanya terbatas pada pemahaman terhadap proses-proses
penyakit, anatomi, dan asepsis berhubungan dengan pembedahan tapi juga mengenai
ketiadaan teknik-teknik anesthetic aman dan yang dapat dipercaya.Teknik-teknik ini
awalnya berkembang Anesthesia Inhalasi yang diikuti oleh Anesthesia Regional,
Anesthesia Local dan Anesthesia Intravena (Morgan, et al. 2004).
Anastesi diluar kamar operasi atau non-operating room anesthesia (NORA)
adalah tindakan anestesi yang dilakukan oleh layanan anestesiologi diluar lingkungan
ruang operasi.
Dibeberapa keadaan, sedasi mungkin dipilih daripada anestesi keseluruhan.
Tujuan yang perlu dipertimbangkan ketika menenangkan pasien adalah: menjaga
keselamatan dan kesejahteraan pasien, meminimalkan ketidaknyamanan fisik dan
nyeri, mengontrol kegelisahan, meminimalkan trauma fisik dan meningkatkan potensi
untuk melupakan, mengontrol gerakan untuk memungkinkan penyelesaian yang
aman, mengembalikan pasien pada tahap hasil yang aman dari kemungkinan
pengawasan medis. Ahli anestesi sebelumnya berdiskusi dengan dokter lainnya terkait
prosedur yang akan dilakukan, posisi pasien, waktu yang dibutuhkan, dan
kemungkinan keadaaan darurat yang mungkin terjadi. Setiap pasien yang dilakukan
prosedur harus dipersiapkan untuk dilakukan anestesi umum bila sedasi diubah
menjadi anestesi umum.Lokasi baru, kurangnya alat monitoring, tenaga medis yang
kurang terlatih, alat dan obat emergensi yang tidak tersedia dalam situasi darurat
menyebabkan pasien dan ahli anestesi berada dalam situasi berisiko. Beberapa
masalah yang dapat dimodifikasi yaitu pengetahuan dan pengalaman tenaga medis
yang kurang dengan alat dan monitoring, komunikasi tim yang buruk, tergesa-gesa,
kecerobohan, dan kelelahan. Komplikasi dari NORA mulai dari yang ringan sampai
kematian.

3
Prinsip dasar NORA dapat terbagi atas 3 kategori yaitu faktor pasien dan
tenaga medis, masalah lingkungan, dan aspek terkait prosedur.1,2 Faktor pasien
seperti penilaian airway, status puasa, dan monitoring. Masalah lingkungan seperti
peralatan anestesi, peralatan emergency, dan risiko magnetic dan radiasi.Aspek terkait
prosedur seperti durasi, ketidaknyamanan, posisi pasien, dan dukungan bedah.
1. Pasien dan Tenaga Medis
Pasien NORA tidak hanya orang sehat yang melakukan procedural diagnostic,
tapi juga orang sakit yang bahkan terlalu berisiko untuk dilakukan
pembedahan.
2. Masalah Lingkungan
a. Lingkungan fisik
b. Alat dan monitor
c. Penerangan
d. Paparan radiasi
3. Aspek terkait Prosedur
NORA digunakan untuk pencitraan diagnostic, endoskopi, katetrisasi jantung,
dan berbagai prosedur bedah, oleh karena itu dibutuhkan kerja sama dengan
banyak spesialisasi berbeda di berbagai lokasi untuk tindakan.
a. Prosedur neuradiologi
b. Prosedur kateterisasi jantung
c. Anestesi dan sedasi pada pediatric
d. Endoskopi gastrointestinal
e. Prosedur pencitraan diagnostic
4. Lokasi terpencil
Tempat dimana anesthesiologist mungkin dibutuhkan untuk melaksanakan
anestesi atau sedasi di luar ruang operasi, meliputi:
a. Prosedur radiologi seperti cardiac angiography, radiologi itervensional,
CT san, MRI
b. Prosedur endoskopi
c. Klinik gigi
d. Unit luka bakar
e. Unit psikiatri untuk terapi elektrokonvulsif
f. Unit ginjal untuk lithotripsy
g. Unit ginekologi untuk fertilisasi in vitro

4
B. Kasus Anestesi Di Luar Rumah Sakit
Salah satu kasus diluar Rumah Sakit yaitu terdapat pada Klinik Gigi yang sering
terjadi Penatalaksanaan patah jarum akibat anastesi lokal pada ekstraksigigi.Sejak
diperkenalkannya jarum suntik sekali pakai, patahnya dan terbenamnya jarum ke dalam
jaringan lunak menjadi sangat jarang terjadi.Meskipun demikian, laporan patahnya
jarum masih tetap ada, walaupun kenyataannya, hal tersebut dapat
dicegah.Penyebabumumpatahnyajarumadalahgerakan tiba-tiba yang tidak terduga pada
pasien saat jarum memasuki otot atau kontak periosteum.Jika pasien berlawanan
dengan arah jarum maka tekanan yang adekuat ini akan menyebabkan patah
jarum.3Jarum yang lebih kecil, misalnya 30 gauge, lebih mudah patah dibanding jarum
yang lebih besar, misalnya 25 gauge. Jarum yang telah dibengkokkandengantujuan
agar penetrasi langsung ke dalam jaringan lebih akurat, menjadi lemah dan cenderung
lebih mudah patah dari pada yang tidak dibengkokkan. Meskipun jarum mungkin
cacat pada saat proses pabrik, tetapi hal ini sangat jarang terjadi.

Jika terjadi kepatahan tersebut, masih menjadi kontroversi antara dikeluarkan atau
tidak jarum yang patah.Fraser dan Aimes yang dikutip Bedrock, dkk, menyarankan agar
patah jarum diangkat untuk menghindari terjadinya pergeseran jarum mengenai
pembuluh darahkepaladanleher.SedangkanBrown dan Meerkoter,serta Cawson yang
dikutip Bedrock, dkk, berpendapat bahwa pengeluaran jarum tidaklah penting selama
pasien tidak mengeluhkan rasa nyeri, infeksi, pembengkakan, dankejang.

Belakangan ini bukan hanya migrasi jarum yang menjadi pertimbangan untuk
mengeluarkan patahan jarum, tetapi juga kelegalan medisnya.Psikologi pasien yang
mengetahui adanya benda asingdi tubuhnyajuga perlu menjadi pertimbangan.Ketika
patah jarum terjadi, kerapkali membuat pasien dan dokter gigi menjadi stres.

Berikut beberapa Pencegahan patah jarum yang bisa dilakukan :


1. Jangan memasukkan jarum ke dalam jaringan sampai pada pangkalnya,
pastikan ada bagian jarum yang masih terlihat.
2. Gunakan jarum panjang jika diperlukan kedalaman lebih dari 18mm.
3. Gunakan jarum berdiameter lebih besar (idealnya 25 gauge) untuk blok
anastesi yang lebih dalam, seperti tiga teknik blok anestesi mandibula
(konvensional, Gow-Gates, dan Vazirani-Akinosi), dan blok anestesi nervus
maksilaris.
4. Mencegah perubahan drastis dari posisi jarum selama pelaksanaanpenyuntikan

5
5. Jangan memberikan tekanan yang berlebih pada jarum, ketika jarum
dimasukkan ke dalamjaringan.
6. Jika diperlukan mengarahkan ulang jarum, tarik kembali dengan sempurna
sebelum diarahkanulang.
7. Jangan membengkokan jarum lebih dari satu kali

Jika jarum patah sewaktu proses anastesi blok nervus alveolaris inferior, jarum
kemungkinan akanberada pada ruang pterygomandibula. Daerah ini dibatasi oleh
ramus mandibula dan pada bagian tengahnya oleh otot pterygoideus medialis.Batas
superior dibatasi oleh bagian sphenoidalisinfratemporal dan foramen zygomatikus,
sebagaiakses ke ruang temporalis interna.Di samping itu, terdapat juga hubungan
dengan ruang temporalisinterna, yang terdapat parotid dan nervus fasialis.Ruang
pterygomandibula merupakan tempat nervuslingualis dan alveolaris inferior serta
pembuluh darah sebagai struktur terpenting.Arteri maksilaris dan pleksus pterygoideus
dapat rusak jika digunakanteknik yang tidak adekuat untuk mengangkat
jarum.Walaupun jarum yang patah jarang bermigrasi,namun dapat sampai ke ruang
faringealislateral, yang terdapat otot styloglossus, arteri faringealisascending, dan arteri
karotid eksternal.Pada regiomaksila, jarum yang patah biasanya terletak pada area
molar, namun struktur penting jarang terkena.Kemungkinan menemukan patahan jarum
yang tertanam di dalam otot temporalis merupakan halyang agak sulit.

Pendekatan pembedahan yang digunakan untuk pengangkatan jarum patah


tergantung pada regio anatomi fragmen ditemukan.Jarum yang patah selama
bloknervus alveolaris inferior umumnya tertinggal didalam ruang pterygo mandibula.
Patahan jarum tersebut biasanya diangka tmelalui insisi tegak lurus terhadap arah
jarum yang patah tersebut.Insisi sebaiknya dibuat cukup pada bagian superfisial saja
untuk mencegah kerusakan pada nervus lingualis.Jaringan didiseksi dengan hati-hati,
menggunakan instrumen berujung tajam, dan fragmen kemudian diambil dengan forcep
hemostat kecil.Penting juga membandingkan distorsi terkait dengan radiografi
yangmenampilkankomposisiruangpadapenentuan lokasi patahnyajarum.

Padamaksila,jaruminjeksianastesiyangpatah seringkali ditemukan pada daerah


apikal gigi molar.Tindakan bedah untuk pengangkatan, melibatkan diseksi pedikel atau
insisi vertikal dengan cara ”tembusan” yang dilakukan untuk mengetahui lokasi dan
pengangkatanjarum.

6
Dari pembahasan mengenai penatalaksana patah jarum akibat anastesi lokal pada
ekstraksi gigi, diketahui patahnya jarum paling sering terjadi pada saat anastesi
blokalveolaris inferior. Patah jarumpadablokalveolarisinferiorakanmenyisakan jarum
pada ruang perygomandibula. Hal ini bisa menyebabkan bergesernya jarum ke struktur
vital di sekitarnya.Untuk mencegahnya, disarankan, pada blok alveolaris inferior
sebaiknya digunakan jarum 25 gauge dan panjang 35 mm, untuk menghindari
terjadinya patah jarum selamaanastesi.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anestesi diluar kamar operasi atau non-operating room anesthesia (NORA)
adalah tindakan anestesi yang dilakukan oleh layanan anestesiologi diluar lingkungan
ruang operasi. Keselamatan pasien merupakan tujuan utama anestesi dilokasi terpencil
dan standar perawatan seharusnya tidak berbeda dengan yang ditawarkan di ruang
operasi. Pemulihan yang cepat dari anestesi atau sedasi yang bermanfaat. Prinsip
dasar NORA dapat terbagi atas 3 kategori yaitu faktor pasien dan tenaga medis,
masalah lingkungan, dan aspek terkait prosedur. Banyak prosedur dilakukan di lokasi
terpencil dapat dicapai dengan sedasi ringan, anestesi local atau dengan bukan sedasi.
Meskipun demikian, beberapa kelompok pasien yang mungkin membutuhkan sedasi
dalam atau anestesi keseluruhan dalam sebuah rutin dasar. Kelompok itu meliputi:
Anak-anak, pasien yang tidak kooperatif atau yang gelisah, pasien dengan
claustrophobia (terutama pada unit MRI), pasien yang tua dan pikun, pasien yang
menjalani prosedur yang menyakitkan, dan pasien luka bakar yang membutuhkan
balutan.

B. Saran
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam proses
penulisan makalah ini. Diharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat
memperbaiki kesalahan dalam proses penulisan maupun tata bahasa dan dapat
menjadi lebih baik kedepannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Youn AM, Ko Y, Kim Y. Anesthesia and Sedations Outside of the Operating room. KJA. 2015.
P1-9

Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Chronic Pain Management. In : Clinical
Anesthesiology,6th ed. Lange Medical Books/McGraw-Hill, 2018, p. 1023-85.

Dahong, F., & Ruslin, M. A Systematic Review.

Birnbach, David J., Browne, Inggrid M. 2009. Anesthesia for Obtetrics dalam: Miller, Ronald
D. Miller Anesthesia 7th edition. USA: Churchill Livingstone

Anda mungkin juga menyukai