Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dental assistent tentang membuat chairside assistent eksodontia (anastesi dan ekstraksi),
topical infiltrasi blog anastesi (gigi permanen), pencabutan gigi susu topikl anastesi.

Makalah dental assistant ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh Karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah dental assistant ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah dental assistant tentang membuat
chairside assistent eksodontia (anastesi dan ekstraksi), topical infiltrasi blog anastesi (gigi
permanen), pencabutan gigi susu topical anastesi ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Banjarbaru, November
2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar ………………………………………………………………………..i

Daftar isi………..……………………………………………………………………..ii

BAB I

A. Latar belakang ……………………………………………………….............1


B. Rumusan masalah ……………………………………………………....1
C. Tujun ………………………………………………………………………..2

BAB II

1. Anestesi ………………………………………………………………………3
1.1. Topical Anestesi ……………………………………………………..3
1.2. Anestesi infiltrasi atau injeksi supraperioteal dan anestesi blok ………….5
2. Ekstraksi ………………………………………………………………………7
2.1. Ekstraksi Gigi Permanen …………………………………………….8
2.2. Ekstraksi Gigi Sulung …………………………………………….10

BAB III

Kesimpulan…………………………………………………………………………...15

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tindakan pencabutan gigi merupakan suatu tindakan yang sehari-hari
dilakukan oleh dokter gigi sebagai operator dan perawat gigi sebagai asisten.
Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan
tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut, tindakan tersebut dibatasi oleh bibir dan
pipi dan terdapat faktor yang dapat mempersulit dengan adanya gerakan dari lidah
pada rahang bawah.
Pencabutan gigi pertama kali dilakukan hanya dengan menggunakan tang.
Oleh karena timbulnya berbagai macam masalah dalam prosedur pencabutan gigi
yang menyebabkan gigi tersebut sulit untuk dicabut bila hanya menggunakan tang
saja, maka kemudian dilakukan pembedahan. Pencabutan gigi dengan pembedahan
harus dilakukan apabila pencabutan dengan tang tidak mungkin dilakukan, gagal
atau apabila gigi impaksi (terpendam).
Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang
utuh tanpa menimbulkan rasa sakit dengan trauma sekecil mungkin pada jaringan
penyangganya sehingga bekas pencabutan akan sembuh secara normal dan tidak
menimbulkan problem prostetik paska bedah. Pencabutan dan pembedahan tidak
boleh dilakukan secara sembarangan karena dapat menyebabkan komplikasi yang
tidak diinginkan.
Seorang operator dan asisten harus mengetahui chairside yang baik dan benar
saat melakukan tindakan pencabutan, selain itu harus mengetahui indikasi dan
kontraindikasi dari tindakan tersebut. Sebelum melakukan tindakan pencabutan dan
pembedahan seseorang harus melakukan anestesi terlebih dahulu.
Anestesi adalah suatu tindakan menahan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada
tubuh. Ada beberapa anestesi yang menyebabkan hilangnya kesadaran sedangkan
jenis yang lain hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan
pemakainya tetap sadar. Anastesi lokal adalah jenis anestesi yang hanya
melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia
menyebabkan kesadaran.
Perawat gigi memiliki tujuan utama mempertahankan keberadaan gigi selama
mungkin didalam rongga mulut, namun terkadang pencabutan gigi diindikasikan
sebagai tindakan terbaik mencegah keadaan yang lebih buruk.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu exodontia ?
2. Apa saja tujuan dari exodontia ?
3. Apa saja macam-macam dari exodontia ?
4. Apa itu anastesi ?
5. Apa itu ekstraksi ?

3
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari exodontia
2. Mengetahui tujuan dari exodontia
3. Mengetahui macam-macam dari exodontia
4. Mengetahui apa itu anastesi
5. Mengetahui apa itu ekstraksi

4
EXODONTIA

Exodontia ialah : Ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang


bagaimana cara-cara mengeluarkan (extractive) gigi secara effective dan segala
perawatan yang menyertainya.

Exodontia adalah suatu tindakan mengeluarkan/ekstraksi gigi dari


spketnya tanpa rasa sakit, higenis dan aman. Kebanyakan penderita yang
membutuhkan perawatan pencabutan gigi dapat berjalan sendiri, dan dianggap
mempunyai kesehatan yang baik meskipun sebetulnya belum tentu demikian.
Oleh karena itu kita hendaknya teliti memperhatikan penderita yang mungkin saat
itu sedang terserang penyakit umum yang dapat menurunkan daya tahan
tubuhnya. Oleh karena keadaan ini akan memudahkan terjadinya komplikasi
selama atau sesudah perawatan.Perlu diingat pula bahwa penyakit umum dan local
dapat diaktifkan oleh tindakan kita waktu kita melakukn pencabutan. Oleh karena
itu sebelum melakukan pencabutan, kita perlu anamnesa keadaan penderita
mengenai penyakit-penyakit yang mungkin diderita oleh penderita.

Tujuan dari exodontia adalah mampu melakukan oral diagnostik,


memahami cara – cara tindakan ekstraksi dengan aman dan tanpa komlikasi, dan
mampu menanggulangi jika timbul komlikasi pada saat perawatan.

1. Anestesi
Suatu tindakan yang hanya melumpuhkan sebagian ttubuh manusia tanpa
menyebabkan kehilangan kesadaran.tujuan dari anestesi adalah mengurangi
atau menghilangkan rasa nyeri dan juga memberikan ketenangan kepada
pasien yang akan diberikan perawatan.

1.1. Topikal Anestesi


Topikal anestesi atau permukaan adalah anastesi yang diperoleh
memlalui aplikasi agen asnastesi tertentu pada daerah kulit maupun
membrane mukosa yang dapat dipenetrasi untuk mematikan ujung-ujung
saraf superficial. Tehnik ini dilakukan dengan cara mengoleskan larutan
anastesi pada permukaan mukosa/kulit dengan tujuan untuk meniadakan
stimulasi pada ujung-ujung saraf bebas.
a. Anastesi Topikal Bentuk Gel
1. Chairside Operator
 Mengeringkan daerah yang akan dianastesi dengan tampon
 Mengoleskan Gel Anastesi
2. Chairside Assistant
 Pembuatan Inform Consent untuk tindakan anastesi
 Memberikan kaca mulut ke tangan kiri operator dan tampon
yang dijepit pinset ke tangan kanan operator, kemudian

5
operator menarik pipi pasien dan mengeringkan daerah yang
akan dianastesi dengan tampon
 Mengoleskan Gel Anastesi dengan memakai tip aplikator atau
cotton pellet yang dijepit oleh pinset dan memberikan ke
operator, untuk diaplikasikan ke jaringan yang akan di
anastesi
 Ditunggu sampai anastesi berjalan selama kurang lebih 5
menit, dengan mengisolasi daerah yang teranastesi dengan
cotton roll.
3. Alat dan Bahan:
 Diagnostic Set
 Gel Anastesi ( Precain )
 Spray Anastesi ( Xylonor, Chloetil )
 Pasta Anastesi ( Precain HCl )
 Kapas
b. Anastesi Topikal bentuk Spray (Xylonor)
1. Chairside Operator
 Menyemprotkan spray anastesi dengan memakai tip spray.
2. Chairside Assistant
 Pembuatan Inform Consent untuk tindakan anastesi
 memberikan kaca mulut ketangan kiri operator dan tampon
yang dijepit pinset ketangan kanan operator, kemudian
operator menarik pipi pasien dan mengeringkan daerah yang
akan dianastesi dengan tampon
 menerima tampon dari operator dengan tangan kiri dan
mentransfer spray anastesi kepada operator
 Operator menyemprotkan spray Anastesi dengan memakai tip
spray pada Jaringan yang akan dianastesi
 Ditunggu sampai anastesi berjalan selama kurang lebih 1
menit, dengan mengisolasi daerah yang teranastesi dengan
cotton roll.
c. Anastesi Topikal bentuk Spray sediaan Chloretil
1. Chairside Operator
 Mengaplikasikan cotton pellet yang sudah diberi chloretil pada
daerah yang akan dianastesi.
 Mengaplikasikan pasta anastesi pada jaringan yang akan
dianastesi.
2. Chairside Assistant
 Pembuatan Inform Consent untuk tindakan anastesi
 Memberikan kaca mulut ketangan kiri operator dan tampon
yang dijepit pinset ketangan kanan operator, kemudian
operator menarik pipi pasien dan mengeringkan daerah yang
akan dianastesi dengan tampon
 Menyemprotkan chlor etil pada cotton pellet dan pada daerah
yang akan dianastesi mengaplikasikan pasta anastesi pada
jaringan yang akan dianastesi
 Gigi susu segera di cabut dengan tang cabut anak.

6
Alat dan Bahan Anastesi Topikal :
1. Diagnostic Set
2. Gel Anastesi ( Precain )
3. Spray Anastesi ( Xylonor, Chloetil )
4. Pasta Anastesi ( Precain HCl )
5. Kapas

Indikasi dan Kontraindikasi Anastesi Topikal


1. Indikasi penggunaan anastesi topikal:
 Pencabutan gigi sulung yang derajat 3 dan 4.
 Operasi minor seperti pencabutan gigi, drainase abses, dan
pengangkatan mukokel di dalam rongga ulut.
 Insersi jarum ke membrane mukosa untuk mengurangi rasa
ketidaknyamanan.
2. Kontraindikasi penggunaan anastesi topikal:
 Persistensi gigi sulung
 Pencabutan banyak gigi dalam satu kuadran
 Infeksi akut atau kronis, misalnya abses.

1.2. Anestesi infiltrasi/injeksi supraperiosteal dan anestesi blok


Injeksi infiltrasi/injeksi supraperiosteal adalah injeksi yang digunakan
untuk menunjukkan tempat di dalam jaringan, di mana anastetikum
dideponirr dalam hubungannya dengan periosteum bukal dan labial.
Injeksi Blok anastesi adalah anestetikum dideponir pada suatu titik di
antara otak dan daerah yang dioperasi, yang akan menmebus abtang saraf
atau serabut saraf pada titik tempat anestetikum dideponir sehingga
memblok sensasi yang datang dari distal. Tipe anastesi ini mempunyai
beberapa keuntungan yaitu, daerah teranastesi yang luas bisa diperoleh
hanya dengan sedikit suntikan.
a. Anestesi blok dan Infiltrasi memakai Syringe/Spuit
1. Chairside Operator
 Melakukan fiksasi dan mengontrol syringe salama
penyuntikan.
2. Chairside Assistant
 Pembuatan Inform Consent untuk tindakan anastesi
 Mempersiapkan anestesi lokal menggunakan spuit disposible
 Mempersiapkanl spuit yang masih baru, kencang- kan jarum
spuit (putar searah jarum jam).
 Menyiapkan obat anastesi dalam ampul (lidocain / pehacain),
ketuk jika ada sisa liquid di leher ampul.
 Sterilkan leher ampul dengan alkohol, patahkan leher ampul.

7
 Masukkan obat anastesi dalam ampul (lidocain/pehacain) ke
dalam spuit dengan cara ampul dimiringkan.
 Perlu diperhatikan di dalam spuit tidak ada gelembung udara.
Jarum ditutup dengan rapat, spuit diletakkan di nampan.
 menyerahkan jarum atau spuit yang telah terisi bahan anastesi
dalam posisi tangan terbuka, membuka plastik penutup jarum
dengan tangan kanan.
 Setelah operator memegang spuit, tangan kanan asisten
memegang dengan lembut ujung kepala pasien untuk
mengontrol dan mengurangi gerakan kepala yang mendadak.
Tangan kiri memegang saliva ejector untuk mengurangi saliva
yang berlebih.
 Menerima kembali spuit dari operator, jarum menghadap ke
operator, diterima dengan tangan kanan
 Memegang dan menyandarkan kepala pasien ke kanan bila
akan dilakukan Penyuntikan palatinal rahang atas kanan
 Memegang dan menyandarkan kepala pasien ke kiri bila akan
dilakukan Penyuntikan palatinal rahang atas kiri.
b. Anestesi blok dan Infiltrasi memakai Cytojeck
1. Chairside Operator
 Melakukan fiksasi dan mengontrol cytojeck selama
penyuntikan.
2. Chairside Assistant
 Pembuatan Inform Consent untuk tindakan anastesi
 Persiapan anestesi local menggunakan citoject
 Memisahkan citoject menjadi 2 bagian dengan cara
memutar.
 Memasukkan xylestesin ke tempat carpul.
 Memasang kembali citoject yang terpisah.
 Menekan katup per agar terdorong ke karet carpul.
 Memasang carpul dengan tepat.
 Meyakinkan bahwa cairan xylestesin bisa keluar.
 Transfering citoject
 Menyerahkan kaca mulut kepada operator (bila operator
sudah memegang kaca mulut, maka tidak perlu transfer
lagi).
 Menyerahkan kapas yang sudah diolesi larutan antiseptic
dengan menggunakan pinset kepada operator.
 Menerima pinset yang sudah digunakan operator.
 Menyerahkan citoject dengan tangan kanan.
 Membuka tutup carpul.
 Mengawasi pasien jika ada gerakan yang mendadak selama
penyuntikan
 Menerima citoject dari operator.

Alat dan Bahan Blok Anastesi :


1. Diagnostic Set
2. Spuit / Syringe, dengan berbagai ukuran

8
3. Obat Anastesi dalam Ampul ( Lidokain, Pehacain, dll)
4. Obat Anti septik / Disinfeksi ( Alkohol, Povidine Iodine)
5. Needle for syringe,
6. Kapas

Alat dan Bahan Anastesi Infiltrasi :


1. Diagnostic Set
2. Spuit / Syringe, dengan berbagai ukuran
3. Obat Anastesi dalam Ampul ( Lidokain, Pehacain, dll)
4. Obat Anti septik / Disinfeksi ( Alkohol, Povidine Iodine)
5. Needle for syringe, Cytoject atau Uniject
6. Kapas
7. Obat Anti septik / Disinfeksi ( Alkohol, Povidine Iodine)
8. Bahan Anastesi dalam Carpul (Xylesetin )

Indikasi dan Kontraindikasi pencabutan gigi permanen


Indikasi blok maksila :
1. Pengendalian nyeri sebelum prosedur bedah, periodontal atau
restorative oral yang memerlukan anastesi pada seluruh bagian
maksila.
2. Bila radang jaringan atau infeksi menghalangi penggunaan blok
saraf regional lainnya (yaitu PSA) atau injeksi supraperiosteal.
3. Prosedur diagnostic atau cara terapeutik untuk neuralgia atau urat
saraf dari bagian kedua saraf trigeminal.

Kontraindikasi blok maksila :


1. Pasien tidak kooperatif.
2. Perdangan atau infeksi pada jaringan diatas tempat suntikan.
3. Saat perdarahan sangat beresiko (misalnya penderita homofilia)

Kontraindikasi Blok Mandibula :


1. Pencabutan beberapa gigi mandibula dalam satu kuadran
2. Pembedahan yang melibatkan jairngan lunak bagian bukal, anterior
sampai molar 1 serta jaringan lunak pada bagian lingual.

Kontraindikasi Blok Mandibula :


1. Pasien tidak kooperatif.
2. Pasien yang mengalamai infeksi atau inflamasi akut pada daerah
penyuntikan
3. Saat perdarahan sangat beresiko (misalnya penderita homofilia)
4. Pasien dengan gangguan control motorik menggigit bibir atau lidah
secara tiba-tiba.

9
2. Ekstraksi
Merupakan proses pencabutan atau pengeluaran gigi dari tulang alveolus,
dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi.
2.1 Ekstraksi gigi permanen
1. Chairside Operator
 Persiapam pengambilan gigi
 Anestesi local
 Melakukan ekstraksi
 Pemberian obat antiseptic pada luka
2. Chairside Assistant
1. Persiapan tindakan pencabutan gigi ini seorang asisten harus
melakukan beberapa hal yaitu :
a. Persiapkan obat anestesi lokal yang diperlukan
b. Pemilihan alat exodontia yang sesuai dengan indikasi
c. Persiapkan obat pendarahan yang dibutuhkan.
d. Cekatan dan terampil selama operator melakukan tindakan
pengambilan gigi.
2. Pengaturan Posisi ketika pencabutan gigi dilakukan :
a. Molar/ Premolar kiri rahang atas
 Posisi duduk pasien terlentang, wajah menghadap ke
operator
 Permukaan oklusal gigi rahang atas tegak lurus dengan
lantai
 Posisi operator jam 08.30
 Posisi asisten jam 02.00
3. Premolar/ Caninus/ Incisivus kiri rahang atas
 Posisi duduk pasien terlentang, wajah menghadap ke operator
 Permukaan oklusal gigi rahang atas tegak lurus dengan lantai
 Posisi operator jam 9.00
 Posisi asisten jam 02.00
4. Molar/ Premolar kanan rahang atas
 Posisi duduk pasien terlentang, wajah menghadap ke asisten
 Permukaan oklusal gigi rahang atas tegak lurus dengan lantai
 Posisi operator jam 08.00
 Posisi asisten jam 02.00
5. Premolar/ Caninus/ Incisivus kanan rahang atas
 Posisi duduk pasien terlentang, wajah menghadap ke asisten
 Permukaan oklusal gigi rahang atas tegak lurus dengan lantai
 Posisi operator jam 9.00
 Posisi asisten jam 02.00
6. Molar/ Premolar kiri rahang bawah
 Posisi duduk pasien terlentang, wajah menghadap ke depan
 Permukaan oklusal gigi rahang bawah tegak lurus dengan
lantai
 Posisi operator jam 10.00
 Posisi asisten jam 03.00
 Posisi diatas, operator menggunakan tang dari frontal
 Premolar/ Caninus/ Incisivus kiri rahang bawah

10
 Posisi duduk pasien terlentang, wajah menghadap ke depan
 Permukaan oklusal gigi rahang bawah tegak lurus dengan
lantai
 Posisi operator jam 12.00 atau jam 08.30
 Posisi asisten jam 02.00
 Posisi diatas, operator menggunakan tang dari frontal
7. Molar / Premolar kanan rahang bawah
 Posisi duduk pasien semi terlentang (45º), wajah menghadap
ke operator
 Permukaan oklusal gigi rahang bawah tegak lurus dengan
lantai
 Posisi operator jam 12.00
 Posisi asisten jam 02.00
 Posisi diatas, operator menggunakan tang frontal
 Premolar/ Caninus/ Incisivus kanan rahang bawah
 Posisi duduk pasien semi terlentang (45º), wajah menghadap
ke asisten
 Permukaan oklusal gigi rahang bawah tegak lurus dengan
lantai
 Posisi operator jam 8.00
 Posisi asisten jam 02.00
 Posisi diatas, operator menggunakan tang frontal
3. Standar Operasional Prosedur Pencabutan Gigi Permanen
a. Menanyakan dan mencatat identitas pasien.
b. Menanyakan dan mencatat riwayat penyakit pasien dan riawayat
penyakit keluarga pasien
c. Menanyakan keluhan utama pasien
d. Memakai alat pelindung diri seperti handscoon dan masker.
e. Melakukanpemeriksaan intraoral pada gigi yang akan dicabut
dengan cara :
 Perkusi
 Periksa jaringan sekitar gigi yang akan dicabut apakah ada
infeksi atau abses
f. Meminta perseyujuan pasien atau orang tua pasien dengan
menandatangani inform content untuk persetujuan tindakan
pencabutan gigi.
g. Perawat gigi mempersiapkan alat steril ayng akan digunakan
untuk pencabutan gigi
h. Perawat gigi mempersiapkan bahan anastesi yang akan
digunakan.
i. Ananstesi daerah yang akan dianastesi
j. Infitrasi anastesi dilakukan pada gigi rahang atas dan anterior
rahang bawah dengan cara menyuntikkan anastesi dibawah
mukosa untuk melumpuhkan sementara ujung saraf pada bagian
bukal palatal untuk rahang atas dan bukal lingual untuk anterior
rahang atas.
k. Blok anastesi/mandibular anastesi yaitu memblokir
(melumpuhkan) Nervus Alveolaris inferior yang dicapai

11
sebelum masuk ke kanalis mandibularis dan akibat dari
pemberian anasthetikum dari region molar 3 sampai daerah
incicivus sentralis mati rasa.
l. Lepaskan gingival dari gigi dengan menggunkan sonde atau
excavator.
m. Longgarkan gigi dari alveolus dengan menggunakan bein.
n. Apabila sudah loksasi, dilanjutkan dengan menggunakan tang.
Gerakan rotasi pada gigi dengan akar tunggal dan gerakan bukal
lingual/palatal pada gigi dengan akar jamak.
o. Lakukan gerakan ekstraksi setelah gigi goyang.
p. Setelah gigi keluar dari soket, letakkan tampon diatas soket gigi,
serta pasien diminta untuk menggigit tampon.
q. Instruksi pasca pencabutan pada pasien
r. Resepkan obat antibiotik (bila perlu) dan analgesik./

Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi Permanen


1. Indikasi pencabutan gigi permanen
 Gigi yang tidak dapat lagi dirawat secara konservasi.
 Gigi yang sangat goyang (mobility).
 Gigi yang merupakan penyebab jaringan disekitarnya.
 Gigi yang dianggap fokus infeksi.
 Untuk keperluan orthodonti.
 Gigi kelebihan (supermumerari teeth).
 Gigi fraktur akar.
 Gigi yang infaksi.
 Gigi yang menyebabkan trauma pada jaringan lunak sekitarnya dan
tidak dapat dirawat lagi untuk mencegah trauma tersebut.
 Gigi yang malposisi dan tidak dapat dirawat lagi secara orthodontik

2. Kontraindikasi pencabutan gigi permanen


 Lokal
- Pada infeksi gingiva yang akut.
- Perikoronitis.
- Kelainan periapikal seperti abses.
- Sinusitis maksilaris.
- Gigi yang berada pada jaringan tumor.

2.2 Ekstraksi gigi sulung


1. Chairside Operator
 Persiapam pengambilan gigi
 Anestesi local
 Melakukan ekstraksi
 Pemberian obat antiseptic pada luka

2. Chairside Assistant

12
Persiapan tindakan pencabutan gigi ini seorang asisten harus
melakukan beberapa hal yaitu :
a. Persiapkan obat anestesi lokal yang diperlukan
b. Pemilihan alat exodontia yang sesuai dengan indikasi
c. Persiapkan obat pendarahan yang dibutuhkan
d. Cekatan dan terampil selama operator melakukan tindakan
pengambilan gigi.

Pengaturan Posisi ketika pencabutan gigi dilakukan :

1. Rahang atas
 Posisi pasien harus sejajar dengan bahu operator
 Sudut dental unit harus dengan lantai membentuk 1200
 Permukaan gigi RA membentuk sudut 450 terhadap bidang
datar (lantai) ketika membuka mulut
 Posisi operator berada di depan kanan pasien (arah jam 8)
 Posisi asistan arah jam 2
2. Rahang bawah
 Posisi kursi diturunkan sehingga sudut antara dental dengan
lantai 1100
 Bidang oklusal RB harus parallel terhadap lantai ketika
membuka mulut.
 Mulut pasien setinggi siku operator
 Posterior kanan : operator di belakang kanan pasien ( arah
jam10), posisi asistan pada arah jam 8
 Posterior kiri : operator di depan kanan pasien ( arah jam 8),
posisi asistan pada arah jam 3
 Anterior : operator di depan kanan pasien (arah jam 8), posisi
asitan pada arah jam 2

Standar Operasional Prosedur pencabutan gigi pada Anak


Persiapan penderita
1. Menejlaskan kepada orang tua pasien bahwa akan dilakukan pencabutan
pada gigi sulung untuk member kesempatan gigi permanen untuk tumbuh
dengan baik.
2. Menjelaskan kepada penderita abhwa sebelum pencabutan dilakukan
pembiusan dna setelah itu penderita kan merasakan dingin (jika
menggunakan chlor ethyl)

Persiapan Alat :
Mempersiapkan alat dan obat anastesi dan tang cabut gigi untuk anak-anak.
1. Memakai sarung tangan
2. mengambil kapas streril menggunakna pinset dan menetesi betadine
3. menoglesi gusi pada daerah gigi yang akan dicabut dengan gerakan
searah satu kali
4. mengambl kalis 2 buah gulungan kemudian kapas dipegang ditangan kiri.

13
5. Memegang tabung chlor ethyl dengan tangankanan kemudian ujungnya
didekatkan pada kapas dengan jarak 1cm kemudian menyemprot kapas
dengan chlor ethyl, tunggu sampai kapas berbuih.
6. Letakkan kapas sambil ditekan pada daerah bukal dan lingual/palatinak
gigi yang akan dicabut.
7. Meletakkan ujung tang pada bagian bukal dan lingual/palatinal gigi
sampai dengan servical gigi/bifrucatio gigi.
8. Pada gigi yang mempunyai 1 akar, memutar gigi searah sambil ditarik
keluar.

Indikasi dari pencabutan gigi anak :


1. Gigi yang sudah ada saat bayi lahir dan gigi yang erupsi 1-30 hari
kehidupan. Gigi ini dapat dicabut bila mengalami mobilitas,mengiritasi
sehingga menyebabkan ulserasi pada lidah, dan menggangu saat menyusui.
2. Gigi dengan karies luas, karies mencapai bifurkasi dan tidak dapat
direstorasi sebaiknya dilakukan pencabutan. Setelah pencabutan gigi
dibuatkan space maintainer bila gigi tanggal sebelum waktunya tanggal.
3. Infeksi di periapikal atau interradikular dan tidak dapat disembuhkan,
kecuali dengan pencabutan.
4. Gigi yang sudah waktunya tanggal dan penggantinya sudah akan erupsi
5. Gigi sulung yang persistensi
6. Gigi sulung yang mengalami impaksi, karena dapat menghalangi
pertumbuhan gigi tetap
7. Gigi yang mengalami ulkus dekubitus
8. Gigi dengan perawatan ortodonti
9. Supernumerary tooth
10. Gigi yang menyebabkan abses dentoalveolar pada perawatan konservatif
pada gigi sulung dengan infeksi pulpa/periapikal, kondisi sistemik
pasien sama pentingnya dengan kondisi lokal. Prosedur konservatif akan
membahayakan pasien dengan rhematik fever, jika tidak dapat
menghilangkan infeksi di dalam gigi atau di sekitar gigi. Kontraindikasi dari
prosedur konservatif ialah penyakit jantung kongenital, kelainan ginjal,dan
kasus fokal infeksi. Fokal infeksi dapat menyebabkan bakterimia pada
penyakit jantung kongenital sehingga menyebabkan perjalaran
penyakit padaorgan lain.

Kontra indikasi dari pencabutan gigi anak :


1. Anak yang sedang menderita infeksi akut di mulutnya. Misalnya pada
infeksi stomatitis akut dan herpetik stomatitis. Infeksi ini
disembuhkan terlebih dahulu, setelah itu dapat dilakukan pencabutan gigi.
2. Kelainan darah atau blood dyscrasia, kondisi ini mengakibatkan
terjadinyanperdarahan dan infeksi setelah pencabutan gigi. Sebelum
pencabutan dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli
penyakit darah.
3. Penderita penyakit jantung. Misalnya pada penyakit jantung
kongenital, penyakit jantung reumatik, dan penyakit ginjal.
4. Penderita penyakit sistemik akut dengan resistensi tubuh rendah dan dapat
menyebabkan infeksi sekunder.

14
5. Tumor ganas, karena dengan pencabutan gigi dapat menyebabkan metastase
sel tumor.
6. Penderita penyakit diabetes melitus (DM), sebaiknya dilakukan konsultasi
dengan dokter yang merawat pasien tersebut atau konsultasi ke
internis. Pencabutan pada penderita DM dapat menyebabkan penyembuhan
luka yang agak sukar, kemungkinan besar mengalami rasa sakit setelah
pencabutan gigi, dan bisa terjadi perdarahan berulang.

Penyakit-penyakit systemic dimana tidak boleh dilakukan pencabutan :

1. Penyakit jantung : penderita ini dapat menyebutkan penyakitnya, karena


kebanyakan penderita sudah pernah dirawat di rumah sakit atau dapat kita
Tanya pada anamnesa terhadap penderita sendiri. Misalnya :
 Penderita sering pusing.
 Lekas payah bila bekerja, meskipun pekerjaan itu ringan.
 Tidur dengan bantal yang tinggi.
2. Rheumatic heart desease : penderita ini pun pada umumnya sudah pernah
dirawat di rumah sakit. Dengan anamneses dapat diketahui bahwa
penderita sering bengkak pada persendian. Sebelum extractic gigi-gigi
penderita ini, harus diberi peniciline_prophilactic. Antibiotic ini gunanya
untuk mencegah terjadinya bacteriamie.
3. Blood Dyscrasias
Termasuk disini :
 Leucaemie
 Haemorrhagie purpura = pendarahan kecil dibawah kulit
 Anaemie = Hb yang menurun
4. Diabetes
Penderita ini hanya bisa diextraksi dibawah control dokter dan sudah
diberi insulin
5. Nephritis/penyakit ginjal
6. Struma (gondok)
Biasanya disertai dengan exophthalmus (mata melotot) dan tidak tentu
gondongen. Penderita kurus dan kulit kering.
7. Sifilis : disini tidak boleh di extraksi karena pertahanan penderita lemah.
Hanya boleh dicabut bila sudah dirawat.
8. Penderita yang sedang hamil
Pada penderita ini kita harus hati-hati. Prinsip sedapat mungkin tidak
dilakukan pencabutan karena tiap tindakan operative akan memberikan
stress pada penderita, terutama pada 3 bulan pertama kehamilan dan pada
bulan-bulan menjelang kelahiran yaitu 7-9 bulan kehamilan. Kalau hal ini
harus kita lakukan, maka kita harus memilih obat suntik yang baik. Jangan
memberi tindakan yang memberikan rasa sakit. Juga harus diperhatikan
keadaan penderita dan bayinya jangan sampai kekuranagn O2.

15
Setelah Gigi Dicabut

a. Gigi tampon selama satu jam supaya perdarahan cepat berhenti. Bila
perlu ganti tampon deangan yang baru apabila sudah terasa basah.
Mungkin dalam 24 jam masih ada sedikit perdarahan, namun lama-
kelamaan perdarahan akan berkurang.
b. Kompres dingin selama 15 menit pada bagian luar pipi dekat daerah
bekas pencabutan apabila kamu merasakan sakit atau terjadi
pembengkakan pada pipi. Apabila rahang kamu terasa sakit dan kaku
setelah dikompres menggunakan kompres dingin, gantilah kompres
dengan kompres yang hangat.
c. Pada beberapa hari pertama, sesekali berkumurlah dengan air garam
hangat (setengah sendok the garam untuk secangkir air hangat) agar
luka bekas pencabutan tetap bersih.
d. Selama 24 jam ke depan, hindari merokok, berkumur terlalu keras,
menggunakan sedotan, meludah, menyedot-nyedot ataupun
memainkan bekas luka dengan jari atau lidah. Hal ini bisa melepas
bekuan darah yang melindungi bekas lukamu.
e. Jangan gunakan sisi yang terdapat bekas pencabutan untuk
mengunyah makanan. Gunakanlah sisi gigi lain untuk menguyah agar
luka bekas pencabutan tidak kotor.Kalo bisa, makanlah makanan yang
lunak dulu sampai luka sembuh
f. Hindari makanan atau minuman yang terlalu panas
g. Minumlah obat yang diberikan sesuai aturan. Biasanya dokter gigi
akan merasakan resep pengurang sakit, antibiotic, dan terkadang juga
diberikan obat anti inflamasi untuk mengurangi proses peradangan.

Pada umumnya, perdarahan dan pembengkakan akan hilang dalam 1 sampai 2


hari. Sementara itu, penyembuhan secara keseluruhan biasanya akan terjadi
setelah 1 sampai 2 minggu. Kalau rasa sakit, pembengkakan, pendarahan, atau
demam tidak kunjung hilang setelah pencabutan gigi, segera hubungi dokter.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Exodontia ialah : Ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang bagaimana


cara-cara mengeluarkan (extractive) gigi secara effective dan segala perawatan yang
menyertainya.Exodontia adalah suatu tindakan mengeluarkan/ekstraksi gigi dari
spketnya tanpa rasa sakit, higenis dan aman.

Tujuan dari exodontia adalah mampu melakukan oral diagnostik, memahami


cara - cara tindakan ekstraksi dengan aman dan tanpa komlikasi, dan mampu
menanggulangi jika timbul komlikasi pada saat perawatan.

Macam-macam exodontia, yaitu :


1. Anestesi :
a. Topikal Anestesi
b. Anestesi blok dan Infiltrasi memakai Cytojeck
c. Anestesi blok dan Infiltrasi memakai Syringe/Spuit
2. Ekstraksi :
a. Ekstraksi gigi permanen
b. Ekstraksi gigi sulung

17
DAFTAR PUSTAKA

Chandha, M. Hendra. 2014. Buku Petunjuk Praktik Pencabutan Gigi, Jakarta :


Sagung Selo.

Geoffrey L. Home, 2013. Anestesi Lokal Edisi 3. Jakarta : EGC.

Gilang Ramadhan Ardyan. 2010.Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut, Jakarta :
Bukune.

Purwanto. 1993. Anestesi Lokal. Jakarta : EGC

Sugianto Ambarwati. 1970. Exodontologie. Surabaya : Departemen Kesehatan RI,


Sekolah Pengatur Rawat Gigi. Surabaya.

18

Anda mungkin juga menyukai