Anda di halaman 1dari 10

RISALAH INDIVIDU

PERMINTAAN TERHADAP JASA PENERBANGAN

Penyusun:

Nama : Yolanda Argi Utami

NPM : 1811021001

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Mata Kuliah : Teori Ekonomi Mikro II

Dosen : Prof. S.SP. Pandjaitan, S.E., M.Sc., Ph.D

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

 
BAB 1

PENDAHULUAN

Konsumen merupakan sasaran utama yang perlu diperhatikan oleh


produsen atau perusahaan karena setiap konsumen mempunyai persepsi dan sikap
yang berbeda-beda atas suatu produk. Perusahaan harus dapat memposisikan
produknya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar sasarannya, sehingga
produknya dapat memberikan keputusan bagi konsumen dan begitu pula bagi
produsen dapat menawarkan produk agar diterima oleh konsumen.

Jika musim puncak tiba, apakah produsen atau perusahaan mengambil


sikap yang sama. Musim puncak disini berarti musim dimana ketika permintaan
terhadap suata barang atau jasa akan naik dari hari biasanya. Contohnya adalah
seperti perusahaan jasa atau barang. Misalkan, pada hari sabtu minggu jumlah
pengunjung tempat wisata selalu ramai dari hari biasanya padahal tiket masuk pun
lebih mahal. Kemudian tiket bioskop yang juga lebih mahal di saast weekend.

Pada perusahaan jasa transportasi misalnya. Indonesia terkenal dengan


tradisi mudiknya. Sehingga ketika musim mudik tiba maka pasti permintaan
terhadap tiket transportasi pasti bertambah. Hal ini menyebabkan harga semakin
tinggi dari hari biasanya karena faktor permintaan yang semakin bertambah
banyak.

Sesuai ilustrasi yang telah diberikan. Pada risalah ini akan membahas
tentang perusahaan jasa penerbangan yang memberikan harga tiket lebih mahal
dari harga normal, serta untuk melihat bagaimana perilaku konsumen terhadap hal
tersebut.

 
 

BAB II
PEMBAHASAN
PERMINTAAN TERHADAP JASA PENERBANGAN NAIK KENDATI
HARGA NAIK?
Tiga bulan sebelum lebaran tiba, penduduk yang mau mudik sudah sibuk mempersiapkan
mudik ke kampung halaman. Tiket pesawat sudah dipesan jauh hari sebelmu lebaran.
Perusahaan jasa penerbangan pun sudah sibuk merancang strategi harga yang sesuai
dengan melonjaknya jumlah penumpang yang akan mudik lebaran ke kampung
halaman. Perusahaan jasa penerbangan merancang harga tiket dalam beberapa kategori
yang acap diberi kode dengan hurup misalnya K,L,M,N dan sebagainya, di luar kode
yang sudah biasa digunakan untuk kelas bisnis dan kelas ekonomi. Tiket paling murah
misalnya pada musim biasa dapat mencapai 50% dari harga tiket biasa misalnya ke
Surabaya dan Yogyakarta ditetapkan Rp500.000 dan ke Medan Rp 1.000.000
masing-masing sekali jalan. Namun jumlah tiket yang tersedia untuk kategori ini
paling banyak hanya sekitar 10% dari total sedangkan tempat duduk. Untuk kategori
L, M, dan N ditetapkan sesuai dengan prakiraan jumlah penumpang yang mau dan
mampu membayar sesuai dengan harga tiket. Harga tiket untuk bulan Nopember dan
Desember karena ada lebaran dan Natal/Tahun Baru (​peak season)​ ditentukan satu
bulan sebelumnya. Pemberlakuan menurut perkiraan lonjakan penumpang. Harga tiket
sekarang naik rata-rata 100 persen dari harga pada musim biasa (​normal season​),
misalnya harga tiket yang paling murah ke Yogyakarta dan Surabaya Rp750.000,
sedangkan ke Medan Rp1.500.000 masing-masing sekali jalan, namun tetap saja orang
membeli tiket agar bisa mudik lebaran.
Bahaslah:
a. Perilaku konsumen yang seakan-akan tidak bertindak rasional.
b. Strategi perusahaan dalam menentukan harga tiket pesawat pada musim biasa dan
musim puncak (​peak season​).
c . Berikan ilustrasi dari pasar jasa yang lain.
Hukum Permintaan dan Hukum Penawaran

Hukum Permintaan : Ceteris Paribus, ketika harga suatu barang atau jasa naik
maka permintaan akan barang atau jasa tersebut semakin menurun.

Hukum Penawaran : Ceteris Paribus, ketika harga suatu barang atau jasa tinggi,
maka barang atau jasa yang ditawarkan semakin tinggi.

a. Perilaku konsumen yang seakan-akan tidak bertindak rasional.

Ada dua jenis perilaku konseumen, yaitu perilaku rasional dan tidak
rasional. ​Yang dimaksudkan dengan perilaku konsumen yang bersifat rasional
adalah tindakan perilaku konsumen dalam pembelian suatu barang dan jasa yang
mengedepankan aspek-aspek konsumen secara umum, yaitu seperti tingkat
kebutuhan mendesak, kebutuhan utama/primer, serta daya guna produk itu sendiri
terhadap konsumen pembelinya. Sedangkan perilaku konsumen yang bersifat
irrasional adalah perilaku konsumen yang mudah terbujuk oleh iming-iming
diskon atau marketing dari suatu produk tanpa mengedepankan aspek kebutuhan
atau kepentingan.

Perilaku konsumen terhadap naiknya harga saat musim mudik (​Peak


Season) dikatakan seakan-akan tidak bertindak rasional karena membeli harga
tiket yang lebih mahal dari harga biasanya. Hal tersebut berbanding terbalik
dengan hukum permintaan. Dalam Hukum Permintaan dijelaskan sifat hubungan
antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya, yakni hipotesis yang
menyatakan ​makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan
terhadap barang tersebut​. Sebaliknya, ​makin tinggi harga suatu barang maka
makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut, ceteris paribus​.

Sebenarnya ada faktor konsumen mengapa bertindak secara irasional.

● Kebudayaan
● Aman dan nyaman
● Hemat tenaga
● Efisiensi waktu
● Adanya perubahan kebutuhan

Tindakan konsumen yang tidak rasional dalam kasus ini, ketika harga tiket
naik justru meningkatkan jumlah tiket pesawat yang diminta. Dan konsumen tidak
membeli tiket pesawat dengan harga normal.

Dalam kasus ini, perilaku permintaan konsumen didasarkan pada Teori Perilaku
Konsumen, ​yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang
diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan
tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya. Konsumen juga menentukan
skala prioritas dengan melakukan ​trade-off​, mereka tetap memilih membeli tiket
pesawat dengan harga yang lebih mahal. Artinya, konsumen rela mengeluarkan
uang yang lebih banyak untuk membeli tiket pesawat di musim mudik (​Peak
Season)​ . Karena menurut konsumen yang mau dan mampu membeli tiket dengan
harga mencapai 50% dari harga tiket biasa, karena dengan uang yang rela
dikeluarkan konsumen mendapatkan kepuasan tertentu yang diharapkan.

Berdasarkan pemaparan diatas, kenapa konsumen mau membeli padahal


tiket yang dijual mahal disbanding harga normal? Jika dilihat dari sisi ekonomi
hal ini karena kemampuan sesorang untuk membeli. Maksudnya, ketika hari raya
pasti para pekerja mendapatkan tunjangan yang menyebabkan pendapatan
meningkat dan hal ini pun akan meningkatkan permintaa. Jika dilihat dari sisi non
ekonomi hal ini terjadi karena adanya tradisi mudik di Indonesia. Mungkin
perilaku konsumen pada kasus tersebut terlihat irasional tetapi terlihat rasional di
mata konsumen karena jika dilihat dari sisi nonekonomi.

b. Strategi perusahaan dalam menentukan harga tiket pesawat pada


musim biasa dan musim puncak (​peak season​).

Terdapat beberapa periode pada musim liburan, salah satu diantaranya


adalah musim puncak (​Peak Season​). ​Peak Season adalah tahun ketika banyak
orang bepergian dan ​harga biasanya berada pada titik paling tinggi. Pada
umumnya, seluruh maskapai penerbangan menaikkan harga tiket pesawat pada
saat musim puncak (​Peak Season​). Kesempatan ini digunakan maskapai
penerbangan untuk merancang strategi, salah satunya ialah strategi dalam
penetapan harga. ​Ada dua tingkat diskriminasi harga ketika kita berbicara
mengenai penetapan harga tiket pesawat. Pertama, ada diskriminasi harga oleh
maskapai penerbangan, yang pada umumnya harga dinamis. Yaitu, harga ​yang
lebih tinggi untuk penerbangan paling populer​.

Selain itu, terdapat platform perantara, seperti agen perjalanan atau situs
web yang menunjukkan perbandingan harga tiket dari berbagai maskapai.
Diskriminasi harga yang dilakukan oleh contoh kasus maskapai penerbangan
diatas ialah ​Diskriminasi Harga tingkat ketiga, ​yaitu harga ditetapkan ditetapkan
berdasarkan kelompok konsumen. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya
pembagian kategori tiket pesawat yang ditawarkan saat musim puncak (​Peak
Season​).

Diduga terdapat kartel dalam jasa perusahaan penerbangan yang


menyebabkan kenaikan harga terjadi secara bersama-sama, dimana pada hukum
yang berlaku di Indonesia sebenarnya tidak diperbolehkan. Namun, karena adanya
beban operasional yang besar beberapa maskapai penerbangan yang mandiri tidak
mampu membiayai beban operasional dan memilih untuk gugur ataupun
bergabung dengan salah satu dari dua grup besar di industri penerbangan
Indonesia. Dua industri tersebut ialah ​Garuda Indonesia Group dan Lion Air
Group. Tujuan dari adanya kenaikan harga dan diskriminasi harga dengan
pembagian segmen di musim puncak (​Peak Season)​ oleh maskapai penerbangan
ialah maskapai ingin meningkatkan laba ekonominya.

Strategi pasar yang bisa dilakukan oleh perusahaan penerbangan ketika


musim biasa dan musim puncak yaitu, dengan meningkatkan laba, adanya
pengaruh kebijakan pemerintah, menambah serta memperbaiki fasilitas yang ada,
dan faktor kebutuhan.
c . Ilustrasi dari pasar jasa yang lainya

Ilustrasi dari pasar jasa yang lain misalkan pada perusahaan jasa menjahit. Ketika
tahun ajaran baru maka permintaan akan baju sekolah meningkat dan ini
menjdaikan harga pun ikut naik. Tapi, apakah konsumen tidak mau membeli?
Justru mereka akan membelinya karena ini merupakan kebutuhan tahunan.

Jika kita berbicara timdakan konsumen irasional yaitu terlihat pada orang-orang
terutama artis yang membeli barang-barang mahal yang sebenarnya bukan hanya
untuk kebutuhan tapi sebagai penanda kelas social atau menjadi ajang pamer. Hal
ini konsumen tidak bertindak secara rasional karena membeli sesuatu bukan
berdasarkan kebutuhan tetap karena mereke yang terkenal dan juga rasa gengsi
yang tinggi.

Contoh lain misalkan pada perusahaan karaoke yang menawarkan diskon ruangan
VIP 50 % dengan harga 200.000/jam untuk sewa ruangan. Ibu Ani dan satu orang
kawannya membeli untuk ruangan VIP tersebut walau mereka hanya berdua saja.
Sedangkan untuk yang ruangan small Rp. 50.000/jam, medium Rp.75.000/jam,
dan big Rp. 100.000 perjam. Tindakan ibu ani tadi tidak rasional karena lebih
memilih harga yang lebih mahal dari kebutuhan yang tersedia yang bias lebih
murah dan karena Ibu Ani tertarik hanya dengan iklannya saja.
BAB III

PENUTUP

Dengan adanya modernisasi segalanya terasa menjadi lebih mudah salah


satunya adalah pada bidang transportasi .Transportasi menjadi salah satu sektor
yang mendukung kemudahan bagi setiap individu. Terlebih masyarakat Indonesia
yang negaranya terdiri dari beberapa pulau. Mobilitas jalur udara merupakan hal
penting di era globalisasi karena dapat menunjang efisiensi bagi setiap
masyarakat. Efisiensi ini dipandang dari segi waktu dan jarak, sebab transportasi
udara dapat memindahkan barang dan manusia dengan cepat. Hal tersebut dapat
menunjang pertumbuhan ekonomi. Namun, harga tiket pesawat tidaklah murah
bagi sebagian konsumen, terlebih pada musim puncak (​Peak Season). Perusahaan
penyedia jasa penerbangan merancang strategi dengan menaikkan harga tiket di
musim puncak (​Peak Season) dan melakukan diskriminasi harga tingkat ketiga
melalui penetapan beberapa kategori atau segmen baru (K,L,M,N) di luar kelas
ekonomi dan bisnis. Tujuan perancangan strategi di musim puncak oleh setiap
maskapai penerbangan dimaksudkan untuk meningkatkan laba ekonomi. Selain
tingginya permintaan akan tiket pesawat di musim puncak (​Peak Season)
maskapai penerbangan juga memerlukan biaya untuk operasional. Meskipun
demikian, konsumen yang mau dan mampu tetap saja membeli tiket untuk mudik.
Perilaku konsumen tersebut tidak sepenuhnya dapat dikatakan irrasional, karena
terdapat faktor eksternal yang salah satunya adalah keluarga. Para konsumen
menganggap bahwa keluarga adalah prioritas, selain itu faktor eksternal lainnya
ialah budaya mudik yang sudah mendarah daging di kalangan masyarakat
Indonesia. Maka dari itu, harga tiket pesawat yang melonjak tinggi kemudian
diikuti dengan naiknya permintaan akan tiket pesawat. Hal tersebut berbanding
terbalik dengan hukum permintaan dan menunjukkan bahwa hukum permintaan
tidak sepenuhnya berlaku di dunia nyata, karena adanya faktor eksternal maupun
internal yang mempengaruhi perilaku konsumen. Tidak hanya kasus diatas yang
terjadi. Ada banyak kasus serupa yang membuat konsumen bertindak secara
irasional jika dilihat dari sudut pandang konsumen. Padahal mereka bertindak
secara irasional karena memiliki kemampuan untuk membeli barang tersebut dan
merupakan kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Sukirno, Sadono. 2005. ​Mikro Ekonomi Teori Pengantar.​ Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada

Parkin, Michael. 2017. ​Ekonomi Buku 1 Mikro.​ Edisi ke 11. Diterjemahkan oleh :
Bhakti. Jakarta : Salemba Empat

P​andjaitan, Sahala S.P.. 2017. Teori Ekonomi Mikro Lanjut. Bandar


Lampung:AURA.
 

Anda mungkin juga menyukai