Risalah Individu
Risalah Individu
Penyusun:
NPM : 1811021001
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Sesuai ilustrasi yang telah diberikan. Pada risalah ini akan membahas
tentang perusahaan jasa penerbangan yang memberikan harga tiket lebih mahal
dari harga normal, serta untuk melihat bagaimana perilaku konsumen terhadap hal
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
PERMINTAAN TERHADAP JASA PENERBANGAN NAIK KENDATI
HARGA NAIK?
Tiga bulan sebelum lebaran tiba, penduduk yang mau mudik sudah sibuk mempersiapkan
mudik ke kampung halaman. Tiket pesawat sudah dipesan jauh hari sebelmu lebaran.
Perusahaan jasa penerbangan pun sudah sibuk merancang strategi harga yang sesuai
dengan melonjaknya jumlah penumpang yang akan mudik lebaran ke kampung
halaman. Perusahaan jasa penerbangan merancang harga tiket dalam beberapa kategori
yang acap diberi kode dengan hurup misalnya K,L,M,N dan sebagainya, di luar kode
yang sudah biasa digunakan untuk kelas bisnis dan kelas ekonomi. Tiket paling murah
misalnya pada musim biasa dapat mencapai 50% dari harga tiket biasa misalnya ke
Surabaya dan Yogyakarta ditetapkan Rp500.000 dan ke Medan Rp 1.000.000
masing-masing sekali jalan. Namun jumlah tiket yang tersedia untuk kategori ini
paling banyak hanya sekitar 10% dari total sedangkan tempat duduk. Untuk kategori
L, M, dan N ditetapkan sesuai dengan prakiraan jumlah penumpang yang mau dan
mampu membayar sesuai dengan harga tiket. Harga tiket untuk bulan Nopember dan
Desember karena ada lebaran dan Natal/Tahun Baru (peak season) ditentukan satu
bulan sebelumnya. Pemberlakuan menurut perkiraan lonjakan penumpang. Harga tiket
sekarang naik rata-rata 100 persen dari harga pada musim biasa (normal season),
misalnya harga tiket yang paling murah ke Yogyakarta dan Surabaya Rp750.000,
sedangkan ke Medan Rp1.500.000 masing-masing sekali jalan, namun tetap saja orang
membeli tiket agar bisa mudik lebaran.
Bahaslah:
a. Perilaku konsumen yang seakan-akan tidak bertindak rasional.
b. Strategi perusahaan dalam menentukan harga tiket pesawat pada musim biasa dan
musim puncak (peak season).
c . Berikan ilustrasi dari pasar jasa yang lain.
Hukum Permintaan dan Hukum Penawaran
Hukum Permintaan : Ceteris Paribus, ketika harga suatu barang atau jasa naik
maka permintaan akan barang atau jasa tersebut semakin menurun.
Hukum Penawaran : Ceteris Paribus, ketika harga suatu barang atau jasa tinggi,
maka barang atau jasa yang ditawarkan semakin tinggi.
Ada dua jenis perilaku konseumen, yaitu perilaku rasional dan tidak
rasional. Yang dimaksudkan dengan perilaku konsumen yang bersifat rasional
adalah tindakan perilaku konsumen dalam pembelian suatu barang dan jasa yang
mengedepankan aspek-aspek konsumen secara umum, yaitu seperti tingkat
kebutuhan mendesak, kebutuhan utama/primer, serta daya guna produk itu sendiri
terhadap konsumen pembelinya. Sedangkan perilaku konsumen yang bersifat
irrasional adalah perilaku konsumen yang mudah terbujuk oleh iming-iming
diskon atau marketing dari suatu produk tanpa mengedepankan aspek kebutuhan
atau kepentingan.
● Kebudayaan
● Aman dan nyaman
● Hemat tenaga
● Efisiensi waktu
● Adanya perubahan kebutuhan
Tindakan konsumen yang tidak rasional dalam kasus ini, ketika harga tiket
naik justru meningkatkan jumlah tiket pesawat yang diminta. Dan konsumen tidak
membeli tiket pesawat dengan harga normal.
Dalam kasus ini, perilaku permintaan konsumen didasarkan pada Teori Perilaku
Konsumen, yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang
diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan
tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya. Konsumen juga menentukan
skala prioritas dengan melakukan trade-off, mereka tetap memilih membeli tiket
pesawat dengan harga yang lebih mahal. Artinya, konsumen rela mengeluarkan
uang yang lebih banyak untuk membeli tiket pesawat di musim mudik (Peak
Season) . Karena menurut konsumen yang mau dan mampu membeli tiket dengan
harga mencapai 50% dari harga tiket biasa, karena dengan uang yang rela
dikeluarkan konsumen mendapatkan kepuasan tertentu yang diharapkan.
Selain itu, terdapat platform perantara, seperti agen perjalanan atau situs
web yang menunjukkan perbandingan harga tiket dari berbagai maskapai.
Diskriminasi harga yang dilakukan oleh contoh kasus maskapai penerbangan
diatas ialah Diskriminasi Harga tingkat ketiga, yaitu harga ditetapkan ditetapkan
berdasarkan kelompok konsumen. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya
pembagian kategori tiket pesawat yang ditawarkan saat musim puncak (Peak
Season).
Ilustrasi dari pasar jasa yang lain misalkan pada perusahaan jasa menjahit. Ketika
tahun ajaran baru maka permintaan akan baju sekolah meningkat dan ini
menjdaikan harga pun ikut naik. Tapi, apakah konsumen tidak mau membeli?
Justru mereka akan membelinya karena ini merupakan kebutuhan tahunan.
Jika kita berbicara timdakan konsumen irasional yaitu terlihat pada orang-orang
terutama artis yang membeli barang-barang mahal yang sebenarnya bukan hanya
untuk kebutuhan tapi sebagai penanda kelas social atau menjadi ajang pamer. Hal
ini konsumen tidak bertindak secara rasional karena membeli sesuatu bukan
berdasarkan kebutuhan tetap karena mereke yang terkenal dan juga rasa gengsi
yang tinggi.
Contoh lain misalkan pada perusahaan karaoke yang menawarkan diskon ruangan
VIP 50 % dengan harga 200.000/jam untuk sewa ruangan. Ibu Ani dan satu orang
kawannya membeli untuk ruangan VIP tersebut walau mereka hanya berdua saja.
Sedangkan untuk yang ruangan small Rp. 50.000/jam, medium Rp.75.000/jam,
dan big Rp. 100.000 perjam. Tindakan ibu ani tadi tidak rasional karena lebih
memilih harga yang lebih mahal dari kebutuhan yang tersedia yang bias lebih
murah dan karena Ibu Ani tertarik hanya dengan iklannya saja.
BAB III
PENUTUP
Parkin, Michael. 2017. Ekonomi Buku 1 Mikro. Edisi ke 11. Diterjemahkan oleh :
Bhakti. Jakarta : Salemba Empat