Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

PENGARUH HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KOSMETIK PADA


MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UIN SUSKA RIAU

Oleh:

Nurul Azzahra Risya


12070322586

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2020
A. JUDUL PENELITIAN
Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik Pada Mahasiswa Fakultas
Ekonomi Dan Ilmu Sosial Uin Suska Riau

B. LATAR BELAKANG PENELITIAN


Kosmetik berasal dari bahasa Yunani “kosmein” yang berarti berhias. Kecantikan
semakin berkembang dan berkembang dari masa ke masa. Bukan lagi sebuah keinginan
melainkan menjadi kebutuhan yang akhirnya berdampak pada semakin meningkatnya
industri kosmetik di dunia, termasuk juga di Indonesia. Gaya hidup masyarakat yang
berkembang membuat kini siapa saja dapat memakai kosmetik, dari remaja hingga dewasa,
tidak terkecuali para mahasiswa yang berada pada awal pendewaasaan.
Sebagai seorang mahasiswa pasti memerlukan banyak barang sehingga berperilaku
konsumtif ataupun suka berbelanja. Chumidatus Sa’dyah (2007: 61) menyatakan bahwa
dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud dengan konsumsi adalah kegiatan manusia yang
mengurangi atau menghabiskan guna barang atau jasa yang ditunjukkan langsung untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapat ini didukung oleh Alam S. (2008: 37) yang
menyatakan bahwa kegiatan konsumsi adalah pembelanjaan barang dan jasa yang dipakai
langsung untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Selain itu, sebagai seorang mahasiswa khususnya ketika membeli kosmetik, harga
menjadi patokan yang dapat memutuskan mahasiswa untuk membeli produk tersebut.
Sehingga perusahaan harus dengan tepat menetapkan harga untuk produk mereka. Menurut
Tjiptono (2001:151) agar dapat sukes dalam menawarkan suatu barang atau jasa, setiap
perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat. Harga merupakan satu – satunya unsur
bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Dari sudut
pandang konsumen, harga sering kali digunakan sebagai indikator bila harga tersebut
dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa.
Penelitian oleh Syafrida, dkk (2016) tentang pengaruh gaya hidup, label halal dan
harga terhadap keputusan pembelian kosmetik wardah pada mahasiswa program studi
manajemen fakultas ekonomi universitas medan area medan menunjukkan bahwa gaya hidup,
label halal, harga tidak menjadi pertimbangan utama bagi mahasiswa Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area dalam melakukan pembelian produk
kosmetik Wardah. Namun pada penelitian lain oleh Rahmilla, dkk (2017) tentang pengaruh
iklan, harga dan kepercayaan mereka terhadap keputusan pembelian kosmetik Revlon
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara iklan, harga dan
kepercayaan merek terhadap keputusan pembelian secara parsial dan secara simultan
(bersama – sama).

C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah adalah
apakah harga produk kosmetik mempengaruhi keputusan pembelian pada mahasiswa fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN SUSKA RIAU.

D. TUJUAN PENELITIAN
Merujuk pada latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah
mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian pada mahasiswa fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN SUSKA RIAU.

E. KONTRIBUSI/ MANFAAT PENELITIAN


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan mafaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan serta ilmu
manajemen khususnya variabel harga.
2. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi peneliti
selanjutnya.
A. KAJIAN TEORI PENELITIAN
Harga
Secara umum harga adalah nilai uang yang harus dibayarkan seorang konsumen atau
pembeli kepada seorang penjual atau distributor barang atau jasa. Dengan kata lain, dapat
diartikan sebagai nilai suatu barang yang ditentukan oleh seorang penjual. Menurut Kotler
dan Amstrong (2001), pengertian harga adalah sejumlah uang yang dibebankan kepada suatu
produk (barang atau jasa), atau nilai yang harus dibayarkan untuk mendapatkan manfaat dari
produk tersebut. Defenisi harga menurut Joko Untoro (2010) adalah kemampuan yang
dimiliki suatu barang dan jasa yang dinyatakan dalam bentuk uang. Sedangkan istilah harga
yang dikemukakan oleh Wien’s Anogara dalam buku Kamus Istilah Ekonomi, bahwa harga
adalah jumlah uang tertentu untuk ditukarkan dengan suatu unit barang atau jasa. Harga
adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan
sejumlah kombinasi barang atau jasa. Harga yang ditetapkan harus dapat menutup semua
biaya yang telah dikeluarkan untuk produksi ditambah besarnya persentase laba yang
diinginkan. Jika harga yang ditetapkan terlalu tinggi, secara umum akan kurang
menguntungkan, karena pembeli dan volume penjualan berkurang. Akibatnya semua biaya
yang telah dikeluarkan tidak dapat tertutupi, sehingga pada akhirnya perusahaan menderita
rugi.
Dari penjelasan – penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa harga memiliki
fungsi sebagai alat ukur nilai suatu barang, cara membedakan suatu barang, menentukan
jumlah barang yang akan diproduksi dan pembagiannya kepada konsumen. Berikut ini adalah
beberapa fungsi dari harga secara umum:
1. Menjadi acuan dalam memperhitungkan nilai jual suatu barang atau jasa
2. Untuk membantu aktivitas transaksi, dimana harga yang sudah terbentuk akan
mempermudah proses jual-beli
3. Penetapan harga yang tepat akan memberikan keuntungan bagi penjual atau produsen
4. Menjadi salah satu acuan bagi konsumen dalam menulai kualitas suatu barang atau jasa
5. Membantu konsumen dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan manfaat produk
dan daya beli konsumen

Harga pasar adalah tinggi rendahnya harga yang terjadi atas kesepakatan antara
produsen atau penawaran dengan konsumen atau permintaan. Harga pasar disebut juga harga
keseimbangan (ekuilibrium). Terdapat tiga cara yang bisa dipergunakan untuk menunjukan
keadaan keseimbangan harga pasar, yakni dengan contoh yang memakai angak, dengan
menggunakan kurva permintaan dan penawaran, dan menentukan secara metematik. Faktor
yang paling penting dalam pembentukan harga adalah kekuatan permintaan dan penawaran.
Permintaan dan penawaran akan berada dalam keseimbangan pada harga pasar bila jumlah
yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Proses terbentuknya harga pasar adalah
sebagai berikut:
1. Adanya proses tawar menawar antara penjual dan pembeli pada suatu pasar. Harga pasar
terjadi disebabkan oleh adanya kesepakatan harga antara penjual dan pembeli dalam
suatu waktu
2. Apabilia pada harga tertentu jumlah permintaan dan jumlaj penawaran suatu barang
adalah sama karena harga pasar disebut juga harga keseimbangan.

Adapun yang dipertimbangkan untuk menetapkan harga adalah sebagai berikut:


► Bagi pedangan menengah yaitu biaya harga beli dan pemasaran yang terdiri dari:
transportasi, penyimpanan, penguatan, risiko, biaya lain, dan keuntungan yang
diinginkan.
► Bagi pedagang pengecer yaitu harga beli dan penawaran yang terdiri dari: pungutan,
pendinginan, risiko dan biaya lain.

Dalam menetapkan suatu harga, ada 4 metode yang sering dijadikan patokan oleh
seorang produsen atau pelaku ekonomi:
1. Berdasarkan permintaan, cara ini digunakan oleh seorang produsen barang yang bisa
mempengaruhi selera dan kesukaan pelanggan dengan menyesuaikan kemampuan dan
kemauan pelanggan untuk membeli, manfaat dan kegunaan yang diberikan dari produk
dan perilaku konsumen yang umum.
2. Berdasarkan biaya, penetapan harga suatu barang yang dipengaruhi aspek penawaran
atau biaya dan bukan aspek permintaan. Harga suatu barang akan ditentukan berdasarkan
biaya produksi dan pemasaran produk dan ditambah dengan jumlah tertentu sehingga
bisa menutupi biaya langsung, overhead, dan juga laba/rugi.
3. Berdasarkan laba, penetapan suatu harga yang didasarkan pada keseimbangan biaya dan
pendapatan. Cara ini memiliki 3 aspek, yaitu aspek yang berdarkan target keuntungan,
aspek berdasarkan jumlah atau banyaknya penjualan dan aspek pengembalian jarga
produksi barang yang sudah dikeluarkan oleh suatu usaha atau biaya produksi.
4. Berdasarkan persaingan, penetapan suatu harga yang dilakukan dengan mengikuti apa
yang dilakukan oleh pelaku ekonomi yang lain. Dalam hal ini bisa saja ada produsen
barang yang sama yang bisa saja menjadi saingan dalam mendapatkan pekanggan baru.
Cara ini memiliki 3 pendekatan; sistem penjualan dibawah harga normal dari produsen
lain untuk menarik konsumen; menyamakan harga dengan produsen lain agar persaingan
tidak terlalu mencolok; memberikan harga lebih tinggi dari produsen lain dengan
kepercayaan bahwa produk atau barang yang ditawarkan memiliki kualitas atau mutu
yang lebih baik.

Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhiasa. Bahan yang
dipakai adalam usaha untuk mempercantik diri dahulu diramu dari bahan 0 bahan alami yang
terdapat disekirtanya. Namun sekarang kosmetik tidak hanya dari bahan alami tetapi juga
bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Waitaatmadja, 1997). Deifinisi
kosmetika menurut Peraturan Meteri Kesehatan RI No. 1175/MENKES/PER/VIII/2010,
tentang Izin Produksi Kosmetika, kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan
untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ
genital dibagian luar) atau gigi, dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan, dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi baik (Permenkes, 2010).
Sejak abad 19, kosmetik mulai mendapatkan perhatian, yaitu kosmetik tidak hanya
digunakan untuk kecantikan saja, melainkan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu
kosmetik serta industry baru dimulai pada abad ke 20 (Tranggono & Latifah, 2011).
Kosmetik menjadi sebuah alat usaha, bahkan sekarang dengan kemajuan teknologi, kosmetik
menjadi sebuah perpaduan antara kosmetik dan bat (Pharmaceutical) atau yang sering disebut
kosmetik medis (cosmeticals). Sejak 40 tahun terakhir, industri kosmetik semakin meningkat.
Industri kimia memberi banyak bahan dasar dan bahan aktif kosmetik. Kualitas dan kuantitas
bahan biologis untuk digunakan pada kulit terus meningkat.
Kosmetik yang beredar dipasaran sekarang ini dibuat dengan berbagai jenis bahan
dasar dan cara pengolahannya. Menurut bahan yang digunakan dan cara pengolahannya,
kosmetik dapat dibagi menjadi 2 golongan besar yakni kosmetik tradisinal dan kosmetik
modern (Tranggono & Latifah, 2011).
1. Kosmetik tradisional, adalah kosmetika alamiah atau kosmetika asli yang dapat dibuat
sendiri langsung dari bahan – bahan segar atau yang telah dikeringkan, buah – buahan,
dan tanam – tanaman. Cara ini merupakan kebiasaan atau tradisi yang diwariskan turun –
temurun dari leluhur atau nenek moyang sejak dulu (Tranggono & Latifah, 2011).
2. Kosmetik modern, adalah kosmetik yang dproduksi secara pabrik (laboratorium), dimana
telah dicampur dengan zat – zat kimia untuk mengawetkan kosmetika tersebut agar tahan
lama, sehingga tidak cepat rusak (Tranggono & Latifah, 2011).

Selain itu, Tranggono & Latifah (2011) juga menggolongkan kosmetik berdarkan
kegunaanya bagi kulit, yaitu:
1. Kosmetik untuk perawatan kulit (skincare cosmetic), digunakan untuk merawat
kebersihan dan menjaga kesehatan kulit, yang terdiri dari kosmetik: pembersih (cleanser)
diantaranya sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit; pelembab kulit
(moizturizer) diantaranya moizturizer cream, night cream, anti wrincel cream; pelindung
kulit diantaranya suncreen cream, sunscreen foundation, sunblock cream/ lotion; penipis
atau untuk mengelupas kulit (peeling) misalnya scrub cream yang berisi butiran halus
yang berguna sebagai pengamplas.
2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up), jenis ini digunakan untuk merias atau
menutup kekurangan pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik
serta menambah kepercayaan diri. Peran zat pewarna dan pewangi sangat besar dalam
kosmetik dekoratif. Kosmetik dekoratif terbagi menjadi dua, yaitu: kosmetik dekoratif
yang menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaian, dan kosmetik dekoratif yang
memiliki efek mendalam dan biasanya bertahan lama misalnya kosmetik pemutih kulit,
cat rambut, pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut.

Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk


kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make up, meningkatkan rasa percaya
diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dari sinar ultraviolet, polusi dan faktor lingkungan
yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan
menghargai hidup (Djajadisastra, 2009). Seseorang yang menggunakan produk kosmetik
tentulah karena adanya daya tarik kosmetik yang dibelinya tersebut, misalnya ketertarikan
fungsi dari kosmetik tersebut, kepraktisan dari pemakaian, dan dampak yang ditimbulkan
oleh pemakaian kosmetik ini. Konsumen haruslah selektif dalam memilih produk kosmetik
sehingga dampak negatif dari pemakaian kosmetik seperti kulit wajah menjadi kusam, kering,
pucat, pecah – pecah, dan dampak lain dapat dihindari (Djajasastra, 2009).

B. PANDANGAN MENURUT ISLAM


Harga
Dalam pertukaran atau pengukur nilai suatu produk dalam pasar biasanya
menggunakan uang. Jumlah uang tersebut biasanya menunjukkan suatu produk atau jika
seseorang ingin membeli suatu barang dan jasa, maka orang tersebut akan mengeluarkan
sejumlah uang sebagai pengganti barang dan jasa tersebut. Sehingga harga dapat diartikan
sebagai nilai pertukaran yang ditetapkan oleh penjual dan pembeli untuk memperoleh suatu
produk. Harga juga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu
produk karena harga adalah satu dari empat buran pemasaran. Harga adalah suatu nilai tukar
dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter. Harga merupakan
salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar
keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang
maupun jasa.
Dalam fiqih Islam dikenal dua istilah berbeda mengenai harga suatu barang, yaitu as-
ṣaman dan as-si’r. As-ṣaman adalah patokan harga suatu barang, sedangkan as-si’r adalah
harga yang berlaku secara aktual di dalam pasar. Ulama fiqih membagi as-si’r menjadi dua
macam. Pertama, harga yang berlaku secara alami, tanpa campur tangan pemerintah. Dalam
hal ini, pedagang bebas menjual barang dengan harga yang wajar, dengan
mempertimbangkan keuntungannya. Pemerintah, dalam harga yang berlaku secara alami,
tidak boleh campur tangan, karena campur tangan pemerintah dalam kasus ini dapat
membatasi kebebasan dan merugikan hak para pedagang ataupun produsen. Kedua, harga
suatu komoditas yang ditetapkan pemerintah setelah mempertimbangkan modal dan
keuntungan wajar bagi pedagang maupun produsen serta melihat keadaan ekonomi yang riil
dan daya beli masyarakat. Penetapan harga pemerintah dalam pemerintah ini disebut dengan
at-tas’īr al-jabbari.
Ibnu Qudaimah, Ibnu Taimiyah, dan Ibnu Qoyyim membagi bentuk penetapan harga
tersebut kepada dua macam kategori. Pertama, penetapan harga yang bersifat dhalim dan
penetapan harga yang bersifat adil. Penetapan harga yang bersifat dhalim adalah pematokan
harga yang dilakukan oleh pemerintah yang tidak sesuai dan tidak logis dengan kondisi
mekanisme pasar akibat terbatasnya pasokan komoditas dan langkahnya barang atau jasa,
sementara permintaan sangat banyak dan tanpa memperdulikan kemaslahatan para pedagang.
Penetapan harga yang diperbolehkan dan bahkan wajib dilakukan menurut mereka adalah
ketika terjadi lonjakan harga yang cukup tajam, signifikan, massif dan fantastis menurut bukti
akurat disebabkan oleh ulah para spekulan dan pedagang. Akan tetapi, pematokan harga
tersebut juga harus dilakukan dalam batas adil, dengan memperhitungkan biaya produksi,
biaya distribusi, transportasi, modal, margin, keuntungan bagi para produsen maupun
pedagang.
Pada dasarnya semua ibadah hukumnya haram kecuali ada dalil yang
memerintahkannya, sedangkan asal dari hukum transaksi dan muamalah adalah halal kecuali
ada yang melarangnya. Adapun dalil yang berkaitan dengan muamalah yakni firman Allah
swt:

Artinya :“Dialah Allah yang telah menjadikan segala yang ada dibumi untuk kamu” (QS. Al-
baqarah)
Allah yang telah memberikan hak tiap orang dengan membeli dengan harga yang
disenangi. Ibnu Majah meriwayatkan dari Abi Sa’id yang mengatakan: Nabi saw. Bersabda:

Artinya : "saya mendengar Abu Sa’id al-Khudriy berkata: Rasulullah saw berkata:
sesungguhnya jual beli itu dilakukan dengan suka sama suka "
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan harga. Pendapat terkuat adalah
pendapat tidak diperbolehkannya penentuan harga, yang merupakan pendapat kebanyakan
ulma. Pendapat kedua mengatakan diperbolehkan menentukan harga apabila dibutuhkan.
Sebagian ulama mazhab Maliki berpendapat bahwa penguasa bisa melarang orang yang ingin
menjual barang lebih murah dari yang dijual orang lain dan dikatakan kepadanya, “juallah
seperti orang lain menjual. Apabila tidak, maka keluarlah dari kami, sehingga tidak
membahayakan penghuni pasar”. Ulama fiqih sepakat menyatakan bahwa ketentuan
penetapan harga ini tidak dijumpai di dalam Al-Qu’ran. Adapun dalam hadis Rasulullah
SAW. Dijumpai beberapa riwayat yang menurut logikanya dapat diinduksikan bahwa
penetapan harga itu dibolehkan dalam kondisi tertentu. Faktor dominan yang menjadi
landasan hukum at-tas’ir al-jabbari, menurut kesepakatan para ulama fiqih adalah al-
maslahah al-mursalah (kemasalahatan). Ibnu Taimiyah menafsirkan sabda Rasulullah saw
yang menolak penetapan harga meskipun pengikutnya memintanya. Katanya ini adalah
sebuah kasus khusus dan bukan seseorang tidak boleh menjual atau melakukan sesuatu yang
wajib dilakukan atau menetapkan harga melebihi kompensasi yang ekuvalen (‘iwād al-miṡl).
Menurut ibnu taimiyah harga naik karena kekuatan pasar dan bukan karena
ketidaksempurnaan dari pasar itu. Dalam kasus terjadinya kekurangan, misalnya menurunnya
penawaran berkaitan dengan menurunnya produksi, bukan karena kasus penjual menimbun
atau menyembunyikan penawaran. Ibnu Taimiyah membuktikan bahwa Rasulullah saw
sendiri menetapkan harga yang adil jika terjadi perselisihan antara dua orang, hal tersebut
dapat diketahui dari kondisi berikut:
1. Bila dalam kasus pembebasan budaknya sendiri, ia mendekritkan bahwa harga yang adil
(qimah al-‘adl) dari budak harus dipertimbangkan tanpa adanya tambahan atau
pengurangan (la wakasa wa la shatata) dan setiap orang harus diberi bagian dan budak itu
harus dibebaskan.
2. Dilaporkan ketika terjadi perselisihan antara dua orang, satu pihak memiliki pohon yang
sebagian tumbuh di tanah orang, pemilik tanah menemukan adanya jejak langkahpemilik
pohon di atas tanahnya, yang dirasa mengganggunya. Ia mengajukan masalah itu kepada
Rasulullah saw. Rasulullah memerintahkan pemilik pohon itu untuk menujual pohon itu
kepada pemilik tanah dan menerima kompensasi atau ganti rugi yang adil kepadanya,
orang itu ternyata tak melakukan apa-apa. Kemudian Rasulullah saw membolehkan
pemilik tanah untuk penebang pohon tersebut dan ia memberikan kompensasi harganya
kepada pemilik pohon.
Pematokan harga adalah yang dimaksudkan adalah bahwa seorang penguasa, atau
wakilnya atau siapa saja dari kalangan pejabat pemerintahan, memberlakukan suatu putusan
kepada kaum muslimin yang menjadi pelaku transaski di pasar, agar mereka menjual barang-
barang dengan harga tersebut, dimana mereka dilarang menaikkan harganmya dari harga
patokan tersebut, sehingga mereka tidak bisa menaikkan atau mengurangi harganya dari
harga yang dipatok demi kemaslahatan umum. Islam tidak mengharamkan pematokan harga
secara mutlak. Haramnya pematokan harga tersebut bersifat umum untuk semua jenis barang.
Tanpa membedakan antara barang makanan pokok,dengan bukan makanan pokok. Sebab,
hadis-hadis tersebut melarang pematokan harga secara mutlak, sehingga maknanya umum.
Hadis Rasulullah SAW yang berkaitan dengan penetapan harga adalah suatu riwayat dari
Anas bin Malik.
Artinya: “Wahai Rasulullah, harga-harga barang naik (mahal), tetapkanlah harga-harga
untuk kami. Rasulullah lalu menjawab, Allahlah Penentu harga, Penahan, Pembentang dan
Pemberi rezeki, aku berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada seorang pun yang meminta
padaku tentang adanya kezaliman dalam urusan darah dan harta.”
Hadis di atas dijadikan dalil oleh para ulama tentang larangan pematokan harga
barang di pasaran, karena dianggap perbuatan zalim atas kebebasan penggunaan harta.
Membatasi harga beraarti meniadakan kebebasan tersebut. Pematokan harga tersebut
membahayakan, bahkan termasuk sangatmembahayakan umat dalam keadaan perang maupun
damai. Pematokan harga tersebut membahayakan kerusakan dan mempengaruhi produksi,
bahkan juga dapat menyebabkan krisis (resesi) ekonomi.

Kosmetik
Produk Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk
membersihkan, menjaga, meningkatkan penampilan, merubah penampilan, digunakan dengan
cara mengoles, memercik atau menyemprot. Penggunaan kosmetik ada yang berfungsi
sebagai obat dan yang berfungsi sekedar pelengkap. Penggunaan kosmetik merupakan
memakai alat kosmetik pada bagian luar tubuh dengan tujuan perawatan tubuh atau kulit agar
tetap menjadi baik dan indah. Islam menganjurkan muslimah untuk memakai kosmetik yang
mengandung bahan-bahan yang tidak akan membahayakan tubuhnya, tidak berlebihan dan
tidak mengubah ciptaan Allah SWT, Islam memberikan batasan dalam persoalan berhias diri,
batasan tersebut tersirat dalam (Al-Qur’an surah Al-Azhab:33).

Artinya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”
Dalam penggunaan kosmetik tidak menghendaki adanya sesuatu yang membahayakan
bagi penggunanya dalam sebuah kaidah dijelaskan.

Artinya: “hukum asal sesuatu yang bermanfaat adalah boleh dan hukum asal sesuatu yang
berbahaya adalah haram”.
Kosmetik yang akan digunakan harus sehat dan tidak membahayakan kulit atau diri
penggunanya. Kosmetik yang dipilih harus benar-benar aman untuk digunakan serta bukan
dari bahan yang dilarang oleh Syariat. Perkembangan tekhnologi telah menghasilkan
berbagai produk kosmetik yang menggunakan berbagai jenis bahan, serta memiliki fungsi
yang beragam, yang seringkali bahannya tidak jelas, apakah bahan yang di gunakan suci,
berbahaya atau tidak. Dalam Islam Penggunaan kosmetik untuk berhias hukumnya boleh
dengan syarat bahan yang digunakan adalah halal dan suci, ditujukan untuk kepentingan yang
dibolehkan secara Syar’i dan tidak membahayakan bagi yang memakainya.

C. KAJIAN DARI PENELITIAN TERDAHULU

Berdasarkan hasil eksplorasi terhadap penelitian-penelitian terdahulu, peneliti menemukan


beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Meskipun terdapat
keterkaitan pembahasan, penelitian ini masih sangat berbeda dengan penelitian terdahulu.
Adapun beberapa penelitian terdahulu tersebut yaitu:

1. Pengaruh Iklan, Harga, Dan Kepercayaan Merek Terhadap Keputusan Pembelian


Kosmetik Revlon (Studi pada Mahasiswa S1 Universitas Diponegoro) oleh Rahmilla
Chairani Puspita, & Sri Suryoko
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklan, harga, dan kepercayaan merek
terhadap keputusan pembelian kosmetik Revlon pada mahasiswa S1 Universitas Diponegoro.
Tipe penelitian yang digunakan adalah explanatory research dengan populasi mahasiswa S1
Universitas Diponegoro, diambil responden sebanyak 100 orang. Teknik pengumpulan data
adalah kuesioner, dokumen, dan studi pustaka. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara iklan, harga, dan kepercayaan merek
terhadap keputusan pembelian secara parsial dan secara simultan (bersama-sama).

2. Pengaruh Gaya Hidup, Label Halal Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian
Kosmetik Wardah Pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Medan Area Medan oleh Syafrida Hafni Sahir, Atika Ramadhani, dan Eka
Dewi Setia Tarigan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap keputusan
pembelian konsumen, mengetahui pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian
konsumen, dan mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian konsumen.
Penelitian dilakukan terhadap 80 responden yang mewakili populasi pembeli kosmetik
Wardah di Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area Medan. Hasil penelitian ini
menunjukkan gaya hidup, label halal, harga tidak menjadi pertimbangan utama bagi
mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area dalam
melakukan pembelian produk kosmetik Wardah.

3. Pengaruh Label Halal, Brand Image Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Produk
Kosmetik Rk oleh Fifi Hanafia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh label halal, citra merek dan harga
terhadap keputusan pembelian kosmetik RK pada mahasiswa manajemen Pelita. Universitas
Bangsa angkatan 2016. Populasi penelitian ini adalah 781 Pelita mahasiswa bangsa. Hasil
penelitian menunjukkan (1) Variabel label halal secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian (2) Variabel citra merek secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian (3) Variabel harga secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian.

4. Pengaruh Kualitas Produk, Harga Dan Celebrity Endorser Terhadap Keputusan


Pembelian Produk Kosmetik Wardah Pada Mahasiswi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Sam Ratulangi Manado oleh Marsah Ivana Matheos, Djurwaty Soepeno,
Michael Ch Raintung
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh kualitas produk, harga dan
celebrity endorser terhadap keputusan pembelian produk kosmetik wardah pada mahasiswi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi di Manado. Metode pengumpulan
data pada penelitian ini adalah melalui kuesioner. Total jumlah populasi pada penelitian ini
sebanyak 3.605 orang mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi di
Manado, sedangkan penentuan sampel digunakan rumus slovin dengan hasil sebanyak 97
orang responden yang akan dibagikan kuesioner. Hasil dari penelitian yang dilakukan
menunjukan bahwa secara parsial harga berpengaruh positif tapi tidak signifikan, sedangkan
kualitas produk, dan celebrity Endorser berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian produk kosmetik Wardah pada Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sam Ratulangi Manado. Tetapi kualitas produk, harga, dan celebrity endorser
secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk
kosmetik Wardah pada Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi
Manado.
5. Pengaruh Harga Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik
Scarlett Whitening Pada Mahasiswi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis oleh Mega Selvia,
Altje L. Tumbel, Woran Djemly
Penelitian ini membahas tentang pengaruh harga dan kualitas produk terhadap keputusan
pembelian produk Scarlett Whitening pada mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sam Ratulangi Manado. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: 1) untuk
mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian produk Scarlett Whitening, 2)
untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian produk Scarlett
Whitening, dan 3) untuk mengetahui pengaruh harga dan kualitas produk terhadap keputusan
pembelian produk Scarlett Whitening. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kuantitatif. Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 94 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel harga (X1) dan variabel kualitas produk (X2)
secara parsial maupun simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada
produk kosmetik Scarlett Whitening. Hal ini menujukkan bahwa harga dan kualitas produk
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

Tabel Perbandingan Penelitian Terdahulu


No Penelitian Hasil Perbandingan
Terdahulu Penelitian Persamaan dan Perbedaan
1 Pengaruh Iklan, Harga, Berdasarkan hasil analisis  Persamaannya terdapat
Dan Kepercayaan Merek dapat disimpulkan terdapat pada pembahasan
Terhadap Keputusan pengaruh yang positif dan tentang harga
Pembelian Kosmetik signifikan antara iklan,  Perbedaanya terletak
Revlon (Studi pada harga, dan kepercayaan pada variabel lain
Mahasiswa S1 Universitas merek terhadap keputusan yang ditambahkan
Diponegoro) oleh pembelian secara parsial  Perbedaan lainnya
Rahmilla Chairani Puspita, dan secara simultan terdapat pada tempat
& Sri Suryoko (bersama-sama). penelitian dimana
penelitian tersebut
kepada mahasiswa S1
Universitas
Dipenegoro
2 Pengaruh Gaya Hidup, Hasil penelitian ini  Persamaannya terdapat
Label Halal Dan Harga menunjukkan gaya hidup, pada pembahasan
Terhadap Keputusan label halal, harga tidak tentang harga
Pembelian Kosmetik menjadi pertimbangan  Perbedaanya terletak
Wardah Pada Mahasiswa utama bagi mahasiswa pada variabel lain
Program Studi Manajemen Program Studi Manajemen yang ditambahkan
Fakultas Ekonomi Fakultas Ekonomi  Perbedaan lainnya
Universitas Medan Area Universitas Medan Area terdapat pada tempat
Medan oleh Syafrida Hafni dalam melakukan pembelian penelitian dimana
Sahir, Atika Ramadhani, produk kosmetik Wardah. penelitian tersebut
dan Eka Dewi Setia kepada mahasiswa
Tarigan program studi
manajemen fakultas
ekonomi Universitas
Medan Area Medan
3 Pengaruh Label Halal, Hasil penelitian  Persamaannya terdapat
Brand Image Dan Harga menunjukkan (1) Variabel pada pembahasan
Terhadap Keputusan label halal secara parsial tentang harga
Pembelian Produk berpengaruh positif dan  Perbedaanya terletak
Kosmetik Rk oleh Fifi signifikan terhadap pada variabel lain
Hanafia keputusan pembelian (2) yang ditambahkan
Variabel citra merek secara  Perbedaan lainnya
parsial berpengaruh terdapat pada tempat
signifikan terhadap penelitian dimana
keputusan pembelian (3) penelitian tersebut
Variabel harga secara kepada mahasiswa
parsial berpengaruh manajemen Pelita.
signifikan terhadap Universitas Bangsa
keputusan pembelian. angkatan 2016.
4 Pengaruh Kualitas Produk, Hasil dari penelitian yang  Persamaannya terdapat
Harga Dan Celebrity dilakukan menunjukan pada pembahasan
Endorser Terhadap bahwa secara parsial harga tentang harga
Keputusan Pembelian berpengaruh positif tapi  Perbedaanya terletak
Produk Kosmetik Wardah tidak signifikan, sedangkan pada variabel lain
Pada Mahasiswi Fakultas kualitas produk, dan yang ditambahkan
Ekonomi Dan Bisnis celebrity Endorser  Perbedaan lainnya
Universitas Sam Ratulangi berpengaruh positif dan terdapat pada tempat
Manado oleh Marsah signifikan terhadap penelitian dimana
Ivana Matheos, Djurwaty keputusan pembelian penelitian tersebut
Soepeno, Michael Ch produk kosmetik Wardah kepada Mahasiswi
Raintung pada Mahasiswi Fakultas Fakultas Ekonomi dan
Ekonomi dan Bisnis Bisnis Universitas
Universitas Sam Ratulangi Sam Ratulangi
Manado. Tetapi kualitas Manado.
produk, harga, dan celebrity
endorser secara simultan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
keputusan pembelian
produk kosmetik Wardah
pada Mahasiswi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sam Ratulangi
Manado.

5 Pengaruh Harga Dan Hasil penelitian  Persamaannya terdapat


Kualitas Produk Terhadap menunjukkan bahwa pada pembahasan
Keputusan Pembelian variabel harga (X1) dan tentang harga
Produk Kosmetik Scarlett variabel kualitas produk  Perbedaanya terletak
Whitening Pada (X2) secara parsial maupun pada variabel lain
Mahasiswi Fakultas simultan berpengaruh yang ditambahkan
Ekonomi Dan Bisnis oleh signifikan terhadap  Perbedaan lainnya
Mega Selvia, Altje L. keputusan pembelian pada terdapat pada tempat
Tumbel, Woran Djemly produk kosmetik Scarlett penelitian dimana
Whitening. Hal ini penelitian tersebut
menujukkan bahwa harga kepada mahasiswi
dan kualitas produk Fakultas Ekonomi dan
berpengaruh signifikan Bisnis Universitas
terhadap keputusan Sam Ratulangi
pembelian. Manado

D. KERANGKA PENELITIAN

Harga (x) Keputusan Pembelian (y)

E. PENGEMBANGAN HIPOTESIS PENELITIAN


Berdasarkan pokok permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan
hipotesis sebagai berikut: Diduga Harga Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap Keputusan
Pembelian Produk Kosmetik pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Uin Suska
Riau.
DAFTAR PUSTAKA

Anogara, W. (2004). Kamus Istilah Ekonomi. Bandung: M2S.

Anwar. (1997). Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah (Terjemah). Surabaya: Bina Ilmu.

Djajadisastra, J., Mun'im , A., & NP, D. (2009). Jurnal Farmasi Indonesia. Formulasi Gel
Topikal Dari Ekstrak Nerii Folium Dalam Sediaan Anti Jerawat.

Hanafia, F. (2022). Jurnal Manajemen, Organisasi, dan Bisnis. PENGARUH LABEL HALAL,
BRAND IMAGE DAN HARGA TERHADAP.

Kotler, & Amstrong. (2001). Prinsip - Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Majlis Ulama Indonesia. (2015). Himpunan Fatwa MUI. Jakarta: Emir.

Ma'ruf Amin, Ichwan Sam, & dkk. (2015). himpunan fatwa majelis ulama indonesia bidang
pom dan Iptek. Jakarta: Emir.

Matheos, M. I., Soepeno, D., & Raintung, M. C. (2021). Jurnal EMBA. PENGARUH
KUALITAS PRODUK, HARGA DAN CELEBRITY ENDORSER TERHADAP.

Puspita, R. C., & Suryoko, S. (2017). DIPONEGORO JOURNAL OF SOCIAL AND


POLITICAL. PENGARUH IKLAN, HARGA, DAN KEPERCAYAAN MEREK
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KOSMETIK REVLON (Studi pada
Mahasiswa S1 Universitas Diponegoro), 1-8.

R.I, T., & F., L. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

RI, D. A. (2002). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Sari Agung.

Sahir, S. H., Ramadhani, A., & Tarigan, E. D. (2016). Jurnal Konsep Bisnis dan Manajemen.
PENGARUH GAYA HIDUP, LABEL HALAL DAN HARGA TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN KOSMETIK WARDAH PADA MAHASISWA PROGRAM
STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN.

Selvia, M., Tumbel, A. L., & Djemly, W. (2022). Jurnal EMBA. PENGARUH HARGA DAN
KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK
KOSMETIK SCARLETT WHITENING PADA MAHASISWI FAKULTAS EKONOMI
DAN BISNIS.

Untoro, J. (2010). Ekonomi. Jakarta: Kawah Media.

Utomo, S. B. (n.d.). Fiqih Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer). Jakarta: Gema
Insani.

Wasitaatmadja. (1997). Penuntun Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Zamakhsyari, A. S. (2006). Fiqih Ekonomi Umar bin Khttab (Terjemahan). Jakarta: Khalifah.

Anda mungkin juga menyukai