Oleh:
D. TUJUAN PENELITIAN
Merujuk pada latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah
mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian pada mahasiswa fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN SUSKA RIAU.
Harga pasar adalah tinggi rendahnya harga yang terjadi atas kesepakatan antara
produsen atau penawaran dengan konsumen atau permintaan. Harga pasar disebut juga harga
keseimbangan (ekuilibrium). Terdapat tiga cara yang bisa dipergunakan untuk menunjukan
keadaan keseimbangan harga pasar, yakni dengan contoh yang memakai angak, dengan
menggunakan kurva permintaan dan penawaran, dan menentukan secara metematik. Faktor
yang paling penting dalam pembentukan harga adalah kekuatan permintaan dan penawaran.
Permintaan dan penawaran akan berada dalam keseimbangan pada harga pasar bila jumlah
yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Proses terbentuknya harga pasar adalah
sebagai berikut:
1. Adanya proses tawar menawar antara penjual dan pembeli pada suatu pasar. Harga pasar
terjadi disebabkan oleh adanya kesepakatan harga antara penjual dan pembeli dalam
suatu waktu
2. Apabilia pada harga tertentu jumlah permintaan dan jumlaj penawaran suatu barang
adalah sama karena harga pasar disebut juga harga keseimbangan.
Dalam menetapkan suatu harga, ada 4 metode yang sering dijadikan patokan oleh
seorang produsen atau pelaku ekonomi:
1. Berdasarkan permintaan, cara ini digunakan oleh seorang produsen barang yang bisa
mempengaruhi selera dan kesukaan pelanggan dengan menyesuaikan kemampuan dan
kemauan pelanggan untuk membeli, manfaat dan kegunaan yang diberikan dari produk
dan perilaku konsumen yang umum.
2. Berdasarkan biaya, penetapan harga suatu barang yang dipengaruhi aspek penawaran
atau biaya dan bukan aspek permintaan. Harga suatu barang akan ditentukan berdasarkan
biaya produksi dan pemasaran produk dan ditambah dengan jumlah tertentu sehingga
bisa menutupi biaya langsung, overhead, dan juga laba/rugi.
3. Berdasarkan laba, penetapan suatu harga yang didasarkan pada keseimbangan biaya dan
pendapatan. Cara ini memiliki 3 aspek, yaitu aspek yang berdarkan target keuntungan,
aspek berdasarkan jumlah atau banyaknya penjualan dan aspek pengembalian jarga
produksi barang yang sudah dikeluarkan oleh suatu usaha atau biaya produksi.
4. Berdasarkan persaingan, penetapan suatu harga yang dilakukan dengan mengikuti apa
yang dilakukan oleh pelaku ekonomi yang lain. Dalam hal ini bisa saja ada produsen
barang yang sama yang bisa saja menjadi saingan dalam mendapatkan pekanggan baru.
Cara ini memiliki 3 pendekatan; sistem penjualan dibawah harga normal dari produsen
lain untuk menarik konsumen; menyamakan harga dengan produsen lain agar persaingan
tidak terlalu mencolok; memberikan harga lebih tinggi dari produsen lain dengan
kepercayaan bahwa produk atau barang yang ditawarkan memiliki kualitas atau mutu
yang lebih baik.
Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhiasa. Bahan yang
dipakai adalam usaha untuk mempercantik diri dahulu diramu dari bahan 0 bahan alami yang
terdapat disekirtanya. Namun sekarang kosmetik tidak hanya dari bahan alami tetapi juga
bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Waitaatmadja, 1997). Deifinisi
kosmetika menurut Peraturan Meteri Kesehatan RI No. 1175/MENKES/PER/VIII/2010,
tentang Izin Produksi Kosmetika, kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan
untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ
genital dibagian luar) atau gigi, dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan, dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi baik (Permenkes, 2010).
Sejak abad 19, kosmetik mulai mendapatkan perhatian, yaitu kosmetik tidak hanya
digunakan untuk kecantikan saja, melainkan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu
kosmetik serta industry baru dimulai pada abad ke 20 (Tranggono & Latifah, 2011).
Kosmetik menjadi sebuah alat usaha, bahkan sekarang dengan kemajuan teknologi, kosmetik
menjadi sebuah perpaduan antara kosmetik dan bat (Pharmaceutical) atau yang sering disebut
kosmetik medis (cosmeticals). Sejak 40 tahun terakhir, industri kosmetik semakin meningkat.
Industri kimia memberi banyak bahan dasar dan bahan aktif kosmetik. Kualitas dan kuantitas
bahan biologis untuk digunakan pada kulit terus meningkat.
Kosmetik yang beredar dipasaran sekarang ini dibuat dengan berbagai jenis bahan
dasar dan cara pengolahannya. Menurut bahan yang digunakan dan cara pengolahannya,
kosmetik dapat dibagi menjadi 2 golongan besar yakni kosmetik tradisinal dan kosmetik
modern (Tranggono & Latifah, 2011).
1. Kosmetik tradisional, adalah kosmetika alamiah atau kosmetika asli yang dapat dibuat
sendiri langsung dari bahan – bahan segar atau yang telah dikeringkan, buah – buahan,
dan tanam – tanaman. Cara ini merupakan kebiasaan atau tradisi yang diwariskan turun –
temurun dari leluhur atau nenek moyang sejak dulu (Tranggono & Latifah, 2011).
2. Kosmetik modern, adalah kosmetik yang dproduksi secara pabrik (laboratorium), dimana
telah dicampur dengan zat – zat kimia untuk mengawetkan kosmetika tersebut agar tahan
lama, sehingga tidak cepat rusak (Tranggono & Latifah, 2011).
Selain itu, Tranggono & Latifah (2011) juga menggolongkan kosmetik berdarkan
kegunaanya bagi kulit, yaitu:
1. Kosmetik untuk perawatan kulit (skincare cosmetic), digunakan untuk merawat
kebersihan dan menjaga kesehatan kulit, yang terdiri dari kosmetik: pembersih (cleanser)
diantaranya sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit; pelembab kulit
(moizturizer) diantaranya moizturizer cream, night cream, anti wrincel cream; pelindung
kulit diantaranya suncreen cream, sunscreen foundation, sunblock cream/ lotion; penipis
atau untuk mengelupas kulit (peeling) misalnya scrub cream yang berisi butiran halus
yang berguna sebagai pengamplas.
2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up), jenis ini digunakan untuk merias atau
menutup kekurangan pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik
serta menambah kepercayaan diri. Peran zat pewarna dan pewangi sangat besar dalam
kosmetik dekoratif. Kosmetik dekoratif terbagi menjadi dua, yaitu: kosmetik dekoratif
yang menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaian, dan kosmetik dekoratif yang
memiliki efek mendalam dan biasanya bertahan lama misalnya kosmetik pemutih kulit,
cat rambut, pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut.
Artinya :“Dialah Allah yang telah menjadikan segala yang ada dibumi untuk kamu” (QS. Al-
baqarah)
Allah yang telah memberikan hak tiap orang dengan membeli dengan harga yang
disenangi. Ibnu Majah meriwayatkan dari Abi Sa’id yang mengatakan: Nabi saw. Bersabda:
Artinya : "saya mendengar Abu Sa’id al-Khudriy berkata: Rasulullah saw berkata:
sesungguhnya jual beli itu dilakukan dengan suka sama suka "
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan harga. Pendapat terkuat adalah
pendapat tidak diperbolehkannya penentuan harga, yang merupakan pendapat kebanyakan
ulma. Pendapat kedua mengatakan diperbolehkan menentukan harga apabila dibutuhkan.
Sebagian ulama mazhab Maliki berpendapat bahwa penguasa bisa melarang orang yang ingin
menjual barang lebih murah dari yang dijual orang lain dan dikatakan kepadanya, “juallah
seperti orang lain menjual. Apabila tidak, maka keluarlah dari kami, sehingga tidak
membahayakan penghuni pasar”. Ulama fiqih sepakat menyatakan bahwa ketentuan
penetapan harga ini tidak dijumpai di dalam Al-Qu’ran. Adapun dalam hadis Rasulullah
SAW. Dijumpai beberapa riwayat yang menurut logikanya dapat diinduksikan bahwa
penetapan harga itu dibolehkan dalam kondisi tertentu. Faktor dominan yang menjadi
landasan hukum at-tas’ir al-jabbari, menurut kesepakatan para ulama fiqih adalah al-
maslahah al-mursalah (kemasalahatan). Ibnu Taimiyah menafsirkan sabda Rasulullah saw
yang menolak penetapan harga meskipun pengikutnya memintanya. Katanya ini adalah
sebuah kasus khusus dan bukan seseorang tidak boleh menjual atau melakukan sesuatu yang
wajib dilakukan atau menetapkan harga melebihi kompensasi yang ekuvalen (‘iwād al-miṡl).
Menurut ibnu taimiyah harga naik karena kekuatan pasar dan bukan karena
ketidaksempurnaan dari pasar itu. Dalam kasus terjadinya kekurangan, misalnya menurunnya
penawaran berkaitan dengan menurunnya produksi, bukan karena kasus penjual menimbun
atau menyembunyikan penawaran. Ibnu Taimiyah membuktikan bahwa Rasulullah saw
sendiri menetapkan harga yang adil jika terjadi perselisihan antara dua orang, hal tersebut
dapat diketahui dari kondisi berikut:
1. Bila dalam kasus pembebasan budaknya sendiri, ia mendekritkan bahwa harga yang adil
(qimah al-‘adl) dari budak harus dipertimbangkan tanpa adanya tambahan atau
pengurangan (la wakasa wa la shatata) dan setiap orang harus diberi bagian dan budak itu
harus dibebaskan.
2. Dilaporkan ketika terjadi perselisihan antara dua orang, satu pihak memiliki pohon yang
sebagian tumbuh di tanah orang, pemilik tanah menemukan adanya jejak langkahpemilik
pohon di atas tanahnya, yang dirasa mengganggunya. Ia mengajukan masalah itu kepada
Rasulullah saw. Rasulullah memerintahkan pemilik pohon itu untuk menujual pohon itu
kepada pemilik tanah dan menerima kompensasi atau ganti rugi yang adil kepadanya,
orang itu ternyata tak melakukan apa-apa. Kemudian Rasulullah saw membolehkan
pemilik tanah untuk penebang pohon tersebut dan ia memberikan kompensasi harganya
kepada pemilik pohon.
Pematokan harga adalah yang dimaksudkan adalah bahwa seorang penguasa, atau
wakilnya atau siapa saja dari kalangan pejabat pemerintahan, memberlakukan suatu putusan
kepada kaum muslimin yang menjadi pelaku transaski di pasar, agar mereka menjual barang-
barang dengan harga tersebut, dimana mereka dilarang menaikkan harganmya dari harga
patokan tersebut, sehingga mereka tidak bisa menaikkan atau mengurangi harganya dari
harga yang dipatok demi kemaslahatan umum. Islam tidak mengharamkan pematokan harga
secara mutlak. Haramnya pematokan harga tersebut bersifat umum untuk semua jenis barang.
Tanpa membedakan antara barang makanan pokok,dengan bukan makanan pokok. Sebab,
hadis-hadis tersebut melarang pematokan harga secara mutlak, sehingga maknanya umum.
Hadis Rasulullah SAW yang berkaitan dengan penetapan harga adalah suatu riwayat dari
Anas bin Malik.
Artinya: “Wahai Rasulullah, harga-harga barang naik (mahal), tetapkanlah harga-harga
untuk kami. Rasulullah lalu menjawab, Allahlah Penentu harga, Penahan, Pembentang dan
Pemberi rezeki, aku berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada seorang pun yang meminta
padaku tentang adanya kezaliman dalam urusan darah dan harta.”
Hadis di atas dijadikan dalil oleh para ulama tentang larangan pematokan harga
barang di pasaran, karena dianggap perbuatan zalim atas kebebasan penggunaan harta.
Membatasi harga beraarti meniadakan kebebasan tersebut. Pematokan harga tersebut
membahayakan, bahkan termasuk sangatmembahayakan umat dalam keadaan perang maupun
damai. Pematokan harga tersebut membahayakan kerusakan dan mempengaruhi produksi,
bahkan juga dapat menyebabkan krisis (resesi) ekonomi.
Kosmetik
Produk Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk
membersihkan, menjaga, meningkatkan penampilan, merubah penampilan, digunakan dengan
cara mengoles, memercik atau menyemprot. Penggunaan kosmetik ada yang berfungsi
sebagai obat dan yang berfungsi sekedar pelengkap. Penggunaan kosmetik merupakan
memakai alat kosmetik pada bagian luar tubuh dengan tujuan perawatan tubuh atau kulit agar
tetap menjadi baik dan indah. Islam menganjurkan muslimah untuk memakai kosmetik yang
mengandung bahan-bahan yang tidak akan membahayakan tubuhnya, tidak berlebihan dan
tidak mengubah ciptaan Allah SWT, Islam memberikan batasan dalam persoalan berhias diri,
batasan tersebut tersirat dalam (Al-Qur’an surah Al-Azhab:33).
Artinya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”
Dalam penggunaan kosmetik tidak menghendaki adanya sesuatu yang membahayakan
bagi penggunanya dalam sebuah kaidah dijelaskan.
Artinya: “hukum asal sesuatu yang bermanfaat adalah boleh dan hukum asal sesuatu yang
berbahaya adalah haram”.
Kosmetik yang akan digunakan harus sehat dan tidak membahayakan kulit atau diri
penggunanya. Kosmetik yang dipilih harus benar-benar aman untuk digunakan serta bukan
dari bahan yang dilarang oleh Syariat. Perkembangan tekhnologi telah menghasilkan
berbagai produk kosmetik yang menggunakan berbagai jenis bahan, serta memiliki fungsi
yang beragam, yang seringkali bahannya tidak jelas, apakah bahan yang di gunakan suci,
berbahaya atau tidak. Dalam Islam Penggunaan kosmetik untuk berhias hukumnya boleh
dengan syarat bahan yang digunakan adalah halal dan suci, ditujukan untuk kepentingan yang
dibolehkan secara Syar’i dan tidak membahayakan bagi yang memakainya.
2. Pengaruh Gaya Hidup, Label Halal Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian
Kosmetik Wardah Pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Medan Area Medan oleh Syafrida Hafni Sahir, Atika Ramadhani, dan Eka
Dewi Setia Tarigan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap keputusan
pembelian konsumen, mengetahui pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian
konsumen, dan mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian konsumen.
Penelitian dilakukan terhadap 80 responden yang mewakili populasi pembeli kosmetik
Wardah di Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area Medan. Hasil penelitian ini
menunjukkan gaya hidup, label halal, harga tidak menjadi pertimbangan utama bagi
mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area dalam
melakukan pembelian produk kosmetik Wardah.
3. Pengaruh Label Halal, Brand Image Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Produk
Kosmetik Rk oleh Fifi Hanafia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh label halal, citra merek dan harga
terhadap keputusan pembelian kosmetik RK pada mahasiswa manajemen Pelita. Universitas
Bangsa angkatan 2016. Populasi penelitian ini adalah 781 Pelita mahasiswa bangsa. Hasil
penelitian menunjukkan (1) Variabel label halal secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian (2) Variabel citra merek secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian (3) Variabel harga secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian.
D. KERANGKA PENELITIAN
Anwar. (1997). Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah (Terjemah). Surabaya: Bina Ilmu.
Djajadisastra, J., Mun'im , A., & NP, D. (2009). Jurnal Farmasi Indonesia. Formulasi Gel
Topikal Dari Ekstrak Nerii Folium Dalam Sediaan Anti Jerawat.
Hanafia, F. (2022). Jurnal Manajemen, Organisasi, dan Bisnis. PENGARUH LABEL HALAL,
BRAND IMAGE DAN HARGA TERHADAP.
Ma'ruf Amin, Ichwan Sam, & dkk. (2015). himpunan fatwa majelis ulama indonesia bidang
pom dan Iptek. Jakarta: Emir.
Matheos, M. I., Soepeno, D., & Raintung, M. C. (2021). Jurnal EMBA. PENGARUH
KUALITAS PRODUK, HARGA DAN CELEBRITY ENDORSER TERHADAP.
R.I, T., & F., L. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Sahir, S. H., Ramadhani, A., & Tarigan, E. D. (2016). Jurnal Konsep Bisnis dan Manajemen.
PENGARUH GAYA HIDUP, LABEL HALAL DAN HARGA TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN KOSMETIK WARDAH PADA MAHASISWA PROGRAM
STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN.
Selvia, M., Tumbel, A. L., & Djemly, W. (2022). Jurnal EMBA. PENGARUH HARGA DAN
KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK
KOSMETIK SCARLETT WHITENING PADA MAHASISWI FAKULTAS EKONOMI
DAN BISNIS.
Utomo, S. B. (n.d.). Fiqih Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer). Jakarta: Gema
Insani.
Zamakhsyari, A. S. (2006). Fiqih Ekonomi Umar bin Khttab (Terjemahan). Jakarta: Khalifah.