Oleh:
Anik Safitri (32315410)
Mahinggar S.Y. (32313432)
Regina Risaria (32315439)
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu tanggung jawab seorang manajer pemasaran adalah menetukan harga produk
atau lini produk dalam lingkungan strategi harga yang dinamis. Bentuk fleksibilitas semacam itu
dimaksudkan agar strategi yang dianut mampu dipergunakan untuk mengantisipasi desakan
faktor lingkungan eksternal, misalnya permintaan konsumen, persaingan, kondisi perekonomian
secara makro, serta berbagai bentuk hukum dan peraturan perundangan yang berlaku.
Pendekatan dinamis mengisyaratkan bahwa harga jual produk adalah merupakan faktor penentu
yang secara langsung terkait dengan keuntungan perusahaan. Sementara faktor-faktor yang lain
akan terkait dengan biaya produk.
Adanya tendensi penetapan harga yang dinamis berarti kini semakin dibutuhkan bentuk
penetapan harga yang berorientasi pada permintaan. Konsekuensinya, bentuk-bentuk
penyesuaian harga akan banyak dipergunakan oleh pemasar. Dalam praktik, perubahan atau
penyesuaian harga dipengaruhi oleh beberapa faktor: (1) meningkatnya sensitivitas konsumen
terhadap harga, terutama pada masa inflasi harga menjadi patokan untuk keputusan pembelian;
(2) meningkatnya penggunaan merek lokal dan merek generik sehingga menekan pengunaan
merek nasional secara bebas; dan (3) meningkatnya volume peluncuran produk baru, yang
berarti membutuhkan reevaluasi yang terus menerus terhadap harga produk.
1
BAB II
ISI
2
Penetapan Harga Jual Berdasar pada Persaingan
Maksimisasi profit dalam jangka panjang dalam praktik tidak dapat dicapai hanya dengan
menetapkan target return, mengikuti tindakan pesaing, atau menjaga status quo melalui
stabilisasi harga. Satu hal yang dibutuhkan adalah pendekatan penetapan harga fleksibel yang
lebih berorientasi pada permintaan pasar.
3
berbagai alternatif harga dan sensitivitas terhadap perubahan harga harus ditentukan sebelum
harga jual ditetapkan. Baru kemudian perusahaan melakukan pemrakiraan atas respons
konsumen terhadap pelaksanaan strategi harga.
4
apabila mereka melihat bahwa pembelian itu mempunyai risiko yang besar. Sebaliknya,
konsumen yang mempunyai informasi yang cukup tentang produk pada umumnya tidak secara
langsung mengkaitkan harga dengan kualitas produk. Hal ini dapat diamati pada perilaku
pembeli organisasional. Pada umumnya mereka mencari informasi sebanyak nmungkin sebelum
keputusan pembelian dilakukan.
Respons Konsumen Terhadap Harga
Apabila pemasar menetapkan harga jual produk berdasar ada respons konsumen, maka ia
hendaknya juga sadar tentang adanya berbagai tingkat permintaan konsumen terhadap harga dan
sensitivitas terhadap perubahan harga.
1. Permintaan Konsumen (consumer demand)
Permintaan konsumen untuk merek produk hipotetis disajikan pada gambar dibawah.
Anggap saja produk tertentu dijual dengan harga Rp 2000,00. Perusahaan mempunyai dua
alternatif strategi untuk menghadapi pesaing: menurunkan harga atau meningkatkan
anggaran promosi dengan tetap mempertahankan harga jual yang telah ditentukan. Untuk
alternatif pertama, perusahaan mencoba menurunkan harga menjadi dua tingkatan Rp
1900,00. dan Rp 1700,00. Dengan menurunkan harga sebesar 5% atau menjadi Rp 1900,00,
perusahaan memperoleh kenaikan jumlah permintaan produk sebesar 3% sedang dengan
menurunkan harga menjadi Rp 1700,00 atau 15% perusahaan memperoleh kenaikan
penjualan sebesar 30%.
Alternatif startaegi yang lain yaitu dengan menaikkan anggaran promosi penjualan. Hasil
yang diperoleh dengan penggunaan strategi ini adalah meningkatnya tingkat permintaan
yang digambarkan dengan bergesernya kurva permintaan ke atas.
5
persentase perubahan kuantitas produk lebih besar dibanding persentase perubahan harga,
maka dikatakan produsen menghadapi permintaan yang elastis atau koefisien elastisitasnya
>1. Ilustrasi tentang elastisitas harga atas permintaan disajikan pada gambar berikut.
6
Harga jual produk beberapa kelompok tertentu, khususnya komoditas pertanian, seringkali
tidak dapat ditetapkan secara bebas oleh perusahaan. Harga jual beras misalnya, pemerintah
sudah menetapkan harga patokan yang berlaku. Dengan adanya ketentuan harga dasar gabah
maka para pemasar tidak dapat menetapkan harga produk secara individual. Kenaikan harga
yang ditetapkan secara individual dapat berakibat timbulnya reaksi masyarakat. Satu contoh,
kenaikan harga minyak pelumas Pertamina yang ditetapkan secara individual pada beberapa
waktu yang lalu mendapat sorotan tajam dari kalangan DPR. Kenaikan harga minyak
pelumas merek Mesran tersebut dinilai terlalu memberatkan konsumen di dalam negeri.
Untuk menyiasati hal semacam ini, para pemasar melakukannya dengan mempengaruhi
penawaran produk di pasar yaitu menyediakan atau memasok produk di pasar secara
bersama-sama. Semakin langka produk di pasar berarti ada kemnungkinan untuk menaikkan
harga jual produk secara bersama-sama.
7
perusahaan dapat menekan biaya produksi dan biaya-biaya pemasaran lain sehingga mampu
menekan harga jual.
Efektifitas strategi harga rendah dalam kenyataannnya akan banyak ditentukan oleh reaksi
yang diberikan oleh para pesaing. Sangat mungkin terjadi pesaing juga akan menggunakan cara
yang sama untuk menghadapai strategi harga rendah. Dalam jangka panjang, apabila perang
harga dengan para pesaing terus berlanjut, justru akan merugikan pada kedua belah pihak.
STRATEGI HARGA DI ATAS HARGA PESAING
Strategi harga di atas harga pesaing dilakukan baik dengan cara menaikkan harga produk
untuk merek produk yang ada atau dengan meluncurkan produk berkualitas untuk kelompok
konsumen yang sensitif terhadap perubahan harga. Satu contoh keberhasilan penetapan harga
diatas harga produk pesaing dilakukan oleh perusahaan BASF, produsen pita kaset terbesar di
Indonesia. Pada waktu pertama kali diluncurkan di pasar tahun 1977, perusahaan BASF
menghadapi perusahaan pesaing yang cukup kuat dalam melayani segmen pasar produk pita
kaset berkualitas yaitu Maxell, TDK. Disamping itu BASF juga menghadapi perusahaan pita
kaset lain untuk segmen harga murah yaitu HDX dan Madia. Langkah yang ditempuh oleh
BASF dalam menghadapi pesaing adalah dengan menetapkan harga di atas harga pita kaset
Maxell dan TDK dan diarahkan untuk merekam lagu-lagu asing. Selain untuk menghadapi
pesaing kuat, strategi harga tinggi BASF juga dimaksudkan untuk menempatkan produk BASF
sebagai produk berkualitas tinggi (product positioning). Upaya yang dilakukan BASF cukup
berhasil, dengan dua produk buatan dalam negeri yaitu Ferro Super I dan Ferri Extra I meraih
predikat sebagai standar rekaman untuk lagu-lagu asing.
Namun banyak perusahaan menaikkan harga karena alasan lain yaitu kelangkaan bahan
baku dan tenaga kerja. Alsan semacam ini sebenarnya bukan hal yang termasuk dalam strategi
harga tinggi, karena seluruh industri menghadapi hal yang sama. Dalam banyak kasus, memang
perusahaan sengaja menaikkan harga dengan harapan agar para pesaing juga mengikuti
menaikkan harga. Ini berarti keseluruhan produsen akan menikmati manfaat dengan harga
tinggi.
8
penerapan strategi harga tinggi ditentukan oleh banyak faktor. Pertama, perlindungan dengan
mendaftarkan patent atas produk yang dihasilkan. Kedua, adanya bukti bahwa produk yang
dihasilkan adalah merupakan hasil inovasi yang belum pernah diproduksi sebelumnya. Ketiga,
perusahaan harus mampu mengidentifikasi segmen pasar yang juga tidak sensitif terhadap harga.
Satu contoh untuk penerapan strategi harga tinggi diterapkan oleh PT Intiboga, anak perusahaan
Salim Group, yang memproduksi minyak goreng dengan merek Bimoli Spesial. Minyak goreng
spesial ini dijual dengan harga 25% lebih tinggi dari minyak goreng Bimoli Klasik.
Konsekuensinya, memang perusahaan menempatkan kualitas produk minyak goreng Bimoli
Spesial pada urutan pertama. Misalnya, produk lebih jernih, lebih cepat panas, dan
pemakainnnya hemat.
Strategi Penetrasi (Penetration strategi)
Industri komputer adalah salah satu jenis industri yang mencoba beralih dari skimming strategi
ke penetrasi pasar. Strategi penetrasi dilakukan dengan cara menawarkan harga rendah atas
produk di pasar. Tujuan yang ingin dicapai adalah memeperoleh keberterimaan produk bagi
konsumen. Oleh karena itu, strategi penetrasi pasar akan sangat efektif apabila perusahaan
menghadapi permintaan yang bersifat elastis. Dengan cara ini, keuntungan maksimum akan
diperoleh perusahaan melalui kuantitas penjualan, bukan pada margin keuntungan per unit.
Satu modifikasi penerapan cost-plus pricing diterapkan untuk para pedagang besar atau para
pengecer yang dikenal Markup Pricing. Perbedaan dalam cara ini adalah bahwa margin
keuntungan dihitung berdasarkan harga jual akhir, bukan atas dasar pada total biaya. Dengan
9
menggunakan angkana-gka yang sama pada contoh di atas, markup pricing dihitung dengan cara
sebagai berikut:
Dengan harga Rp 32,00, maka diperoleh margin Rp 8,00 di atas harga pokok, yang berarti
25% dari harga jual produk.
Satu manfaat dari cost-plus pricing adalah kemudahannya dalam penerapan. Selain itu, cara
semacam ini juga akan mendorong terwujudnya stabilitas harga karena sebagian besar pesaing
akan mencapai pada harga jual yang sama. Walaupun demikian, tidak berarti ini menutup
kemungkinan para pesaing untuk menetapkan harga jual di bawah harga rata-rata di pasar untuk
merebut pasar.
Target-Return Pricing
Dalam target-return pricing, perusahaan menetukan target return di atas total biaya pada
sejumlah volume produksi tertentu dan kemudian menentukan berapa harga jual yang layak
untuk volume produksi tersebut. Untuk menentukan harga jual dengan cara seperti ini,
perusahaan menggunakan konsep pulang pokok (break-even). Aplikasi metode ini secara grafis
disajikan pada gambar berikut.
Target-return Pricing
Dengan cara seperti ini anggap saja kapasitas maksimun perusahaan memproduksi 1500
unit dengan biaya produksi per unit sebesar Rp 24,00. Apabila perusahaan beroperasi untuk
1000 unit, maka total biaya produksi untuk 1000 unit adalah Rp.24.000,00. Target return
ditetapkan 25% di atas biaya produksi; dengan demikian target return untuk 1000 unit adalah Rp
6.000,00 (25% dari Rp 24.000,00). Total penghasilan yang dibutuhkan untuk memperoleh return
yang ditargetkan dalam 1000 unit produk adalah sebesar Rp 30.000,00 (Rp 24.000,00 + Rp
6.000,00). Harga jual kemudian ditentukan dengan membagi penghasilan dengan kuantitas
produk yaitu sebesar Rp 30,00.
10
Metode Penetapan Harga Berbasis Persaingan
Banyak perusahaan menetapkan harga jual produknya atas dasar harga jual yang ditetapkan
oleh pesaing. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi atau sebagai reaksi terhadap pesaing. Cara
yang ditempuh untuk dapat mengimbangi pesaing melalui penetapan harga jual produk adalah:
Strategi Mengikuti Harga Pesaing
Perusahaan mengikuti harga jual yang ditetapkan pesaing utama dimaksudkan untuk
menghindari dari bentuk persaingan harga yang lebih tajam. Bentuk proteksi semacam ini sering
dijumpai bagi perusahaan yang menghadapi persaingan yang bersifat oligopoli, yaitu beberapa
perusahaan yang menghasilkan produk dengan kualitas standar. Pada bagian kurva atas, sebelum
titik patah, pada Gambar 8.5 adalah merupakan permintaan yang elastis. Artinya, perubahan
harga sedikit saja akan berpengaruh terhadap kuantitas barang yang diminta. Sementara kurva
permintaan setelah titik patah, bersifat inelastis, yang berarti perusahaan dapat memperoleh
manfaat terbesar dengan menaikkan harga bukan dengan menaikkan volume produksi.
11
sensitif terhadap harga. Untuk kelompok konsumen yang tidak peka terhadap harga, penetapan
harga ganjil justru akan memberikan kesan bahwa harga yang dijual mempunyai kualitas rendah.
Oleh karena itu, penetapan harga ganjil sering juga dikenal dengan penetapan harga psikologis
(psychological pricing).
Case Study
Disebuah Apotek A terdapat sebuah praktik dokter spesialis kulit, dimana dokter
tersebut sering meresepkan salep kulit dengan komposisi yang sama, apa yang
seharusnya Apotek tersebut lakukan dan bagaimana cara penetapan Harga jualnya
PEMBAHASAN :
Untuk menghemat jumlah biaya, makan dalam pembuatannya dibuat dalam jumlah
banyak sekaligus, semisal dibuat untuk persedian 1 minggu kedepan
Penetapan harga berdasarkan biaya, dengan cara HNA setiap obat yang diracik + ppn +
laba yang diinginkan + biaya produksi / adm racik
Mengedepadnkan strategi harga dalam persaingan serta potensi apotek, dimana apotek
lain tidak miemiliki obat racikan tersebut, menjadi kesempatan baik untuk apotek A
tersebut
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang dan jasa, setiap perusahaan harus
menetapkan harganya secara tepat. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang
memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya
(produk, distribusi dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya (pengelaran). Disamping itu
harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel artinya dapat diubah denan
cepat.
13
DAFTAR PUSTAKA
Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta:
Penerbit Airlangga.
https://blog.ub.ac.id/rizkakurnia/2013/05/05/makalah-mengembangkan-
strategi-dan-penetapan-harga/
http://blog.ub.ac.id/dechakt/2013/05/06/mengembangkan-strategi-dan-
program-penetapan-harga/
http://blog.ub.ac.id/dewii/2013/07/22/presentasi-kelompok-
6mengembangkan-program-dan-strategi-penetapan-harga/
14