BLEFARITIS
DI SUSUN OLEH
Noviana fajarsari
PO.71.20.3.16.038
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Blefaritis
A. Pengertian
Menurut Brooker Christine (2001) blepharitis adalah
inflamasi palpebra.
Blefaritis adalah inflamasi batas kelopak mata dan margo
palpebra yang umum. Blefaritis sering disertai konjungtifitis atau
keratitis (Tamsuri Anas, 2010).
Blefaritis adalah peradangan bilateral subakut atau menahun
pada tepi kelopak mata (margo palpebra). Ciri khasnya bersifat
remisi dan eksaserbasi. Biasanya, blefaritis terjadi ketika kelenjar
minyak di tempat tumbuhnya bulu mata mengalami gangguan.
Ketika kelenjar minyak ini terganggu, akan terjadi pertumbuhan
bakteri yang melebihi biasanya, menyebabkan peradangan kelopak
mata Terdapat dua macam blefaritis yaitu blefaritis ulseratif dan
blefaritis seboreik (Istiqomah, 2004).
Blefaritis ulseratif merupakan peradangan tepi kelopak atau
blefaritis dengan tukak akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis
ulseratif terdapat keropeng berwarna kekuning-kuningan yang bila
diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah
disekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk
bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan terjadi luka
dngan disertai pendarahan. Pengobatan dengan antibiotik dan
higiene yang baik sedangkan pada blefaritis ulseratif dapat dengan
sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Apabila ulseratif
mengalami peluasan, pengobatan harus ditambah antibiotik
sistemik dan diberi roboransia. Sedangkan blefaritis seboreik
Merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya.
Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun), dengan
keluhan mata kotor, panas, dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah
sekret yang keluar dari kelenjar meiborn, air mata berbusa pada
kantus lateral, hiperemia, dan hipertropi pupil pada konjungtiva.
Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis,
poliosis, dan jaringan keropeng. Pengobatannya adalah dengan
membersihkan menggunakan kapas lidi hangat. Kompres hangat
sela 5-10 menit. Kelenjar meibom ditekan dan dibersihkan dengan
shampo bayi. (Danu .2008)
B. Etiologi
Blefaritis ulseratif disebabakan oleh infeksi bakteri Staphylococcus
aureus atau stafilikokus epidermidis (Istiqomah, 2004)
Blefaritis seboreik/skuamosa (non ulseratif) merupakan peradangan
tepi kelopak mata terutama mengenai kelenjar kulit di daerah akar bulu
mata dan sering terdapat pada orang yang memiliki kulit berminyak.
Penyebabnya adalah kelainan metabolic atau jamur yang kadang-
kadang pada penderita dengan higiene yang buruk akan dapat
bersarang tuma atau kutu pada pangkal silia di daerah margo palpebra.
(Tamsuri Anas, 2010)
C. Patofisiology
Blefaritis terjadi dimulai dari invasi jamur pitirusporum (b.seboreik) ,
stafilokokus (b.ulseratif) di area kelopak mata dan adanya kelainan
metabolic (b.seboreik) pada sekitar kelopak mata yang merusak system
imun dan menginfeksi kelopak mata. Akibatnya pada blefaritis seboreik
terjadi pelepasan lapisan tanduk di kulit dan daerah kelopak mata,
gangguan folikel rambut menyebabkan bulu mata cepat jatuh dan terjadi
trikiasis menggesek kornea menyebabkan gangguan kornea. Sedangkan
pada blefaritis ulseratif terjadi hyperemia, pelepasan krusta berwarna
kuning kering terasa gatal, destruksi folikel rambut yang menyebabkan
bulu mata cepat jatuh dan tidak diganti dengan yang baru, dapat pula
menyebabkan gangguan pada kornea, serta terbentuk ulkus kecil-kecil
yang mudah berdarah (Istiqomah, 2004).
D. Manifestasi Klinis
Gejala utama adalah adanya iritasi, mata terasa lelah dan nyeri
serta rasa terbakar, gatal pada batas tepi kelopak terutama pada pagi
hari, dan mata merah. Terdapat banyak sisik (krusta) dan kotoran atau
granulasi pada bulu mata (Tamsuri Anas, 2010).
Pada blefaritis ulseratif bulu mata rontok tidak diganti oleh yang
barukarena ada destruksi folikel rambut, terdapat krusta berwarna kuning
pada bulu mata, palpebra merah (Istiqomah, 2004).
Pada blefaritis seboreik sisik dan granulasi mudah dikupas, tanpa
disertai perdarahan (Tamsuri Anas, 2010).
E. Pemeriksaan
1. Uji Endrofonium (pemeriksaan fungsi kelopak) untuk mengetahui
adanya miastenia gravis (Ilyas Sidarta, 2008)
2. Pemeriksaan tajam penglihatan (Maheswari Dayu, 2010)
3. Palpasi : odema kelopak mata, kejang kelopak mata (Maheswari
Dayu, 2010)
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Dilakukan tindakan pemberian steroid topical maupun salep
antibiotic seperti sulfacetamide, gentamycin, dan bacitracin
(Tamsuri Anas, 2010).
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengakajian keperawatan menurut Tamsuri Anas (2010)
Pemeriksaan khusus mata:
1) Pembengkakan struktur kelopak mata, lokal ataupun menyebar
2) Perubahan warna kulit (kemerahan, hiperpigmentasi)
3) Perubahan struktur pertumbuhan bulu mata (trikiasis,
ditrikiasis)
4) Ektropion, entropion
5) Jika ada luka: strabismus, diplopia, penurunan visus
6) Gejala subjektif: nyeri, nyeri tekan, rasa mengganjal, rasa
panas pada mata