Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENGERTIAN

A. ASAL KATA SEJARAH

Dilihat dari asal katanya, sejarah berasal dari bahasa Arab “Syajaratun”
yang artinya pohon kayu, keturunan, asal-usul, atau silsilah. Di dalam pohon
terdapat bagian-bagian seperti batang, ranting, daun, akar dan buah.
Bagian-bagian dari pohon itu menunjukkan adanya aspek-aspek kehidupan
yang satu sama lain saling berhubungan untuk membentuk sesuatu itu
menjadi hidup. Ada dinamika yang bersifat aktif. Dinamika ini terus menerus
terjadi beriringan dengan waktu dan ruang di mana kehidupan itu ada.
Lambang pohon itu menunjukkan adanya pertumbuhan dan perkembangan.

Dalam bahasa Indonesia juga ternyata banyak ditemukan istilah-istilah


yang mengarahkan kita kepada pemahaman tentang pengertian sejarah
seperti babad dalam bahasa Jawa, tambo dari bahasa Minangkabau,
pustaka, dan cerita. Kata babad menurut Pigeud berarti cerita sejarah. Selain
itu, kata babad dapat pula diartikan dalam bahasa Jawa yang berarti
“memangkas”. Hasil dari pembabadan ini ialah suasana terang. Kalau babad
dikaitkan dengan kata sejarah, berarti sejarah itu bertugas memberikan
penerangan tentang suatu keadaan.

Riwayat/hikayat : cerita yang Tarikh (Turki) : menunjukkan


diambil dari kehidupan tradisi dalam sejarah Islam

Kisah : cerita tentang kejadian Geschiedenis (Belanda) : sesuatu


yang benar-benar terjadi pada yang telah terjadi ; geschieden =
masa lampau terjadi

1
Geschichte (Jerman) : sesuatu tertentu yang disusun dalam
yang telah terjadi ; geschehen = hubungan yang kronologis
terjadi
Historia (Yunani) : pengetahuan
History (Inggris) : aktivitas yang diperoleh melalui
manusia yang berhubungan penyelidikan (= ilmu) / inkuiri
dengan peristiwa-peristiwa
B. DEFINISI

E.H. Carr : “sejarah adalah dialog yang tak pernah selesai antara masa
sekarang dan lampau, suatu proses interaksi yang berkesinambungan antara
sejarawan dan fakta-fakta yang dimilikinya”

Moh. Hatta : “Sejarah dalam wujudnya memberikan pengertian tentang


masa lampau. Sejarah bukan sekadar melahirkan ceritera dari kejadian masa
lalu sebagai masalah. Sejarah tidak sekadar kejadian masa lampau, tetapi
pemahaman masa lampau yang di dalamnya mengandung berbagai
dinamika, mungkin berisi problematika pelajaran bagi manusia berikutnya.”

Herodotus : “sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan suatu perputaran


jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat dan peradaban”

Ismaun : “Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan tentang kisah mengenai


peristiwa-peristiwa yang benar-benar telah terjadi atau berlangsung dalam
segala aspeknya pada masa yang lampau. Sejarah merupakan catatan atau
rekaman pilihan yang disusun secara teliti tentang segala aspek kehidupan
umat manusia pada masa lampau”

Ibnu Khaldun : “Sejarah merupakan catatan tentang masyarakat umat


manusia atau peradaban dunia, tentang perubahan-perubahan yang terjadi
pada watak masyarakat itu”

2
Roeslan Abudlgani : “Sejarah ialah ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara
sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di
masa lampau beserta kejadian-kejadiannya; dengan maksud untuk menilai
secara kritis seluruh hasil penelitiannya, untuk dijadikan perbendaharaan-
pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan masa sekarang serta arah
progres masa depan”

C. Sejarah Sebagai Kisah, Peristiwa, Seni dan Ilmu

1. Sejarah Sebagai Peristiwa adalah kejadian, kenyataan, aktualitas yang


sebenarnya telah terjadi atau berlangsung pada masa lalu. Tidak semua
peristiwa di masa lalu dianggap sebagai sejarah. Suatu peristiwa
dianggap sebagai peristiwa sejarah jika peristiwa itu dapat dikaitkan
dengan peristiwa yg lain sebagai bagian dari proses atau dinamika dalam
suatu konteks historis. Antara peristiwa-peristiwa itu terdapat hubungan
sebab akibat. Penyebab merupakan hal yg menyebabkan suatu peristiwa
dapat terjadi Kesinambungan antara peristiwa yg satu ke peristiwa yg lain
dalam hubungan sebab akibat terdapat dalam konteks waktu, pelaku,
dan tempat

2. Sejarah Sebagai Kisah adalah cerita berupa narasi yang disusun


berdasarkan pendapat seseorang, memori, kesan atau tafsiran manusia
terhadap suatu peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
Disebut sejarah sebagai subyektif yang artinya sejarah tersebut telah
mendapatkan penafsiran dari penyusun cerita sejarah. Dalam hal ini
sejarawan mempunyai peran sebagai ”T he Man Behind the Pen”, artinya
mereka menyusun cerita sejarah berdasarkan jejak-jejak sejarah (sejarah
sebagai peristiwa) namun tetap dipengaruhi oleh sudut pandang
sejarawan itu sendiri.

3
3. Sejarah Sebagai Ilmu adalah suatu susunan pengetahuan tentang
peristiwa dan cerita yang terjadi di dalam masyarakat manusia pada masa
lalu yang disusun secara sistematis dan menggunakan metode yang
didasarkan atas asas-asas, prosedur dan serta teknik ilmiah yang diakui
oleh para pakar sejarah. Syarat pokok sejarah disebut sebagai
ilmu adalah :

 Objek yang definitif (peristiwa penting yang berkaitan dengan aktivitas


manusia dan yang sudah terjadi)
 Metode yang efisien
 Pokok permasalahan

4. Sejarah Sebagai Seni. Sebagaimana seni, sejarah juga membutuhkan


intuisi, emosi dan gaya bahasa. Dalam melihat sejarah sebagai seni yg
akan memakai intuisi. Sejarawan harus dapat membayangkan apa yg
sebenarnya sedang terjadi dan apa yg terjadi sesudahnya. Pemahaman
dengan cara imajinatif mampu menjadikan fakta sejarah lebih hidup dan
lebih berarti. Oleh Karena itu, dalam penulisan kisah sejarah harus
menggunakan bahasa yang indah, komunikatif, menarik dan isinya
mudah dimengerti.

TABEL

No Sebagai Deskripsi
Sebagai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi dan
1 Peristiwa
sudah selesai
Hasil karya atau cipta orang yang menuliskan (D’men
2 Kisah
behind D’pen)

3 Ilmu Tidak kurang tidak lebih, bukan cerita, tetapi cabang

4
dari Ilmu Pengetahuan karena mempunyai objek,
metode dan pokok permasalahan
Pengetahuan rasa yang memerlukan paham yang
4 Seni
dalam *I2GE

Note *I2GE itu yang diperlukan sebagai seni, yakni :


 Intuisi, Ilham  Imajinasi  Emosi
atau kata hati  Gaya bahasa

BAB II
PERBEDAAN, PENYEBAB DAN HUBUNGAN ILMU SEJARAH
DENGAN ILMU LAINNYA

A. PERBEDAAN SEJARAH DENGAN ILMU-ILMU ALAM

TABEL

No Ilmu Alam Ilmu Sejarah


Percobaan dalam ilmu
Percobaannya tidak dapat diulang sebab
1 alam dapat diulang –
hanya sekali terjadi, bersifat unik
ulang
Objek dalam ilmu alam
Objek dalam sejarah adalah segala
2 adalah semua makhluk
peristiwa dalam aktivitas manusia
hidup

5
Hukumnya sangat bergantung pada
pengalaman manusia yang telah direkam
3 Hukum atau dalilnya pasti
sebagai dokumen untuk diteliti sejarawan
guna menemukan fakta sejarah
Tujuan untuk menemukan
Tujuannya untuk menuliskan hal-hal yang
hukum-hukum yang
bersifat khas dan bersifat ideografis
4 bersifat umum dan
(berupa banyak pendapat yang saling
Nomotheis (berupa
berkaitan)
pendapat tunggal)
Kesimpulan terlihat dari kebenaran suatu
pola / kecenderungan dari suatu
peristiwa sehingga dapat digunakan
Ketepatan dalam untuk memperkirakan melihat masa yang
5 pengambilan kesimpulan akan datang. Sehingga kesimpulan dari
lebih besar sejarah tidak bisa langsung diakui oleh
banyak orang, karena akan terus
diperbaharui sejauh orang mampu
menemukan bukti-bukti yang ada.
Percobaan/eksperimen di
Percobaan / eksperimen dilakukan
laboratorium/lapangan,
dengan peninggalan dari peristiwa (tidak
6 yaitu mewujudkan kembali
dapat diwujudkan kembali), sumber
bentuk semula dari gejala-
terbatas
gejala semula

B. PERBEDAAN ILMU SEJARAH DENGAN ILMU SOSIAL LAINNYA

6
Walaupun sejarah merupakan bagian dari ilmu sosial, namun tetap
tedapat perbedaan di antara keduanya. Di antaranya :

1. Berdasarkan tujuan : Tujuan sejarah adalah mempelajari hal-hal yang


unik, tunggal, idiografis, dan sekali. Sedangkan ilmu sosial lebih tertarik
pada hal-hal yang umum, ajeg, nomotetis

2. Berdasarkan pendekatannya : Sejarah mempunyai pendekatan yang


diakronis, yaitu memanjang dalam waktu namun menyempit dalam
ruang. Sedangkan ilmu sosial mempunyai pendekatan sinkronis, yaitu
menyempit dalam waktu namun melebar dalam ruang

3. Berdasarkan konteks waktu : Sejarah menitik beratkan pada masa


lampau, masa kini dan masa yang akan datang. Sedangkan ilmu sosial
menitik beratkan pada masa kini dan masa yang kan datang

4. Berdasarkan obyek kajian : Sejarah lebih menitik beratkan pada apa,


siapa, kapan, dan bagaimana peristiwa terjadi. Sedangkan ilmu sosial
lebih pada masalah sosial yang kaitannya dengan nilai-nilai moral serta
pranata-pranata sosial

5. Berdasarkan subyek peneliti : Sejarawan akan merekonstruksi peritiwa-


peristiwa sejarah secara obyektif untuk diambil hikmahnya sebagai guru
yang baik “historia megistra vitae” dan “experience is the best teacher”.
Sedangkan ilmuwan sosial lebih menekankan pada ramalan dan
pengendalian

C. PENYEBAB TERJADINYA HUBUNGAN ILMU SEJARAH DENGAN ILMU


SOSIAL

7
1. Sejarah yang hanya mendiskripsikan dan menceritakan (deskripsi dan
naratif) tidak bisa lagi menjelaskan berbagai masalah yang serba
kompleks. Sehingga diperlukan pendekatan yang logis untuk dapat
mengungkapkannya

2. Pendekatan multidimensional atau social scientife adalah yang paling


tepat untuk dipergunakan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah
yang lebih kompleks

3. Ilmu-ilmu sosial telah mengalami perkembangan yang tepat sehinggga


dapat memberikan konsep dan teori yang merupakan alat analitis yang
relevan sekali untuk keperluan analisis historis

4. Studi sejarah tidak hanya mencakup apa, siapa, kapan, dan bagaimana
peristiwa terjadi, tetapi juga ingin mencakup berbagai struktur
masyarakat, pola kelakuan, proses dalam bidang dan lain-lain.
Kesemunya itu menuntut adanya alat analitis yang tajam dan mampu
mengeksploitasi fakta, pola dan sebagainya

5. Ilmu sejarah memiliki alat-alat analitis yang sangat kurang. Sehingga


perlu meminjam alat-alat analitis ilmu sosial. Sejarah tidak mempunyai
kebutuhan menciptakan teori dan istilah-istilah khusus serta cukup
memakai bahasa sehari-hari.

D. HUBUNGAN ILMU SEJARAH DENGAN ILMU SOSIAL LAINNYA

Sejarah dan ilmu sosial memiliki hubungan timbal balik. Karena pada
dasarnya sejarah adalah bagian dari ilmu sosial. Sejarah dan ilmu sosial
mempunyai ikatan yang tidak terpisahkan. Seperti yang telah dijelaskan di
atas sejarah pada dasarnya ialah ilmu diakronik, yaitu memanjang dalam
waktu dan menyempit dalam ruang. Sedangkan ilmu sosial adalah ilmu yang

8
sinkronik, yaitu menyempit dalam waktu dan melebar dalam ruang.
Sehinggga ketika sejarah dan ilmu sosial bersentuhan, maka sejarah kan
menjadi ilmu yang diakronis sekaligus sinkronis, yaitu melebar dalam waktu,
melebar pula dalam ruang. Dengan demikian, sejarah dapat menjadi ilmu
yang mampu menyangkup segalanya. Oleh karena itu seorang sejarawan
harus bisa berpikir ganda, baik diakronis maupun sinkronis.

1. Hubungan Sejarah dengan Sosiologi

Gejala sosial sangatlah wajar dan relevan untuk dipelajari dengan


pendekatan sosiologis. Misalnya saja perubahan sosial. Perubahan sosial
merupakan tema yang cukup luas cakupannya. Perubahan sosial secara
intern juga mencakup transformasi struktur pada sistem produksi, sistem
sosial , dan politik.

Analitis historis yang memakai perspektif struktural hanya bisa dijelaskan


dengan pertolongan ilmu sosial pada umumnya dan sosiologi pada
khususnya. Selain itu sejarah analitis dan sejarah struktural hanya dapat dikaji
dengan menggunakan pendekatan sosiologis pada khususnya dan ilmu
sosial pada umumnya. Dengan perkembangan jenis-jenis sejarah tersebut
terbuka kesempatan luas munculnya sejarah – sejarah baru. Antara lain,
sejarah politik gaya baru, sejarah sosial, sejarah sosiologi, sosiologi sejarah,
sejarah agraris. Sejarah sosiologi menunjuk pada sejarah yang disusun
dengan pendekatan sosiologi, yang dilakukan oleh seorang sejarawan,
sedangkan sosiologi sejarah adalah studi sosiologi mengenai suatu kejadian
atau gejala di masa lampau, yang dilakukan oleh sosiolog. Hasil dari
keduanya mungkin tidak banyak berbeda.

Dalam perkembangannya sampai sekarang rupanya lebih banyak karya


sosiologi sejarah. Penggarapan sejarah oleh seorang sosiolog didasarkan
atas bahan-bahan sejarah yang diperoleh oleh sejarawan. Sosiolog tidak
9
dapat melakukan kritik sumber. Pendekatan sosiologi dapat saja dilakukan
oleh sejarawan yang telah menguasai konsep dan teori tantang sosiologi.
Pada sejarawan masih ada kewajiban melakukan kritik sumber yang
pengkajiannya menuntut hal itu.

2. Hubungan Sejarah dengan Antropologi

Hubungan antara sejarah dan antropologi dilihat karena keduanya


mempunyai persamaan yang menempatkan manusia sebagai subyek dan
obyek dalam kajiannya. Di samping terdapat perbedaan, keduanya juga
memiliki persamaan, bila sejarah membatasi pada penggambaran suatu
peristiwa sebagai proses di masa lampau dalam bentuk cerita enmalig (sekali
terjadi), hal ini tidak termasuk bidang kajian antrpologi, namun jika suatu
penggambaran sejarah menampilkan masyarakat di masa lampau dalam
berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, politik, religi, dan
keseniannya. Maka gambaran tersebut mencakup unsur-unsur kebudayaan
masyarakat, dalam hal ini ada persamaan bahkan tumpang tindih antara
sejarah dan antropologi

Dalam studi antropologi diperlukan pula penjelasan tentang struktur


sosial berupa lembaga-lembaga, pranata, dan sistem-sistem, yang
semuanya itu akan dapat dijelaskan lebih rinci apabila diungkapkan bahwa
struktur itu adalah hasil dari suatu perkembangan di masa lampau. Karena
antropologi juga mempelajari obyek yang sama, yaitu tiga jenis fakta yang
terdiri atas artifact, sociofact, dan mentifact, di mana semua itu adalah
produk historis dan hanya dapat dijelaskan dengan melacak sejarah
perkembangannnya. Fakta adalah petunjuk suatu kejadian sebagai suatu
konstruk maka fakta adalah hasil strukturasi oleh seorang obyek. Begitu pun
artifact sebagai benda fisik adalah konkret dan merupakan hasil buatan.
Artifact menunjukkan kepada proses pembuatan yangtelah terjadi di masa

10
lampau. Sebagai analoginya, sociofact yang menunjuk kapada kejadian
sosial (interaksi antara aktor dan proses aktivitas kolektif ) yang telah
mengkristalisasi sebagai pranata, lembaga , organisasi, dan lain sebagainya.
Jelaslah bahwa untuk memahami struktur dan karakteristik sociofact perlu
dilacak asal usulnya., proses pertumbuhannya, sampai wujud sekarang.
Pendeknya, segala sesuatu dan keadaan yang kita hadapi dewasa ini tidak
lain adalah hasil dari perkembangan masa lampau jadi produk sejarahnya.

3. Hubungan Sejarah dengan Psikologi

Dalam cerita sejarah, pelaku sejarah senantiasa mendapat sorotan yang


tajam, baik sebagai individu maupun kelompok. Sebagai individu, tidak lepas
dari peranan faktor-faktor internal yang bersifat psikologis, seperti motivasi,
minat, konsep diri dan sebagainya yang selalu berinteraksi dengan faktor-
fakor eksternal yang bersifat sosiologis, seperti lingkungan keluarga,
lingkungan sosial budaya, dan sebagainya.

Begitu pula dalam pelaku yang bersifat kelompok menunjuk sifat kolektif,
yaitu gejala yang menjadi obyek khusus psikologi sosial. Dalam peristiwa
sejarah, perilaku kolektif sangat mencolok, antara lain sewaktu ada huru
hara, gerakan sosial, protes yang revolusioner, semuanya menuntut
penjelasan berdasarkan psikologi dari motivasi, sikap, dan tindakan. Dalam
hal tersebut psikologi berperan untuk mengungkap beberapa faktor
tersembunyi sebagai bagian proses mental.

4. Hubungan Sejarah dengan Ilmu Politik

Sejarah acapkali identik dengan politik, sejauh keduanya menunjukkan


proses yang mencakup keterlibatan para pelaku dalam interaksinya serta
peranannya dalam usahanya memperoleh apa, siapa, kapan, dan
bagaimana.

11
Sampai sekarang pun sejarah politik masih menonjol, walaupun tidak
terlalu dominan seperti masa lampau. Pengaruh politik dan ilmu-ilmu sosial
sangat besar dalam penulisan sejarah politik atau disebut sejarah politik
gaya baru. Apabila politik didefinisikan sebagai distribusi kekuasaan maka
sudah jelas faktor sosial, ekonomi, dan kultural, dapat menjadi pengaruh.
Barang siapa yang mempunyai status atau menduduki posisi tinggi maka ia
dapat mempunyai kesempatan untuk memperoleh kekuasaan. Dia lebih
mudah mengambil peranan sebagai pemimpin. Berdasarkan relasinya, ada
sumber daya ekonomi untuk melakukan peranan politiknya, artinya
menyebarkan pengaruhnya. Kalau dapat dibenarkan status sering membawa
kekayaan, namun tidak selalu benar kekayaan dapat membawa status dan
kekuasaan.

Dalam distribusi kekuasaan, faktor kultural juga merupakan penentu,


sebab jenis otoritas dan struktur kekuasaan sangat dipengaruhi oleh
orientasi nilai-nilai pandangan hidup para pelaku. Kerangka konseptual ilmu
politik menyediakan banyak alat analitis untuk menguraikan berbagai unsur
politik, aspek politik, kelakuan pelaku, nilai-nilai yang melembaga sebagai
sistem politik dan lain sebagainya.

5. Hubungan Sejarah dengan Ilmu Ekonomi

Mulai abad 20 sejarah ekonomi dalam berbagai aspeknya semakin


menonjol, apalagi setelah proses modermisasi, dimana hampir setiap bangsa
di dunia lebih memfokuskan pada pembangunan ekonomi. Terutama proses
industrialisasi beserta transformasi sosialnya menuntut kajian ekonomi dari
sistem agraris menuju ke sistem industrial. Terbentuknya jaringan
transportasi, perdagangan, jaringan daerah industri dan bahan mentah
menyebabkan munculnya sistem ekonomi global. Sistem ini mempunyai
pengaruh yang luas dan mendalam, tidak hanya di bidang ekonomi

12
melainkan juga bidang politik. Hal ini dicerminkan oleh pertumbuhan
kapitalisme. Dengan adanya ekspansi politik yang mendukungnya maka
timbulah the scramble for coconies, perebutan jajahan atau imperialisme.
Hal ini menyebabkan kompleksitas sistem ekonomi membutuhkan
pendekatan-pendekatan ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, ilmu
politik dll.

Untuk mengkaji fenomena ekonomis di negeri yang sedang berkembang


perlu pula dipergunakan ilmu bantu seperti antropologi ekonomi. Dalam
pendekatannya, sistem ekonomi berangkat dari pola produksi, distribusi dan
konsumsi yang sering ditentukan oleh sistem sosial dan stratifikasinya.
Akhirnya, kesemuanya dipengaruhi oleh faktor kultural, selanjutnya dalam
perkembangannya sejarah ekonomi mengalami pula differensiasi dan
subspesialisasi, antara lain :

 Sejarah pertanian  Sejarah bisnis


 Sejarah kota  Sejarah perburuan
 Sejarah formasi kapital

6. Hubungan Sejarah dengan Geografi

Setiap peristiwa sejarah senantiasa memiliki lingkup temporal dan spasial


(waktu dan ruang), kedua-duanya merupakan faktor yang membatasi gejala
sejarah tertentu sebagai unit (kesatuan), apakah itu perang, riwayat hidup,
kerajaan dan sebagainya. Pertanyaan tentang dimana sesuatu terjadi sudah
barang tentu menunjukkan kepada dimensi geografis, yaitu apabila yang
dikaji adalah proses sejarah nasional. Mengenai kedekatan ilmu geografi dan
sejarah tersebut, ibarat sekutu lama sejak zaman geografiwan dan
sejarahwan Yunani Kuno Herodotus. Menurutnya, sejarah dan geografi
sudah demikian terkait, ibarat terkaitnya pelaku, waktu dan ruang secara
13
terpadu sehingga dapat dikatakan secara kiasan bahwa suatu daerah atau
tempat mempunyai karakteristik atau ciri khas karena bekas-bekas peristiwa
sejarah yang terjadi di tempat tersebut.

Proses sejarah mengintregasikan daerah-daerah tertentu sebagai unit


kultural atau politik. Pada hakikatnya peta politik menunjukkan bahwa
negara-negara nasion adalah unit wilayah yang terbentuk oleh proses
sejarah, mungkin dalam jangka pendek atau jangka panjang yang
merupakan produk historis. Peta geografi kultural mewujudkan mozaik
daerah-daerah yang sama kebudayaannya tetapi terpisah satu dari yang
lain.

Apabila dalam kerangka negara nasional tanah air dan bangsa


merupakan identitas negara dan rakyatnya, hal itu disebabkan karena tanah
air sebagai wilayah negara yang terjadi dalam perkembangan sejarah rakyat
tersebut, dengan kata lain, bagaimana proses intregasi sepanjang nasa telah
berhasil menyatukan sebagai bangsa. Dalam hubungan ini menjadi jelas
bahwa proses sejarahlah yang membentuk nation.

E. Kegunaan Ilmu-ilmu Sosial bagi Ilmu Sejarah

Kegunaan ilmu sosial dalam sejarah itu bervariasi. Yakni :


 Yang menolak sama sekali
 Yang menggunakan secara implisit
 Yang menggunakan secara eksplisit

Yang menolak sama sekali penggunaan ilmu-ilmu sosial berpendapat :


Karena penggunaan ilmu sosial akan berarti hilangnya jati diri sejarah
sebagai ilmu yang diakui keberadaannya, jadi sejarah cukup dengan

14
common sense (akal sehat, nalar umum, akal sehari-hari) dan penggunaan
dokumen secara kritis.

Karena penggunaan ilmu-ilmu sosial hanya akan menjadikan sejarah


sebagai ilmu yang tertutup secara akademis dan personal. Secara akademis,
tanpa ilmu sosial, sejarah bersifat multidisipliner sedangkan dengan ilmu
sosial, sejarah akan kehilangan sifat kemandiriannya sebagai the ultimate
interdisciplinarian. Secara personal, sejarah akan punya peristilahan teknis
dan ini tidak menguntungkan.

Adapun penggunaan ilmu-ilmu sosial meliputi :

1. Konsep. Bahasa Latin conceptus berarti gagasan atau ide. Sadar atau
tidak, sejarawan banyak menggunakan konsep ilmu-ilmu sosial.

2. Teori. Bahasa Yunani theoria berarti, diantaranya, “kaidah yang mendasari


gejala, yang sudah melalui verifikasi”; ini berbeda dengan hipotesis.
Teori-teori dalam ilmu sosial banyak digunakan oleh sejarawan untuk
membantu mengungkap sejarah.

3. Permasalahan. Dalam sejarah banyak sekali permasalahan ilmu-ilmu


sosial yang dapat diangkat menjadi topik-topik penelitian sejarah.

4. Pendekatan. Pendekatan ilmu sosial digunakan oleh semua tulisan


sejarah yang melibatkan penelitian suatu gejala sejarah dengan jangka
yang relative panjang (aspek diakronis) dan yang melibatkan penelitian
aspek ekonomi, masyarakat, atau politik (aspek sinkronis).

BAB III
15
ILMU BANTU SEJARAH

Ilmu bantu sejarah memiliki pengertian Ilmu-ilmu yang dapat dijadikan


sumber-sumber utama bagi para sejarawan dalam penelitian dan
penyusunan kembali (rekonstruksi) sejarah. Ilmu bantu sejarah memiliki
fungsi sebagai berikut: sebagai “alat (tools”) yang membantu analisis secara
kritis dan ilmiah. Ilmu bantu tersebut berfungsi sebagai pendukung sejarah
atau disebut auxiliary sciences or sister disciplines. Ilmu bantu sejarah sangat
membantu sejarawan agar karya yang dihasilkan benar-benar ilmiah.

A. MACAM-MACAM ILMU BANTU SEJARAH

1. Paleontologi

Suatu Ilmu yang mempelajari tentang bentuk–bentuk kehidupan zaman


purba yang pernah ada di muka bumi, terutama pada fosil-fosil disebut
paleontology. Kata fosil berasal dari kata Yunani yaitu fissilis yang
berarti apa yang digali atau dikeluarkan dari dalam tanah. Kemudian kata ini
mempunyai arti khusus mengenai semua sisa-sisa binatang dan tumbuh-
tumbuhan yang pernah hidup pada zaman Palaezoikum dan Mesozoikum.

Relik-relik (sisa-sisa) binatang dan tumbuh-tumbuhan itu tetap


terpelihara karena telah membantu serta tersimpan selama ratusan juta
tahun yang lalu. Dalam kajian paleontologi sangat erat hubungannya
dengan ilmu geologi, ilmu fisika, ilmu botani (tumbuh-tumbuhan), zoologi
(ilmu hewan). Untuk mengetahui usia fosil-fosil yang telah di temukan maka
dapat menggunakan metode Radio carbon agar dapat menentukan usia
fosil-fosil tersebut sampai ratusan tahun. Dari temuan fosil-fosil tersebut itu
dapat disusun melalui evolusi perkembangan hewan dan tumbuh-tumbuhan
16
yang dikaitkan dengan lapisan geologi pada masa hidupnya. Bagi ilmu
sejarah, paleontologi berperan ketika manusia masih di anggap belum ada
di muka bumi ini. Maka dari itu bantuan dari paleontologi bagi sejarah ialah
ilmu ini dapat menunjukkan secara hipotesis pada lapisan geologi mana atau
kira-kira kapan manusia mulai ada dalam evolusi geologi.

Di Indonesia fosil-fosil binatang purba tersebut semisal gajah, kerbau,


badak dalam ukuran raksasa yang ditemukan di daerah lembah Sangiran,
Pacitan, Jawa Timur. Di antara fosil-fosil binatang purba tersebut kemudian
banyak yang disimpan di dalam Musium Geologi Bandung.

2. Paleontropologi

Paleontropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fosil-


fosil manusia-manusia purba yang sering juga disebut sebagai antropologi
ragawi. Yang dijadikan sebagai objek ilmu Paleoantropologi ialah manusia-
manusia purba itu sendiri. Ilmu ini bertujuan untuk merekontruksi asal-
muasal manusia, evolusi, pesebarannya, lingkungan, cara hidup dan
budayanya.

Di Indonesia fosil-fosil manusia ditemukan pada lapisan pleistosen.


Semula berawal dari temuan E. Dubois (1890) temuannya yaitu tulang
rahang di dekat desa trinil, di pinggir aliran bengawan solo, tidak jauh dari
Ngawi. Kemudian setelah itu ditemukan di tempat yang berbeda namun
waktunya juga berbeda. Peneliti-peneliti lain yaitu G.H.R. Von Koeningswald
dan F. Weidenrich antara tahun 1931-1934 menemukan sebelas fosil manusia
purba namun fosil tersebut lebih sempurna daripada pithecanthropus
erectus mungkin sudah merupakan manusia sehingga mereka beri
nama Homo Soloensis (manusia solo).

17
3. Arkeologi

Arkeologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda


kuno. Dunia arkeologi sangat erat kaitannya dengan asumsi tentang rentang
waktu yang sangat panjang. Arkeologi mencakup masa sejarah maupun
prasejarah. Arkeologi juga merupakan ilmu yang mempelajari tentang
manusia dan kebudayaannya, yaitu dapat dijelaskan bahwa manusia yang
berinteraksi dengan lingkungannya dapat menghasilkan kebudayaan,
kebudayaan yang dihasilkan adalah sebuah benda-benda kuno yang dikaji
dalam arkeologi ini.

Di Indonesia sendiri masa prasejarah berakhir pada abad ke empat.


Arkeologi salah satu sumber besar dalam penghimpunan sejarah di banyak
tempat. Objek-objek yang dikaji dalam arkeologi adalah artefak, ekofak, fitur
dan situs. Situs tertua adalah situs warka di kawasan Mesopotamia yang
sekarang merupakan wilayah Irak bagian selatan. Dalam masanya, manusia
selalu meninggalkan benda-benda yang pada awalnya sebagai fungsi
praktis. Arkeologi mencoba menginterpretasikan dan merekontruksi budaya
ataupun peristiwa yang trjadi di masa itu.

4. Paleografi

Paleografi adalah salah satu ilmu bantu sejarah yang mempelajari


tentang tulisan-tulisan yang ada di masa lampau (tulisan kuno). Paleografi
umumnya mengidentifikasi tulisan-tulisan kuno yang tertulis pada papirus,
tablet-tablet tanah liat, perkamen (vellum), kertas, daun lontar, dan lain
sebagainya. Paleografi ini termasuk ilmu membaca dalam menentukan
waktu (tanggal) dibuatnya tulisan-tulisan kuno. Dalam tulisan-tulisan kuno

18
tersebut biasanya sulit untuk diterjemahkan sehingga butuh pengungkapan
arti dari tulisan-tulisan kuno yang ditemukan. Terkadang arti dari tulisan-
tulisan kuno tersebut merupakan sejarah tentang terjadinya sesutau yang
dianggap penting, Selain berguna untuk membaca tulisan-tulisan kuno,
Paleografi juga digunakan untuk mempelajari tulisan tangan karya sastra
yang biasanya tidak menyebutkan bilamana dan dimana karya tulis itu
ditulis, serta tidak diketahui pengarangnya.

5. Epigrafi

Epigrafi adalah ilmu bantu sejarah yang mempelajari tentang cara


membaca, menunjukkan waktu (tanggal), mengidentifikasi tulisan-tulisan
kuno yang ditulis di atas benda yang keras. Persamaan antara Epigrafi dan
Paleografi adalah terletak pada pembahasannya yaitu tulisan-tulisan kuno.
Perbedaan antara keduanya ialah terletak pada materi yang digunakan
untuk menulis.Salah satu contoh yang diteliti oleh ilmu epigrafi ini adalah
Prasasti. Prasasti merupakan sumber tertulis yang dapat memberikan
informasi tentang peristiwa-peristiwa masa lampau, bisa juga dalam prasasti
itu, menggambarkan tentang raja maupun ratu yang ada pada masa
lampau.

6. Ikonografi

Ikonografi Ialah ilmu yang mempelajari tentang arca atau patung-patung


dari zaman prasejarah sampai sejarah. Arca pada zaman prasejarah adalah
bangunan yang umumnya melambangkan nenek moyang dan menjadi
tempat pemujaan. Arca dan patung yang ditemukan di Indonesia terbuat
dari tanah liat, batu, dan logam (perunggu, perak dan emas).

19
Pada zaman sejarah arca lebih ditujukan untuk menggambarkan orang-
orang yang di anggap penting, seperti raja dan ratu. Patung-patung yang
melukiskan tokoh sejarah itu misalnya Rajasa (pendiri kerajaan singgosari),
Prajnaparamita (menggambarkan Ken Dedes), Kertanegara, Kertarajasa
Jawardana (Raden Wijaya pendiri Majapahit), Hayam Wuruk, Gajah Mada
Aditiawarman dan putrid Tribuana. Arca-arca dan patung-patung ini dapat
berdiri sendiri atau merupakan dari bangunan-bangunan keagamaan seperti
kuil, gereja, atau candi.

7. Numistatik

Numismatik ialah ilmu yang mempelajari tentang mata uang (coins), asal
usul, teknik pembuatan, sejarah, mitologi, dan seninya. Mata uang ialah alat
tukar menukar pada zamannya, mata uang koin ini beratnya tidak sama.
Mata uang itu tidak hanya berupa logam namun ada juga yang berupa
kertas, namun orang pada zaman dahulu itu senang memakai uang logam
dikarenakan uang tersebut awet, tahan lama dan tidak robek seperti halnya
uang kertas. Bagi sejarah Indonesia mata uang lamamerupakan sumber
penting karena menunjukkan adanya kegiatan ekonomi, hubungan-
hubungan dagang antara kepulauan Indonesia dan luar Indonesia, juga
hubungan politik dan kebudayaan. Mata uang tertua berupa dinar emas
ditemukan dalam ekskavasi di bekas keraton Ratu Boko, Ygyakarta.

8. Ilmu Keramik

Keramik adalah nama umum untuk tembikar, cina dan porselin.


Pengetahuan tentang keramik merupakan ilmu bantu sejarah dan kesenian
yang penting. Hasil kajian tentang benda-benda ini merupakan bahan
penting untuk penyusunan sejarah baik pada periode pra sejarah dan
20
sejarah. Dari kajian tentang keramik akan diketahui perkiraan waktu, pemilik
atau pendukung kebudayaan keramik, lalu lintas perdagangan dan interaksi
antar daerah dan bangsa.

Tembikar di Indonesia biasanya berupa alat-alat dapur yang terbuat dari


tanah liat yang dibakar. Pecahan tembikar ini telah ditemukan pada masa
mesolitikum (batu madya) seperti sampah dapur (kjokkenmoddinger) yang
ditemukan di pantai timur Sumatra. Pada masa neolitikum (batu baru),
tembikar yang ditemukan telah dihias dan diperhalus.

Pengetahuan mengenai asal-usul nenek moyang atau keturunan


keluarga seseorang atau oraang-orang.biasanya pada zaman dahulu
pararaja-raja membuat silsilah keluarganya dengan cara menggambarkan
sebuah pihon dimana rantingnya yang pling muda adalah keturunan mereka
yang masih bayi, dan daun yang telah gugur adalah mereka yang sudah
meninggal. Penulisan sejarah keluarga (family history) umumnya
menggunakan genealogi sebagai dasarnya.

9. Filologi

Filologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang naskah-


naskah kuno. Naslkah-naskah kuno tersebut di tulis dalam bahasa jawa
kuno, sunda kuno, atau melayu. Beberapa contoh naskah-naskah itu ialah :

 Negarakertagama  Carita Parahiyangan


 Pararaton  Hikayat Raja-raja Pasai
 Kidung Sundayana  Sejarah Melayu
 Babad Tanah Jawi

21
10. Bahasa

Bahasa sangatlah penting dalam membantu Ilmu sejarah karena dengan


memiliki pengetahuan bahasa yang memadai akan sangat membatu dalam
melakukan penelitian dan penulisan sejarah terutama dalam melakukan
penelitian pada bangsa asing. Pengetahuan itu tidak harus menjadikannya
ahlidalam bahasa, akan tetapi dapat berguna dalam memahami apa yang di
tulis dalam bahasa asing.

Dokumen-dokumen adalah sumber pertama sejarah (primary sources)


yang disimpan di arsip-arsip ditulis dalam bahasa daerah atau bahasa asing
tertentu. Apabila ingin melakukan penelitian sejarah tentang suatu daerah
atau bangsa asing syaratnya harus mengerti bahasa asing yang di perlukan
untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Misalnya apabila ingin melakukan
penelitian terhadap sejarah Indonesia mengenai periode pertengahan
pertama abad ke-20 atau abad sebelumnya, maka selain bahasa daerah,
atau bahasa melayu, atau bahasa Indonesia, maka sejarawan juga harus
mengetahui bahsa Belanda karena banyak dokumen-dokumen yang di tulis
dalam bahsa belanda.

11. Statistik

Statistik membantu ilmu sejarah menjadi ilmiah karena menggunakan


fakta dan data kuantitatif. Statistik tidak harus dianggap sebagai subjek yang
mempunyai hubungan hanya dengan ilmu-ilmu fisika, kimia, ekonomi, dan
sosiologi. Statistik itu bukan sebuah ilmu (science) melainkan sebuah metode
ilmiah (scientific method). Statistik digunakan sebagai metode ilmiah dalam
ilmu-ilmu social seperti antropologi, sosiologi, psikologi social, ekonomi,
politik dan sejarah. Untuk sejarah, statiktik menggunakan fakta atau data

22
kuantitatif masa lampau dalam pengumpulan, penyajian, pembahasan dan
penafsirannya.

12. Etnografi

Etnografi adalah salah satu cabang ilmu antropologi yang menjelaskan


tentang kebudayaan di dalam suku bangsa. Etnografi berasal dari
kata etnic yaitu etnis dan logos yang artinya ilmu, jadi dapat dikatakan
etnografi adalah ilmu yang mempelajari tentang etnik. Pada awalnya Eropa
menjajah Afrika, Asia, Amerika, Australia, dan Oceania, namun pada abad ke
16, bangsa Eropa mulai peduli terhadap bangsa yang dijajahnya dan
mempelajari perbedaan budaya dari masing-masing bangsa, sehingga
muncullah ilmu yang mempelajari tentang kebudayaan yaitu antropologi
dan cabang yang mengkhususkan membahas tentang etnic disebut
Etnografi. Koentjaraningrat (1997:92) menjelaskan Etnografi merupakan
bagian kajian antropologi yang secara holistis mendeskripsikan kebudayaan
satu masyarakat, dan yang semestinya berdasarkan pemahaman atas hasil
penelitian lapangan (fieldwork) dari hukum masa yang lebih akhir.

Penelitian lapangan yaitu meneliti satu kelompok suku bangsa dalam


satuan kecil di masyarakat. Kelompok suku bangsa yang dimaksud adalah
mulai dari tingkat desa, kecamatan, kota, pulau kecil, provinsi, bahkan satu
Negara sekaligus. Suku bangsa adalah kolektiva yang memiliki kesadaran
akan kesatuan kebudayaan, yang sering kali ditandai oleh kesatuan bangsa
(koentjaraningrat 1969). Di Indonesia etnografi itu tidak hanya berupa
tulisan-tulisan tentang suatu kebudayaan, suku bangsa namun ada bukti
yang mendukung yaitu gambar, foto, film, dan dokumentasi-dokumentasi
dari hasil penelitian suatu kebudayaan. Etnografi di Indonesia itu dibuat oleh
para musuh, pendeta, penyair, agama nasrani, sarjana-sarjana bahasa-
bahasa Indonesia (Nusantara) penyelidik alam, pegawai pemerintahan
jajahan.

23
13. Ilmu Sosial

Untuk mempelajari masyarakat dan budayanya, maka seorang peniliti


tentu sangat membutuhkan ilmu yang digunakan untuk mempelajarinya.
Ilmu-ilmu social seperti ekonomi, sosiologi, psikologi, antropologi,
politikologi menjadi salah satu ilmu yang penting dalam perkembangan ilmu
sejarah. Konsep-konsep ilmu sejarah inilah yang digunakan sebagai alat
untuk mengkaji sejarah yang analitis-kritis serta ilmiah.

Ilmu-ilmu bantu ini digunakan sejarawan sebagai sumber utama dalam


penyusunan kembali (rekontruksi) peristiwa sejarah. Untuk merekontruksi
peristiwa sejarah, ilmu-ilmu bantu ini disesuaikan dengan periode dan topik.

Pada periode pra sejarah, hindu-budha, Islam, serta kedatangan bengsa


Eropa ke Indonesia, ilmu-ilmu bantu yang digunakan ialah ilmu paleografi,
palontropologi, arkeologi, paleologi, numismatik, ikonografi, filologi, ilmu-
ilmu keramik, epigrafi. Sedangkan pada periode awal sejarah modern dan
kontemporer, ilmu-ilmu sosial, bahan-bahan etnografi, statistik, lebih sering
digunakan dalam penyusunan sejarah.

BAB IV
METODOLOGI ILMU SEJARAH

Metode adalah sebuah cara atau prosedur untuk berbuat dan


mengerjakan sesuatu dalam sebuah sistem yang teratur dan terencana.
Terdapat prasyarat yang ketat dalam melakukan sebuah penelitian.
Metodologi adalah sebuah ilmu yang mengkaji tentang metode. Menurut
Sartono Kartodirdjo, metode dibedakan dengan metodologi. Metode lebih

24
kepada cara bagaimana memperoleh pengetahuan (how to
know), sedangkan metedologi adalah cara bagaimana mengetahui apa yang
diketahui (to know how to know)].

Metodologi harus memperhatikan kerangka pemikiran tentang konsep,


kategori, model, hipotesis, dan prosedur umum dalam sebuah teori.
Sedangkan, teori adalah kaidah yang mendasari sebuah gejala dan sudah
dilakukan vertifikasi. Dengan memahami kerangka teori dan konsep, penulis
dapat menjelaskannya secara kritis.

Terdapat dua kelompok besar aliran penulis sejarah, yaitu :

1. Sejarah Naratif (narrative history), yaitu penulisan sejarah berupa narasi


tanpa memanfaatkan teori dan metodologi.

2. Sejarah Analitis (analytical history), yaitu penulisan sejarah yang


memanfaatkan teori dan metodologi.Untuk membuat sebuah analisis
diperlukan kerangka teori dan konsep pemikiran. Dalam penulisan
sejarah naratif kerangka teori tidak terlalu dianggap penting karena
sudah secara langsung di deskripsikan. Sedangkan, dalam penulisan
sejarah analitis inilah diperlukan kehadiran teori dan konsep. Dalam
rangka penulisan sejarah analitis inilah diperlukan suatu metode dan
metodologi.

Sebagai sebuah prosedur, metode Ilmu Sejarah mengajukan beberapa


prasyarat, yaitu :

A. HEURISTIK

Berasal dari Bahasa Yunani heuristiken yang berarti menemukan atau


mengumpulkan sumber. Sumber yang dimaksud adalah sumber sejarah

25
yang tersebar berupa catatan, kesaksian, dan fakta-fakta lainnya. Bahan-
bahan sebagai sumber sejarah kemudian dijadikan alat, bukan tujuan.
Dengan kata lain orang harus mempunyai data lebih dulu untuk menulis
sejarah. Kajian tentang sumber-sumber adalah suatu ilmu tersendiri yang
disebut heuristik.

Sumber-sumber sejarah dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Sumber kebendaan (material sources).


 Sumber tertulis (record), seperti; dokumen, arsip, dll.
 Sumber fisik berupa benda, seperti; artefak, keramik, tempat kejadian,
dll.
2. Sumber non kebendaan (immaterial sources), berupa tradisi,
kepercayaan, dll.
3. Sumber lisan, berupa kesaksian, hikayat, dll.

Tantangan bagi seorang peneliti dalam proses heuristik biasanya adalah :

1. Sumber tulisan.
 Tempat sumber tulisan itu didapatkan.
 Kondisi fisik yang sudah tua dan tidak utuh lagi.
 Masalah Bahasa dan jenis tulisan.
 Mengenai keberadaan sumber tersebut, sebagai sumber primer,
sekunder, atau tersier.
2. Sumber benda.
 Ketebatasan pengetahuan budaya mengenai kegunaan benda
tersebut.
 Pengetahuan mengenai bahan serta teknik pengolahan.
 Kondisi fisik yang tidak utuh lagi.
3. Sumber lisan.
 Status narasumber sebagai pelaku atau saksi.

26
 Keterbatasan informasi mengenai apa yang dilakukan, di lihat, dan
di dengar.
 Faktor kesehatan dan usia narasumber.
 Tingkat pendidikan narasumber.
 Keturunan/generasi narasumber.

Sumber sejarah adalah yang bisa memberi penjelasan tentang peristiwa


masa lampau. Data dan informasi yang di dapat akan menjadi bahan untuk
melakukan interpretasi akan sebuah peristiwa. Seorang peneliti harus
melakukan klasifikasi sumber untuk menentukan hubungan antara sumber
dan peristiwa. Selain itu, klasifikasi juga digunakan untuk memberi peringkat
keshahihan sumber tersebut.

Ada banyak cara untuk memilah informasi dalam sejarah, Antara lain:

1. Berdasarkan kurun waktu (kronologis).


2. Berdasarkan wilayah (geografis).
3. Berdasarkan Negara (nasional).
4. Berdasarkan kelompok atau suku bangsa (etnis).
5. Berdasarkan topik atau pokok bahasan (topical).

Dalam pemilahan tersebut, harus diperhatikan bagaimana cara


penulisannya. Perhatikan masalah temporal dan spasial dari tema yang
dipilih. Jika hal tersebut tidak dijelaskan, maka sejarawan mungkin akan
terjebak ke dalam falsafah ilmu lain, misalnya sosiologi.

Ada beberapa teknik terkait heuristik :

 Studi kepustakaan, studi mengenai sumber-sumber tertulis berupa


naskah, buku, serta jurnal yang diterbitkan.

27
 Studi kearsipan, arsip biasanya di dapat dari sebuah lembaga baik
Negara maupun swasta.
 Wawancara, dapat dilakukan langsungsung dengan individu
maupun kelompok.
 Observasi, pengamatan secara langsung di lapangan bersama
objek.

Keempat studi tersebut dapat dilakukan tanpa harus secara tertib,


tergantung pada relevansi dan kebutuhan penulis.

B. KRITIK (VERIFIKASI) SUMBER

Bekal utama seorang peneliti sejarah adalah sifat tidak percaya terhadap
semua sumber sejarah. Peneliti harus lebih dahulu mempunyai prasangka
yang jelek atau ketidak percayaan terhadap sumber sejarah yang tinggi.
Peneliti sejarah mengejar kebenaran ( truth). Padahal kebenaran sumber
harus diuji lebih dahulu dan setelah hasilnya memang benar maka sejarawan
baru percaya adanya kebenaran itu (truth). Banyak sumber sejarah yang
meragukan dan jangan-jangan memang sengaja dipalsukan untuk
mengecoh pendapat publik.

Kritik merupakan produk proses ilmiah yang dapat dipertanggung


jawabkakn dan agar terhindar dari fantasi, manipulasi atau fabrikasi dan
sebagai upaya untuk mendapatkan otentisitas dan kredibilitas sumber.
Sumber-sumber pertama harus dikritik. Sumber harus diverifikasi atau diuji
kebenarannya dan diuji akurasinya atau ketepatannya. Metedologi sejarah
memikirkan bagaimana menguji sumber-sumber itu agar menghasilkan
fakta keras (hard fact).

28
Dengan demikian sumber sejarah dapat digunakan dengan aman .
Dalam hal ini yang selalu diingat bahwa sumber itu harus :

 Dapat dipercaya (Credible).


 Penguatan saksi mata (Eyewitness).
 Benar (Truth).
 Tidak dipalsukan (Unfabricated).
 Handal (Reliable).

1. Kritik Eksternal (Luar)

Kritik Eksternal adalah usaha mendapatkan otentisitas sumber dengan


melakukan penelitian fisik terhadap suatu sumber. Kritik eksternal mengarah
pada pengujian terhadap aspek luar dari sumber. Otentisitas mengacu pada
materi sumber yang sezaman. Jenis-jenis fisik dari materi sumber, katakan
dokumen atau arsip adalah kertas dengan jenis, ukuran, bahan, kualitas, dan
lain-lain. Dokumen ditulis dengan tangan atau diketik, ataukah ketik
komputer. Demikian pula jenis tintanya apakah kualitas bagus, atau jenis isi
ulang.

Akan diragukan jika dikatakan dokumen pada masa Penjajahan Jepang


digunakan kertas kualitas bagus, sebab pada waktu itu ada dalam kondisi
perang dan semuanya serba mengalami penurunan kualitas. Jadi, kritik
eksternal adalah kritik fisik yang sesuai dengan anak zaman.

2. Kritik internal (Dalam)

Kritik Internal adalah kritik yang mengacu pada kredibilitas sumber,


artinya apakah isi dokumen ini terpercaya, tidak dimanipulasi, mengandung
bias, dikecohkan, dan lain-lain. Kritik internal ditujukan untuk memahami
teks. Pemahaman isi teks diperlukan latar belakang pikiran dan budaya

29
penulisnya. Mengapa demikian karena apa yang tersurat sangat berbeda
dengan yang tersirat diperlukan pemahaman dari dalam (from within).

Isi teks sering multi interpretable, bermakna ganda dan sering


dimaksudkan sesuai dengan sudut pandang penulisnya. Dalam teks itu
banyak hal yang tersembunyi dan tidak disampaikan dalam bahasa lugas,
tetapi dalam bahasa tertutup dan penuh metafora. Tugas peneliti teks
adalah membuka ketertutupan ini sehingga menghasilkan informasi
terpercaya. Dengan kata lain, peneliti harus mampu membuka “amplop
informasi”.

Jika seorang mahasiswa kos menulis surat dengan istilah mengalami


“kecelakaan” kepada orang tuanya di kota lain, maka orang tuanya harus
membuat interpretasi terhadap hal-hal yang tersirat dari suratnya itu. Kata
“kecelakaan” harus dikaitkan dengan konteksnya, misalnya untuk perbaikan
sepeda motornya yang lecet minta dikirim 25 juta rupiah. Ada apa dengan
kata “kecelakaan”?

 Otentisitas

Kita umpamakan saja, kita temukan sebuah surat, notulen rapat, dan
daftar langganan majalah Sarotomo. Kertasnya sudah menguning, baik
surat, notulen, atau daftar baru menemukan dokumen saja sudah suatu
prestasi, rasanya tidak sampai hati untuk tidak mempercayai. Untuk
mengetahui keaslian sumber, rasanya terlalu mengada-ada, sebab untuk
apa orang memalsukan dokumen yang tak berharga itu..?

Surat, Notulen, dan daftar itu harus kita teliti kertasnya, tintanya, gaya
tulisannya, bahasanya, kalimatnya, ungkapannya, kata-katanya, hurufnya,
dan semua penampilan luarnya untuk mengetahui otensititasnya. Selain
kepada dokumen tertulis, juga kepada artifak, sumber lisan, dan sumber
kuantitatif, kita harus membuktikan keasliannya.

30
 Kredibilitas

Baru sesudah kita tentukan bahwa dokumen itu otentik, kita akan
meneliti apakah dokumen itu bisa dipercaya. Taruhlah kita akan meneliti
Surat Pengangkatan sebagai Ketua Koperasi Batik. Harus kita buktikan
apakah benar Sarekat Islam punya Koperasi Batik, tahun itu ketua
koperasinya Lowong, orang itu adalah anggota Sarekat Islam. Dan
Kredibilitas foto, misalnya foto ucapan selamat dalam upacara
penyumpahan, itu akan Nampak dalam pertanyaan apakah waktu itu
sudah lazim ada upacara selamat atas pengangkatan seseorang. Kalu
semuanya positif, tidak ada cara lain kecuali mengakui bahwa dokumen itu
Credible

C. Interpretasi

Setelah fakta-fakta disusun, dilakukanlah interpretasi. Interpretasi sangat


esensial dan krusial dalam metodologi sejarah. Interpretasi atau penafsiran
bersifat individual, sehingga seringkali subjektif. Hal ini dipengaruhi oleh
latar belakang sang penulis.

Fakta-fakta sejarah yang berhasil dikumpulkan belum bnyak bercerita.


Fakta-fakta tersebut harus disusun dan digabungkan satu sama lain
sehingga membentuk sebuah cerita peristiwa sejarah. Hubungan kausalitas
antar fakta-fakta menjadi penting untuk melanjutkan pekerjaan melakukan
interpretasi. Orang sering kali mengalami kegagalan interpretasi yang
disebabkan beberapa fakta yang ternyata tidak memilliki kausalitas, misalnya
dalam menginterpretasikan sejarah politik kolonial bangsa Eropa.

Dalam melakukan interpretasi, fakta-fakta yang akan digunakan harus


diseleksi dahulu, mana fakta yang mempunyai hubungan kausalitas antara
satu dengan lainnya.

31
Sebagai kelanjutan dari proses sebelumnya, interpretasi dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu :

 Interpretasi Analisis, yaitu dengan mengurai kata satu persatu sehingga


memperluas perspektif terhadap fakta tersebut.
 Interpretasi Sintesis, yaitu dengan mengumpulkan beberapa fakta dan
menarik kesimpulan dari fakta-fakta itu.

Dari proses kedua cara tersebut dapat dibedakan, tetapi hasil yang
diharapkan sama. Namun demikian, istilah dalam kajian sejarah selalu
menikuti historical analysis dan historical interpretation, jarang
menggunakan historical synthesis.

Dalam melakukan interpretasi, penulis juga dituntut untuk imaginatif.


Penulis diharapkan berimajinasi agar dapat masuk dan merasakan apa yang
terjadi dalam kurun waktu tersebut.

Beberapa interpretasi mengenai sejarah yang muncul dalam aliran-aliran


filsafat dapat di kelompokkan sebagai berikut :

 Interpretasi Monistik, ialah interpretasi yang bersifat tunggal atau suatu


penafsiran yang hanya mencatat peristiwa besar dan perbuatan orang
yang terkemuka. Interpretasi ini meliputi:
 Interpretasi Teologis, yang menekankan pada takdir Tuhan.
 Interpretasi Geografis, yang peranan sejarah ditentukan oleh faktor
geografis.
 Interpretasi Ekonomi, yang secara deterministik menunjukkan bahwa
factor ekonomi sangat berpengaruh.
 Interpretasi Rasial, yang penafsirannya ditentukan oleh peranan rasa tau
suku bangsa.

32
 Interpretasi Pluralistik, interpretasi semacam ini dimunculkan oleh para
filosof abad ke-19 yang mengemukakan bahwa sejarah akan mengikuti
perkembangan-perkembangan sosial, budaya, politik, dan ekonomi
yang menunjukkan pola peradaban yang bersifat multikompleks.

Ilmu sejarah adalah ilmu yang bersifat terbuka seperti ilmu-ilmu lainnya.
Sejarah akan menerima penemuan-penemuan baru lainnya asalkan bisa
dipertanggung jawabkan secara metodologis.

D. HISTORIGRAFI

Historiografi adalah fase akhir dalam proses penelitian sejarah. Penulisan


sejarah (historiografi) merupakan cara penulisan, pemaparan, atau
pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Penulisan sejarah
merupakan representasi kesadaran penulis sejarah dalam masanya.

Pengikasan sejarang itu jelas sebagai suatu kenyataan subjektif, karena


setiap orang dapat mengwmukakan pendapatnya terhadapa apa yang telah
terjadi itu dengan berbagai interpretasi yang erat kaitannya dengan sikap
hidup, pendekatan dan orientasinya.

Penulis sejarah yang menganut relativisme historis, mengedepakan sikap


netral dalam penulisan sejarah. Kecendrungan subjektif selalu mewarnai
bentuk-bentuk penulisan sejarah. Hal ini karena, kerangka pengungkapan
atau penggambaran atau penggambaran atas kenyataan sejarah itu
ditentukan oleh penulis sejarah atau sejarawan akademis, sedangkan
kejadian sejarah aktualitas itu juga dipilih dengan konstruksi menurut
kecendrungan seorang penulis.

Ibnu Khaldun menyatakan bahwa, terdapat beberapa faktor yang


dianggap sebagai kelemahan dalam penulisan sejarah (historiografi), yaitu :

33
 Sikap pemihakan kepada penukil berita sejarah.
 Sejarawan terlalu percaya pada penukil bertia sejarah.
 Sejarawan gagal menangkap maksud dari apa yang didengar dan
dilihat serta menurunkan laporan atas dasar kekeliruan yang salah.
 Sejarawan memberikan asumsi tak beralasan tentang sumber berita.
 Ketidaktahuan sejarawan dalam mencocokan keadaan dengan
kebenaran yang sebenarnya.
 Kecendrungan sejarawan untuk mendekatkan diri kepada penguasa
atau orang yang berpengaruh.
 Sejarawan tidak mengetahui watak berbagai kondisi yang muncul
dalam peradaban.

Kepribadian sejarawan merupakan faktor dominan yang dapat


menjuruskan penulisan sejarah menjadi subjektif, maka sudah sepatutnya
seluruh kesadaran sejarawan hendaknya diselimuti oleh sistem kebudayaan.

Hasil penulisan sejarah tidak seluruhnya relatif, karena dalam karya


seperti itu dapat pula diperoleh hal-hal yang absolut, yakni yang tidak
diragukan keshashihannya. Penafsiran terhadap peristiwa sejarah akan
beragam dalam historiografi, yang barang kali jumlahnya sebanyak oaring
yang menulisnya.

Sejarah Singkat Perkembangan Historiografi di Indonesia

Dalam perkembangan historiografi di Indonesia, terdapat beberapa corak


yang memiliki karakteristik yang berbeda. Jenisnya, Antara lain: historiografi
tradisional (cenderung masih didominasi oleh aspek magic religious, kisah
sejarahnya adalah milik kolektif), historiografi kolonial (menonjolkan peranan
bangsa Belanda dan memberikan tekanan pada aspek politis, ekonomis, dan

34
institusional, kisah sejarahnya cenderung bersifat mitos), dan historiografi
nasional. Ketiga corak tersebut belum bertitik tolak dari kepentingan ilmiah.

Setelah proklamasi, terdapat upaya dominan untuk melihat sejarah dari


aspek nasional. Historiografi yang berkembang adalah sejarah ideologis
yang menanamkan suatu nilai terutama semangat nasionalisme, heroisme
dan patriotisme.

Historiografi Indonesia modern mulai diperkenalkan sekitar tahun 1957,


tepatnya pada saat penyelenggaraan Seminar Sejarah Nasional pertama di
Yogyakarta. Tahun itu dianggap sebagai titik tolak kesadaran sejarah baru.

E. EKSPLANASI

Eksplanasi merupakan perluasan pertanyaan faktual untuk mengetahui


alasan dan jalannya sebuah peristiwa. Mengapa dan Bagaimana merupakan
pertanyaan analistis-kritis yang juga menuntut jawaban yang analistis-kritis
yang bermuara pada penjelasan dan sintesis sejarah.

1. Kaidah-Kaidah Penjelasan Sejarah

 Regularity (keajekan, keteraturan, konsistensi)

Regularity adalah penjelasan antar peristiwa yang mengandung prediksi


sejarah menjadi pejelasan dalam peristiwa ( inner coherence). Artinya secara
ajek gejal-gejala muncul dimana saja terjadi suatu peristiwa.

Contoh : pejelasan sejarah tentang sebab-musabab Revolusi Indonesia.


Sekali diterangkan bahwa revolusi itu adalah revolusi pemuda, maka semua
tempat peristiwa harus disebabkan oleh pemuda, baik dipusat maupun di
daerah.

 Generalisasi

35
Adalah persamaan karakteristik tertentu. “suatu bagian yang menjadi cirri
sebuah kelompok, juga menjadi ciri dari kelompok yang lain pula”. Konsep-
konsep sejarah seperti “feodalisme”, “puritanisme”, dan “pergerakan
nasional” semuanya mengandung generalisasi konseptual

 Inferensi Statistik, Metode Statistik.

Inferensi statistik dan metode statistik menjadi andalan dalam generalisasi.


Data yang berupa angka dikumpulkan, ditabulasi, digolong-golongkan atau
dikelompokkan sehingga dapat memberi informasi yang berarti mengenai
suatu kesimpulan

 Pembagian waktu dalam sejarah

Sejarawan melakukan klasifikasi atas waktu, sejarawan membuat


periodisasi. Realitas sejarah sendiri terus-menerus mengalir tanpa sekat-
sekat, dan pembabakan waktu adalah hasil konseptualisasi sejarawan,
suatu rasionalisasi. Rasionalisasi bukan generalisasi. Rasionalisasi lahir dari
pemikiran teoritis, sedangkan generalisasi adalah hasil dari gejala empiris.

 Narrative History

Sejarah adalah cerita masa lalu. Tugas sejarawan adalah menyusun


bersama secara teratur. Susunan yang teratur itu sendiri tidak terdapat
dalam gejala sejarah, tetapi justru tugas sejarawanlah untuk membuatnya
teratur. Cara sejarawan menyusun adalah dengan merekonstruksi masa
lalu, menghubungkan fakta yang satu dengan yang lainnya, sehingga
terbentuklah suatu cerita.

 Multi-Interpretable

36
Bahwa ilmu sejarah yang dipahami sebagai menafsirkan, memahami dan
mengerti, cukup menjelaskan adanya subjektivisme dan relativisme dalam
penjelasan sejarah. Sehingga sejarah bakal Multi-Interpretable.

2. Model - Model Eksplanasi

1. Kausalitas
Model ini berupaya menjelaskan peristiwa sejarah dengan merangkai
berbagai fakta dalam sintesis hubungan sebab akibat ( cause-effect).
Penjelasan dalam hukum kausalitas dimulai dengan mencari sejumlah
sebab untuk peristiwa yang sama. Sebab yang banyak tersebut disebut
kemajemukan sebab (multiplicity of causes).

2. Covering Low`Model
Model ini berpendapat bahwa setiap penjelasan dalam sejarah harus bisa
diterangkan oleh hukum umum ( general law) atau hipotesis universal
(universal hypothesis) atau hipotesis dalam bentuk universal (hypothesis
of universal form).
Menurut teori CLM, tidak ada perbedaan antara ilmu alam dengan
sejarah. Penjelasan sejarah diperoleh dengan menempatkan peristiwa-
peristiwa itu di bawah hipotesis, teori, dan hukum umum.

3. Hermeneutika
Hermeneutika menekankan secara jelas antara ilmu alam dengan ilmu
kemanusiaan. Penganut hermeneutika berpendapat bahwa perbuatan
manusia hanya bisa diterangkan dengan kajian ideografik (kekhususan,
partikularistik) daripada nomotetik (keumuman, generalistik).
Pengertian hermeneutika erat hubungannya dengan penafsiran teks-teks
dari masa lalu dan penjelasan pelaku sejarah.

4. Model Analogi

37
Analogi berperan penting dalam proses kreativitas intelektual. Analogi
berperan ke dalam maupun luar. Ke dalam, analogi dapat meningkatkan
suatu yang tidak disadari oleh inferensi awal ke tingkat rasional alam
pikiran. Ke luar, analogi bekerja sebagai pengalihan pikiran seseorang
kepada orang lain.
Penggunaan analogi dalam eksplanasi sejarah berpotensi menimbulkan
kekeliruan. Karena itu, sejarawan dituntun lebih selektif dalam
menggunakannya.

Analogi juga berkaitan dengan metafora. Beberapa contoh metafora


sejarah, Antara lain :

 Machiavellian, diambil dari nama Niccolo Machiavelli untuk


menggambarkan dokrin politik seseorang yang menggunakan
berbagai cara untuk mencapai tujuan politiknya.

 Cut the Gordian Knot, dari nama Raja Gordius dari Phrygia kuno untuk
menggambarkan penggunaan cara-cara drastic tanpa bersussah
payah.

 Pyrrhic Victiry, dari nama Raja Pyrrhus dari Epirus untuk


menggambarkan sebuah kondisi dimana kemenangan perang
diperoleh dengan kerugian besar.

 Carthaginian Peace, dari nama Kartago yang dilakukan Romawi untuk


menghindari kebangkitan sebuah kekuatan.

5. Motivasi
Eksplanasi model motivasi dibagi atau dua bagian :

 Bentuk eksplanasi kausal, suatu perbuatan inteligen, sedangkan sebab


merupakan pikiran dibelakang perbuatan itu.

38
 Bentuk tingkah laku yang berpola, menekankan penggunaan
pendekatan psikohistoris yang berpijak pada teori psikoanalisis dai
Sigmund Freud.

Kelemahan pendekatan ini terletak pada keterbatasan-keterbatasan


metode psikoanalisis sendiri, selain prosedur historiografi yang kurang
memadai. Kecendrungan sejarawan tetap pada eksplanasi rasional yang
dikungkung dalam metode historisme.

BAB V
KEKUATAN SEJARAH

Orang yang sedang memancing di pinggir sungai dan senar pancingnya


dibawa arus, pasti berpikir bahwa air di tempat itu deras, lalu ia berpindah
tempat, sesuai dengan naluri pemancingannya. Akan tetapi, yang sering
dilupakannya ialah air itu menjadi deras karena tanahnya terlalu miring.
Bahkan ia lupa bahwa air itu mengalir ke bawah, karena tanah di bawah
sungai itu menurun.

Demikian juga kalau kita sedang menunggu Angkutan Kota di pinggir


jalan, kita hanya melihat bahwa mobil-mobil hilir mudik. Yang kita lupakan
ialah jalan itu berhubungan dengan jalan lain terus-menerus dan
membentuk jaringan. Tanah miring yang menggerakan air sungai diatasnya
dan jaringan jalan tempat Angkutan Kota dan mobil-mobil hilir mudik itu
adalah kekuatan-kekuatan sejarah yang menggerakan tetapi luput dari
pandangan karena letaknya yang tersembunyi atau terlalu abstrak untuk di
bayangkan.

39
Demikianlah, orang hanya mengenal peristiwa-peristiwa di permukaan,
tetapi tidak mengetahui apa yang memungkinkan peristiwa itu terjadi. Carl
G.Gustavson dalam A Preface of History mengidentifikasi enam kekauatan
sejarah, yaitu ekonomi, agama, institusi (terutama politik), teknologi,
ideology dan militer. Kita masih dapat menambahkannya : individu, seks,
umur, golongan, etnis dan ras, mitos dan budaya.

1. Ekonomi sebagai kekuatan sejarah

Dari sejarah dunia kita belajar bahwa terciptanya Jalan Sutera dari
Tiongkok ke Eropa ialah karena kepentingan ekonomi. Eksplorasi Eropa
ke dunia Timur sebagian besar karena alasan ekonomi. Kedatangan
orang-orang Eropa di Amerika bagian selatan, perdagangan perbudakan
dan kedatangan para pengejar “American Dream” karena alasan itu pula.

Barangkali karena alasan ekonomilah Trunojoyo menyerang Mataram,


Madura selalu bersaing dengan Jawa dan arena blokade Belanda telah
menghentikan arus ekonomi dari Jawa ke Madura, terpaksalah sebagian
elit politik M.adura menerima pembentukan Negara Madura sesudah
Proklamasi 1945.

2. Agama sebagai kekuatan sejarah

Munculnya agama Kristen, masuknya Kristen ke Eropa, dan terbentuknya


Zaman Pertengahan di Eropa sebagian besar dapat dijelaskan dengan
agama. Demikian juga gerakan Kontra Reformasi.

Pada zaman pergerakan nasional, gerakan yang khusus keagamaan


diantaranya ialah Muhammadiyah (1912) dan Nahdlatul Ulama (1926).
Muhammadiyah adalah gerakan “amar ma’ruf nahi munkar” yang
berusaha kembali kepada sumbernya yaitu al-Qur’an dan Hadist. Karena

40
itu ia harus menghadapi budaya Jawa yang dianggap penuh kurafat dan
ajaran Islam yang ada dianggap penuh bid’ah.

Reaksi terhadap Muhammadiyah yang antimazhab dan Syarekat Islam


yang penuh politik, lahirlah Nahdlatul Ulama yang menegaskan kembali
pentingnya mazhab yang jumlahnya empat (Syafi’i, Hambali, Maliki dan
Hanafi) dan sebuah gerakan agama yang non politik.

3. Institusi sebagai kekuatan sejarah

Sejak zaman klasik, Yunani selalu bermusuhan dengan Sparta dan Persia
karena perbedaan institusi. Yunani selalu digambarkan sebagai sebuah
Republik yang demokratis sementara Sparta dan Persia adalah tirani.

Dalam sejarah Indonesia, institusi, terutama Negara juga merupakan


kekuatan yang menggerakan sejarah. Yang akan menulis sejarah politik,
mungkin puas dengan melihat institusi politik. Akan tetapi, bagi penulis
sejarah sosial atau sejarah ekonomi dapat melihat kekuatan sejarah di
belakang institusi. Sejarah itu bisa berlapis-lapis.

4. Ideologi sebagai kekuatan sejarah

Gerakan Nasionalisme merupakan ideologi yang melahirkan banyak


lembaga politik. Sebagai gerakan yang dipengaruhi oleh romantisme,
nasionalisme juga juga mempunyai pengaruh dalam kesusastraan.
Poedjangga Baroe yang didefinisikan seni sebagai gerakan sukma,
terbagi ke dalam dua kubu. Kubu pertama melihat Indonesia lebih
sebagai Timur dan kubu kedua yang lebih memilih Barat sebagai model.

5. Militer sebagai kekuatan sejarah

41
Selain bangsa Belanda, pada zaman Belanda diangkat orang-orang
Indonesia sebagai tentara. Para raja pribumi juga diwajibkan untuk
membentuk pasukan. Demikianlah, misalkan, Barisan Madura dipakai
Belanda untuk memadamkan Perang Aceh. Dalam Perang Dipenogoro
peran serdadu Belanda tidak terpisahkan dari penyelesaian perang.
Mereka lebih professional dari tentara Dipenogoro yang kebanyakan
pasti direkrut dari penduduk.

Dan masih banyak lagi komponen lainnya yang menjadi kekuatan


sejarah. Kekuatan sejarah itu berjalan seperti api dalam sekam. Kita
mengira politik itu menentukan, sehingga kita membayar mahal untuk
pesta demokrasi, untuk memegang kekuasaan dan kemenangan. Kita
tidak tahu bahwa politik itu hanya sepersekian dari kekuatan sejarah.
Kadang kekuatan-kekuatan sejarah itu berjalan sendiri, kadang-kadang
terjadi secara bersamaan. Sebuah revolusi terjadi bila kekuatan-kekuatan
sejarah bergabung.

BAB VI
PREDIKSI SEJARAH

Prediksi dalam sejarah (history of future), bisa diartikan sebagai


pembuatan proyeksi ke depan atau ke masa depan. Hal ini dianggap sangat
perlu, karena tanpa pandangan atau proyeksi ke depan tadi, sejarah serupa
seseorang yang meloncat dalam gelap, yaitu melangkah tanpa arah pasti.

Hanya saja, seperti disebutkan Kuntowijoyo, prediksi dalam sejarah


bukanlah tugas pokok sejarawan, tetapi yang menjadi tugas utama
sejarawan adalah merekonstruksi masa lampau. Menurut sejarawan dan
budayawan muslim ini, tentang prediksi itu, awal kali muncul, yang ada

42
hanya ramalan (prediksi cuaca), ramalan bisnis dan ramalan statistic. Akan
tetapi kalaupun sejarawan mau membuat prediksi dalam sejarah, yaitu
berbicara tentang masa depan, ia harus ekstra hati-hati. Sebab, sejarah tidak
memiliki fakta untuk itu. Prediksi sejarah menurut Kuntowijoyo, hanya
ekstrapolasi, atau pemikiran berdasarkan historical trend.

Tidak jauh berbeda dengan Kuntowijoyo, untuk melakukan prediksi


historis ini, Louis Gottschalk, menawarkan langkah operasional lebih konkrit
dan dianggap dapat membantu ahli sejarah. Pertama, operasional pemikiran
dengan penuh hati-hati, sejarawan melakukan prediksi-prediksi sendiri.
Kedua, operasional dengan membuat analogi sejarah atau mengqiyaskan
dengan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi, serta dengan mengusut trend-
trend sejarah.

Perlu dibedakan antara ramalan atau prediksi dalam sejarah dengan


prediksi dalam politik atau sosiologi. Dalam politik dan sosiologi, prediksi
cenderung didasarkan pada fenomena social, dan ramalan dalam bidang ini
diperlukan sebagai antisipasi-antisipasi ke depan agar terindar dari
kebijakan-kebijakan keliru dan bahaya. Akan tetapi prediksi dalam sejarah
harus dilandaskan pada data masa lalu itu sendiri. Dengan peristiwa masa
lalu itulah, prediksi kecenderungan masa depan diprioritaskan secara
optimal.

BAB VII
GUNA DAN FUNGSI SEJARAH

A. FUNGSI INTRINSIK

1. Sejarah sebagai ilmu

43
Sejarah sebagai ilmu artinya siapa saja dapat mengaku sebagai sejarawan
secarah sah asal hasilnya dapat dipertanggungjawabkan sebagai ilmu.

2. Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau


Terhadap sejarah setelah orang mengetahui masa lampaunya pasti akan
melestarikan atau menolaknya.

3. Sejarah sebagai pernyataan pendapat


Banyak penulis sejarah yang menggunakan ilmunya untuk menyatakan
pendapat.

4. Sejarah sebagi profesi


Tidak semua lulusan sejarah dapat tertampung dalam profesi
kesejarahannya dan malah tidak sedikit yang menjadi guru di luar ilmunya.

B. FUNGSI EKSTRINSIK

Fungsi sejarah yang penting untuk dipahami adalah fungsi edukatif yang
mencakup :

1. Sejarah sebagi pendidikan moral


Jika pendidikan moral harus berbicara tentang benar dan salah maka
sejarah harus berbicara dengan fakta. Fakta sangat penting
dalam sejarah tanpa fakta tidak boleh bersuara.

2. Sejarah sebagai pendidikan penalaran


Mempelajari sejarah secara kritis atau menulis sejarah secara ilmiah akan
mendorong meningkatkan daya nalar orang yang bersangkutan.

3. Sejarah sebagai pendidikan politik


44
Sejarah mengandung pendidikan politik karena peristiwa tertentu
menyangkut tindakan politik atau kegiatan bersifat politik.

4. Sejarah sebagai pendidikan kebijakan


Kebijakan di masa lampau sangat mungkin dapat dija dikan bahan acuan
dalam menghadapi kehidupan di masa kini.

5. Sejarah sebagai pendidikan perubahan

Sejarah adalah proses yang menyangkut perubahan. Pada dasarnya


kehidupan manusia terus berubah, walaupun kadar perubahan dari
waktu ke waktu tidak sama. Perubahan itu karena di sengaja atau tidak di
sengaja. Sejarah bisa relevan dengan perubaan asalkan tidak mempelajari
waktu yang terlalu jauh.

6. Sejarah sebagai pendidikan keindahan


Pengalaman estetik akan datang melalui mata waktu kita antara lain
datang ke monumen, cand, istana dan membaca. Kita hanya diminta
untuk membuka hati dan perasaan.

7. Sejarah sebagai alat bantu


Sejarah sebagai pengetahuan dan ilmu dapat membantu
menjelaskanpermasalahan yang dikaji oleh ilmu-ilmu lain seperti
antropologi, sosiologi, ekonomi, politik, hukum dll.

8. Sejarah sebagai latar belakang


Tanpa mengetahui sejarah latar belakang maka seseorang tidak akan
menjadi terampil.

9. Sejarah sebagai bukti


Sejarah selalu dipakai untuk membenarkan perbuatan.
45
C. GUNA SEJARAH

Sejarah mempunyai beberapa kegunaan atau manfaat antara lain :

A. Kegunaan Edukatif
Banyak manusia yang belajar dari sejarah. Belajar dari pengalaman yang
pernah di lakukan. Pengalaman tidak hanya terbatas pada pengalaman
yang di alaminya sendiri, melainkan juga dari generasi sebelumnya.
Dengan belajarsejarah seseorang akan senantiasa berdialog anatara
masa kini dan masa lampau sehingga bisa memperoleh nilai-nilai penting
yang berguna bagi kehidupannya. Nilai-nilai itu dapat berupa ide-ide
maupun konsep kreatif sebagai sumber motivasi bagi pemecahan
masalah kini dan selanjutnya untuk merealisasikan harapan masa yang
akan datang.

B. Kegunaan Inspiratif
Berbagai kisah sejarah dapat memberikan inspirasi pada para pembaca
dan pendengarnya. Belajar sejarah disamping akan diperoleh ide-ide
atau konsep-konsep baru kreatif yang berguna bagi pemecahan masalah
masa kini, juga penting untuk memperoleh inspirasi dan semangat bagi
mewujudkan identitas sebagai suatu bangsa, semangat nasionalisme
maupun dalam upaya mnumbuhkan harga diri bangsa.

C. Kegunaan Rekreatif
Sejarah sebagai kisah dapat memberi suatu hiburan yang segar. Melalui
penulisan sejarah yang menarik pembaca dapat terhibur. Membaca
menjadi media hiburan yang rekreatif.

D. Kegunaan Instruktif

46
Kegunaan instruktif sejarah berkaitan dengan fungsi sejarah dalam
menunjang bidang-bidang teknologi, dalam artian bahwa studi tahu hasil
penelitian sejarah yang menyangkut penemuan-penemuan teknik
sepanjangsejarah kehidupan manusia, dimana sejarah masing-masing
penemuan tersebut diperlukan bagi usaha menjelaskan prinsip-prinsip
kerja teknik-teknik tertentu dalam masa setelahnya

BAB VIII
JENIS-JENIS SEJARAH

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, maka berimbas terhadap


semakin beraneka ragamnya kajian topik sejarah yang diteliti oleh para ahli.
Tema sejarah terbagi menjadi beberapa jenis yang didasarkan pada objek
yang dikaji, wilayah yang menjadi kajian dan aspek-aspek lainnya. Berikut
deskripsi tentang jenis-jenis sejarah berdasarkan objek atau tema yang dikaji
:

1. Sejarah Politik
Sejarah politik merupakan sejarah yang membicarakan soal keterkaitan
atau hubungan timbal balik antara aktivitas manusia dengan pemerintah.

2. Sejarah Ekonomi
Sejarah ekonomi merupakan mengenai perekonomian, yaitu aktivitas
masnusia dalam mengelola sumber daya dalam rangka memenuhi
kebutuhannya, terutama kebutuhan jasmani.

3. Sejarah Kebudayaan

47
Sejarah kebudayaan merupakan sejarah tentang kebudayaan, dengan
kebudayaan, kebutuhan manusia (rohani dan jasmani) dapat terpenuhi.
Hal itu dapat terwujudkan karena manusia memiliki akal dan budi
sehingga berbeda dengan makhluk lainnya. Apabila kebutuhan pokok
manusia terpenuhi, manusia akan beranjak menikmati kebutuhan
psikisnya dengan menikmati hasil budaya, di antaranya kesenian. Maka
timbullah sejarah kesenian seperti seni suara, seni tari, seni ukir dll.

4. Sejarah Teknologi
Sejarah teknilogi menggambarkan bagaimana manusia menciptakan cara
atau alat-alat agar apa yang dikehendaki mudah di peroleh. Ditinjau dari
cara membuat sesuatu, pada mulanya manusia menggunakan tangan.
Demi kebutuhan yang terus meningkat, dipergunakanlah mesin yang
dapat bekerja lebih cepat dan efektif. Jenis teknologi yang digunakan pun
terus ber-evolusi.

5. Sejarah Sosial
Sejarah sosial mempunyai bahan garapan yang amat luas dan beraneka
ragam. Kebanyakan sejarah sosial juga mempunyai hubungan dengan
sejarah ekonomi, sejarah politik, sejarah budaya dan bidang-bidang
lainnya.

6. Sejarah Geografi
Sejarah geografi ini dikaitkan dengan masalah sejarah yang memiliki
keterkaitan dengan geografi, untuk menjawab pertanyaan “dimana
peristiwa itu terjadi?” baik secara langsung maupun tidak
langsung.peristiwa sejarah dalam sejarah geografi ini dikaitkan dengan
tempat dan lokasi kejadiannya. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan
tentang geografi (ilmu geografi) sangat diperlukan, kemudian muncul
pertanyaan “mengapa di tempat tersebut?”. Selain itu, pengetahuan
geografi juga penting dalam perjalanan sejarah bangsa.
48
7. Sejarah Pendidikan
Sejarah pendidikan merupaka uraian tentang proses perkembangan
pendidikan di suatu daerah. Secara umum pendidikan dibedakan atas
tingkat dasar, menengah dan tinggi. Dari kualitas dan suatu tingkat
pendidikan setempat dapatlah diketahui sudah maju atau tidakkah
pendidikan masyarakat tersebut.

8. Sejarah Nasional
Sejarah nasional menceritakan sejarah bangsa Indonesia mulai sejak awal
pertumbuhannya sampai sekarang. Sejarah nasional memuat bagaimana
keadaan masyarakat nenek moyang kita, kepercayaannya, serta hasil
budayanya. Setelah kedatangan Hindu-Budha, diceritakan pula masuk
dan perkembangan Islam serta kedatangan bangsa barat yang
melakukan penjajahan sampai akhirnya bangsa nusantara (pribumi)
melakukan perlawanan untuk melepasakan diri dari belenggu penjajahan.

9. Sejarah Dunia
Sejarah dunia menceritakan peristiwa penting sejumlah Negara,
hubungan antar Negara serta peristiwa dan fakta dari sejumlah Negara
yang memepengaruhi Negara-negara yang ada di belahan bumi lainnya.
Jadi sejarah dunia menceritakan bagaimana situasi Negara-negara
diseluruh kawasan dunia ini dan hubungannya satu dengan yang lainnya.

10. Sejarah Lokal


Sejarah lokal mengandung pengertian tentang sejarah pada suatu
daerah atau tempat tertentu yang tidak menyebar ke daerah lain.
Peristiwa-peristiwa yang muncul hanyalah dari daerah tertentu dan
memuat masalah-masalah di daerah tersebut.

49
BAB IX
KONSEP SEJARAH

Beberapa konsep yang dikembangkan dalam ilmu sejarah. Antara lain :

A. Perubahan

Konsep perubahan merupakan istilah yang mengacu kepada suatu hal


yang menjadi tampil beda. Konsep tersebut demikian penting dalam sejarah
dan pembelajaran sejarah, mengingat sejarah itu sendiri pada hakekatnya
adalah perubahan

Kita sering mendengar sindiran “tidak ada di dunia ini yang abadi, kecuali
perubahan itu sendiri”. Bahkan, seorang futuris ternama Amerika Serikat,
Alvin Toffler (1981) mengemukakan bahwa “perubahan tidak sekadar penting
dalam kehidupan, tetapi perubahan itu sendiri adalah kehidupan”.

B. Peristiwa

Konsep peristiwa memiliki arti sebagai kejadian yang menarik maupun


luar biasa karena memilik keunikan. Dalam penelitian sejarah, peristiwa selalu
menjadi objek kajian, mengingat salah satu karakteristik ilmu sejarah adalah
mencari keunikan - keunikan yang terjadi pada peristiwa tertentu, dengan
penekanan pada tradisi – tradisi relativisme.

C. Sebab dan Akibat

Istilah sebab merujuk kepada pengertian faktor – faktor determinan


fenomena pendahulu yang mendorong terjadinya suau perubahan,
perbuatan, maupun peristiwa berikutnya, sekaligus sebagai suatu kondisi
yang mendahului peristiw. Sedangkan akibat adalah sesuatu yang

50
menjadikan kesudahan atau hasil dari suatu pebuatan maupun dampak dan
peristiwa

D. Nasionalisme

Konsep nasionalisme, secara sederhana memiliki arti rasa kebangsaan, di


mana kepentingan Negara dan bangsa mendapat perhatian besar dalam
kehidupan bernegara.

E. Kemerdekaan atau Kebebasan

Konsep kemerdekaan atau kebebasan adalah nilai utama dalam


kehidupan politik bagi setiap Negara dan bangsa, maupun umat manusia
yang senantiasa diagung-agungkan, sekalipun tidak selamanya dipraktikkan.

Arti penting kemerdekaan ini dapat dilihat pada ketentuan yang


mengatur hak-hak asasi manusia universal yang disetujui dengan suara bulat
oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Tanggal 10 Desember 1948.

F. Kolonialisme

Konsep kolonialisme merujuk kepada bagian imperialisme dalam


ekspansi bangsa-bangsa Eropa Barat ke berbagai wilayah lainnya di dunia
sejak abad ke-15 dan 16. Pada puncak perkembangannya, kolonialisme
merajalela pada abad ke-19. Dimana hampir setiap Negara Eropa memiliki
daerah jajahan di Asia, Afrika dan Amerika.

G. Revolusi

Konsep revolusi merujuk pada suatu pengertian tentang perubahan


sosial politik yang radikal, berlangsung cepat dan besar-besaran. Revolusi

51
terjadi ketika berbagai kesulitan perang dan krisis keuangan Negara berhasil
diatasi, namun memiliki institusi-institusi yang rentan terhadap revolusi.

Skocpol yang mengidentifikasi tiga cirri yang menyebabkan kerentanan


Revolusi tersebut, yaitu :

1. Lembaga militer Negara sangat inferior terhadap militer dari Negara-


negara pesaingnya
2. Elite yang oyonom mampu menentang ataumenghadang implementasi
kebijaksanaan yang dijalankan pemerintah pusat
3. Kaum petani memiliki organisasi pedesaan yang otonom

H. Peradaban

Konsep peradaban atau civilization merupakan konsep yang merujuk pada


suatu entitas kultural seluruh pandangan hidup manusia yang mencakuo
nilai, norma, institusi dan pola pikir terpenting dari suatu masyarakat yang
terwariskan dari generasi ke generasi. Selain itu, peradaban menunjuk
kepada suatu corak maupun tingkatan moral yang menyangkut penilaian
terhadap totalitas kebudayaan. Jadi, peradaban jauh melebihi luasnya dari
suatu kebudayaan yang saling memengaruhi.

I. Perbudakan

Pada hakekatnya, konsep perbudakan atau slavery adalah suatu istilah


yang menggambarkan suatu kondisi dimana seseorang maupun kelompok
tidak memiliki kedudukan dan peranan sevagai manusia yang memiliki hak
asasi sebagai manusia yamg layak

J. Waktu

52
Konsep waktu dalam hal ini (hari, tanggal, bukan, tahun, windu, abad dan
milenium) merupakan konsep esensial dalam sejarah. Begitu penting nya
mengenai waktu yang digunakan baik dalam riset historis dan empiris dalam
perspektif kronologis, fungsionalis, strukturalis maupun simbolis.

Secara alternative, ilmuwan atau sejarawan dapat menggunakan


penempatan subjektif dari saat kemarin, sekarang dan yang akan datang.
Mengenai pentingnya pemahaman tentang waktu, menurut Sztompka
terdapat enam fungsi waktu, yaitu :

1. Sebagai penyelaras tindakan


2. Sebagai koordinasi
3. Sebagai bagian dalam tahapan atau rentetan peristiwa
4. Menempati ketepatan
5. Menentukan ukuran
6. Untuk membedakan suatu masa tertentu dengan lainnya.

53
54
55

Anda mungkin juga menyukai