A. PENGERTIAN SEJARAH
1. secara etimologi
a. sajaratun (arab : pohon)
b. story (inggris : peristiwa masa lalu)
c. historia (yunani : yang diketahui)
d. geschict (jerman : sesuatu yang telah terjadi)
2. menurut para ahli
a. Herodotus ( bapak sejarah dunia ) , yaitu suatu kajian untuk menceritakan suatu
perputaran jatuh bangunnya seorang tokoh, masyarakat dan peradaban
b. Aristotie (Aristoteles), suatu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan
tersusun dalam bentuk kronologi
c. R.G. Colling Wood, suatu bentuk penyelidikan tentang hal-hal yang telah
dilakukan manusia pada masa lampau
d. Moh. Yamin, SH: Sejarah menurut Moh. Yamin, SH adalah suatu ilmu
pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat
dibuktikan dengan bahan kenyataan
e. Sheper, peristiwa yang telah lalu dan benar-benar terjadi
3. secara istilah
sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau
kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia.
2. Ruang
Sebuah sejarah tentunya terikat pada ruang atau tempat tertentu yang merujuk
pada aspek geografis. Geografi itu sendiri meninjau kegiatan manusia dan peristiwa
yang terjadi dalam dimensi ruang. Dengan adanya unsur / dimensi ruang maka akan
memberikan pemahaman kepada pembaca tentang peristiwa sejarah menjadi riil
Seperti yang dikemukakan oleh Teori Determinisme Geografis bahwa ada
hubungan yang erat antara peristiwa dengan ruang yaitu faktor geografis sebagai satu
– satunya faktor penentu jalannya peristiwa sebuah sejarah. Dimana proses sejarah
berlangsung dengan batasan berdasarkan lokasi terjadinya. Oleh karena itulah, sejarah
dapat dibagi atas sejarah lokal, sejarah daerah, sejarah nasional, sejarah benua, dan
sejarah dunia.
3. Waktu
Tidak hanya terikat pada ruang, sejarah juga terikat dengan waktu / period. Waktu
merupakan unsur yang sangat penting dalam konsep sejarah karena sejarah
membahas aktivitas manusia dalam kurun waktu tertentu. Dimana yang dimaksud
kurun waktu adalah batasan waktu yang sistematis yang terdiri batasan awal dan akhir
Konsep waktu berbicara tentang bagaimana manusia memanfaatkan waktu
dengan kesadaran diri mereka masing – masing. Manusia adalah makhluk hidup yang
memiliki kesadaran terhadap waktu sehingga hanya manusialah yang memiliki
sejarah
Sejarah juga disajikan secara sistematis dimana rangkaian peristiwanya diurutkan
berdasarkan waktunya. Kita dapat mengatakan bahwa sejarah bersifat kronologis
yakni terdapat periodesasi di dalamnya. Konsep waktu memiliki kesatuan dari
kelangsungan waktu yang terdiri atas tiga dimensi yaitu waktu yang lalu, sekarang
dan akan datang.
4. Kausalitas
Jika penyampaian sejarah bersifat deskriptif maka fakta – fakta yang perlu
diungkapkan berkaitan dengan apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana.
Keingintahuan terhadap peristiwa sejarah sebagian besar tentunya akan terpenuhi jika
diketahui data deskriptifnya.
Sebagai contoh, penggunaan pertanyaan bagaimana, akan menjawab beberapa
keterangan tentang sebab-sebabnya meskipun hanya disampaikan secara implisit
tidak eksplisit. Sedangkan jika disusul dengan pertanyaan mengapa,
E. KARAKTERISTIK SEJARAH
1. ditulis secara kronologis untuk menghindari kronisme/kerancuan
2. mencakup 3 dimensi waktu, yaitu lalu, sekarang dan yang akan datang
3. merupakan sebab dan akibat
4. kebenaran bersifat sementara sampai ditemukan bukti yang baru
3. Interpretasi
Interpretasi yaitu proses menafsirkan fakta sejarah yang telah ditemukan melalui
proses kritik sumber sehingga akan terkumpul bagian-bagian yang akan menjadi fakta
serumpun. Pada tahap interpretasi atau penafsiran ini penulis melakukan penafsiran
terhadap sumber-sumber yang sudah mengalami kritik ekstern dari data-data yang
diperoleh guna menyambungkan fakta-fakta yang masih berserakan. Interpretasi atau
penafsiran sering disebut sebagai biang subjektifitas. Sebagian itu benar, tetapi
sebagian itu salah. Benar karena tanpa penafsiran sejarawan, data tidak dapat
berbicara. Sejarawan yang jujur akan mencantumkan data dan keterangan darimana
itu diperoleh. Itulah sebabnya, subjektifitas penulis sejarah diakui, tetapi untuk
dihindari. Menurut pembagiannya, interpretasi ada dua macam, yaitu analisis yang
berarti menguraikan, dan sintesis yang berarti menyatukan.
e. Zaman Logam
1. Zaman Perunggu
Teknik pembuatan barang-barang dari perunggu ada 2 yaitu:
Teknik a cire perdue = teknik cetak hilang
Teknik bivalve = teknik cetak ulang
Adapun barang peninggalannya yaitu:
Nekara
Moko
Kapak corong
Arca
2. Zaman Besi
Peninggalannya berupa:
Mata panah
Mata tombak
Pada masa berburu dan meramu, manusia purba membuat alat-alat dari batu
yang masih kasar, tulang, dan kayu disesuaikan dengan keperluannya, seperti kapak
perimbas, alat-alat serpih, & kapak genggam. Selain itu, masyarakat/manusia Pra
aksara juga membutuhkan api untuk memasak & penerangan pada malam hari. Di
samping berburu, masyarakat jaman ini juga mengumpulkan tumbuhan yang mereka
temukan seperti ubi, keladi, daun-daunan, dan buah-buahan.
Migrasi dua sekitar 2000 SM. Wilayah Nusantara kedatangan Bangsa Melayu
Tua. Bangsa Melayu Tua adalah suatu ras Mongoloidyang berasal dari daerah Yunan.
Dan memilika ciri- ciri berbadan tinggi ramping, kulit sawo mateng rambut lurus,
bentuk mulut dan hidung sedang.
Penyebab Bangsa Melayu Tua meninggalkan tempat asalnya: Adanya desakan
suku- suku liar yang datangnya dari Asia Tengah, adanya peperangan antar suku,
adanya bencana alam di tempat asalnya. Peninggalan kebudayaannya adalah kapoak
lonjong dan kapak dan kapak persegi adalh hasil kebudayaan Neolitikum. Mereka
sudah mengenal budaya bercocok tanam yang maju dan berternak dengan demikian
mereka sudah bisa menghasilkan makanan sediri (food producing)
Migrasi ke tiga ke Nusantara terjadi pada 500 SM, dengan datangnya orang-
orang melayu tua yang bercampur dengan bangsa Aria di daratan Yunan mereka
disebut orang Melayu Muda. Bangsa ini memiliki ciri- ciri yang sama dengan orang
Melayu Tua. Mereka membawa kebudayaan perunggu telah mengenal logam sebagai
alat perkakas hidup dan alat produksi.
2. Pendapat kedua menyebutkan bahwa banga Indonesia juga bersifat aktif dalam proses
penerimaan agama dan kebudayaan Hindu Budha. Dua teori yang menyokong
pendapat ini adalah teori arus balik dan teori Sudra.
a. Teori Arus Balik (Nasional) oleh F.D.K Bosch
Teori arus balik menjelaskan bahwa penyebaran Hindu Budha di
Indonesia terjadi karena peran aktif masyarakat Indonesia di masa silam. Menurut
Bosch, pengenalan Hindu Budha pertama kali memang dibawa oleh orang-orang
India. Mereka menyebarkan ajaran ini pada segelintir orang, hingga pada akhirnya
orang-orang tersebut tertarik untuk mempelajari kedua agama ini secara langsung
dari negeri asalnya, India. Mereka berangkat dan menimba ilmu di sana dan
sekembalinya ke Indonesia, mereka kemudian mengajarkan apa yang
diperolehnya pada masyarakat Nusantara lainnya.
ISLAM
A. TEORI MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA
1. Teori Gujarat
Teori gujarat adalah teori masuknya Islam ke Indonesia yang pertama kali
dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan J. Pijnapel. Dalam teori ini disebutkan
bahwa Islam di Indonesia sebetulnya berasal dari Gujarat, India dan mulai masuk
sejak abad ke 8 Masehi.
Berdasarkan teori ini, masuknya Islam ke Indonesia ini diyakini berasal
dari Gujarat karena didasarkan pada adanya bukti berupa batu nisan Sultan
Samudera Pasai Malik as-Saleh berangka tahun 1297 yang bercorak Gujarat.
Selain itu, teori gujarat juga didasarkan pada corak ajaran Islam yang cenderung
memiliki warna tasawuf. Ajaran ini dipraktikan oleh orang muslim di India
Selatan, mirip dengan ajaran Islam di Indonesia pada awal berkembangnya Islam.
2. Teori Persia
Teori persia adalat teori masuknya Islam ke Indonesia yang dikemukakan
oleh Hoessein Djajadiningrat. Dalam teori ini dikemukakan bahwa Islam yang
masuk ke Indonesia adalah Islam yang berasal dari Persia (Iran). Islam diyakini
dibawa oleh para perdagang Persia mulai pada abad ke 12. Teori persia
berlandaskan pada bukti maraknya paham Syiah pada awal masuknya Islam ke
Indonesia. Selain itu, ada kesamaan tradisi budaya Persia dengan budaya
masyarakat Islam Indonesia. Peringatan 10 Muharam atau hari Asyura di Iran
dengan upacara Tabuik atau Tabut di Sumatera Barat dan Jambi sebagai lamang
mengarak jasad Husein bin Ali bin Abi Thalib yang terbunuh dalam peristiwa
Karbala menjadi salah satu contohnya. Adanya suku Leran dan Jawi di Persia
menunjukan bukti bahwa orang-orang Persia yang membawa Islam ke Indonesia.
Suku ini disinyalir merujuk pada orang-orang Leran dari Gresik dan suku Jawa.
Selain itu, dalam suku Jawa dikenal dengan tradisi penulisan Arab Jawa atau Arab
Pegon sebagaimana diadopsi oleh masyarakat Persia atas Tulisan Arab. Hal ini
diperkuat dengan istilah Jer yang lazim digunakan masyarakat Persia.
3. Teori Arab atau Teori Mekah
Berdasarkan teori Arab, masuknya Islam ke Indonesia diyakini berasal
dari Arab, yaitu Mekkah dan Madinah pada abad perama Hijriah atau abad ke 7
Masehi. Pendapat ini didasarkan pada adanya bukti perkampungan Islam di Pantai
Barus, Sumatera Barat, yang dikenal sebagai Bandar Khalifah. Wilayah ini
disebut dengan wilayah Ta-Shih. Bukti ini terdapat dalam dokumen dari Cina
yang ditulis oleh Chu Fan Chi yang mengutip catatan seorang ahli geografi, Chou
Ku-Fei. Dia mengatakan adanya pelayaran dari wilayah Ta-Shih yang berjarak 5
hari perjalanan ke Jawa. Dalam dokumen China keberadaan komunitas muslim
Arab di Pantai Barus tercatat sekitar tahun 625 Masehi. Menilik tahun tersebut,
berarti hanya sembilan tahun dari rentang waktu ketika Rasululloh menetapkan
dakwah Islam secara terbuka kepada penduduk Mekkah. Beberapa sahabat telah
berlayar dan membentuk perkampungan Islam di Sumatera. Pelayaran ini sangat
mungkin terjadi mengingat adanya perintah Rasululloh agar kaum muslimin
menuntut ilmu ke negeri Cina. Hal ini berarti Islam masuk ke Indonesia saat
Rosululloh masih hidup. Bukti arkeologis juga ditemukan di Barus, berupa sebuah
makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus. Pada salah satu batu
nisannya tertulis nama Syekh Rukunuddin yang wafat pada tahun 672 M. Para
arkeolog dari Ecole Francaise D’extreme-Orient Prancis dan Pusat Penelitian
Arkeologi Nasional menyatakan bahwa sekitar abad 9 sampai 12 Masehi, Barus
menjadi sebuah perkampungan dari berbagai suku bangsa seperti Arab, Aceh,
India, Cina, Tamil, Jawa, Bugis, dan Bengkulu.Bukti lain yang mendukung teori
masuknya Islam ke Indonesia adalah munculnya kerajaan Islam pertama di
Indonesia, yaitu Kerajaan Perlak yang diteruskan oleh Kerajaan Samudra Pasai.
Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan bercorak paham Syafi’i yang kala itu
dianut banyak penduduk Mesir dan Mekah
o hiasan kaligrafi
o kubah
o bentuk masjid. Contoh masjid beratap tumpang yaitu Masjid beratap
tumpang, antara lain sebagai berikut. Masjid Agung Cirebon dibangun
pada abad ke-16, Masjid Angke, Tambora dan Marunda di Jakarta
dibangun pada abad ke-18.Masjid Katangka di Sulawesi Selatan
dibangun pada abad ke-17. Masjid Agung Demak dibangun pada abad
ke-16.Masjid Baiturahman di Aceh, dibangun pada masa pemerintahan
Sultan Iskandar Muda, yakni pada abad ke-17.Masjid JeparaMasjid
Ternate, dan Masjid Banten
2. Makam
Makam khususnya untuk para raja bentuknya seperti istana disamakan
dengan orangnya yang dilengkapi dengan keluarga, pembesar, dan pengiring
terdekat. Budaya asli Indonesia terlihat pada gugusan cungkup yang
dikelompokkan menurut hubungan keluarga. Pengaruh budaya Islam terlihat pada
huruf dan bahasa Arab, misalnya Makam Puteri Suwari di Leran (Gresik) dan
Makam Sendang Dhuwur di atas bukit (Tuban).
3. Seni Rupa dan Aksara
Akulturasi bidang seni rupa terlihat pada seni kaligrafi atau seni khot,
yaitu seni yang memadukan antara seni lukis dan seni ukir dengan menggunakan
huruf Arab yang indah dan penulisannya bersumber pada ayat-ayat
suci Al Qur'an dan Hadit. Adapun fungsi seni kaligrafi adalah untuk motif batik,
hiasan pada masjid-masjid, keramik, keris, nisan, hiasan pada mimbar dan
sebagainya.
4. Seni Sastra
Seni sastra Indonesia di zaman Islam banyak terpengaruh dari sastra Persia. Di
Sumatra, misalnya menghasilkan karya sastrayang berisi pedoman-pedoman
hidup, seperti cerita Amir Hamzah, Bayan Budiman dan 1001 Malam. Di samping
itu juga mendapat pengaruh Hindu, seperti Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Sri
Rama. Cerita Panji pada zaman Kediri (Hindu) muncul lagi dalam bentuk Islam,
seperti Hikayat Panji Semirang. Hasil seni sastra, antara lain sebagai berikut.
Suluk, yaitu kitab yang membentangkan ajaran tasawuf. Contohnya ialah
Suluk Wujil, Suluk Sukarsa, dan Suluk Malang Sumirang. Karya sastra yang
dekat dengan suluk ialah primbon yang isinya bercorak kegaiban dan ramalan
penentuan hari baik dan buruk, pemberian makna kepada sesuatu kejadian dan
sebagainya.
Hikayat, yakni saduran cerita wayang.
Babad, ialah hikayat yang berisi sejarah. Misalnya Babad Tanah Jawi isinya
sejarah Pulau Jawa, Babad Giyanti tentang pembagian Mataram menjadi
Surakarta dan Yogyakarta dan sebagainya.
Kitab-kitab lain yang berisi ajaran moral dan tuntunan hidup, seperti Tajus
Salatin dan Bustan us Salatin.
5. Sistem Kalender
Pada zaman Khalifah Umar bin Khatab ditetapkan kalender Islam dengan
perhitungan atas dasar peredaran bulan yang disebut tahun Hijriah. Tahun 1
Hijrah (H) bertepatan dengan tahun 622 M. Sementara itu, di Indonesiapada saat
yang sama telah menggunakan perhitungan tahun Saka (S) yang didasarkan atas
peredaran matahari. Tahun 1 Saka bertepatan dengan tahun 78 M. Pada tahun
1633 M, Sultan Agung raja terbesar Mataram menetapkan berlakuknya tahun
Jawa (tahun Nusantara) atas dasar perhitungan bulan ( 1 tahun =354 hari). Dengan
masuknya Islam maka muncul sistem kalender Islam dengan menggunakan nama-
nama bulan, seperti Muharram (bulan Jawa; Sura),Shafar (bulan Jawa; Sapar),
dan sebagainya sampai dengan Dzulhijah (bulan Jawa; Besar) dengan tahun
Hijrah (H).
6. Seni Musik dan Tari
Akulturasi pada seni musik terlihat pada musik qasidah dan gamelan pada
saat upacara Gerebeg Maulud. Di bidang seni tari terlihat pada tari Seudati yang
diiringi sholawat nabi, kesenian Debus yang diawali dengan membaca Al Qur'an
yang berkembang di Banten, Aceh, dan Minangkabau.
7. Sistem Pemerintahan
Pada zaman Hindu pusat kekuasaan adalah raja sehingga raja dianggap
sebagai titisan dewa. Oleh karena itu, muncul kultus “dewa raja”. Apa yang
dikatakan raja adalah benar. Demikian juga pada zaman Islam, pola tersebut
masih berlaku hanya dengan corak baru. Raja tetap sebagai penguasa tunggal
karena dianggap sebagai khalifah, segala perintahnya harus dituruti.
5. Perhimpunan Indonesia
Pada tahun 1925 didirikan sebuah organisasi yang merupakan perkembangan dari
beberapa organisasi yang menyulut semangat mahasiswa, yang kemudian organisasi
ini semakin aktif dalam memberantas kolonialisme. Hal tersebut terlihat dari
keaktifannya dalam mengikuti Kongres Liga Demokrasi Perdamaian Internasional di
Paris pada tahun 1926, kemudian Perhimpunan Indonesia hadir dalam Liga Anti
Kolonial di Brussels
2. KH.Samanhudi
Beliau lahir di Laweyan, Solo pada tahun 1868 dari keluarga
pedagang. Pada tahun 1905, beliau mendirikan Serikat Dagang
Islam (SDI), organisasi yang menentang Belanda dan
memperjuangkan martabat pedagang pribumi. SDI berubah menjadi
Sarekat Islam (SI) pada tahun 1912 dan pada kongres tahun 1913,
beliau terpilih menjadi ketua. KH. Samanhudi juga terlibat dalam gejala politik pasca
kemerdekaan dengan membentuk Barisan Pemberontak Indonesia yang melawan
Belanda NICA, dan lascar rakyat yang bernama Gerakan Kesatuan Alap-Alap.
3. H.O.S Cokroaminoto
Beliau lahir di Ponorogo,pada tahun 1882 dari keluarga R.M
Cokroamiseno, seorang pegawai pemerintahan yang pernah
menjabat sebagai bupati. Sepak terjang politiknya menonjol pada
tahun 1912. Saat itu beliau mendirikan SDI yang kelak akan
berubah menjadi SI. Kata mutiaranya yang termasyhur “ setinggi-
tinggi ilmu,semurni-murni tauhid dan sepintar-pintar siasat”.
4. KH.Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan adalah tokoh pergerakan nasional yang lama belajar
pengetahuan Agama di Mekkah. Beliau mendirikan
Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta.
Tujuan Muhammadiyah adalah mengajarkan Agama Islam dengan
Al-Qur’an dan Hadist.
5. Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Suwardi
Suryaningrat. Bersama dengan Danudirja Setiabudi (Douwes
Dekker), dan Cipto Mangunkusumo, beliau mendirikan Indische
Partij. Mereka bertiga dikenal dengan sebutan Tiga Serangkai.
Indische Partij menuntut kemerdekaan Indonesia. Beliau juga
mendirikan Perguruan Taman Siswa. Perguruan ini mengajarkan kepada siswanya
sifat kebangsaan. Karena peranannya sangat besar dalam dunia pendidikan, Ki Hajar
Dewantara diberi julukan sebagai Bapak Pendidikan Nasional.
6. Wahid Hasyim
Wahid Hasyim adalah putra Hasyim Ashari, pelopor dan pendiri NU
(Nahdatul Ulama). Tujuan NU adalah memecahkan berbagai
persoalan umat Islam baik dalam hal Agama maupun kehidupan di
masyarakat. Tahun 1938, Wahid Hasyim bergabung dengan NU.
Empat tahun kemudian beliau diangkat sebagai ketua NU.
Perkembangan NU sebagai organisasi politik dan keagamaan tidak terlepas dari
peranannya.
7. Douwes Dekker
Beliau mendirikan Nationale Indische Partij pada tahun 1912 yang
merupakan sebuah partai politik. Menilai Budi Utomo terbatas pada
bidang kebudayaan saja, maka Douwes Dekker mendirikan sebuah
partai politik. Ernest François Eugène Douwes Dekker masih
terhitung saudara dengan pengarang buku Max Haveelar, Eduard
Douwes Dekker. Douwes Dekker sendiri yang tidak sepenuhnya berdarah Indonesia,
namun ia dengan segenap jiwa dan raga berjuang untuk pergerakan nasional
Indonesia. National Indische Partij pun aktif dalam berbagai organisasi internasional,
seperti Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan, serta Liga Demokrasi
Internasional untuk menarik perhatian dunia internasional. Douwes Dekker
mencurahkan pikiran dan tenaganya demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
A. KRONOLOGIS PROKLAMASI
1. Jepang menyerah kepada Sekutu
Pada pertemuan di Saigon (Vietnam) tanggal 11 Agustus 1945 pukul 11.40 waktu
setempat kepada para pemimpin bangsa Indonesia (Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta,
dan Dr. Radjiman Wediodiningrat), Jenderal Besar Terauchi menyampaikan hal-hal
berikut. Pemerintah Jepang memutuskan memberikan kemerdekaan kepada bangsa
Indonesia.Untuk melaksanakan kemerdekaan dibentuk PPKI sebagai pengganti
BPUPKI. Pelaksanaan kemerdekaan segera dilakukan setelah persiapan selesai
dilakukan dan secara berangsur-angsur dari Pulau Jawa, baru disusul oleh pulau
lainnya.Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas wilayah Hindia Belanda.
Akibat pengeboman Kota Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika mengakibatkan
Jepang kehilangan kekuatan, sehingga Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu
pada tanggal 14 Agustus 1945.
2. Peristiwa Rengasdengklok
Setelah mendengar berita Jepang menyerah kepada Sekutu, bangsa Indonesia
mempersiapkan dirinya untuk merdeka. Waktu yang singkat itu dimanfaatkan sebaik-
baiknya. Perundingan-perundingan diadakan di antara para pemuda dengan tokoh-
tokoh tua, maupun di antara para pemuda sendiri.
Walaupun demikian, di antara tokoh pemuda dengan golongan tua sering terjadi
perbedaan pendapat, akibatnya terjadilah “Peristiwa Rengasdengklok”.
Pada tanggal 16 Agustus pukul 04.00 WIB, Bung Hatta dan Bung Karno beserta Ibu
Fatmawati dan Guntur Soekarno Poetra dibawa pemuda ke Rengasdengklok, kota
kawedanan di pantai utara Kabupaten Karawang, tempat kedudukan cudan (kompi)
tentara Peta.
Tujuan peristiwa ini dilatarbelakangi oleh keinginan pemuda yang mendesak
golongan tua untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Pemuda
membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok agar tidak terpengaruh
oleh Jepang.
Setelah melalui perdebatan dan di tengah-tengahi Ahmad Soebardjo, menjelang
malam hari, kedua tokoh yitu akhirnya kembali ke Jakarta. Rombongan Soekarno–
Hatta sampai di Jakarta pada pukul 23.30 waktu Jawa zaman Jepang (pukul 23.00
WIB).
3. Perumusan Teks Proklamasi
Perumusan teks proklamasi sampai dengan penandatanganannya baru selesai
pukul 04.00 WIB pagi hari, tanggal 17 Agustus 1945 di rumah Laksamana Maeda di
Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. (tempat Ahmad Soebardjo bekerja). Tokoh tokoh
yang hadir: Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ahmad Soebardjo, para anggota
PPKI, dan para tokoh pemuda, seperti Sukarni, Sayuti Melik, B.M. Diah, dan Sudiro.
Teks proklamasi dirumuskan di ruang makan yaitu Ir. Soekarno, sedangkan Drs.
Mohammad Hatta dan Ahmad Soebardjo turut mengemukakan ide-idenya secara
lisan.
Pada saat itu juga telah diputuskan bahwa teks proklamasi akan dibacakan di halaman
rumah Ir. Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta pada pagi hari pukul 10.00
WIB.
4. Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan
Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada hari
Jum’at tanggal 17 Agustus 1945.Sesuai kesepakatan yang diambil di rumah
Laksamana Maeda, para tokoh Indonesia menjelang pukul 10.30 waktu Jawa zaman
Jepang atau 10.00 WIB telah berdatangan ke rumah Ir. Soekarno. Mereka hadir untuk
menjadi saksi pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Acara yang disusun dalam upacara di kediaman Ir. Soekarno itu, antara lain sebagai
berikut:
a. Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
b. Pengibaran bendera Merah Putih.
c. Sambutan Wali Kota Suwiryo dan dr. Muwardi.
Pelaksanaan upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dihadiri oleh tokoh
tokoh Indonesia lainnya, seperti Mr. Latuharhary, Ibu Fatmawati, Sukarni, dr. Samsi,
Ny. S.K. Trimurti, Mr. A.G. Pringgodigdo, dan Mr. Sujono.
3. DI/TII JATENG
Tokoh: Mahfudz Abdurrahman (Kyai Somalangu).
Tempat:Di Kabumen
Usaha pemerintah: Pemerintah menurunkan pasukan TNI dengan nama Operasi
Banteng Raiders.
*GMI
4. DI/TII ACEH
Latar belakang :Daud Beureuh merasa kecewa atas hilangnya kedudukan sebagai
Gubernur militer. Turunnya status Aceh dari daerah istimewa menjadi daerah
keresidenan.
Tujuan :Mendirikan Negara Islam Indonesia (NII)
Tokoh :Tengku Daud Beureuh
Usaha Pemerintah :Melakukan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh
5. DI/TII SULSEL
Latar belakang :Tuntutan Kahar Muzakar untuk masuk APRIS ditolak.
Tujuan :Untuk mendirikan Negara Islam Indonesia (NII)
Tokoh :Kahar Muzakar dan Gerungan.
Usaha Pemerintah :Mengirim Divisi Siliwangi
6. DI/TII KALSEL
Latar belakang :Ibnu Hajar mendeklarasikan berdirinya DI/TII di Kalsel 10-10-1950.
Tujuan :Menyatakan gerakannya bagian dari DI/TII.
Tokoh :Ibnu Hajar dan Kerukunan Rakyat Yang Tertindas (KRYT).
Usaha Pemerintah:Memerintahkan suatu operasi militer