PENDAHULUAN
Pada makalah ini penulis akan membahas tentang mesin bor pembuat
terowongan atau yang lebih dikenal dengan Tunnel Boring Machine (TBM).
1
Secara khusus, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas besar mata kuliah Metode Pelaksanaan Konstruksi. Dan secara
umum, tujian penulisan makalah ini adalah agar penulis dan pembaca mampu
mengerti dan memahami tentang :
1. Pengertian dari Tunnel Boring Machine (TBM)
2. Cara kerja Tunnel Boring Machine (TBM)
3. Teknik pengeboran pada batuan
BAB II
PEMBAHASAN
2
gripping, pengebor, pengontrol, dan penyokong tanah, pemasang lining, alat
pemindah material, system ventilasi serta sumber tenaga. Sedangkan
pekerjaan rel, pembangkit tenaga dan saluran ventilasi dikerjakan pada bagian
belakang TBM merupakan pekerjaan pendukung.
TBM dapat digunakan pada batuan lunak hingga batuan keras.
Diamater alat ini bervariasi mulai dari semeter hingga 19 meter.
TBM dilengkapi dengan mata bor yang tersebar di permukaan kepala
bor. Kepala bor yang berbentuk silinder ini kemudian berputar dan menggerus
batuan. Begitu seterusnya sambil TBM bergerak maju.
TBM digunakan sebagai alternatif metode drilling and blasting
(D&B). Drilling and blasting merupakan metode konvensional untuk
membuat terowongan yang terdiri dari beberapa tahap dengan drilling
(membor) dan blasting (meledakkan) sebagai dua tahap paling utama.
3
Kekurangan terbesar TBM ada di biaya kapital (capital cost). Harga
TBM ukuran besar jelas sangat mahal, belum lagi kendala transportasi dan
infrastruktur penunjang yang perlu pula disiapkan di lapangan.
Tunnel Boring Machine (TBM) ini bisa digunakan baik pada batuan
lunak hingga batuan keras. Selain digunakan untuk membangun terowongan
untuk konstruksi sipil, TBM juga digunakan untuk penggalian terowongan
tambang bawah tanah. Dilengkapi dengan mata bor besar yang terdapat pada
permukaan kepala bor, TBM ini bekerja seperti robot yang tidak hanya
melakukan pengeboran namun juga menyemen dan membeton terowongan.
Sehingga, hasil dari pengeboran TBM ini akan langsung memiliki permukaan
yang rata, dan biasanya tidak memerlukan pekerjaan finishing lagi.
Karena ukurannya yang besar pengiriman TBM ke tempat pengeboran pun
biasanya dilakukan secara terpisah. Setelah sampai di tempat pengeboran, baru
nanti bagian-bagian ini akan dirakit kembali. Perakitan ini pun tidak dilakukan di
atas, namun di dalam lubang yang sebelumnya sudah dibuat terlebih dahulu.
Lubang ini nantinya akan menjadi jalan untuk memulai pengeboran.
Pemilihan metode tunneling dipengaruhi oleh beberapa factor,
diantaranya termasuk:
1. Kondisi Tanah, ini merupakan factor utama yang tidak hanya
mempengaruhi metode yang dipilih tetapi juga menjadi pembatas utama
bagi metode-metode tertentu.
a. Tanah Lunak: clay, gravel, sand, weathered rock
b. Batu: batu dengan rentang kekuatan dari yang relative lunak seperti
batuan sediment dengan UCS (unconfined compression strength) 10-
40 MPa sampai dengan batuan igneous kuat dengan UCS 150-300
MPa.
c. face: tunneling pada lapisan bedrock sering menghadapi bagian atas
tunnel face berupa tanah atau heavily weathered rock sementara
bagian bawah berupa batu.
2. Ukuran Tunnel, microtunnel dengan diameter kurang dari 0,9 m sampai
dengan full face TBM (tunnel boring machine) dengan diameter sampai
atau lebih dari 12 m semuanya membutuhkan perhatian dan penyelidikan
4
yang komprehensif terhadap kondisi tanah. Meningkatnya diameter tunnel
menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap problem-probem
khusus dalam tunneling.
3. Aspek Lingkungan, pengoperaisan peledakan maupun drill mungkin tidak
dapat dilakukan didaerah perkotaan, perubahan muka air tanah dan
perubahan pola drainase akibat aktivitas pekerjaan tunneling dapat
mempengaruhi permukaan tanah.
4. Variabel Lokal, ketersediaan tenaga kerja yang menguasai tunneling,
lokasi phisik lapangan, kondisi infrastruktur setempat adalah factor-faktor
yang juga turut mempangaruhi pemelihan metode
5
Shield tail. Bagian ini terletak di belakang shield body, dan
berfungsi sebagai penyedia ruangan untuk lining segments (precast
lining) yang akan dipasang selama proses pemasangan lining
berlangsung. Lebar tail umumnya sekitar satu setengah kali lebar unit
lining. Biasanya antara lining dan tail terdapat celah sebesar 25 mm
untuk melakukan koreksi alinemen.
Cutting edge. Shield bagian ini merupakan ujung terdepan
yang membutuhkan perkuatan dengan plat baja. Seringkali bagian ini
juga dilapis dengan material abrasion-resistant ketika menghadapi
tanah keras.
Compressed-air sering digunakan ketika tunneling dilakukan
di bawah muka air tanah di tanah pasir, disamping cara lain seperti
menurunkan muka air tanah, grouting, dan freezing. Kebutuhan
seperti ini menyebabkan dibuatnya alat TBM yang mampu melakukan
tunneling untuk tanah non-cohesive baik di atas maupun di bawah
m.a.t tanpa membutuhkan compressed air, yaitu dengan menggunakan
bentonite shield.
2. Slurry Shield
Prinsip dasar dari metode operasi slurry shield adalah dengan
meng-injeksikan slurry mixture bertekanan kedalam ruang yang
menutupi working face. Akibatnya, tanah yang berada di depan tunnel
face terpenetrasi dengan slurry dan menjadi cukup padat (efek filter
cake) sehingga dapat dipotong oleh cutter head. Potongan material
akan terkumpul di bagian bawah yang kemudian dipompa keluar.
Bentonite akan dimasukkan kembali ke bagian face setelah dipisahkan
dari partikel-partikel tanah.
3. Earth Pressure Balance (EPB) Shield
Shield bentuk ini digunakan pada tanah lunak di bawah m.a.t
tanpa menggunakan slurry. Sebuah cutter head yang berputar dan
dilengkapi dengan drag pick membentuk bagian depan dari shield
machine tipe ini. Material yang telah digali akan terkumpul dalam
ruang khusus di belakang cutter head dan membentuk sebuah plug
6
yang memberikan daya dukung ke bagian face dan mengontrol
pengaruh air tanah terhadap stabilitas tunnel face.
Debris yang terkompresi dikeluarkan menggunakan screw
conveyor dan dimasukkan ke dalam system pembuangan. Dengan
pengoperasian yang tidak membutuhkan slurry maupun air, maka
pembuangan debris dapat dilakukan dengan mudah dan relative
bersih.
C. Cutters
Bagian terpenting yang berfungsi untuk memotong tanah atau batu
yang ditempatkan pada bagian cutting head adalah cutters. Berbagai tipe
cutters digunakan dan dipilih sesuai dengan kondisi tanah setempat.
Beberapa macam cutters beserta fungsinya, yaitu:
1. Drag cutters (picks)
Digunakan untuk tunneling di tanah lunak, tersedia dalam
berbagai ukuran dan bentuk. Cara kerjanya adalah dengan memotong
dalam gumpalan besar tanah sehingga memungkinkan penggalian tanah
lunak dan plastis dilakukan secara efisien. Untuk penggalian batu drag
cutter akan mudah aus bahkan rusak jika menghadapi batuan massif.
2. Disc cutter
7
Disc cutter digunakan untuk memecahkan batu dengan cara
rolling dan menekan disc yang dipasang pada cutter head ke permukaan
tunnel. Cutters tersebut dipasang pada heavy capacity bearing.
Konfigurasi disc ini dapat berbentuk single, double, triple, atau multi
disc. Prinsip kerjanya adalah dengan membentuk groove pada batuan
disamping juga memberikan gaya geser untuk mematahkan puncak
groove yang tersisa. Batuan dengan nilai UCS sampai dengan 175 MPa
dapat dipotong dengan disc tipe ini. Batu dengan high abrasive akan
menimbulkan kesulitan jika menggunakan disc tipe ini, sehingga
aplikasinya terbatas pada batu dengan UCS yang lebih rendah.
Pemasangan tungsten carbide disekeliling disc dapat meningkatkat
aplikasinya pada batuan yang lebih keras.
3. Roller cutter
Ada dua tipe roller cutter: milled-tooth dan tungsten carbide
insert. Milled-tooth menyebabkan pecahnya batuan akibat penetrasi
lokal, hasilnya berupa serpihan batuan disekitar cutter dengan
keruntuhan kombinasi gaya geser dan tarik. Tungsten carbide insert
digunakan khusus jika karakter abrasive batuan diluar kemampuan
milled-tooth cutter. Galian batu dengan tungsten carbide insert roller
cutter menyebabkan disintegrasi batuan dengan cara grinding dan
pulverizing. Meskipun kecepatan penetrasinya relative lambat karena
diproduksinya butiran halus dalam jumlah besar, dan harga cutters yang
sangat mahal, cutter jenis ini mungkin merupakan tipe yang paling
mungkin berhasil jika menghadapi batuan paling kuat yang mungkin
ditemui saat penggunaan tunneling machine.
8
Centre cutters. Bagian pusat membutuhkan serangkaian cutter
untuk menghasilkan galian dengan cepat dan efektif pada kondisi
kecepatan pemotongan yang relative rendah. Beberapa desian cutting head
menggunakan cutters yang disusun dalam bentuk tricone untuk memecah
batuan. Jika hanya menggantungkan galian batuan dengan cara grinding
dan pulverizing pada posisi kunci ini, maka akan menyebabkan lambatnya
pergerakan maju dari tunneling.
Face cutters. Main face area umumnya digali dengan disc atau
roller, tegantung kekerasan batuan. Dalam beberapa situasi seperti pada
batuan yang lebih lunak juga digunakan drag cutter.
Gauge cutter. Bagian ini terletak di ujung luar dari cutting head,
dan bertujuan untuk membuat bukaan sesuai dengan ukuran yang
dibutuhkan. Gauge cutter umumnya dari tipe disc atau roller yang
ditingkatkan kekuatannya agar mampu menahan aus lebih lama.
9
Untuk proyek pembangunan, alat ini sangat jarang digunakan. Alat berat
untuk proyek pembangunan memang agak berbeda.(raw)
Proses kerjanya
Penggerusan Tanah
10
11
Pemasangan Segment
12
PEMBUATAN SEGMEN
13
PENGIRIMAN SEGMENT
PEMASANGAN SEGMENT
14
HASIL
15
Jika Gagal
16
2.3 Pengeboran Terowongan pada Batuan
Geologi adalah factor terpenting dalam menentukan jenis, bentuk dan
biaya terowongan, pelaksanaan terowongan akan menemui tingkat ketidak
pastian yang tinggi jika data kondisi batuan atau tanah disekitar terowongan
tidak lengkap.
Sebelum pelaksanaan terowongan, pada umumnya akan dilakukan
penyelidikan geologi teknik menggunakan metode pemboran, insitu testing,
adits maupun pilot tunnel. Adits untuk ekplorasi umumnya tidak dilakukan
kecuali suatu bagian terowongan dianggap berbahaya. Pada pemboran inti,
core sampel harus selalu disimpan untuk membantu jika ditemui masalah
geoteknik saat pelaksanaan.
Pilot tunnel adalah cara terbaik untuk menyelidiki lokasi terowongan
dan harus digunakan bila terowongan berukuran besar akan dilaksanakan
pada jalur yang mempunyai kondisi geologi yang kritis. Degan membuat pilot
17
tunnel maka berbagai masalah yang akan ditemui pada pelaksanaan
penggalian pada skala yang lebih besar dapat diantisipasi sedini mungkin.
Syarat utama untuk konstruksi suatu terowongan adalah :
1. Dapat dilaksanakan dengan aman.
2. Pelaksanaan tidak mengakibatkan kerusakan yang tidak dikehendaki
pada bangunan penting lainnya.
3. Konstruksi terowongan harus minim pemeliharaan.
4. Dalam jangka panjang harus dapat menahan segala gaya yang bekerja ,
terutama tekanan tanah dan aair tanah
2.4 Kondisi Batuan
1. Terowongan pada Massa Batuan
Batuan kompeten adalah batuan intact yang keras sehingga tidak
memerlukan supporting namun kekerasannya harus menjadi pertimbangan
dalam pelaksanaannya. Sedangkan batuan tidak kompeten memiliki sifat
diskontinu berupa adanya joint, fault, zona fracture, sesar/ kekar, bidang
foliasi, dll. Batuan ini dapat bervariasi, mulai batuan lunak hingga keras
tergantung jenis mineral dan derajat pelapukannya.
2. Klasifikasi Massa Batuan
Berbeda dengan tanah dimana sifat- sifat lapisan tanah dapat
dicerminkan oleh sampel tanah yang diuji di laboratorium. Pada batuan
sifat batuan intact yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium ini tidak
bisa mencerminkan sifat masa batuan yang ada karena keberadaan joint.
Maka umumnya kemudian digunakan klasifikasi geomekanikatau Rock
Mass Rating yang menggunakan enam parameter yang diperoleh dari
pengukuran dilapangan dan laboratorium meliputi:
Kekuatan tekanan uniaksial dari batuan utuh (uniaxial compressive
streght of intact rock material).
Rock Quality Designation (RQD).
Jarak Diskontinuitas.
Kondisi Diskontinuitas.
Keadaan air tanah.
Arah dari Diskontinuitas.
18
2.5 Masalah pada Pelaksanaan Terowongan pada Batuan
Jalur Terowongan yang melewatri Zona Patahan atau sesar aktif dapat
membahayakan apabila elevasi terowongan dibawah muka air. Arah sesar
terhadap sumbu terowongan harus dipertimbangkan dengan seksama.
Untuk menentukan efek joint pada konstruksi terowongan, Bieniawski
(1974) mengelompokan massa batuan menjadi lima kelompok untuk
mengetahui metode yang cocok digunakan untuk pelaksanaan. Material
batuan dengan banyak joint dapat digali dengan menggunakan ripper.
Bidang permukaan joint yang lebar sering dijumpai dalam
pelaksanaan terowongan. Jika arahnya sejajar atau hampir sejajar dengan as
terowongan maka dapat menimbulkan masalah besar dalam pelaksanaannya.
Jangka waktu dimana masa batuan masih dalam kondisi stabil tanpa
perlu sokongan disebut dengan Stand-Up Time atau bridging capacity. Stand-
up time ini tergantung dari lebar bukaan, kekuatan batuan dan pola
diskotinuitas. Bila Stand-up time rendah berarti segera setelah dilakukan
pembukaan/ penggalian harus segera dilakukan proteksi atau supporting
terhadap massa batuan yang ada.
Penciutan pada lubang terowongan yang digali dapat terjadi sebagai
akibat perubahan kondisi tegangan, munculnya tegangan geser sesar dan
adanya lapisan lempung ekspansif.
Masalah serius yang terjadi pada saat penggalian terowongan adalah
adanya aliran air yang bersifat tiba- tiba dalam jumlah besar. Kondisi air
tanah adalah factor penyebab utamanya. Untuk terowongan yang berada
dibawah sungai atau laut, maka bocoran harus sama sekali dihindarkan,
karena jumlah air yang dapat memasuki lubang terowongan akan sulit
terkontrol. Pada terowongan sipil yang biasanya dangkal maka temperature
tidak terlalu berpengaruh pada pelaksanaannya namun demikian biasanya hal
tersebut dapat diantisipasi sepenuhnya dengan membuat sebuah ventilating
system yang baik, hal ini juga sangat berguna untuk mengantisipasi adanya
gas- gas berbahaya yang timbul dari massa batuan yang ada.
19
Getaran gempa adalah factor penting yang harus diperhitungkan
dalam perencanaan lining dan supporting system. Pengaruh gempa biasanya
relative lebih kecil dibandingkan pada struktur yang terdapat diatas
permukaan tanah.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
21
3.2 Saran
Pilot tunnel adalah cara terbaik untuk menyelidiki lokasi terowongan dan harus
digunakan bila terowongan berukuran besar akan dilaksanakan pada jalur yang
mempunyai kondisi geologi yang kritis. Degan membuat pilot tunnel maka
berbagai masalah yang akan ditemui pada pelaksanaan penggalian pada skala
yang lebih besar dapat diantisipasi sedini mungkin.
22