Jurnal Sediaan Emulsi PDF
Jurnal Sediaan Emulsi PDF
Tipe emulsi:
Dari hasil yang didapat, emulsi mempunyai tipe:
a. Tipe o/w.
b. Tipew/o.
c. Tipe w/o/w
d. Tipe o/w/o.
Tipe w/o/w adalah emulsi multiple (ganda) dimana fase air teremulsi didalam
fase minyak, sedangkan èmuisi yang terjadi teremulsi lagi didalam air. Demikian pula
hal yang sama untuk tipe o/wlo.
Umpamakan dalam suatu segiempat ABCD yang dibuat dan benang metal
yang tipis sisi CD yang panjangnya 1 dapat bergerak/mobile. Jika segiempat
tersebut kita rnasukkan kedalam larutan sabun lalu dikeluarkan, maka akan
terbentuk lapisan film yang sangat tipis pada segiempat ABCD tersebut.
Jika panjang AB = 1 dan panjang AD = d, maka luas lapisan film = 2.l.d
(dikalikan 2 karena mempunyai permukaan rangkap). Jika pada sisi CD (yang
mobil) digerakkan dengan suatu gaya F sepanjang Ad, sehingga segiempat
sekarang menjadi ABC’D’, mhka kerja yang dilaksanakan tuk
memindahkan/penggeseran sisi CD tersebut adalah:
W = F. d
Contoh :
Upaya mendispersikan 500 ml minyak zaitun di dalam air, diketahui S mula-mula
600 cm2; eter setelah dispersi 10 um; y minyak-air adlah 23 dyne/cm.
Maka :
d3
1. Volume partikel = = (10 −3 ) 3 ml = 5,236 x 10-10 ml
6 6
500 ml
2. Jumlah partikel = = 9,54 x 10-11
5,236 x 10 -10
3. Luas permukaan partikel = d2 = (10-3)2 = 3,14 x 10-6 cm2
4. Total luas permukaan = (9,54 x 10-11) x (3,14 x 10-6) cm2 = 3 x 106 cm2
W= . s
Semula: W=23{(3x106)-(600)} = 6,9x107 erg
= 6,9 Joule
= 1,6 kalori
EMULGATOR
Dalam bidang farmasi, emulgator yang sering dipergunakan sebagai bahan
tambahan digolongkan dalam jenis sbb:
1. Surfaktan/SAA
2. Hidrokoloid.
3. Zat padat halus yang terdispersi.
1. Surfaktan/SAA
Surfaktan adalah suatu zat yang mempunyai gugusan hidrofil dan
gugusan lipofil sekaligus dalam molekulnya. Zat ini akan berada dipermukaan
cairan atau antarmuka 2 cairan dengan cara teradsorpsi. Gugus hidrofil akan
berada pada bagian air sedangkan gugus lipofil akan berada pada bagian
minyak.
PERHITUNGAN HLB
Ada beberapa peneliti yang membenikan rumus bagaimana cara
menghitung harga HLB, salan satu diantaranya adalah Griffin. Menurut
Griffin perhitungan HLB adalah:
HLB =20 (1 - S)
A
dimana S = Bilangan wster.
A = Bilangan asam dan asam bebas nya.
Untuk itu dibuat emulsi pada range HLB 8-10. Tentunya hasil akan
didapat bahwa emulsi ing baik pada HLB 8,8 seperti pada perhitungan tersebut,
baik itu dengan mempergunakan surfaktan tunggal atau campuran.
Makin halus padatan, semakin naik sifat sebagai emulgator. Dari sini
dapat dijelaskan mengapa oksida-oksida atau hidroksida yang dibuat baru
(recente paratus) dan hidrat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
bentuk keringnya.
Contoh : - Mg, Al, Ca hidroksida.
- Mg trisilikat.
Clay/tanah seperti grup montmorillonit (bentonit,veegum, laponite), membentuk
emulsi tipe o/w.
Carbon hitam sebaliknya membentuk emulsi tipe w/o
PEMBUATAN EMULSI.
Cara pengampuran
1. Bila menggunakan surfaktan.
a) Surfaktan yang larut dalam minyak ----> larutkan dalam minyak.
Surfaktan yang larut dalam air ----> dilarutkan dalam air.
Kemudian fase minyak ditambahkan fase air. Carainidigunakan bila
diinginkan terbentuknya sabun hasil reaksi, sebagai emulgator.
b) Fase minyak ditambah surfaktan (misalnya Tween dan Span)
Dipanaskan kurang lebih 60-70 C kemudian fase air ditambah
kan porsi per porsi sambil diaduk hingga terbentuk emulsi, kemudian
didinginkan sampai temperatur kamar sambil dilakukan pengadukan.
Temperatur dinaikkan supaya viskositas masa turun, sehingga
Pengawetan emulsi.
Emulsi seperti juga suspensi karena sifat bahan yang digunakan sering
mudah ditumbuhi mikroba. Cara yang paling baik adalah dengan menggunakan
bahan yang sedikit terkontaminasi mikroba atau dengan menambahkan
preservative/pengawet.
Pengawet sebaiknya mempunyai sifat : toksisitas rendah, stabil (dalam
panas dan nanan, dapat campur dengan bahan lain, efektif sebagai
antimikroba.
Selain karena mikroba, emulsi dapat juga rusak karena oksidasi, maka
pengawet emulsi pula berupa antioksidan.
2. Homogenizer.
Alat ini mempunyai karakteristik memperkecil ukuran partikel yang
sangat efektif namun tidak menghomogenkan campuran.
Pengecilan partikel terjadi karena cara kerja alat ini yaitu dengan
menekan cairan, dipaksa melalui suatu celah yang sempit yang kemudian
dibenturkan ke suatu dinding atau ditumbukkan pada ti-peniti metal yang
ada dalam celah tersebut. Carainisangat efektif sehingga bisa didapatkan
diameter partikel rata-rata < 1 um.
3. Colloid mill.
Prinsip kerja alat ini adalah dengan menggilas partikel sehingga
didapatkan ukuran yang kecil. Kalau dan prinsip kerja tersebut alat ini tidak
efektif untuk menghomogenkan cairan, dalam prakteknya bagian rotor
alatinidilengkapi dengan sejenis baling-baling sehingga menghasilkan
efektifitas pengadukan cairannya.
KONTROL EMULSI.
Kontrol emulsi dimaksudkan untuk mengetahui sifat fisika dari emulsi
dan dipergunakan untuk mengevaluasi kestabilan emulsi
Dalam bidang produksi keseragaman sifat fisika tersebut terutama dan
batch satu ke batch yang lain sangat penting. Pernakai tidak selalu
mempergunakan sediaan dengan nomer batch yang sama apalagi untuk
konsumen yang rutin mempergunakannya.
Kontrol emulsi ada beberapa cara:
1. Determinasi tipe emulsi.
a. Metoda pengenceran : dalam tabung reaksi yang benisi air ditambahkan
beberapa tetes emulsi. Bila terjadi campuran homogen atau emulsi
terencerkan oleh air maka emulsi bertipe o/w dan sebaliknya.
b. Metoda pewarnaan : emulsi tipe o/w akan terwarnai oleh zat wama yang
larut dalam air. Demikian sebaliknya untuk emulsi yang bertipe w/o
dapat diwarnai oleh zat wama yang larut dalam minyak.
c. Konduktibilitas elektnik : pada umumnya air merupakan konduktor yang
lebih baik dibanding minyak. Bila emulsi dapat menghantar aliran listrik
maka emulsi tersebut bertipe o/w. Sebaliknya bila tidak menghantar
listrik bertipe w/o. Jika suatu emulsi distabilkan dengan surfaktan
nonionik kemungkinan konduktabilitasnya lemah sekali. Untuk
mendeteksi dapat ditambahkan NaCl.
2. Distribusi granulometrik.
Dengan mengetahui distribusi granulometrik dan partikel fase
dispers dan diameter rata-rata nya, makainibisa untuk meng- evaluasi
kestabilan emulsi vs waktu. Bila terjadi peristiwa koalesensi, diameter rata-
rata partikel akan berubah menjadi lebih besar. Pada umumnya sediaan
emulsi berupa sediaan yang mempunyai konsentrasi yang tinggi, haliniakan
menyulitkan penghitungan distribusi granulometriknya. Untuk mengatasi hal
ini dilakukan pengenceran sediaan tsb.