Anda di halaman 1dari 6

KALIMAT EFEKTIF

A. Pengertian Kalimat Efekif


Sebelum berbicara lebih lanjut tentang kalimat efektif, perlu diketahui
dulu pengertian kalimat. Kalimat ialah satuan bahasa yang terkecil, dalam wujud
lisan atau tulis yang memiliki sekurang-kurangnya subjek (S) dan predikat (P).
Jika tidak mempunyai S dan P, tidak disebut kalimat tetapi frase. Selanjutnya,
apabila ditinjau dari pembacanya, kalimat dapat diartikan kesatuan kata yang
mengandung makna atau pikiran. Bagi seorang penulis, kalimat diartikan sebagai
satu kesatuan pikiran atau makna yang diungkapkan dalam kesatuan kata.1
Kalimat efektif merupakan kalimat yang tidak hanya memenuhi syarat-
syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja tetapi juga harus hidup, segar,
dan mudah dipahami. Efektif mengandung pengertian tepat guna. Sesuatu akan
berguna jika dipakai pada sasaran yan tepat. Jadi, pengertian efektif di sini adalah
ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi
kebahasaan tertentu pula.
Kalimat efektif di dalamnya harus diperhatikan kesatuan pikiran,
kepaduan, dan penggunaan fungsi subjek dan predikat. Kalimat yang mengandung
kesatuan pikiran berarti kalimat tersebut hanya boleh mengandung satu pikiran
pokok. Berikut ini beberapa contoh kalimat yang tidak padu.
1. Bunga melati tadi pagi kakak memetik di pekarangan untuk dirangkai.
2. Dalam laporan tahunan ini saya mohon, bapak-bapak berkenan memberikan
koreksi daripada laporan ini.
3. Agar supaya kulit kita tidak rusak, kita perlu memakai pelindung kulit untuk
menghindari efek radiasi matahari.
4. Buku itu bagus sekali sehingga isinya saya sudah baca berkali-kali tanpa
bosan.

1
Rahayu, Bahasa Indonesia, 79.

1
Kalimat (1) menjadi tidak padu karena letak kalimat di atas tidak sesuai
dengan pola kalimat. Selanjutnya, kalimat (2) juga terjadi ketidakpaduan akibat
kesalahan dalam penggunaan kata depan daripada. Kalimat (3) terdapat
pleonasme atau penggunaan kata berlebihan sehingga terasa tumpang tindih, yaitu
pemakaian kata yang mempunyai makna sama, yaitu agar dan supaya secara
bersamaan. Kemudian, kalimat (4) terdapat kesalahan dalam menggunakan
keterangan aspek.

B. Pengujian Kalimat Baku


Berkaitan dengan kalimat efektif, St. Moeljono2 menjelaskan bahwa untuk
mengetahui sebuah kalimat itu baku atau tidak, perlu ada pengujian. Di antaranya
dengan melihat ciri-cirinya. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut.
1. Ciri sintaksis, yaitu kemungkinan pertukaran letak suku-suku kalimat yang
berupa kemungkinan inversi dan penataan kembali.
2. Ciri gramatikal yang berupa penggunaan fungtor subjek, predikat, dan objek
secara eksplisit dan konsisten.
3. Ciri semantis yang berupa ketepatan penggunaan kata sesuai dengan
maknanya dalam kalimat.
4. Ciri morfologis yang berupa penggunaan bentuk-bentuk kata secara benar
sesuai dengan sistem morfologi bahasa Indonesia.
5. Ciri leksikal yang berupa penggunaan kata-kata baku bahasa Indonesia seperti
yang sudah terkumpul dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Kalimat-kalimat berikut ini dapat dianalisis berdasarkan kelima ciri di
atas.
1. Sedangkan bagi mereka penderita buta huruf pasti menemukan kendala dalam
berbagai hal (ciri sintaksis).
2. Dengan adanya instansi-instansi pemerintah dalam dunia pendidikan sangat
menunjang dalam pemberantasan buta huruf (ciri gramatikal)

2
St. Moeljono, Bahasa Indonesia: Pengantar Kepada Keterampilan Menyajikan
Karangan, (Madiun: Widya Mandala, 1990). 60.

2
3. Indonesia saat ini masuk ke jajaran negara miskin di dunia. Hal ini disebabkan
oleh banyak faktor (ciri semantis).
4. Karena itu, jangan sampai kita ketinggalan informasi (ciri morfologi).
5. Siapa yang nggak mau dengan makanan yang sedep ini? (ciri leksikal)
Kelima kalimat tersebut jika dilihat dari pengujian kalimat baku jelas tidak
efektif. Kalimat (1) tidak dapat diinversikan karena apabila ditukar letak suku-
suku kalimatnya, akan terasa janggal. Seandainya bagian suku sedangkan bagi
mereka dihilangkan, kalimat tersebut akan dapat diinversikan menjadi: pasti
menemukan kendala dalam berbagai hal, penderita buta huruf.
Selanjutnya, kalimat (2) sudah barang tentu tidak efektif karena hilangnya
fungsi subjek. Hal ini disebabkan adanya kata depan dengan yang menyebabkan
fungsi subjek menjadi tidak jelas. Sebab itu, kata depan dengan harus dihilangkan.
Dengan demikian, kalimat efektifnya menjadi Adanya instansi-instansi
pemerintah dalam dunia pendidikan sangat menunjang dalam pemberantasan
buta huruf.
Pada kalimat (3), frasa disebabkan oleh berdasarkan bahasa Indonesia
yang baik dan benar tidak bisa dibenarkan walaupun itu sudah lazim digunakan
orang. Secara logika, kata oleh bukan merupakan suatu penyebab. Karena itu,
frasa disebabkan oleh harus diubah menjadi disebabkan dan kata oleh
dihilangkan. Dengan demikian, kalimat efektif menjadi Indonesia saat ini masuk
ke jajaran negara miskin di dunia. Hal ini disebabkan banyak faktor.
Kemudian, kata ketinggalan dalam kalimat (4) tidak dibenarkan. Kata
ketinggalan tidak sesuai dengan proses pembentukan katanya yang seharusnya
tertinggal. Kata ketinggalan sangat dipengaruhi oleh bahasa daerah (Jawa).
Nomor (5) dianggap mempunyai kesalahan leksikal. Hal itu dapat dilihat kata-kata
yang dipakai dalam kalimat itu tidak baku. Misalnya, kata nggak dan dapet yang
seharusnya tidak dan dapat.
Dalam kalimat efektif selalu diperhatikan adanya kesatuan pikiran dan
kepaduan sebagai syarat minimal. Di samping itu, dalam kalimat efektif juga

3
harus diperhatikan penekanan, kesejajaran, kehematan, keterbacaan, dan
kevariasian.3
Penekanan merupakan upaya memberikan tekanan pada kalimat untuk
menonjolkan atau mementingkan pikiran pokok. Penekanan bisa dilakukan
dengan pengulangan bagian yang dipentingkan. Misalnya, ”Sebagai seorang ibu,
Engkau harus pandai mengatur keuangan, mengatur anak, bahkan mengatur
waktumu dengan baik antara waktu untuk pekerjaan dan keluarga”. Penekanan
juga bisa dilihat dari susunan yang ditekankan diletakkan di bagian depan atau
awal kalimat. Misalnya: Kamulah rupanya orang yang dicari-cari selama ini;
Hari ini dia harus segera daftar ulang.
Kesejajaran merupakan penempatan atau pemakaian kata yang memiliki
kesamaan fungsi dalam kalimat dengan bentuk struktur yang sejajar. Kesejajaran
kalimat dapat dilihat dalam contoh berikut ini.
1. Dalam petisi itu, mereka meminta presiden SBY mengembalikan citra polisi
dengan mengambil tindakan luar biasa yang berani dan tegas serta menyentuh
akar persoalan. Dalam hal ini, mencopot petinggi kepolisian yang terlibat
praktik mafia hukum dan membenahi struktur Polri agar Indonesia memiliki
polisi yang jujur.
2. Untuk membuat adonan ini tidak sulit. Setelah ketan dicuci bersih kemudian
ditiriskan lalu ditanak setengah mateng. Kemudian diangkat dan diberi bumbu
dan diaduk hingga rata. Setelah itu ditanak kembali hingga matang. Setelah
matang, bahan dicetak sesuai dengan selera dan dibungkus dengan daun
pisang muda. Lemper siap dihidangkan.
Kehematan dalam kalimat efektif untuk menghindari pemborosan kata
atau pemakaian kata mubazir. Jadi, kehematan di sini berarti penghematan kata,
frase, atau struktur lain yang tidak perlu dalam kalimat.4 Berikut ini merupakan
contoh kalimat yang tidak memperhatikan penghematan kalimat.
1. Banyak anak-anak kecil keluar masuk gang di daerah sini.

3
Rahayu, Bahasa Indonesia, 79.
4
Ibid., 90.

4
2. Akibat dari pergaulan bebasnya selama ini, ia terjerumus ke dalam dunia
hitam.
3. Negeri ini akan semakin terpuruk kalau seandainya para pejabat negara tidak
segan-segan untuk korupsi.
4. Tahun ini unit P3M STAIN Ponorogo memfokuskan para dosen muda untuk
mengadakan penelitian mengenai tindak kekerasan dan pelecehan terhadap
perempuan.
Hal lain yang perlu diperhatikan juga dalam kalimat efektif adalah
keterbacaan. Keterbacaan adalah derajat kemudahan sebuah tulisan untuk mudah
dipahami maksudnya. Karena itu, agar tulisan kita mudah dipahami diperlukan
keterbacaan yang tinggi. Kalau tingkat keterbacaannya rendah, sebuah kalimat
akan sulit dipahami. Untuk mengetahui sebuah keterbacaan rendah atau tinggi
dapat dilihat dari kejelasan dan bangun kalimatnya. Tentu saja, tingkat kejelasan
ini sesuai dengan tingkat kebutuhan pembacanya. Misalnya, bisa dilihat dari usia,
pendidikan, dan pengalaman pembaca. Jika sebuah tulisan atau kalimat yang
seharusnya pembacanya adalah orang terdidik tentu saja bagi orang yang tidak
mengenyam pendidikan akan terasa sulit dipahami. Sebab itu, harus diperhatikan
panjang pendeknya kalimat. Misalnya, kalimat-kalimat untuk ukuran siswa SD
akan berbeda dengan panjang pendeknya tulisan untuk mahasiswa. Seandainya
terlalu panjang tentu bagi siswa SD atau orang yang kompetensinya rendah terasa
sangat sulit. Sebaliknya, bagi mahasiswa bisa menjadi mudah jika kalimat sangat
pendek.
Selain beberapa unsur di atas, ciri lain kalimat efektif adalah adanya
kecermatan dan kesantunan serta kevariasian kata dan struktur.5 Kecermatan dan
kesantunan terkait dengan ketepatan memilih kata sehingga menghasilkan
komunikasi yang baik, tepat tanpa gangguan emosional pembaca atau pendengar.

5
Widjono Hs. Bahasa Indonesia: Matakuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi, (Jakarta: Gramedia, 2007). 163.

5
Kalimat dikatakan baik jika pesan yang disampaikan dapat diterima oleh orang
lain. Santun mengandung makna halus dan sopan.
Kecermatan kata dalam kalimat ditentukan oleh ketepatan pilihan kata.
Hal ini disebabkan, dalam bahasa Indonesia banyak kata yang bersinonim tetapi
hanya ada satu kata yang paling tepat mengungkapkan maksud secara cermat.
Misalnya, di samping ada kata melihat terdapat kata bersinonim lain seperti
menjenguk, melihat, menatap, melirik, mengerling, menonton memandang,
meninjau, mengintip, mengintai, dan memantau. Meskipun demikian, hanya ada
satu kata yang paling tepat untuk melengkapi kalimat ini. Dia ikut menjenguk
tantenya yang baru saja melahirkan. Kata menjenguk dalam kalimat tersebut
tidak tepat apabila diganti dengan kata bersinonim lain seperti menonton. Sebab,
kata menonton hanya tepat untuk menyaksikan pertunjukan di bioskop, sepak bola
di lapangan, atau drama/ sinetron di televisi.
Kesantunan kalimat mengandung makna bahwa gagasan yang
diekspresikan dapat mengembangkan suasana yang baik, hubungan yang
harmonis dan keakraban. Kalimat yang baik dan santun ditandai sifat-sifat jelas,
singkat, lugas, tidak berbelit-belit atau berputar. Misalnya, Manusia zaman
sekarang yang mana tidak mau mencoba mengikuti perkembangan IPTEK
biasanya mereka akan mendapatkan banyak hambatan. Seharusnya kalimat
tersebut harus singkat dan jelas seperti ini. Manusia yang tidak mengikuti
perkembangan IPTEK menjadi gagap teknologi.

DAFTAR PUSTAKA

Moeljono, St. Bahasa Indonesia: Pengantar Kepada Keterampilan Menyajikan


Karangan. Madiun: Widya Mandala, 1990.

Hs, Widjono. Bahasa Indonesia: Matakuliah Pengembangan Kepribadian di


Perguruan Tinggi. Jakarta: Gramedia, 2007.

Anda mungkin juga menyukai