Anda di halaman 1dari 23

“MONUMEN PUSAT PERAGAAN”

SAUNG ANGKLUNG MANG UDJO

Karya tulis siswa


Laporan study lapangan
SAUNG ANGKLUNG MANG UDJO

Oleh;

KELOMPOK 4

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

SMP NEGERI 2KABUPATEN TANGERANG


Jl. Bougenville Raya Perum Bumi Indah Pasarkemis Tangerang

Website : www.smp2pasarkemis.blogspot.co.id

Lembar pengesahan

1
Oleh;

KELOMPOK 4

NO NAMA TANDA TANGAN


1 Alda Zaitun

2 Alyssa Keysha Putri

3 Arista Chandra Kinasih

4 Hessa Auliya

5 Renata Lusitania Sihotang

6 Sellya Maryan

Karya Tulis Siswa (KTS) Telah diteliti, dan Disyahkan sebagai Laporan Observasi
Study Lingkungan (OSL) Kelas 8 di Monumen Saung Angklung Mang Udjo,
Bandung

Pasarkemis, Februari 2019

Wali kelas pembimbing 1

Nur Samsul Hadi, S.Ag Setyo Basuki, S.Pd

Kepala SMPN 2 Pasarkemis,

BIBING SUDARMAN,S.Pd,M.Si

NIP. 19630201 198602 1 006

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW.

Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas latihan penelitian kelas VIII, tahun
pelajaran 2018/2019.Dalam menyelesaikan karya tulis ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Bibing Sudarman,S.Pd,M.Si selaku kepala SMPN 2 PASARKEMIS.


2. Bapak Harto, S.Pd selaku ketua panitia KTS kelas VIII.
3. Bapak Nur Samsul Hadi, S.Ag selaku wali kelas VIII.1.
4. Bapak Setyo Basuki, S.Pd selaku pembimbing yang senantiasa sabar dalam
membimbing dan memberikan motivasi serta meluangkan waktunya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
5. Orang tua kami yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
6. Bapak/Ibu guru serta teman teman satu kelompok yang telah membantu dalam
pembuatan Karya Tulis ini.
Atas segala kesempatan, bimbingan bantuan dan dorongan baik moral maupun
materi yang telahdiberikan kepada penulis semoga Allah SWT membalas semua amal
baik mereka. Penulis menyadari bahwa dalam penyusun Karya Tulis ini masih banyak
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan penulis yang terbatas.Harapan kami
semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Tangerang, Februari 2019

3
DAFTAR ISI

ISI

HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………………2

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………....3

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...…...4

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..6

BAB II PROSEDUR OBSERVASI…………………………………………………………...8

BAB III SAUNG ANGKLUNG UDJO……...………………………………………………..9

BAB IV ANGKLUNG……………………………………………………………………….12

BAB V PENUTUP…………………………………………………………………...……....21

LAMPIRAN……………………………………………………………………………….....22

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...24

4
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Negara Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan dan adat istiadat yang di miliki oleh
setiap daerah. Pada negara Indonesia pula memiliki berbagai kesenian yang patut kita
lestarikan. Namun buktinya kesenian yang sangat banyak dan beragam di Indonesia ini belum
seluruhnya dilestarikan. Di jawa barat memiliki banyak kesenian khas salah satunya adalah
angklung, wayang golek, tari topeng dan masih banyak lagi. Seluruh kesenian tersebut perlu
dilestarikan agar kesenian khas jawa barat dapat berkembang dan tidak punah.

Tradisi kebudayaan seperti itu sudah hampir jarang kita temui atau bahkan sudah hampir
punah. Oleh karena itu kita sebagai generasi muda alangkah baiknya melestarikan
kebudayaan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Kita harus bangga memiliki
kebudayaan yang beraneka ragam.

Salah satu tempat yang mencoba melestarikan budaya-budaya seperti yang disebutkan diatas
adalah “Saung Angklung Udjo.” Tempat seperti ini sangat bagus sekali untuk
memperkenalkan tradisi budaya Indonesia kepada turis asing yang berwisata ke Indonesia.

Angklung merupakan sebuah alat musik tradisional terkenal yang dibuat dari bambu dan
merupakan alat musik asli Jawa Barat, Indonesia. Dulunya, angklung memegang bagian
penting dari aktivitas upacara tertentu, khususnya pada musim panen. Suara angklung
dipercaya akan mengundang perhatian Dewi Sri (Nyi Sri Pohaci) yang akan membawa
kesuburan terhadap tanaman padi para petani dan akan memberikan kebahagian serta
kesejahteraan bagi umat manusia. Angklung yang tertua di dalam sejarah yang masih ada
disebut Angklung Gubrag dibuat di Jasinga, Bogor, Indonesia dan usianya telah mencapai
400 tahun. Sekarang ini, beberapa angklung tersebut disimpan di Museum Sri Baduga,
Bandung, Indonesia.

Saung Udjo merupakan salah satu tempat yang menampilkan beberapa kesenian khas jawa
barat, disana kita dapat mengetahui apa saja kesenian yang dimiliki oleh negara kita dan
secara tidak langsung kita juga ikut melestarikannya. Dan pada tahun November 2010
angklung diresmikan sebagai kesenian asli negara Indonesia oleh UNESCO, dan kita patut
berbangga hati.

1.2 Metode pengumpulan data


Dalam penulisan makalah ini, metode pengumpulan data yang dilakukan adalah
dengan

a. Metode Observasi
Penulis mengamati langsung atau observasi lapangan ke gedung saung udjo Jawa
Barat

b. Studi Pustaka

5
Penulis juga menggali buku buku dan informasi yang berhubungan dengan
kegiatan ini.

1.3 TujuanPengumpulan Data


Tujuan adanya observasi dan pengamatan langung ini adalah untuk menambah
wawasan lebih luas lagi tentang ilmu pengetahuan sosial. Agar siswa lebih mengerti
lagi tentang
Bahwa belajar tidak hanya melalui buku saja tapi juga bisa melaui pengamatan
langsung atau observasi.

1.4 Manfaat Pengumpulan Data


Manfaat di buatnya laporan ini adalah:
1. Bagi si penulis untuk memperoleh ilmu tentang sistematika penulisan
makalah atau laporan.
2. Bagi siswa untuk menambah wawasan lebih luas lagi
3. Bagi sekolah agar dapat meningkatkan nilai dan mutu sekolah

6
BAB II
Prosedur Observasi

2. 1 lokasi kegiatan Study Lapangan : Saung Angklung Udjo, Jln. Padasuka 118 Bandung

2.2 Tanggal Kegiatan : 14 Februari 2019

2.3 Peserta Kegiatan : Seluruh siswa kelas VIII SMPN 2 Pasarkemis

2.4 Jadwal Observasi


Adapun pelaksanaan observasi dilakukan pada hari rabu tanggal 13 Desember
2017 dengan jadwal sebagai berikut:

1. Peserta berkumpul di sekolah


2. Pengarahan umum
3. Penempatan bus peserta
4. Bus berangkat ke lokasi 1 (Saung angklung udjo)
5. Observasi di lokasi 1 (saung angklung udjo)
6. Ishoma (Istirahat,Sholat,Makan)
7. Persiapan menuju lokasi 2 (museum sri baduga)
8. Menuju lokasi 2 (museum sri baduga)
9. Observasi di lokasi 2 (museum sri baduga)
10. Persiapan menuju wisata belanja (Cibaduyut)
11. Perjalanan menuju wisata belanja (Cibaduyut)
12. Wisata belanja (Cibaduyut)
13. Persiapan menuju SMPN 2 PASARKEMIS
14. Menuju SMPN 2 PASARKEMIS
15. Menuju rumah masing-masing

2.5 Teknik Observasi


Teknik observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan wawancara
terhadap pemndu wisata yang ada di saung angklung udjo, Bandung.

2.6 Teknik Pelaporan


Teknik pelaporan dibuat berdasarkan susunan yang sistematis yaitu terdiri dari IV BAB
yaitu
a. BAB I (Pendahuluan: latar belakang penulisan, tujuan dan manfaat KTS)
b. BAB II (Prosedur observasi:sasaran, jadwal dan teknik observasi)
c. BAB III ( Saung angklung mang udjo)
d. BAB IV (ANGKLUNG)
e. BAB V (Penutup)

7
BAB III

SAUNG ANGKLUNG MANG UDJO


3.1 Sejarah Saung Angklung Udjo

Saung Angklung Udjo (SAU) adalah suatu tempat workshop kebudayaan yang merupakan
tempat pertunjukan, pusat kerajinan tangan dari bambu, danworkshop instrumen musik dari
bambu. Selain itu, SAU mempunyai tujuan sebagai laboratorium kependidikan dan pusat
belajar untuk memelihara kebudayaan Sunda dan khususnya angklung.

Didirikan pada tahun 1966 oleh Udjo Ngalagena dan istrinya Uum Sumiati, dengan maksud
untuk melestarikan dan memelihara seni dan kebudayaan tradisional Sunda. Berlokasi di Jln.
Padasuka 118, Bandung Timur Jawa Barat Indonesia.

Dengan suasana tempat yang segar udaranya dan dikelilingi oleh pohon-pohon bambu, dari
kerajinan bambu dan interior bambu sampai alat musik bambu.

Disamping pertunjukan rutin setiap sore, Saung Angklung Udjo telah berkali-kali
mengadakan pertunjukan khusus yang dilakukan pada pagi atau siang hari. Pertunjukkan
tersebut tidak terbatas diadakan di lokasi Saung Angklung Udjo saja, tetapi berbagai
undangan tampil di berbagai tempat baik di dalam maupun di luar negeri, pada bulan Agustus
tahun 2000 di Sasana Budaya Ganesha ITB, Bandung, Saung Angklung Udjo mengadakan
konser kolaborasi dengan penyanyi cilik yang dijuluki Shirley Temple-nya Indonesia, yaitu
Sherina.

Saung Angklung Udjo tidak terbatas pada hanya menjual seni pertunjukan saja, berbagai
produk alat musik bambu tradisional (angklung, arumba, calung dan lainnya) dibuat dan
dijual kepada para pembeli.

Saung Angklung Udjo percaya bahwa kerja sama yang harmonis adalah hubungan yang
saling mengulaskan senyum bagi semua pihak, dan menciptakan keriangan hati bagi setiap
usaha yang tengah berlangsung.

Demi mencapai hubungan yang dilandasi oleh kredibilitas dengan konsumen juga mitra dan
relasi bisnis, Divisi Pengembangan dan Penelitian Saung Angklung Udjo akan menjalankan
fungsinya untuk selalu memperluas serta memelihara Jaringan Kemitraan dan Konsumen
yang sedang berlangsung maupun yang akan berlangsung sebagai upaya dan dedikasi terbaik
dalam menciptakan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan.

Beberapa pola pengembangan jejaring kemitraan yang telah dilakukan selama ini adalah :
Memberikan pesanan pembuatan alat musik bambu dan materi pendukungnya, Penyediaan
bahan baku, Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas produk baik suara
maupun artistiknya, serta Pemberantasan hama yang menyerang bambu dan lainnya.

3.2 pertunjukan di saung angklung udjo

1. Demonstrasi Wayang Golek

8
Pertunjukan pertama yang disajikan oleh saung udjo adalah pertunjukan wayang golek,
pertunjukan ini sekitar 10-15 menit tapi cukup menghibur apalagi sewaktu Cepot keluar
beberapa penonton tertawa melihat aksinya. Pasti yang sudah sering menonton
pertunjukanWayang Golek sudah tidak asing dengan si Cepot ini. Selain cepot masih banyak
lagi tokoh pada wayang, yang berlatar belakang tokoh baik hati dan tokoh penjahat. Mereka
saling bertengkar diiringi suara-suara yang dihasilkan dari alat-alat music khas Jawa Barat.

2. Heralan

Heleran seringkali dimainkan untuk mengiringi upacara tradisional khitanan. Heleran ini
dimainkan dengan nada yang riang gembira, karena memang ditunjukan untuk menghibur
dan untuk menunjukan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa. Pada saat penampilannya
para pemain angklung memainkan sesuai irama, dan anak yang dikhitan akan duduk
menggunakan tempat duduk dari bambu yang di bawa oleh para penari dan diiringi pula oleh
para penari lainnya, biasanya mengelilingi kampong.

3. Arumba

Arumba merupakan singkatan dari A untuk Alunan Rum untuk Rampun Ba untuk Bambu.
Pada saat pertunjukan kita akan mendengarkan beberapa alat music yang dimainkan secara
bersamaan dan memiliki ritme nada yang enak didengar, sehingga barang siapa yang
mendengarkannya akan merasa kagum.

4. Tari Topeng

Tari topeng merupakan tarian khas jawa barat. Tari topeng yang ditampilkan di saung udjo
terdiri dari 3 orang, mereka pertama masuk menari sesuai tarian tanpa memakai topeng
terlebih dahulu, setelah sekitar 5 menit menari akhirnya mereka mengambil topeng lalu
menari menggunakan topeng, cara topeng itu agar dapat menempel pada wajah adalah penari
menggigit bulatan karet pada topeng.

5. Angklung Orkestra

Sekarang angklung sering dimainkan sebagai sebuah orkestra, sering juga dikombinasikan
dengan permainan alat musik seperti gitar, perkusi, dll. Angklung dapat memainkan hampir
semua jenis lagu, klasik, kontemporer, pop, serta mengiringi vokal. Permainan angklung yang
baik akan tercipta bila diantara pemain terdapat kekompakan.

6. Bermain Angklung Bersama

Pada pertunjukan ini seluruh peserta yang hadir pada acara pertunjukan angklung di saung
udjo ini akan mendapatkan angklung dari panitia angklung udjo, seluruh penonton akan
diajarkan cara bermain angklung yang memimpin/dirigennya adalah anak dari (alm.) Mang
Udjonya sendiri.

9
Saya baru mengetahui kalo angklung itu setiap nadanya diberi nama pulau besar di indonesia,
misalnya Do itu Sumatra, dan ada kode pada pegangan angklung. sehingga setiap si Bapak
Dirigen memberi kode tangan yang sesuai dengan nadanya, angklungnya dibunyikan.

Dan ternyata membunyikan angklung pun tidak bisa sembarangan. Posisinya harus benar.
Tiap angklung ada ada dua bambu, bambu yang besar posisinya di sebelah kanan kita, tangan
kanan kita memegang bagian bawah kanan angklung, tangan kiri memegang bagian tengah
atas angklung..tangan kita lurus ke depan baru tangan kanan menggoyangkan angklungnya
agar berbunyi.

7. Menari Bersama

Pada akhir acara, para putra-putri akan mengajak kita bergembira dengan menari bersama. Itu
adalah sebagai tanda terima kasih kita sudah mau berkunjung ke Saung Angklung Udjo. Dan
pada saat menari kita akan diiringi oleh alat music khas Jawa Barat yang dimainkan secara
ritme yang gembira.

10
BAB IV

Angklung
4.1 pengertian angklung

Angklung adalah alat musik khas Indonesia yang banyak dijumpai di daerah Jawa
Barat. Alat musik tradisional ini terbuat dari tabung-tabung bambu. Sedangkan suara atau
nada alat ini dihasilkan dari efek benturan tabung-tabung bambu tersebut dengan cara
digoyangkan. Sebagai bentuk pengakuan alat musik Indonesia. Angklung memiliki beberapa
jenis, antara lain : Angklung Kanekes, Angklung Dogdog Lojor, Angklung Gubrag, dan
Angklung Padaeng.

Angklung merupakan alat musik tradisional Jawa Barat yang sudah terdaftar sebagai
Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak bulan
November 2010. Tidak hanya tercatatat oleh UNESCO, upaya pelestarian dan memperkenal
angklung sebagai warisan Indonesia dilakukan dengan cara memainkan angklung secara
bersama-sama dan mencatatkan sebagai rekor dunia. Diantaranya adalah pada tahun 2008
dengan pemecahan rekor pemain angklung sebanyak 11 ribu orang di Jakarta dan 5 ribu
orang di Washington DC.

Kemudian pada tanggal 24 April 2015 lalu, tepatnya pada saat peringatan Konferensi
Asia Afrika (KAA) yang diselenggarakan di Jakarta - Bandung, sebanyak 20.704 orang
bersama - sama memainkan angklung bertempat di Stadion Siliwangi Bandung. Aksi
pemecahan rekor dunia dengan tajuk 'Harmony Angklung For The World' yang dilakukan
oleh 20.704 orang tersebut diantaranya memainkan lagu-lagu seperti 'Halo-Halo Bandung', 'I
Will Survive' dan 'We Are The World'. Yang tak kalah menarik dari pemecahan rekor ini
adalah, dari total 20.704 orang pemain angklung, sebanyak 4.117 orang adalah anak
berkebutuhan khusus (ABK) yang berasal dari berbagai Sekolah Luar Biasa (SLB) yang
berada di Jawa Barat yang terdiri dari siswa disabilitas tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
tunadaksa dan autis yang didampingi oleh 1.000 orang guru pembimbing. Wah.... begitu
bangganya kita sebagai Warga Bandung khususnya dan Bangsa Indonesia umumnya dengan
semangat masyarakat Bandung dalam memainkan Angklung sebagai alat musik
tradisional.Maka dari itu Sobat, sepatutnya adalah menjadi kewajiban kita generasi muda
untuk melestarikan angklung sebagai kekayaan budaya Indonesia

11
4.2 Sejarah Angklung

Angklung adalah alat musik terbuat dari dua tabung bambu yang ditancapkan pada
sebuah bingkai yang juga terbuat dari bambu. Tabung-tabung tersebut diasah sedemikian
rupa sehingga menghasilkan nada yang beresonansi jika dipukulkan. Dua tabung tersebut
kemudian ditala mengikuti tangga nada oktaf. Untuk memainkannya, bagian bawah dari
bingkai ini dipegang oleh satu tangan, sementara tangan yang lain menggoyangkan angklung
secara cepat dari sisi kiri ke kanan dan sebaliknya. Hal ini akan menghasilkan suatu nada
yang berulang. Dengan demikian, dibutuhkan sebanyak tiga atau lebih pemain angklung
dalam satu ensembel, untuk menghasilkan melodi yang lengkap.

Angklung telah populer di seluruh Asia Tenggara, namun sesungguhnya berasal dari
Indonesia dan telah dimainkan oleh etnis Sunda di Provinsi Jawa Barat sejak zaman dahulu.
Kata “angklung” berasal dari dua kata “angka” dan “lung”. Angka berarti “nada”, dan lung
berarti “putus” atau “hilang”. Angklung dengan demikian berarti “nada yang terputus”.

Pada perioda Hindu dan Kerajaan Sunda, Jawa Barat, angklung memegang peranan
sangat penting pada beberapa upacara ritual masyarakat Sunda dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai perantara dalam ritual, angklung dimainkan untuk menghormati Dewi Sri, dewi
kesuburan, dengan harapan agar negeri dan kehidupan mereka dapat diberkati. Di kemudian
hari, menurut Kidung Sunda, alat musik ini juga digunakan oleh Kerajaan Sunda untuk
penyemangat dalam situasi pertempuran di Perang Bubat.

Angklung tertua yang masih ada sampai kini ialah Angklung Gubrag. Angklung ini
dibuat pada abad ke-17 di Jasinga, Bogor. Pada saat ini, beberapa angklung dari zaman
dahulu masih tersimpan di Museum Sri Baduga, Bandung.

Seiring berjalannya waktu, angklung telah menarik banyak perhatian di dunia


internasional. Pada tahun 1938, Daeng Soetigna, dari Bandung, menciptakan angklung yang
berdasarkan tangga nada diatonik, alih-alih menggunakan tangga nada tradisional pélog atau
saléndro. Sejak saat itu, angklung digunakan untuk tujuan pendidikan dan hiburan, dan
bahkan dapat pula dimainkan bersama dengan alat-alat musik Barat dalam orkestra. Salah
satu penampilan angklung dalam orkestra yang sangat terkenal ialah pada Konferensi Asia-
Afrika di Bandung tahun 1955. Udjo Ngalagena, seorang murid dari Daeng Soetigna,
kemudian membuka “Saung Angklung” (Rumah Angklung) pada tahun 1966 sebagai pusat
pengembangan angklung.

UNESCO menetapkan angklung sebagai Karya Budaya Takbenda dan Warisan


Budaya Dunia pada tanggal 18 November 2010. Di samping itu, UNESCO menyarankan
dengan sangat kepada Indonesia untuk senantiasa menjaga dan melestarikan karya dan
warisan budayanya.

4.3 Asal Mula Angklung

Angklung ialah alat musik nan mempunyai nada ganda atau dapat juga disebut dengan
alat musik multitonal. Angklung berkembang dari masyarakat Sunda nan berada di Jawa
Barat. Angklung ialah salah satu seni tradisional Indonesia nan terbuat dari bambu.

12
Cara memainkan angklung sangatlah mudah, dengan cara memegangnya dengan
tangan kiri dan menggoyangkan ujung batang penyangga bambu dengan tangan kanan, atau
sebaliknya, maka angklung akan menghasilkan suara . Suara nan dihasilkan angklung
diperoleh dari hasil getaran antara satu bambu ke bambu lain.

Dalam satu angklung, bambu nan dipakai terdiri dari dua bambu berdasarkan
ukurannya. Setiap angklung juga mempunyai nama tersendiri berdasarkan ukurannya.
Angklung terbuat dari dua bambu, nada angklung juga terdiri dari nada oktaf dalam tangga
nada pada umunya.

Angklung ada pada masa kerajaan Sunda di abad ke-12 sampai abad ke-16. Dulu,
masyarakat Sunda sangat mempercayai mitos tentang Dewi Sri sebagai lambang Dewi Padi
buat memakmurkan para petani memberi penghidupan melalui tanaman padi. Karena wilayah
Sunda ialah wilayah nan agraris nan banyak ditanami huma padi di sawah, mereka menarik
Dewi Sri buat sawah mereka ketika penanaman padi. Permainan angklung ini diharapkan
agar Dewi Sri mendengar dan memakmurkan ladang sawah mereka.

Angklung dibuat oleh bambu nan berjenis hitam atau nan disebut dengan bambu
wulung, juga bambu putih atau nan disebut dengan awi temen. Pembuatan angklung dipilih
berdasarkan besar dan kecil angklung. Dalam setiap angklung terdapat beberapa ruas bambu
disusun dari nan kecil sampai nan besar. Dulu, pada masa kerajaan Sunda, angklung hanya
dimainkan oleh anak-anak sebab pemerintahan Hindia melarang masyarakat buat bermain
angklung. Oleh sebab itu, popularitas angklung menjadi menurun pada saat itu.

Setelah adanya angklung buat mendatangkan Dewi Sri buat membuat panen para
petani lebih makmur, angklung juga pada saat itu dimainkan secara beriringan dalam sebuah
perhelatan pada acara-acara besar. Dulu, angklung hanya berkembang di sekitaran pulau
Jawa, Sumatera, dan Kalimatan. Ketika ada sebuah perhelatan di Thailand, angklung menjadi
sebuah pertunjukan musik tradisional nan ditampilkan di sana pada tahun 1908, maka dari
sanalah angklung dikenal oleh negara tetangga.

Angklung pertama kali ditemukan dan dibuat oleh Daeng Sutigna pada tahun 1938 di
Bandung. Asalnya, angklung diberikan nada diatonis dan berubah menjadi mempunyai
tangga nada pelog atau salendro. Kata angklung ialah sebuah singkatan dari dua kata yaitu
“angka” dan “lung”. Angka mempunyai arti “nada” sedangkan lung mempunyai arti “hilang”.
Jadi, angklung mempunyai arti nada nan hilang.

Udjo, seorang murid Daeng Sutigna, kemudian mendirikan saung angklung nan
terletak di daerah Padasuka Bandung buat membuat suatu wadah pembuatan dan
pengembangan ciptaan angklung. Sampai sekarang, permainan angklung sebagai sebuah seni
tradisional Indonesia masih terus dan lebih dikembangkan oleh Saung Angklung Udjo. Pada
tahun 2010, kesenian angklung dipatenkan oleh UNESCO sebagai karya budaya tidak benda
juga warisan budaya dunia. Dipatenkannya angklung oleh UNESCO sebagai kesenian
tradisional Indonesia membuatnya lebih terkenal lagi. Sekarang, angklung bahkan sudah
banyak dijadikan sebuah pelajaran muatan lokal di sekolah formal.

4.4 Macam Macam Angklung


1. Angklung Kanekes

13
Angklung di daerah Kanekes (kita sering menyebut mereka orang Baduy) digunakan
terutama karena hubungannya dengan ritus padi, bukan semata-mata untuk hiburan orang-
orang. Angklung digunakan atau dibunyikan ketika mereka menanam padi di huma (ladang).
Menabuh angklung ketika menanam padi ada yang hanya dibunyikan bebas
(dikurulungkeun), terutama di Kajeroan (Tangtu; Baduy Jero), dan ada yang dengan ritmis
tertentu, yaitu di Kaluaran (Baduy Luar). Meski demikian, masih bisa ditampilkan di luar
ritus padi tetapi tetap mempunyai aturan, misalnya hanya boleh ditabuh hingga masa
ngubaran pare (mengobati padi), sekitar tiga bulan dari sejak ditanamnya padi. Setelah itu,
selama enam bulan berikutnya semua kesenian tidak boleh dimainkan, dan boleh dimainkan
lagi pada musim menanam padi berikutnya. Menutup angklung dilaksanakan dengan acara
yang disebut musungkeun angklung, yaitu nitipkeun (menitipkan, menyimpan) angklung
setelah dipakai.

2. Angklung reyog

Angklung Reyog merupakan sebuah alat musik dari bambu dengan hiasan benang
warna merah dan kuning dan lengkungan bambu yang di tata dengan rapi dan indah yang
digunakan untuk mengiringi kesenian Reyog ponorogo di Jawa Timur

3 Angklung Banyuwangi

14
Angklung banyuwangi ini memiliki bentuk seperti calung dengan nada budaya
banyuwangi, angklung ini disebut dengan Caluk

4. Angklung bali

Angklung bali memiliki bentuk dan nada khas bali. Bentuknyapun mirip dengan
calung.Angklung jenis ini di Bali disebut dengan Rindik.

5. Angklung Dogdog Lojor

Angklung dogdog lojor ini ialah sebuah kesenian nan terdapat di Gunung
Halimun,yaitu gunung nan terletak di antara perbatasan jakarta,bogor,dan lebak. Kesenian
dogdog lojor dimainkan dengan adanya empat angklung di dalamnya. Sama seperti angklung
Kanekes,angklung dogdog lojor ini dimainkan dalam suasana panen. Tetapi , di masa
modern,dogdog lojor dipakai dalam kesenian pernikahan,sunatan,dan juga acara lainnya.
15
Dogdog lojor ini terdiri dari dua buah dogdog lojor dan empat buah angklung besar. Empat
buah angklung besar nan ada dalam dogdog lojor ini adalah:
gonggong,panembal,kingking,dan inclok.

6. Angklung Gubrag

Angklung gubrag terdapat di Kampung Cipining,kecamatan Cigudeg,bogor.


Angklung ini telah berusia tua dan digunakan untuk menghormati dewi padi dalam kegiatan
melak pare (menanam padi),ngunjal pare (mengangkut padi),dan ngadiukeun (menempatkan)
ke leuit (lumbung). Dalam mitosnya angklung gubrag mulai ada ketika suatu masa kampung
Cipining mengalami musim paceklik.

Awalnya, angklung adalah alat musik yang tidak memiliki nada suara.Angklung kuno
tidak memiliki irama dan hanya berbunyi "gubrak".Lantaran itulah, dahulu kala, angklung
yang tak memiliki nada disebut dengan angklung gubrak.
Angklung Gubrak merupakan perpaduan alat musik angklung yang terbuat dari bambu
berukuran panjang mencapai sekitar 50 hingga 100 centimeter.Menurut sejarahnya, angklung
gubrak yang konon telah ada di daerah Bogor sejak 400 tahun lalu ini selalu menjadi musik
pengiring ketika menggelar acara panen padi. Mereka percaya, alunan nada yang berasal dari
angklung tersebut, nantinya dapat membuat padi yang akan mereka tanam kembali dapat
tumbuh dengan subur.

7. Angklung Badeg

Badeg merupakan jenis kesenian yang menekankan segi musikal dengan angklung
sebagai alat musiknya yang utama. Badeg terdapat di Desa Sanding,Kecamatan
Malangbong,Garut. Dulu berfungsi sebagai hinuran untuk kepentingan dakwah Islam. Tetapi
diduga badeg telah digunakan masyarakat sejak lama dari masa sebelum Islam untuk acara
acara yang berhubungan dengan ritual dengan penanaman padi. Sebagai seni untuk dakwah
16
badeg dipercaya berkembang sejak Islam menyebar di daerah ini sekitar abad ke-16 atau 17.
Pada itu penduduk Sanding,Arpaen dan Nursaen,belajar agama islam. Salah satu sarana
penyebaran islam yang digunakannya adalah dengan kesenian badeg. Angklung yang
digunakan sebanyak sembilan buah, yaitu 2 angklung roel, 1 angklung kecer, 4 angklung
indung dan angklung bapa, 2 angklung anak; 2 buah dogdog, 2 buah terbang atau gembyung,
serta 1 kecrek

8. Angklung Buncis

Angklung Buncis adalah angklung yang dimainkan pada kesenian Buncis.Kesenian


Buncis sendiri merupakan seni pertunjukan yang bersifat hiburan yang berkembang di daerah
Baros (Arjasari, Kabupaten Bandung).Pada mulanya buncis digunakan pada acara-acara
pertanian yang berhubungan dengan padi.Tetapi pada masa sekarang buncis digunakan
sebagai seni hiburan.Hal ini berhubungan dengan semakin berubahnya pandangan
masyarakat yang mulai kurang mengindahkan hal-hal berbau kepercayaan lama. Tahun 1940-
an dapat dianggap sebagai berakhirnya fungsi ritual buncis dalam penghormatan padi, karena
sejak itu buncis berubah menjadi pertunjukan hiburan. Sejalan dengan itu tempat-tempat
penyimpanan padi pun (leuit; lumbung) mulai menghilang dari rumah-rumah penduduk,
diganti dengan tempat-tempat karung yang lebih praktis, dan mudah dibawa ke mana-
mana.Padi pun sekarang banyak yang langsung dijual, tidak disimpan di lumbung.Dengan
demikian kesenian buncis yang tadinya digunakan untuk acara-acara ngunjal (membawa
padi) tidak diperlukan lagi.
Nama kesenian buncis berkaitan dengan sebuah teks lagu yang terkenal di kalangan rakyat,
yaitu cis kacang buncis nyengcle..., dst. Teks tersebut terdapat dalam kesenian buncis,
sehingga kesenian ini dinamakan buncis.

17
9. Angklung Badud
Angklung badud merupakan sebuah seni pertunjukan yang keberadaannya nyaris
punah dari daerah ciamis. Sebenarnya kehadiranya masih banyak di minati dan digemari
masyarakat. Seni pertunjukan ini tidak saja menggunakan alat kesenian angklung saja namun
menggunakan alat kesenian lainnya seperti dogdog. Pada dasarrnya seni pertunjukan
angklung badud ini mengiringi beberapa permainan yang didalamnya terdapat sisingaan,
momonyetan, bebegukan, ular naga, dan kuda lumping. Pertunjukan angklung badud di
tampilkan untuk mengiringi pengantin sunat yang menaiki kuda keliling kampung dengan
diikuti oleh pertunjukan lainya. Pertunjukan yang dimainkan di alam terbuka ini dapat
ditonton oleh semua orang. Para anggota pertunjukan berperan sesuai dengan keterampilan,
namun dipimpin oleh seorang ketua yang merangkak menjadi pemain dan bertugas
menyadarkan pemain yang kesurupan atau mendem. Biasanya dalam acara mendem ini
sesepuh menggunakan mantera untuk memulihkan pemain yang keserupan. Kesenian ini
diiringi oleh waditra dogdog dan angklung dan peralatan.

10. Angklung badeng

Badeng merupakan jenis kesenian yang menekankan segi musikal dengan angklung
sebagai alat musiknya yang utama.Badeng terdapat di Desa sanding,kecamatan
malangbong,garut. Dulu berfungsi sebagai liburan untuk kepentingan dakwah islam.tetapi
diduga badeng telah digunakan masyarakat sejak lama dari masa sebelum islam untuk acara –
acara yang berhubungan dengan ritual penanaman padi

Sebagai seni untuk dakwah badeng dipercaya berkembang sejak islam menyebar
didaerah ini sekitar abad ke-16 atau 17 pada masa itu penduduk sanding,arpaen dan
nursaen,belajar agama islam ke kerajaan Demak.setelah pulang dari Demak mereka
berdakwah memyebarkan agama islam.salah satu sarana penyebaraan islam yang digunakan
adalah dengan keseniaan badeng.

Angklung yang digunakan sebanyak sembilan buah,yaitu 2 angklung roel ,1


angklung kecer ,4 angklung indung dan angklung bapa,2 angklung anak,2 buah dogdog,2
buah terbang atau gembyung,serta 1 kecrek.teksnta menggunakan bahasa sunda yang
bercampur dengan bahasa arab.Dalam perkembangaannya sekarang digunakan pula bahasa
indonesia.isi teks memuat nilai-nilai islami dan nasihat-nasihat baik,serta menurut keperluaan
acara.Dalam pertunjukannya selain menyajikan lagu-lagu,disajikan pula atraksi
kesaktian,seperti mengiris tubuh dengan senjata tajam.

Lagu-lagu Badeng :Lailahaileloh,Ya’ti,Kasreng,Yautike,Lilimbungan,Solalo

18
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kegiatan Observasi dan Karya Tulis Siswa ( KTS ) ini sangat bermanfaat bagi kami

para siswa, terutama siswa dapat belajar langsung di lokasi yang berada di luar sekolah, yang

tentunya sangat berbeda dengan ketika belajar di luar sekolah. Banyak pengalaman dan ilmu

yang kami peroleh disamping bagaimana menumbuhkan kerjasama sesama anggota

kelompok ketika mengumpulkan data Observasi dan bagaimana menyusunnya dalam bentuk

karya tulis. Tentunya penyusunan karya tulis ini masih jauh dari sempurna ,maka kami

kelompok 04 siswa-siswi kelas VIII–1 sangat mengharap masukan yang membangun untuk

melengkapinya. Dan kami berharap laporan ini bermanfaat bagi orang lain. Amin.

5.2 saran

Semoga kegiatan Observasi dan Karya Tulis Siswa ini menjadi program rutin di SMP N 2
Pasarkemis, dan pelaksanaannya selalu disempurnakan

19
LAMPIRAN

20
Foto bersama kelompok 4 di Saung Angklung Mang Udjo

Alda zaitun, Hessa Auliya, Renata Lusitania, sellya maryan, Arista Chandra, Alyssa Keysha

Inilah kami,dengan segala kekurangan dan kelebihan kami. Tenagan dan waktu,kami
keluarkan untuk meraih apa yang kami cita citakan. Walaupun kami gagal,kami akan
berusaha lagi untuk menggapai semua itu.

21
22
DAFTAR PUSTAKA

http://anekatempatwisata.com/wp-content/uploads/2014/07/Saung-Angklung-Udjo-2.jpg

https://simomot.com/wp-content/uploads/2014/12/Gambar-Saung-Angklung-Udjo.jpg

https://liburmulu.com/wp-content/uploads/2015/12/1.Pertunjukan-di-Saung-Angklung-Mang-
Udjo-Dibuka-dengan-pertunjukan-wayang-golek.jpg

https://i.ytimg.com/vi/kr6H2Y1RdS4/maxresdefault.jpg

https://2.bp.blogspot.com/-
j9yIM1QSJBk/WgEjltONU_I/AAAAAAAAJqs/6hluSz0M2QQ1BaGsJUCYvgUKgdMDOH
AXgCLcBGAs/s1600/Angklung.jpg

23

Anda mungkin juga menyukai