LP Seksualitas
LP Seksualitas
Oleh:
Ni Wayan Krisma Andiani
(P07120014063)
I. KONSEP DASAR
A. Masalah Keperawatan
Potensial fertilisasi adalah suatu masalah bagi wanita premenopause
yang melakukan hubungan seksual. Sering kali kekuatirannya adalah dalam
pencegahan konsepsi. Suatu ketika pilihannya adalah untuk tidak
menggunakan kontrasepsi. Dalam kasus ini, pasangan dapat mengalami
ansietas sampai terjadi periode menstruasi berikutnya. Pada persentasi
pasangan yang lebih kecil, masalahnya mungkin infertilitas ketika kehadiran
anak-anak menjadi keinginan pasangan.
Masalah lain bagi individu yang secara seksual aktif adalah melakukan
hubungan seks yang aman. Melakukan hubungan seks yang aman telah
mendapat pengakuan yang meningkat akibat ketakutan tentang AIDS. Risiko
dan konsekuensi dari PMS harus selalu menjadi pertimbangan.
Senggama dan manipulasi seksual, meskipun dimaksud untuk
memberikan kesenangan bagi yang melakukannya, mungkin menjadi
penyiksaan dalam situasi disfungsi. Penganiayaan seksual dapat mencakup
tidak kekerasan pada wanit, pelecehan seksual, perkosaan, pedofilia (aktifitas
seksual pada anak-anak), pornografi anak, dan inses ( hubungan seksual yang
dilakukan ayah kepada anak perempuannya).
Peran utama perawat berkaitan dengan masalah ini adalah pelaporan,
penyuluhan dan dukungan. Perawat juga dapat terlibat dalam pemberian terapi
dan medikasi, memberikan pengkajian dan evaluasi tentang keekfetifan, dan
memberi pendidikan mengenai fakta, fiksi dan pentingnya mengatasi masalah
ini dalam keluarga, sekolah dan komunitas.
B. Pengertian
Seksualitas adalah bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka
dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang
lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan, pelukan, ataupun
perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, cara berpakaian, dan
perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai, fantasi, emosi
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi
perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai
memerhatikan ,dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal
balik antara kedua individu.(A. Alimul Aziz H., 2006)
Tinjauan seksual dari beberapa aspek ,diantaranya :
Aspek biologis .Aspek ini memandang dari segi biologi seperti
pandangan anatomi dan fisiologi dari system reproduksi (seksual).
Aspek psikologis .Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas
jenis kelamin ,sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran
identitasnya .
Aspek social budaya.Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan
yang berlaku di masyarakat terhadap kebutuhan seksual serta perilakunya di
masyarakat.
Perilaku seksual sangat serupa dengan perilaku social lainnya yaitu
seseorang akan berperilaku sesuai dengan mereka dihargai untuk berperilaku
.Mereka cenderung “bermain sesuai aturan “ketika memilih seseorang untuk
dinikahi ..Bagaimana seseorang memahami aspek dunia mereka bergantung
pada siapa mereka secara social dan dalam lingkungan social seperti apa
mereka tinggal.
C. Gejala dan Tanda
1. Disfungsi Seksual
- Data Mayor :
a. Mengatakan memiliki masalah fungsi seksual
b. Mengatakan keterbatasan perfoma seksual akibat penyakit atau
terapi
- Data Minor
a. Takut terhadap keterbatasan perfoma seksual di masa mendatang
b. Mendapatkan informasi yang salah mengenai seksualitas
c. Kurang pengetahuan mengenai seksualitas dan fungsi seksual
d. Memiliki konflik nilai yang melibatkan ekspresi seksual (cultural,
agama)
e. Mengalami perubahan hubungan dengan orang terdekat
f. Tidak puas dengan peran seks (persepsi atau aktual)
2. Ketidakefektifan Pola Seksualitas
- Data Mayor
a. Perubahan negative actual atau antisipatifdalam fungsi seksual atau
identitas seksual
- Data Minor
a. Ekspresi kekhawatiran mengenai fungsi seksual atau identitas
seksual
b. Tidak sesuainya perilaku seksual verbal dan nonverbal
c. Perubahan dalam karakteristiik seksual primer dan/atau sekunder
3. Ketidakefektifan Proses Kehamilan – Melahirkan
Batasan Karakteristik
a. Selama Kehamilan
1) Tidak mengakses system pendukung dengan tepat
2) Tidak melaporkan ketidaktepatan persiapan fisik
3) Tidak melaporkan gaya hidup prenatal yang tepat (mis., nutrisi,
eliminasi, tidur, gerakan tubuh, latihan fisik, hygiene personal)
4) Tidak melaporkan ketersediaan sistem pendukung
5) Tidak melaporkan penanganan gejala tidak nyaman dalam
kehamilan
6) Tidak melaporkan rencana kelahiran yang realistic
7) Tidak mencari pengetahuan yang diperlukan (mis., persalinan
dan melahirkan, asuhan bayi baru lahir)
8) Kegagalan menyiapkan barang yang diperlukan untuk bayi
baru lahir
9) Kunjungan ke pelayanan kesehatan prenatal tidak konsisten
10) Kurang pemeriksaan prenatal
11) Kurang menghrgai bayi yang belum lahir
b. Selama Persalinan dan Melahirkan
1) Tidak mengakses sistem pendukung dengan tepat
2) Tidak menunjukkan perilaku kelekatan dengan bayi baru lahir
3) Tidak melaporkan ketersediaan sistem pendukung
4) Tidak melaporkan gaya hidup (mis., diet, eliminasi, tidur
gerakan tubuh, hygiene personal)
5) Tidak berespons dengan tepat pada awitan persalinan
6) Kurang proaktif selama persalinan dan melahirkan
c. Setelah Melahirkan
1) Tidak mengakses sistem pendukung dengan tepat
2) Tidak menunjukkan teknik menyusui dengan tepat
3) Tidak menunjukkan perawatan payudara dengan tepat
4) Tidak menunjukkan perilaku kelekatan pada bayi
5) Tidak menunjukkan teknik asuhan bayi dasar
6) Tidak memberi lingkungan yang aman untuk bayi
7) Tidak melaporkan gaya hidup pascapartum yang tepat (mis.,
diet, eliminasi, tidur, gerakan tubuh, latihan fisik, hygiene
personal)
8) Tidak melaporkan ketersediaan sistem pendukung
4. Kesiapan Meningkatkan Proses Kehamilan – Melahirkan
Batasan Karakteristik
a. Selama Kehamilan
1) Melakukan kunjungan prenatal secara teratur
2) Menunjukkan respek pada bayi yang dikandung
3) Menyiapkan perlengkapan penting bagi bayi baru lahir
4) Melaporkan persiapan fisik yang tepat
5) Melaporkan gaya hidup prenatal yang sehat (mis., diet,
eliminasi, tidur, gerakan tubuh, latihan fisik, hygiene personal)
6) Melaporkan ketersediaan sistem dukungan
7) Melaporkan rencana pelahiran yang realistis
8) Melaporkan penanganan gejala kehamilan yang mengganggu
kenyamanan
9) Mencari pengetahuan yang penting (mis., tentang ersalinan dan
pelahiran, asuhan bayi baru lahir)
b. Saat Persalinan dan Pelahiran
1) Mendemonstrasikan perilaku perlekatan dengan bayi baru lahir
2) Proaktif dalam persalinan dan pelahiran
3) Melaporkan gaya hidup (mis., diet, eliminasi, gerakan tubuh,
latihan fisik, hygiene personal) yang sesuai dengan kala
persalinan
4) Berespons secara tepat terhadap awitan persalinan
5) Memakai teknik relaksasi yang sesuai dengan kala persalinan
6) Menggunakan sistem dukungan secara tepat
c. Setelah Melahirkan
1) Mendemonstrasikan teknik menyususi yang tepat kepada bayi
2) Mendemonstrasikan perawatan payudara yang tepat
3) Mendemonstrasikan teknik dasar perawatan bayi
4) Menyediakan lingkungan yang aman bagi bayi
5) Melaporkan gaya hidup pascapartum yang tepat (mis., diet,
eliminasi, tidur, gerakan tubuh, latihan fisik, hygiene personal)
6) Menggunakan sistem dukungan yang tepat
5. Risiko Ketidakefektifan Proses Kehamilan – Melahirkan
Faktor Risko
a. Kurang pengetahuan (mis., persalinan dan melahirkan, asuhan bayi
baru lahir)
b. Kekerasan dalam rumah tangga
c. Kunjungan perawat prenatal tidak konsisten
d. Kurang model peran yang tepat untuk untuk menjadi orang tua
e. Kurang kesiapan kognitif untuk menjadi orang tua
f. Kurang kepercayaan diri ibu
g. Kurang kunjungan prenatal ke pelayanan kesehatan
h. Kurang perencanaan kelahiran yang realistic
i. Kurang system pendukung yang cukup
j. Ketidakberdayaan ibu
k. Distress psikososial ibu
l. Nutrisi ibu kurang optimal
m. Penyalahgunaan zat
n. Kehamilan yang tidak nyaman
o. Kehamilan yang tidak diinginkan
6. Risiko Gangguan Hubungan Ibu – Janin
Faktor Risiko
a. Penyulit kehamilan (mis., ketuban pecah dini, plasenta previa atau
solusio prasenta, asuhan prenatal lambat, kehamilan kembar)
b. Gangguan transport oksigen (mis., anemia, penyakit jantung, asma,
hipertensi, kejang, persalinan premature, hemoragi)
c. Gangguan metabolism glukosa (mis., diabetes, penggunaan steroid)
d. Peganiayaan fisik
e. Penyalahgunaan zat (mis., tembakau, alcohol, obat)
f. Efek samping terkait terapi (mis., medikasi, pembedahan)
D. Pohon Masalah
Kontak dengan
Peny. Infeksi Berhubungan sex
Fisik:gangguan Peny. Endokrin, darah, kontakseks,
hormonal & yang diderita <17th, merokok,
Genitourinarius, kontak ibu bayi
rendahnya Ibu higene seks yang
Neuromuskular
tingkat kurang, virus HIV,
& skeletal,
testoteron, sering melahirkan
gangguan Kardiopulmonal HIV masuk ke
Bakteri& dengan persalinan
suplai darah dalam tubuh
virus bermasalah, berganti-
yaitu pembuluh
Gangguan reaksi ganti pasangan,
darah di penis.
biokimia dalam Masuk ke herediter HIV berikatan
Psikologis: tubuh. Neonatus limfosit T,
berkaitan
dengan trauma monosit, makrofag
Proses metaplasi
depresi, stress Energy dalam
& kecemasan. tubuh menurun Masa Masa pascanatal
antenatal intranatal HIV
Gaya hidup: Dysplasia servik
Penurunan berdifusi
merokok, Infeksi
libido Kuman dengan CD4
konsumsi Kuman di nosokomial
alcohol & virus dari luar Ca. servik
vagina &
berlebih, dari ibu
Ketidakefektif servik rahim Inti virus
obesitas
ekstrem & an pola masuk ke
kurangnya seksualitas Melewati Terapi dalam
Naik
olah raga plasenta sitoplasma
mencapai
&
Obat-obatan:
S kiroin & Post
umbilikus
obat anti amnion kemoterapi
dpresan, anti-
psikotik, obat
penenang Masuk ke
Amionitis &
dalam
korionitis
tubuh bayi
Kompresi pada RNA
Melalui Kuman melalui Melalui alat2
Kelemahan RES
sirkulasi umbilicus pengisap lendir virus
&
darah masuk ke janin , selang
impotensi DNA
janin endotrakeal,
Anemia
inuse, selang
naso gastric,
Disfungsi botol minuman Leukosit Integrasi
DNA virus
seksual atau dot menurun
+ prot. Pd
T4
Resiko (provirus)
infeksi
sepsis
RNA mRNA
Ketidaksiapan
genom ditran
meningkatkan
Ante, intra, postnatal dilepas slasi
proses
hipertermi, aktivitas kesitopl
kehamilan
lemah, tampak sakit, asma
melahirkan
menyusu buruk, Prot.
peningkatan leukosit Virus
darah
Tunas virus
Resiko Virion
infeksi HIV baru
terbentuk
(dilimfoid)
Resiko Ketidakefektifan
Ketidakefekti proses AIDS
fan proses kehamilan-
kehamilan- melahirkan
melahirkan
Risiko
gangguan
hubungan
Ibu-Janin
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hematologi : hitung darah lengkap dan laju sedimentasi, skrining anemia
2. Zat kimia, nitrogen urea darah (BUN), glikosa, tiroid, adrenal, fungsi hati dan ginjal.
3. Serologi, terutama skrining sifilis, HIV, hepatitis
4. Urinalis, skrining obat.
5. Pemeriksaan tinja untuk darah tersamar.
F. Penatalaksaan Medis
1. Gonorhoe (GO)
Disebabkan oleh bakteri diploccocus gram negatif yang kontank melalui eksudat
dan menyerang uretra, serviks, atau meluas ke alat reproduksi bagian atas. Eksudat
dapat menular pada bayi waktu lahir sehingga menjadi konjungtifitis neonaiorum.
Komplikasi artritis, meningitis, septikemi, endokarditis dan lain lain. Gejalan yang
mucul berupa nyeri, dispa reuni , pengeluaran cairan lewat uretra. Terapi obat yang
dapat diberikan , seperti sefrakson 250 mg/IM 1 x sehari selama tujuh hari dan
doksisiklin 100 mg, oral 2 x / hari selama tujuh hari. Untuk ibu hamil dapat di ganti
dengan eritromisin. Untuk mencegah infeksi sistemis pada neonatus diberi seftriakson
50mg /kg BB/IV atau IM 125mg.
2. Sifilis
Disebabkan oleh Spirochaeta Treponema Pallidum. Penyakit ini menempati
urutan ke tiga terbanyak di amerika serikat. Penularannya dengan cara kontak tubuh
atau kongenital dari ibu ke janin melalui plasenta. Janin yang terinfeksi sifilis melalui
ibunya dapat menyebabkan aborsi spontan, mati dalam kandungan, kebutaan, ketulian
dan kelainan pada wajah atau ekstremitas. Terapi obat yang dapat di gunakan berupa
Penisilin G Benzantin 7,2 juta unit, dibagi tiga dosis, diberikan satu minggu sekali.
Dosisiklin atau tetreasiklin adalah alternatif lain apabila ibu tak hamil. Penisilin
kristal G untuk sifilis yang menyerang SSP secara IV. Pengobatan sifilis pada wanita
hamil paling baik dengan penisilin. Apabila bayi sifilis dan ibu yang hamil sudah di
terapi dengan eritromisin, sebaiknya menggunakan penisilin benazantin 50.000 U / kg
BB / intramuskuler dosis tunggal.
3. Kandidiasis
Disebabkan oleh jamus kandida albicans yang menyebabkan infeksi pada kulit
dan selaput lendir terutama lesi pada oral , vulvovagina, salurana gastro investinal,
kandidiasis vagiina ditandai dengan keluarnya cairan per vagina kental seperti keju
disertai rasa gatal. Dapat ditularkan pada waktu hubungan seksual terutama dalam
kondisi tubuh lemah, DM terapis steroid, terapi sitostatika dan imunodefisiensi.
Terapi obat yang dapat diberikan yaitu mikonasol 200mg intravagina , menjelang
tidur selama tiga hari. Obat lainnya seperti klottrimasol, butakonasol, per vaginam
.bayi yang menderita kandidiasis pada mulut diobati dengan nistatin yang dioleskan
dalam mulut.
4. Pedikulonis Pubis (Kutupubis)
Merupakan infeksi ektoparasit yang ditularkan saat kontak seksual. Telur menetas
dalam satu minggu dan dewasa dalam 8-10 hari. Terapi obat yang dapat diberikan
berupa cream permetrin 1 % pada daerah yang terkena dan dibilas 10 menit
kemudisn. Tempat lainnya seperti piretrin, pipironil butoksida atau sampolindane 1%
selama 4 menit. Pengobatan terhadap pasangan hubungan seksual dan lindane tidak
boleh diberikan wanita hamil dan menyusui.
Terkait-Penanganan
Remaja
Dewasa
C. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
No. TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
Mengetahui
Pembimbing Akademik