Di susun oleh:
Ahmad Misriani
164820144650002
Telah menyelesaikan Praktek Belajar Lapangan di Apotek PMI Purwokerto Jl. Adyakasa,
no 8, Purwokerto, Kec. Purwokerto Barat, Kab. Banyumas pada tanggal 9 September 2019
sampai dengan 22 September 2019.
Mengetahui,
Apoteker pembimbing
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Belajar Lapangan di apotek PMI Purwokerto.
Laporan ini ditulis berdasarkan teori dan hasil pengamatan selama melakukan PBL di apotek
PMI Purwokerto. Selama melaksanakan PBL ini penulis telah banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak berupa bimbingan, arahan dan masukan. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Penulis
DAFTAR ISI
A. Profil Klinik Utama Rawat Jalan Adyaksa 24 jam PMI Kab. Banyumas
Palang merah Indonesia (PMI) kabupaten banyumas mulai aktif sejak tahun 1950,
karena sejak itu PMI Pusat Memerintahkan agar di daerah-daerah didirikan PMI. Pada waktu
itu wilayah kerja PMI cabang Banyumas maliputi seluruh Eks-karesidenan Banyumas meliputi
kabupaten Banyumas, Purbalingga, Cilacap, Banjarnegara, dan baru pecah dalam tiap-tiap
kabupaten sekitar tahun 1960.
Kantor PMI Kabupaten Banyumas pertama kali di Sokaraja selama 3 bulan kemudian
pindah ke salah satu ruangan di RSU di Purwokerto dan selama 6 bulan pindah dengan
menyewa di jalan Merdeka N0. 18 (depan kantor PT. Telkom)hingga tahun 1982. Kemudan
menempati gedung milik sendiri di Jl. Adyaksa No.8 Purwokerto. Dengan perkembangan
teknologi dan standar mutu pelayanan sehingga memerlukan gedung yang lebih besaqr pada 5
Oktober 2009 untuk Unit Transfusi Darah Cabang (UTDC) PMI Kabupaten Banyumas
menempati Gedung Baru di Jl.Pekaja No.37 Sokaraja Tengah.
D. Stuktur Organisasi Klinik Utama Rawat Jalan Adyaksa 24 Jam PMI Kab.Banyumas
Pengurus
Kepala
Kasubag TU
1. PERENCANAAN
Perencanaan merupakan dasar tindakan manejer untuk dapat menyelesaikan tugasnya
dengan baik. Dalam perencanaan pengadaan sedian farmasi seperti obat-obatan dan alat
kesehatan yang dilakukan adalah pengumpulan data obat-obatan yang akan di tulis dalam buku
defacta. Sebelum perencanaan di tetapkan, umumnya di dahulukan oleh prediksi atau ramalan
tentang peristiwa yang akan datang (Taufiq, 2011). Dalam prakteknya metode yang digunakan
pada perencanaan dalam pengadaan (pembelian) barang di apotek PMI Banyumas yaitu:
a. Epidemiologi
Perencanaan didasarkan pada penyebaran penyakit, wabah, atau penyakit yang paling
banyak diderita di daaerah itu. Dapat dilihat dari dari ranking 10 besar penyakit yang terjadi
pada saat itu misalnya diare, sakit perut, demam, batuk & pilek.Dan dapat juga dilihat dari
KLB (Kejadian Luar Biasa) pada saat itu misalnya penyakit tipes dan DBD.
b. Konsumsi
Direncanakan berdasar pengeluaran barang periode sebelumnya, jadi dapat dipantau
dari obat apa yang paling banyak keluar di periode sebelumnya dalam menentukan obat yang
akan di beli pada periode selanjutnya. Sehingga perlu dilakukan pengelompokan barang
menjadi 2 yaitu fast moving dan slow moving. Dimana barang-barang fast moving akan
dilebihkan stoknya (buffer stock) daripada barang-barang yang slow moving. Perencaan
pengadaan obat juga dilakukan berdasarkan penulisan peresepan oleh dokter pada klinik PMI
Banyumas.
c. Kombinasi epidemiologi dan konsumsi
Direncanakan berdasarkan apa saja yang banyak keluar dan epidemologi saat itu.
Dalam menyusun perencanaan pengadaan obat terdapat beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan sebagai berikut :
1) Pemilihan pemasok (PBF), dalam pemilihan pemasok terdapat hal-hal yang harus diperhatikan
yaitu :
a. Legalitas pemasok (Pedagang Besar Farmasi/PBF)
b. Service yang meliputi ketepatan waktu, ketepatan barang yang dikirim, ada atau tidaknya
diskon/bonus, layanan obat kadaluarsa, serta tempo pembayaran.
c. Kualitas obat, perbekalan farmasi lain dan pelayanan yang diberikan.
d. Ketersediaan obat yang dibutuhkan serta harga yang sama.
2) Ketersediaan barang atau perbekalan farmasi
3) Sisa stok
4) Rata-rata pemakaian obat dalam satu periode
5) Frekuensi pemakaian
6) Waktu tunggu pesanan
2. PENGADAAN
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi di
apotek PMI Banyumas ini sudah sesuai dalam ketentuan peraturan permenkes atau perundang
- undangan. Dalam melakukan pengadaan barang Apotek PMI Banyumas mensuplai barang
dari 20 distributor Pedagang Besar Farmasi yang resmi dan legal.
Pengadaan barang dilakukan sesuai dengan perencanaan pemesanan barang dan
dilakukan pengadaan barang yang diluar rencana dengan pembelian 1,5 dari jumlah pembelian
awal.
Adapun metode pengadaan obat di Apotek PMI Banyumas dilakukan melalui dua
metode yaitu :
a. Metode Terencana
Dengan melakukan penyetokan atau pengecekan obat setiap harinya yang sering
digunakan oleh dokter dihari itu. Dilakukan pengecekan terhadap stok obat, jika terdapat stok
obat yang habis maka akan di catat di dalam buku defecta yang kemudian akan melakukan
pengadaan ke PBF.
b. Metode Konsinyasi
Metode ini merupakan metode dimana pemilik produk atau distributor menitipkan
barangnya terlebih dahulu. Pembayaran yang dilakukan oleh apotek sesuai dengan jumlah
barang yang terjual. Apabila barang konsinyasi tidak terjual maka dapat dikembalikan (retur)
ke distributor yang menitipkan barang tersebut.
3. PENERIMAAN
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang
diterima.
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penerimaan barang atau perbekalan farmasi dari
PBF antara lain sebagai berikut:
Penerimaan barang atau perbekalan farmasi di Apotek Klinik Utama Rawat Jalan Adyaksa
24 jam PMI Kabupaten Banyumas harus memperhatikan antara lain :
3. Mengeck tanggal jatuh tempo faktur, jika tanggal jatuh tempo pada faktur pendek maka
dikembalikan
7. Mengecek nomer batch antara faktur dan yang tertera pada kemasan produk obat
8. Mengecek tanggal kadaluarsa, jika tanggal kadaluarsa pada kemasan pendek maka di
kembalikan
5. PEMUSNAHAN
Pemusnahan obat di Apotek PMI Banyumas dilakukan setelahproses penarikan dengan
melibatkan pihak ketiga dan APA, BPOM serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pemusnahan obat psikotropik dan narkotik menggunakan berita acara yang memuat :
1. Nama jelas, sifat dan jumlah obat yang dimusnahkan
2. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan pemusnahan
3. Nama APA
4. Nama saksi dari pemerintah dan apotek
5. Cara pemusnahan
6. Tandatangan dan identitas APA dan saksi-saksi
Untuk pemusnahan resep dilakukan setiap 5 tahun sekali. Sedangkan pemusnahan obat
bebas dan obat sediaan cair dimusnahkan dengan bekerjasama dengan dinas kesehatan yang
dimusnahkan secara bersamaan dan dimasukkan ke dalam suatu alat yang besar dengan suhu
tinggi.
6. PENGENDALIAN
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai
kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
pengeluaran (Permenkes, 2016).
Pengendalian di Apotek PMI dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan dan menghindari terjadinya kekurangan, kekosongan,
kerusakan, kadaluarsa, dan kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian dilakukkan
menggunakan kartu stok dengan komputerisasi.
1. PENGKAJIAN RESEP
Pengkajian resep di apotek PMI Purwokerto meliputi administrasi kesesuaian,
farmasetik dan pertimbangan klinis.
Pengkajian administrasi meliputi:
1. Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan
2. Nama dokter, nomor SIP, alamat, nomor telepon dan paraf
3. Tanggal penulisan resep.
Pengkajian kesesuaian farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan
2. Stabilitas
3. Kompatibilitas (ketercampuran obat)
Pertimbangan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi dan dosis obat
2. Aturan, cara dan lama penggunaan
3. Duplikasi dan atau polifarmasi
4. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain)
5. Kontraindikasi
6. Interaksi obat.
Jika ditemukan adanya ketidak sesuaian dari hasil pengkajian, maka apoteker akan
menghubungi dokter penulisan resep. Sedangkan jika ada Obat atau bahan obat yang habis
atau tidak ada, apoteker akan mengganti obat dengan komposisi atau kandungan yang sama
dengan meminta persetujuan dari pasien.
2. DISPENSING
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat.
Proses dispensing di Apotek PMI Purwokerto:
1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep
a. Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep
b. Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan
nama obat tanggal kadaluarsa dan keadaan fisik obat
2. Melakukan peracikan obat (bila diperlukan)
3. Memberi etiket
a. Warna putih untuk obat dalam atau oral
b. Warna biru untuk obat luar dan suntik
c. Menempelkan label kocok dahulu pada sediaan bentuk suspensi atau emulsi harus
dihabiskan untuk sediaan antibiotik
4. Memasukkan obat ke wadah yang tepat dan terpisah untuk masing-masing obat
5. Menyerahkan obat kepada pasien disertai pemberian informasi obat meliputi:
a. Kegunaan obat
b. Cara pemakaian
c. Kemungkinan efek samping
d. Adanya interaksi obat
e. Cara penyimpanan obat
f. Makanan dan minuman yang harus dihindari.
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan apoteker dalam
pemberian informasi obat. Informasi mengenai obat, termasuk obat resep, obat bebas dan
herbal.
Informasi yang diberikan meliputi dosis, bentuk sediaan, cara pemakaian, kegunaan
obat, efek samping, interaksi, berapa lama pemakaiannya, keamanannya pada ibu hamil
dan menyusui, harga dan lain-lain.
Pelayanan informasi obat di apotek samara dilakukan pada pasien yang yang menebus
obat baik obat dengan resep maupun obat tanpa resep.
4. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan pasien atau keluarga
pasien untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan, sehingga terjadi perubahan perilaku
dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk
mengawali konseling, biasanya apoteker menggunakan three prime question.
Pelayanan konseling di Apotek PMI Purwokerto dilakukan pada pasien yang menebus
obat dengan resep maupun non resep.
5. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan terapi obat merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
Kegiatan pemantauan terapi obat oleh apoteker Apotek PMI Purwokerto dilakukan
dengan bertanya kepada pasien atau keluarga pasien baik secara langsung ataupun melalui
telepon atau WhatsApp.
6. Monitoring efek samping obat (MESO)
Monitoring efek samping obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan respon
terhadap obat yang merugikan dan tidak diharapkan terjadi pada sosis normal yang
digunakan pada manusia.
Kegiatan yang dilakukan pada MESO:
1. Mengidentifikasi pasien dan obat-obatan yang memiliki resiko efek samping tinggi.
contohnya: kortikosteroid
2. Mengisi formulir MESO, tetapi kasus ini jarang terjadi sehingga hanya dilakukan
edukasi pada pasien.
A. Resep 1
1. Drug Interactions
Tidak ada interaksi
2. Interaksi
-
3. Managemen Penanganan
-
4. Pembahasan
Dalam resep tersebut diberikan obat alprazolam 1mg dan zipras 1mg. Pasien
diberikan Alprazolame 1 mg 1xsehari siang hari oabt ini digunakan untuk mengatasi
gangguan kecemasan dan serangan panik. Efek samping dari obat alprazolam dapat
meningkatkan produksi air liur, perubahan gairah seksual, perubahan suasana hati, dan
gangguan ingatan gagngguan kejiwaan diketahui berkaitan erat dengan
ketidakseimbangan kimiawi otak atau norepinefrin. Pasien juga mendapat obat zipraz
(alprazolam). obat ini bekerja langsung memperbaiki atau menyeimbangkan kadar
senyawa kimia dalam otak.
Resep 4
1. Drug Interactions
-
2. Interaksi
-
3. Managemen Penanganan
a. Pemantauan kadar gula darah pasien
4. Pembahasan
Dalam resep tersebut pasien diberikan obat metformin dengan aturan pakai 2
kali sehari 1 tablet, dengan sediaan yang digunakan 500mg guna untuk mengontrol gula
darah yang tinggi, metformin bekerja dengan membantu mengembalikan respon tubuh
yang tepat terhadap insulin yang diproduksi secara natural. Biasanya pasien akan
mengalami efek samping dari obat metformin seperti sakit kepala atau nyeri otot, mual-
mual ringan, muntah.
Pasien juga mendapatkan terapi coten (coenzyme) dengan aturan pakai 1 kali
sehari 1 tablet, dengan sediaan yang digunakan 30 mg, obat ini diberikan untuk
mencegah terjadinya kerusakan sel dan untuk membantu produksi energy pada pasien.
Pasien juga mendapatkan terapi utrogestan dengan aturan pakai 1 kali sehari 1
tablet, dengan sediaan yang digunakan 200 mg, utrogeston diberikan untuk merangsang
pelepasan sel telur yang matang, menebalkan dinding Rahim, ser4ta memelihara sel
telur yang dibuahi.
Resep 5
1. Drug Interactions
-
2. Interaksi
-
3. Managemen Penanganan
-
4. Pembahasan
Dalam resep tersebut pasien diberikan obat ketoconazole dengan aturan pakai
2 kali sehari 1 tablet, dengan sediaan yang digunakan 200mg guna untuk mengatasi
infeksi jamur pada kulit, ketoconazole termasuk golongan antijamur azole yang bekerja
dengan menghentikan pertumbuhan jamur.
Selain itu pasien juga mendapatkan terapi thezort cream yang mengandung
miconazole dan hydrocortisone di campur dengan asam salisilat 1 % dengan aturan
pakai 2 kali sehari di oles, untuk thezort sendiri untuk mengatasi inflamasi dan infeksi
kulit yang disebabkan oleh jamur, miconazole bekerja dengan cara mempengaruhi
permeabilitas jamur dengan mengganggu biosintesis ergosterol sehingga membrane
plasma tidak terbentuk. Sedangkan untuk hydrocortisone bekerja dengan cara
mencegah atau menekan gejala inflamasi. Untuk asam salisilatnya sendiri merupakan
obat golongan keratolitik untuk meningkatkan kelembapan pada kulit dan melarutkan
unsur yang mengakibatkan sel kulit saling menempel.
Pasien juga mendapatkan terapi cetirizine dengan aturan pakai 1 kali sehari 1
tablet, dengan sediaan yang di gunakan 10 mg. cetirizine termasuk golongan
antihistamin guna untuk gatal atau mengobati reaksi alergi serius, obat inibekerja
dengan menghalangi zat alami tertentu (histamine) yang di produksi tubuh selama
reaksi alergi.
B. Resep 6
1. Drug Interactions
-
2. Interaksi
-
3. Managemen Penanganan
4. Pembahasan
Dalam resep tersebut pasien diberikan obat polidex dengan aturan pakai 2 kali
sehari 1 tablet, dengan sediaan yang digunakan 0,6ml isi kandungan yang terdapatdi
dalam polydex ( polymixin B sulfate 10.000 IU,neomycin sulphate 3,5 mg, daqn
dexamethasone 1.0 mg)obat ini guna untuk mengatasi peradangan pada mata yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
Selain itu pasien juga mendapatkan terapi antibiotic levofloxacin dengan aturan
pakai 1 x sehari 1 tablet, dengan sediann yang di gunakan 500mg, obat ini
termasukgolongan antibiotic quinolone yang dapat di gunkan untuk mengobati infeksi
bakteri. Antibiotik levofloxacin bekerja dengan cara membunuh bakteri dan
mencegahnya tumbuh kembali.
Pasien juga mendapat terapi dexteem plus dengan aturan pakai 3x sehari 1
tablet, sediaan ini mengandung (dexamethasone 0,5 mg, dan dexchlorpheniramine
maleat 2 mg. obat ini digunakan untuk mengobati inflamasi yang terjadi pada mata
pasien.
Pasien juga mendapatkan terapi iremax dengan aturan pakai 3xsehari 1 tablet,
dengan sediaan yang digunakan 200 mg, obat ini mengandung kombinasi obat
paracetamol dan ibuprofen. Obat ini diberikan kepadapa pasien karena pasien
mengalami demam, dan nyeri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kegiatan PBL di apotek PMI dapat memberikan gambaran nyata kepada mahasiswa
tentang peran apoteker dan tenaga teknis kefarmasian di lapangan, selain itu
kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan skil mahasiswa di bidang farmasi
klinis.
2. Kegiatan PBL di apotek PMI membantu untuk meningkatkan interaksi mahasiswa
dengan praktisi farmasi klinis dan dan pasien.
3. Kegiatan PBL di Apotek PMI memberikan ilmu kepada mahasiswa untuk
mengenali dan menyelesaikan masalah dalam praktek farmasi klinisdan pelayanan
di Apotek.
B. Saran
1. Diharapkan waktu yang diberikan untuk PBL tidak hanya 2 minggu karena masih
banyak hal yang harus dipelajari dan dipahami mengenai apotek.
2. Diharapkan Apotek PMI lebih meningkatkan pelayanan terhadap pemberian
informasi obat dan konseling kepada pasien.
Daftar Pustaka
Anonim, 2016, Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia, Jakarta: Isfi Penerbitan vol: 47
Lacy C.F., Armstrong L.L., Goldman M.P. and Lance L.L., 2009, Drug Information
Meadscape.com
Tjay, T.H., dan Rahardja, K., (2010). Obat- Obat Penting, Elex Media Komputindo, Jakarta.