Anda di halaman 1dari 11

1

1. PUSAT LABA

Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang kinerjanya diukur dari selisih antara

pendapatan dan biaya (laba). Laba merupakan ukuran kinerja yang memungkinkan manajer
senior

menggunakan satu indikator yang komprehensif. Dalam pusat laba fungsi produksi dan
pemasaran

dilakukan dalam satu pusat pertanggungjawaban dan kegiatan ini disebut juga
divisionalisasi.

Organisasi membentuk pusat laba ditujukan untuk mendelegasikan wewenang yang lebih
besar

pada manajer operasional.

Dalam pendelegasian tersebut terdapat dua kondisi yang harus diperhatikan yaitu:

1. Setiap manajer harus dapat memperoleh informasi yang diperlukan untuk pengambilan

keputusan. ( contoh : harga pasar, selera konsumen, dll )

2. Efektivitas kegiatan trade off pendapatan dan biaya yang dilakukan manajer harus
dapat

diukur.

Laba merupakan tujuan utama bagi organisasi yang berorientasi laba. Sehingga laba

merupakan pengukur efektifitas yang penting. Selain itu laba adalah selisih antara
penjualan

(pengukur output) dan biaya (pengukur input), jadi laba juga merupakan pengukur
efisiensi.
Sehingga laba merupakan pengukur efisiensi dan efektifitas. Apabila kedua pengukur
input dan

output dapat dilakukan, maka efisiensi dan efektifitas dapat ditentukan. Akan tetapi
apabila yang

dapat diukur hanya salah satunya (input atau output saja) maka pengukur kinerjanya
dihubungkan

dengan efisiensinya atau efektifitasnya saja.

Ketika kinerja keuangan suatu pusat pertanggungjawaban diukur berdasarkan laba yang

dihasilkan, maka pusat ini disebut pusat laba. Laba adalah selisih pendapatan dan biaya.

2. KEUNGGULAN PEMBENTUKAN PUSAT LABA

1. Kualitas keputusan lebih baik

Kualitas keputusan dapat meningkat karena keputusan dibuat oleh manajer yang paling
dekat

dengan poin keputusannya.

2. Keputusan dapat dilakukan lebih cepat

Kecepatan dalam membuat keputusan operasional dapat meningkat karena mereka tidak perlu

persetujuan kantor pusat

3. Pimpinan puncak terbebas dari keputusan rutin

Kecepatan dalam membuat keputusan operasional dapat meningkat karena mereka tidak perlu

persetujuan kantor pusat

4. Manajer operasional memperoleh kebebasan dalam berinisiatif dan berimaginasi

Manajer divisi lebih bebas berkreasi dan berinisiatif

5. Sarana pelatihan manajer


Karena pusat-pusat laba adalah perusahaan independen, sehingga memberikan dasar yang

sempurna bagi manajemen umum. Para manjer mendapat banyak pengalaman dalam

mengelola semua area fungsional, dan manajemen tingkat tinggi lebih berkonsentrasi
pada

potensi kerja yang lebih tinggi.

6. Tujuan laba menjadi fokus utama

Kesadaran untuk memperoleh laba dapat ditingkatkan, karena para manajer bertanggungjawab

atas laba, sehingga akan mencari jalan berusaha untuk meningkatkan labanya.

7. Pimpinan puncak dapat memperoleh informasi dari setiap pusat laba mengenai

kemampuan memperoleh laba

Pusat laba memudahkan seorang manajemen puncak memperoleh informasi mengenai

profitabilitas komponen-komponen perusahaan

8. Meningkatkan persaingan antar pusat laba

Pusat laba didorong untuk meningkatkan kinerja kompetitif.

3. KELEMAHAN (PERMASALAHAN) PEMBENTUKAN PUSAT LABA

a) Kesulitan Pengendalian

Dalam sistem desentralisasi, manajemen puncak akan kehilangan pengendalian karena


hanya

mengandalkan laporan pengendalian manajemen.

b) Kualitas keputusan mungkin tidak selalu meningkat


Jika manajemen kantor pusat lebih mampu atau memiliki informasi yang lebih akurat,
maka

kualitas keputusan yang diambil manajer unit bisnis akan berkurang

c) Friksi antar pusat laba

Perselisihan antar manajer pusat laba akan terjadi berkaitan dengan penentuan harga

transfer,dan pengalokasian biaya bersama

d) Persaingan antar pusat laba

Kerjasama antar fungsi berkurang. Terjadi kompetisi antar unit-unit organisasi sebagai
satu

unit fungsional yang bekerja sama.

e) Terjadi peningkatan biaya

Divisionalisasi mengakibatkan tambahan biaya karena ada tambahan manajemen, staf dan

bagian pencatatan.

f) Kompetensi manajer umum tidak berkembang

Kompetensi para manajer umum dapat hilang pada organisasi fungsional karena tidak adanya

kesempatan mengembangkan keahliannya.

g) Menekankan laba jangka pendek

Lebih menekankan profitabilitas jangka pendek dan mengorbankan profitabilitas jangka

panjang.

h) Optimalisasi laba setiap pusat laba belum tentu mengoptimalkan laba organisasi

keseluruhan

Belum adanya sistem yang memuaskan untuk menjamin laba dari setiap pusat laba bisa

mengoptimumkan laba perusahaan secara keseluruhan.

4. KENDALA PEMBENTUKAN PUSAT LABA


1. Kendala dalam pendelegasian wewenang (otorisasi)

Mengenai sejauh mana pendelegasian akan dilakukan. Pendelegasian wewenang harus

dilakukan dengan pertimbangan sinergi, apabila terlalu besar maka akan kehilangan
sinergi.

Sehingga pembentukan pusat laba masih mempertahankan kegiatan yang dilakukan secara

terpusat.

Untuk memperoleh manfaat penuh dari konsep pusat laba, manajer unit bisnis harus

otonom seperti halnya perusahaan independen. Tetapi hal tersebut akan mengakibatkan

perusahaan kehilangan keuntungan dari ukuran dan sinergi. Stuktur unit bisnis merupakan

trade-off antara otonomi unit bisnis dan pembatasan korporat.

2. Kendala dari unit bisnis yang lain

Karena adanya kegiatan antar unit bisnis yang saling berkaitan, maka campur tangan dari pusat

masih diperlukan untuk menentukan:

Keputusan produk Mengenai apa yang dibuat dan dijual setiap unit bisnis,

Keputusan pemasaran Mengenai kemana, bagaimana, dimana, dan dengan harga berapa

produk akan dijual?

Keputusan sumber/pemasokan atau perolehan Mengenai darimana sumberdaya yang

diperlukan untuk memproduksi produk akan diperoleh

3. Kendala dari manajemen Puncak

Batasan – batasan yang dikenakan oleh manajemen korporat :


a. Batasan keputusan yang berasal dari pertimbangan strategic

Perusahaan biasanya mempertahankan keputusan keuangan pada tingkat korporat.

Setiap unit punya perjanjian mengenai aktivitas yang dibolehkan dan dilarang.

b. Batasan keputusan dari kesamaan dengan unit bisnis yang lain

Harus sesuai dengan sistem akuntansi dan pengendalian manajemen korporat.

Keseragaman kebijakan karyawan, alat komunikasi, komputer dll

c. Batasan keputusan yang berasal dari nilai ekonomis sentralisasi (Economize of

centralization)

Penyeragaman biaya dalam unit bisnis.

Umumnya beberapa organisasi, menyerahkan keputusan tersebut terutama yang berbentuk

Keuangan pada pusat.

5. PUSAT LABA SELAIN UNIT BISNIS

Pembentukan Pusat laba dalam dilakukan pada fungsi Organisasi seperti Fungsi
Pemasaran dan

Fungsi Produksi.

a. Fungsi Pemasaran :

Fungsi Pemasaran dapat dibentuk sebagai pusat laba dengan membebankan Harga pokok

Penjualan. Harga tersebut akan memberikan informasi yang relevan mengenai trade
optimum

biaya dan pendapatan yang dilakukan oleh manajer pemasaran. Harga yang dibebankan
pada

manajer pemasaran harus ditetapkan berdasarkan biaya standar, bukan dari biaya

sesungguhnya dari produk yang terjual, sehingga efiensi dapat diukur.


b. Fungsi Produksi:

Fungsi produksi biasanya diperlakukan sebagai pusat biaya, dimana kinerja manajernya diukur

dari efisiensinya yaitu melakukan kegiatan dengan menggunakan biaya sesuai atau
dibawah

dari standar biaya yang ditetapkan.

Hal ini menyebabkan:

Manajer akan mengabaikan kualitas untuk dapat menekan biaya (memproduksi produk

berkualitas rendah)

Manajer akan menolak untuk megubah pola kegiatan produksinya dalam rangka untuk

memenuhi kebutuhan konsumen yang sedang meningkat (Manajer enggan melayani

pesanan khusus)

Manajer akan menolak meningkatkan kualitas produk yang dirasa sulit, karena akan

menyebabkan peningkatan biaya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka fungsi produksi dapat diperlakukan sebagai

pusat laba dengan cara membebankan produk yang dijual dikurangi biaya pemasaran.

c. Unit Jasa dan pendukung:

Unit pemeliharaan, teknologi informasi, transportasi, tehnik, jasa konsultasi, pelayanan

konsumen dan kegiatan pendukung lainnya dapat diperlakukan sebagai pusat laba. Yaitu

dengan membebani biaya pada pemakai jasa yang diberikan sehingga unit jasa dapat
diukur
kinerjanya dari selisih antara pendapatan dan biaya yang terjadi dalam unitnya. Unit
tersebut

membebankan harga terhadap jasa yang diberikan dan unit penerima jasa dapat
memperoleh

dari luar. Manajer unit pemberi dan penerima jasa termotivasi untuk mengendalikan biaya.

6. PENGUKURAN KINERJA

Terdapat dua dasar pengukuran kinerja yang dilakukan dalam pusat Laba, yaitu ;

a. Kinerja Manajemen (Management Performance) , yaitu untuk menilai kemampuan manajer

dalam memperoleh laba,hasil pengukurannya dapat digunakan sebagai dasar untuk

memberikan kompensasi pada manajer tersebut, maka penilaian kinerja ini dapat disebut juga

sebagai motivational performance (penilaian kinerja untuk melakukan motivasi pada manajer).

Fokus pada seberapa baik manajer bekerja.

b. Kinerja ekonomik ( economic performance), yaitu menilai kemampuan unit bisnis


sebagai

satuan ekonomi dalam menghasilkan laba. Laba yang dihasilkan oleh setiap pusat laba

merupakan kontribusi masing-masing pusat laba pada laba organisasi secara keseluruhan.

Fokus pada seberapa baik pusat laba bekerja sebagai entitas ekonomi.

7. Konsep laba yang digunakan sebagai pengukur kinerja

Kinerja ekonomi pusat laba selalu diukur dengan laba bersih. Kinerja manajer pusat
laba dapat

dievaluasi dengan lima ukuran profitablitas:


1. Laba Kontribusi (Contribution margin)

Merupakan selisih antara pendapatan dengan biaya variable.Laba kontribusi menunjukkan

rentang antara laba dengan biaya variabel. Alasan utama penerapan laba kontribusi
adalah

biaya tetap adalah merupakan biaya yang tidak dapat dikendalikan oleh manajer, sehingga

fokus manajer adalah bagaimana memaksimalkan laba kontribusi yaitu dengan


memperbesar

jarak (spread) antara pendapatan dengan biaya variabel. Alasan utama margin kontribusi

digunakan sebagai alat pengukur kinerja manajer pusat laba adalah karena biaya tetap
berada

di luar kendali manajer tersebut, sehingga para manajer harus memusatkan perhatian
untuk

memaksimalkan margin kontribusi. Padahal senyatanya hampir semua biaya tetap dapat

sebagian (sepenuhnya) dikendalikan oleh manajer pusat laba.

2. Laba Divisi (direct profit)

Merupakan selisih pendapatan dan biaya yang terjadi langsung pada divisi. Laba langsung

mencerminkan kontribusi pusat laba terhadap overhead umum dan laba perusahaan. Ukuran
ini

menggabungkan seluruh biaya pusat laba baik yang dapat ditelusuri dan yang tidak,

pengukuran ini mencerminkan kontribusi pusat laba dalam general overhead dan laba

perusahaan.

3. Laba terkendali divisi (controllable profit)

5
Merupakan laba yang terjadi pada divisi dikurangi biaya terkendali dari pusat. Biaya-biaya

kantor pusat dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu : dapat dikendalikan dan
tidak

dapat dikendalikan. Biaya yang terkendalikan adalah biaya yang dapat dikendalikan dan

ditelusuri pada divisi yang bersangkutan oleh manajer pusat laba.

4. Laba operasional sebelum pajak (income before income tax)

Merupakan laba divisi dikurangi seluruh biaya yang berasal dari pusat. Semua biaya
kantor

pusat dialokasi kepada pusat-pusat laba. Dasar pengalokasian ini jumlah relatif biaya
yang

terjadi pada masing-masing pusat laba. Ada 2 alasan penerapan alokasi ini yaitu:

a. Biaya yang terjadi oleh kantor pusat seperti biaya pada bagian akuntansi dan administrasi

tidak dapat diawasi atau dikendalikan manajer pusat laba. Oleh karena itu biaya tidak

dimasukkan karena tidak dapat dikendalikan.

b. Kesulitan dalam hal menemukan metode yang tepat untuk mengalokasikan biaya kantor

pusat yang benar-benar berhubungan dengan pusat laba secara adil.

Tujuan dari penerapan alokasi ini adalah untuk menyadarkan kepada manajer pusat laba bahwa

biaya yang dialokasikan tersebut untuk mendukung operasional perusahaan secara

keseluruhan, sehingga tanpa adanya kontribusi dari pusat laba maka perusahaan tidak
bisa

mengoprasikan perusahaan.

Biaya kantor pusat diperhitungkan berdasar anggaran.

Pendukung:
1. Meningkatkan kemungkinan manajer pusat laba ikut memantau pengeluaran biaya
kantor

pusat.

2. Kinerja pusat laba lebih realistis dan dapat dibandingkan dengan perusahaan pesaing.

3. Memotivasi manajer pusat laba keputusa pemasan jangka panjang yang optimum.

5. Laba Bersih (net income)

Merupakan laba operasional dikurangi biaya pajak. Dengan cara ini, perusahaan
mengukur

kinerja pusat laba dari jumlah laba bersih setelah pajak.

Ada 2 alasan mengapa cara ini dipakai:

a. Pada banyak situasi, laba setelah pajak ini merupakan prosentase yang tetap dari laba

sebelum pajak, sehingga tidak mempunyai pengaruh kepada pajak perusahaan.

b. Pada banyak kondisi banyak keputusan yang mempunyai pengaruh terhadap pajak

penghasilan dibuat oleh kantor pusat dan diyakini bahawa manajer pusat laba hendakknya

tidak mempertimbangkan hal ini dalam pengambilan keputusan.

Penentang:

Laba setelah pajak merupakan presentase tetap dari laba sebelum pajak.

Keputusan yang mempengaruhi pajak laba dibuat kantor pusat.

Pendukung:

Tarif pajak efektif dapat berbeda antar pusat laba.

Pusat laba dapat mempengaruhi pajak laba.

Anda mungkin juga menyukai