PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bisnis Retail merupakan keseluruhan aktivitas bisnis yang terkait dengan penjualan dan
pemberian layanan kepada masyarakat sebagai pelaku konsumen untuk pengunaan yang sifatnya
individu sebagai pribadi maupun keluarga. Dalam operasionalnya pelaku Retail menjalankan
beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan jasa.
Menjalankan fungsi memecah maupun menambah nilai produk, secara keseluruhan pengelola
fungsi keuangan, pemasaran, sumberdaya manusia, maupun operasional. Sehinga pelaku Retail
dapat memahami secara penuh tentang lingkup bisnis Retailnya, cara strategi pengembangannya
dan Memanajemen bisnisnya. Perkembangan bisnis ritel sangat pesat saat ini. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya usaha ritel yang bermunculan untuk menarik minat konsumen dengan
harapan dapat memimpin pasar, sehingga persaingan dalam dunia ritel akan semakin ketat. Di
Indonesia, perkembangan ritel telah memasuki era praktis seperti yang ada di negara-negara
maju.Kondisi tersebut menyebabkan produsen lebih jeli dalam menciptakan keunggulan sebelum
A. Profil Perusahaan
Disc Tarra didirikan oleh grup Tarra, sebuah perusahaan terkemuka di Indonesia yang
menawarkan serta menyediakan multi media dan hiburan yang mengkhususkan diri mereka
dalam hal video atau audio, lisensi, jaringan ritel, distribusi, serta toko rantai sewa. Produk-
produk mereka seperti DVD, VCD, dan juga CD asli alias tidak bajakan memang jaman dahulu
banyak dicari, sebelum era musik digital berkembang. Sejarahnya, perjalanan Disc Tarra cukup
unik. Gerai musik ini didirikan Wirawan sejak tahun 1980-an. Gerai pertama dibangun di Hayam
Wuruk, Jakarta Kota. Dari sebulan hanya menjual 30 CD sampai ratusan keping sekarang ini.
Kesuksesan Disc Tarra didukung kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh Tarra Group.Sekarang
kami sudah mempunyai sekitar 1.000 karyawan dengan 100 gerai. Disc Tarra juga
mengembangkannya dengan sistem franchise. Dengan uang Rp 200 juta, pemilik uang bisa
membeli hak franchise gerai ini. hingga kini para franchisee yang telah mendapatkan hak
waralabanya telah membuka gerai di berbagai kota, seperti Jaya Pura, Bontang, dan Surabaya.
lokasi menjadi pertimbangan penting di dalam pembukaan outlet. Lokasi yang dipilih harus yang
menjadi ikon gaya hidup kaum urban, khususnya anak muda yang senang mengapresiasi mutu
sebuah produk. Disc Tarra sekarang mampu menguasai sekitar 20-30% market share.
kalangan tersebut jelas tidak akan membeli barang bajakan. Apalagi sekarang,
lengkap.
d. Adanya suatu meaningful bagi customer yang sifatnya lebih ke gaya hidup.
2. Konsep-konsep baru yang boleh dibilang sebagai the new look-nya Disc Tarra.
1) music bar
2) digital kiosk
3) music spa,
4) dan sebagainya.
Ini didukung dengan perkakas audi visual yang tidak diragukan lagi kualitasnya.
Disc Tarra menawarkan suasana seperti sedang live melihat konser musiknya.
c. Adanya kios digital, pengunjung gerai bisa mencoba dan membeli lagu-lagu atau
Tepat di malam pergantian tahun baru 2016, 31 Desember 2015, secara resmi jaringan toko CD
raksasa itu menghentikan kegiatan operasionalnya. Saat dicek ke salah satu mal besar di Jakarta,
tempat salah satu outlet Disc Tarra berada. Toko CD raksasa Disc Tarra memang pada akhirnya
resmi ditutup karena pendapatan yang didapat semakin menipis. Hal ini dikarenakan makin
banyak orang yang lebih memilih mendownload album musik/lagu secara online entah berbayar
ataupun gratis karena illegal. Banyak orang yang sekarang lebih suka mendengarkan musik lewat
handphone ataupun iPod mereka ketimbang membeli CD musik berbentuk fisik yang harganya
mungkin lebih mahal daripada mendownload langsung secara online. Apalagi kita tahu sendiri
bahwa lewat internet kita bisa mendapatkan lagu apa saja sesuka-suka kita dan gratis. Intinya
meski Toko CD berkurang, tapi lagu tidak akan pernah berkurang. Amat disayangkan bahwa
Disc Tarra Indonesia harus tutup, tapi tetap masih bisa mendownload lagu-lagu pilihan secara
legal lewat website berbayar. Saat ini ada banyak sekali situs-situs musik online yang
menyediakan download lagu secara legal, baik berbayar dan juga gratis.
Sebagai penjual CD pertama di Indonesia, Disc Tarra harus berjuang keras untuk
Kebanyakan orang Indonesia masih merasa bahwa CD bukan sebuah kebutuhan. Jika diberikan
sebuah pilihan antara membeli CD dan makan, mana yang akan dipilih Pasti makan. Itulah yang
Sementara untuk bersaing dengan penjualan musik digital, Disc Tarra membuat sistem
penjualan online melalui website mereka. Hal ini menjadi salah satu cara promosi dan jualan
mereka. Kegiatan marketing online dan offline selalu terintegrasi dengan baik. memusuhi
platform penjualan musik digital seperti iTunes, Disc Tarra justru menggandeng mereka dengan
melakukan kerja sama. Saat ini Disc Tarra sudah melakukan kerja sama dengan banyak pihak,
misalnya eBay, Telkomsel, Melon Indonesia, Nokia, dan lain-lain. Disc Tarra juga mencoba
menyebar ke banyak platform seperti RBT, YouTube, Streaming in Store, dan Disctarra.com,”.
Mereka juga berencana menjual musik dalam format MP3. Namun hal ini belum terlaksana
karena penbajakan di Indonesia dirasa masih sangat dominan. Saat ini pembajakan adalah
pesaing nomor satu bagi Disc Tarra. Untuk menghadapinya dibutuhkan kerja sama dengan
semua pihak yang bermain di industri ini. “Dalam 30 tahun ke depan, tidak akan ada lagi lokal
musik yang bertahan, kalau pembajakan masih terus terjadi dan tidak diatasi secara serius.
Daftar Pustaka
https://marketing.co.id/disc-tarra-tetap-eksis-di-tengah-gempuran-era-digital/
https://marketeers.com/disc-tarra-akan-tutup-40-gerai/
https://bagibagiilmuku.wordpress.com/2015/11/21/disc-tarra-akan-tutup-apa-kabar-pemasaran-
dunia-musik/
https://jogja.tribunnews.com/2014/02/21/toko-kaset-disc-tara-mampu-bertahan-dengan-trik-baru
http://musicalprom.com/2016/01/05/disc-tarra-bubar-akibat-rendahnya-kelincahan-bisnis/
https://seleb.tempo.co/read/716421/kabar-penutupan-disc-tarra-asiri-jual-ke-mana-
lagihttps://marketing.co.id/kiat-berbenah-ala-disc-tarra/
https://heppishare.com/tentang-disc-tarra-dan-alasannya-tutup/
https://www.viva.co.id/arsip/717761-raksasa-disc-tarra-tutup-pelanggan-setia-menangis
STUDI KASUS
Disc Tarra Bubar Akibat Rendahnya Kelincahan Bisnis
Beberapa media di bulan November mengabarkan bahwa salah satu jaringan gerai penjual akan
menutup sebagian besar gerai retail musiknya di kota besar (CNNIndonesia, Rolling
Stone, Kompas.com). Disc Tarra sebagai salah satu raksasa jaringan retail musik akhirnya
menyusul kompetitornya Aquarius Mahakam yang tutup di tahun 2013 lalu. 40 gerai tutup
November lalu dan kini seluruh gerai Disc Tarra yang berjumlah 100 dikabarkan tutup. Dan
dapat dikatakan rendahnya kelincahan bisnis telah memukul bisnis ini terlalu jauh. Kabar yang
banyak dilansir media massa arus utama lebih banyak mengkritisi perkembangan digital yang
menggerus kehadiran toko brick and mortar (toko fisik) macam Disc Tarra. Kritikus Bens Leo
seperti dilansir Okezone.com malah mengatakan bahwa hal ini disebabkan siklus industri musik
yang terjadi. Namun permasalahan terbesar yang dapat digarap adalah sesungguhnya kegagalan
Disc Tarra dalam memprediksi pasar dan menciptakan kelincahan dalam bermanuver dalam
bisnis. Berbagai upaya telah dilakukan Disc Tarra, salah satunya adalah perlahan mengubah toko
ini menjadi sebuah toko gaya hidup, dengan menempatkan bangku yang nyaman dan menjual
secangkir kopi dan teh seperti yang dilakukan di gerainya di Grand Indonesia. Ia juga sudah
merambah bisnis online dengan menjual CD dan DVD melalui media toko online
di DiscTarra.com yang kini sedang menjalani make-over besar-besaran. Disc Tarra disebutkan
akan tetap mempertahankan beberapa gerai utamanya, tapi baru disebutkan akan berkonsentrasi
untuk menggarap bisnis digital. Sayangnya Disc Tarra sedikit terlambat. Dan ini semua
disebabkan lambannya bisnis dalam melihat peluang dan celah. Dalam menggarap toko gaya
hidup, kehadiran Disc Tarra agaknya menimbulkan banyak kebingungan. Kehendak untuk
mempertahankan bisnis brick & mortar CD dan DVD hanya bercampur dengan menempatkan
mesin kopi dan teh terkesan sebagai sebuah bisnis sampingan yang enggan bertransformasi
secara total. Kehadiran meja dan kursi serta sedikitnya pengunjung kedai kopi dan toko
musiknya hanya menampakkan betapa lemahnya posisi Disc Tarra beberapa tahun terakhir untuk
menggarap pasar yang mereka telah miliki. Demikian juga dengan pengembangan toko online
mereka. Ketika pergeseran bisnis musik online mulai menggerus pasar, Disc Tarra hanya berdiri
menantikan arus itu datang dengan bersiap membuka toko CD dan DVD online, dimana pembeli
dapat membeli CD dan DVD namun produk masih akan dikirim secara fisik ke alamat
raksasa sebesar Disc Tarra sebenarnya telah memiliki jaringan dan relasi dengan berbagai label
dan distribusi musik beserta pelakunya. Tidak gesitnya manajemen Disc Tarra dalam menggarap
kemungkinan bisnis yang ada dan secara lebih berani berinovasi telah memukul mundur bisnis
ini terlalu keras. Dengan dikabarkannya lewat media massa bahwa Disc Tarra akan menutup
gerainya secara langsung menunjukkan betapa rapuhnya posisi Disc Tarra dan ditangkap oleh
pelanggannya. Tidak gesitnya Disc Tarra juga terlihat bagaimana Tarra tidak mampu menangkap
pergerakan industri musik yang semakin mengarah pada bisnis pertunjukan live yang tergolong
memiliki profitabilitas cukup. Pengembangan bisnis yang terlalu jauh dari bisnis utama dan
kompetensi seperti membuka kedai, menjadi sandungan bagi bisnis yang menimbulkan persepsi
inkompetensi di sisi manapun yang mereka lakukan. Keberanian Disc Tarra untuk menjadi gerai
online yang sepenuhnya bertumpu pada streaming juga tidak kunjung dilakukan, menjadikan
model online shop musik sebagai bentuk bisnis yang juga setengah-setengah. Mengubah toko
menjadi toko gaya hidup juga tersandung dalam gayanya yang lebih mainstream dan bukan
mengubahnya menjadi toko yang lebih eklektik yang menekankan pada pengalaman pengunjung
sebagai produk yang berbeda dengan membeli di toko online. Memang harus diakui bahwa
bisnis unduhan musik secara ilegal masih marak dan semakin marak di Indonesia. Dan walaupun
perusahaan ini telah melebarkan sayap ke unduhan dan streaming digital, belum tentu Disc Tarra
akan dapat berhasil bersaing dengan ruang lain seperti Spotify, Amazon, dan iTunes dari
berbagai kawasan mancanegara. Namun tidak bergeraknya Disc Tarra menandakan keragu-
raguan dalam berbisnis dan berinovasi. Namun sebagaimana dikabarkan Detik.com, bahkan
kantor pusat Disc Tarra sudah berubah fungsi dan tidak dapat dihubungi. Seluruh karyawan pun
dikatakan bungkam dan telah dirumahkan per tanggal 31 Desember lalu. Nasi sudah menjadi
bubur, dan kerusakan telah terjadi. Nama Disc Tarra yang dahulu dapat dikatakan sebagai salah
satu brand utama dalam bisnis penjualan rekaman kini terkubur dalam jejak sejarah dan sulit
untuk dihidupkan dan dibersihkan kembali. Sudah terlambat untuk bergerak. Disc Tarra ternyata
hanya akan menjadi sebuah brand yang perlahan akan dilupakan zaman. Sayang sekali.