PENDAHULUAN
Tulisan ini mengkaji tentang strategi pedagang panglong antar etnis Jawa,
Tionghoa, dan Tamil yang berada di Kota Lubuk Pakam, Kabupaten Deli
Serdang. Penulis melihat bahwa pedagang panglong dalam berdagang dan dalam
melayani pembeli masih melihat rasa kesukuan atau suku bangsa dan dalam
pemberian harga pun beberapa masih melihat rasa kesukuan. Di Lubuk Pakam,
pedagang panglong.
berjualan di Lubuk Pakam di antara ketiga kategori antar suku bangsa ini, adalah
pedagang panglong yang mempunyai usaha yang cukup lumayan besar, bukan
membangun rumah.
akan meningkatkan persaingan antar pedagang yang begitu ketat. Para pedagang
harus memikirkan strategi dan konsep beserta ide-ide baru setiap harinya untuk
Berdagang adalah salah satu usaha yang menjadi andalan dan jalan keluar untuk
1
menghasilkan uang. Dengan berdagang, maka akan menciptakan dan memperoleh
mencapai 265 juta penduduk, dapat dimaklumi bahwa untuk memasuki dan
menjadi terbatas dan untuk kemungkinan diterima memiliki peluang yang sangat
kecil. Salah satu untuk mengatasinya adalah dengan berusaha atau dengan
menjadi pegawai merupakan selingan, dan tak jarang pula bagi mahasiswa yang
bagi mahasiswa ada yang sekaligus berfikir dari jauh hari jika diterima di kantor
satu manfaat yang diperoleh adalah tidak hanya memperoleh pendapatan atau
keuntungan untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk memberikan peluang bagi
2
para pencari kerja yang membutuhkan pekerjaan dengan menjadikan mereka
sebagai karyawannya.
dirinya, atau berbicara tentang membuka kesempatan kerja bagi orang yang ingin
hanya 1,67% kini menjadi 3,1%. Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga
tumbuh dari bawah sehingga memiliki fondasi yang kuat untuk berkembang.Hal
itu yang antara lain, membuat rasio wirausaha Indonesia yang pada 2013/2014
lalu masih 1,67% kini, berdasarkan data BPS sudah naik menjadi 3,1%,”
serta strategi-strategi yang khusus yang mereka miliki agar usaha mereka dapat
pedagang dalam melakukan suatu yang berguna bagi usaha yang didirikannya.
3
Perilaku pedagang yang dimiliki terbentuk karena adanya interaksi antara orang
muncul juga dikarenakan interaksi dari seorang pedagang akan tercipta suatu
strategi yang digunakan agar usaha yang diciptakan dapat maju dan berkembang.
Dengan menciptakan ide dan strategi dengan baik dan sangat baik, maka usaha
tadi dapat memulai persaingan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
Bersikap kerja keras, dan optimis harus dimiliki oleh seorang pedagang
agar dagang tersebut bisa berkembang dan maju. Perilaku seorang pedagang yang
yang dimiliki oleh seorang pedagang akan menjadi kunci kesuksesan usaha yang
hal ini dikarenakan seseorang itu memiliki perilaku dan karakter yang berbeda-
beda.Salah satu perbedaan perilaku tersebut dilihat dari karakteristik sisi segi etnis
Dikota Lubuk Pakam, tempat penelitian penulis ada hal yang menarik
yakni adanya strategi dan persaingan yang terjadi antar pedagang Panglong antar
etnis Tionghoa, Jawa, dan Tamil. Ke-3 etnis ini bersaing dengan cara dan strategi
tersebut. Etnis Tionghoa, Jawa dan Tamil memiliki ciri, pandangan hidup,
4
karakter serta filosofi yang berbeda-beda. Sehingga keanekaragaman suku bangsa
perusahaan penebangan kayu yang hanya diusahakan oleh orang Tionghoa saja,
tetapi panglong adalah usaha bahan-bangunan atau bahan material untuk menjual
Panglong bukan usaha yang dilakukan oleh etnis Tionghoa saja, tetapi
usaha yang dilakukan oleh etnis Jawa dan etnis Tamil. Panglong yang penulis
beberapa usaha bahan-bangunan yang lengkap yang dijalankan oleh etnis Jawa,
Tionghoa, dan Tamil. Panglong juga bukan hanya usaha untuk penggergajian
kayu, penebangan kayu, dsb. Panglong yang penulis maksudkan disini, adalah
panglong yang menjual segala jenis bahan-bangunan mulai dari semen, pasir,
batubata, batu koral, batu kerikil, seng, kayu, dan lain-lain untuk membangun
perlengkapan rumah hingga berdiri atau hingga jadi. Dikota Lubuk Pakam,
segala jenis dan macam barang-barang untuk membangun rumah atau bangunan.
5
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Galuh Adisti yang terkait dengan
etnis atau suku bangsa dalam bukunya yang berjudul “Sikap Locus Of Control
Pedagang Usaha Kecil dan Menengah Etnis Cina dan Jawa” menyatakan bahwa:
bukan untuk berdiri sendiri, namun berdiri sebagai makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Masyarakat etnis Jawa tidak terlalu keras dalam
mengembangkan usaha yang mereka miliki, mereka lebih bersifat pasif, artinya
mereka lebih memilih merelakan dan lebih memilih apa yang mereka terima.
makanan seperti martabak, burger, mie goreng, sate, nasigoreng, mie balap, bubur
1
Galuh Adisti. Sikap Locus Of Control Pedagang Usaha Kecil dan Menengah Etnis Cina dan
Jawa (Semarang:Perpustakaan UNIKA 2007)
6
candil dan lain-lain.Tidak jarang juga orang-orang Tamil bermata pencaharian
dari hasil Salon, Laundry dan ada juga yang hanya sebagai tukang parkir.2
Falsafah hidup orang Tamil berbunyi “Yathum Ure, Yawerum Kellir“ yang
artinya bahwa mereka harus menjaga budaya dan tingkah laku dalam
Tamil masih kuat yakni berupa sistem tolong menolong atau yang disebut dengan
Kecerdasan Adversity antara Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa’ menyatakan bahwa
wirausaha etnis Tionghoa memiliki sifat ulet dalam usahanya, dan lebih
kompetitif.
Penelitian yang penulis lakukan dan yang penulis amati selama berada
dilapangan berbeda dengan penelitian Florence dan Hariz Enggar dimana penulis
melihat bahwa etnis Tamil nyatanya memiliki kesuksesan di kota Lubuk Pakam
dan mempunyai rumah serta usaha bahan bangunan atau usaha dagang panglong
yang lumayan besar dan maju. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Florence
(2008) yang menyatakan bahwa pada umumnya suku Tamil berjualan makanan,
seperti martabak, mie goreng, sate, dsb, tetapi penulis lihat dan amati bahwa etnis
Tamil yang berada di kota Lubuk Pakam memiliki mata pencaharian berprofesi
2
Susi Mariani Harahap dan Rika Eliana. Perbedaan Motivasi Berprestasi pada Tamil dan India
Punjabi di Kota Medan.Medan, Vol 1 No 2, diakses dari https://jurnal.usu.ac.id
7
sebagai pedagang panglong yang lumayan besar dari yang penulis amati selama
mengusahakan sebuah prestasi serta mempunyai tingkat aspirasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan etnis Jawa. Latar belakang etnis Tionghoa dan etnis Jawa
dengan status sosialnya. Etnis Tionghoa semenjak dulu sudah diberi keyakinan
bahwa mereka adalah pusat pemerintahan dunia, maka dimanapun mereka berada
tingkat kehidupan mereka harus lebih tingggi dari masyarakat pribumi. Maka dari
itu, pedagang etnis Tionghoa lebih bekerja keras, tekun, sabar, serta hemat supaya
tingkat kehidupan mereka lebih menonjol. Selain itu, etnis Tionghoa dikenal
memiliki keuletan yang tinggi dalam berusaha. Mereka juga memiliki usaha yang
besar dan sangat mengusahakan prestasi serta memiliki aspirasi yang tinggi
penuh inisiatif, dan materialistik sehingga hal ini cenderung membuat mereka
3
Susi Mariani Harahap dan Rika Eliana. Perbedaan Motivasi Berprestasi pada Tamil dan India
Punjabi di Kota Medan.Medan, Vol 1 No 2, diakses dari https://jurnal.usu.ac.id, 15 Januari 2019
hlm 5
8
Sementara masyarakat etnis Jawa lebih terlalu santai dalam melakukan
pekerjaan. Mental etnis Jawa dalam melakukan suatu usaha cepat merasa puas,
jangka pendek. Mental yang ada pada diri etnis Jawa menyebabkan etnis Jawa
etnisJawa lebih bergantung pada koneksi daripada percaya terhadap diri mereka
sendiri. Masyarakat etnis Jawa lebih cenderung apa adanya dan lebih santai dalam
menjalankan usahanya. Masyarakat etnis Jawa memiliki konsep budi pekerti alon
alon asal kelakon yang maknanya dalam bekerja hendaknya pelan-pelan saja yang
terpenting terlaksana. Dalam melakukan usaha tidak perlu terlalu ngaya atau
terlalu berambisi, tidak perlu terlalu terburu-buru dalam berusaha atau bekerja,
dan pada akhirnya ini yang membawa masyarakat etnis Jawa lebih mudah
menerima.
Jawa daripada etnis Tamil dan etnis Tionghoa. Pembeli cenderung berprinsip
“lebih baik memberi makan orang kita daripada orang luar”. Maka tak heran,
persaingan antar ketiga panglong ini sangat terlihat jelas. Dari segi harga
misalnya, sangat terlihat jelas berbeda walaupun perbedaan itu hanya berkisar
ribuan. Masyarakat sangat masih melihat rasa kesukuan. Jika etnis Jawa menjual
dengan harga sedikit berbeda dari panglong lain, sedikit lebih mahal maksudnya,
9
maka masyarakat berprinsip lagi “jika mahal dibangsa kita sendiri, tidak apa-apa,
Dinamika persaingan antar ketiga panglong ini sangat terlihat jelas dari
masyarakat yang saling memengaruhi satu sama lain. Jika ada temannya yang
hendak membangun rumah, maka teman yang satu lagi pasti akan memberi tahu
lebih baik berbelanja dipanglong etnis Jawa saja, daripada etnis Tionghoa atau
etnis Tamil. Dari pengaruh teman yang memberi tahu tadi kepada teman yang
lain, maka terjadilah pergerakan untuk berbelanja kepanglong etnis Jawa daripada
kepanglong etnis Tionghoa dan etnis Tamil. Dinamika terjadi karena adanya
pengaruh atau gesekan dari orang-orang yang berada disekitar, jika orang sekitar
penelitian tentang strategi pedagang panglong anatar etnis Tionghoa, Jawa, dan
Tamil yang penulis lihat yakni, masih adanya sifat dasar saling pengaruh dan
mempengaruhi. Padahal kalau penulis lihat, apa manfaat dari sang konsumen yang
awalnya sudah berbelanja ke panglong etnis Jawa dan memberi tahu kepada
adanya ajakan untuk berbelanja ke etnis Jawa. Apa maksud dan tujuan kenapa
tetangga saya mengajak saya. Pasti ada sesuatu dibalik ajakan tadi, dan timbullah
perspektif negatif.
10
Mungkin ia mendapatkan hadiah dari etnis Jawa atau ia relasi etnis Jawa
atau hal yang lain. Lalu, tetangga nya berbelanja ke panglong etnis Tionghoa, lalu
Nah, dengan adanya pertanyaan seperti di atas, maka ada yang memperoleh
hal negatif dan ada juga yang memperoleh hal yang positif. Ada yang
pernyataan tersebut.
strateginya adalah, ada yang memberikan sebuah hadiah, berupa baju, parsel
(bingkisan), sirup dan minuman, ada juga berupa uang fee atau sebagai ucapan
pedagang panglong masih diberlakukan dan masih diterapkan, agar pembeli dan
pelanggan merasa senang dan merasa dihargai telah berbelanja kepanglong milik
mereka. Strategi antar ke tiga pedagang panglong ini memiliki sedikit persamaan,
dan ada juga perbedaannya. Persamaan muncul pada saat memberikan hadiah
disaat ia sudah berbelanja banyak, dan sudah membawa orang untuk berbelanja
dan datang kepanglong milik mereka. Perbedaan diletakkan pada tata cara
pelayanannya, kualitas pelayanannya, tata cara bersikap nya, sifat dan kejujuran,
tata cara dalam kualitas dan kuantitas produk, dari segi harga, dan sebagainya.
11
Adapun terdapat beberapa faktor eksternal yaitu kurs nilai tukar, inflasi
dan daya beli disini penulis mengabaikan faktor eksternal. Penulis hanya
menyatakan faktor internal dari pengusaha panglong ini yaitu budaya. Begitu juga
organisasi dalam pengertian menentukan tempat bisnis dan cara bisnis untuk
bersaing. Strategi menunjukkan arahan umum yang hendak ditempuh oleh suatu
rencana besar dan rencana penting.Setiap organisasi yang dikelola secara baik
jangka panjang sebuah perusahaan, dan arah tindakan serta alokasi sumber daya
yang dierlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan itu. 4 M.Ridwan : Strategi
adalah kebijakan dan keputusan kunci yang digunakan oleh manajemen yang
memiliki dampak besar pada kinerja keuangan. Kebijakan dan keputusan ini
biasanya melibatkan komitmen sumber daya yang penting dan tidak dapat diganti
dengan mudah.
4
Manajement Strategi.
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2016_1_1329_Bab2.pdf (diakses 15 januari
2019)
12
Strategi merupakan suatu proses pengevaluasian kekuatan dan kelemahan
Strategi yang ada diketiga panglong antar-etnis ini dilihat dalam memberi
pelayanan dan dilihat dari harga barang. Jika panglong etnis Jawa menjual dengan
harga yang mahal, maka kualitas belum tentu diragukan, karena sebagai calon
pembeli dan akan menjadi pelanggan tetap, etnis Jawa memberi strategi yakni
halnya dengan etnis Tionghoa, yang mana etnis Tionghoa cenderung berani
memberi harga yang murah dari panglong etnis Jawa dan Tamil, tetapi kualitas
barang masih diragukan. Karena, etnis Tionghoa lebih berani mengambil resiko,
dan lebih pandai dalam bermanis mulut, merayu calon pembeli sehingga transaksi
Sementara strategi etnis Tamil dalam berdagang dengan harga yang mahal,
dan tidak bisa ditawar terlalu jauh. Cenderung cuek dan memberi harga yang
awalnya mahal, ketika ditawar ia hanya memberi pengurangan sedikit saja yang
tidak terlalu jauh dengan harga pedagang panglong etnis lainnya, maksudnya
etnis Tamil dengan harga Rp.51.000 dinaikkan harganya dulu dari pasaran, ketika
diturunkan harganya tidak jauh beda dari harga pasaran lainnya yang belum
ditawar.
13
1.2.2 Definisi Panglong
Kata Panglong berasal dari bahasa Tionghoa pan, artinya papan, dan long,
kegiatan-kegiatan tersebut adalah sin bok chong untuk penebangan kayu bahan
balok, dan cai chong untuk penebangan kayu bakar di hutan bakau.
kayu. Sementara panglong bukan hanya orang Tionghoa saja yang berjualan.
bangunan, mulai dari pasir, batubata, semen, batu koral (mangga), batu kerikil,
besi, kayu, papan, asbes, paku, pintu, jendela, pipa, talang, besi pengikat (cincin),
seng baik seng genteng, seng asbes, seng fiber, talang, lat asbes, triplex, dan
pada bagian-bagian rumah seperti seng nya saja yang bocor, atau cat nya saja
yang sudah pudar warnanya dan ingin diganti, dan sebagainya.Dari definisi KBBI
sudah jelas berbeda, bahwa menurut penulis toko bahan bangunan (panglong)
bukan perusahaan penebangan kayu saja, tapi penjualan yang menjual segala
14
Toko Panglong buka dari jam 08.00 WIB sampai jam 17.00 WIB. Orang
yang berbelanja ke toko Panglong adalah orang dari kalangan mana saja, baik
yang muda maupun yang tua. Orang yang datang kepanglong bukan untuk
(bersilaturahmi), ada juga yang hendak memulangkan barang, dan ada juga yang
hendak meminta uang nya karena merasa lama diantar barang pesanannya dan ia
pemiliknya adalah laki-laki semua. Usaha bahan bangunan ini takkan bisa mati
seperti usaha lainnya, karena pembangunan di era modern saat ini sangat
berkembang pesat.
ring seng atau tempat pengganjalan seng dengan menggunakan kayu, namun
dengan berkembangnya dan kemajuan zaman dan teknologi serta pola fikir dan
ide manusia, maka kayu untuk seng tadi diganti dengan baja ringan atau
kayu dan agar tidak terjadinya penebangan pohon lagi secara liar. Sehingga,
membuat hutan tetap terjaga dan tidak adalagi oknum-oknum tertentu yang
membuat panglong tidak merasa rugi, mereka tetap berjualan kayu dan berjualan
baja ringan (besi aluminium). Jadi, pembeli yang hendak membeli kayu, mereka
15
menyediakan, tetapi mereka yang hendak membeli baja ringan (besi aluminium),
untuk mengikuti dengan perkembangan zaman modern saat ini. Walaupun kota
Lubuk Pakam jauh dari kota Medan atau pusat Grosir besar di Medan, tetapi para
pedagang panglong tidak pendek akal. Mereka bisa memberi tahu kepada
pembeli, jika hendak memesan barang yang ada dikota Medan atau di Grosir
besar di Medan, maka di beritahu jauh-jauh hari. Agar pembeli tidak merasa
dirugikan, karena ketika tukang sedang bekerja dan tiba-tiba jam kerja tukang
berhenti karena kekurangan barang, maka pemilik rumah akan merasa dirugikan.
kelengkapan barang sesuai dengan jangkauan dan kesanggupan sang pemilik, agar
konsumen dan pelanggan tidak merasa kecewa jika berkeinginan untuk membeli
suatu barang dan suatu hiasan untuk membangun rumahnya. Karena terkadang
yang melakukan aktivitas jual beli barang atau jasa dipasar. Dalam konteks usaha
mikro, pedagang Mikro adalah suatu bentuk kegiatan ekonomi yang berskala kecil
yang banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat lapisan bawah dengan sektor
16
pendidikan formal yang tinggi, keterampilan rendah, pelanggannya banyak
berasal dari kelas bawah, sebagian pekerja adalah keluarga dan dikerjakan secara
padat karya serta penjualan eceran, dengan modal pinjaman dari bank formal
kurang dari Rp. 25.000.000 guna modal usahanya (Deperindag, dan Abdullah et,
keluarga.
keluarga.
17
c. Pedagang Subsitensi yaitu pedagang yang menjual produk atau barang
dari hasil aktivitas atas subsitensi untuk memenuhi ekonomi keluarga. Pada
daerah pertanian, pedagang ini adalah seorang petani yang menjual produk
karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau untuk mengisi waktu
luang. Pedagang jenis ini tidak di harapkan kegiatan perdagangan sebagi sarana
Artinya bisnis ialah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang
or services in order to earn provit.” Dalam pengertian ini bisnis sebagai aktifitas
yang menyediakan barang atau jasa yang diperlukan atau diinginkan oleh
hukum, perusahaan yang memiliki badan usaha, maupun perorangan yang tidak
memilki badan hukum maupun badan usaha seperti pedagang kaki lima, warung
yang tidak memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan Surat Izin Tempat
18
Pedagang panglong adalah termasuk kedalam pedagang profesional, yaitu
pedagang panglong di Lubuk Pakam sangat menjaga usaha dagangnya agar tidak
jatuh dan bangkrut, karena pedagang panglong atau usaha bahan bangunan adalah
Pedagang panglong tentunya dan sudah pasti memiliki SIUP (Surat Izin
Tempat Usaha). Jika pedagang panglong belum memiliki surat SIUP, pasti akan
terkena hukum oleh pihak yang berwajib karena tidak memenuhi salah satu unsur
sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Sukubangsa sebagai
golongan sosial yang askriptif serta mempunyai corak yang mendasar dan umum
berkenaan dengan asal muasal (Barth, 1969 :12-38), yang digunakan untuk acuan
Keyakinan dan kehormatan yang ada dalam muatan konsep sukubangsa ini
dipertajam atau diperkuat melalui dan dalam hubungan antar sukubangsa yang
terwujud, dimana perbedaan antara kami dan mereka menjadi lebih dipertegas
(Suparlan, 1995).
19
Tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang berwujud
sebagai komunitas desa, atau kota, atau sebagai kelompok adat yang lain, bisa
menampilkan suatu corak yang khas. Hal itu terlihat oleh orang luar yang bukan
warga masyarakat bersangkutan. Seorang warga dari suatu kebudayaan yang telah
menghasilkan suatu unsur kecil, berupa unsur kebudayaan fisik dengan bentuk
khusus. Atau karena di antara pranata-pranatanya ada suatu pola sosial yang
khusus, atau dapat juga karena warganya menganut suatu tema budaya yang
unsur-unsur yang lebih besar. Berdasarkan atas corak khususnya tadi, suatu
kebudayaan khas adalah ‘suku bangsa’.Konsep yang tercakup dalam istilah ‘suku
bangsa’ adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh suatu kesadaran dan
identitas.
bangsa berarti sekelompok manusia yang memiliki kesatuan budaya dan terikat
oleh kesadaran dan identitas tersebut. Kesadaran dan identitas biasanya dikuatkan
20
yang dibedakan dari golongan-golongan sosial karena mempunyai ciri-ciri paling
mendasar dan umum berkaitan dengan asal usul dan tempat asal serta kebudayaan.
istiadat, dan kesamaan nenek moyang. Ciri-ciri mendasar yang membedakan suku
bangsa satu dengan lainnya, antara lain bahasa daerah, adat istiadat, sistem
Etnis Jawa termasuk kedalam suku bangsa, begitu juga dengan etnis
Tionghoa, dan etnis Tamil. Perbedaan dan karakteristik terlihat jelas dari
berdagang masih menyukai sifat sosial yang tinggi, yakni masyarakat etnis Jawa
lebih menyukai berhubungan sosial yang baik dengan orang lain. Etnis Tionghoa,
sehingga membentuk suatu aturan-aturan yang berbeda pula. Etnis Tamil yang
didalam berdagang ia belum bisa dalam melakukan pelayanan yang baik, tetapi
perdagangan, ia belum memiliki sifat dan karakteristik yang khas dan menonjol di
masyarakat sekitar Lubuk Pakam, sama halnya dengan suku Jawa yang memang
21
1.2.5. Hubungan Antar-Sukubangsa
masyarakat sukubangsanya.
membedakan diri mereka sebagai saya dari dia yang berbeda, dan menggolongkan
sejumlah orang yang tergolong bukan sukubangsa yang sama. Batas-batas sosial
ini berguna dalam menunjukkan perbedaan antara mereka yang tergolong dalam
satu sukubangsa yang sama dengan mereka yang tergolong dalam satu suku
ataupun perkawinan atau terwujud sebagai hubungan sosial, hubungan kerja atau
ekonomi dan hubungan politik. Jembatan penghubung ini, yang terwujud sebagai
situasi dimana interaksi itu berlangsung, atau biasa disebut sebagai arena-arena
22
berlaku. Walaupun telah mereka ciptakan jembatan yang menghubungkan
tidak berarti bahwa perbedaan sukubangsa tersebut lalu hilang dengan sendirinya.
tergolong dalam satu sukubangsa yang sama dengan mereka yang tergolong
Hubungan antar sukubangsa antar etnis Tionghoa, Jawa dan Tamil sangat
Hubungan antar ketiga etnis ini, cukup baik. Konflik tidak terlihat begitu besar.
ketiga etnis ini sangat berdekatan jaraknya. Terlihat menunjukkan bahwa saya dan
23
dia berbeda. Saya dan dia berbeda sukubangsanya dan jelas berbeda pula
kebudayaannya.
1.2.6. Konflik
seharihari. Istilah konflik sendiri secara etimologis berasal dari bahasa Latin con
yang berarti bersama dan figure yang berarti benturan atau tabrakan. Adanya
benturan atau tabrakan dari setiap keinginan atau kebutuhan, pendapat, dan
keinginan yang melibatkan dua pihak bahkan lebih. Konflik dapat didefenisikan
tujuan tertentu. Tujuan tertentu tersebut bisa berupa seumber-sumber daya dan
konflik salah satu tujuan mereka adalah ingin menghancurkan pihak lawan.
Menurut Degenova (2008) konflik adalah sesuatu yang normal terjadi pada
setiap hubungan, dimana dua orang tidak pernah selalu setuju pada suatu
Lewin (dalam Lindzey & Hall, 1985) menjelaskan bahwa konflik adalah
merupakan suatu keadaan yang terjadi karena seseorang berada di bawah tekanan
24
untuk merespon stimulus-stimulus yang muncul akibat adanya dua motif yang
saling bertentangan dimana antara motif yang satu akan menimbulkan frustasi
Konflik dari ketiga etnis ini tidak terlihat begitu jelas dan begitu besar.
Karena hubungan antar suku bangsa ini masih berjalan dengan baik, walaupun
terlihat batas-batas sosialnya. Masih berjalan dengan baik, dan tidak begitu
besar konflik yang terjadi. Masih batas yang wajar, seperti menjelek-jelekkan
panglong antar satu sama lain saja. Menjelek-jelekkan atau bersifat menghujat
hanya sebatas antara orang yang sudah pernah berbelanja, dengan orang yang
akan hendak berbelanja atau dengan orang yang berada di sekitar nya baik itu
dirumah nya maupun di tempat dimana ia berada (masih batas wilayah Lubuk
Pakam).
masyarakat.
25
menggunakan teori, konsep, dan hukum ekonomi untuk menjelaskan gejala
formal, yaitu dari pengertian yang relatif bagi disiplin ilmu ekonomi yang
ekonomi tidak dilihat dari segi substantifnya, yaitu dari segi proses pemberian
dikenal teori harga yang terbentuk dari pertarungan antara kekuatan permintaan
organisasi sosial, dimana setiap individu dilahirkan dan diatur dalam suatu
26
antropologi ekonomi lebih baik ditempatkan di kerangka studi sistem ekonomi
Ketiga, aliran ini bersifat historis, relativistik dan substantif (riel) dalam
studi, tetapi perhatian penganut aliran subtantif juga mencakup diluar ekonomi
Menurut Cook (1983), hal ini terjadi karena umumnya para penganut
subtantif mengabaikan keberadaan gejala ekonomi yang lepas dari aspek sosio-
kultural seperti yang diperhatikan para ahli ekonomi. Mereka lebih memberikan
hubungan langganan, antara penjual dan pembeli yang ditandai oleh keteraturan
kontak dan kredit ambil sekarang bayar sekarang. “Hubungan Suki berdasarkan
pada idealitas saling percaya dan membawa norma-norma yang jelas dan
kualitas yang baik, layanan dan bantuan pribadi dan kredit jika memungkinkan
27
Hubungan langganan adalah hubungan yang pada intinya ekonomi,
namun didasarkan pada hubungan sosial yang bersifat pribadi dan dijaga oleh
nilai-nilai sosial, seperti nilai malu dan harga diri. Gejala suki atau langganan,
sama seperti pada masyarakat Indonesia, adalah basis yang amat penting bagi
didalam pasar sekali lagi harus runtuh. Langganan dapat berarti kondisi, bahwa
dapat berarti “ia langganan saya”, atau “saya sudah berlangganan ditoko itu”.
Lubuk Pakam, dalam hal ini antara etnis Tionghoa, Jawa dan Tamil?
2.Apa saja strategi yang dilakukan pedagang panglong antar etnis Jawa, Tionghoa
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui apa saja
strategi-startegi dan daya tarik pedagang antar etnis Jawa, Tionghoa dan etnis
Tamil di Lubuk Pakam. Serta bagaimana keadaan persiangan yang terjadi antar
28
panglong. Etnis Jawa lebih menduduki peringkat daripada etnis Tionghoa,
padahal etnis Tionghoa dari leluhurnya sudah berdagang, dan jarang sekali
antar pedagang satu sama lain, ada atau tidak ada terjadi konflik seperti konflik
1. Strategi antar pedagang panglong, yang berbeda etnisnya, maka kebudayaan dan
mempertahankan pelanggannya
29
1.5.1. Lokasi Penelitian
Pakam ini, penulis melihat dengan jelas persaingan antar pedagang panglong
terjadi dimana lokasi antar pedagang panglong tidak jauh satu sama lain. Ketiga
panglong yang berbeda antar etnis ini, penulis melihat bahwa setiap pedagang
dalam memasarkan produk nya memiliki perbedaan, dalam melayani pembeli, dan
memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala lainnya.
Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer meliputi data yang terkait dengan para pedagang panglong.
Informan dan peneliti berusaha mendekatkan diri, agar informasi tersebut dapat di
30
Data sekunder lebih difokuskan pada buku-buku yang berkaitan dengan
persaingan pedagang panglong antar etnis. Adapun sumber data penelitian ini
mengacu pada hasil penelitian lapangan (emperik) dan hasil penelusuran pustaka
barang, dan melihat bagaimana keadaan persaingan antar panglong satu sama lain.
Sedangkan penelitian kepustakaan lebih membahas sifat sifat antar etnis serta
kebudayaan antar etnis yang tetap dijalankan dalam kegiatan atau aktifitas sehari-
apa yang ada dalam masyarakat tersebut. Peneliti ikut serta mengamati persaingan
mendapatkan persepsi, opini, dan prediksi dari seseorang individu serta fakta
dalam konteks permasalahan tertentu. Selain itu, wawancara mendalam ini juga
31
untuk memunculkan reaksi perorangan terhadap suatu hal dalam mencari-cari
etnis yakni etnis Tionghoa, Jawa dan Tamil.Peneliti juga memilih informan yakni
bukan pedagang saja melainkan juga pembeli yang mengunjungi ketiga panglong
antar etnis ini. Pemilihan informan ini dipilih secara acak sesuai dengan
kebutuhan data. Peneliti juga harus bersikap ramah dan membaur terhadap
1. Pedagang Panglong etnis Jawa yang bernama Bapak Fahrin, usia 68 tahun.
2. Pedagang Panglong etnis Tionghoa yang bernama Bapak Aheng, usia 49 tahun.
3. Pedagang Panglong etnis Tamil yang bernama Bapak Ragu (Topoy), usia 50
tahun.
32
1.6. Pengalaman Penelitian
etnis Tionghoa, Jawa, dan Tamil di Kota Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang,
penulis baru mendapatkan surat izin ke lapangan pada bulan Maret tanggal 9
2018. Namun, sebenarnya lokasi penelitian ini adalah tempat tinggal penulis.
Sejak memikirkan untuk mengajukan judul skripsi, dan untuk menulis skripsi,
penulis merasa sangat ingin sekali mengangkat topik yang bertemakan strategi
Karena, strategi berjualan antar ketiga etnis memiliki cara dan keunikan
tersendiri. Penulis melihat banyak sekali hal yang menarik dalam berjualan, dalam
dan sebagainya. Beberapa pedagang panglong ada yang bermanis mulut, tetapi
ketika barang di antar tidak sesuai dengan pesan manis yang ia sampaikan ke
pembeli pada saat transaksi tadi, sehingga terjadi percekcokan atau perdebatan
mulut ketika barang yang diantar tidak sesuai dengan kualitas pada saat transaksi
di toko.
mendalam.
Penelitian saya dimulai pada tanggal 23 April 2018. Saya terlebih dulu
mewawancarai bapak Fahrin (etnis Jawa) pedagang panglong yang ber etnis Jawa.
33
Wawancara saya mulai pada tanggal 23 April 2018. Saya mulai wawancara pada
siang hari, jam 14.00 WIB. Sebelum saya mewawancarai bapak Fahrin, saya
terlebih dulu meminta izin kepada beliau untuk melakukan wawancara. Karena
(interview guide). Saya bertanya kepada Bapak Fahrin, kenapa bisa terfikirkan
untuk membuka usaha bahan bangunan? Kenapa tidak usaha yang lain? Bapak
Padahal saya tidak butuh cat, tapi yasudah demi kelancaran skripsi saya, saya
mencoba untuk membeli dulu. Saya beli cat, lalu saya meminta tolong kepada pak
Topoy (Ragu) untuk mau saya wawancarai sedikit pertanyaan dan sebentar saja,
wawancarai, untuk skripsi saya saja pak, saya bilang. Tapi ia menolak, lalu saya
memohon lagi sambil menyodorkan kertas berisi interview guide, yakni kertas
yang berisi daftar pertanyaan wawancara, lalu saya bilang saya ingin
34
menyelesaikan skripsi saya pak, yang bertemakan strategi pedagang panglong
dalam memikat pembeli, saya bilang begitu. Lalu beliau membacanya, kemudian
ia mengiyakan.
Saya bertanya sebentar saja, karena saya takut melihat ekspresi beliau.
Saya langsung keinti saja, kenapa bapak buka toko bahan bangunan ini? Kenapa
Banyak yang menolak, yang tertawa, dsb. Banyak yang mengganggap apa sih itu,
dan tak jarang yang berkata “Dapat uang rokok kan, atau istilahnya dapat uang
kan?!”
etnis Tionghoa ini tidak begitu mudah ya. Saya harus pura-pura membeli barang
dulu, setelah itu saya meminta tolong agar ia mau saya wawancarai untuk
penyelesaian mata kuliah saya yakni skripsi saya. Beliau awalnya tidak mau, dan
malah main-main atau bahasanya seloro dengan saya, meminta uang sebagai
imbalan wawancara. Namun saya katakan, untuk apa, toke besar tidak mungkin
kekurangan uang, malah lebih-lebih lagi di saku celana. Dia tertawa, lalu ia mau
saya wawancarai.
35
Saya berpura-pura membeli, lalu saya meminta izin untuk pak Aheng
bersedia diwawancara, setelah itu saya perkenalkan saya dari kampus USU
tahun ini selesai pak. Saya bilang kepada beliau seperti itu. Kemudian beliau
melihat interview guide (kertas panduan wawancara) saya. Lalu saya kasih kepada
beliau untuk membaca terlebih dahulu, dia membalikkan kertas interview guide
saya, saya bilang “Bukan pak, itu enggak, yang bagian depan saja.” Oh ya ya
jawabnya.
bangunan? Kenapa tidak yang lain? Lalu pak Aheng (49 tahun) menjawab :
“Saya hanya meneruskan usaha dari Ayah saya saja, kalau mau
tanya lebih detail ke Ayah saya saja di sana, dia tidak tinggal
disini bersama kami. Usaha ini saya hanya meneruskan saja.”
berpuasa marilah kita percepat kelengkapan data wawancara kita, haha. Saya
mengamati dulu, pembeli yang datang kepanglong etnis Jawa atau pemilik
panglong etnis Jawa bernama Bapak Fahrin. Saya amati terlebih dulu, etnis yang
datang.
Saya lihat semua etnis kesitu, seperti etnis Batak, Jawa, Mandailing, dll.
Saya masuk ke halaman panglong, lalu saya meminta izin lagi kepada pemilik
mengizinkan.
36
Saya melihat etnis Jawa yang berbelanja, kemudian saya memperkenalkan
diri, lalu saya meminta izin untuk melakukan wawancara (intereview guide), saya
memperkenalkan diri bahwa saya sedang menyelesaikan skripsi saya, saya kuliah
di USU, FISIP, Antroplogi Sosial. Saya memberi kertas yang berisi data
pewawancara, agar informan saya bisa membaca terlebih dahulu, lalu saya mulai
wawancara saya. Informan saya ini bernama Rian, lalu saya bertanya kenapa
“Karena satu agama, karena bangsa kita. Jadi buat apa ketempat
yang lain kalau masih ada bangsa kita sendiri.”
dari kampus USU, fakultas FISIP, sedang menyusun skripsi, semester 7. Mohon
bantuan bapak, agar kiranya mau diwawancarai, lalu saya memberi kertas yang
berisi daftar wawancara kepada bapak Rian. Kemudian beliau membaca, dan
Padahal didepan ada panglong Tionghoa? Bapak Rian (25 tahun) menjawab :
Lalu, saya lanjutkan lagi wawancara dengan pembeli yang lain yang
bernama pak Rian lagi, sebelum saya melakukan wawancara seperti biasa saya
memperkenalkan diri saya terlebih dulu. Saya dari kampus USU jurusan
37
saya semester 7. Saya meminta tolong dan bermohon kepada bapak, agar kiranya
kertas yang berisi wawancara yang nantinya saya akan melakukan wawancara
kepada beliau. Lalu beliau setuju untuk diwawancarai. Kemudian saya bertanya
Apakah ada hal yang menarik? Bapak Rian (24 tahun) menjawab :
diri bahwa saya mahasiswi USU, saya sedang menyelesaikan tugas skripsi saya,
mohon bantuan bapak agar mau saya wawancarai. Kemudian saya memberikan
mengizinkan, saya bertanya bapak langganan di panglong etnis Jawa? Atau baru
Tionghoa, saya meminta izin kepada pak Aheng untuk melakukan wawancara
lagi, tetapi bukan wawancara dengan beliau melainkan dengan pembeli yang
tidak ya saya tidak bisa memaksa atau menyuruh dia agar mau ya. Baiklah,
kemudian saya memperkenalkan diri kepada pembeli, bahwa saya dari fakultas
FISIP USU, saya sedang menyelesaikan skripsi saya, saya semester 7. Setelah
38
saya memperkenalkan diri, saya meminta tolong, bermohon kepada bapak Agus
wawancara atau isi wawancara kepada bapak Agus agar dibaca terlebih dahulu
bertanya kenapa bapak memilih belanja di panglong ini (Tionghoa)? Bapak Agus
menjawab :
menyusun dan menyelesaikan tugas skripsi saya, saya semester 7, mohon bantuan
dari bapak kiranya agar bisa dan mengizinkan saya untuk mewawancarai bapak.
ada diselembar kertas, agar beliau bisa membaca dulu daftar isi wawancaranya.
Setelah itu saya mulai wawancara dan bertanya, kenapa bapak tertarik berbelanja
“Ya, saya baru pertama kali sih datang berbelanja. Jadi ya saya
berbelanja aja, belanja nya juga tidak banyak-banyak. Dan sudah
terlanjur masuk disini, jadi saya belanja aja.”
Keesokan harinya pada tanggal 3 Mei 2018 saya kembali lagi kepanglong
Tamil untuk meminta izin elakukan wawancara dipanglong nya, tetapi bukan
beliau. Beliau awalnya tidak mengizinkan, dan berkata “diluar saja, jangan
39
Lalu, saya melanjutkan lagi wawancara dengan Bapak Eka, sebelum saya
menyelesaikan dan menyusun skripsi saya, saya semester 7, mohon bantuan dan
izin bapak agar saya bisa mewawancarai bapak untuk data kelengkapan skripsi
saya. Beliau awalnya tidak mau, dan tidak mengizinkan, tetapi saya bermohon dan
minta tolong untuk dibantu, sekadar saja, lalu ia mau, saya bertanya dan
wawancara singkat itu pun masih membuahkan hasil. Saya bertanya kenapa bapak
“Itu adalah hak saya. Mau saya kepanglong yang mana, ya saya
tetap berbelanja, kan saya tidak merugikan siapapun. Jadi
terserah hati dan sesuka hati saya, saya mau berbelanja
kepanglong mana saja.”
dengan skripsi saya, saya semester 7 mohon bantuan dan izin bapak agar
saya terlebih dulu memberi tahu isi wawancara yang akan saya wawancara
40
Dalam pengalaman peneliti, ada suka dan ada pula dukanya. Tidak sedikit para
informan saya yang menolak untuk saya wawancarai, dan saya foto untuk
Jawa, ada juga orang Tamil yang berbelanja ke panglong etnis Jawa membeli batu
bata. Ketika saya hendak mewawancarai, dia menolak lalu langsung pergi terburu-
buru. Takut untuk saya bertanya dan melakukan wawancara, takut juga untuk saya
foto dan saya rekam, takut beliau dimasukkan ke internet. Padahal sudah saya
jelaskan bahwa tidak akan tersebar di internet dan ini untuk tugas kuliah saya,
yakni dalam penyelesaian skripsi saya. Tapi dia malah pergi terburu-buru dan
Tetapi ada juga informan yang benar-benar baik dan ramah, ada yang
memang mengerti untuk tugas kuliah akhir, ada juga yang kurang mengerti,
bahkan ada juga yang meminta uang rokok atau uang imbalan karena sudah
diwawancarai, lalu saya mengiyakan dan memberi uang imbalan Rp.20.000, dan
menyelesaikan tugas akhir kuliah saya yakni menyelesaikan skripsi saya yang
adalah pedoman wawancara dan pedoman observasi dan didukung dengan buku-
buku catatan dan hasil rekaman pada saat melakukan sesi wawancara untuk
41
42
BAB II
Muda atau Tengku Bendahara. Pada Zaman pemerintah Jepang, Lubuk Pakam
43
4.Wedana Keras Surbakti
dijelaskan seiring Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Deli Serdang dari kota Medan
(empat) Wilayah Kecamatan tujuannya dalam rangka terciptanya daya guna hasil
Kota Lubuk Pakam sebagai Ibu Kota Kabupaten Deli Serdang dan Pusat
Pemerintahan Pemda TK.II Deli Serdang cukup strategis dan mempunyai prospek
Pekan.
sangat padat penduduknya yang kemudian di pecah menjadi tiga desa dan salah
satunya desa berada di Kecamatan Lubuk Pakam. Desa-desa tersebut yakni Desa
Pekan. Desa Pakam I-II dan Desa Pakam III. Pada tahun 1980 pemerintah Kota
44
menyuruh kepala kampung untuk merubah nama dari kampung menjadi desa dan
sejak tahun 1981 keluar lagi peraturan dari pemerintah untuk merubahkan nama
dari desa menjadi Kelurahan, oleh karena itu penduduk yang berada di kampung
makin padat, maka 3 desa yakni Desa Pekan, Desa Pakam I-II dan Desa Pakam III
Lubuk Pakam I-II yang terdiri dari 5 orang yaitu sebagai Lurah. Sekretaris, Kasi
Kelurahan Lubuk Pakam I-II, orang yang pertama kali mendiami Lubuk Pakam I-
II adalah orang yang berkelompok etnik Minangkabau dan Batak. Lubuk Pakam I-
II dikepalai oleh seorang kepala kampung yang dulunya bernama Mashud yang
dari Galang, Perbaungan, Tanjung Morawa dan dari Kota Lubuk Pakam sendiri
tetapi berbeda Kelurahan yang tujuan utamanya adalah berdagang, tetapi menetap
di Lubuk Pakam I-II. Pada saat itu, penduduk di Kelurahan Lubak Pakam I-II
dan lain-lain. Semakin banyak penduduk yang ada, Kelurahan ini semakin banyak
45
Kelurahan Lubuk Pakam I-II dibagi manjadi 11 (sebelas) lingkungan yang
Kelurahan Lubuk Pakam I-II memiliki penduduk sekitar 9525 jiwa yang
terdiri dari 2050 KK. Kelurahan ini bentuknya segi empat yang tidak beraturan.
Pada tahun 2010 lalu Kelurahan ini sudah dibagi menjadi 11 (sebelas) lingkungan.
Lingkungan 1 (satu) merupakan lingkungan yang paling atas dan memang berada
46
2.2. Peta Kecamatan Lubuk Pakam
Lokasi yang penulis teliti berada di kecamatan Lubuk Pakam I-II. Lokasi
melihat bahwa persaingan pedagang panglong antar etnis terletak di Lubuk Pakam
I-II. Di Lubuk Pakam I-II tersebut hanya ada 3 pedagang panglong yang
berdagang dan berusaha, yakni etnis Tionghoa, etnis Tamil, dan etnis Jawa.
47
2.3. Letak dan Keadaan Geografis Lubuk Pakam
NO KARAKTERISTIK PENJELASAN
1 Letak Wilayah
3⁰53’ - 3⁰86’ Lintang Utara
98⁰85’ - 98⁰89’ Bujur T mur
2 Luas Wilayah 31,19Km2
3 Letak di atas permukaan laut 0 s/d 8 meter dari permukaan laut
4 Batas-batas Wilayah
a. Utara Berbatasan dengan Kecamatan
Beringin
b. Selatan Berbatasan dengan Kecamatan
Pagar Merbau
c. Timur Berbatasan dengan Kecamatan
Pagar Merbau
d. Barat Berbatasan dengan Kecamatan
Tanjung Morawa
5 Jumlah Desa/Kelurahan 6/7
6 Jumlah Dusun/Lingkungan 56/52
7 Sungai-sungai yang Melintasi -
8 Rata-rata Hari Hujan 10,9 hari
9 Rata-rata Curah Hujan 71,75 mm
10 Jarak Ibukota Kecamatan 0 KM
Sumber: KSK Kecamatan Lubuk Pakam, 2016.
Letak dan keadaan geografis Lubuk Pakam dapat dilihat pada tabel 2.3
terdapat beberapa penjelasan letak, keadaan, serta tabel berisi data curah hujan
48
2.4. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan
Lubuk Pakam
Laju
Jumlah Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan
Penduduk/Tahun
Desa/Kelurahan (%)
2010- 2015-
2010 2015 2016 2016 2016
Dari data yang berada di tabel 2.4 yakni jumlah penduduk dan laju
teliti di Lubuk Pakam I-II yang penduduknya terdiri dari 7.759 pada tahun 2016
49
2.5. Jumlah Penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Lubuk
Pakam
Tahun
No Desa / Kelurahan
2014 2015 2016
Dari data yang berada ditabel 2.5 yakni jumlah penduduk menurut
Lubuk Pakam I-II yang terdiri dari 7.759 penduduk pada tahun 2016.
50
2.6. Jumlah Bangunan Rumah Tempat Tinggal Menurut Desa/Kelurahan
Pakam I-II yang keseluruhan bangunan mulai dari permanen 1.565, semi
51
2.7. Mata Pencaharian Penduduk
2 Petapahan 46 510 60 20
8 Syahmad 62 33 73 42
Dari tabel 2.7 yang berisikan data mata pencaharian penduduk, penulis
52
Lanjutan Tabel 2.7.1
Pakam I-II tempat lokasi penulis melakukan penelitian, yang bermata pencaharian
sebagai industri rumah tangga sebanyak 97 orang, jasa masyarakat sebanyak 123
orang, lainnya sebanyak 1.287 orang, dan total keseluruhan sebanyak 1.960 orang.
53
2.8. Data dan Tabel Agama di Desa/Kelurahan di Kecamatan Lubuk
Pakam
kelompok etnik, penduduk Kelurahan Lubuk Pakam I-II juga semuanya sudah
Protestan, Hindu dan Budha. Penduduk yang Memeluk agama Islam berjumlah
5.026 orang. Kristen Protestan berjumlah 3.533, Katolik berjumlah 145 orang,
Budha berjumlah 629 orang dan Hindu berjumlah 156 orang. Jumlah tersebut
sama dengan jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Lubuk Pakam I-II, artinya
NO AGAMA JUMLAH %
1 Islam 5062 53,14
2 Kristen Protestan 3533 37,09
3 Kristen Katolik 145 1,52
4 Budha 629 6,60
5 Hindu 156 1,63
TOTAL 9.525 100
Sumber: Kelurahan Lubuk Pakam, 2016.
Dalam hal perbedaan keyakinan ini, dan mayoritas masih dipegang oleh agama
Islam dan umat muslim, tetapi masih memiliki toleransi yang baik. Dan masih
perbedaan pendapat dan keyakinan, hanya konflik gunjingan saja. Itu pun hanya
54
2.9. Data dan Tabel Kelompok Etnik di Kecamatan Lubuk Pakam
Pakam I-II terdiri dari beberapa kelompok etnik seperti Jawa, Minangkabau,
etnisTionghoa, etnisTamil. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Setiap etnis atau suku bangsa memiliki hubungan dan karakteristik serta
bahasa sendiri. Dalam penggunaan bahasa sehari-hari, etnis yang penulis teliti
seperti etnis Tionghoa, Jawa dan Tamil masih menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Hubungan yang terjalin antar satu suku
bangsa dengan suku bangsa yang lain, masih baik dan masih mengobrol seperti
kuat, misalnya etnis Tionghoa akan berbelanja ke etnis nya, dan etnis Jawa akan
55
ke etnis nya, dan etnis Tamil akan ke etnis nya. Penulis lihat disini, bahwa sesama
suku bangsa dan berbeda suku bangsa masih memiliki toleransi terhadap
relasi masih sangat kuat. Ini terlihat dari rasa kesukubangsaan, dan ada beberapa
56
BAB III
memperoleh sesuatu yang berharga dan terbatas jumlahnya yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih, atau antar dua kelompok atau lebih.Persaingan merupakan
suatu konsep yang sering digunakan dalam ilmu ekonomi untuk mengetahui
bagaimana pembentukan harga pasar dan keputusan penetapan harga oleh suatu
perusahaan atau penjual. Pasar merupakan satu kelompok penjual dan pembeli
yang mempertukarkan barang yang dapat disubstitusikan, dan hal ini akan
dimana perusahaan pada pasar produk atau jasa tertentu akan memperlihatkan
persaingan akan terjadi pada beberapa kelompok pesaing yang tidak hanya pada
produk atau jasa sejenis, dapat pada produk atau jasa substitusi maupun
pebisnis, atau di pasar di antara para penjual barang yang sama, atau dalam
57
kehidupan politik untuk memperebutkan jabatan-jabatan publik dan adminstrasi
atau dalam kehidupan sosial untuk menunjukkan yang lebih kaya, lebih bergengsi,
persaingan ini bersifat terbuka, karena dimana para pesaing tidak secara langsung
berhubungan dengan satu dengan yang lainnya, karena para pebisnis atau para
pedagang ini akan dinilai oleh para pembelinya. Pembeli yang akan menilai
sendiri mana panglong yang lebih baik ia kunjungi untuk datang membeli atau
pembeli datang ke panglong itu hanya untuk bertanya harga barang saja.
Membandingkan harga barang yang mana yang lebih murah, di panglong suku
seperti etika, yang mencakup etika bisnis, etika berjualan, etika berdagang.
Dengan adanya acuan yang muncul dan mau tidak mau harus mereka pergunakan
dan nantinya akan timbul dan muncul sendiri mana pelayanan yang memang
menggunakan etika yang baik, dan mana yang menggunakan etika yang kurang
langsung dengan satu sama lainnya untuk bertanding. Yang mereka lakukan
adalah dengan menunjukkan hasil kerja mereka masing-masing, yang dinilai oleh
pembeli atau konsumen yang akan membeli ditoko panglong mereka masing-
58
masing. Yang mana masing-masing adalah yang lebih baik dibandingkan dari
Bila salah satu dari pihak pesaing itu melanggar aturan main atau
peraturan dengan cara melukai pedagang atau pebisnis yang menjadi lawannya
atau membakar usaha dagangnya, atau berbagai cara lain yang dilakukan untuk
sang lawan, ingin selalu berada di peringkat nomer satu, tidak mau kalah, dan
sangat menjunjung harga tinggi individu. Jika terjadi kekalahan di antara salah
satu lawan, maka sang pemenang akan sangat bangga dan senang karena dapat
menjatuhkan lawan.
Dan jika sang lawan pun memiliki sifat yang bersifat balas dendam, maka
terjadilah konflik. Baik itu konflik yang kecil, sedang, maupun yang besar. Bisa
panglong ini tidak terlihat begitu menonjol, dan tidak terlihat begitu berbahaya
atau sangat berbahaya. Karena persaingan ini hanya bersifat konflik kecil yakni
menjelek-jelekkan pedagang yang satu dengan pedagang yang lain. Agar dimata
individu atau dimata pembeli atau dimata orang sekitar, bahwa pedagang satu lah
yang baik, yang bagus, yang lebih mempunyai etika dan kualitas pelayanan
59
Lokasi Perdagangan Panglong di Kota Lubuk Pakam
Panglong
JL. ST HASANUDDIN
JL.CIK DITIRO
Tamil
JL. PASAR 3
KOTA LUBUK PAKAM
Pajak
Delimas Pajak
JL. ST HASANUDDIN
Plaza
JL.CIK DITIRO
JL. SERDANG
Panglong Cina
Panglong Jawa
harus melakukan dan melaksanakan sesuatu atau tujuan. Misalnya dalam perilaku
konsumen, para pembeli yang sudah memasuki panglong suku Tamil, mau tidak
mau, dan dalam situasi atau kondisi yang mendesak, maka ia akan berbelanja
dengan harga yang mahal. Alasan nya karena ia menganggap sudah sampai di
panglong ini, sudah terlanjur bertanya, dan sudah di sediakan barang atau
60
apa yang kita cari apa yang kita inginkan, maka dalam kondisi dan keadaan
Jika ia merasa terlalu mahal, dan jauh dari harga pasaran, maka pembeli
akan melakukan pembelian di panglong lain. Bisa jadi, panglong lain lebih murah
dan bisa jadi lebih mahal. Ada yang beranggapan bahwa, ketika sudah memasuki
panglong ya sudah berbelanja saja, seperti yang di kemukakan oleh bapak Eka
bahwa :
dengan menggunakan hak dia sebagai pembeli. Mau berbelanja dimana, dan
kemana. Tetapi, berbeda dengan pak Buchori yang sudah terlanjur untuk
Nah, dalam situasi dan kondisi atau keadaan seperti ini, maka harga yang
diberikan pun otomatis tidak akan ditawar. Karena, sudah terlanjur masuk dan
terlanjur sudah mengunjungi dan bertanya barang dengan merk yang kita cari.
Situasi proses jual-beli ini, menurut saya pedagang bisa membedakan mana yang
hanya membeli sementara dan membeli seterusnya. Maksud dan arti dalam
61
panglong antar suku ini, baik suku Tionghoa, Jawa, dan Tamil dalam memberikan
seterusnya yakni usia dewasa atau orang dewasa. Kelihatan dari pertanyaannya,
pedagang bisa memberikan harga yang sesuai dengan harga pasar atau dengan
harga dibawah modal. Karena, pedagang punya strategi dalam mengatasi hal
tersebut agar jadi berbelanja kepanglongnya. Dan kalaupun tidak jadi berbelanja
kepanglongya, maka itu adalah hak pembeli kata Pak Aheng. Seperti pernyataan
Jenis barang yang dijual di panglong di kota Lubuk Pakam adalah barang
yang kasar atau yang besar hingga barang yang kecil. Barang yang besar seperti
batukoral, batubata, batukerikil, semen, pasir, kayu, besi, papan. Sementara untuk
barang yang kecil seperti, paku, besi pengikat (cincin), seng, lobang angin,
rabung, paku seng, kawat, kosen untuk jendela dan untuk pintu, wc, pintu kamar
mandi, pintu, jendela, cat, kuas, pipa, talang, lat asbes, asbes, dsb.
Jenis-jenis dan tipe-tipe barang yang dijual di ketiga panglong antar etnis
Tionghoa, Jawa, dan Tamil ini jenisnya sama. Yang membuat perbedaan adalah
harganya. Ada yang menjual dengan harga murah, dan ada yang menjual dengan
harga sesuai dengan pasar. Berikut ada beberapa penulis lampirkan foto, untuk
mengetahui barang-barang yang bersifat kasar atau besar dan beberapa harganya.
62
Foto 2. Batubata
Harga Batubata di kota Lubuk Pakam saat ini adalah Rp.480. Dengan
panglong lain. Ada beberapa pelanggan yang mencari karena harga yang murah,
Foto 3. Pasir
Pasir, harga pasir ini beda-beda setiap pedagang panglong yang jual.
Mereka menjual dengan melihat tipe mobil, karena berbeda tipe mobil maka isi
63
dari muatan dan ukuran dari bak mobil jelas sudah berbeda. Ada yang pembeli
yang belum mengerti mengenai tipe mobil dan ukuran isi dari bak mobil, ada juga
sebagian pembeli yang mengerti dan sudah tahu ukuran dan isi dari muatan bak
mobil. Harga pasir per-kubik dijual Rp.100.000. ada pedagang yang mengisi
muatan dengan rata bak saja, ada juga beberapa pedagang yang mengisi muatan
Batu Koral atau batu besar ini dijual dengan harga per-kubik Rp.250.000.
Batu koral ini sangat berguna untuk membangun rumah di awal untuk pondasi.
64
Batu Kerikil ini dijual dengan harga per-kubik sama dengan batu koral
yakni Rp.250.000.
Foto 6. Semen
Semen dijual dengan harga Rp.49.000 per sak nya ukurannya 40kg. Di
panglong kota Lubuk Pakam konsumen masih banyak menggunakan merk semen
Andalas.
terdiri dari 4 supir, 4 kenek (yang menemani supir), 1 kepala pengatur atau orang
kepercayaan atau tangan kanan, 1 penjaga dipanglong baik yang menjaga siang
dan malam untuk mengawasi panglong. Panglong etnis Jawa memiliki 3 mobil
pengangkut barang. Jika supir tidak datang maka ada yang menggantikan supir ke
satu tetapi jika supir yang satu datang, maka yang berada didalam mobil untuk
65
mengantar barang bangunan bisa jadi 3 orang, yakni 2 orang supir dan 1 orang
kenek (yang menemani supir). Walaupun profesinya sebagai supir, tetapi dia tetap
ikut bongkar-muat barang, bukan kenek (yang menemani supir) saja yang ikut
membongkar-muat.
per-borongan atau per-trip atau yang disebut dengan per-muatan. Gaji supir lebih
besar daripada gaji kenek (yang menemani supir) karena, resiko lebih besar
dimiliki oleh supir daripada kenek. Gaji supir Rp. 80.000 itupun kotor tidak
bersih, maksudnya gaji segitu tidak dengan uang makan, ketika ia meminta uang
untuk makan atau untuk keperluan dan kebutuhan lainnya, maka akan dipotong
dari yang ia minta kepada toke (pemilik toko panglong). Sama dengan kenek
(yang menemani supir) gajinya lebih murah yakni Rp.65.000 itu juga tidak bersih,
jika ia meminta uang untuk makan dan keperluan lainnya, maka akan dipotong
dari gajinya.
Tionghoa. Panglong suku Jawa berdiri dari tahun 2000. Panglong etnis Jawa
memiliki 2 panglong. Yang satu berada di kota yang satu berada di desa Sekip.
Modal awal yang digunakan oleh panglong etnis Jawa dalam membangun
15.000.000 bisa kurang dari Rp. 15.000.000 itupun tidak bersih pendapatannya,
itu belum untuk kebutuhan sehari-hari yakni makan, dan juga belum membayar
66
gaji anggota, belum juga membayar listrik, belum membayar kebutuhan yang
lain-lain.
dibohongi dan ditipu oleh pemborong, juga pernah dibohongi dalam pekerjaan
kerugian bisa mencapai ratusan juta rupiah. Belum lagi, pemborong yang awalnya
lancar membayar tetapi lama-lama ia lari dan membawa uang nya kabur dan tidak
Hambatan yang diperoleh oleh etnis Jawa yakni, daya beli yang semakin
berkurang. Karena ekonomi melemah, dan lagipula banyak yang sudah membuka
panglong. Memang, lokasi panglong antar panglong yang lain jauh, dan tidak
sama berada dikota, tetapi para pelangan membeli sekarang melihat harga yang
murah, dan selalu bertanya-tanya ke panglong lain. Jika panglong yang jauh lebih
murah, maka ia akan pergi kepanglong yang jauh daripada yang dekat.Panglong
etnis Jawa hanya bisa memberikan pelayanan yang terbaik, yakni ramah-tamah
bangunan yang lengkap, mulai dari perlengkapan bangunan yang besar hingga
yang kecil. Panglong etnis Tionghoa terletak dikota pas depan-depanan dengan
67
Panglong etnisTionghoa memiliki 10 orang pekerja, yang mana terdiri dari
5 supir dan 5 kenek (yang menemani supir). Mereka di gaji perhari bukan
permuatan atau per trip. Gaji supir lebih besar daripada gaji kenek (yang
menemani supir) karena, resiko lebih besar dimiliki oleh supir daripada kenek.
Gaji supir Rp.85.000 itupun kotor tidak bersih, maksudnya gaji segitu tidak
dengan uang makan, ketika ia meminta uang untuk makan atau untuk keperluan
dan kebutuhan lainnya, maka akan dipotong dari yang ia minta kepada toke
(pemilik toko panglong). Sama dengan kenek (yang menemani supir) gajinya
lebih murah yakni Rp.70.000 itu juga tidak bersih, jika ia meminta uang untuk
makan dan keperluan lainnya, maka akan dipotong dari gajinya. Jika para pekerja
maka akan dipotong dari gaji mereka. Karena mereka sudah diberikan bon untuk
mengantar barang, dan mereka sudah diberitahu lebih dulu untuk mengecek
Tionghoa membuat pagar dan temboknya tinggi, dan yang menjadi tangan kanan
atau barang antaran yang hendak diantar kemana, anaknya yang mengira atau
etnis Tionghoa membuka usaha nya pada tahun 1998. Pendapatan pedagang
panglong etnis Tionghoa minus perbulan sehingga harus menutupi dengan uang
68
melemahnya ekonomi dan banyaknya sekarang toko-toko yang buka yang
terus dari pembeli setiap harinya, sehingga panglong etnis Tionghoa terkadang
begitu besar, dan kasusnya sama yakni dibohongi dan ditipui oleh pemborong.
perdata, dan harus mengurus kesana-kemari sehingga tidak tuntas dan tidak beres
jalan, baik dari anggaran APBD, dari anggaran pemerintah, dan lain-lain.
Anggaran tersebut tidak turun, sehingga harus menunggu beberapa waktu, dan
begitu besar. Panglong etnis Tionghoa walaupun menderita kerugian yang begitu
mempergunakan sifat hemat dan melihat masa depan bagaimana akhirnya. Maka
69
3.4. Panglong Etnis Tamil
Panglong etnis Tamil ini buka pada tahun 2001. Panglong etnis Tamil ini
memiliki 8 orang pekerja. 4 orang supir dan 4 orang kenek (yang menemani
supir). Sama dengan Panglong suku Tionghoa dan Jawa, gaji supir lebih besar
daripada gaji kenek (yang menemani supir) karena, resiko lebih besar dimiliki
oleh supir daripada kenek. Gaji supir Rp.75.000 (tujuh puluh lima ribu rupiah)
itupun kotor tidak bersih, maksudnya gaji segitu tidak dengan uang makan, ketika
ia meminta uang untuk makan atau untuk keperluan dan kebutuhan lainnya, maka
akan dipotong dari yang ia minta kepada toke (pemilik toko panglong). Sama
dengan kenek (yang menemani supir) gajinya lebih murah yakni Rp.65.000 (enam
puluh lima ribu rupiah) itu juga tidak bersih, jika ia meminta uang untuk makan
Panglong etnis Tamil ini terletak dikota Lubuk Pakam tidak jauh dari
panglong etnis Tionghoa dan Jawa. Jaraknya hanya kira-kira 100m, lebih kurang
3-5 menit sampai. Jadi secara tidak langsung panglong ini arahnya searah atau
70
perbulan tidak menentu, apalagi kondisi saat ini melakukan persaingan dan
panglong etnis Tamil, yakni ratusan juta rupiah. Penyebabnya, karena terkadang
beberapa minggu dibayar, tapi tidak kunjung datang. Sehingga malas untuk
menagih kembali, dan terjadilah uang yang mati atau tak kunjung kembali tapi
barang sudah diantar. Oleh sebab itu, terjadilah kerugian yang begitu besar, di
awal baik dalam pembayaran, lama-lama ia kasbon atau hutang sehingga ditagih
tangguh dari etnis Tionghoa mewarnai pesaingan bisnis. Kultur sosial adalah
salah satu aspek yang penting dalam kewirausahaan. Kultur sosial adalah
71
Etnis Tionghoa memiliki elemen-elemen budaya yang berbeda dengan
budaya pada etnis Jawa. Masing-masing etnis memegang warisan budaya dan
perilaku sosial yang unik yang diwariskan dari generasi ke generasi yang pada
kepentingan politik, ekonomi, dan pola-pola perilaku yang tidak sama diantara
lepas dari etos kerjanya yang tinggi, keberanian mereka dalam berwirausaha
sudah tidak diragukan lagi, etos kerja yang tinggi, kemauan untuk berspekulasi,
Etnis Tionghoa juga tidak mau menyerah dalam mencoba sesuatu, bila
mereka gagal dan jatuh, mereka akan terus mencoba, tetapi jarang sekali sih
mereka gagal dan jatuh. Karena mereka sudah belajar dalam mempelajari dan
dengan berhasil. Etnis Tionghoa yang sudah sejak dini dan turun temurun
diartikan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
72
belajar. Kegiatan bisnis sangat membantu usaha-usaha untuk memenuhi
melalui saluran produktif dari membeli bahan mentah sampai menjual barang jadi.
mengatasi masalah-masalah pada saat mencari konsumen, serta pada saat pembeli
mencari produsen. Oleh karena itu menurut Basu Swastha (1998) pada pokoknya
Bisnis hari ini seolah membenarkan bahwa etnis Tionghoa lah yang paling
berjaya dan yang paling sukses di era zaman Global saat ini. Maka tak heran,
dalam dunia bisnis dan dalam dunia dagang, dan dalam dunia wirausaha etnis
Tionghoa lah yang paling tinggi posisinya, baik di Ibu kota maupun di
Kecamatan. Seperti di Lubuk Pakam ini, saat ini etnis Tionghoa lah yang paling
panglong(bahan bangunan).
jika di amati, terlihat begitu jelas dari buangan atau mobil keluar masuk. Dari
wawancarai. Tetapi ketika penulis amati, mereka tidak begitu biasa saja, berbeda
dengan apa yang beliau katakan kepada penulis. Mereka mengamati mengapa
73
panglong etnis Jawa yang lebih banyak pembelinya daripada panglong etnis
Tionghoa atau etnis ia sendiri. Padahal dari zaman nenek moyang, atau dari
banyak atau tidak buangan/mobil keluar masuk, banyak atau tidak pembeli yang
datang berkunjung kepanglong etnis Jawa. Dan lagi dia melihat dari dekat, dan
harus dipegang sama mereka atau kemenangan harus ada pada mereka. Bahkan
ketika etnis mereka (Tionghoa) berbelanja kepanglong etnis lain, mereka secara
sesama Tionghoa yang berjualan. Nah, sejak dari situlah maka orang yang ber
etnis Tionghoa tidak pernah lagi berbelanja kepanglong etnis lain. Padahal,
berbagai etnis, bukan etnis nya (Tionghoa) saja. Sementara etnis dia (Tionghoa)
74
dilarang berbelanja kepanglong etnis lain. Kesatuan dan kekuatan serta dalam
berhubungan relasi mereka sangat kuat dalam hal apapun. Mereka sangat
mendukung etnis mereka dalam berbagai hal dan dalam berbagai cara.
mereka berada pada posisi menengah dan puncak dalam kehidupan yang layak
diseluruh dunia.
nilai usahanya yang semakin lama semakin berkembang maju. Kegiatan bisnis
buat mereka sesuatu yang paling menarik dalam kehidupan. Budaya bisnis ini
mereka etnis Tionghoa telah diberikan bekal dari sejak kecil. Bisnis etnis
Tionghoa tidak berkisar jauh dari bisnis keluarga. Orang Tionghoa biasanya
segala cara dan mengembangkan ide untuk mempertahankan pelanggan dan untuk
75
yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencari
dijual kembali. Dalam prinsip ekonomi, perdagangan adalah untuk mencari laba
menjadi simbol kekayaaan sebagai adanya status sosial kelas menengah pedagang.
meningkatkan taraf hidupnya. Dunia perdagangan tidak ada batasnya, oleh karena
itu setiap orang bebas bergerak di dalamnya selagi memiliki keinginan dan
hubungan sosial yang kuat. Budaya bisnis atau dagang mereka turunkan dari satu
76
3.5.1. Etos Kerja Dan Perilaku Dagang Etnis Tionghoa
pandang seseorang terhadap pekerjaan atau dapat diartikan sebagai nilai kerja
yang positif. Bila pandangan dan sikap terhadap kerja tersebut bersifat positif,
maka etos kerjanya juga akan bersifat positif, orang akan bekerja keras dan
berusaha mencapai hasil yang terbaik dalam pekerjaannya. Etos kerja bisa dilihat
melalui tiga indikator (Cherrington dalam Nugroho, 1994), yaitu kerja sebagai
kewajiban moral, disiplin, kerja tinggi, dan kebanggan akan hasil karya.
Anoraga (2001) menyatakan bahwa etos kerja adalah pandangan dan sikap
suatu bangsa atau suatu umat terhadap kerja. Bila pandangan dan sikap tersebut
melihat kerja sebagai sesuatu yang luhur bagi eksistensi manusia, maka etos
kerjanya akan mendalam, orang tersebut akan bekerja dengan keras dan dengan
sebaliknya, jika sama sekali tidak adanya pandangan dan sikap terhadap kerja,
maka etos kerja itu kurang mendalam, dan orang itu tidak bersungguh-sungguh
dalam bekerja.
dan doktrin kerja tertentu yang mewujud nyata pada perilaku kerja yang khas.Etos
kerja adalah suatu sikap, semangat kerja dan pandangan kerja yang total, ciri atau
kerja salah satunya yakni kebudayaan atau budaya yang mana kebudayaan etnis
Tionghoa telah diketahui bahwa bersifat kerja keras, disiplin yang tinggi.
77
Terbukti bahwa etnis Tionghoa yang berdagang panglong memiliki
disiplin yang sangat tinggi. Apalagi dalam memerintah anak buahnya, dalam
memberi tanggung jawab kepada tangan kanan atau istilahnya orang kepercayaan
dalam menghitung barang keluar-masuk, jika ada barang yang kurang atau yang
rusak, atau yang hilang maka orang kepercayaan ini lah yang akan disuruh untuk
mempertimbangkan aspek yang lebih luas, seperti nilai internal manusia serta
dan moto kehidupan yang banyak mendukung terbentuknya suatu etos kerja yang
tinggi untuk mendukung perilaku kewirausahaan yang banyak dimiliki oleh etnis
peluang, berani mengambil risiko, tahan banting, dan jangan pernah menyerah
78
kepada nasib. Etnis Tionghoa memang sangat ulet dan teliti dalam menjalankan
suatu usaha. Apalagi dalam memberi harga serta pengurangan harga, kalau bisa
pun jangan kurang dari harga awal yang sudah ia tawarkan kepada pembeli
(konsumen). Karena bagi nya, keuntungan harus ada, dan ia mengingat kerja keras
“pedagang yang jatuh akan merasa sakit, tetapi rasa sakit itulah yang membuatnya
bangkit kembali.”
atau suatu kelompok dalam atau terhadap sesuatu (situasi dan kondisi) lingkungan
(alam, masyarakat, teknologi, atau organisasi). Perilaku adalah salah satu fungsi
Oleh karena itu, perilaku seorang inidividu denngan yang lainnya akan berbeda
dan terbentuk melalui lingkungan dimana ia tinggal. Maka dari itu, seorang
79
wirausaha yang akan membuka usaha di kota nya terlebih dulu melihat dan
yang cocok dilingkungannya, dan usaha apa yang dibutuhkan dan diperlukan
dilingkungannya.
sejalan dengan ciri-ciri utama kolektivisme, yaitu : (1) menekankan sifat rendah
hati, penuh pengendalian diri, tidak suka menonjolkan diri, serta mengutamakan
pandangan, kebutuhan, dan tujuan kelompok, (2) menekankan status, peran, dan
menjaga etika baik secara isi dan bahasa perkataan maupun objek yang diajak
berbicara, hal ini dikarenakan etnis Jawa sangat menjunjung tinggi nilai
menjunjung etika, baik secara sikap maupun berbicara. Tapi sangat disayangkan
bahwa etnis Jawa lebih bersifat terima nasib, contoh yang nyatanya ketika saya
Nah, dengan sikap menerima apa adanya inilah, yang membuat etnis Jawa
kurang untuk giat berusaha dan bekerja keras. Malah ia bersifat santai saja, seperti
tidak memiliki pesaing, tidak terlalu memikirkan bagaimana usaha nya di masa
depan dan apa yang akan terjadi kedepannya, ya jalani aja. Itulah yang kurang
80
dari sikap dan sifat etnis Jawa dalam berusaha. Makanya etnis Jawa dalam
berwirausaha kurang. Karena sifat nerimo nya yang masih dipergunakan sampai
saat ini.
Etnis Jawa masih menggunakan prinsip dan sifat nasib. Yang mana
artinya, bahwa semua itu bergantung kepada nasib. Kalau nasib lagi baik, maka
penjualan akan banyak. Tetapi, kalau nasib belum baik, maka penjualan belum
banyak. Jika, mengalami suatu kejadian atau kerugian bila ditipu atau dibohongi
oleh pelanggan dipanglong, maka ia berkata bahwa itu nasib kita lagi buruk.
Sikap dan sifat etnis Jawa yang lainnya, yakni keramah-tamahan serta
halusnya dalam berbicara. Itulah kelebihan, sehingga pembeli dan pelanggan yang
datang kepanglong akan merasa senang dalam bahasa dan tutur kata etnis Jawa.
Perilaku atau sikap yang diperanguhi oleh faktor kebudayaan dan faktor
terhadap kemampuan dirinya maka individu tersebut akan berusaha mencapai apa
terhadap kemampuan dirinya maka seseorang tersebut akan merasa bahwa dirinya
81
tidak mampu untuk mencapai suatu prestasi sehingga dalam dirinya kurang
Falsafah hidup etnis Tamil berbunyi “Yathum Ure, Yawerum Kelir” yang
artinya bahwa mereka harus menjaga tingkah laku dan budaya dalam
yakni berupa sistem tolong-menolong atau yang disebut dengan “Uthewi Sheitel”.
upacara kematian, dan acara-acara hari besar lainnya. Pak Ragu (50 tahun)
mengatakan bahwa :
yang pernah ditolong harus membantu mereka ketika membutuhkan dan demikian
pula sebaliknya (Florence, 2012). Memang prinsip ini sejalan dengan etnis Tamil
yang berada di kota Lubuk Pakam, jika ia hendak dan mau menolong orang, maka
mereka akan terus mengingat jasa mereka kepada siapa yang dulu mereka pernah
diperhitungkan jika itu uang atau kepunyaan milik mereka. Tetapi, jika itu
kepunyaan atau milik orang lain, maka mereka akan menghabiskan atau
mengeluarkan dengan sesuka hati mereka atau seenak mereka saja tanpa ada
sedikitpun perhitungan. Maka dari itu, di Lubuk Pakam terkenal sekali kalau ada
82
ular dan etnis Tamil, maka yang harus dimatikan adalah etnis Tamil nya. Karena,
etnis Tamil ini sangat bersifat menggigit atau bersifat ingin mengambil
Seperti kata lain, bahwa biussan atau sifat nya yang kurang transparan,
kurang jujur, membuat etnis Tamil dipandang sebelah mata oleh orang-orang di
kota Lubuk Pakam.Ia tidak mau uangnya keluar, walaupun uang itu bukan hak
dia. Tapi jangan sampai uang yang berada di saku kantungnya keluar sedikitpun.
Karena ia tidak mau rugi atau tidak mau merasa dirugikan dalam hal apapun. Ia
hanya mau merasakan keuntungan saja, tidak mau dan tidak akan pernah
merasakan kerugian dan jangan sampai merasa rugi.Sifat yang dimiliki oleh
bentuk, dan intensitas persaingan yang terjadi dan cara yang ditempuh oleh para
kerajinan, atau usaha pertukangan kecil. Pedagang juga bisa di artikan orang yang
dengan modal relatif bervariasi yang berusaha di bidang produksi dan penjualan
83
Persaingan dagang yang dilakukan oleh etnis Jawa-Tamil bersifat biasa
saja. Ketika saya wawancarai Bapak Fahrin pemilik panglong etnis Jawa. Berikut
beranggapan biasa saja. Itu kekurangan dari etnis Jawa, kurang pandai dalam
menjaga pelanggan dan kurang dalam memikirkan konsep baru untuk menarik
calon pembeli baru. Memang, mereka hanya menggunakan pelayanan yang baik
untuk menarik pembeli baru, tetapi hal yang lain belum terfikirkan oleh mereka.
berdagang. Mereka lebih suka menjadi pegawai negeri daripada berdagang. Maka
anaknya pun kalau bisa menjadi pegawai negeri atau menjadi pekerja dikantoran,
karena dalam dunia bisnis atau berdagang, etnis Jawa kurang dan anaknya jarang
untuk disuruh meneruskan usaha ini. Maka dari itu, beda dengan etnis Tionghoa
usaha dagang tadi. Karena bagi etnis Tionghoa, dagang itu merupakan bisnis yang
84
Falsafah hidup itu diringkas menjadi 3 hal yang saling terkait: rela,
nerima, dan sabar (Fifo dan Sinambela dalam Wijaya, 2008). Oleh karena itu,
bila kita lihat dari falsafah hidup etnis Jawa maka sangat kurang cocok untuk
menjadi wirausahawan. Tetapi, lain halnya dengan pak Fahrin yang berhasil
membawa falsafah hidup rela, nerima, dan sabar, maka pak Fahrin menganggap
saingannya Tamil atau suku Tionghoa lawannya bersifat biasa saja, dan tidak
terlalu memikirkan.
menghasilkan atau menjual barang yang sama atau jasa yang sama atau mirip
lancar, jumlah pedagang yang ada akan tetap bertahan dan semakin bertambah.
85
Semua orang bisa berdagang dan membuka usaha perdagangan jika
seseorang tersebut memang memiliki jiwa dan sifat yang keras, pantang
menyerah, tahan banting, dan tetap mau berusaha walaupun bisa jadi kedepannya
Seperti contohnya etnis Tamil ini, mereka umumnya dan dari sejarahnya
hanya sebagai buruh kasar atau pekerja kasar tetapi di kota Lubuk Pakam, etnis
Tamil sukses membuka usaha bahan bangunan. Ia menjalankan bisnis toko bahan
bangunan sejak tahun 2000. Dari awal berjualan menggunakan kereta lembu
hinga bisa sesukses sekarang. Itulah dari contoh, bahwa seseorang dari etnis mana
saja asal ada kemauan dan pantang menyerah serta bekerja keras maka akan bisa
penjualan atas barang atau jasa atau roduk yang sama. Sama seperti halnya dalam
berdagang panglong atau bahan bangunan yang mana etnis Jawa, Tionghoa, dan
memberikan harga yang murah, dan ada beberapa informan mengatakan etnis
Tamil juga mau memberikan jenis barang tidak sesuai dengan kesepakatan dan
transaksi yang terjadi pada saat pembelian. Seperti contohnya, persaingan yang
terjadi antar pedagang etnis Tamil-Tionghoa, memang yang terjadi hanya besifat
harga yang dibuat oleh etnis Tionghoa ini sama dengan yang etnis Tionghoa jual
86
ke pembeli. Dan begitu sebaliknya, barang yang ketika etnis Tionghoa beli ke
etnis Tamil maka barang tersebut bisa lebih mahal harganya dari yang etnis
satu sama lain, terjadilah sifat untuk balas dendam, karena ketika pembeli
mencoba untuk membeli ke panglong yang lain, maka ia akan mencoba berbelanja
kepanglong etnis Tionghoa lalu pembeli yang berbelanja tadi ke etnis Tionghoa
ini, mencoba lagi membeli kepanglong etnisTamil. Jika dilihat dari perbedaan
harga, maka sang pembeli ini akan bercerita ke orang lain. Walaupun orang lain
itu bukan pembeli yang akan membeli barang yang sama dengannya. Tetapi,
karena mendengar cerita tersebut dari sang pembeli awal ini yang sudah
berbelanja ini, maka dia secara tidak langsung sudah mempengaruhi orang lain
pengusaha etnis India, dan begitu sebaliknya. Mereka saling memburukkan satu
sama lain kepada calon pembeli dan kepada pelanggannya agar sang pengusaha
dapat mempertahankan sang calon pembeli dan sang pelanggan. Sebenarnya, cara
87
ini ada yang berpendapat benar dan ada yang berpendapat salah. Etnis Jawa
menceritakan tentang kekurangan panglong yang lain dengan sang calon pembeli.
Begitu juga dengan etnis India yang mau menceritakan tentang keburukan
panglong yang lain. Menurut saya, ada baiknya juga mengetahui apa kekurangan
dari setiap pedagang berjualan dan menjalankan usaha dagangnya, seperti yang di
Menurut pengusaha etnis Tamil juga seperti itu, bahwa etnis Jawa dan
sendiri. Etnis Tamil berprinsip untuk memberikkan harga yang murah, etnis
Tionghoa berprinsip yang sama dengan etnis Tamil, dan etnis Jawa hanya
berprinsip memberi pelayanan yang baik dan ramah kepada pelanggan dan calon
88
Isu-isu yang terjadi antar pengusaha ini menurut pengamatan dan
tinggi atau lebih parah sampai terjadi konflik. Menjellekkan seperti, etnis Jawa
mengatakan bahwa:
hanya mereka bertiga, yakni panglong etnis Tionghoa, Jawa, dan India. Jadi,
masih menggunakan beberapa kebudayaan, dan berbagai cara agar mereka bisa
Menurut pengamatan dan penelitian yang saya lakukan, saya melihat dan
mengamati bahwa pekerja etnis Tionghoa, Jawa, dan India memiliki perbedaan.
memberi tahu harga yang dijual berapa, bagaimana cara memberikan bonus, dan
89
sebagainya. Para pekerja mau membeberkan kepada para pelanggan, apalagi jika
para pekerja sudah mendapatkan bonus atau uang dari sang pelanggan, maka
dan aib dari sang pengusaha etnis Tionghoa. Mereka menjaga baik-baik usaha
toke nya. Ketika ditanya berapa harga yang dijual oleh toke nya, maka sang
pekerja hanya menjawab dan mengatakan bahwa ia hanya bekerja disitu, dan ia
tidak mengetahui harga barang yang dijual. Meskipun ia mendapatkan bonus atau
uang kepada para pelanggan, tetap ia tidak akan membeberkan harga tersebut
kepada sang pelanggan. Ia akan tetap menjaga usaha toke nya, dan akan tetap
atau anggota yang jujur dan bisa dipercayai, maka ia akan memberikan pinjaman
dan bonus kepada anggota nya yang cukup lumayan. Seperti, pada hari besar (hari
raya) maka, sang toke akan memberikan thr yang banyak, dan toke pun mau
Sementara isu-isu antar pekerja yakni, pekerja etnis Tamil yang sama juga
dimiliki oleh pekerja dengan etnis Jawa yang mau membeberkan dan
melayani dan cara berjualan, berapa harga barang yang dijualnya, dan sebagainya.
Para pekerja juga mau bercerita sesama pekerja jika mereka bertemu, bagaimana
sifat dan karakteristik toke nya, berapa gaji nya, dan banyak hal. Sehingga
terkadang tak jarang jika pekerja merasa terus kekurangan dengan toke nya, ada
90
yang bersifat tidak ikhlas bekerja karena terpaksa bila menganggur tidak akan bisa
Isu-isu yang terjadi antar pembeli, yakni pembeli yang awalnya berbelanja
Buchori :
pedagang yang satu dengan pedagang yang lain. Banyak menceritakan tentang
kekurangan yang satu dengan yang lain karena perasaan kecewa dan merasa
dirugikan. Ada beberapa pembeli yang mengaku dan menyatakan bahwa ia hanya
satu dengan panglong yang lainnya kepada tetangganya dan kepada teman-
temannya. Bahwa panglong etnis Tionghoa dalam melayani masih kurang, etnis
Tamil juga dalam melayani masih kurang, dan sebagainya. Pembeli juga mau
91
menceritakan alasan mengapa ia pindah, dan menceritakan berapa harga barang
diceritakan oleh temannya, dan ia berbelanja kesalah satu panglong tersebut dan
dan sebagainya. Dengan adanya pernyataan seperti itu, terkadang calon pembeli
juga tak jarang meminta diskon karena sudah berbelanja kepanglong ini, dan
92
MATRIK TABEL
93
5 Pendapat Konsumen Diberikan pelayanan yang baik
Diberi harga yang murah Diberi harga yang murah
saat membeli Diberikan hadiah Disuruh tetangga berbelanja
Diberikan minuman Diberikan uang fee Barang diantar cepat
Dilayani dengan ramah, dan Panglongnya besar Pernah dibohongi, karena
sopan Kurang cepat mengantar pemesanan tidak sesuai
Diberi utang pesanan barang
Bersifat kesederhanaan
Harga mahal
6 Gaji Pekerja Supir Rp. 80.000 Supir Rp. 85.000 Supir Rp. 75.000
Kenek Rp. 65.000 Kenek Rp. 70.000 Kenek Rp. 65.000
94
BAB IV
proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka
agar tujuan tersebut dapat dicapai. Strategi adalah suatu cara, suatu upaya,
suatu usaha, suatu tindakan yang harus dicapai yang harus difikirkan yang
memperhatikan tujuan dan sasaran yang akan dicapai di waktu yang akan
95
melalakukan usaha, setalah itu perusahaan mempersiapkan konsep yang
akan dilakukan. Dengan melihat hal-hal atau cara-cara apa yang hendak kita
bersaing dengan cara melihat dari faktor eksternal dan faktor internal suatu
kelemahan, dan suatu peluang serta ancaman yang berkaitan dengan kondisi
suatu perusahaan.
Panglong etnis Jawa, Tionghoa, dan Tamil yang mana panglong dan
jarak mereka sangat berdekatan. Tidak jauh, dan menempuh waktu hingga
dan merancang serta membuat strategi lah, maka pelanggan bisa tetap
96
begitu mudah, harus mengumpulkan dulu ide-ide apa yang dibuat untuk
lawan adalah dengan dari “mouth to mouth” yang artinya dari mulut ke
mulut. Dari mulut ke mulut itulah, maka sang pedagang dapat mengetahui
titik kelemahannya.
tadi akan mengetahui apa kelemahan dari sang pedagang panglong etnis
Jawa. Pembeli pasti akan bercerita, dari mana awal ia berbelanja, dan
jika ia pindah berbelanja kepanglong etnis Jawa, maka pembeli tadi akan
bukan produk yang ditawarkan dan dijanjikan pada awal pembelian, tetapi
yang sampai ditempat barangnya berbeda dari produk yang awalnya sudah
97
4.2. Strategi Etnis Jawa
dan memberikan hadiah-hadiah ketika hari besar, seperti bagi umat Islam
dijual sesuai dengan harga pasar. Jika dijual dibawah harga pasar maka akan
harus digaji, dan membeli barang kembali kan harus pakai modal, kalau
rumahnya siap dan jadi untuk ditempati. Tetapi, kalau belanja nya hanya
Bonus yang diberikan bisa saja cat untuk tembok rumah sebesar
25kg sebanyak 2 kaleng, atau bisa juga diberikan px (untuk melangsir atau
alat peralatan untuk tukang, seperti martil, meteran, dan bodam (martil yang
Hadiah yang diberikan ketika hari-hari besar kalau dia umat muslim
yang berbelanja dari langganan lama, maka akan diberi parsel, sirup, dan
uang. Kalau orang non muslim yang berbelanja seperti umat kristiani, maka
98
diberikan uang amplop atau baju. Strategi panglong etnis Jawa juga
Yang diberikan adalah berupa uang rokok atau uang tip untuk
mempertahankan pembeli dengan tutur kata yang baik, sopan dan santun
serta ramah tamah. Panglong etnis Jawa juga memberikan pelayanan dan
memberikan penjelasan yang baik ketika pembeli yang baru saja datang
rumah, tetapi ia belum tahu kualitas barang, maka etnis Jawa akan
besi, besi kita bisa berkata bahwa besi itu ukurannya 9ml, tetapi bisa saja
yang dikasi bukan besi 9ml. Dengan melayani dan memberi tahu kepada
konsumen, maka konsumen akan merasa senang dan terbantu, ketika dia
pun tidak jadi membeli dipanglong etnis Jawa, maka tidak apa-apa yang
dipanglong setnis Tionghoa lebih murah Rp. 500, maka panglong etnis Jawa
tetap tidak akan kurang dari harga pasaran. Karena panglong etnis Jawa
99
lebih murah harganya dipanglong etnis Tionghoa didepan, tetapi strategi
panglong etnis Jawa sudah diketahui masyarakat bahwa etnis Jawa mau
konsumen merasa senang dan merasa ada penjelasan bahwa ia tidak akan
ditipu dan tidak akan dibohongi. Seperti yang dinyatakan bapak Fahrin (68
tahun) bahwa :
etnisJawa maka akan menjelaskan detail ukuran bak mobil. Jika dipanglong
isinya, berapa ukurannya dan kenapa lebih murah di panglong depan (etnis
Tionghoa) daripada dipanglong bapak (etnis Jawa). Bapak Fahrin (68 tahun)
juga menjelaskan :
100
karena kamu merasa kecewa dan saya pun kecewa
karena memberi harga dan kualitas yang tidak sesuai.”
Nah, dengan pernyataan tersebut maka pembeli akan merasa senang. Bapak
memberikan kasbon atau hutang dalam jangka waktu, tetapi dengan harga
yang berbeda jika dengan orang yang membeli barangnya lunas. Misalnya
jika seseorang beli harga semen dengan Rp.50.000 maka ketika hutang atau
kasbon akan dinaikkan Rp. 500 menjadi Rp.50.500. Karena banyak yang
janji akan membayar tanggal 10, tapi nyatanya tanggal nya di mundur
dari harga barang pada pembelian selama suatu periode yang waktunya
101
membangun rumah, hingga akhir membangun rumah atau siap dalam
dari orangnya bukan dari etnis nya. Jika yang berbelanja adalah orang yang
dilihat dari tampilannya adalah orang yang kurang mampu, atau ia bercerita
lihat sesama etnis nya (Jawa), maka ketika ia lihat masih mampu hanya
yang kurang mampu bukan dengan sesama etnisnya. Tetapi, jika ada sesama
etnis nya yang ia lihat kurang mampu, maka ia akan memberikan potongan
harga juga.
Bonus dapat berupa barang dan bisa juga uang. Tetapi, bonus yang
diberikan oleh pedagang panglong etnis Jawa yakni, berupa hadiah baju,
kaos, minuman seperti sirup, parcel bagi umat muslim dihari besar, uang
102
amplop bagi umat Kristiani. Seperti pernyataan bapak Fahrin (68 tahun)
bahwa :
pelanggan.
beberapa dan tidak banyak. Jadi, ketika pembeli yang baru ingin berbelanja
jauh perbedaannya daripada harga yang telah di beri oleh panglong etnis
103
Belum bisa diprediksikan panglong suku Jawa benar-benar memberi
harga yang bagaimana, masih melihat situasi dan kondisi karena masih
membuat rasa kenyamanan dan rasa kepercayaan bagi pelanggan dan bagi
penjual. Dengan adanya pelayanan yang baik, dan dengan adanya keramah
tamahan serta kesopanan yang baik, maka akan memajukan usaha panglong
kualitas barang yang baik, maka akan membuat pelanggan tetap berbelanja
ke panglong etnis Jawa. Seperti yang dinyatakan oleh bapak Fahrin (68
tahun) bahwa :
yang paling utama dari hal yang lain. Karena bagi nya pembeli yang
104
4.3. Strategi Panglong Etnis Tionghoa
adalah dengan cara tutup kerugian dengan salah satu keuntungan untuk
membeli besi tipe 10ml seharga Rp.48.000 tetapi dipanglong etnis Jawa bisa
lebih mahal Rp.50.000, jadi pak Buchori (66 tahun) memilih berbelanja ke
Maka dari itu Pak Buchori terus berbelanja ke suku Tionghoa, ketika
harganya jauh berbeda, dan dia mencoba bertanya kenapa begitu mahal? Di
depan harganya lebih murah dan selisih Rp.2.000, lalu etnis Jawa
menjelaskan besi tipe 10ml ada dua macam, yakni yang pas sesuai dengan
janji dan tidak sesuai pada saat transaksi pembelian. Etnis Tionghoa
yang satu dan menurunkan atau menjual barang dibawah modal dengan
105
harga yang jauh lebih murah, tetapi menutupi kerugian dengan keuntungan
barang lain, dan tidak menepati janji sesuai dengan kualitas dan tipe barang.
pelanggan yang lain adalah dengan memberikan uang tip kepada tukang
etnis Tionghoa. Jika kepala tukang sudah mendapatkan uang tip, maka
etnis Jawa.
keras yang punya rumah dalam mencari uang untuk membangun rumah.
tetapi kepala penjaga atau tangan kanan nya. Ia mendatangi rumah dengan
bahan, tinggal telfon saja, apa yang kurang kami akan antar dengan harga
yang dijamin murah. Agar tukang tidak gantung dalam bekerja, kalau tidak
106
ada uang, bisa dirumah bayarnya dan memberi uangnya, atau besok saja kan
bisa dibayar.
Dengan seperti itu, sang pekerja etnis Tionghoa ini sudah berhasil
bujuk rayu pekerja etnisTionghoa yang sudah menawarkan jasa tadi, maka
Maka dari mouth to mouth atau dari mulut ke mulut inilah yang
tetangga yang hendak merehap rumah, maka yang sudah berbelanja ke etnis
bangsa Indonesia yang kurang suka, tetapi harga menjamin. Harga murah,
mencolok seperti etnis Jawa yang menjelaskan bahwa barang itu tipe begini,
dan kualitasnya begini, ia diam saja dan menjual apa yang diminta mereka
(pembeli). Tanpa ada rasa untuk berbagi ilmu atau berbagi rasa dalam
melakukan penjelasan.
107
Strategi etnis Tionghoa lain yakni, ia tetap mempertahankan
memberikan hadiah berupa uang tip, lalu memberikan hadiah berupa parsel
tentang kualitas dan merk barang serta produk barang kurang baik. Apa
yang pembeli minta, maka ia bilang iya tetapi yang datang ketempat bukan
barang yang sesuai pada saat transaksi. Padahal, banyak yang mengatakan
tetapi kerugian tersebut hanya bekisar beratus saja, tidak mau kebanyakan.
dibawah modal. Karena kebutuhan yang mendesak dan ada keperluan yang
mendesak pula.Maka tak heran, mereka juga terkadang menjual dengan rugi
akan memberikan fasilitas yang baik agar tidak lari. Tetapi, tidak jarang
juga mereka membuat kecewa seperti janji yang katanya barang akan
diantar pagi, dan dengan segera tetapi mereka malah mengantar besok pagi.
dirumah.
108
Karena keterlambatan dalam pengantaran tadi, maka membuat
pelanggan merasa marah karena tidak sesuai dengan janji yang ia beri.
jika ada yang membangun rumah berbelanja kepanglong etnis Jawa atau ke
baru.
bagi satu etnis nya. Ia bisa memberi harga yang murah tetapi dengan
109
“Saya memberikan harga sesuai pasaran lah. Kalau
dibawah ya rugi saya.”
salah satu barang, dan akan menaikkan harga barang di jenis barang yang
dibarang yang jenis nya lain, untuk menutupi kerugian di barang yang
untuk membangun rumah, maka kepala tukang akan diberi uang tip sebagai
baru.
(49 tahun) :
110
“Bagi pelanggan yang berbelanja ke saya kan saya tau
dan ingat, ketika ia belum berbelanja lagi, biasanya saya
menawarkan produk dan bertanya kenapa belum mesan
barang.”
pembeli akan merasa mudah bertransaksi via telfon dan tidak perlu untuk
datang ke panglong. Karena akan memakan waktu, dan belum lagi transport
Strategi yang diberikan oleh panglong etnis Tamil tidak jauh berbeda
dengan kedua suku yakni etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Ia juga
tidak jauh dari harga pasaran. Kalau dijual harga dibawah modal, maka ia
maka hal itu akan di lakukan. Terkadang, pembeli yang datang hanya
beberapa dan tak jarang mereka menjual harga dibawah modal untuk
yang datang. Tetapi, dengan menjual dengan harga yang mahal, dan
111
memunculkan pembeli yang datang. Nah, dengan pembeli yang datang
banyak, maka dengan begitu strategi yang baru lagi, yakni dengan
prinsip mouth to mouth yakni dari mulut ke mulut. Nah, dengan perbedaan
harga tadi, maka orang akan bercerita dan memberi tahu bahwa dipanglong
etnisTamil, harga barang sekian dan memiliki perbedaan yang sekian dari
panglong etnisJawa.
etnis Tamil akan berpindah ke etnis Jawa. Dan memberi tahu serta
strategi dalam memberikan komisi atau uang fee kepada kepala tukang yang
nya satu rumah. Maka ia akan diberi uang fee atau uang tip.
112
“Memberikan hadiah ya kecil-kecil aja, sebagai ucapan
terimakasih karena sudah berbelanja kesini, sejenis
kaus, parcel, dsb.”
Strategi yang diberikan oleh etnis Tamil tidak jauh berbeda dengan
sebagainya.
pelanggan dan pembeli yang dikasih hadiah, akan diingat terus dan akan
terus berbelanja tetap ke etnis Tamil. Berikut pernyataan bapak Ragu (50
tahun) :
Hadiah berupa uang tip, bagi yang sudah tetap berbelanja. Dan
akhir transaksi setelah melakukan pentotalan, tidak akan bisa dipotong lagi
harganya.
113
yang hendak berbelanja, tergiur dengan harga yang murah, dengan harga
bapak Eka tertarik untuk berbelanja ke panglong etnis Tamil dan tetap
tukang dan orang tersebut akan merasa senang dan bahagia. Karena ia telah
Tamil, dan ia pun senang karena mendapatkan uang dari sang pedagang
panglong.
menghasilkan makna.
114
Menurut Kotler (2013:179) persepsi adalah dimana kita mengatur,
yang bagaimana kita melihat, memilih dan mengatur sebuah informasi dan
segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungan kita melalui panca indera kita.
serta kualitas yang kurang bagus. Ada juga bapak Buchori (66 tahun)
mengatakan bahwa :
115
“Saya pernah berbelanja ke Panglong etnis Tionghoa,
tetapi saya dibohongi, tidak tepat janji. Bilang barang
diantar pagi, nyatanya sore datangnya. Karena
dibohongi, maka saya pindah ke panglong etnis Jawa,
baik, sederhana dan dikasih kasbon lagi.”
Ada lagi pak Rizki (29 tahun) mengatakan bahwa :
Ada yang memang betah hanya ke satu panglong saja berbelanja, ada yang
berbelanja untuk membagi rezeki. Seperti yang disampaikan oleh bapak Eka
Lain halnya dengan bapak Agus (36 tahun) yang menyatakan bahwa :
Lain hal dan prinsip konsumen yang saya wawancarai bapak Rian (25
yang berbeda. Mereka menyatakan bahwa dibangsa sendiri lebih baik, tetapi
ada yang menyatakan kenapa dibangsa sendiri kalau lebih mahal bagus
116
berbelanja di etnis Tionghoa saja. Uang yang selisih tadi, lebih baik untuk
uang minyak saya dan uang rokok saya daripada sama mereka. Seperti yang
apa-apa, karena ini bangsa kita yang berjualan, dan kita memberi makan ke
Lain halnya lagi yang ber anggapan bahwa, lebih baik di bangsa kita
lah biar maju bangsa kita, daripada kita memajukan etnisTionghoa. Banyak
etnisTamil, maka informan tetap berbelanja ke situ karena murah. Ada juga
yang berpendapat bahwa di etnis Tamil tidak jujur dalam berdagang, ada
yang mana, harus ke sesama bangsa, atau harus seagama. Walau ustadz pun
informan ada yang mengatakan bahwa lebih baik dibangsa sendiri, daripada
dibangsa lain. Seperti itulah, tetapi kita tidak bisa memaksakan kehendak
117
kita dan menerapkan kemauan kita untuk tetap berbelanja ke satu panglong
saja.
Ada juga persepsi dan pandangan dari sang informan yang bernama bapak
berdagang tidak bisa kita paksakan, tidak bisa kita perintah untuk kesini
saja. Ada juga yang mengkaitkan unsur agama dalam berbelanja, ada juga
yang mengkaitkan karena satu suku, ada juga yang mengkaitkan karena
faktor harga yang murah, ada juga yang mengkaitkan dengan pelayanan
mana, baik itu dikota Lubuk Pakam dan dimana-dimana sudah mengetahui
tunggu dan sesutau yang tidak boleh diremehkan dalam melayani pembeli.
jasa yang diberikan dan apa yang mereka harapkan sesuai dengan kenyataan
118
dan dapat diterima dengan baik oleh pelanggan dan konsumen yang hendak
berbelanja.
etnisTionghoa. Banyak pembeli yang datang, dan banyak juga barang yang
terlambat diantar atau istilahnya deadline. Maka dari itu, tak sedikit juga
sudah membayar barang pesanan tadi. Tak sedikit juga, orang yang meminta
marah-marah tadi bisa meredam emosi nya dan tidak marah-marah kembali.
Dan pembeli yang sudah meminta uangnya kembali, agar tidak jadi
masih belum pulang dari barang antaran yang tadi, dan sebagainya sudah
119
“Sebelum saya membuat dan menulis bon faktur, saya
harus memberitahu dulu sabar atau tidak menunggu, jika
tidak sabar maka saya (arahkan) untuk berbelanja
kepanglong lain saja.”
Dengan begitu ada pembeli dan konsumen yang menerima dan ada
juga yang tidak menerima sehingga pergi kepanglong lain dengan alasan
terpenuhi.
melalui ucapan dan perkataan yang baik, ramah-tamah, perlakuan yang baik
120
Kualitas dalam pelayanan sangat dibutuhkan dan sangat penting
dalam menjual barang yang hendak kita akan jual kepada konsumen, agar
tamahan dan penjelasan yang begitu sabar dan begitu baik. Bapak Fahrin
(68 tahun) :
pelayanan yang diberikan baik, perlakuan baik, mau menjelaskan merk ini,
merk itu, kualitas yang baik ya ini. Maka konsumen akan merasa senang dan
bohongi, dan merasa saya tipui. Saya sabar dan berusaha menjelaskan,
bahwa kualiitas itu yang terbaik, makanya harga lebih mahal dari yang lain.
Barangnya mirip, tapi kualitas dan grade kita panglong yang mengetahui.
menipu, barang sudah dibayar belum sampai. Katanya jam 10.00 WIB
121
diantar, nyatanya belum sampai juga. Dengan begitu, dia meminta uangnya
kembali. Saya berusaha sabar dan tetap menjelaskan bahwa ada kendala,
tetapi ia bersi keras dan tetap meminta uangnya kembali lalu saya kasih
saya, karena merasa nyaman. Dan tak jarang juga pembeli bilang panglong
kami harganya mahal dan lebih mahal dari panglong lain, tetapi pelayanan
didalam kesempatan, karena kita yang akan rugi dan tidak dipercayai oleh
konsumen lain. Pembeli pun tidak akan ada yang mau datang jika kita
122
4.6.3. Strategi Pelayanan Panglong Etnis Tamil
tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak
kepemilikan apapun.
yang murah.
Maka dari itu, pembeli banyak yang datang ke toko mereka. Karena
pembeli melihat muatan mereka yang begitu banyak, dan dengan harga yang
123
anggotanya untuk melayani pembeli, tetapi ia ikut serta dalam melayani
dengan kualitas yang baik, maka strategi dalam pemasaran dapat berhasil
pemasaran yang dicapai. Dan tujuan yang dicapai akan berhasil. Dalam
124
melakukan teknik pemasaran, harus melayani dengan sebaik-baiknya. Agar
waktu.
strategi pemasaran dan akan mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan cara
tersebut, maka pembeli akan kembali lagi ke panglong suku Tionghoa. Dan
Dengan memberikan perlakuan yang baik dan sifat yang baik, maka
baik. Agar pelanggan tidak pergi ke panglong lain, dan dapat menjalankan
7. Memberikan Hadiah
125
4.7.2. Strategi Pemasaran Etnis Jawa
maka pembeli akan kembali datang ke suku Jawa. Dan strategi pemasaran
2. Memberikan kesopanan
Jawa tidak akan lari dan pergi dari suku Jawa, dan akan terus berbelanja ke
lari kepanglong lain, dan akan tetap berbelanja ke suku Jawa serta strategi
tujuan yang diinginkan. Pembeli tidak akan pergi kepanglong lain, dan tetap
akan berbelanja ke suku Jawa. Serta pemasaran pun akan berhasil dan
126
Dengan menghargai pembeli yang membeli barang, maka pembeli
merasa senang dihargai. Dan pembeli tidak akan pergi dan lari dari
6. Memberikan kesederhanaan
pembeli merasa nyaman dan tidak akan lari dari panglong lain. Tetap akan
pengurahan harga, diskon, hadiah berupa baju, parsel ketika hari besar bagi
pembeli tidak akan lari dan pergi kepanglong lain, dan bertahan di panglong
awal pembelian yang sudah ditentukan dan sudah dibayar di toko panglong,
127
maka barang sesuai pesanan tadi sudah membuat pembeli merasa ada
pemasaran berhasil dan tidak akan membuat pembeli lari kepanglong lain
pelayanan yang baik. Dan dengan begitu, maka akan membuat pembeli
tidak akan lari ke panglong lain, dan tetap bertahan berbelanja kepanglong
suku Tamil. Dengan begitu, strategi dalam pemasaran akan suskes dan
4. Menjaga pelanggan
yang murah, maka akan membuat pelanggan tidak akan lari dan tetap
strategi pemasaran akan berhasil dan pembeli tidak akan lari ke panglong
128
4.8. Harga
tertentu. Agar dapat sukses dan dapat berjalan dengan sesuai yang
sehingga membuat pelanggan atau konsumen akan pergi dan lari dan tidak
akan berbelanja ke toko kita lagi. Strategi penentuan harga sangat signifikan
membuat hatrga tersebut mahal, dan jauh dari pemasaran pasar di kota
Lubuk Pakam, maka tidak akan ada yang mau dan tidak akan ada yang
produk yang murah dan tidak sesuai dengan harga yang diberi dalam
129
maksud harganya mahal tetapi produk yang diberi tidak sesuai, sama saja
datang lagi, atau datang kembali ke panglong kita. Maka ia akan pindah
panglong, tetap mencari harga yang murah dan mencari kualitas serta
produk yang bagus. Tetapi, dalam hal pasaran, bagaimana bisa memberikan
harga yang murah tetapi kualitas yang bagus, sama saja dengan
dengan harga yang murah dan dijanjikan kualitas serta produk yang bagus
dan baik, tetapi pembeli akan tau dari mouth to mouth untuk mengetahui
harga dan mengecek kualitas suatu barang atau produk barang tersebut.
membedakan mana yang asli dan mana yang palsu. Maka akan tahu dan
jelas kelihatan dari internet atau media sosial, bisa juga dari panglong yang
ada juga konsumen yang tidak berpatok pada harga yang murah. Bapak
130
Ada beberapa konsumen yang berpatok pada kenyamanan dan
harga yang murah, tetapi kenyamanan tidak kita temukan, maka sama saja.
individu ataupun kelompok yang membeli produk fisik ataupun jasa dengan
dengan adanya kesepakatan antar kedua belah pihak, yakni antar penjual
131
dan antar pelanggan. Dengan terciptanya hubungan langganan, maka akan
berjalan dengan baik. Dan tetap berbelanja ke pedagang panglong yang satu
saja, dan tidak berbelanja ke pedagang panglong yang lain. Maka akan
Jawa”, atau pelanggan yang lain mengatakan bahwa “aku sudah lama
langganan tetap ini timbul dan muncul karena adanya hubungan yang baik,
dan didasari dengan kepercayaan dan keyakinan yang baik dengan pedagang
pelanggan.
dan pelanggan di panglong etnisJawa maka lambat laun akan kasbon atau
akan berutang ke panglong etnis Jawa. Seperti pernyataan pak Buchori (66
tahun) :
132
Nah, dengan berjalannya waktu, pelanggan ini akan bayar dengan
tepat waktu sesuai dengan perjanjian dan keputusan kedua belah pihak.
Barang diantar sampai tempat, tidak ada yang kurang sedikitpun, dan
waktu sesuai dengan kesepakatan antar kedua belah pihak, yakni antar
berjalannya waktu, dan lambat laun pelanggan yang bernama pak Buchori
ini, akan membawakan pembeli baru yang ingin berbelanja dan akan
kepercayaan dan keyakinan antar kedua belah pihak, dan itu terjadi dengan
kesengajaan, tanpa terikatan, dan tanpa ikatan. Karena, jika terjadilah utang
atau pengebonan, maka tidak ada barang jaminan apapun yang ditinggalkan,
oleh sebab itu hubungan langganan ini tercipta bukan dengan unsur paksaan
133
mengerjakan proyek pembangunan, awalnya hubungan langganan ini baik
kepercayaan itu memudar dan hilang karena tidak adanya kejujuran dan
ketepatan waktu untuk membayar utang di panglong nya. Janjinya, hari ini
jika ditagih maka terus akan mengulur waktu dan terjadilah konflik.
pengalaman seperti itu, bapak Aheng tidak lagi dengan mudah memberikan
kepercayaan kepada pelanggan baru, dan tidak dengan begitu mudah lagi
untuk memberikan bon atau utang, karena telah mengalami kejadian dan
kerugian yang begitu banyak. Seperti pernyataan pak Aheng (49 tahun)
bahwa :
134
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan ini, penulis
dan dilakukan, juga dalam sikap dan kebudayaan yang masih dipergunakan
hati, ada yang melayani hanya seadanya saja sekadar untuk menjual, dsb.
Dalam pemberian penjelasan dan kualitas barang juga dijelaskan oleh etnis
Jawa, dan etnis Tamil dan etnis Tionghoa memberikan kemurahan dari segi
harga.
menggunakan sifat menerima apa adanya, bersosial yang tinggi, dan kurang
135
dalam berwirausaha itu terbukti dari kurangnya dalam menjaga usaha nya,
dan kurangnya dalam memikirkan ide-ide yang baru untuk mencapai tujuan.
hemat, terlihat dari perilaku nya sehari-hari dalam berjualan dan dalam
dan etnis Tamil yang masih individualis, tidak memperdulikan orang yang
dipertahankan.
pedagang panglong antar etnis ini. Ada pembeli yang merasa kecewa dan
ada juga pembeli yang merasa puas, karena diberikan kualitas pelayanan
pedagang panglong masih sama, dan masih dalam batas yang wajar. Konflik
tidak ada terjadi, perselisihan pun jarang terjadi, relasi yang kuat masih ada
dan terlihat di etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa memiliki hubungan yang kuat
dengan sesama etnis nya, masih mempunyai jiwa dan kebudayaan yang
bersifat biasa-biasa saja, tidak mempunya relasi, begitu juga dengan etnis
(diberi hutang), agar pelanggan dapat bertahan di salah satu panglong dan
tidak pindah ke panglong yang lain. Dan akhir kesimpulan, bahwa setiap
136
pembeli dan pelanggan panglong tetap berbelanja ke salah satu panglong
dan tidak mau berbelanja ke panglong lain lebih banyak karena faktor
5.2. Saran
konsep dan ide yang baik untuk mempertahankan usaha bahan bangunan.
Tionghoa, etnis Tamil dan etnis Jawa memiliki nilai-nilai kebudayaan yang
Penulis berharap agar tidak ada lagi antar satu pedagang dan dengan
pedagang yang lain, terjadi konflik atau menjelek-jelekkan satu sama lain.
Bersikaplah jujur dan transparan dalam melayani calon pembeli dan dalam
memberikan pelayanan dan harga yang berbeda jika yang berbelanja bukan
setiap umat beragama, seperti yang sudah dilakukan oleh panglong etnis
137
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Anoraga, Pandji. Pengantar Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta, 2001
Adisti, Galuh. Sikap Locus Of Control Pedagang Usaha Kecildan
Menengah Etnis Tionghoa dan Jawa, 2007
Ann Wan Seng, Rahasia Bisnis Orang Cina, Jakarta: Naura Books (PT
Mizan Publika), 2013
Basu Swastha. Azas-azas Marketing, Liberty,Yogyakarta, 1998
Benedicta Prihatin Dwi, Riyanti. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang
Psikologi Kepribadian, Grasindo, Jakarta, 2003
Crable E. Richard. Conflict Theory, Teplok Press, Jakarta, 1981
Cook, R. J. & K. F. Baker, The Nature and Practice of Biological Control
Of Plant Pathogens, American Phyytopathol, 1983
Cherrington, David J, Organizational Behaviour:The Management of
Individual and Organizastion Performance, Second Edition, Allyn
& Bacon, Boston, 1994
Daryono, Etos Dagang Orang Jawa Pengalaman Raja Mangkunegara IV ,
Yogyakarta, 2007
DeGenova. Intimate Realitionship, Marriage, and Families, New York:
McGraw-Hill, 2008
EB Taylor, Primitive Culture, London, 1871
Enggar, Hariz. Perbedaan Kecerdasan Adversity antara Etnis Tionghoa dan
Etnis Jawa, 2007
Endraswara, Suwardi, Filsafat Sastra: Hakikat, Metodologi dan Teori,
Yogyakarta, 2012
Fadila, Dewi & Ridho, Sari Lestari Zainal, Perilaku Konsumen, Palembang:
Penerbit Citrabooks Indonesia, 2013
Fedyani, Saifuddin Ahmad. Antropologi Kontemporer, KDT, Jakarta, 2005
Fathoni, Abdurrahmat. Antropologi Sosial Budaya. Rineka Cipta Jakarta,
2006
Fung Yu Lan, A Short History Of Chinese Philosophy, The Macmillan
Company, New York, 1960
Greenbarg, Paul, CRM at the spedd of light: Social CRM Strategies, Tool,
and Techniques for Engaging Your Costumer, (4th edition), New
York: Mcgraw-Hill Inc, 2010
138
Hall, Calvin & Garner Lindzey. Introduction to Theories of Personality,
Canada, John Wiley & John, 1985
139
Sumber Jurnal
Askarial Herdi Salioso dan Willy Herdianto Surya. Kultur Sosial Etnik
Tionghoa Dalam Persaingan Bisnis Studi Kasus Etnik China
(Tionghoa) di Kawasan Bisnis Setia Budi Pekanbaru.Pekanbaru.Vol
2 No 1. 2016
Amalia Fitri dan Kuncoro Bayu Prasetyo. Etos Budaya Kerja Pedagang
Etnis Tionghoa di Pasar Semawis Semarang. Semarang. 2015
140
Masudi. Akar-akar Teori Konflik:Dialektika Konflik; Core Perubahan
Sosial dalamPandangan Karl Marx dan George Simmel. Vol3 No 1.
2015.
Najwan, Jhoni. Konflik Antar Budaya dan Antar Etnis di Indonesia Serta
Alternatif Penyelesaiannya. Jambi.
Sumber Internet
141
142
143
LAMPIRAN FOTO
144
145
146
147