Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

I. Bor
1.1.Definisi Bor
Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang
arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan
pelubangan). Mesin bor dapat juga digunakan untuk bermacam-macam operasi,
seperti reaming (peluasan), counterboring, boring, dengan menggunakan alat bantu
khusus mesin bor juga dapat digunakan untuk pemotongan ulir. Sedangkan
pengeboran adalah operasi menghasilkan lubang berbentuk bulat dalam lembaran-
kerja dengan menggunakan pemotong berputar yang disebut bor. Pengeboran juga
merupakan salah satu hal yang penting dan sering digunakan dalam proses
pemesinan. Mesin bor mempunyai fungsi sebagai berikut:
 Pembuatan Lubang
Mengumpan mata bor pada suatu benda kerja untuk membuat lubang.
 Pemebesaran Lubang
Mengumpan mata bor pada benda kerja yang telah memiliki lubang
sebelumnya guna untuk memperbesar diameter lubang pada benda kerja.
 Chamfer
Chamfer adalah suatu proses untuk menghilangkan sisi tajam dari sebuah
bentuk slindris. Chamfer pada proses counter sink yang dimaksudkan ada
beberapa macam penggunaan, antara lain :
-Chamfer untuk membersihkan chip / bram.
-Chamfer untuk pembuatan ulir.
-Chamfer untuk dudukan kepala baut konus.
-Chamfer untuk dudukan paku keling.

1.2. Bagian-bagian Bor

Gambar 1.1. Bagian-bagian Bor


http://1.bp.blogspot.com

JURUSAN TEKNIK MESIN 1


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

a. Base (Dudukan)
Base ini merupakan penopang dari semua komponen mesin bor. Base
terletak paling bawah menempel pada lantai, biasanya dibaut.
Pemasangannya harus kuat karena akan mempengaruhi keakuratan
pengeboran akibat dari getaran yang terjadi.

b. Column (Tiang)
Bagian dari mesin bor yang digunakan untuk menyangga bagian-bagian
yang digunakan untuk proses pengeboran. Kolom berbentuk silinder yang
mempunyai alur atau rel untuk jalur gerak vertikal dari meja kerja.

c. Table (Meja)
Bagian yang digunakan untuk meletakkan benda kerja yang akan di bor.
Meja kerja dapat disesuaikan secara vertikal untuk mengakomodasi
ketinggian pekerjaan yang berbeda atau bisa berputar ke kiri dan ke kanan
dengan sumbu poros pada ujung yang melekat pada tiang (column). Untuk
meja yang berbentuk lingkaran bisa diputar 3600 dengan poros ditengah-
tengah meja. Kesemuanya itu dilengkapi pengunci (table clamp) untuk
menjaga agar posisi meja sesuai dengan yang dibutuhkan.Untuk menjepit
benda kerja agar diam menggunakan ragum yang diletakkan di atas meja.

d. Drill Chuck (Mata Bor)


Adalah suatu alat pembuat lubang atau alur yang efisien. Mata bor yang
paling sering digunakan adalah bor spiral, karena daya hantarnya yang baik,
penyaluran serpih (geram) yang baik karena alur-alurnya yang berbentuk
sekrup, sudut-sudut sayat yang menguntungkan dan bidang potong dapat
diasah tanpa mengubah diameter bor. Bidang–bidang potong bor spiral
tidak radial tetapi digeser sehingga membentuk garis-garis singgung pada
lingkaran kecil yang merupakan hati bor.

e. Spindle
Bagian yang menggerakkan chuck atau pencekam, yang
memegang/mencekam mata bor.

f. Spindle head Merupakan rumah dari konstruksi spindle yang digerakkan


oleh motor dengan sambungan berupa belt dan diatur oleh drill feed handle
untuk proses pemakananya.

g. Drill Feed Handle Handel untuk menurunkan atau menekankan spindle dan
mata bor ke benda kerja (memakankan).

h. Table Clamp

Table Clamp digunakan untuk mengunci kedudukan table.

JURUSAN TEKNIK MESIN 2


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

1.3.Macam-macam bor
1.3.1. Macam-macam bor
Mesin bor dapat digolongkan sebagai berikut :
 Mesin bor tangan (mekanik dan elektrik).
 Mesin bor bangku.
 Mesin bor tiang (column) dan besin bor pillar.
 Mesin bor radial.
 Mesin bor “jig-bor”.
 Mesin bor tiang untuk pekerjaan yang berat.
 Mesin bor multi-spindle.
 Mesin bor dengan beberapa spindle utama.
 Mesin bor horizontal.
Pemilihan dan penggunaan mesin bor tergantung kepada besarnya diameter lubang
dan ukuran benda kerja.
1. Mesin Bor Tangan
Mesin bor tangan adalah mesin bor yang pengoperasiannya dengan
menggunakan tangan dan bentuknya mirip pistol. Mesin bor tangan biasanya
digunakan untuk melubangi kayu, tembokmaupun pelat logam. Khusus Mesin bor
ini selain digunakan untuk membuat lubang juga bisa digunakan untuk
mengencangkan baut maupun melepas baut karena dilengkapi 2 putaran yaitu
kanan dan kiri. Mesin bor ini tersedia dalam berbagai ukuran, bentuk, kapasitas
dan juga fungsinya masing-masing. Selain itu juga ada mesin bor tangan yang
diputar dengan motor listrik.

Gambar 1.2. Mesin Bor Tangan (elektrik)


http://2.bp.blogspot.com

2. Mesin Bor Bangku


Mesin bor bangku adalah mesin bor yang diletakkan diatas bangku. Mesin ini
digunakan untuk membuat lobang benda kerja dengan diameter kecil (terbatas
sampai dengan diameter 16 mm). Prinsip kerja mesin bor meja adalah putaran
motor listrik diteruskan ke poros mesin sehingga poros berputar. Selanjutnya poros
berputar yang sekaligus sebagai pemegang mata bor dapat digerakkan naik turun

JURUSAN TEKNIK MESIN 3


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

dengan bantuan roda gigi lurus dan gigi rack yang dapat mengatur tekanan
pemakanan saat pengeboran. Roda gigi berputar dengan tuas pemutar yang
menghasilkan tekanan pemakanan bagi alat potongnya.

Gambar 1.3. Mesin bor bangku


http://4.bp.blogspot.com/

3. Mesin Bor Jenis Collumn dan Pillar


Mesin bor jenis column terdiri dari sebuah batang tegak, padanya dipasang kepala
mesin bor dan meja kerja. Meja mesin dapat digerakan ke atas dan ke bawah
begitu juga ke samping. Mesin bor tipe pillar, meja hanya dapat dinaikturunkan,
tetapi mesin ini sering digunakan dengan gabungan meja lain. Kedua tipe mesin
bor ini biasanya dilengkapi dengan pemakanan otomatis, selain tuas yang diputar
dengan tangan.

Gambar 1.4 Mesin Bor Column


https://ae01.alicdn.com

4. Mesin Bor Radial


Mesin bor radial khusus dirancang untuk pengeboran benda-benda kerja yang
besar dan berat serta lebar. Mesin ini langsung dipasang pada lantai, sedangkan
meja mesin telah terpasang secara permanen pada landasan atau alas mesin.
Pada mesin ini benda kerja tidak bergerak. Untuk mencapai proses pengeboran
terhadap benda kerja, poros utama yang digeser kekanan dan kekiri serta dapat
digerakkan naik turun melalui perputaran batang berulir.

JURUSAN TEKNIK MESIN 4


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

Gambar 1.5. Mesin bor radial


http://1.bp.blogspot.com

5. Mesin Bor “Jig-Bor”


Mesin-mesin jig bor dikontruksi umtuk membesarkan dan membuat lubang-lubang
dengan jarak pusat ke pusat yang tepat pada diamater yang sangat teliti. Meja
dibuat sebagai meja kombinasi dan dapat digerakan dengan arah memanjang dan
melintang. Dengan pembagian ukuran secara optik, sistim dapat diatur dengan
toleransi sampai 0,001 mm. Mesin-mesin jig bor yang berketilitian tinngi
seharusnya disimpan di ruang yang didinginkan dengan temparatur 27°C.
6. Mesin Bor Pillar Untuk Pekerjaan Yang Berat.
Mesin bor tipe ini tiangnya sangat rigit. Mesin ini sangat cocok untuk mengebor
lubang-lubang dengan ukuran yang besar dan dalam, karena pergerakan spindle
dilengkapi dengan pengarah disepanjang tiang (collumn).
7. Mesin Bor Multi-Spindle
Pada kepala mesin ini terdiri dari beberapa spindle. Spindle-spindle itu digerakkan
dari spindle utamanya secara bersamaan. Mesin bor ini dapat mengebor beberapa
lubang sekaligus. Mesin bor ini cocok untuk pekerjaan masal.

Gambar 1.6. Mesin bor multi spindle


http://g01.s.alicdn.com

8. Mesin Bor Dengan Beberapa Spindle


Jenis mesin ini dilengkapi dengan beberapa spindle utama. Jika pada satu benda
kerja akan dikerjakan dengan beberapa jenis operasi, seperti ; mengebor,
countersink, dan ramer makan mesin bor ini sangat cocok digunakan.

JURUSAN TEKNIK MESIN 5


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

9. Mesin Bor Horizontal

Selain mengebor, mesin ini juga dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan seperti


; melebarkan lubang, freis dan bubut. Posisi spindle utamanya horizontal dan
dilengkapi dengan beberapa variasi putaran serta feed. Spindle utamanya ini
dapat digerakan naik-turun disepanjang tiang (column). Mesin ini juga dilengkapi
dengan tiang pendukung untuk menyangga poros ketika melebarkan lubang.
Benda kerja dijepit diatas meja. Meja dapat diputar dan dapat digerakan pada arah
memanjang dan melintang, sehingga benda kerja dapat dikerjakan pada beberapa
posisi dalam sekali set-up.

1.3.2. Macam-macam Mata Bor

Gambar 1.7. Mata Bor


http://g01.s.alicdn.com

Ada beberapa jenis bor dibawah ini jenis bor yang sering digunakan:
1. Mata bor helix besar (High helix drills) : mata bor ini memiliki sudut helik
yang besar, sehingga meningkatkan efifiensi pemotongan, tetapi
batangnya . lemah. Mata bor ini digunakan untuk memotong logam lunak
atau bahan yang memiliki kekuatan rendah.
2. Mata bor helix kecil (Low helix drills) : mata bor dengan sudut helix lebih
kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke
atas atau terpegang benda kerja ketika membuat lubang pada material
kuniangan dan material yang sejenis.
3. Mata bor kerja berat (Heavy-duty drills) : mata bor yang digunakan untuk
menahan tegangan yang tinggi dengan cara menebalkan bagian web.

JURUSAN TEKNIK MESIN 6


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

4. Mata bor tangan kiri (Left hand drills) : mata bor standar dapat dibuat juga
untuk mata bor kiri. Digunakan pada pembuatan lubang jamak yang
mana bagian kepala mesin bor di desain dengan sederhana yang
memungkinkan berputar berlawanan arah.
5. Mata bor dengan sisi sayat lurus (Straight flute drills) : adalah bentuk
ekstrim dari mata bor helix kecil, digunakan untuk membuat lubang pada
kuningan dan plat.
6. Mata bor poros engkol ( Crankshaft drills) : mata bor yang di desain
khusus untuk mengerjakan poros engkol, sangat menguntungkan untuk
membuat lubang dalam pada material yang ulet. Memiliki web yang tebal
dan sudut helix yang kadang-kadang lebih besar dari ukuran normal. Mata
bor ini adalah mata bor khusus yang akhirnya banyak digunakan secara
luas dan menjadi mata bor standar.
7. Mata bor panjang (Extension drills) : mata bor ini memiliki shank yang
panjang yang telah ditemper, digunakan untuk membuat lubang pada
permukaan yang secara normal tidak akan dapat dijangkau.
8. Mata bor ekstra panjang (Extra-length drills) : mata bor dengan badan
pahat yang panjang, untuk membuat lubang yang dalam.
9. Mata bor bertingkat (Step drills) : satu atau dua buah diamater mata bor
dibuat pada satu batang untuk membuat lubang dengan diameter
bertingkat.
10. Mata bor ganda ( Subland drills) : fungsinya sama dengan mata bor
bertingkat.Mata bor ini terlihat seperti dua buah mata bor pada satu
batang.
11. Mata bor solid carbide : untuk membuat lubang kecil pada material paduan
ringan, dan material bukan logam, bentuknya bisa sama dengan mata bor
standar. Proses pembuatan lubang dengan mata bor ini tidak boleh ada
beban kejut, karena bahan carbide mudah pecah.
12. Mata bor dengan sisipan karbida (Carbide tipped drills) : sisipan karbida
digunakan untuk mecegah terjadinya keausan karena kecepatan potong
yang tinggi. Sudut helix yang lebih kecil dan web yang tipis diterapkan
untuk meningkatkan kekakuan mata bor ini, yang menjaga keawetan
karbida. Mata bor ini digunakan untuk material yang keras, atau material
non logam yang abrasif.
13. Mata bor dengan lubang minyak (Oil hole drills) : lubang kecil di dalam
bilah pahat bor dapat digunakan untuk mengalirkan minyak
pelumas/pendingin bertekanan ke ujung mata bor. Mata bor ini digunakan
untuk membuat lubang dalam pada material yang liat.
14. Mata bor rata ( Flat drills) : batang lurus dan rata dapat digerinda ujungnya
membentuk ujung mata bor. Hal tersebut akan memberikan ruang yang

JURUSAN TEKNIK MESIN 7


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

besar bagi beram tanpa bagian helix. Mata bor ini digunakan untuk
membuat lubang pada jalan kereta api.
15. Mata bor dengan tiga atau empat sisi potong : mata bor ini digunakan
untuk memperbesar lubang yang telah dibuat sebelumnya dengan mata bor
atau di punch. Mata bor ini digunakan karena memiliki produktifitas,
akurasi, dan kualitas permukaan yang lebih bagus dari pada mata bor
standar pada pengerjaan yang sama.
16. Center drill : merupakan kombinasi mata bor dan countersink yang
sangat baik digunakan untuk membuat lubang senter ( Gambar dibawah).

Gambar 1.8. Center Drill


http://g01.s.alicdn.com

JURUSAN TEKNIK MESIN 8


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

II. Reamer
2.1.Definisi Reamer

Reamer adalah alat potong yang digunakan untuk memperbaiki kualitas lubang
yang telah disiapkan sebelumnya. Reamer dibuat dari baja karbon, high speed steel
(HSS) dan seringkali sisi potongnya dibuat dari baja cemented carbide.
Lubang yang dihasilkan oleh bor spiral (gurdi), pada umumnya memiliki dinding
yang kasar, ukuran yang tidak sangat tepat dan tidak bulat. Bila diperlukan mutu
dinding lubang, ketepatan bentuk dan ukuran yang lebih baik, maka lubang tersebut
harus dikerjakan lagi dengan reamer sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Jadi
fungsi reamer adalah:
a. Untuk membuat bulat dan lurus suatu lubang sedekat mungkin dengan
ukurannya.
b. untuk membuat permukaan dinding lubang menjadi lebih bagus.
Aksi pemotongannya adalah mengikis dinding lubang (silindris atau konis)
yang telah disiapkan sebelumnya. Reamer dibuat menurut standard ISO untuk
suaian lubang H7, H6 dan H5 serta ukuran antara.
2.2.Bagian-bagian Reamer

Bagian-bagian utama dari reamer adalah tangkai, pengarah, kepala dan badan
(termasuk sisi potongnya).

Gambar 2.1 Bentuk tangkai dan bagian-bagian dari reamer


http://3.bp.blogspot.com

JURUSAN TEKNIK MESIN 9


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

Gambar 2.2. Bagian-bagian dari reamer


http://1.bp.blogspot.com

Tangkai; tangkai adalah bagian yang dicekam. Reamer tangan tangkainya silindris
dengan segi empat pada ujungnya untuk mempermudah pemegang tangkai reamer
menjepit. Reamer mesin tangkainya ada yang silindris, slindris dengan segi empat
dan tirus (konus) dengan ekor pada ujungnya. Reamer dengan tangkai konus
mengikuti morse konus(Mk1 . . . . Mk6) dan untuk menyesuaikan lubang pada
mesin, tangkai biasanya disertai dengan sarung pengurang.

Kepala; kepala adalah bagian yang mempermudah reamer masuk kedalam lubang.
Pemotongan dimulai dari bagian yang berbentuk tirus sampai pada diameter
maksimalnya (Z). Panjang bagian kepala antara reamer tangan dan reamer mesin
berbeda. Reamer tangan dengan tipe ukuran tetap panjang bagian kepalanya adalah
(= 1/4 dari panjang badan reamer) untuk mempermudah reamer tangan masuk
kedalam lubang. Sedangkan reamer mesin kepalanya lebih pendek karena reamer
dituntun oleh mesin masuk kedalam lubang.

Badan; badan terdiri dari beberapa pisau (sisi potong) dengan alur diantaranya,
alurnya mungkin lurus atau heliks. Reamer dengan alur heliks, heliksnya ada yang
serong ke kiri atau serong ke kanan dengan besar sudut heliks antara 7 o . . . . 8o.
Pada kasus khusus sudut heliksnya ada yang lebih besar, reamer tersebut biasanya
digunakan untuk pemotongan pengasaran. Arah alur heliksnya harus menentang
arah putaran reamer untuk menahan gaya agar reamer tidak mudah masuk sendiri
ke dalam lubang.

Jumlah alurnya dapat dihitung dengan mudah, tetapi kisarnya tidak sama besar
untuk mencegah bekas-bekas goresan. Untuk lubang-lubang yang saling
berpotongan atau untuk lubang dengan celah, reamer alur heliks harus digunakan,
karena reamer dengan alur lurus akan terjepit. Ketidak samaan kisar dari reamer

JURUSAN TEKNIK MESIN 10


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

selalu dua berlawanan melewati pusat. Ini untuk mempermudah dalam pengukuran
diameter.

Pengarah; bagian pengarah terdiri atas bagian silindris (diameter nominal


sepanjang Z) dan bagian tirus (sepanjang K). Diameter nominal (D) adalah garis
tengah reamer untuk reamer tersebut (sepanjang Z) dan mengecil sebesar 0.02 mm
ke arah tangkai (D1) sepanjang (K).

Panjang bagian pengarah yang silindris (D) pada umumnya:


a. semakin pendek jika lubang semakin dalam.
b. lebih pendek untuk lubang bor tembus dan lebih panjang untuk lubang tidak
tembus.
c. bergantung kepada kekuatan benda kerja, semakin pendek jika benda kerja
semakin kuat.
Bagian pengarah yang mengecil ke arah tangkai sebesar 0.02 mm bertujuan:
a. mencegah jangan sampai reamer memotong disepanjang bagian pengarah
karena reamer bisa macet di dalam lubang.
b. mencegah terjadinya gesekan yang berlebih yang mengakibatkan ukuran lubang
menjadi lebih besar.
c. memungkinkan reamer melewati lubang yang telah selesai dikerjakan.

2.3. Macam-macam Reamer

2.3.1. Peluas Tangan (Hand reamer)

Sebuah alat untuk membesarkan lubang tangan yang lebih lancip lagi atau
memimpin (seperti mata bor) di depan dari pada membesarkan lubang mesin. Hal
ini untuk mengimbangi kesulitan untuk memulai sebuah lubang dengan kekuatan
tangan saja. Hal ini juga memungkinkan alat untuk membesarkan lubang untuk
memulai lurus atau spiral dan mengurangi resiko kerusakan.

 Peluas Tangan (Hand reamer)


Peluas Tangan mempunyai tipe Tangkai Segi Empat

Macam – macam Peluas Tangan:

o Peluas Tangan Tetap


o Peluas Tangan yang dapat di kembangkan

2.3.2. Peluas Mesin (Machine reamer)

Sebuah alat untuk membesarkan lubang mesin hanya memiliki sangat sedikit
mengarah masuk Karena membesarkan lubang dan benda kerja adalah pra-
sejajar dengan mesin tidak ada risiko itu mengembara tentunya. Selain gaya
pemotongan konstan yang dapat diterapkan oleh mesin memastikan bahwa mulai

JURUSAN TEKNIK MESIN 11


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

memotong segera. Tangkai spiral memiliki keuntungan membersihkan swarf


otomatis tetapi juga tersedia dengan tangkai lurus seperti jumlah swarf dihasilkan
selama operasi reaming harus sangat kecil.

 Peluas Mesin (Machine reamer)


Peluas Mesin mempunyai Dua Tipe Tangkai yaitu :
o Tipe Tangkai Tirus

Tipe Tangkai Tirus

o Tipe Tangkai Silinder

Tipe Tangkai Silinder

 Macam – macam Peluas Mesin


o Peluas mesin yang dapat di kembangkan
o Peluas mesin yang dapat di atur
o Peluas mesin kupas

Contoh-contoh reamer antara lain :


a. Reamer dengan besaran diameter dapat diatur, seperti

Gambar 2.3 Reamer diameter dapat di atur


http://1.bp.blogspot.com

b. Reamer tirus, seperti berikut

Gambar 2.4 Reamer tirus


http://1.bp.blogspot.com

JURUSAN TEKNIK MESIN 12


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

c. Badan reamer, seperti berikut

Gambar 2.5 Badan reamer


http://1.bp.blogspot.com

JURUSAN TEKNIK MESIN 13


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

III. Ulir
3.1. Definisi Ulir
Bentuk ulir merupakan sebuah lembaran berbentuk segi tigadigulun pada sebuah
silinder. Dalam pemakain, ulir bekerja dalam pasangan antara ulir luar (baut,stud,
batang) dan ulir dalam (mur). Ulir pengikat pada dasarnya mempunyai profil
penampang berbentuk segi tiga sama kaki. Jarak antara satu puncak dengan puncak
yang berikutnya dari profil ulir disebut jarak bagi. Pengertian ulir lainnya adalah
penampang miring (heliks) yang seragam yang meliliti sepanjang sebuah silinder.

Sudut heliksnya dinyatakan dengan : atau .

Gambar 3.1. Kisar Ulir


http://1.bp.blogspot.com

Ulir merupakan sambungan yang tidak tetap, artinya sambungan yang dapat
dibuka kembali tanpa merusak ulir dan rangkainnya. Sambungan ulir untuk
dipasang dan dilepaskan kembali, sehingga dapat dipastikan selalu terdapat dalam
konstruksi mesin. Sambungan ulir disebut juga sambungan sekrup terdiri dari dua
elemen utama yaitu baut dan mur.
Keuntungan sambungan ulir adalah :
 Dapat diandalkan kerjanya.
 Mudah dipasang atau dilepaskan.
 Berbagai ukuran ulir dapat dipergunakan pada macam-macam kondisi
kerja.
 Ulir/sekrup relatif murah diproduksi karena standarisasi dan proses
pembuatan yang efisien.

JURUSAN TEKNIK MESIN 14


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

Adapun kerugian sambungan ulir adalah terjadinya konsentrasi tegangan pada ulir
akibat bentuk ulir dan pembebanan yang berubah-ubah.
3.2.Bagian-bagian ulir

Gambar 3.2. Bagian-bagian Ulir


http://1.bp.blogspot.com

Keterangan:

Dn = Diameter nominal/diameter terbesar Ulir dalam.


dn = Diameter nominal/diameter terbesar Ulir luar.
Dt2 = Diameter tengah Ulir dalam.
dt2 = Diameter tengah Ulir luar.
Dk1 = Diameter terkecil Ulir dalam.
dk1 = Diameter terkecil Ulir luar.
P = Jarak sudut puncak Ulir (kisar/gang).

JURUSAN TEKNIK MESIN 15


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

H = Tinggi bentuk dasar segi tiga. (H = 0.8660.P)


H1 = 0.54127.P
r = 0.0721.P (dibentuk dari radius ujung pahat).
R = 0.1443.P (dibentuk dari radius ujung pahat).

Untuk semua ulir ISO metrik sudut bentuk dasar segi tiganya selalu 60o baik yang
normal maupun yang halus/ulir khusus.

1. Diameter mayor (diameter luar) adalah diameter terbesar dari ulir.


2. Diameter minor (diameter inti) adalah diameter terkecil dari ulir.
3. Diameter pit (diameter tusuk) adalah diameter semu yang letaknya di antara
diameter luar dan diameter inti. Pada radius dari diameter tusuk inilah
letaknya titik-titik singgung antara pasangan dua buah ulir sehingga pada
titik-titik tersebutlah yang akan menerima beban terberat sewaktu pasangan
ulir dikencangkan. Jarak antara puncak ulir yang disebut juga dengan istilah
pitch merupakan dimensi yang cukup besar pengaruhnya terhadap pasangan
ulir. Karena apabila jarak antara puncak ulir yang satu dengan puncak ulir
yang lain tidak sama maka ulir ini tidak bisa dipasangkan dengan ulir yang
lain yang jarak puncak ulirnya masingmasing adalah sama. Kalaupun bisa
tentu dengan jalan dipaksa yang akhirnya juga akan merusakkan ulir yang
sudah betul. Akibatnya pasangan dari beberapa komponen dalam satu unit
pun tidak bisa bertahan lama. Jadi, dalam proses pembuatan jarak puncak
ulir harus diperhatikan betul-betul, sehingga kesalahan yang terjadi pada
jarak puncak ulir masih dalam batas-batas yang diijinkan.
4. Sudut ulir adalah sudut dari kedua sisi permukaan ulir yang satuannya dalam
derajat. Untuk American Standard dan ISO sudut
5. ulirnya adalah 600. Untuk ulir Whitworth sudut ulirnya 55°.
6. Kedalaman ulir adalah jarak antara diameter inti dengan diameter luar.

3.3.Jenis-jenis Ulir Berdasarkan Standar


3.3.1. Ulir ISO Metrik:

Pada ulir metrik ada yang dikenal dengan ulir ISO metrik halus dan ulir ISO
metrik normal. Pada ulir metrik halus bentuk profil pokoknya sama dengan metrik
normal, jadi diameter nominal atau diameter terbesarnya untuk ulir luar dan dalam
tetap sama. Tetapi untuk gang, tinggi ulir, diameter terkecil dan diameter tengah
ulir berlainan. Ketentuan ISO (Interational Standard Organization) untuk semua
ulir metrik penulisannya dinormalisasikan dengan huruf besar “M” yang diikuti

JURUSAN TEKNIK MESIN 16


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

dengan harga atau besar diameter ulir yang dipilih. Kemudian untuk ukuran gang
ulir yang khusus harus disertai tanda “X” yang mempunayai satuan mm. Untuk
gang yang normal dapat dihilangkan atau tidak perlu ditulis. Menentukan diameter
nominal ulir, dalam hal ini penentuan dianjurkan oleh ISO, untuk diameter antara 1
s/d 39 untuk ulir segi tiga adalah seperti tabel berikut:

Diameter Nominal Kisar (K)

Kelompok I Kelompok II Normal Halus

1 0,25
1,2 1,1 0,25
0,25

1,4 0,3
1,6 0,35
1,8 0,35

2 0,4
2,2 0,45
2,5 0,45

3 0,5
3,5 0,6
4 0,7

4,5 0,75
5 0,8
6 1

7 1
8 1,25 1
10 1,5 1,25

12 1,75 1,25
14 2 1,5
16 2 1,5

JURUSAN TEKNIK MESIN 17


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

18 2,5 1,5
20 2,5 1,5
22 2,5 1,5

24 3 2
27 3 2
30 3,5 2

33 3,5 2
36 4 3
39 4 3

Tabel 3.1. Diameter Ulir antara 1 s/d 39 untuk ulir Metrik dalam satuan mm.
3.3.2. Ulir ISO Inch.

ISO inch dibagi menjadi tiga tingkat gang pada diameter nominal yang sama. Untuk
tingkat gang kasar atau normal (coarse) = 1/4" - 20 UNC. Untuk tingkat gang halus
(fine) = 1/4" - 28 UNF. Untuk tingkat gang khusus (extra fine) = 1/4" - 32 UNEF.
Batasan-batasan pokok ulir ISO inch adalah sama dengan ISO metrik. Tetapi untuk
satuan ukurannya berbeda, yaitu inch untuk ISO inch dan mm untuk ISO metrik.
Ulir dengan standar yang lainnya :
 BSP = British Standard Pipe.
Ulir Pipa / BSP Thread (British Standart Pipe Thread)
Merupakan ulir standart yang digunakan pada sambungan pipa. disimbolkan
dengan huruf "R" contohnya R ⅜" yaitu ulir standar pipa untuk diameter pipa ⅜".

JURUSAN TEKNIK MESIN 18


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

Gambar 3.3. Ulir BSP


http://machiningtool.blogspot.co.id

 BSW = British Standard Whitworth.

Gambar 3.4. Ulir BSW


http://machiningtool.blogspot.co.id

 BSF = British Standard Fine.


 BA = British Association.
 BSP Tr= British Standar Taper Pipe.

JURUSAN TEKNIK MESIN 19


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

3.4.Jenis-jenis Ulir Berdasarkan Bentuk


3.4.1. Ulir Segitiga

Jenis ulir ini banyak sekali kita temui, dan banyak sekali standar dari ulir segitiga
ini diantaranya adalah :
o Ulir Metris / Metric Standart Thread

Merupakan ulir segitiga dengan sudut puncak 60° dan keseluruhan dimensi dalam
satuan metris. Simbol dari ulir ini adalah "M" contohnya M8 x 1,25 adalah ulir
metris dengan diameter 8 mm dan pitch 1,25 mm.

Gambar 3.5. Ulir Metris


http://machiningtool.blogspot.co.id

o Ulir Whitworth / Whitworth Standart Thread

Merupakan ulir segitiga dengan sudut puncak 55° dan keseluruhan dimensi dalam
satuan british (inchi). Simbol dari ulir ini adalah "W", contohnya W ⅜" x 20 TPI
adalah ulir whitworth dengan diameter ⅜" dan terdapat 20 Thread per Inch (jumlah
puncak ulir tiap jarak 1 inchi).

Gambar 3.6. Ulir Whitworth


http://machiningtool.blogspot.co.id

JURUSAN TEKNIK MESIN 20


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

3.4.2. Ulir Segiempat / Square Thread


Merupakan ulir dengan bentuk profil segi empat, biasanya digunakan untuk beban
berat misalnya pada pembuka pintu air bendungan dan ulir pada tanggem. ulir
segiempat disimbolkan dengan huruf "Sq" dan berdimensi inchi contohnya Sq ⅜"
x 8 TPI yaitu ulir segiempat dengan diameter ⅜" dan jumlah ulir tiap inchi adalah
8.

Gambar 3.7. Ulir Segiempat


http://machiningtool.blogspot.co.id

3.4.3. Ulir trapesium / Trapezium Thread


Merupakan ulir dengan profil trapesium dengan sudut puncak 30°. biasa digunakan
pada ulir penggerak pada eretan dan leadscrew pada mesin bubut. . ulir ini
disimbolkan dengan huruf "Tr" dengan dimensi metris contohnya Tr 18 x 4 adalah
ulir trapesium dengan diameter 18 mm dan jarak puncak ulir 4 mm.

3.4.4. Ulir Acme / Acme Thread


Merupakan ulir dengan profil trapesium dengan sudut puncak 29°, biasa digunakan
pada eretan dan leadscrew. ulir ini disimbolkan dengan "Acme" dengan dimensi
dalam satuan inchi.

Gambar 3.7. Ulir Segiempat


http://machiningtool.blogspot.co.id

JURUSAN TEKNIK MESIN 21


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

3.4.5. Ulir Bulat / Round Thread


Merupakan ulir dengan profil setengah lingkaran pada bagian lembah dan puncak
ulir. biasa digunakan untuk mentranmisikan daya/gerakan secara halus dengan
tanpa kelonggaran. jenis lain dari ulir bulat ini adalah ulir edison yaitu ulir yang
digunakan pada lampu bohlam.

Gambar 3.8. Ulir Bulat


http://machiningtool.blogspot.co.id

3.4.6. Ulir bola / Ball Screw


Merupakan ulir yang biasanya dipasangkan dengan mekanisme bola-bola baja dan
digunakan pada penggerak mesin CNC karena hampir tidak ada kelonggaran
dengan jarak yang presisi.

Gambar 3.9. Ulir Bola


http://machiningtool.blogspot.co.id

JURUSAN TEKNIK MESIN 22


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

3.4.7. Ulir tanduk./ Buttress Thread


Merupakan ulir berbentuk segitiga tetapi bukan segitiga sama kaki melainkan
berbentuk seperti tanduk. biasa digunakan sebagai pengunci tarikan seperti
pengunci collet dan pada tutup pasta gigi.

Gambar 3.10. Ulir Tanduk


http://machiningtool.blogspot.co.id

JURUSAN TEKNIK MESIN 23


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

IV. Proses Pembubutan Bahan Drill Chuck


4.1.Langkah Persiapan
4.1.1. Pelajari gambar kerja
Gambar kerja diperlukan pada saat melakukan proses pembubutan
untuk memudahkan operator membubut suatu benda yang akan
dikerjakan dan untuk menghindari kesalahan ukuran yang
diinginkan/direncanakan. Gambar kerja merupakan alat komunikasi
antara bagian desainer dan bagian produksi. Gambar kerja memuat
semua informasi untuk membuat benda kerja seperti : nama benda,
toleransi, material,tingkat kehalusan dan dimensi

Gambar 4.1. Gambar Benda Kerja yang Akan Dibuat

4.1.2. Menyiapkan alat yang dibutuhkan


Siapkan peralatan sesuai langkah kerja dan tahap tahap
kerja.

JURUSAN TEKNIK MESIN 24


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

4.1.3. Memasang center putar di lubang silinder

C
A F
D

B
E

Gambar 4.2. Cara Memasang Center Putar

Untuk memasang senter putar, longgarkan pengunci spindel (C) berlawanan arah
jarum jam (D). selanjutnya kita putar spindel (A) berlawanan arah jarum jam hingga
seperti yang ditunjukan (F). Selanjutnya masukan senter putar ke mulut kepala
lepas (E). Putar spindel (A) serah jarum jam (B) hingga mulut kepala lepas
menunjukan angka ± 10.

4.1.4. Memasang pahat pada rumah pahat

B
A

Gambar A Gambar B
Gambar 4.3 Cara Memasang Pahat

Untuk memasang pahat pada rumah pahat ( post tool) pertama kita pastikan rumah
pahat bersih dari bram dan kotoran lain. Letakan pahat seperti pada gambar B.
Tekan dan tahan pahat ke dinding rumah pahat. Pahat tidak boleh terlalu
panjangmenonjol dari rumah pahat tetapi tidak boleh juga terlalu pendek, ± 20 mm.
Kemudian kencangkan baut pengunci pahat (B) dengan tangan terlebih dahulu.
Setelah itu baru kencangkan dengan kunci pas atau kunci L tergantung baut
pengunci yang digunakan.

JURUSAN TEKNIK MESIN 25


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

4.1.5. Menyeting ketinggian pahat


Senter
Pahat putar
B
1
A
2

C 3

Gambar A Gambar B
Gambar 4.4. Cara Menyeting Ktinggian Pahat

Untuk menyeting ketinggian pahat agar setinggi senter putar, pertama kita
longgarkan kunci rumah pahat (A). Serongkan rumah pahat mengarah ke senter
putar kira-kira sekitar ± 45°. Kencangkan kembali kunci rumah pahat (A). Dekatkan
pahat dengan senter putar hingga setebal kertas HVS (gambar B). Posisi pahat harus
seperti pada no 3 gambar B. Setelah benar-benar yakin putar kembali rumah pahat
lurus dengan benda kerja.

4.1.6. Mengukur benda kerja

Gambar 4.5. Mengukur Benda Kerja

Sebelum melakukan pemotongan dengan mesin bubut, kita haru mengukur


diameter awal benda kerja yang akan dikurangi diameternya. Cara mengukur yaitu
dengan menggunakan jangka sorong. Pertama adalah kita jepit benda kerja dengan
menggunakan jangka sorong, pastikan jepitan tersebut memang sudah pas agar hasil
pengukuran sempurna. Setelah yakin kita lihat jangka sorong pada skala utama
menunjukan angka berapa. Cara melihat ukurannya dengan cara melihat angka 0
pada skala nonius berhenti sebelum angka berapa pada skala utama. Kemudian
setelah mendapatkan skala utamanya kita lihat angka pada skala nonius dengan cara
melihat garis angka pad skala nonius yang sejajar dengan skala utama. Setelah

JURUSAN TEKNIK MESIN 26


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

mendpatkan skala utama dan skala nonius maka jumlahkan hasilnya.

4.1.7. Hitung putaran mesin dengan rumus

Untuk melakukan pemotongan awal, kita harus


menentukan putaran mesin (n) dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

𝑉𝑐 𝑥 1000
𝑛=
𝜋𝑑
Dimana :
n = putaran mesin (Rpm)
𝑉𝑐 = kecepatan potong
22
𝜋 = 3,14 / 7
d = diameter bendakerja (dalam proses pembubutan memanjang)

Diameter awal benda = 44,2 mm


Vc untuk bahan ST 37 = 20

Sehingga didapatkan n = (20 x 1000)/(3,14 x 44,2


= 144 rpm

4.1.8. Menyeting putaran mesin

5
2 1 4

S R

6
3

Gambar A Gambar B
Gambar 4.6. Menyeting Putaran Mesin Bubut
Setelah kita menentukan kecepatan putaran mesin yang akan kita gunakan, kita
seting mesin sesuai putaran yang diinginkan. Pertama kita lihat pada tabel
kecepatan yang terdapat pada mesin bubut yang kita gunakan (6). Tabel tersebut
menunjukan kecepatan yang bisa dicapai oleh mesin bubut yang kita gunakan.
Karena kecepatan yang kita hitung tadi 144 rpm tidak terdapat pada mesin, maka
kita bisa menggunakan kecepatan yang mendekati angka 144 rpm, yaitu kecepatan
di RIV – switch 1 (3) = 155rpm atau RIII – switch 2 (3) = 190rpm. Untuk kali ini

JURUSAN TEKNIK MESIN 27


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

kita gunakan kecepatan putaran mesin pada RIV – switch 1. Pertama kita putar tuas
(5), tuas (5) berfungsi untuk mengatur kecepatan di S atau R. Putar tuas (5) ke arah
R, kemudian atur tuas 4 ke angka romawi III. Terakhir pastikan switch (3)
mengarah angka 1.
4.1.9. Cekam benda kerja

Gambar 4.7. Chuck Rahang Tiga Gambar 4.8. Benda kerja dijepit cekam(B)
(http://3.bp.blogspot.com) http://i.bosscdn.com/

Gambar 4.9. Kunci Chuck (C)


http://2.bp.blogspot.com/

Untuk mecekam benda kerja pertam kita buka rahang cekam dengan menggunakan
kunci rahang (gambar C). Pastikan salah satu rahang berada tepat di bawah untuk
alas benda kerja. Ini bertujuan aga saat benda dicekam maka semua rahang akan
mencekam sama kuat, sehingga benda kerja akan berputar dengan stabil. Kemudian
masukan benda kerja ke dalam rahang ( gambar B) kemudian kencangkan kembali
ketiga lubang kunci menggunakan kunci cekam.

JURUSAN TEKNIK MESIN 28


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

4.2. Peralatan Yang Digunakan


Peralatan yang digunakan adalah :
4.2.1. Jangka Sorong (Vernier Caliper)

Gambar 4.10. Jangka Sorong

Salah satu alat ukur yang digunakan untuk mengukur ukuran-ukuran


luar dan dalam, diameter luar dan dalam serta kedalaman dalam satuan mm
atau inchi.

4.2.2. Pahat Tepi Rata Kanan

Gambar 4.11. Pahat Tepi Rata Kanan

Digunakan untuk pembubutan luar memanjang dan facing benda


kerja.
4.2.3. Pahat Rata Kanan Dalam Tembus

Gambar 4.12. Pahat Rata Kanan Dalam Tembus

Memperluas diameter dalam benda kerja setelah di bor, serta dapat


digunakan sampai tembus.

JURUSAN TEKNIK MESIN 29


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

4.2.4. Pahat Rata Kanan Dalam Tidak Tembus

Gambar 4.13. Pahat Rata Kanan Dalam Tidak Tembus

Memperluas diameter dalam benda kerja, tidak dapat digunakan


sampai tembus benda kerja.
4.2.5. Pahat Alur Luar Dengan Tebal 2mm (Benda 2)

Gambar 4.14. Pahat Alur

Digunakan untuk membuat alur pada bagian permukaan luar benda


kerja 2 dengan kedalaman 2mm.
4.2.6. Pahat Alur Dalam

Gambar 4.15. Pahat Alur Dalam


Untuk membuat alur pada bagian permukaan dalam benda kerja.

JURUSAN TEKNIK MESIN 30


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

4.2.7. Pahat Ulir Segi Tiga Matrik Dalam

Gambar 4.16. Pahat Ulir Segitiga M

Digunakan untuk membuat ulir segi tiga matik pada bagian dalam
benda kerja.
4.2.8. Pahat Ulir Segi Tigamatrik Luar

Gambar 4.17. Pahat Ulir Segitiga Matrik Luar

Untuk membuat ulir segi tiga matrik pada bagian luar benda kerja.
4.2.9. Pahat Alur

Gambar 4.18. Pahat Alur

Membuat celah pada bagian luar benda kerja.

JURUSAN TEKNIK MESIN 31


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

4.2.10. Kunci L6

Gambar 4.19. Kunci L6

Untuk mengencangkan dan melonggarkan baut pada rumah pahat.

4.2.11. Mata bor Ø7, Ø11, Ø14, Ø16, Ø20, Ø23, Ø28, Ø32

Gambar 4.20. Mata Bor

Membuat lubang pada permukaan benda kerja, dengan lubang yang


dihasilkan bisa tembus ataupun tidak.
4.2.12. Kuas & Wadah Tempat Coolen

Gambar 4.21. Kuas & Tempat Coolen

Pendingin untuk mata pahat agar tidak aus pada proses pembubutan
dengan bantuan koas.

JURUSAN TEKNIK MESIN 32


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

4.2.13. Mata Bor Centre Drill

Gambar 4.22. Mata Bor Centre Drill

 Membuat lubang seperti tirus menyerupai selubung kerucut agar pada


saat proses pengeboran lubang yang dihasilkan senter dengan benda
kerja.
 Tempat masuknya ujung senter putar pada saat menyangga benda kerja.

4.2.14. Chuck Drill

Gambar 4.23. Chuck Drill

Pencekam mata bor dan center drill, agar pada saat proses
pengeboran mata bor dan senter drill tidak ikut berputar.
4.2.15. Sarung Pengurang(Sleeve)

Gambar 4.24. Sarung Pengurang

Tempat masuknya tangkai konis mata bor yang ukurannya lebih


besar dari lubang silinder tail stock, agar dapat masuk dengan pas ke dalam
lubang tail stock.

JURUSAN TEKNIK MESIN 33


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

4.2.16. Centre Putar

Gambar 4.25. Centre Putar

 Untuk men-setting pahat bubut agar setinggi dan satu titik dengan center
putar.
 Membantu menyangga benda kerja yang akan dicekam oleh chuck.

4.2.17. Kacamata

Gambar 4.26. Kacamata

Kaca Mata adalah alat yang digunakan untuk melindungi mata pada saat
melakukan pembubutan agar mata tidak terkena butiran serbuk-serbuk besi ataupun
bram.Terbuat dari bahan plastik dan menggunakan karet sebagai pengikat.

JURUSAN TEKNIK MESIN 34


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

4.3.Proses Pembubutan Bahan Drill Chuck Bagian 1

4.3.1. Gambar Benda Kerja

Ø43

Ø43

Gambar 4.26. Benda Kerja I dan Benda Kerja II

4.3.2. Facing
a. Persiapkan benda kerja dan alat-alat yang di persiapkan untuk pembubutan
sesuai dengan yang di atas.
b. Pasang benda kerja pada cekam rahang tiga atau empat.
c. Kuci cekam dengan kencang kemudian atur panjang benda kerja dan jangan
lupa lepaskan kunci cekam dari cekamnya.
d. Pasang pahat bubut pada tool post dan kunci dengan kunci L.
e. Miringkan pahat lebih kurang 10o-15 o.

JURUSAN TEKNIK MESIN 35


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

f. Atur posisi pahat setinggi center putar.Amati jika pahat masih belum
sesumbu atau sejajar maka atur lagi dengan memutar hendelnya kemudian
kunci dengan menggunakan kunci pas yang berbentuk L.

Menyeting Posisi Pahat


Too High (Terlalu Tinggi)
- Posisi pahat salah
- Hasil pembubutan kasar
- Pada pembubutan muka (facing)menghasilkan
tonjolan kecil
- Menyebabkan pahat patah dan rusak

Too Low (Terlalu Rendah)


- Posisi pahat salah
- Hasil pembubutan kasar
- Pada pembubutan muka (facing)menghasilkan
tonjolan kecil
- menyebabkan benda kerja terangkat, dan proses
pemotongan tidak efektif
As High As Center (Setinggi Senter)
- Posisi pahat benar
- Hasil pembubutan baik

g. Atur putaran mesin bubut sesuai dengan ukuran diameter dan kecepatan
potongnya
h. Dekatkan pahat bubut pada beda kerja seperti gmbar di atas.
i. Jalankan mesin.
j. Putar hendel eretan melintang terus menesus sampai tepi benda kerja rata.

4.3.3. Membuat Lubang Center Drill

Pembubutan Poros Dril Chuck atau Membuat lubang dengan mesin bubut bisa
dilakukan dengan menggunakan mata bor yang dipasang pada chucknya dan disetel
pada kepala lepas mesin bubut. Ini sama mudahnya dengan kita mengebor dengan
menggunakan mesin bor bangku,cuma saja prinsipnya terbalik. Kalau mesin bor
mata bornya yang berputar, maka di mesin bubut benda kerjanya yang berputar dan
mata bornya tidak. Pembubutan dengan menggunakan mata bor (drill), sehingga
akan diperoleh lubang pada benda kerja. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan awal
dari pekerjaan boring (bubut dalam).
Langkah Pengerjaanya :

JURUSAN TEKNIK MESIN 36


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

a. Hitung putaran mesin sesuai dengan diameter center drill dan atur putaran
mesin sesuai dengan hasil yang mendekati nilai yang ada di mesin tersebut.
b. Ganti center putar dengan drill chuck dengan jalan memutar spindel pada
kepala lepas 5 putaran ke arah kanan kemudian masukkan drill chuck pada
lubang silinder tail stock, cek dengan memutar drill chuck ke arah kanan
sampai drill chuck tidak bisa bergerak.
c. Pasang center drill pada rahang drill chuck dengan jalan memutar lubang
peguncang pada drill chuck ke arah kanan, kemudian kencangkan dengan
memutar lubang peguncang ke arah kanan.
d. Dekatkan mata center drill ke permukaan benda kerja sejauh 5 mm dengan
jalan putar handle pada tail stock ke arah kiri dan dorong tail stock sampai
sejauh 5mm – 10 mm, kemudian kunci.
e. Hidupkan mesin bubut (chuck berputar berlawanan arah jarum jam),
lakukan pengeboran dengan jalan memutar spindel tail stock 1 putaran ke
arah kanan sampai diameter tebesar center drill masuk ke benda kerja
(lubang diameter terbesar seperti selubung kerucut).
f. Hindarkan mata center drill dari benda kerja dengan memutar spindel ke
arah kiri kemudian matikan mesin.
g. Ulangi langkah (c. – e.) dengan membalik benda kerja ke permukaan muka
yang belum di center drill.
h. Setelah selesai proses ini, matikan mesin. (jangan melepas benda kerja dari
cekaman chuck).

4.3.4. Membubut Memanjang

a. Atur posisi pahat sampai tegak lurus dengan cara memutar ke kiri baut atas
pada tulpos, kemudian kencangkan dengan memutar ke kanan baut atas tadi.
b. Ganti chuck drill dengan center putar, dengan memutar spindel kepala lepas
ke kiri sampai badan silinder tail stock masuk ke dalam kepala lepas maka
chuck drill akan terlepas. Kemudian putar kembali spindel kepala lepas ke
kanan sampai badan silinder tail stock keluar dari kepala lepas sampai
panjang 40mm, lalu masukkan center putar. Jangan lupa chek dengan
memutar center putar agar terkunci.
c. Cekam benda kerja pada rahang chuck di gigi satu.
d. Atur pergerakan pahat pada eretan melintang maju dan mundur, lalu
majukan tail stock kemudian kunci dengan tuas pengunci. Kemudian putar
spindel pada kepala lepas ke kanan sampai ujung mata center putar masuk
ke lubang center drill, sehingga benda kerja tersangga lalu kunci.
e. Sentuhkan pahat dengan cara, hidupkan mesin terlebih dahulu kemudian
putar eretan bawah ke kiri sampai ujung mata pahat ada di depan sisi selimut
benda kerja, putar eretan melintang ke kanan sampai ujung mata pahat
menggores benda kerja dan setting nol (0).

JURUSAN TEKNIK MESIN 37


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

f. Hindarkan pahat jangan terlalu jauh dari benda kerja dengan memutar eretan
melintang ke arah kiri 0,5mm.
g. Putar eretan bawah ke kanan terhindar dari benda kerja lalu putar eretan
melintang 0,5mm ke kanan untuk setting nol kembali.
h. Masukkan pemakanan 0,5mm dengan cara putar eretan melintang ke kanan
0,5mm. Sehingga benda terbubut diametrnya 0,5mm.
i. Putar eretan bawah ke kiri perlahan-lahan sampai sejauh 25mm dari ujung
benda kerja dengan memakan 0,5mm.
j. Hindarkan mata pahat dengan memutar eretan melintang ke kiri 0,5mm dan
putar eretan bawah ke kanan sampai ke posisi awal, dan lakukan pemakanan
lagi 0,5mm.
k. Ulangi langkah g. – j. Sampai terbentuk ukuran yang diinginkan yaitu
diamter 43 mm x 25 mm Matikan mesin bubut.

4.3.5. Bor Tembus

Pengeboran adalah pembentukan dan pembesaran lubang deangan menghapus atu


memakan bagian dalam benda kerja. Pada mesin bubut ada dua metode yang di
gunakan yaitu pengeboran tembus dan pengebran tidak tembus.

a. Ganti mata bornya dengan mata bor Ø6 pada chuck dril dengan memutar
hendel pada chuck dril di sesuaikan panjang mata bornya yang di butuhkan.

b. Periksa Pencekam benda kerja semaksimal mungkin untuk mencegah benda


kerja goyang pada waktu mengebor.
c. Geser kepala lepas ke kiri sampai ujung mata bor berada tepat pada lubang
center dril benda kerja yang telah di buat sebelumnya dengan memutar tuas
pengunci kepala lepas ke kiri dan putar sebaliknya untuk mengunci kepala
lepas.
d. Atur kecepatan putar mesin bubut

n = = 1061.5 rpm

e. Hidupkan mesin dengan putaran yang sesuai.


f. mulai pengeboran dengan memutar engkol ke kanan dengan perbandingan
1 masuk dan ½ keluar.
g. lalu keluarkan bor dengan cara memutar engkol kepala lepas ke kiri.
h. Lakukan no.6 secara berulang sampai bor menembus benda kerja
i. Ganti bor Ø6 dengan Ø12 untuk pengeboran kedua atau pengeboran
bertahap , dengan cara memutar kekiri rahang chuck drill lalu masukan bor
Ø12 dan putar kekanan untuk mengencangkannya.
j. Atur kembali putaran mesin bubut karean berbeda diameter bor maka
kecepatannya pun berbeda.

JURUSAN TEKNIK MESIN 38


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

n = = 530,7 rpm

k. Untuk pengeboran lakukan kembali langkah no.5-no.6 sampai tembus.


l. Ganti mata bor Ø12dengan Ø16 dengan cara yang sama.
m. Atur kembali putaran mesin bubut

n = = 398.08 rpm

n. Untuk pengeboran lakukan kembali langkah no.5-no.6 sampai tembus.


o. Maka terbentuk lubang dengan diameter Ø16

4.3.6. Bor Tidak Tembus

a. Ganti bor dengan diameter Ø16 dengan bor yang berdiameter Ø22 untuk
pengeboran kedua atau pengeboran bertahap , dengan cara memutar kekiri
rahang chuck drill lalu masukan bor Ø22 dan putar kekanan untuk
mengencangkannya.
b. Setelah mata bor Ø22 terpasang, geser kepala lepas sampai ujung mata bor
berada seperti gambar di bawah ini ( ini berfungsi sebagai titik nol)
c. Atur silinder pada kepala lepas sampai menunjukan angkap ada badan
silindernya. Jika tidak ada skala dalam kepala lepas maka tandai di kepala
lepas yang sudah di ukur sebelumnya menggunakan jangka sorong.
d. Lalu kunci dengan memutar ke kanan tuas pengunci kepala lepas.
e. Hitung langkah pemakana atau langkah pengeboran sebelumnya yang di
butuhkann lubang dengan kedalaman 24 mm
Lp = P + set awal
Ket : Lp = langkah pengeboran
P = Panjang pengeboran
k. Atur kecepatan putr mesin bubut

n = = 289,37 rpm

l. Mulai pengeboran denagan kecepatan yang sudah di atur . Putar engkol


kepala lepas ke kanan dengan hitungan 1 masuk ½ keluar hingga ujung mata
bor tepat pada kedalaman 24 mm.lihat gambar dibawah.
m. Ganti bor dengan diameter Ø 22 dengan bor yang berdiameter Ø28 untuk
pengeboran kedua atau pengeboran bertahap , dengan cara memutar kekiri
rahang chuck drill lalu masukan bor Ø28 dan putar kekanan untuk
mengencangkannya.
n. Ulangi langkah no.2 – no.7 dan atur kembali kecepatan putar mesin dan
langkah pengeboran.

JURUSAN TEKNIK MESIN 39


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

o. Ganti bor dengan diameter Ø28 dengan bor yang berdiameter Ø32 untuk
pengeboran kedua atau pengeboran bertahap , dengan cara memutar ckekiri
rahang chuck drill lalu masukan bor Ø3 dan putar kekanan untuk
mengencangkannya.
p. Ulangi langkah no.2 – no.7 dan atur kembali kecepatan putar mesin dan
langkah pengeboran.
q. Gambar dibawah ini adalah hasil dari pengeboran dan akan di lanjutkan
kedalam proses pembubutan memanjang dalam.

4.3.7. Bubut Rata Dalam

Pekerjaan membubut dalam dilakukan biasanya setelah dilakukan pengeboran atau


sudah ada lubang terlebih dahulu. Jadi pembubutan dalam hanya bersifat perluasan
lubang atau membentuk bagian dalam benda. Untuk mengetahui kedalaman yang
dicapai maka pada saat awal mata pahat hendaknya disetel pada posisi 0 dial ukur
kepala lepas sehingga tidak setiap saat harus mengukur kedalaman atau jarak
tempuh pahatnya.

Arah Pemakanan :
Daerah Pemakanan :

a. Pasang pahat kanan dalam tidak tembus pada rumah pahat, dengan posisi
mata pahat ada disebelah kiri atas. Dengan cara mengendorkan baut rumah
pahat ke kiri dan setting setinggi dan satu titik dengan ujung center putar.
ketentuan jika center putar belum di pasang, pasanglah dahulu center putar
(pemasangan center putar sama dengan langkah persiapan memasang center
putar) kemudian setting dengan mata pahat.
b. Sentuhkan pahat dengan cara, hidupkan mesin terlebih dahulu kemudian
putar eretan bawah ke kiri sampai ujung mata pahat menyentuh permukaan
muka benda kerja kemudian setting 0, putar eretan melintang ke kanan
sampai ujung mata pahat berada ditengah-tengah lubang benda kerja.

JURUSAN TEKNIK MESIN 40


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

c. Putar eretan bawah sampai mata pahat masuk ke lubang ke kedalaman


24mm. Lalu putar eretan melintang ke kiri sampai menyentuh permukaan
dalam benda kerja dan setting 0. (mesin dalam keadaan hidup).
d. Bebaskan pahat dengan memutar eretan melintang ke kanan 0,5mm. Putar
eretan bawah ke kanan sampai ke luar dari lubang benda kerja.
e. Lakukan pemakanan dengan tebal 0,5mm, dengan memutar eretan
melintang ke kiri 1mm. Putar eretan bawah sampai tembus ke luar
permukaan belakang benda kerja.
f. Ulangi langkah d. – e. Hingga diameter dalam benda kerja menjadi Ø 35mm
dengan kedalaman 24mm.
g. Setelah Ø 35 x 24 mm. Keluarkan pahat dan matikan mesin.

4.3.8. Membuat Ulir M36x1

a. Pasang pahat ulir pada rumah pahat, dengan memutar ke kiri baut pengikat
untuk menempatkan pahat pada rumah pahat lalu kencangkan kembali
dengan memutar ke kanan.
b. Putar eretan bawah ke kiri sampai mata pahat menempel pada permukaan
depan benda dan setting 0, kemudian putar eretan melintang ke kanan
sampai pahat berada di tengah-tengah diameter benda kerja.
c. Atur kecepatan mesin sesuai dengan kisar ulir yang diinginkan yaitu ulir
M36x1 mm.
d. Hidupkan mesin, putar eretan melintang sampai menyentuh diameter dalam.
e. Hidupkan otomatis ulir, dengan cara menggerkan tuas ulir otomatis ke
bawah.
f. Perhatikan bergeraknya spindel pada eretan bawah sampai panjang
kedalaman ulir 12mm lalu hentikan tuas ulir otomatis dengan cara
mengangkat tuas ulir otomatis ke arah kiri atas.
g. Putar eretan melintang ke kanan untuk membebaskan pahat. Kemudian
menggerakan tuas otomatis ulir dengan putaran chuck searah jarum jam.
(Tuas pengatur putaran chuck digerakkan ke atas) sehingga pahat keluar
dari benda kerja secara otomatis sampai ke posisi semula.
h. Lakukan langkah di atas berulang-ulang sampai terbentuk picth yang
diinginkan.

4.3.9. Membuat Tirus

Pembubutan tirus dengan penggeseran eretan atas, dapat dilakukan dengan


mengatur/menggeser eretan atas sesuai besaran derajat yang dikehendaki.

JURUSAN TEKNIK MESIN 41


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

Arah Pahat :
Daerah Pemakanan :

a. Atur posisi tulpos dengan kemiringan / bersudut 160 dengan cara memutar
4 baut pengikat di bawah tulpos ke kiri untuk memngendorkan, setelah itu
kencangkan kembali.
b. Putar eretan bawah ke kiri sampai ujung mata pahat menyentuh permukaan
muka benda kerja, kemudian putar eretan melintang ke kiri sampai mata
pahat berada pada posisi di ujung benda kerja (sisi selimut benda kerja) dan
setting 0.
c. Putar eretan melintang ke kanan sebesar 0,5mm untuk ketebalan
pemakanan, proses pemakanan dilakukan dengan cara memutar eretan atas
ke kiri sampai habis, setelah itu putar eretan atas ke kanan untuk kembali ke
posisi awal.
d. Putar kembali eretan melintang ke kanan 0,5mm untuk proses ketebalan
pemakanan sampai ukuran ujung benda kerja menjadi tirus dan berdiameter
32mm.
e. Setiap sekali pemakanan ukurlah dengan jangka sorong untuk memastikan
diameternya agar benda kerja tidak jebol dan sesuai ukuran yang ditentukan.
f. Setelah selesai, matikan mesin dan chek kembali hasil kerja tadi.

4.4.Proses Pembubutan Bahan Drill Chuck Bagian 2

4.4.1. Gambar Benda Kerja 2

JURUSAN TEKNIK MESIN 42


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

Ø43
Gambar 4.27. Benda Kerja II
4.4.2. Facing

Pengerjaan tepi atau Facing adalah apabila permukaan harus dipotong pada
pembubut. Benda kerja biasanya dipegang pada plat muka atau dalam
pencekam seperti gambar. Tetapi bisa juga pengerjaan tepi dilakukan dengan
benda kerja diantara kedua pusatnya. Karena pemotongan tegak lurus terhadap
sumbu putaran maka kereta luncur harus dikunci pada bangku pembubut untuk
mencegah gerakan aksial. Sebelum melakukan facing sebaiknya kita menyetel
pahat bubut terlebih dahulu seperti di bawah ini :
Langkah pengerjaannya:

a. Persiapkan benda kerja dan alat-alat yang di persiapkan untuk


pembubutan sesuai dengan yang di atas.
b. Pasang benda kerja pada cekam rahang tiga atau empat.
c. Kuci cekam dengan kencang kemudian atur panjang benda kerja
dan jangan lupa lepaskan kunci cekam dari cekamnya.
d. Pasang pahat bubut pada tool post dan kunci dengan kunci L.
e. Miringkan pahat lebih kurang 10o-15 o.
f. Atur posisi pahat setinggi center putar.Amati jika pahat masih
belum sesumbu atau sejajar maka atur lagi dengan memutar
hendelnya kemudian kunci dengan menggunakan kunci pas yang
berbentuk L.

Menyeting Posisi Pahat


Too High (Terlalu Tinggi)
- Posisi pahat salah
- Hasil pembubutan kasar
- Pada pembubutan muka (facing)menghasilkan
tonjolan kecil
- Menyebabkan pahat patah dan rusak

JURUSAN TEKNIK MESIN 43


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

Too Low (Terlalu Rendah)


- Posisi pahat salah
- Hasil pembubutan kasar
- Pada pembubutan muka (facing)menghasilkan
tonjolan kecil
- menyebabkan benda kerja terangkat, dan proses
pemotongan tidak efektif
As High As Center (Setinggi Senter)
- Posisi pahat benar
- Hasil pembubutan baik

g. Atur putaran mesin bubut sesuai dengan ukuran diameter dan kecepatan
potongnya
h. Dekatkan pahat bubut pada beda kerja seperti gmbar di atas.
i. Jalankan mesin.
j. Putar hendel eretan melintang terus menesus sampai tepi benda kerja
rata.

4.4.3. Membuat Lubang Center Drill

Pembubutan Poros Dril Chuck atau Membuat lubang dengan mesin bubut bisa
dilakukan dengan menggunakan mata bor yang dipasang pada chucknya dan
disetel pada kepala lepas mesin bubut. Ini sama mudahnya dengan kita
mengebor dengan menggunakan mesin bor bangku,cuma saja prinsipnya
terbalik. Kalau mesin bor mata bornya yang berputar, maka di mesin bubut
benda kerjanya yang berputar dan mata bornya tidak. Pembubutan dengan
menggunakan mata bor (drill), sehingga akan diperoleh lubang pada benda
kerja. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan awal dari pekerjaan boring (bubut
dalam).
Langkah Pengerjaanya :

a. Hitung putaran mesin sesuai dengan diameter center drill dan atur putaran
mesin sesuai dengan hasil yang mendekati nilai yang ada di mesin tersebut.
b. Ganti center putar dengan drill chuck dengan jalan memutar spindel pada
kepala lepas 5 putaran ke arah kanan kemudian masukkan drill chuck pada
lubang silinder tail stock, cek dengan memutar drill chuck ke arah kanan
sampai drill chuck tidak bisa bergerak.
c. Pasang center drill pada rahang drill chuck dengan jalan memutar lubang
peguncang pada drill chuck ke arah kanan, kemudian kencangkan dengan
memutar lubang peguncang ke arah kanan.

JURUSAN TEKNIK MESIN 44


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

d. Dekatkan mata center drill ke permukaan benda kerja sejauh 5 mm dengan


jalan putar handle pada tail stock ke arah kiri dan dorong tail stock sampai
sejauh 5mm – 10 mm, kemudian kunci.
e. Hidupkan mesin bubut (chuck berputar berlawanan arah jarum jam),
lakukan pengeboran dengan jalan memutar spindel tail stock 1 putaran ke
arah kanan sampai diameter tebesar center drill masuk ke benda kerja
(lubang diameter terbesar seperti selubung kerucut).
f. Hindarkan mata center drill dari benda kerja dengan memutar spindel ke
arah kiri kemudian matikan mesin.
g. Ulangi langkah (c. – e.) dengan membalik benda kerja ke permukaan muka
yang belum di center drill.
h. Setelah selesai proses ini, matikan mesin. (jangan melepas benda kerja dari
cekaman chuck hal ini bertujuan agar benda kerja tetap memiliki satu
sumbu).

4.4.4. Membubut Memanjang (33,5 x Ø43 mm)


Proses membubut memanjang adalah menyayat benda kerja dengan gerak
pahat sejajar dengan sumbu benda kerja. Perencanaan proses penyayatan benda
kerja dilakukan dengan cara menentukan arah gerakan pahat , kemudian
menghitung elemen dasar proses bubut sesuai dengan rumus. Setelah selesai
facing dan center drill pahat bubut jangan di rubah lagi hanya di rubah sudutnya
menjadi tegak lurus dengan chuck dril dan hindarkan dril chuck.
Langkah Pengerjaan :
a. Atur kecepatan putara mesin bubut sesuai dengan diameter awal yaitu Ø44,5
mm. Maka diperoleh kecepatan sebesar 143,06 rpm.
b. Atur posisi pahat sampai tegak lurus dengan cara memutar ke kiri baut atas
pada tulpos, kemudian kencangkan dengan memutar ke kanan baut atas tadi.
c. Ganti chuck drill dengan center putar, dengan memutar spindel kepala lepas
ke kiri sampai badan silinder tail stock masuk ke dalam kepala lepas maka
chuck drill akan terlepas. Kemudian putar kembali spindel kepala lepas ke
kanan sampai badan silinder tail stock keluar dari kepala lepas sampai
panjang 43 mm, lalu masukkan center putar. Jangan lupa chek dengan
memutar center putar agar terkunci.
d. Cekam benda kerja pada rahang chuck di gigi satu.
e. Atur pergerakan pahat pada eretan melintang maju dan mundur, lalu
majukan tail stock kemudian kunci dengan tuas pengunci. Kemudian putar
spindel pada kepala lepas ke kanan sampai ujung mata center putar masuk
ke lubang center drill, sehingga benda kerja tersangga lalu kunci.
f. Sentuhkan pahat pada panjang 43 mm dengan cara, hidupkan mesin terlebih
dahulu sesuai dengan kecepatan yang telah dihitung yaitu mendekati 143
rpm kemudian putar eretan bawah ke kiri sampai ujung mata pahat ada di

JURUSAN TEKNIK MESIN 45


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

depan sisi selimut benda kerja, putar eretan melintang ke kanan sampai
ujung mata pahat menggores benda kerja dan setting nol (0).
g. Hindarkan pahat jangan terlalu jauh dari benda kerja dengan memutar eretan
melintang ke arah kiri 0,5mm.
h. Putar eretan bawah ke kanan terhindar dari benda kerja lalu putar eretan
melintang 0,5mm ke kanan untuk setting nol kembali.
i. Masukkan pemakanan 0,5mm dengan cara putar eretan melintang ke kanan
0,5mm. Sehingga benda terbubut diametrnya 0,5mm.
j. Putar eretan bawah ke kiri perlahan-lahan sampai sejauh 25mm dari ujung
benda kerja dengan memakan 0,5mm.
k. Hindarkan mata pahat dengan memutar eretan melintang ke kiri 0,5mm dan
putar eretan bawah ke kanan sampai ke posisi awal, dan lakukan pemakanan
lagi 0,5mm.
l. Ulangi langkah g. – j. Sampai terbentuk diameter 43 mm dan panjangnya
33,5 mm. Matikan mesin bubut.

4.4.5. Membubut Memanjang ( 10 x Ø36 mm)

Daerah pemakanan

a. Setelah mendapatkan hasil sebelumnya yaitu 33,5 x Ø43 mm, maka kita
akan membubut memanjang kembali dengan target ukuran 10 x Ø36 mm
b. Atur kecepatan putaran mesin sesuai dengan diameter yang akan dituju.
c. Atur pergerakan pahat pada eretan melintang maju dan mundur, lalu
majukan tail stock kemudian kunci dengan tuas pengunci. Kemudian putar
spindel pada kepala lepas ke kanan sampai ujung mata center putar masuk
ke lubang center drill, sehingga benda kerja tersangga lalu kunci.
d. Sentuhkan pahat sejauh 10 mm dengan cara, hidupkan mesin terlebih
dahulu kemudian putar eretan bawah ke kiri sampai ujung mata pahat ada

JURUSAN TEKNIK MESIN 46


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

di depan sisi selimut benda kerja, putar eretan melintang ke kanan sampai
ujung mata pahat menggores benda kerja dan setting nol (0).
e. Hindarkan pahat jangan terlalu jauh dari benda kerja dengan memutar
eretan melintang ke arah kiri 0,5mm.
f. Putar eretan bawah ke kanan terhindar dari benda kerja lalu putar eretan
melintang 0,5mm ke kanan untuk setting nol kembali.
g. Masukkan pemakanan 0,5mm dengan cara putar eretan melintang ke kanan
0,5mm. Sehingga benda terbubut diametrnya 0,5mm.
h. Putar eretan bawah ke kiri perlahan-lahan sampai sejauh 25mm dari ujung
benda kerja dengan memakan 0,5mm.
i. Hindarkan mata pahat dengan memutar eretan melintang ke kiri 0,5mm dan
putar eretan bawah ke kanan sampai ke posisi awal, dan lakukan
pemakanan lagi 0,5mm.
j. Ulangi langkah g. – j. Sampai terbentuk diameter 36 mm dan panjangnya
10 mm. Matikan mesin bubut.

4.4.6. Membuat Celah ( 3 x Ø34 mm)

a. Pasang pahat alur dengan ketebalan 2mm pada rumah pahat, dengan
memutar ke kiri baut pengikat untuk menempatkan pahat pada rumah pahat
lalu kencangkan kembali dengan memutar ke kanan.
b. Putar eretan bawah ke kiri sampai mata pahat menempel pada permukaan
depan benda dan setting 0, kemudian putar eretan melintang ke kiri sampai
pahat berada di ujung sisi selimut benda kerja.
c. Putar eretan bawah ke kiri sampai panjang 10mm, kemudian hidupkan
mesin.

JURUSAN TEKNIK MESIN 47


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

d. Dekatkan mata pahat ke sisi permukaan selimut benda kerja hingga


menyentuh, kemudian setting 0.
e. Lakukan pemakanan dengan memutar eretan melintang ke kanan sampai
2mm.
f. Hindarkan pahat dengan memutar eretan melintang ke kiri sampai tidak
menyentuh permukaan benda kerja.
g. Lakukan hal tersebut sampai target ukuran terpenuhi yaitu 3 x Ø34 mm.
Matikan mesin.

4.4.7. Membuat Ulir M36 x 1


a. Pasang pahat ulir pada rumah pahat, dengan memutar ke kiri baut pengikat
untuk menempatkan pahat pada rumah pahat lalu kencangkan kembali
dengan memutar ke kanan.
b. Putar eretan bawah ke kiri sampai mata pahat menempel pada permukaan
depan benda dan setting 0, kemudian putar eretan melintang ke kanan
sampai pahat berada di tengah-tengah diameter benda kerja.
c. Atur kecepatan mesin sesuai dengan kisar ulir yang diinginkan yaitu ulir
M36x1 mm.
d. Hidupkan mesin, putar eretan melintang sampai menyentuh diameter dalam.
e. Hidupkan otomatis ulir, dengan cara menggerkan tuas ulir otomatis ke
bawah.
f. Perhatikan bergeraknya spindel pada eretan bawah sampai panjang
kedalaman ulir 12mm lalu hentikan tuas ulir otomatis dengan cara
mengangkat tuas ulir otomatis ke arah kiri atas.
g. Putar eretan melintang ke kanan untuk membebaskan pahat. Kemudian
menggerakan tuas otomatis ulir dengan putaran chuck searah jarum jam.
(Tuas pengatur putaran chuck digerakkan ke atas) sehingga pahat keluar
dari benda kerja secara otomatis sampai ke posisi semula.
h. Lakukan langkah di atas berulang-ulang sampai terbentuk picth yang
diinginkan.

4.4.8. Membubut Memanjang (10 x Ø33 mm)

a. Balikkan benda kerja dari sebelumnya dan jangan lupa menggunakan plat
ketika hendak mencekam ujung bendar kerja yang telah dikerjakan
sebelumnya agar permukaan benda kerja tidak rusak terkena gigi cekam.
b. Pastikan ketika benda tersebut dibalik dalam keadaan satu sumbu juga.
c. Hitung putaran mesin sesuai dengan diameter yang dituju dan jangan lupa
atur putarannya ketika mesin akan dihidupkan.
d. Ganti chuck drill dengan center putar, dengan memutar spindel kepala lepas
ke kiri sampai badan silinder tail stock masuk ke dalam kepala lepas maka
chuck drill akan terlepas. Kemudian putar kembali spindel kepala lepas ke
kanan sampai badan silinder tail stock keluar dari kepala lepas sampai
panjang 10 mm, lalu masukkan center putar. Jangan lupa chek dengan
memutar center putar agar terkunci.
e. Cekam benda kerja pada rahang chuck di gigi satu.

JURUSAN TEKNIK MESIN 48


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

f. Atur pergerakan pahat pada eretan melintang maju dan mundur, lalu
majukan tail stock kemudian kunci dengan tuas pengunci. Kemudian putar
spindel pada kepala lepas ke kanan sampai ujung mata center putar masuk
ke lubang center drill, sehingga benda kerja tersangga lalu kunci.
g. Sentuhkan pahat dengan cara, hidupkan mesin terlebih dahulu kemudian
putar eretan bawah ke kiri sampai ujung mata pahat ada di depan sisi
selimut benda kerja, putar eretan melintang ke kanan sampai ujung mata
pahat menggores benda kerja dan setting nol (0).
h. Hindarkan pahat jangan terlalu jauh dari benda kerja dengan memutar
eretan melintang ke arah kiri 0,5mm.
i. Putar eretan bawah ke kanan terhindar dari benda kerja lalu putar eretan
melintang 0,5mm ke kanan untuk setting nol kembali.
j. Masukkan pemakanan 0,5mm dengan cara putar eretan melintang ke kanan
0,5mm. Sehingga benda terbubut diametrnya 0,5mm.
k. Putar eretan bawah ke kiri perlahan-lahan sampai sejauh 25mm dari ujung
benda kerja dengan memakan 0,5mm.
l. Hindarkan mata pahat dengan memutar eretan melintang ke kiri 0,5mm dan
putar eretan bawah ke kanan sampai ke posisi awal, dan lakukan
pemakanan lagi 0,5mm.
m. Ulangi langkah g. – j. Sampai terbentuk diameter 33 mm dan panjangnya
10 mm.
n. Setelah itu jangan lupan mencemper benda kerja ukuran 2x45o dan 3x45o.

4.4.9. Champer 2 x 45° dan 3 x 45°

4.4.10. Bor Tembus (43,5 x Ø22 mm)

Pengeboran adalah pembentukan dan pembesaran lubang deangan


menghapus atu memakan bagian dalam benda kerja. Pada mesin bubut ada
dua metode yang di gunakan yaitu pengeboran tembus dan pengebran tidak
tembus.
a. Ganti mata bornya dengan mata bor Ø6 pada chuck dril dengan memutar
hendel pada chuck dril di sesuaikan panjang mata bornya yang di butuhkan.
b. Periksa Pencekam benda kerja semaksimal mungkin untuk mencegah benda
kerja goyang pada waktu mengebor.
c. Geser kepala lepas ke kiri sampai ujung mata bor berada tepat pada lubang
center dril benda kerja yang telah di buat sebelumnya dengan memutar tuas
pengunci kepala lepas ke kiri dan putar sebaliknya untuk mengunci kepala
lepas.
d. Atur kecepatan putar mesin bubut

n = = 1061.5 rpm

e. Hidupkan mesin dengan putaran yang sesuai.

JURUSAN TEKNIK MESIN 49


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

f. mulai pengeboran dengan memutar engkol ke kanan dengan perbandingan


1 masuk dan ½ keluar. keluarkan bor dengan cara memutar engkol kepala
lepas ke kiri.
g. Lakukan no.6 secara berulang sampai bor menembus benda kerja
h. Ganti bor Ø6 dengan Ø12 untuk pengeboran kedua atau pengeboran
bertahap , dengan cara memutar kekiri rahang chuck drill lalu masukan bor
Ø12 dan putar kekanan untuk mengencangkannya.
i. Atur kembali putaran mesin bubut karean berbeda diameter bor maka
kecepatannya pun berbeda.

n = = 530,7 rpm

j. Untuk pengeboran lakukan kembali langkah no.5-no.6 sampai tembus.


k. Ganti mata bor Ø12 mm dengan Ø1 6mm dengan cara yang sama.
l. Atur kembali putaran mesin bubut

n = = 398.08 rpm

m. Untuk pengeboran lakukan kembali langkah no.5-no.6 sampai tembus.


n. Ganti mata bor Ø16 dengan mata bor Ø22
o. Atur kembali putaran mesin bubut sesuai dengan perhitungan.

n = = 289.37 rpm

p. Untuk pengeboran lakukan kembali langkah no.5-no.6 sampai tembus.


q. Maka terbentuk lubang dengan diameter Ø22.untuk membentuk diameter
lubang Ø23 dilanjutkan dalam proses pembuutan dalam.

4.4.11. Bor Tidak Tembus ( 26,5 x Ø30 mm)

a. Setelah proses pengeboran tembus maka dilanjutkan dengan proses


pengeboran tidak tembus. Benda kerja tetap dicekam hanya mata bor yang
harus di ganti.
b. Ganti bor dengan diameter Ø22 dengan bor yang berdiameter Ø28 untuk
pengeboran kedua atau pengeboran bertahap , dengan cara memutar kekiri
rahang chuck drill lalu masukan bor Ø28 dan putar kekanan untuk
mengencangkannya.
c. Setelah mata bor Ø28 terpasang, geser kepala lepas sampai ujung mata bor
berada seperti gambar di bawah ini ( ini berfungsi sebagai titik nol)

JURUSAN TEKNIK MESIN 50


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

d. Atur silinder pada kepala lepas sampai menunjukan angkap ada badan
silindernya. Jika tidak ada skala dalam kepala lepas maka tandai di kepala
lepas yang sudah di ukur sebelumnya menggunakan jangka sorong dan
tandai.
e. Lalu kunci dengan memutar ke kanan tuas pengunci kepala lepas.
f. Hitung langkah pemakana atau langkah pengeboran sebelumnya yang di
butuhkann lubang dengan kedalaman 26,5mm.

Lp = P + set awal

Ket : Lp = langkah pengeboran

P = Panjang pengeboran

g. Atur kecepatan putr mesin bubut

n = = 289,37 rpm

h. Mulai pengeboran denagan kecepatan yang sudah di atur . Putar engkol


kepala lepas ke kanan dengan hitungan 1 masuk ½ keluar hingga ujung mata
bor tepat pada kedalaman 26,5 mm.lihat gambar dibawah.

JURUSAN TEKNIK MESIN 51


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

4.4.12. Bubut Dalam ( 17 x Ø23 mm)

a. Setelah proses pengeboran maka di lanjutkan dengan proses pembubutan


memanjang dalam. Hindarkan mata bor yang sudah digunakan tanpa
melepas cekaman benda kerja karena ini berfungsi untuk menjaga
kesumbuan benda kerja agar tetap dan tepat satu sumbu.
b. Ubah posisi tool post ( Rumah Pahat ) hingga 90o
c. Pasang pahat bubut dalam pada tool post ( Rumah Pahat)
d. Atur kecepatan mesin bubut

n = = 143.06 rpm

e. Hidupkan mesin bubut sesuai dengan perhitungan


f. Putar eretan bawah ke kiri sampai ujung mata pahat menyentuh benda kerja
dan setting nol begitu pula dengan eretan melintang atas sama setting nol
(lihat gambar).

Daerah pemakanan

JURUSAN TEKNIK MESIN 52


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

g. Bebaskan pahat bubut dalam dengan memutar hendel eretan melintang atas
ke kanan tepatnya ke skala 0.5, lalu hindarkan pahat bubut dalam ke kanan.
h. Putar hendel eretan melintang atas ke kiri ini untuk proses pemakana
tepatnya ke skala 5,5 ( lihat gambar ).lalu lakukan proses pemakan denagn
memutar hendel eretan bawah kekiri.

Arah Pemakanan :
Daerah Pemakanan :

i. Lakukan langkah no.8 secara konstan hingga terbentuk diameter lubang


Ø35 yang tadinya Ø30 dengan kedalaman lubang 26,5mm.
j. Gambar di dawah ini adalah hasil dari proses pembubutan dalam.

JURUSAN TEKNIK MESIN 53


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

4.4.13. Facing (43,5 mm)


a. Persiapkan benda kerja dan alat-alat yang di persiapkan untuk pembubutan
sesuai dengan yang di atas.
b. Pasang benda kerja pada cekam rahang tiga atau empat.
c. Kuci cekam dengan kencang kemudian atur panjang benda kerja dan jangan
lupa lepaskan kunci cekam dari cekamnya.
d. Pasang pahat bubut pada tool post dan kunci dengan kunci L.
e. Miringkan pahat lebih kurang 10o-15 o.
f. Atur posisi pahat setinggi center putar.Amati jika pahat masih belum
sesumbu atau sejajar maka atur lagi dengan memutar hendelnya kemudian
kunci dengan menggunakan kunci pas yang berbentuk L.

Menyeting Posisi Pahat


Too High (Terlalu Tinggi)
- Posisi pahat salah
- Hasil pembubutan kasar
- Pada pembubutan muka (facing)menghasilkan
tonjolan kecil
- Menyebabkan pahat patah dan rusak

Too Low (Terlalu Rendah)


- Posisi pahat salah
- Hasil pembubutan kasar
- Pada pembubutan muka (facing)menghasilkan
tonjolan kecil

JURUSAN TEKNIK MESIN 54


LAPORAN PRAKTEK BUBUT PEMESINAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (POLBAN)

- menyebabkan benda kerja terangkat, dan proses


pemotongan tidak efektif
As High As Center (Setinggi Senter)
- Posisi pahat benar
- Hasil pembubutan baik

g. Atur putaran mesin bubut sesuai dengan ukuran diameter dan kecepatan
potongnya
h. Dekatkan pahat bubut pada beda kerja seperti gmbar di atas.
i. Jalankan mesin.
j. Putar hendel eretan melintang terus menesus sampai tepi benda kerja rata.

JURUSAN TEKNIK MESIN 55

Anda mungkin juga menyukai