Anda di halaman 1dari 133

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Antropologi Sosial Skripsi Sarjana

2018

Dampak Sosial Teknologi Pertanian


Pada Masyarakat Petani di Desa
Perbangunan Kecamatan Sei Kepayang
Kabupaten Asahan

Sitohang, Saurma
Univesitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/7084
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
DAMPAK SOSIAL TEKNOLOGI PERTANIAN PADA MASYARAKAT

PETANI DI DESA PERBANGUNAN KECAMATAN SEI KEPAYANG

KABUPATEN ASAHAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi

Oleh :

SAURMA SITOHANG

140905117

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PERNYATAAN ORIGINALITAS

DAMPAK SOSIAL TEKNOLOGI PERTANIAN PADA MASYARAKAT


PETANI DI DESA PERBANGUNAN KECAMATAN SEI KEPAYANG

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di
sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar
kesarjanaan saya.

Medan, 20 Agustus 2018


Penulis

Saurma Sitohang

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
SAURMA SITOHANG 140905117 (2014). Dampak Sosial Teknologi Pertanian
Pada Masyarakat Petani di Desa Perbangunan Kecamatan Sei Kepayang.
Skripsi ini terdiri dari 90 halaman, 4 foto,9 gambar,4 tabel.
Penelitian ini membahas tentang dampak sosial teknologi pertanian yang
menjelaskan tentang bagaiamana perubahan yang terjadi dari pertanian tradisional
dengan pertanian modern di desa Perbangunan. Perubahan cara mengelola
pertanian dan perubahan sosial yang terjadi sejak teknologi pertanian digunakan
petani.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan


wawancara. Observasi dilakukan untuk melihat keadaan petani desa Perbangunan.
Melihat bagaimana petani membajak sawah dari menggunakan tenaga hewan dan
sekarang menggunakan teknologi pertanian yang semakin canggi. Melihat siapa-
siapa saja yang menerima perkembangan teknologi pertanian dan siapa-siapa saja
yang masih menggunakan alat-alat tradisional dalam bertani. Skripsi ini juga
membahas siapa saja yang menjadi petani buruh dan yang bukan menjadi petani
buruh. Menjelaskan aktivitas petani lainya bagaimana mengelola sawah dengan
menggunkan teknologi pertanian yang sudah ada. Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan informasi-informasi yang berkaitan dengan petani dan aktivitas
lainnya. Wawancara dilakukan secara langsung dengan petani-petani dan
penduduk desa yang menjadi pengerak alat-alat teknologi pertanian dan dengan
petani buruh.

Hasil dari penelitian menjelaskan bahwa teknologi maju menyebabkan


berubahnya aktivitas sosial petani desa Perbangunan. Akitivitas sosial yang
dimaksudkan disini adalah, perubahan interaksi petani, perubahan nilai dan
norma dalam melakukan aktivitas pertanian, perubahan aktivitas petani untuk
bertemu dengan teman-temannya. Teknologi pertanian maju juga menyebabkan
ketergantungan petani memakai obat-obatan dan pupuk untuk merangsang
pertumbuhan tanaman. Hasil dari penelitian ini juga menjelaskan apabila petani
ingin mendapatkan hasil panen yang lebih banyak makan petani harus
menyediakan modal yang cukup untuk perawatan hasil pertaniannya.

Kata-Kata Kunci: Teknologi Pertanian, Perubahan Sosial, Petani

ii

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

masih memberikan kesehatan, kemudahan, dan berkat kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Departemen Antropologi FISIP USU

dan dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis

menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan penulis dalam segi penulisan

dan dalam segi kalimat. Penulis juga menyadari bahwa penulis tidak bisa

menyelesaikan tugas akhir ini tanpa adanya bimbingan dan dukungan dari semua

pihak.Adanya kekurangan dan kelemahan penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini, oleh karena itu penulis menerima saran dan kritikan dari pembaca untuk

menyempurnakan tugas akhir ini.

Saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

bapak saya Palmer Sitohang dan ibu saya Rospita Pandiangan, yang senantiasa

mengasihi, mendidik, membimbing serta mendoakan saya dari sejak kecil sampai

saat ini. Terimakasih khususnya pada ibu saya yang selalu menyebut nama saya

dan kedua adik saya dalam doa mu. Juga terima kasih untuk kedua adik saya

Barita Tiurma Sitohang dan Putra Tania Sitohang yang selalu memberkan

dukungan agar menyelesaikan tugas akhir ini dengan waktu yang tepat. Terima

kasih yang istimewa untuk Opung doli dan Opung boru ku yang merawat aku

sejak aku masih bayi sampai aku SD. Terima kasih untuk semua keluargaku yang

di Kisaran dan di Bagan Batu dan dimana pun mereka tinggal.

iii

Universitas Sumatera Utara


Saya juga menyampaikan ucapan terima kasih banyak kepada Bapak Drs.

Yance, M.si yang menjadi dosen pembimbing saya dalam menyelesaikan tugas

akhir ini.Terima kaish banyak untuk memberikan waktu, tenaga, perhatian dan

bimbingan mulai dari tahap awal saya bimbingan sampai penyelesaian tugas akhir

ini. Saya juga berterima kasih banyak kepada ibu Drs. Sabariah Bangun, M. Soc.

Sc selaku dosen pembimbing akademik saya yang memberikan waktu, tenaga,

perhatian dan bimbingan selama saya kuliah.Saya juga menyampaikan terima

kasih kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku Ketua Departemen Antopologi

Sosial FISIP USU dan Bapak Agusutrisno selaku Sekretaris Departemen atas

dukungan, bimbingan, arahan dan motivasi yang selama ini diberikan kepada

saya. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh Dosen Antropologi

Sosial kepada Bapak Zulkarnain, Bapak Ermansya, Bapak Wan Zulkarnain,

Bapak Nurman, Bapak Hamdani, Bapak Farid, kepada Ibu Nita Safitri, Ibu Tjut,

Ibu Aida Safitri, dan yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu saya

mengucapkan banyak terima kasih atas ilmu, pengalaman dan pembelajaran yang

telah di sampaikan dan di berikan kepada saya dalam proses belajar mengajar,

saya dapat menyelesaikan studi ini karena adanya jasa dan campur tangan dari

Bapak/Ibu sekalian, kiranya ilmu yang di terima dapat saya gunakan sebaik-

baiknya.

Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada informan saya yang ada

di desa Perbangunan yang telah memberikan waktu, menerima saya selama

penelitian dan juga memberikan segala informasi yang saya butuhkan selama

penelitian berlangsung.

iv

Universitas Sumatera Utara


Terimakasih kepada Lamria, Santi, Monica, Lastrika, Jesika, Eka, Deni,

Tabita, Eunike, Hafis. Terima Kasih seluruh Kerabat Antropologi Sosial 2014

yang menjadi teman selama proses perkuliahan berlangsung dan yang ikut

membantu saya mengerjakan tugas akhir ini.

Saya juga menyampaikan banyak terima kasih kepada Bella dan Indah

yang menjadi teman dan sahabat saya. Terima kasih juga kepada bang Nelson,

bang Nando, bang Gusta dan kak Angel yang pernah menjadi teman satu rumah

saya selama masa perkuliahan. Juga kepada bang Yogi, bang Mario dan Bang

Yudi yang menjadi teman dan menjadi abang selama masa perkuliahan.

Terimakasih kepada bang Hut yang membantu saya dalam menyediakan

segala sesuatu untuk seminar hasil. Kepada Lope yang juga membantu saya

ketika saya seminar hasil. Terima kasih juga khususnya kepada bang Bernad

yang selalu memberikan waktunya untuk membantu saya dalam penyelesaian

proposal dan penyelesaian tugas akhir ini . Saya menyampaikan ucapan terima

kasih yang sangat istimewa untuk abang saya Fararat Sitohang, yang telah

merawat dan membimbing saya sejak pertama kali saya kuliah. Terima kasih

untuk selalu memberikan dan dukungan motivasi saya selama masa perkuliahan.

Terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu yang membatu saya dalam proses perkuliahan hingga penyelesaian skripsi

ini. Saya mengucapkan terima kasih banyak kiranya Tuhan membalas sagala

kebaikan yang telah saya terima.

Universitas Sumatera Utara


Saya sangat menyadari banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

untuk itu saya berharap akan masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak untuk

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca,

peneliti, dan pihak-pihak yang memerlukan nantinya .

Medan, 20 Agustus 2018


Penulis

Saurma Sitohang

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Saurma Sitohang, lahir pada tanggal 9

Mei 1995 di Kota Kisaran. Penulis

adalah anak Pertama dari 3 (tiga) orang

bersaudara dari pasangan Bapak Palmer

Sitohang dengan Ibu Betty Mariani

Sidabutar (+) / Rospita Pandiangan.

Penulis pernah menempuh pendidikan

sekolah dasar di SDN 010090 Kisaran

sampai pada kelas V (lima) SD dan pada tahun 2007 penulis menyelesaikan

pendidikan Sekolah Dasar di SDN 010020, melanjutkan menyelesaikan SMP pada

taun 2010 di SMP SWASTA HKBP PARDOMUAN di Kecamatan Sei Kepayang

dan menyelesaikan SMA pada tauhn 2013di SMA SWASTA METHODIST 2

Kisaran. Kemudian pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang

perguruan tinggi di Universitas Sumatera Utara jurusan Antropologi Sosial di

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Penulis juga merupakan salah satu

mahasiswa aktif mengikuti berbagai kegiatan selama perkuliahan. Berikut adalah

beberapa daftar riwayat penulis semasa kuliah:

1. Tahun 2014, terdaftar sebagai mahasiswa Antropologi FISIP USU.

2. Tahun 2014, terdaftar sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Departemen

Antropologi (INSAN).

vii

Universitas Sumatera Utara


3. Tahun 2014, peserta Inisiasi Antropologi FISIP USU

4. Tahun 2015, menjadi panitia bayangan Inisiasi Antopologi FISIP USU

5. Tahun2015, sebagai Panitia Natal Antopologi FISIP USU

6. Tahun 2016, sebagai pesarta Seminar Hasil Penelitian Disertasi Doktor oleh

Dra. Mariana Makmur, M. A.

7. Tahun 2016, sebagai pesarta Seminar Hasil Penelitian Disertasi Doktor oleh

Dra.Sri Alem Sembiring, M.Si

8. Tahun 2017, sebagai anggota pelatihan Training Of Fasilitator (TOF)

9. Tahun 2017, sebagai Peserta Seminar ”Arkeologi Sebagai Penguat Karakter

Bangsa”

10. Tahun 2018, sebagai anggota PARSEL (Persatuan Anak Rantau Sei Lebah)

 Email : saurma.sitohang@gmail.com

viii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat rahmat dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul : “Dampak Sosial Teknologi Pertanian Pada Masyarakat Petani di

Desa Perbangunan Kecamatan Sei Kepayang”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh

gelar sarjana bagi mahasiswa Departemen Antropologi Sosial. Adapun penguraian

yang dijelaskan penulis pada skripsi ini adalah : BAB I penulis mendeskripsikan

latar belakang dari judul yang ditetapkan penulis, menuliskan tinjauan pustaka,

rumusan maslaah, tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan oleh penulis,

metode penelitian yang digunakan oleh penulis dan pengalaman peneliti di lapangan.

BAB II, penulis menjelaskan sejarah desa PErbangunan dan menjelaskan

tentang lokasi penelitian. Menjelasakan sarana dan prasarana yang ada di desa

Perbangunan. Menjelaskan aktivitas ekonomi yang ada di desa Perbangunan.

BAB III, menjelaskan tentang alat-alat teknologi pertanian yang saat ini

digunakan di desa Perbangunan. Menjelaskaan tentang fungsi teknologi tersebut dan

menjelaskan bagaimana pemakaian alat-alat teknologi tersebut.

BAB IV, menjelaskan tentang aktivitas sosial dan alat-alat yang di pakai pada

petani tradisional. Menjelaskan aktivitas sosial yang dilakukan petani pada petani

modern. Menjelaskan dampak sosial teknologi pada petani di desa Perbangunan.

ix

Universitas Sumatera Utara


BAB V, menjelaskan dampak negative dan dampak positif dari teknologi pertanian

modern dan menjelaskan perunahan yang terjadi pada patani modern.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, hal ini dikarenakan

keterbatasan kemampuan yang penulis miliki.

Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan skripsi ini, penulis sangat

mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun kearah perbaikan

dan penyempurnaan skripsi ini.Cukup banyak kesulitan yang penulis temui dalam

penulisan skripsi ini, tetapi dapat penulis atasi dan selesaikan dengan baik. Akhir kata

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga

amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Tuhan Yang

Maha Esa

Medan, 20 Agustus 2018

Penulis

Saurma Sitohang

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

PERYATAAN ORIGINALITAS ................................................................. i


ABSTRAK ...................................................................................................... ii
UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR FOTO............................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 7
1.3. Rumusan Masalah ............................................................................ 20
1.4. Tujuan dan Manfaat ...................................................................... 20
1.5. Metode Penelitian .......................................................................... 21
1.6. Pengalaman Peneliti ................................................................. 25

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


2.1. Letak Geografis Desa Perbangunan ......................................... 31
2.2. Sejarah Desa..................................................................................... 33
2.3. Jumlah Penduduk ............................................................................. 34
2.4. Sarana dan Prasarana Desa Perbangunan ......................................... 36
2.5. Kondisi Ekonomi/MataPencaharian ................................................. 41
2.6. Lokasi Penelitian .............................................................................. 43

BAB III TEKNOLOGI PERTANIAN YANG BERKEMBANG PADA


PETANI MODREN
3.1. Awal masuk teknologi Pertanian di desa Perbangunan .................. 44
3.2. Jenis Teknologi Pertanian Modern ................................................... 47
3.2.1. Traktor................................................................................. 47
3.2.2. Mesin Pemompa Air ........................................................... 54
3.2.3. Alat Penyemprot Padi.......................................................... 51
3.2.4. Alat Perontok Padi .............................................................. 62
3.2.5. Alat Pengupas Padi.............................................................. 70

xi

Universitas Sumatera Utara


3.2.6. Alat pengangkut Padi .......................................................... 75
3.3. Dampak Penggunaan Pupuk dan Obat-obatan ......................... 78
3.3.1. Penggunaan Bibit Unggul ............................................ 78
3.3.2. Pengunaan Pupuk dan Obat-obatan ............................. 80

BAB IV DAMPAK PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TERHADAP


AKTIVITAS PETANI DAN KONDIDI SOSIAL PETANI
MODERN
4.1. Perubahan Aktivitas Pertanian pada Petani Modern ........ 88
4.2. Perubahan Bentuk Pembagian Kerja .................................. 89
4.3. Kondisi Sosial dan Aktivitas Petani pada Petani Tradisional .. 91
4.3.1. Sistem Kepercayaan ..................................................... 91
4.3.2. Pengaruh Keluarga dan Sesama Petani ........................ 93
4.3.3. Penggunaan alat tradisional ......................................... 94
4.3.4. Tenaga Kerja yang Masih Banyak di Pakai ................. 95
4.3.5. Modal Sedikit ............................................................... 95
4.3.6. Hasil Produksi yang Masih Sedikit .............................. 95
4.4. Dampak Teknologi Pertanian terhadap Kehidupan Sosial Petani 96
4.4.1. Adanya Lembaga Pertanian ........................................... 99
4.4.2. Sumber Pendapatan Buruh Tani Berkurang .................. 101
4.4.3. Lapangan Pekerjaan Menurun ....................................... 103
4.4.4. Hilangnya Aktivitas Gotong Royong ............................ 103
4.4.5. Ketergantungan Pemakaian Pupuk dan Obat-obatan .... 104
4.4.6. Warung Tempat Berinteraksi ........................................ 105

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ............................................................................. 107
5.2. Saran ........................................................................................ 109

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 110


LAMPIRAN
 Glosarium
 Foto

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Dusun ........................... ................ 34
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia........................................ ....... 35
Tabel 2.4. Jumlah Fasilitas Pendidikan ............................................................ 38
Tabel 2.4. Jumlah Rumah Ibadah....................... .............................................. 40

xiii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Peta Sei Kepayang....................................................................... 32
Gambar 3.2.1. Traktor ........................................... .......................................... 48
Gambar 3.2.2. Mesin Pemompa Air .................... ........................................... 55
Gambar 3.2 3. Sprayer yang Pertama Kali Muncul ........................ ................ 58
Gambar 3.2.3. Sprayer Menggunakan Bahan Bakar........................................ 59
Gambar 3.2.3. Sprayer Listrik.......................................................................... 60
Gambar 3.2.4. Thersher.................................................................................... 62
Gambar 3.2.4. Mesin Combine ............. .......................................................... 65
Gambar 3.2.5. Mesin Pengupas Padi............. .................................................. 72
Gambar 3.2.6. Dollat ........................................................................................ 76

xiv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR FOTO

Foto 2.4. Salah Satu Paralong-along.............................................. ................. 37


Foto 2.4. Salah Satu Sekolah di desa Perbangunan .............................. .......... 39
Foto 2.4. Salah satu Rumah Ibadah ............................. ................................... 41
Foto 3.2.6. Dollat ................................................ ............................................ 61

xv

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan teknologi berkembang sangat pesat dalam sektor pertanian.

Teknologi di bidang pertanian semakin banyak masuk ke wilayah-wilayah terpencil.

Teknologi maju sudah banyak di minati oleh penduduk di pedesaan. Perkembangan

teknologi pertanian memberikan banyak manfaat bagi masyarakat petani. Selain

untuk mempermudah pekerjaan penduduk dalam bertani, kemajuan teknologi juga

mempercepat proses produksi pertanian. Tetapi, kemajuan teknologi yang semakin

canggih juga memberikan dampak negatif bagi masyarakat petani. Perkembangan

teknologi tersebut mengakibatkan tenaga manusia hampir tidak dibutuhkan lagi atau

semakin lama bisa saja petani benar-benar kehilangan pekerjaannya.

Seperti yang terjadi di Kabupaten Asahan tepatnya di Desa Perbangunan

Kecamatan Sei Kepayang. Desa Perbangunan adalah desa yang mata pencaharian

utamanya adalah petani. Hampir semua penduduk di desa itu adalah sebagai petani

atau ada juga sebagai buruh tani. Tanaman yang biasanya ditanam di desa itu adalah

tanaman padi dan tanam sawit. Tetapi, masyarakat lebih mengutamakan untuk

menanam padi karena dari musim tanam sampai musim panennya lebih cepat

dibandingkan tanaman sawit.

Universitas Sumatera Utara


Pada saat ini kemajuan teknologi di bidang pertanian mulai dimanfaatkan oleh

masyarakat di Desa Perbangunan. Masuknya teknologi pertanian ke Desa

Perbangunan memang sangat membantu masyarakat petani untuk mengerjakan

sawahnya. Banyak manfaat yang dirasakan petani dengan adanya teknologi pertanian,

misalnya dalam membajak sawah. Sekitar tahun 80-an, masyarakat petani di Desa

Perbangunan masih menggunakan tenaga kerbau untuk membajak sawah atau

membolak-balikan tanah dan juga di bantu dengan tenaga kerja manusia dengan

memakai cangkul dalam membajak sawah. Tenaga kerja yang di pakai dalam

membajak sawah pun bukan mempekerjakan orang lain, melainkan mengerjakan

lahannya sendiri dibantu anak dan istrinya. Waktu kerja yang dibutuhkan dalam

membajak sawah sangat lama sekitar 1-2 minggu untuk 1 Ha lahan, belum ada

teknologi pertanian yang membantu untuk mempercepat pembajakan sawah pada saat

itu. Pada tahun 90-an, alat untuk membajak sawah yang dinamakan “traktor” atau

biasa disebut oleh masyarakat petani dengan sebutan “jetor”. Dengan menggunakan

traktor, membajak sawah 1 Ha dapat diselesaikan dengan waktu 2-3 hari dan hanya

menggunakan dua tenaga kerja untuk menggerakkan alat itu. Tidak semua orang di

desa tersebut yang memiliki traktor karena harganya yang relative mahal.

Digunakannya traktor ke Desa Perbangunan membuat masyarakat mengubah

caranya untuk membajak sawah. Petani harus mengeluarkan uang untuk menyewa

traktor dan mempekerjakan orang lain dalam mengerjakan lahannya. Petani tidak lagi

ikut mengerjakan sawahnya. Dia hanya memantau hasil pekerjaan orang lain dengan

Universitas Sumatera Utara


traktor dan menunggu sampai sawahnya selesai dibajak. Apabila petani

mempekerjakan orang lain untuk mengerjakan sawahnya, dia juga harus menyiapkan

sarapan dan makan siang untuk pekerjanya serta menyediakan air minum yang

berupa kopi atau teh manis sampai sawahnya selesai dikerjakan.

Perkembangan teknologi pertanian ternyata tidak hanya mesin pembajak

sawah saja. Muncul teknologi lain yang berupa mesin untuk panen padi yang disebut

oleh masyarakat setempat dengan “treser” atau “theresher”. Thresher adalah alat

untuk memisahkan biur-biur padi dari batangnya. Pada zaman dahulu, dalam

memanen padi masyarakat petani Desa Perbangunan masih menggunakan tenaga

manusia sepenuhnya. Padi yang sudah diambil akan dikumpulkan di tikar besar

tempat untuk menjemur padi, kemudian dipukul di atas kayu yang telah di buat

sendiri oleh para petani agar biur padi dan batangnya terpisah. Namun dengan adanya

theresher, masyarakat petani tidak lagi memukul padi untuk mengumpulkan biur-biur

padi. Padi yang sudah dikumpulkan akan dimasukkan ke dalam mesin dan secara

otomatis biur-biur padi langsung terpisah dengan batangnya. Tenaga manusia yang

dibutuhkan sebelum ada theresher dan setelah ada theresher hampir sama banyaknya.

Dalam musim panen, para buruh tani membentuk satu kelompok sekitar 15-20 orang

dan mereka disebut dengan “parkomben” atau bisa juga disebut dengan

”parripang”. Parkomben mempunyai masing-masing satu alat sabit untuk memotong

padi. Dalam satu hari satu kelompok Parkomben dapat menyelesaikan satu petak

sawah yang berukuran 1 Ha.

Universitas Sumatera Utara


Masa tanam dan masa panen dilakukan secara serentak di Desa Perbangunan

guna untuk menghindari banyaknya hama yang datang. Karena masa tanam dan masa

panen dilakukan serentak menyebabkan kurangnya tenaga kerja di Desa

Perbangunan. Hal itu mengakibatkan banyaknya pendatang baru yang bekerja sebagai

buruh tani yang datang dari luar untuk bekerja sebagai “parsuan” (orang yang

menanam padi) dan “parkomben”.

Semakin berkembangnya teknologi pertanian, sekarang masyarakat petani di

Desa Perbangunan mulai diperkenalkan dengan mesin perontok padi yang digunakan

untuk memanen padi yang dinamakan combine tetapi, masyarakat Desa Perbangunan

menyebutnya dengan “odong-odong”. Mesin Combine mulai diperkenalkan pada

masyarakat petani pada tahun 2017 awal. Saat itu pemerintah masih memberikan satu

mesin combine untuk Desa Perbangunan dan saat itu belum semua petani yang

memakai mesin combine untuk memanen padinya. Banyak petani yang masih

mempekerjakan parkomben untuk mengambil padinya yang sudah bisa di panen.

Namun, pada tahun 2018 awal, mesin combine sudah mulai digunakan masyarakat

petani di Desa Perbangunan. Hanya satu mesin combine padi cukup untuk memanen

semua lahan yang ada di Desa Perbanguan dalam waktu satu bulan karena dalam satu

hari mesin perontok padi bisa memanen 8-10 Ha sawah yang dikerjakan hanya 10-15

orang saja. Kemajuan teknologi yang semakin canggih memang sangat membantu

masyarakat untuk memproduksi hasil pertaniannya. Tetapi, sangat disesalkan karena

masyarakat petani yang juga bekerja sebagai buruh tani semakin kehilangan

Universitas Sumatera Utara


pekerjaannya. Tenaga manusia semakin tidak dibutuhkan lagi. Petani yang juga

bekerja sebagai buruh tani tidak memiliki pencaharian tambahan, ia hanya

mengerjakan sawahnya sendiri dan menunggu hasilnya untuk di panen.

Sebelum teknologi berkembang seperti sekarang ini, sebagian masyarakat

petani di Desa Perbangunan juga bekerja sebagai buruh tani untuk menambah

perekonomian keluarganya. Pada musim tanam, masyarakat petani membentuk satu

kelompok yang terdiri dari 15-20 orang untuk bekerja sebagai buruh tani dan biasa di

sebut dengan “parsuan”. Kelompok parsuan identik dengan kelompok perempuan,

boleh yang sudah menikah dan punya anak atau pun masih remaja. Biasanya satu

kelompok parsuan itu terdiri dari 1-2 laki-laki yang bertugas untuk menarik same

dan selebihnya adalah perempuan unutk menanam same. Same adalah padi yang

sudah dibibitkan 2-3 minggu dan siap untuk ditanam.

Tenaga kerja dari Desa Perbangunan itu sendiri tidak cukup untuk memenuhi

target masa tanam yang telah ditetapkan oleh setiap kelompok tani. Biasanya, pada

musim tanam banyak pendatang baru yang datang ke Desa Perbangunan hanya untuk

bekerja sebagai buruh tani. Mereka tinggal di rumah penduduk desa yang mau

menampung mereka, dan masyarakat yang menerima parsuan itu disebut dengan

agen atau mereka menyebutnya dengan toke. Dari agen tersebut mereka di arahkan

kemana tempat mereka kerja. Masyarakat yang ingin mempekerjakan buruh tani dari

luar Desa Perbangunan itu biasanya memintanya dari Agen bukan dari kelompok

parsuan itu sendiri. Beruntungya, sampai saat ini di Desa Perbangunan belum ada alat

Universitas Sumatera Utara


untuk menanam padi. Kerja sama antar masyarakat petani yang juga sebagai buruh

tani di desa tersebut tetap ada sampai saat ini.

Namun berbeda jika musim panen tiba. Sebelum masuknya teknologi

pertanian di Desa Perbangunan, masih banyak masyarakat petani juga membentuk

kelompok untuk menjadi buruh tani atau Parkomben yang identik dengan laki-laki,

biasanya yang bekerja itu adalah laki-laki yang sudah menikah dan sudah memiliki

anak. Mereka berbeda dari parsuan, karena parkomben bekerja untuk menerima gaji

yang berupa uang. Mereka tidak mau jasa di bayar dengan jasa. Sama seperti musim

menanam, tenaga kerja dari Desa Perbangunan sendiri tidak cukup untuk memanen

semua padi yang ada di desa tersebut. Oleh karena itu, banyak pendatang dari luar

yang datang dan bekerja sebagai buruh. Satu kelompok parkomben yang terdiri dari

15-20 orang sudah menggunakan alat untuk memanen padi.

Pada tahun 2017 parkomben sudah tidak ada lagi. Pendatang dari luar pun

sudah tiak ada lagi. Tenaga buruh tani sudah digantikan oleh mesin combine. Banyak

para buruh tani kehilangan pekerjaannya, bapak-bapak di Desa Perbangunan pun

lebih memilih mengabiskan waktunya di warung untuk bermain judi atau sekedar

untuk bertemu dengan teman-temannya. Mau tidak mau, masyarakat petani harus bisa

menerima masuknya teknologi baru ke wilayah mereka, karena memang sudah sulit

untuk mencari tenaga kerja manusia. Setelah masyarakat petani mengetahui kerugian

memakai mesin combine di masa panen, sebagian masyarakat lebih mencari tenaga

kerja manusa, karena hasil panen yang di dapat jika petani menggunakan tenaga

Universitas Sumatera Utara


kerja manusia dibandingkan dengan tenaga mesin, itu jauh berbeda. Apabila petani

mempekerjakan parkomben, mereka akan mendapatkan lebih banyak hasil panen.

Tidak hanya itu saja, setelah mereka panen dengan memakai treser, mereka masih

bisa memperoleh sedikit padi dari tumpukan jerami yang dihasilkan oleh mesin

thresher dan itu dilakukan sendiri tanpa harus membayar buruh tani lagi. Hasil dari

tumpukan jerami yang itu memang tidak banyak, tetapi ada kepuasan tersendiri bagi

petani jika petani mendapatkan sedikit padi dari tumpukan jerami. Masyarakat petani

menyebutnya dengan mengketek. Mengketek itu adalah mengambil sisa-sisa padi dari

tumpukan jerami setelah padi sudah dipanen. Kalau menggunakan mesin combine,

masyarakat petani mendapatkan hasil yang kurang memuaskan, karena mereka

melihat langsung banyak nya padi yang terbuang ke tanah. Banyaknya padi yang

terbuang dikarenakan mesin combine yang terlalu besar merusak biur-biur padi ketika

sedang beroperasi.

1.2. Tinjauan pustaka

1.2.1. Pengertian Petani

Dalam mengelola pertanian, petani merupakan unsure yang paling penting.

Menurut Wolf (1985) petani diartikan dalam sisi mata pencahariaan dan petani

sebagai pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi dimaksudkan disini adalah petani tidak

melakukan usaha tani pada perusahaan atau pun untuk bisnis lain, melainkan untuk

mengelola rumah tangga nya sendiri. Wolf meneliti petani secara antropologis dan

Universitas Sumatera Utara


secara historis. Dia meneliti petani dari masa manusia primitive sampai dengan

manusia modern. Eric Wolf dalam karyanya disebutkan

“Pertanian adalah suatu mata pencaharian dan cara hidup, bukan


suatu kegiatan usaha untuk mencari keuntungan. Kita bisa mengatakan
bahwa petani-petani yang mengerjakan pertanian untuk penanaman
modal kembali dan usaha, melihat tanahnya sebagai modal dan komoditi ,
bukanlah termasuk petani akan tetapi pengusaha pertanian”1.

Wolf mengunakan kata peasant untuk petani pedesaan atau petani tradisional.

Peasant adalah orang desa yang bercocok tanam di pedesaan tidak di dalam ruangan

tertutup (greenhouse) di tengah-tengah kota. Mereka bukan farmer atau pengusaha

pertanian (agricultural entrepreneur) seperti yang di Amerika 2 . Dalam pemikiran

Wolf, petani (peasant) zaman dulu bersifat subsisten dengan prinsip dahulukan

selamat (safety first). Peasant ditujukan kepada golongan yang mempunyai lahan

pertanian dan mengerjakan lahan pertaniannya sendiri. Petani memproduki hasil tani

hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja dan tidak untuk mencari

keuntungan. Tidak seperti farmer yang memproduksi hasil pertanian sebanyak-

banyaknya untuk memenuhi kebutuhan pokok nya sendiri dan untuk mendapatkan

keuntungan yang besar dari hasil tani.

Dalam teori yang dikemukakan oleh Wolf sama dengan apa yang peneliti lihat

di lapangan. Bahwa masyarakat petani di zaman modern khusunya di Desa

Perbangunan sudah tidak lagi disebut dengan peasant . Petani di zaman modern yang

mempunyai lahan milik sendiri tidak lagi mengerjakan lahannya sendiri. Hampir

1
http://bentukdanisi.blogspot.co.id/2012/07/review-buku-masyarakat-petani-dan.html
2
Eric R. Wolf,Petani. Suatu Tinjauan Antropologis, CV Rajawali, Jakarta, 1983, halaman 2

Universitas Sumatera Utara


semua aktivitas yang akan dikerjakan untuk pertanian di kerjakan oleh buruh tani dan

di bayar dengan materi. Masyarakat petani zaman modern ini lebih berpikir untuk

menghasilkan lebih banyak hasil pertaniannya dan hasil pertanian itu akan di jual

untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan bantuan teknologi

dan tenaga manusia yang tidak terlalu banyak, petani dapat memproduksi hasil

pertanian 2-3 kali dalam setahun. Mereka hanya menyimpan sedikit dari hasil

pertanian yang mereka produksi. Apabila mereka kehabisan simpanan hasil pertanian,

mereka harus membeli dari petani lain yang masih menyimpan hasil pertaniannya.

Pada zaman dulu sekitar tahun 1970-1980, dimana Desa Perbangunan masih

menggunakan tenaga manusia dan tenaga hewan dalam membajak sawah, petani

hanya memproduksi padi untuk kebutuhannya sehari-sehari dan kebutuhan sekolah

anak-anaknya. Karena memang produksi padi pada saat itu masih sedikit dan

membutuhkan waktu satu kali panen dalam setahun. Karena petani hanya

menghasilkan padi satu kali dalam satu tahun dan dengan jumlah yang sedikit pula,

petani menyimpan hasil panennya untuk kebutuhan keluarga mereka sampai mereka

menghasilkan padi di tahun berikutnya. Cadangan padi atau berasmereka kadang

tidak cukup untuk setahun. Terkadang mereka meminjam padi atau beras dari

tetangga yang masih mempunyai banyak cadangan dan akan di bayar setelah panen

dengan sistem padi di bayar dengan padi dan beras di bayar dengan beras. Untuk

ukuran beras yang biasa dipakai di Desa Perbangunan adalah dengan satuan“kaleng“

Universitas Sumatera Utara


atau “gantang”bukan dengan satuan kilo. Untuk empat ganteng beras/ padi sama

dengan 1 kaleng beras/padi.

Peasant secara garis besar golongan pertama adalah kaum tani yang masih

tergantung pada alam dengan menggunakan teknologi tradisonal dalam

pengembangan hasil pertaniannya. Sedangkan farmer adalah golongan petani yang

menggunakan teknologi modern dan sistem pengelolaan usaha yang modern serta

petani menanam jenis tanaman yang dibutuhkan di pasar. Semua itu dilakukan petani

hanya untuk mengejar keuntungan.3

Gilian Hart dalam Soetarto dkk (2006) tentang konsep peasant menjelaskan

bahwa peasant adalah ditunjukan untuk semua penduduk desa secara umum.

Ditujukan untuk penduduk desa yang memiliki lahan pertanian ataupun penduduk

desa yang hanya bekerja sebagai buruh tani. 4 Soekartawi menyebutkan bahwa

peasant merupakan golongan terbesar dalam kelompok petani di Indonesia,

khususnya di Pulau Jawa. Soekartawi menjelasakan ciri-ciri petani sebagai peasant,

yaitu :

1. Mengusahakan pertanian dala lingkungan tekanan penduduk local yang

meningkat.

2. Mempunyai sumber daya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang

rendah.

3. Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten.

3
http://repository.ut.ac.id/4389/1/LUHT4208-M1.pdf
4
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11033/Bab%20II%202008syu.pdf?sequence=9

10

Universitas Sumatera Utara


4. Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan

lainnya.5

Konsep Eric Wolf hampir sama dengan konsep petani yang dikemukakan oleh

Robertt Redfield. Robert Redfield menggunakan kata petani untuk setiap produsen

kecil yang hanya memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri. Ia menjelaskan bahwa

masyarakat petani adalah masyarakat yang mencari nafkah dengan cara mengelola

tanah untuk bertahan hidup. Petani adalah orang yang mengelola sebidang tanah yang

petani itu sendiri sudah lama terikat oleh ikatan tradisi dan perasaan. Dikatakan

bahwa tanah dan dirinya adalah bagian dari satu hal atau satu kerangka hubungan

yang telah lama berdiri.6

Namun di sisi lain Redfield menjelaskan bawah petani masih mempunyai

hubungan dengan masyarakat di kota. Robert Redfield menjelaskan bahwa petani

identik dengan perdesaan namun hidup dan berhubungan dengan pasar-pasar yang

ada di kota, karena petani merupakan suatu bagian yang mengelompok dari suatu

penduduk yang luas yang ada di pusat kota atau bahkan di kota metropolitan. Meraka

merupakan bagian masyarakat dengan budaya yang dimiliki oleh petani 7 . Disini

Robert menjelaskan bahwa petani tidak bisa dipisakan oleh pasar-pasar tradisional

yang ada dikota karena petani merupakan produsen yang memenuhi kebutuhan-

kebutuhan pokok masyarakat yang tinggal di kota.

5
Soekartawi, dkk, Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil,h. 1.
6
http://bentukdanisi.blogspot.co.id/2012/07/review-buku-masyarakat-petani-dan.html
7
http://bentukdanisi.blogspot.co.id/2012/07/review-buku-masyarakat-petani-dan.html

11

Universitas Sumatera Utara


Dari defenisi yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa petani adalah identik dengan masyarakat desa yang

mempertahankan hidupnya dengan cara bercocok tanam. Petani zaman dahulu hanya

memproduksi hasil pertanian dengan menggunakan alat-alat tradisioanal dan itu

hanya untuk kebutuhan sehari-hari saja. Namun, dengan berkembangnya zaman,

pengetahuan masyarakat petani semakin maju sejalan dengan masuknya teknologi

pertanian ke daerah mereka. Masyarakat petani tidak lagi memproduksi hasil

pertanian dalam jumlah yang sedikit. Mereka berusaha memproduksi hasil pertanian

dalam jumlah yang besar agar mendapatkan untung yang besar juga.

Karena perkembangan teknologi pertanian semakin pesat dan sangat

membantu pekerjaan petani dengan waktu yang tidak terlalu lama, petani di zaman

modern ini berubah menjadi petani yang bersifat farmer dan itu berlaku untuk semua

masyarakat desa yang mempunyai lahan pertanain sendiri dan memproduksi hasil

pertanian di zaman sekarang. Tetapi, tidak untuk masyarakat desa yang bekerja

sebagai buruh tani dan tidak mempunyai lahan pertanian sendiri. Peasant adalah

sebutan untuk petani tradisional dan farmer adalah sebutan untuk petani modern

dengan memanfaatkan teknologi untuk mengelolah sawahnya.

1.2.2. Defenisi teknologi

Pembangunan adalah suatu proses mendirikan, mengelola dan memperbaiki.

Maka pembangunan pertanian adalah suatu proses mendirikan, mengelola dan

memperbaiki segalah yang berkaitan dengan tanaman atau pengusahaan tanah. Dalam

12

Universitas Sumatera Utara


mengelola pertanian, banyak tantangan yang sulit dikendalikan seperti, curah hujan,

suhu, angin, air dan kedalaman tanah. 8 Adanya teknologi pertanian membantu

masyarakat petani untuk dapat memproduksi hasil pertanian.

A.T. Mosher membagi pertanian dalam dua golongan, yaitu pertanian primitif

dan pertanian modern. Pertanian primitif adalah petani yang bekerja mengikuti

metode-metode yang berasal dari orang tua dan tidak menerima pemberitahuan

(inovasi). Mereka bekerja menurut apa yang di lihat nya dari orang sebelumnya

untuk mengelola pertanian. Sedangkan pertanian modern adalah petani yang

menguasai pertumbuhan tanaman dan selalu mencari metode-metode serta

mendapatkan pembaruan (inovasi) dalam bidang pertanian. Petani modern adalah

contoh petani yang dapat berkembang untuk meningkatkan ekonomi dalam bidang

pertanian dan menjalankan pembangunan pertanian.9

Teknologi adalah suatu cabang antropologi budaya yang berhubungan dengan

studi terhadap kebudayaan materi. Hal ini lebih dimaksudkan sebagai proses-proses
10
manusia dalam menangani dan mengendalikan lingkungan fisiknya. Secara

sosiologis, teknologi memiliki makna yang lebih mendalam dari pada peralatan.

Teknologi menetapkan suatu kerangka bagi kebudayaan non material dari suatu

kelompok. Jika di satu tempat teknologi mengalami perubahan, maka cara berpikir

manusia di tempat itu juga akan berubah.

8
Iskandar Andi Nuhung, Strategi dan Kebijakan Pertanian dalam Perspektif Daya Saing, h. 57.
9
EricR.Wolf1984.http://www.infoorganik.com/index.php?option=com_content&view=article
&id=86:petani-penggarap-hambat-aplikasi-pertanian-organik-pola-tanamsri&
catid=34:padi&Itemid=62.di (akses hari senin 28 deseme 201).
10
Tulisan dari buku Konsep Teknologi oleh Keluarga Mahasiswa Teknik Industri ITB.

13

Universitas Sumatera Utara


Menurut Marx, teknologi merupakan alat dalam pandangan materialism

historis yang hanya mangarah pada sejumlah alat yang dapat dipakai manusia untuk

mencapai kesejahteraan. Peneliti tidak menyetujui hal ini karena berbeda dengan apa

yang peneliti lihat pada masyarakat Desa Perbangunan. Semakin canggihnya

teknologi pertanian yang masuk ke Desa Perbangunan, masyarakat petani yang juga

bekerja sebagai buruh tani semakin kehilangan penghasilan tambahannya, terutama

bagi kaum buruh. Teknologi pertanian yang semakin canggih bukannya

mensejahterakan masyarakat, tetapi mengambil alih dan menghilangkan sebagian

pekerjaan buruh tani. Salah satu contoh buruh tani kehilangan pekerjaannya adalah,

buruh tani perempuan tidak lagi bisa mengketek karena digunakannya mesin combine

untuk memanen padi. Menggunakan mesin combineuntuk memanen padi, tidak akan

menghasilkan jerami yang biasanya dikumpulkan sampai membentuk tumpukan

seperti gunung. Apabila panen padi dengan menggunakan parkomben, jerami

ditumpukan di satu tempat. Biasanya untuk 1 Ha lahan, ada dua tumpukan jerami.

Ditumpukan jerami itu banyak sisa-sisa padi menempel di daun padi yang sudah

halus dari treser. Setelah masa panen, biasanya buruh tani pergi ke tempat lahan yang

baru di panen untuk mengambil sisa sisa padi.

Weber menjelaskana bahwa teknologi itu dikatakan sebagai ide, gagasan atau

pikiran manusia itu sendiri. 11 Cliford Geertz memperkenalkan dasar teknologi

pemerataan atau penyebaran kerja sebagai kapasitas besar hilangnya tenaga kerja dari

11
Muhammad Ngafifi, Kemajuan Teknologi dan Pola Kehidupan Manusia, Jurnal Pembangunan dan
Pendidikan, vol. 2, no. 1, (2014) h. 36.

14

Universitas Sumatera Utara


budaya padi. Penggunaan teknologi tersebut mengakibatkan pemakaian tenaga kerja

manusia berkurang. Semakin canggih teknologi pertanian, tenaga manusia semakin

tidak dibutuhkan. Peneliti setuju oleh pernyataan di atas, karena memang benar

bahwa perkembangan teknologi yang masuk ke Desa Perbangunan menyebabkan

banyak buruh tani kehilangan pekerjaan dan mencari pekerjaan lain. Sebelum

masuknya teknologi pertanian ke Desa Perbangunan, ketika sudah memasuki masa

panen, sangat banyak pendatang dari luar Desa Perbangunan datang ke desa tersebut

untuk menjadi buruh tani. Bahkan ada dari mereka yang menetap di Desa

Perbangunan yang tinggal di rumah masyarakat asli Desa Perbangunan untuk di

pekerjakan sebagai buruh tani di sawahnya sendiri. Masuknya mesin combine sangat

berpengaruh besar dengan aktivitas petani dari tiga tahun lalu. Sekarang ketika

memasuki masa panen biasa ataupun panen raya, tidak ada lagi buruh tani yang

datang dari luar Desa Perbangunan. Geertz juga mengemukan,

“Penanaman padi disawah dengan kesanggupan yang luar biasa


untuk menjaga tingkat produktivitas tenaga kerja yang marginal dengan
selalu mengatur tambahan tenaga seorang lagi tanpa benar-benar
mengurangi pendapatan per kapita, telah menyerap hampir seluruh
tambahan penduduk yang telah dimunculkan oleh campur tangan orang
barat, sekrang-kurangnya secara tidak langsung. Proses yang akhirnya
memukul diri sendiri ini lahh yang saya usulkan untuk dinamakan involusi
pertanain (Geertz, 1970:80)”.12

Dari defenisi yang telah dijelaskan tentang konsep teknologi, di simpulkan

bahwa perkembanagn teknologi terutama dalam sektor pertanian adalah alat untuk

12
Bayu Enggak Rifkian, dkk, Modernisasi Pertanian(Studi Kasus Tentang Peluang Kerja dan
Pendapatan Petani dalam Sistem Pertanian di desa Dukuh Dempok Kecamatan Wuluhan Kabupaten
Jember, Jurnal Ilmiah, Ilmu pendidkan, Ilmu Ekonomi dan Ilmu Sosial, vol. 11, nomor 1, (2017).

15

Universitas Sumatera Utara


mempermudah pekerjaan manusia dalam bertani, tetapi juga mengubah pola pikir

masyarakat petani. Dalam pembangunan, teknologi pertanian disarankan guna untuk

mensejahterakan rakyat dan itu menjadi salah satu program pemerintah Indonesia.

Teknologi yang berkembang sangat cepat menyebabkan terjadinya perubahan sosial

pada masyarakat petani khususnya di Desa Perbangunan.

Dalam defenisi teknologi yang ditemukan di lapangan, teknologi adalah

segala perubahan aktivitas pertanian dari pertanian tradisional menuju petani modern.

Teknologi adalah merupakan alat-alat yang digunakan dalam mengelola sawah juga

termasuk penggunaan pupuk dan obat-obatan.

1.2.3. Pengertian Perubahan Sosial

Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada masyarakat mencakup

pola perilaku dan interaksi sosial masyarakat. Berubahnya rutinitas kelompok

masyarakat akibat pengaruh dari dalam diri masyarakat itu sendiri maupun dari luar

masyarakat. Perubahan sosial dapat dikatakan sebagai perubahan sistem sosial.

Wilbert Moore mendefenisikan perubahan sosial sebagai perubahan penting

dari sturuktur sosial. Yang dimaksud dengan sturuktur sosial disini adalah pola-pola

perilaku dan interaksi sosial. Dalam struktur sosial itu sendiri terdapat nilai-nilai dan

norma-norma serta fenomena cultural. Moore juga berpendapat bahwa perubahan

sosial bukan suatu gejala pada masyarakat modern, tetapi sebuah hal yang universal

16

Universitas Sumatera Utara


dalam pengalam hidup manusia.13 Perubahan sosial menurut Selo Soemardjan (dalam

Ranjabar 2017: 6) adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan

di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di

dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam

masyarakat.

Hawley (dalam Sztompka, 2010: 3) mendefenisikan perubahan sosial adalah

setiap perubahan yang tak terulang dari sistem sosial sebagai kesatuan. Arti lain dari

perubahan sosial dikaitkan dengan pembangunan pada gejala sosial, yaitu pertama

pertumbuhan atau perkembangan pengetahuan dan kedua pertumbuhan atau

perkembangan kemampuan manusia untuk mengendalikan lingkungan alam

dikemukakan oleh. Disini dikatakan bahwa perkembangan tidak tergantung pada

penafsiran arti dan sejarah, tetapi lebih didasarkan pada pengetahuan tentang kondisi

dan cara cara terjadinya perubahan sosial yang menyangkut masyarakat tertentu.14

Menurut Ogbum (1932) perubahan sosial meliputi perubahan teknologi yang

mengakibatkan perubahan lingkungan material, sehinggga menimbulkan perubahan

atau modifikasi kebiasaan-kebiasaan dan lembaga social. Namun, secara teoritis

dapat disimpulkan bahwa perubahan social mengacu pada perubahan dalam struktur

social dan fungsi dari bentuk bentuk masyarakat.15

13
Jacobus Ranjabar, Teori-teori dan Proses Perubahan Sosial sert Teori Pembangunan, h.4.
14
Jacobus Ranjabar, Teori-teori dan Proses Perubahan Sosial sert Teori Pembangunan, h.5.
15
Rauf HAtu, Perubahan Sosial Kultural Masyarakat Pedesaan, Jurnal Inovasi, vol 8, no. 4, (2011)
h.3.

17

Universitas Sumatera Utara


Soerjono Soekanto (2009) menjelaskan adanya bentuk-bentuk perubahan

sosial, yaitu :

1. Perubahan yang terjadi secara lambat dan secara cepat.

Perubahan secara lambat disebut evolusi. Evolusi adalah memerlukan waktu

yang lama yang terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu.

Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri

dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi-kondisi baru yang timbul

sejlana dengan pertumbuhan masyarakat.

Perubahan secara cepat disebut dengan revolusi yang menyangkut dasar-dasar

pokok kehidupan masyarakat. Revolusi dapat terjadi dengan mengikuti syarat-syarat

tertentu, antara lain : (a). Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu

perubahan. (b). Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap

mampu memimpin masyarakat tersebut. (c). Pemimpin diharapkan dapat menampung

keinginan-keinginan masyarakat untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa

tidak puas menjadi program dan arah gerakan. (d). Pemimpin tersebut harus dapat

menunjukan suatu tujuan pada masyarakat. (5). Harus ada momentum yaitu saat

dimana segala keadaan dan faktor sudah tepat dan baik untuk memulai suatu gerakan.

2. Perubahan Kecil dan Besar

Perubahan kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur

struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau yang berarti bagi

18

Universitas Sumatera Utara


masyarakat. Sedangkan perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-

unsur struktur sosial yaitu membawa pengaruh besar pada masyarakat.

3. Perubahan yang dikehendaki atau perubahan yang direncanakan dan

perubahan yang tidak dikehendaki atau perubahan yang tidak direncanakan

Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang

diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang

hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat.

Perubahan sosial yang tdaik dikehendaki atau yang tidak direncanakan

merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki atau berlangsung

diluar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-

akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat.

Dari pengertian perubahan sosial yang telah disebutkan di atas yang

dikemukakan oleh para ahli, penulis menyimpulkan bahwa perubahan sosial itu

adalah perubahan yang menyangkut perubahan sturuktur sosial terjadi akibat adanya

teknologi yang berkembang di dalam satu wilayah dalam masyarakat. Dengan

berkembangnya teknologi dalam satu wilayah masyarakat, masyarakat harus bisa

mengikuti perkembangan teknologi untuk mempertahankan hidup, mempertahankan

hubungan sosial dan hubungan keluarga yang telah di bangun di wilayah yang sudah

lama ia tempati. Masayarakat harus mempertahankan hidup di daerahnya sendiri

19

Universitas Sumatera Utara


dengan mengubah pola tingkah laku yang dilakukan sebelum adanya teknologi

dengan adanya teknologi baru.

1.3. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan oleh peneliti, maka muncul

pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa saja jenis teknologi yang masuk ke Desa Perbangunan?

2. Bagaimana perubahan sosial masyarakat petani setelah masuknya teknologi

pertanian?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah ingin melihat bagaimana perubahan sosial yang

terjadi pada masyarakat Desa Perbangunan ketika masyarakat petani masih

membentuk kelompok untuk menjadi buruh tani di desanya dan bagaimana

perubahan sosial yang terjadi di desa tersebut setalah teknologi mengambil alih

pekerjaan masyarakat petani sebagai buruh tani di desanya. Peneliti juga ingin

mengetahui apa yang dilakukan masyarakat petani untuk mendapatkan penghasilan

tambahan selain dari mengelola sawahnya sendiri. Peneliti juga ingin mencari tahu

bagaimana respon dan apa yang dilakukan pemerintah Desa Perbangunan untuk

mengatasi hilangnya lapangan pekerjaan di Desa Perbangunan dan apa saja faktor

yang menyebabkan masyarakat petani tetap memilih mengelola hasil panennya

dengan menggunakan tenaga mesin dibandingkan dengan tenaga manusia.

20

Universitas Sumatera Utara


Manfaat penelitian ini secara akademis adalah untuk menambah wawasan

dalam membuat karya ilmiah bagi peneliti. Penelitian ini juga bermanfaat untuk

menambah kepustakaan tentang masyarakat petani dalam menghadapi perkembangan

teknologi.

1.5. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan pedekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan pendekatan

yang bersifat lebih alamiah dan juga bersifat holistik, peneliti melihat kasus yang

diteliti dan mengamatinya secara mendalam. Menurut Lexy J. Moleong (2006 : 6),

penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud dengan memahami fenomena

tentang apa yang terjadi dan dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku,

persepsi, morivasi, tindakan dan lain lain secara holistic dan dengan cara deskriptif

dalam bentuk kata kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode kualitatif yaitu berupa pengamatan,

wawancara dan studi kepustakaan.

1.5.1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan lebih rinci, peneliti harus

memperoleh data primer dan data sekunder guna untuk memperkuat penelitiannya.

Data primer adalah informasi dari tokoh-tokoh masyarakat, bisa berupa instansi

terkait yang memberiakn informasi yang akan diteliti. Kemudian data sekunder

21

Universitas Sumatera Utara


adalah berupa data yang tertulis, bisa berkas-berkas yang terkait dengan yang diteliti.

Data-data tersebut diperoleh dengan cara :

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan

pengamatan langsung di lapangan terhadap apa yang diteliti. Peneliti melihat dan ikut

terlibat ketika sedang melakuakan observasi. Pengamatan langsung dilakukan agar

peneliti mengetahui secara mendalam objek yang di telitinya. Dalam ilmu

Antropologi, pengamatan langsung tidak hanya menggunakan penglihatan. Peneliti

juga harus mendengar dan ikut merasakan apa yang sedang di observasinya tetapi,

pengamatan yang lebih baik adalah apabila peneliti mampu melibatkan semua indera

yang dimiliki manusia.

Dengan melakukan teknik observasi ini, peneliti dapat melihat kondisi

masyarakat dan bagaimana sistem social pada masyarakat Desa Perbangunan berubah

setelah adanya teknologi. “Melalui metode observasi langsung memungkinkan

peneliti untuk dapat melihat segala tindakan dan perilaku yang dilakukan oleh

informan yang berhubungan dengan persoalan yang diteliti”

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk melihat kondisi sosial

masyarakat, kondisi ekonomi masyarakat dan melihat bagaimana aktivitas

masyarakat petani setiap harinya setelah adanya teknologi berkembang di Desa

Perbangunan.

22

Universitas Sumatera Utara


b. Teknik Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada tokoh-tokoh

masyarakat dan khususnya kepada masyarakat petani yang juga bekerja sebagai

buruh tani. Sebelum melakukan wawancara mendalam, sebelumnya peneliti

membangun hubungan yang baik dengan masyarakat petani. Dalam penelitian

Antropologi, membangun raport atau membangun hubungan yang baik dalam

masyarakat merupakan langka pertama untuk melakukan wawancara. Membangun

hubungan yang baik bukan hanya sekedar saling kenal, tetapi membangun rasa saling

percaya antara peneliti dengan informan yang diteliti.

Dalam melakukan wawancara, peneliti tidak hanya menggunakan semua

indera yang dimiliki manusia, peneliti juga menggunakan alat perekam suara dan alat

tulis yang membantu peneliti untuk menyimpan semua informasi ketika wawancara

berlangsung. Peneliti juga menggunakan kamera untuk dokumentasi setiap informan

yang diwawancara. Metode wawancara mendalam digunakan oleh penulis untuk

bertanya tentang apa yang diteliti oleh penulis kepada informan.

Sebelum melakukan wawancara, penulis mencari tahu dulu siapa saja yang

cocok menjadi informan penulis. Yang menjadi informan pangkal penulis disini

adalah Mama penulis sendiri. Dalam penelitian ini penulis mencari informan

berdasarkan sumber pendapatannya suntuk kebutuhan sehari-hari sebagai buruh tani.

Yang menjadi informan penulis dalam penelitian ini adalah, 4 orang ibu, 4 orang

23

Universitas Sumatera Utara


bapak dan 1 orang anak muda yang membantu Ibunya untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari dan 2 ketua kelompok tani.

c. Informan

Dalam menentukan informan, peneliti harus memilih informan yang banyak

mengetahui tentang seluk-beluk desanya. Dalam ilmu antropologi ada yang

dinamakan dengan informan pangkal dan informan kunci. Informan pangkal adalah

orang yang pertama kali dijumpai, data yang di dapat dari informan pangkal biasanya

gambaran umum dari desa tersebut. Dari informan pangkal peneliti dapat diarahkan

kepada orang yang banyak mengetahui tentang perkembangan desa secara lebih

mendalam dan itu disebut dengan informan kunci

Dalam metode etnografi, Spradley (2006:68) menjelaskan ada lima syarat

untuk memilih informan yang baik, yaitu :

a. Enkulturasi penuh, yaitu orang yang mengetahui budaya miliknya dengan

baik.

b. Keterlibatan langsung, yaitu orang yang tudak bekerja lagi karena adanya

teknologi baru atau pun orang yang yang berganti pekerjaan untuk menjadi

penggerak mesin.

c. Suasana budaya yang tidak dikenal

d. Waktu yang cukup

e. Non-analitis.

24

Universitas Sumatera Utara


Sebelum menentukan informan, penulis terlebih dahulu bertanya kepada

orang tua tentang siapa saja tokoh yang mengerti tentang apa sedang diteliti oleh

penulis. Mencari tahu terlebih dahulu siapa saja yang masih merasakan dampak dari

teknologi pertanian. Yang menjadi informan penulis adalah Berta Malango (43), Arta

Tampubolon (35), Estina Siburian (27), Erni (37), Hitler Pandiangan (34), England

Hutasoit (34), Toba Simbolon (28), Ricardo Pandiangan (25), Hilson Sihombing (35),

Bosmen Manalu sebagai ketua kelompok tani (35), Sidik Simbolon ketua kelomok

tani (47).

1.6. Pengalaman Peneliti

Dalam melakukan penelitian tentang perkembangan teknologi pertanian

mempengaruhi system sosial masyarakat petani, penulis sudah memulainya dari awal

bulan Februari 2018, setelah dapat ACC dari ketua departemen Antropologi FISIP

USU, saya langsung mengerjakan proposal penelitian dan peneliti menyelesaikannya

pada minggu ke- 4 bulan Maret 2018. Kemudian peneliti langsung melengkapi data-

data persyaratan untuk mendapatkan surat penelitian agar bisa langsung melakukan

penelitian dan pada awal bulan April 2018 pihak kampus mengeluarkan surat

penelitian.

Sebenarnya lokasi penelitian ini adalah tempat penulis tinggal sejak masa

Sekolah Dasar (SD) sampai saat ini. Penulis tertarik untuk mengangkat topic ini

25

Universitas Sumatera Utara


karena penulis melihat banyak perubahan akibat masuknya teknologi baru ke Desa

Perbangunan yang berkaitan dengan ilmu Antropologi Sosial.

Dalam melakukan penelitian, saya rasa bukan suatu yang mudah, karena

biarpun lokasi penelitian di kampung saya sendiri, saya tidak terlalu mengenal semua

masyarakat Desa Perbangunan. Selama saya tinggal di desa Perbangunan, saya

sangat jarang keluar rumah ataupun bermain dengan teman-teman sampai saya

kuliah. Apabila teman sekelas masa SMP ingin membentuk kelompok untuk bekerja

sebegai buruh tani setelah pulang sekolah, saya tidak pernah di ajak ikut karena saya

memang tidak tahu sedikit pun untuk bekerja di sawah. Saya diperbolehkan untuk

bekerja di sawah setelah saya tamat Sekolah Menengah Atas (SMA).

Untuk melakukan penelitian ini, mau tidak mau saya harus lebih banyak rasa

ingin tahu tentang penduduk Desa Perbangunan. Saya harus bersikap lebih ramah

dan sopan santun kepada setiap orang yang saya jumpai, karena biarpun saya sudah

lama tinggal di lokasi penelitian, banyak yang tidak tahu bahwa sudah menjadi

penduduk asli Desa Perbangunan. Banyak juga yang tidak tahu saya anak siapa,

berasal dari mana. Tidak hanya bersikap ramah dan sopan santun, penampilan juga

menjadi hal utama dalam melakukan penelitian agar mudah diterima oleh masyarakat

yang akan menjadi informan saya. Dengan cara itu, peneliti lebih mudah berbaur

dengan masyarakat.

26

Universitas Sumatera Utara


Pada minggu ke-3 saya turun ke lapangan. Sebelumnya saya sudah

merencanakan pertama kali yang saya lakukan adalah pergi ke kantor Kepala Desa

untuk meminta data kependudukan desa . Pertama kali yang saya lakukan sebelum

saya tiba di kantor Kepala Desa, terlebih dahulu saya melihat lihat lokasi penelitian

sampai ke pasar 10. Saya berangkat menggunakan sepeda motor sambil mengamati

apa yang saya lihat sepanjang perjalanan. Saya melihat aktivitas masyarakat yang

banyaknya masyarakat duduk di warung untuk minum atau biasa disebut dengan

“kede tuak” padahal masih pukul sebelas pagi, entah apa yang mereka lakukan.

Sekitar 45 menit saya mengamati lokasi penelitian, saya memutuskan untuk ke kantor

Kepala Desa yang berada di dusun VI.

Ketika saya sampai di depan kantor kepala desa, saya melihat banyak sepeda

motor yang parkir di pinggir jalan raya. Pertama kali saya bertemu dengan bapak

tarmin yang sedang duduk di atas sepeda motor, saya bertanya “kenapa kok diluar

pak?” kemudian bapak itu menjawab “di dalam lagi rame, banyak orang ngantri”.

Kemudian saya menanyakan “sedang ada urusan bapak ke sini?” bapak itu menjawab

“mau ngurus KTP Electronic dek”. Setelah itu saya langsung permisi kepada bapak

itu untuk masuk ke dalam ruangan.

Awalnya saya tidak berani untuk menjumpai aparat desa karena sebelumnya

saya tidak pernah ke kantor kepala desa. Saya melihat kondisi dalam ruangan sangat

ramai, saya memutusakan untuk menuggu diluar sampai tiba saatnya saya

dipersilahkan masuk. Sambil menungggu, saya melihat bangunan yang ada di sekitar

27

Universitas Sumatera Utara


kantor kepala desa sambil mendokumentasikan ruangan yang disediakan di sekitar

kantor kepala desa. Sambil saya menungggu antrian, saya melihat setiap oarng yang

baru datang, mereka langsung masuk ke dalam ruangan sekertaris desa. Saya sendiri

bingung mengapa mereka tidak menunggu antrian. Saya sudah menunggu setengah

jam di luar ruangan dan sudah ada 8 orang yang baru datang langsung masuk ke

dalam ruangan. Tidak berapa lama, bang Junesdi yang tinggal di dusun III yang sama

dengan tempat tinggal saya, keluar dari dalam ruangan. Kemudian dia menanyakan

ada urusan apa saya di kantor kepala desa. Saya menceritakan kalau saya ingin

meminta data kependudukan karena saya sedang dalam mengerjakan skripsi.

Kemudian saya bertanya “kenapa setiap orang yang baru datang bisa langsung masuk

ke ruangan dan tidak ada antri?” lalu dia menjawab “disini nggak pernah ada antrian

dek. Kalau kau ngantri, sampek besok pagi pun belum tentu kau bisa masuk ke

ruangan. Disini systemnya, masuk aja jam berapa pun kita sampek disini. Langsung

masuk aja, biar muka kita di lihat aparat desa, trus kita ditanya ada perlu apa kesini”.

Abang itu pun menyarankan saya masuk aja ke dalam ruangan, karena ada kursi

kosong. Saya pun langsung masuk ke dalam ruangan dan langsung duduk di kursi

kosong.

Melihat ruangan kantor kepala desa, saya merasa kalau desa saya ini masih

kurang paham dalam mengunakan teknologi perkantoran. Ruangan yang luasnya

sekitar 4 x 4 (m), hanya memiliki 2 meja dan 1 kipas angin dinding. Ruangan

sekertaris kepala masih mengunakan mesin ketik dan itupun hanya ada satu mesin tik

28

Universitas Sumatera Utara


dan mesin fotocopy diruangan sekertaris desa, hanya ada dua orang di dalam ruangan

itu. Bahkan saya melihat ada satu surat pernyataan surat tanah yang tulis rapi dengan

menggunakan tangan. Tidak beberapa lama saya ditanya oleh sekertaris desa atas

kedatangan saya ke kantor kepala desa, kemudian saya langsung memberitahukan

bahwa saya ingin meminta data kependudukan desa untuk menyelesaikan skripsi saya

dan sambil menyerahkan surat penelitian dari kampus. Saya diterima dengan baik

dengan pengurus desa, karena kedua pengurus desa adalah tetangga saya. Saya

mendapatkan data-data yang saya inginkan, tetapi tidak semua data yang saya

dapatkan. Saya di suruh untuk pergi keruangan untuk melihat data yang kurang.

Ruang pertemuan, biasa digunakan untuk rapat desa, digunakan untuk latihan natal

remaja Desa Perbangunan dan lain-lain.

Ketika saya masuk keruangan pertemuan, saya melihat ruangan itu sangat kotor

sekali. Banyak botol aqua berserakan,bungkus nasi yang berserakan, plastik-plastik

dan sampah lainnya. Saya heran mengapa bisa ruangan pertemuan kantor kepala desa

bisa dibiarkan sekotor itu. Saya berpikir mengapa tidak langsung dibersihkann setalah

ruangan dipakai, apakah tidak ada petugas yang khusus membersihkan. Saya hanya

masuk untuk melihat data-data kependudukan desa yang ditulis dipapan tulis putih

dengan menggunakan spidol. Saya hanya mendokumentasikan setiap data yang di

pajang. Setelah saya selesai melihat data, saya berniat untuk pulang, tetapi saya

melihat Kristin (21) salah satu pengurus desa masuk ke ruangan membawa sapu.

Saya juga pergi keluar untuk mengambil sapu untuk membantu membersihkan

29

Universitas Sumatera Utara


ruangan pertemuan. Sambil membersihkan ruangan, saya sedikit bertanya-tanya

mengapa ruangan ini bisa kotor sekali. Ternyata ruangan pertemuan desa

sebelumnya dipakai untuk tonggo raja. 16 Ruangan pertemuan desa bisa dipakai

masyarakat untuk menjadi gedung untuk berpesta, tetapi ruangan hanya bisa

digunakan setiap hari sabtu. Karena hari sabtu adalah libur kerja, tidak ada pertemuan

ataupun rapat umum desa. Masyarakat boleh memakai gedung pertemuan tanpa

harus membayar sewa gedung dan tidak ada biaya untuk kebersihan.

16
Tongo raja adalah pesta pertunangan.

30

Universitas Sumatera Utara


BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Letak Geografis Desa Perbangunan

Secara administrative, berdasakan data Desa Perbangunan merupakan salah

satu desa yang berada di Kecamatan Sei Kepayang, Kabupaten Asahan. Desa

Perbangunan terdiri dari 14 dusun yang terdiri dari dusun 1 sampai dengan dusun

1417. Dusun satu di mulai dari pasar tiga dan seterusnya. Adapun batas wilayah desa

adalah

 Sebelah Utara berbatasan dengan desa Pertahanan, Kecamatan Sei

Kepayang

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu Utara

 Sebelah Barat berbatasan dengan desa Pinang Binaya, Kecamatan

Simpang Empat

 Sebelah Timur berbatasan dengan desa Bangun Baru, Kecamatan Sei

Kepayang

Jarak tempuh Desa Perbangunan ke pusat pemerintahan kecamatan Sei

Kepayang adalah 8 km. Secara Geografis Desa Perbangunan terletak di 2050’51- 54

lintang utara dan 99051’11- 50 bujur timur. Luas wilayah Desa Perbangunan adalah

17
Data dari kantor kecamatan Sei Kepayang

31

Universitas Sumatera Utara


59,87 km dengan jarak Desa Perbangunan ke Ibukota Kecamatan adalah 8 km. Tinggi

wilayah Desa Perbangunan di Atas Permukaan Laut adalah 2 m.18

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Sei Kepayang

Sumber : Gambar Google


Keterangan gambar :
001 : Desa Perbangunan
002 : Desa Pertahanan
003 : Desa Bangun Baru
005 : Kelurahan Sei Paham
007 : Kelurahan Sei Kepayang Tengah
008 : Kelurahan Sei Kepayang Kanan

18
Data dari kantor Kecamatan Sei Kepayang

32

Universitas Sumatera Utara


2.2. Sejarah Desa Perbangunan
Desa Perbangunan adalah sebutan baru yang mulai di kenal pada tahun 2016.

Sebelumnya Desa Perbangunan dikenal dengan Sei Lebah atau penduduk desa biasa

menyebutnya dengan Sunge Loba. Kawasan Sei Lebah dulunya hutan belantara dan

berdekatan dengan Pulau Simardan. Kemudian semakin bertambahnya penduduk

Indonesia khususunya di Kota Tanjung Balai, terjadi lah penebang hutan untuk

dijadikan wilayah pemukiman. Penduduk desa di Sei Lebah pertama kali berasal dari

Samosir. Terjadi transmigrasi dari penduduk Samosir ke Sei lebah mengubah

kawasan hutan menjadi pemukiman masyarakat yang melakukan imigrasi. Ketika

pihak imgran membuat pemukiman untuk tempat tinggal, mereka menebang pohon-

pohon dalam kawasan hutan tersebut. Ketika melakukan penebangan, mereka melihat

banyaknya sarang sarang lebah yang ada di ranting-ranting pohon. Penduduk imigran

tidak menggagu sarang lebah tersebut, tetapi mereka tetap melakukan penebangan.

Karena Banyaknya sarang lebah, mereka memilih pohon yang tidak ada sarang

lebahnya. Penduduk imigran melakukan penebangan secara bertahap, mereka

menunggu lebah pergi membuat sarang di tempat lain dan mereka sudah boleh

menebang hutan. Dan ketika kawasan hutan sudah menjadi pemukiman, mereka

menyebutnya dengan Sei Lebah. Disebut Sei dikarenakan desa itu sungai karena

berdekatan dengan Pulau. Sekarang Sei Lebah sudah terbagi menjadi dua desa, yaitu

Desa Perbangunan dan Desa Pertahanan19.

19
Sumber data diperoleh dari Ibu Rospita Pandiangan (58)

33

Universitas Sumatera Utara


2.3. Jumlah Penduduk

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kepala desa, Desa Perbangunan

terdiri dari 20 dusun, berbeda dari data kecamatan Sei Kepayang. Dengan jumlah

penduduk di Desa Perbangunan pada bulan maret 2017 adalah berkisar 4.530 jiwa

dengan jumlah laki-laki 2.150 jiwa dan jumlah perempuan 2.280 jiwa yang terdiri

dari 1.195 rumah tangga. Untuk mempermudah melihat data kependudukan, penulis

membuat table sesuai dengan kelompok usia dan jumlah penduduk setipa dusun.

Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Dusun

No Dusun LK PR Jumlah
1 I 135 340 475
2 II 98 162 260
3 III 78 164 242
4 IV 223 197 420
5 V 197 183 380
6 VI 153 219 372
7 VII 288 190 478
8 VIII 189 180 369
9 IX 123 102 225
10 X 140 138 278
11 XI 125 115 240
12 XII 105 102 207
13 XIII 120 116 236
14 XIV 112 105 227
15 XV 13 11 24
16 XVI 15 13 28
17 XVII 13 10 23
18 XVII 9 7 16
Jumlah 2.165 2.390 4.555

Sumber: Data Sekunder Desa Perbangunan

34

Universitas Sumatera Utara


Dari table di atas, terlihat bahwa dusun XV sampai dengan dusun XX

memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit, dikarenakan dusun XV sampai dusun

XX masih kawasan hutan yang ditanami pohon sawit, masih sedikit penduduk yang

tinggak di dusun tersebut.Jumlah penduduk dalam table sudah di hitung denagn

angka kematian.

Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

LK PR
No Usia
(jiwa) (jiwa)
1 0 – 1 tahun 76 53
2 1 – 3 tahun 91 108
3 3 – 5 tahun 69 75
4 5 – 7 tahun 120 153
5 7 – 12 tahun 148 147
6 12 – 15 tahun 113 110
7 15 - 18 tahun 167 216
8 18 – 60 tahun 1.183 1.211
9 Lebih dari 60 tahun 80 87
Jumlah 2.047 2.160

Sumber: Data Sekunder Desa Perbangunan 2016


Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa usia angkatan kerja yang

produktif pada tahun 2016 di mulai dari usia 18 – 60 tahun dan itu berjumlah 2.394

jiwa. Pertanyaan adalah dengan jumlah tenaga yang produktif yang sangat banyak,

cukupkah lapangan pekerjaan yang tersedia? Sedangkan jumlah dari usia angkatan

kerja itu sebagian sudah berumah tangga dan mereka harus menghidupi anak dan istri

35

Universitas Sumatera Utara


dan juga untuk membiayai sekolah anaknya. Jika lapangan pekerjaan tidak tersedia,

maka bisa disimpulkan bahwa banyaknya penganguran.

Mata pencaharian utama masyarakat Desa Perbangunan adalah sebagai petani

dan buruh tani. Sebagian kecil masyarakat menjadi wirausaha dan peternak, sebagian

lagi menjadi guru atau pendidik dan ada juga yang menjadi wiraswasta dan menjadi

tukang. Untuk mengisi waktu luang, masyarakat khususunya ibu-ibu pergi mencari

ikan ke sungai - sungai kecil (masyarakat desa biasa menyebutnya dengan bondar)

yang dekat dengan rumah mereka. Sedangkan yang anak muda dan bapak-bapak

lebih banyak mengisi waktu luang di warung.

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas masyarakat sehari-hari,

masyarakat Desa Perbangunan secara umum menggantungkan hidupnya pada

pertanian, sehingga aktivitas masyarakat yang lain hampir tidak kelihatan.

2.4. Sarana dan Prasana yang ada di Desa Perbangunan

2.4.1. Pasar desa

Di Desa Perbangunan tidak ada yang namanya pasar umum. Penduduk desa

biasa nya berbelanja dengan paralong-along. Paralong-along adalah pedagang yang

berjualan dengan menggunakan sepeda motor atau penduduk biasa menyebutnya

dengan kereta. Pedagang yang menjual bahan dagangannya dengan cara mendatangi

wilayah penduduk ataupun mendatangi rumah-rumah penduduk dengan cara

berteriak mengucapakan bahan dagangannya. Paralong-along membawa bahan

36

Universitas Sumatera Utara


dagangannya di keranjang sayur yang besar dan diletakkan di atas kereta. Barang

daganganya cukup banyak, seperti aneka sayur-sayuran, aneka jenis ikan, bumbu-

bumbu .makanan, kue-kue basah dan juga buah-buahan. Paralong-along biasanya

berjualan dari jam 08.00 pagi sampai dengan barang dagangnya habis.

Foto 2.4 Salah Satu Paralong-Along dengan Penduduk Desa

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Paralong-along itu sendiri tidak dari penduduk Desa Perbangunan, melainkan

datang dari tanjung balai karena di tanjung balai pusat pedagang pasar untuk

membeli ikan.Tidak ada pekan raya di Desa Perbangunan, hanya ada pedagang sayur

dengan usaha kecil. Tetapi, penduduk desa yang ingin belanja banyak kebutuhan

dapur, biasanya belanja di pekan raya di Sei Kepayang yang diadakan setiap hari

Jumat.

37

Universitas Sumatera Utara


2.4.2. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan di Desa Perbangunan hanya ada satu bangunan, yaitu

puskesamas pembantu yang terletak di dusun IX. Tapi, puskesmas pembantu yang

ada di Perbangunan jarang di pakai, penduduk desa lebih mengutamakan untuk

berobat ke desa Pertahanan karena pelayanannya yang cukup baik dan memiliki

peralatan yang cukup lengkap. Pada Tahun 2017 Desa Perbangunan memiliki mobill

ambulance untuk transportasi darurat karena adanya program pemerintah

memberikan mobil ambulance satu unit.

2.4.3. Fasilitas Pendidikan

Adapun fasilitas pendidikan yang ada di Desa Perbangunan terdiri dari

PAUD, SD dan SMP. Untuk memperjelas banyaknya fasilitas pendidikan di Desa

Perbangunan akan di buat menggunakan table.

Tabel 2.4
Jumlah Fasilitas Pendidikan
Status
No Pendidikan Formal Jumlah/unit
Kepemilikan
1 PAUD 2 Swasta
2 Sekolah Dasar (SD) 3 Negeri
3 Sekolah Dasar (SD) 1 Swasta
4 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 Swasta

Sumber : Data Pribadi

38

Universitas Sumatera Utara


Untuk melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA), anak-anak di Desa

Perbangunan melanjutkan ke berbagai tempat. Ada yang melanjutkan SMA yang

dekat dengan Desa Perbangunan yang terletak di Kecamatan Sei Kepayang. Ada juga

yang melanjutkan ke kota lain, misalnya Tanjung Balai, Kisaran, Medan dan lain-

lain. Dalam menempuh pendidikan, ada sebagian besar orang tua yang

memperhatikan pendidikan anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi. Ada

sebagian kecil orang tua yang memperhatikan pendidikan anaknya hanya sampai

SMA karena tidak mampu secara ekonomi. Tetapi, banyak anak-anak di Desa

Perbangunan tidak mau bersekolah. Berdasarkan data dari kantor kepala desa, sangat

banyak orang tua yang hanya menempuh jenjang pendidikan hanya sampai SMA.

Foto 2.4 Salah Satu Sekolah di Desa Perbangunan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

39

Universitas Sumatera Utara


3. Fasilitas Rumah Ibadah

Di Desa Perbangunan ada tiga agama yang berkembang yaitu, agama Kristen

Protestan, agama Islam dan agama Katolik. Dilihat dari data di bawah ini,

masyarakat yang beragama Kristen Protestan lebih dominan dibandingkan agama

Islam dan Katolik. Meskipun berbeda agama, namun di desa ini masih berjalan

kegiatan gotong-royong tolong yang telah ditentukan oleh setiap kepala dusun dan

masih saling menghargai antar umat beragama. Misalnya, apabila ada acara adat

masyarakat batak toba terkhusus yang beragama Kristen, masyarakat yang beragama

islam tetap diundang dan akan di sediakan makanan khusus kepada masyarakat yang

beragama islam. Makanan untuk masyarakat yang beragama islam tidak, di masak

oleh suku batak, melainkan dicatringkan oleh masyarakat yang beragama islam juga.

Tabel 2.4
Jumlah Rumah Ibadah

No Rumah Ibadah Jumlah/unit


1 HKBP 3
2 GKPI 1
3 Pentakosta 3
4 Katolik 2
5 Masjid 1
6 Madrasah/ Surau 2

Sumber: Data Pribadi

40

Universitas Sumatera Utara


Foto 2.4 SalahSatu Rumah ibadah di Desa Perbangunan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Foto di atas adalah satu-satunya Masjid yang ada di Desa Perbangunan yang

terletak di dusun XII. MAsjid ini masih dalam tahap renovasi.

2.5. Kondisi Ekonomi / Mata Pencaharian

Mata Pencaharian utama penduduk Desa Perbangunan adalah sebagai petani

padi. Selain menjadi petani ada juga penduduk desa yang mempunyai pekerjaan

sampingan sebagai pengusaha, pedagang, guru, peternak, dan sebagai buruh

tani.Mata pencaharian lebih banyak petani dikarenakan, bertani sudah dilakukan

secara turun temurun.

Kepemilikan lahan petani dan pemakaiannya terbagi atas tiga bagian, yaitu :

a. Petani sebagai pemilik lahan

41

Universitas Sumatera Utara


Petani sebagai pemilik lahan pribadi adalah petani yang memliki lahan

pertanian, tetapi tidak mengerjakannya sendiri. Melainkan mempekerjakan buruh tani

untuk mengerjakan lahannya.

b. Petani sebagai pemilik lahan pribadi dan sebagai buruh tani

Petani sebagai pemilik lahan pribadi dan sebagai buruh tani adalah petani

yang memiliki lahan pertanian dan mengerjakan lahannya sendiri dan juga bekerja

sebagai buruh tani. Petani seperti ini merawat padinya apabila sedang tidak bekerja

di lahan orang lain.

c. Petani sebagai penyewa lahan dan sebagai buruh tani.

Petani sebagai penyewa lahan dan sebagai buruh tani adalah petani yang tidak

mempunyai lahan milik sendiri, melainkan menyewa lahan orang lain. Penyewa

lahan akan membayar sewa tanah tergantung berapa kali panen dalam jangka waktu

yang telah di sepakati antara pemilik lahan dan penyewa lahan dan pembayaran

sewa tanah selalu dibayar setelah panen. Petani ini juga bekerja sebagai buruh tani

yang hanya merawat lahan pertaniannya apabila sedang tidak bekerja di ladang

orang lain.

d. Petani hanya sebagai buruh tani

42

Universitas Sumatera Utara


Petani sebagai buruh tani adalah petani yang hanya bekerja sebagai buruh tani

dan tidak memiliki lahan pertanian. Dikatakan sebagai petani karena mereka masih

melakukan aktivitas pertanian.

2.6. Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini, lokasi yang dijadikan peneliti sebagai sumber penelitian

yaitu di Desa Perbangunan, Kecamatan Sei kepayang, Kabupaten Asahan Sumatera

Utara. Lokasi penelitian ini bisa dikatakan tidak terlalu jauh dari kota Tanjung Balai.

Namun lokasi penelitian ini sangat jauh dari tempat study saat ini, yaitu di kota

Medan. Penelti melakukan penelitian ini dengan melalui perjalanan darat dengan

mengggunakan bus Rajawali yang terletak di Jln. Ngumban Surbakti yang tidak jauh

dengan Fly Over Simpang Pos. Jarak tempuh dari Medan ke Tanjung balai sekitar

185 km dengan jarak tempuh menggunakan bus Rajawali sekitar 5 jam.

Setibanya di Tanjung Balai, peneliti naik angkot dari loket Rajwali ke

jembatan panjang yg ada di Tanjung Balai dengan ongkos 3 ribu. Dari jembatan

panjang Tanjung Balai, penelti menggunakan Ojek Pangkalan atau penduduk disana

menyebutnya dengan RBT yang menggunakan sepeda motor. Di sekitar tembok

panjang itu, banyak ojek pangkalan yang nunggu sewanya. Kemudian dari jembatan

panjang Tanjung Balai ke Desa Perbangunan, menempuh jarak sekitar 45 - 60 menit

dengan menggunakan sepeda motor. Jika dari jembatan panjang ke Desa

Perbangunan menggunakan mobil, waktu yang harus di tempuh sekitar 1 – 1.5 jam.

43

Universitas Sumatera Utara


BAB III

TEKNOLOGI PERTANIAN YANG BERKEMBANG PADA PETANI

MODERN

3.1. Awal Masuk Teknlogi Pertanian di Desa Perbangunan

Sejak penduduk Desa Perbangunan mulai bercocok tanam, mereka hanya

menggunakan ala-alat tradisioal untuk mengerjakan lahan pertaniannya, mulai dari

membajak sawah sampai dengan memanen hasil pertani. Petani lebih banyak

mengelola lahan pertaniannya dengan menggunakan tenaga mereka sendiri dengan

alat-alat yang masih sangat sederhana. Untuk mengerjakannya pun tidak ada

menggunakan jasa orang lain, hanya menggunakan tenaga dari keluarga kecil mereka

sendiri. Sebelum adanya teknologi pertanian, petani zaman dulu disebut dengan

petani tradisional, karena mereka masih menggunakan alat-alat yang sederhana yang

diambil dari alam. Misalnya, alat untuk merontokkan padi yang masih menggunakan

sabit dan alat yang berupa bambu khusus untuk merontokkan padinya

Berdasarkan hasil wawancara dari Ibu Rospita Pandiangan (58), mengatakan :

Kalau mesin pertama kali masuk ke sini treser dan jetor. Itu
masuk kira-kira tahun 80-an. Pertama kali masuk, petani di sini
nggak tahu kekmana pakenya. Masih hanya satu orang yang pake
treser sama jetor. Baru tahun 90-an mulai banyak yang pake treser
sama jetor. Kalau jetor dulu jetornya kecil, namanya jetor tangan.
Kalau sekarang jetor nya udah jetor yang besar. Kalau sekarang di
bilang traktor. Kalau jetor kan sampek sekarang masih di pakai,
kalau treser udah nggak ada lagi orang pake karena ada mesin
odong-odong itu. Tahun 90-an treser dan jetor sudah banyak,

44

Universitas Sumatera Utara


kemudian beberapa tahun lagi datanglah dollat ke sini. Dollat itu di
pakai untuk mengantarkan padi dari dolok ke pangkal pasar.
Teknologi pertama yang masuk ke Desa Perbangunan adalah treser dan

traktor (jetor), yaitu masuk sektar tahun 1980. Pada saat itu masih beberapa orang

saja yang tahu menggunakan alat itu. Setelah petani melihat hasil kerja dengan

menggunakan mesin, petani mulai memanfaatkan mesin untuk mengerjakan

sawahnya. Namun sekitar tahun 1980 – 1995, masih sangat sedikit orang yang

memiliki mesin treser dan traktor. Faktor yang menyebabkan keterlambatan petani

memanfaatkan teknlogi pertanian adalah : Pertama, kurangnya pengetahuan petani

tentang penggunaan teknologi. Pengetahuan petani pada zaman dulu sangat kurang.

Karena kurangnya pendidikan pada zaman dulu. Petani zaman dulu hanya melakukan

apa bisa menghasilkan untuk kebutuhan sehari dan sekolah anak-anaknya. Kedua,

faktor ekonomi petani. Pada zaman dulu petani hanya memperoleh hasil pertanianya

hanya satu kali dalam setahun. Tidak banyak yang di dapat petani dari hasil

pertanian itu. Dengan penghasilan yang sedikit, secara ekonomi petani tidak mampu

membeli ataupun menyewa tenaga msin untuk mengelola lahan pertaniannya. Ketiga,

faktor kebiasaan yang menjadi kebudayaan petani dalam mengelola pertanian. Ketika

teknologi pertanian sudah masuk ke Desa Perbangunan, petani masih menggunakan

cara yang biasa dilakukannya dalam mengelola pertanian. Cara petani untuk

mengelola pertanian sudah dilakukan secara turun temurun dan itu sudah menjadi

kebiasaan. Petani masih belum mau merusak sistem norma yang sudah mereka

lakukan secara turun-temurun dalam mengelola pertanian. Keempat, akses untuk

45

Universitas Sumatera Utara


menuju Desa Perbangunan. Pada zaman dulu, akses menuju Desa Perbangunan hanya

melalui jalur air dari pelabuhan pulau Simardan Tanjung Balai yang menggunakan

kapal. Dari Desa Perbangunan kapal digunakan untuk mengantar hasil panen untuk di

jual kembali ke kota.

Setelah mesin pembajak sawah dan mesin pemanen padi sudah mulai banyak

digunakan, kemudian muncul yang namanya “dollat”. Dollat adalah alat untuk

mengantar padi yang baru saja di panen dari “dolok”dan “kuala”ke “pangkal pasar”

untuk di jual ke toke padi. Dollok itu penyebutan untuk tempat di mana itu adalah

daerah persawahan yangterletak di sebelah timur (arah matahari terbit). Tetapi, ada

beberapa penduduk yang tinggal di daerah itu. Kuala juga tempat yang menandakan

bahwa itu adalah daerah persawahan. Penduduk yang tinggal di kuala tidak banyak,

hanya ada sekitar 1-2 keluarga. Bahkan dalam beberapa dusun, tidak ada penduduk

yang tinggal di kuala karena ujung dari kuala terdapat sungai. Maka dari itu kuala di

landa banjir. Kuala terletak di sebelah barat (matahari terbenam. Setiap dusun

memiliki yang namanya dolok dan kuala. Dan pangkal pasar itu adalah penyebutan

untuk daerah pemukiman penduduk.

Kemudian semakin berkembangnya zaman, muncul alat untuk menggiling

padi. Alat untuk mengggiling padi adalah alat yang digunakan untuk memproduksi

beras. Pada zaman dulu setelah masa panen, petani memproduksi beras dengan cara

menumbuk padi yang sudah di jemur terlebih dahulu. Petani bergotong-royong untuk

menumbuk padi di batu besar yang berbentuk seperti lesung.

46

Universitas Sumatera Utara


Tempat untuk menggiling padi di sebut dengan kilang padi. Kilang padi juga

digunakan menjadi lumbung padi (tempat penyimpanan padi), tetapi itu bukan

lumbung untuk semua masyarakat petani karena itu bukan milik bersama.

Penyimpanan padi yang di simpan di kilang padi hanya dilakukan oleh pemilik

kilang padi dan keluarganya. Kilang padi masih berproses hingga saat ini.

Sekitar sepuluh tahun yang lalu muncul mesin penggilng padi yang ukurannya

lebih kecil. Di bawa menggunakan mobil pick up. Petani yang mau menggiling padi

tidak perlu lagi pergi mengantarkan padinya ke kilang untuk di giling, hanya

menunggu di rumah saja. Namun sekarang, mesin penggiling padi tidak lagi yang

menggunakan mobil pick up tidak beroperasi lagi.

3.2. Jenis Alat Teknologi Pertanian Modern dan Penyebabnya

Henslin dalam (Nanang Marton, 2013) menjelaskan bahwa istilah teknologi

dapat mencakup dua hal. Pertama, teknologi menunjukan pada peralatan, yaitu unsur

yang digunakan untuk menyelesaikan tugas. Teknologi merujuk pada perralatan

sederhana, seperti contohnya sisir sampai yang sangat rumit seperti komputer. Kedua,

keterampilan atau prosedur yang diperlukan untuk membuat peralatan tersebut.

Traktor

3.2.1. Traktor

Petani di Desa Perbangunan menyebut Traktor dengan sebutan Jetor.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan Pak Hitler Pandiangan (34) mengatakan,

47

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.2.1 Traktor

Sumber : Gambar Google

Petani di Desa Perbangunan menyebut Traktor dengan sebutan Jetor.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan Pak Hitler Pandiangan (34) mengatakan,

“Jetor itu digunakan untuk membajak sawah. Sebelum


musim tanam, di jetorlah dulu ladang itu, tapi sebelum di
jetor harus udah di isi air ke ladang itu sama yang punya. Di
jetor dulu sekali ladang itu, selesai di jetor sekali, dibiarkan
sampek busuk batang-batang padi sama rumput-rumput yang
ada distu. Kalo pertama kali menjetor itu hanya
membalikkan tanah aja, untuk melembekkan tanahnya.
Setelah di jetor sekali, dibiarkan tapi harus di isi air banyak,
jangan sampek kering lagi. Kalo udah sempat kering tumbuh
lagi rumputnya, tanahnya juga keras lagi. Pokoknya ladang
itu harus selalu berisi air sampek di jetor kedua kalinya.
Kalo udah di jetor kedua kalinya, tanah itu udah siap untuk
di tanam. Di Jetor itu biasanya di bawa sama dua orang,
biar bisa gantiankerjnya. Bahan bakar yang di pake untuk
jetor itu minyak solar”. Biaya untuk membajak sawah pakai
jetor biasanya melihat berapa luas sawahnya. Kalo satu
hektar sawah umumnya dibayar 1.400.000 tapi ada juga
orang yang minta dikurangi harganya. Tergantung

48

Universitas Sumatera Utara


kesepakatan sama orang yang punya ladang juga. Kalo
nggak di kasih makan dan minum. Dibayarkan pakai uang
biaya makan selama kerja di ladang orang yang dikerjakan.
Biaya makan di bayar 100.000 ada juga yang kasih
300.000.”
Dalam membajak sawah menggunakan traktor akan lebih cepat dibandingkan

menggunakan tenaga hewan (Kerbau). Sebelum traktor di pakai, pekerja yang

mengemudikan traktor terlebih dahulu mengisi bahan bakar untuk mesin traktor. Di

Desa Perbangunan, pengemudi traktor biasa di panggil dengan “parjetor”. Untuk satu

hektar sawah, dibutuhkan waktu dua hari. Makan dan minum selama parjetor kerja di

sawah orang lain, disediakan oleh pemilik tanah yang menyewa traktor untuk

membajak sawahnya. Tidak hanya makan dan minum saja, pemilik tanah

menyediakan rokok, kopi atau teh manis serta kue untuk makan parjetorketika

istirahat.

Berdasarkan wawancara dari seorang Ibu yang bernama Rospita Pandiangan

dalam proses membajak sawah (58), mengatakan :

Dulu waktu saya masih kecil-kecil masih zaman SD, nggak


ada mesin untuk ke ladang. Kalau mau musim nanam padi, tiga
bulan sebelum nanam, petani harus mengemburkan tanahnya dulu
pake sabit. Di sabit dulu semua tanah yang mau di tanam itu.
Habis di sabit di balikkan lah tanah yg di sabit itu. Dulu kalo
mensabit sawah lama kali selesainya, mau sampek sebulan atau dua
bulan. Makanya kalo habis di sabit, langsung di balikkan lah
tanahnya itu pake cangkul. Setelah dibalikkan, dibiarkan lahh di
ladang itu, tapi di isi air keladang biar lembek tanhanya, rumputnya
pun biar busuk. Ditunggu sampek tanahnya lembek dan rumputnya
busuk. Habis itu di bajak lah sawah itu pake kerbau, kalau
membajak sawah sebentarnya, satu hari udah siapnya itu. Nggak

49

Universitas Sumatera Utara


ada orang lain di suruh kerja di ladang nya. Anak-anaknya yang
disuruh bantuin mencangkul di ladang.

a. Hubungan Kerja Pemilik Traktor dengan Anggotanya

Munculnya teknologi pertanian pembajak sawah menyebabkan munculnya

pekerjaan baru bagi buruh tani, yaitu sebagai penggerak mesin pembajak sawah.

Buruh tani yang bekerja sebagai penggerak traktor disebut dengan parjetor. Untuk

satu mesin traktor biasanya dikemudikan oleh 1-2 orang buruh tani laki-laki, yang

bekerja secara bergantian. Seseorang yang menjadi penggerak traktor bukan berarti

mereka sebagai pemilik traktor tersebut. Traktor tersebut bisa saja milik orang lain

yang disebut dengan toke, tetapi traktor tersebut dikemudikan oleh orang lain

(anggotanya sendiri). Dengan kesepakatan pemilik traktor yang menentukan gaji

yang diberikan kepada anggotanya sesuai kesepakatan antar kedua pihak.

Berbeda dengan pemilik traktor yang juga sebagai penggerak traktor. Pemilik

traktor yang lebih memilih menggerakan mesinnya sendiri, biasanya mencari satu

orang temannya laki-laki menjadi anggotanya untuk membantu. Bisa itu teman laki-

laki yang belum menikah ataupun yang sudah menikah. Pemilik traktor memberikan

upah dengan hitungan harian yang telah disepakati dengan anggotanya. Artinya,

apabila anggotanya bekerja selama satu hari, akan di bayar sebesar Rp. 150.000

rupiah. Apabila mereka dapat menyelesaikan 1 Ha sawah, maka anggotanya

menerima upah Rp. 300.000 rupiah selama dua hari.

50

Universitas Sumatera Utara


b. Interaksi dan Hubungan antara Pemilik Traktor dengan Penyewa

Pemilik sawah yang hendak membajak sawahnya, pertama kali pergi ke

rumah pemilik traktor yang dekat dengan sawahnya untuk menyewa traktor milik

toke. Penyewa menentukan kapan dan hari apa sawahnya siap untuk dikerjakan,

penyewa memberitahukan berapa luas sawahnya yang hendak dikerjakan, kemudian

pemilik traktor memastikan apakah pemilik traktor dapat bekerja sesuai dengan

waktu yang di minta oleh penyewa. Apabila mereka bersedia memenuhi permintaan

penyewa traktor, pemilik traktor menentukan berapa harga yang harus di bayar

dengan luas sawah penyewa yang akan dikerjakan. Pemilik traktor dan penyewa juga

harus menyepakati apakah makan dan minum parjetor akan disediakan oleh pemiliki

lahan atau disediakan oleh parjetor itu sendiri. Jika makan dan minum selama

parjetor bekerja di sawah pemilik lahan disediakan oleh pemilik lahan, maka pemilik

lahan hanya membayar uang jetor dan upah parjetor saja. Jika parjetor meminta

kepada pemilik lahan untuk tidak menyediakan makan dan minum, maka pemilik

lahan harus membayar sewa traktor, upah parjetor, dan membayar uang makanan

serta minuman parjetor selama berkerja di sawah pemilik lahan, itu disebut dengan

sistem sitombol.20 Sitombol adalah sistem terima bersih yang di terima oleh pihak

pemilik barang dan jasa. Misalnya dalam sewa alat-alat pertanian adalah pemilik

lahan membayar sepenuhnya yang dikerjakan oleh parjetor di lahan pertaniannya

20
Sitombol adalah sistem terima bersih yang di terima oleh pihak yang memiliki hak atas barang dan
jasa.

51

Universitas Sumatera Utara


tanpa harus mengerjakan dan menyediakan apapun. Pemilik lahan hanya menerima

jika sawahnya sudah harus selesai dikerjakan.

Sebelum parjetor mulai untuk berkeja di sawah pemilik lahan, pemilik lahan

harus sudah mengisi air ke sawah selama satu malam. Maksudnya adalah, apabila

parjetor mulai bekerja esok hari, maka dini hari pemilik lahan harus sudah

memasukkan air dari bondar21 dengan menggunakan mesin pemompa air. Air yang

dibutuhkan harus menutupi tanah/sawah yang dimiliki oleh pemilik lahan. Air yang

sudah di pompa ke sawah harus dibiarkan selama satu malam atau sampai parjetor

mulai bekerja di sawahnya. Tujuannya adalah agar tekstur tanahnya lembut, tanahnya

tidak kering dan tidak keras. Itu juga untuk mempermudah proses membajak sawah,

karena ketika proses membajak sawah, lahan pertanian harus terisi air.

Ketika parjetor siap untuk bekerja di sawah pemilik lahan/penyewa dan

pemilik lahan yang menyediakan makan dan minum untuk pekerjanya, maka pemilik

lahan harus terlebih dahulu menyediakan air minum (air mineral) dan cangkir untuk

parjetor. Jika parjetor memulai bekerja pada pagi hari, maka pemilik lahan

menyediakan teh manis panas/kopi panas sesuai permintaan parjetor yang disediakan

di dalam termos air panas untuk di bawa ke sawah. Pemilik lahan juga menyediakan

sarapan pagi, biasanya disediakan mie gomak22 yang di beli dari pedagang makanan

yang ada di Desa Perbangunan.

21
Parit yang berukuran besar atau bisa dikatakan anak-anak sungai.
22
Mie gomak adalah masakan yang buat dari mie lidi dan di masak dengan masakan khas Batak Toba.

52

Universitas Sumatera Utara


Pada pukul 10.00 WIB, pemilik lahan harus sudah mengantarkan makanan

untuk sarapan pagi, karena pada pukul 10.00 WIB adalah saat parjetor istirahat

pertama. Waktu yang biasanya di pakai parjetor istirahat adalah sekitar satu jam dan

setelah itu mereka mulai bekerja sampai pukul 12.00 WIB. Mereka tidak

menggunakan jam tangan untuk melihat kapan mereka harus berhenti atau istirahat.

Mereka hanya melihat dimana letak matahari.

Sekitar pukul 12.30 WIB, pemilik lahan harus mengantarkan makan siang

untuk parjetor, karena parjetor mulai bekerja sekitar pukul 13.20 - 14.00 WIB.

Parjetor mulai bekerja setelah selesai makan siang. Pemilik juga harus menyediakan

minuman yang berupa teh manis/kopi dan makanan untuk parjetor pada saat jam

istirahat berikutnya. Waktu istirahat parjetor selanjutnya adalah sekitar pukul 16.00

WIB. Pekerjaan di berhentikan sekitar pukul 17.30 WIB. Pemilik lahan membawa

segala peralatan yang di bawa ke sawah. Seperti itulah yang dilakukan pemilik lahan

apabila mempekerjakan orang lain untuk mengelola sawah dengan tenaga mesin.

Pemilik lahan harus menyediakan makan dan minuman kepada parjetor sampai

sawahnya selesai untuk dikerjakan.

Berbeda dengan, jika pemilik lahan memutuskan untuk menggunakan sistem sitombol

untuk mengerjakan lahannya. Pemilik lahan tidak perlu menyediakan apapun, hanya

menunggu hasilnya saja, mereka hanya membayar segala sesuatunya dengan uang.

Sistem sitombol biasanya dipakai jika istri memiliki pekerjaan lain. Misalnya, ibu

53

Universitas Sumatera Utara


rumah tangga dari penyewa mesin traktor bekerja sebagai guru. Karena tidak

memiliki waktu untuk memasak, maka mereka memakai sistem sitombol.

c. Kriteria Seseorang yang Boleh Menggerakan Traktor

Seseorang yang diperbolehkan bekerja sebagai parjetor adalah seseorang

yang mengetahui apa-apa saja yang dibutuhkan dan digerakan oleh mesin traktor.

Seseorang yang mampu dan biasa bekerja selama seharian di bawah sinar matahari

dan memiliki tinggi sekitar 170 cm.

3.2.2. Mesin Pemompa Air

Petani Desa Perbangunan tidak mempunyai tali air untuk mengalirkan air ke

sawahnya. Sebelumnya petani hanya mengharapkan air hujan untuk membasahi lahan

pertanian. Sepanjang daerah persawahan kuala dan dolok, terdapat kolam yang

lebarnya kira kira 2 - 3 meter dan di sebut dengan bondar. Dari kolam tersebut petani

bisa mendapatka air selain dari air hujan. Apabila terjadi pasang dari air laut, maka

kolam itu akan terisi penuh, tetapi ainya tidak mengalir sampai ke sawah. Maka dari

itu di pakai alat untuk memompa air dari kolam ke sawah.

54

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.2.2 Mesin Pemompa Air

Sumber : Gambar Google

a. Dampak dari mesin pemompa air

Dampak dari mesin pemompa air adalah, dengan adanya mesin pemompa air

petani membutuhkan bahan bakar yang berupa bensin untuk dapat menggunakan

mesin. Petani harus mengeluarkan uang untuk membeli bahan bakar agar lahanya

terisi air. Dengan begitu, pedagang dibutuhkan untuk menyediakan bensin bagi petani

dan petani dapat membeli bensin dengan pedagang di Desa Perbangunan. Akibat dari

mesin pemompa air, adanya interaksi jual beli antar petani dengan petani desa. Untuk

menggunakan mesin, petani dapat menghidupkannya sendiri. Tidak ada yang

mempekerjakan orang lain hanya untuk menghidupkan mesin tersebut.

3.2.3. Alat untuk penyemprot padi

Alat penyemprot (Sprayer) adalah alat untuk mengaplikasikan sejumlah

tertentu bahan kimia aktif pemberantas hama penyakit yang terlarut dalam air ke

55

Universitas Sumatera Utara


dalam semprot (daun, tangkai, buah) serta sasarannya hama. Sprayer berfungsi

untuk memecah suatu cairan yang menjadi tetesanair. Sprayer merupakan alat

aplikator pestisida yang sangat diperlukan dalam pemberantasan hama dan penyakit

tanaman.

Beragam jenis semprot sudah di pakai petani di Desa Perbangunan. Mulai dari

yang tidak menggunakan mesin kemudian memakai bahan bakar minyak solar dan

sekarang menggunakan energi listrik.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Englan Hutasoit

(34)mengatakan bahwa,

“alat untuk menyemprotkan padi ini dulunya tidak ada.


Karna memang masa kami anak-anak pun tidak ada
pestisida.Sekarang karena pestisida udah ada, mulai lah
muncul alat penyemprot padi. Alat penyemprot padi pertama
kali dipakaimenggunakan tangan, belum pakai minyak.
Terus, muncullah alat penyemprot padi yang menggunakan
mesin, kalo sudah pakai mesin, harus pakai minyak biar bisa
mesinnya hidup. Bisa pakai minyak solar, bisa juga pakai
minyak bensin. Tinggal dihidupkan aja mesinnya, baru di
arahkan ke padi yang mau disemprotkan. Nggak capek lagi
menekan pake tangan. Setelah itu kemudian muncul mesin
yang ada sekarang, sekarang mesin penyemprot padi sudah
menggunakan listrik. Kalau biasanya jadi buruh penyemprot
padi, lebih bagus pakai yang menggunakan mesin karena
lebih cepat kerjanya. Disinikalau sewa jasa penyemprot, satu
hektar sawah yang dialami semprot harganya 75.000 sampai
100.000. Kalau dia di gaji seratus ribu, itu karena orang
yang menyewakan jasa semprot nggakdi kasih makan dan
minum. Minum air putih ataupun teh manis panas, di kasih
lah kue atau roti untuk kawan teh manis. Karna ada petani
lain yang nggak mau repot, makanya di gaji lah seratus ribu.

56

Universitas Sumatera Utara


Sebelum menggunakan pestisida, petani Desa Perbangunan terlebih dahulu

melihat kondisi padinya untuk mengetahui obat-obatan apa yang akan digunakan.

Pestisida tidak hanya berupa cairan, ada juga pestisida yang berupa bubuk yang

digunakan dengan cara ditaburkan ke padi dan biasanya dicampur dengan pupuk.

Alat penyemprot padi yang saat ini banyak digunakan petani Desa

Perbangunan adalah alat yang menggunakan bahan bakar minyak dan menggunakan

listrik. Penggunaan alat penyemprot padi yang pertama kali muncul membutuhkan

waktu yang cukup lama, karena ukuran tangkinya yang kecil dan menyimpan sedikit

air. Dengan alat penyemprot padi yang masih sangat sederhana ini dapat

menyelesaikan 1 Ha sawah dalam satu hari. Menggunakan alat ini, petani gampang

merasa lelah dan itu membuat waktu istirahat lebih banyak karena kedua tangan harus

bekerja secara bersamaan. Satu tangan bekerja untuk mengarahkan pipa ke padi dan

satu tangan lagi harus memompa secara terus menerus agar air tetap keluar melalui

pipa.

57

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.2.3 Sprayer Pertama Kali Muncul

Sumber : Gambar Google

Jika menggunakan alat alat penyemprot padi yang menggunakan bahan bakar

dan listrik, cara kerjanya sudah semakin mudah. Alat penyemprot yang menggunakan

bahan bakar, ukuran tangkinya sudah lebih besar dan lebih banyak dibandingkan alat

penyemprot padi yang muncul pertama kali. Pemakaiannya juga lebih mudah, hanya

menghidupkan mesinnya saja dan langsung di semprotkan ke padi. Kedua tangan

tidak harus bekerja, hanya satu tangan saja yang bekerja untuk menyemprot padi.

Untuk 1 Ha sawah dapat diselesaikan dalam setengah hari saja

58

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.2.3 Sprayer Menggunakan Bahan Bakar

Sumber : Gambar Google

Alat penyemprot padi yang baru adalah menggunakan listrik. Sebelum

menggunakannya, harus di carger terlebih dahulu dalam selama 7-8 jam. Ukuran

tangkinya sudah lebih besar dibandingkan dengan yang menggunakan bahan bakar

minyak. Cara pemakaiannya sama dengan mesin penyemprot padi yang

menggunakan bahan bakar minyak.

59

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.2.3. Sprayer Listrik

Sumber : Gambar Google

a. Dampak dari Mesin Penyemprot Padi

Dampak dari sprayer adalah dengan adanya sprayer muncul pekerjaan baru

yang disebut dengan penyemprot. Penyemprot adalah buruh tani yang bekerja untuk

menyemprot sawah orang lain dengan obata-obatan yang disediakan oleh pemilik

lahan. Penyemprot tidak harus memiliki mesin sendiri, mereka dapat bekerja di

sawah orang lain dengan menggunakan sprayer milik pemilik lahan. Tetapi, ada

sebagian buruh tani sebagai yang bekerja sebagai penyemprot padi dan memiliki

sprayer pribadi.

Tidak semua petani yang mempekerjakan orang lain untuk menyemprot

lahannya. Masih banyak petani yang mengerjakan lahanya sendirian, tidak

mempekerjakan orang lain apalagi dalam hal menyemprot sawahnya.

60

Universitas Sumatera Utara


b. Interaksi dan Hubungan antara Pemilik Lahan dengan Penyemprot

Adanya alat untuk menyemprot padi dan menyebabkan munculnya pekerjaan

baru bagi petani buruh. Ada sebagian petani yang mempekerjakan orang lain untuk

menyemprot sawahnya. Jika petani mempekerjakan orang lain dalam menyemprot

lahanya, maka petani pemilik lahan harus bertanggung jawab atas buruh tani yang

mereka sewa. Petani harus menyediakan minuman yang berupa air putih (air mineral)

dan menyediakan teh manis/kopi sesuai dengan permintaan penyemprot. Petani juga

harus menyediakan makanan yang berupa kue ataupun roti untuk makanan

penyemprot . waktu istirahat penyemprot tergantung kepada penyemprot itu sendiri,

karena mereka bekerja hanya sendirian saja. Pekerjaan penyemprot juga tidak terlalu

berat. Oleh karena itu petani pemilik lahan tidak harus menyediakan sarapan pagi dan

makan siang untuk penyemprot.

Jika petani ingin mempekerjakan orang lain untuk menyemprot lahan

pertaniannya, petani harus menemui seseorang yang bekerja sebagai penyemprot

untuk bekerja di sawahnya. Kemudian petani memberitahukan berapa luas lahan

pertaniannya dan dimana letak lahan pertaniannya. Setelah petani pemilik lahan

sudah menentukan kapan penyemprot mulai untuk bekerja, petani menyiapkan obat-

obatan apa saja yang di pakai untuk tanamannya.

Sebelum petani menyemprot lahan pertaniannya dengan , petani harus terlebih

dahulu melihat kondisi padinya. Kerena petani harus memberikan obat-obatan yang

61

Universitas Sumatera Utara


sesuai dengan kondisi padinya. Sebelum menyemprot, petani juga harus melihat

cuaca. Jika cuaca terlihat mendung, maka petani menentukan hari lain untuk

menyemprot lahan pertaniannya. Karena, jika petani sudah menyemprot sawahnya

kemudian turun hujan, petani percaya bahwa obat-obatan yang sudah di semprotkan

pada tanamannya akan sia-sia. Upah yang akan di bayar pemilik lahan kepada

penyemprot adalah dalam 1 Ha lahan pertanian di bayar Rp. 100.000 rupiah.

3.2.4. Alat untuk Perontok Padi

Mesin perontok padi adalah alat untuk memisahkan padi dari batangnya dan

kumpulan dari batang padi yang telahterpisah dari biur-biur padi yang telah

dihaluskan mesin disebut dengan jerami. Mesin perontok padi yang sudah ada di

Desa Perbangunan adalah thresher dan combine. Petani Desa Perbangunan biasa

menyebut thresher dengan treser dan menyebut mesin combine dengan odong-odong.

Gambar 3.2.4. Thresher

Sumber : Gambar Google

62

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil wawancara saya dengan Bapak Alain Sihombing (35),

mengatakan bahwa,

“sebelum adanya treser, orang Sei Lebah masih


menggunakan sabit untuk memanen padi. Setelah di sabit
padinya, di pukul-pukul sampai terpisah padi dari
batangnya. Sekarang sudah ada treser, sejak adanya treser
banyak orang-orang yang datangjadi parkomben ke
kampung ini untuk jadi buruh tani. Banyak juga orang yang
dari kampung ini jadi parkomben. Membuat kelompok
lahparkomben itu. Satu kelompok bisa sampai 20 orang, biar
cepat selesai kerjanya. Satu kelompok parkomben harus ada
1 treser. Yang mengendalikan treser itu paling banyak 3
orang. Satu memasukkan padi yang udah disabit ke dalam
mesin tresernya, satu yang pegang goni untuk tempat padi
dan satu lagi yang mengikat goni padi pakai jarum. Kalau
untuk 1 hektar lahan, itu di bayar 1.500.000 sampai dengan
2.000.000. Itu namanya borongan, harus siap satu hari.
Orang yang punya ladang bukan membayar langsung sama
tiap orang yang bekerja di ladangnya. Langsung di bayar ke
toke, nanti toke yanglangsung kasih gaji parkombennya.
Karnabiasanya yang punya mesin treser itu tokenya. Kalo
panen pakesatu treser biasanya dapat satu hektar satu hari.
Biarpun ada 30 orang dalam satu hektar itu yang kerja,
tetap satu hektar yang bisa di panen dalam satu hari.”

Selanjutnya, wawancara dengan Ricardo Pandiangan (23) yang bekerja

mengendalikan mesin combine

“kalau panen pake odong-odong lebih cepat selesai. Satu


hari bisa panen 5 sampai 8 hektar, tergantung cuaca. Kalau
hujan tiap hari, tanahnya kan lembek, berlumpur, berat
jadinya odong-odongnya digerakkan. Kalau panas, tanahnya
keras, gampang odong-odongnya digerakkan, nggak ada
hambatan. Makanya, kalau di kuala tempat yang sering
banjir, tanahnya juganggak padat dan turun hujan tiap hari,
nggak mau odong-odong kerja di situ. Sekarang, setelah ada

63

Universitas Sumatera Utara


odong-odong, udahnggak ada lagi rombongan parkomben,
nggak ada juga orang yang datang dari luar untuk kerja jadi
parkombendisini. Karna memang udah lebih cepat kalau
pakeodong-odong. Tapi, kalau musim hujan pas panen,
pakai treser panen padinya. Orang-orang dari kampung ini
lah yang banyak jadi parkomben. Supirodong-odong harus
ada dua orang, biar bisa gantian kerjanya. Tapi, tetap aja
pekerjanya juga banyak. Bisa sekitar 10 sampai dengan 15
orang. Semua pekerja nggak lagi turun ke sawah, semuanya
ikut naik ke atas odong-odong karna mesin itu langsung yang
memotong batang-batang padinya baru langsung terpisah
padi dan batang-batangnya itu. Pekerja yang ada di atas
odong-odong itu, tugasnya memegangi goni untuk tempat
padi, kalau goninya udah penuh, sebagian ada yang
mengikat goninya pakai jarumgini sama tali plastik.Udah
selesai di jarum, di angkat lah padinya ke pinggir jalan, biar
gampang di bawa. Kalau masalah gaji itu nanti toke yang
kasih langsung sama anggotanya. Pokoknya yang punya
ladang membayar paling banyak 1.500.000 untuk satu hektar
sawah. Ada juga yang bayar 1.200.000, kesepakatan yang
punya ladang sama toke juga”
Mesin perontok padi yang disebut dengan thresher sudah digunakan oleh

petani Desa Perbangunan sejak tahun 2000. Namun, sekarang thereser sudah sangat

jarang ditemui karena adanya mesin combine yang mulai digunakan sejak tahun

2017. Pahun 2018 mesin sudah ada sekitar 10 mesin combine yang ada di Desa

Perbangunan. Sebagian bantuan dari pemerintah yang di kelola oleh kelompok tani

dan sebagian lagi milik petani Desa Perbangunan.

64

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.2.4 Mesin Combine

Sumber : Gambar Google


Mesin combine merupakan kombinasi dari tiga operasi yang berbeda, yaitu

menuai, merontokkan, dan menampi yang dijadikan satu rangkaian operasi sehinga

lebih cepat dan efisien. Keunggulan mesin perontok padi ini adalah dapat memotong

bulir tanaman yang berdiri, merontokkan, dan membersihkan gabah sambil bekerjadi

sawah. Dengan begitu, waktu yang dibutuhkan unutuk memanen padi menjadi lebih

singkat dibandingkan mesin perontok padi menggunakan treser atau menggunakan

tenaga manuisa dan tidak membutuhkan tenaga kerja manusia yang banyak. 23

a. Dampak Mesin Perontok padi

Dampak dari adanya mesin perontok padi adalah petani Desa Perbangunan

kehilangan aktivitas berogotong - royong antar sesama petani di Desa Perbangunan.

Sebelum ada mesin perontok padi, petani memanen hasil pertaniannya dengan cara

23
https://kabarmempawah.blogspot.com/2017/01/anjongan-kawasan-benih-padi-unggul.html

65

Universitas Sumatera Utara


berogotong-royong dengan sesama petani atau dengan keluargaa petani yang juga

berada di Desa Perbangunan.

Kegiatan untuk memanen padi berubah dari adanya gotong-royong tanpa ada

imbalan yang berupa uang menjadi kegiatan yang dikerjakan oleh orang lain dan

segala sesuatunya di bayar dengan uang.

Dampak lain dari mesin perontok padi adalah adanya kegiatan baru untuk

mengoperasikan mesin perontok padi tersebut. Buruh tani yang bekerja untuk

memanen padi mengggunakan mesin perontok padi thresher dan combine di sebut

dengan parkomben ataupun parripang. Jika proses panen padi menggunakan

thresher, setiap anggota parkomben harus membawa sabit atau ani-ani. Sabit adalah

sejenis pisau yang bentuknya melengkung yang di pakai untuk memotong batang-

batang padi. Untuk satu kelompok parkomben yang berjumlah sekitar 15-20 orang

biasanya menggunakan satu mesin thresher. Pada saat bekerja, hanya ada dua

parkomben yang mengoperasikan alat tersebut, parkomben lainnya bertugas untuk

memotong batang-batang padi dan mengumpulkannya menjadi satu tumpukan.

Memanen padi mengggunakan satu mesin thresher membutuhkan waktu satu hari

untuk 1 Ha lahan pertanian.

Jika proses panen padi menggunakan mesin thresher, akan menghasilkan

tumpukan jerami dan di dalam tumpukan jerami tersebut terdapat sisa-sisa padi. Sisa-

sisa padi yang ada ditumpukan jerami tersebut akan di ambil oleh petani yang

66

Universitas Sumatera Utara


membutuhkan. Karena hasil dari sisa-sisa padi yang ada ditumpukan jerami, dapat di

jual ataupun dijadikan untuk stok makanan sehari-hari.

Jika penen padi menggunakan mesin combine hanya membutuhkan 10-15

anggota parkomben dalam satu kelompok. Setiap parkomben tidak lagi membawa

sabit ataupun ani-ani untuk memotong batang padi, karena msin combine sendiri

yang akan memotong batang-batang padi dan langsung memprosesnya sampai bulir-

bulir padi terpisah dari batangnya. Dari sekitar 15 orang kelompok parkomben yang

memakai mesin combine untuk memanen padi hanya ada satu orang yang menjadi

supir untuk menggerakkan mesin tersebut. Beberapa parkomben lainnya bertugas

untuk memasukan padi yang telah terpisah dari batangnya ke dalam karung. Beberapa

parkomben lagi bertugas untuk menjahit karung yang telah berisi padi memakai tali

plastik. Kemudian parkomben lainnya bertugas untuk mengangkat padi yang telah di

jahit, padi yang siap di jahit di angkat ke pinggir jalan daerah persawahan untuk di

angkut oleh dollat dan di bawa ke pangkal pasar atau ke rumah pemilik lahan.

Dampak dari mesin combine adalah dengan adanya mesin combine, lapangan

pekerjaan buruh tani yang bekerja sebagai parkomben semakin berkurang. Karena

pada mesin combine tenaga yang dibutuhkan lebih sedikit dan dapat memanen padi 8-

10 Ha dalam satu hari. Dampak lainnya adalah, jika proses panen menggunakan

mesin combine tidak ada dihasilkan tumpukan jerami. Tidak ada sisa-sisa padi yang

dapat di ambil oleh petani kecil. Karena proses panen menggunakan mesin combine,

67

Universitas Sumatera Utara


sisa-sisa padi langsung terbuang ke tanah. Dengan begitu sisa-sisa padi tidak dapat

diambil lagi.

b. Hubungan Kerja Pemilik Mesin Perontok Padi dengan Anggotanya

Petani yang memiliki mesin thresher dan mesin combine mencari anggotanya

untuk membentuk satu kelompok parkomben. Pemilik thresher dan combine mencari

anggota yang mau dan yang bisa bekerja. Anggota dari pemilik thresher dan

combine yang datang dari luar Desa Perbangunan bisa tinggal di rumah pemilik

thresher ataupun combine. Tetapi, anggota yang berada di Desa Perbangunan tetap

tinggal di rumahnya masing-masing.

Pemilik thresher ataupun combine biasanya di sebut dengan toke. Toke adalah

bertugas untuk menggerakan mesin perontok padi. Toke juga bertugas untuk

memberitahukan kepada beberapa anggotanya dimana saja mereka akan bekerja di

hari berikutnya. Biasanya toke dan anggotanya bertemu setiap malam setelah mereka

selesai bekerja dan mandi. Setiap malam biasanya mereka bertemu di rumah toke

untuk memberikan upah anggotanya atau biasanya mereka bertemu di warung untuk

berkumpul dan membicarakan dimana lokasi berikutnya mereka akan bekerja.

c. Interaksi dan Hubungan antara Parkomben dengan Penyewa

Pemilik sawah yang padinay siap untuk di panen pergi menemui pemilik

Mesin Perontok Padi yang dekat dengan sawahnya untuk menyewa mesin perontok

padi milik toke. Penyewa menentukan kapan dan hari apa sawahnya siap untuk

68

Universitas Sumatera Utara


dikerjakan, penyewa memberitahukan berapa luas sawahnya yang hendak dikerjakan,

kemudian pemilik mesin perontok padi memastikan apakah pemilik mesin perontok

padi mesin perontok padi dapat bekerja sesuai dengan waktu yang di minta oleh

penyewa. Apabila mereka bersedia memenuhi permintaan penyewa, pemilik mesin

perontok padi menentukan berapa harga yang harus di bayar dengan luas sawah

penyewa yang akan dikerjakan.

Ketika parkomben sudah mulai bekerja pada pagi hari sekiar pukul 08.00

WIB, pemilik lahan harus menyediakan cangkir plastik dengan jumlah banyak.

Jumlah cangkir harus sesuai dengan jumlah parkomben yang ikut bekerja di

sawahnya. Pemilik lahan menyediakan air putih yang di buat di dalam galon aqua

besar. Air minum di beli dari pedagang yang menjual air minum isi ulang. Sebelum

ada pedagang air minum isi ulang, pemilik lahan memberikan air minum mentah/ air

hujan dari bak penampungan air hujan. Pemilik lahan juga sudah harus menyediakan

teh manis panas yang di letak dalam beberapa termos air panas yang cukup untuk 15-

20 orang.

Pada pukul 10.00 WIB, pemilik lahan harus sudah mengantarkan makanan

untuk sarapan pag yang berupa mie gomak, karena sekitar pukul 10.00 WIB adalah

saat parkomben istirahat pertama. Waktu yang biasanya di pakai parkomben istirahat

adalah sekitar satu jam dan setelah itu mereka mulai bekerja sampai pukul 12.00

WIB. Mereka tidak menggunakan jam tangan untuk melihat kapan mereka harus

berhenti atau istirahat. Mereka hanya melihat dimana letak matahari.

69

Universitas Sumatera Utara


Pemilik lahan harus selalu siaga dalam memeriksa apakah air minum masih

ada atau tidak. Biasanya parkomben meminta es dan minuman sejenis kuku bima

untuk di campurkan ke dalam air minum. Oleh karena itu, pemilik lahan harus

menyediakan termos es yang berukuran besar untuk tempat minuman dingin yang di

campur dengan kuku bima atau sejenis minuman berasa lainnya.

Sekitar pukul 12.30 WIB, parkomben istirahat untuk makan ataupun tidur

sebentar, karena mereka mulai bekerja sekitar pukul 14.00 WIB. Makan siang

parkomben tidak disediakan oleh pemilik lahan, kerena jumlah kelompok parkomben

yang sangat banyak. Makan parkomben disediakan oleh toke/ istri toke dan sudah

diantar ke tempat dimana anggotanya bekerja.

Pemilik juga harus menyediakan minuman yang berupa teh manis/kopi dan

makanan untuk parkomben pada saat jam istirahat berikutnya. Waktu istirahat

parkomben selanjutnya adalah sekitar pukul 16.00 WIB dan istirahat sekitar satu jam.

Pekerjaan di berhentikan sekitar pukul 17.30 WIB. Setelelah semua padi selesai di

masukan ke dalam karung, pemilik lahan juga harus menyewa dollat untuk membawa

hasil penennya ke pangkal pasar.

Setalah selesai pemilik lahan membawa segala peralatan yang di bawa ke

sawah. Seperti itulah yang dilakukan pemilik lahan apabila mempekerjakan orang

lain untuk mengelola sawah dengan tenaga mesin. Pemilik lahan harus menyediakan

makan dan minuman kepada parkomben sampai sawahnya selesai untuk dikerjakan.

70

Universitas Sumatera Utara


3.2.5. Alat Pengupas Padi

Mesin pengupas padi atau di kenal dengan mesin penggiling padi. Ada

beberapa bentuk penggiling padi yang sudah digunakan di Desa Perbangunan.

Pertama, penggilingan padi manual (menggunakan tangan). Penggilingan padi

manual atau menggunakan tangan adalah, penggilingan padi dengan menggunakan

lesung yang di tumbuk. Terjadi gesekan padi di dalam lesung saat di tumbuk dan itu

menyebabkan terkelupasnya kulit padi. Pembersihan padi dilakukan di akhir dengan

menggunakan tampi. Kedua, penggilingan padi dengan menggunakan mesin.

Penggilingan padi dengan menggunakan mesin dengan hanya memasukan padi ke

dalam mesin penggiling dan keluar dari mesin sudah dalam bentuk beras dan juga

mengasilkan dedak. Dedak adalah hasil samping proses penggilingan padi, terdiri dari

lapisan sebelah luar butiran padi. Dedak biasanya makanan hewan ternak yang

bersifat halus seperti tepung.

71

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.2.5. Mesin Pengupas Padi

Sumber : Gambar Google


Mesin pengupas padi atau di kenal dengan mesin penggiling padi. Ada

beberapa bentuk penggiling padi yang sudah pernah digunakan di Desa Perbangunan.

Pertama, penggilingan padi manual (menggunakan tangan). Penggilingan padi

manual atau menggunakan tangan adalah, penggilingan padi dengan menggunakan

lesung yang di tumbuk. Terjadi gesekan padi di dalam lesung saat di tumbuk dan itu

menyebabkan terkelupasnya kulit padi. Pembersihan padi dilakukan di akhir dengan

menggunakan tampi. Kedua, penggilingan padi dengan menggunakan mesin.

Penggilingan padi dengan menggunakan mesin dengan hanya memasukan padi ke

dalam mesin penggiling dan keluar dari mesin sudah dalam bentuk beras dan juga

mengasilkan dedak. Dedak adalah hasil samping proses penggilingan padi, terdiri dari

lapisan sebelah luar butiran padi. Dedak biasanya makanan hewan ternak yang

bersifat halus seperti tepung.

72

Universitas Sumatera Utara


a. Dampak Dari Mesin Penggiling Padi

Dampak dari mesin penggling padi adalah semakin memudahkan petani

dalam proses pengolahan padi menjadi beras. Pada petani tradisional, petani proses

pengolahan pai menjadi beras adalah dengan cara di tumbuk di dalam lesung khusus

untuk menumbuk padi. Jika menggunakan lesung banyak butiran beras yang hancur

akibat dari tumbukan yang keras yang dilakukan tenaga manusia. Jika menggunakan

mesin penggiling padi, beras yang dihasilkan tidak banyak yang hancur.

Pada petani tradisional, proses untuk mengolah padi menjadi beras dilakukan

secara bergotong-royong antar sesama petani Desa Perbangunan. Namun, aktivitas

gotong-royong tidak dilakukan lagi pada petani modern, karena adanya mesin

penggilng padi.

Mesin Penggiling padi hanya dikendalikan oleh satu orang saja. Orang

tersebut adalah pemilik alat itu. Tempat untuk menggiling padi dinamakan dengan

kilang padi. Pemiilik kilang padi tidak membutuhkan anggota untuk membantunya,

karena pemilik kilang padi tersebut dapat mengendalikannya sendiri.

b. Interaksi dan Hubungan antara Pemilik Kilang Padi dengan Penyewa

Di Desa Perbangunan terdapat tujuh kilang padi yang terletak di dusun I,

dusun II, dusun IV, dusun V, dusun VII, dan dusun VIII. Ada dua kilang padi yang

terletak di dusun V. Pemilik kilang padi tersebut adalah petani yang ada di Desa

Perbangunan.

73

Universitas Sumatera Utara


Sebelum petani menggiling padinya, petani harus menjemur padinya terlebih

dahulu sampai benar-benar kering. Padi yang akan dii bawa ke kilang padi tidak

boleh basah, kerana akan membuat mesin pengguling padi rusak dan beras yang

dihasilkan akan hancur. Pemilik mesin penggiling padi biasanya memeriksa padi

yang akan di akan di giling. Setelah selesai di jemur, padi akan langsung di bawa ke

kilang padi.

Kilang padi akan bekerja setiap hari dan biasanya mulai bekerja pada sore

hari sekitar pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai. Jika petani ingin menggiling

padi namun kilang padi tidak bekerja, pemilik padi harus menemui pemilik kilang

padi dan bertanya apakah pemilik padi bersedia untuk menggiling padinya. Tetapi, jika

petani ingin menggiling padi dan kilang padi dalam keadaan bekerja menggiling padi orang

lain, maka petani yang baru datang harus menunggu giliran. Petani yang ingin menggiling

padinya harus mengantarkan padinya sendiri ke kilang padi.

Untuk menggiling padi dengan mesin penggiling padi, petani harus membayar upah

kepada pemilik kilang padi. Upah yang di bayar bukan berupa uang, melainkan di bayar

dengan beras. Berastersebut di ambil dari beras yang sudah selesai di proses dari mesin

penggiling padi. Pembayaran beras oleh pemilik padi ditentukan dari berapa banyak padi

yang sudah di giling. Beras sebagai bayaran dari pemilik padi langsung di ambil oleh pemilik

kilang padi, tidak diberikan oleh pemilik padi.

Sistem pembayarannya adalah jika petani membawa satu karung padi kering yang

berisi sekitar 90 kg padi untuk di giling, maka beras yang dihasilkan adalah sekitar 3.5

74

Universitas Sumatera Utara


kaleng beras. Pemilik padi membayar kepada pemilik kilang padi berupa beras. Beras

tersebut langsung di ambil oleh pemilik kilang padi. Pemilik kilang padi mengambil

bayarannya sesuai dengan banyaknya beras yang dihasilkan. Jika pemilik padi menghasilkan

1 kaleng beras, maka pemilik kilang padi mengambil 2 kg beras. Jika beras yang dihasilkan

3.5 kaleng, maka pemilik kilang padi mengambil bayarannya sebanyak 7 kg beras. Dalam 1

kaleng beras sama dengan 16 kg beras.

3.2.6. Alat pengangkut padi

Alat pengangkut padi atau disebut dengan dollat. Dollat adalah sejenis

trasportasiyang mengangkut barang-barang berat dan dalam jumlah banyak, seperti

kayu, padi, dan lain-lain. Dollat bukan alat khusus pengangkut padi. Dollat dapat

dipakai untuk mengambil kayu di hutan, dapat digunakan untuk mengantar alat-alat

perlengkapan masak untuk pesta besar, dan digunakan mengambil hasil panen sawit.

Dollat juga sangat membantu petani dalam masa panen teritama pada musim hujan.

Seseorang yang mengendalikan dollat disebut dengan pardollat.

75

Universitas Sumatera Utara


Foto 3.2.6 Dollat

Sumber : Dokumentasi Pribadi


a. Dampak Pengangkut Alat Berat

Alat pengangkut alat berat atau dollat memudahkan petani dalam mengangkut

barang-barang dalam jumlah banyak. Salah satu contohnya adalah dollat memudahkan

pekerjaan petani dalam membawa padi pada saat panen dari sawah ke pangkal pasar.

Sebelum ada. Contoh lainya adalah dalam mengambil kayu dari hutan yang dekat dengan

Desa Perbangunan. Petani dapat membawa kayu dalam jumlah banyak yang di ambil dari

hutan untuk di bawa ke sawah petani.

Sebelum ada dollat petani membawa padi dari sawahnya ke pangkal pasar dengan

menggunakan sepeda. Dalam mengambil kayu di hutan, petani juga menggunakan sepeda

dan itu membutuhkan waktu yang sangat lama dan tidak efektif. Dengan adanya alat

76

Universitas Sumatera Utara


pengangkut ini munculnya pekerjaan baru menjadi supir untuk mengendalikan alat ini.

Seseorang yang bekerja membawa alat ini di sebut dengan pardollat.

b. Hubungan Kerja Pemilik Traktor dengan Anggotanya

Buruh tani yang bekerja sebagai penggerak dollat disebut dengan pardollat.

Untuk satu dollat biasanya dikemudikan oleh 1 orang buruh tani laki-laki. Seseorang

yang menjadi penggerak dollat bukan berarti mereka sebagai pemilik dollat tersebut.

Dollat tersebut bisa saja milik orang lain yang disebut dengan toke, tetapi dollat

tersebut dikemudikan oleh orang lain (anggotanya sendiri). Dengan kesepakatan

pemilik dollat yang menentukan gaji yang diberikan kepada anggotanya sesuai

kesepakatan antar kedua pihak.

Berbeda dengan pemilik dollat yang juga sebagai penggerak dollat. Pemilik

dollat yang lebih memilih menggerakan mesinnya sendiri, biasanya mencari satu

orang temannya laki-laki menjadi anggotanya untuk membantu. Bisa itu teman laki-

laki yang belum menikah ataupun yang sudah menikah. Pemilik traktor memberikan

upah dengan hitungan harian yang telah disepakati dengan anggotanya.

c. Interaksi dan Hubungan antara Pemilik Dollat dengan Penyewa

Dollat di pakai untuk mengangkut benda-benda berat dengan jumlah yang

banyak. Biasa digunakan untuk membawa padi, sawit, dan kayu ke pangkal pasar.

Pada saat panen padi dollat sangat dibutuhkan petani. petani yang ingin menyewa

77

Universitas Sumatera Utara


alat ini untuk membawa padinya dari sawah, harus terlebih dahulu menemui pemilik

dollat untuk membawa padinya atau membawa sawitnya dalam jumlah banyak.

Untuk membawa padi, alat ini dapat membawa sekitar 15 karung padi dari

daerah persawahan ke pangkal pasar. Petani yang ingin menyewa alat ini tidak perlu

memberikan makan dan minum untuk pardollat. Mereka hanya membayar jasa

pardollat. Harga yang di terima pardollat dalam mengangkut padi milik petani yang

menyewa jasanya adalah Rp. 5000 rupiah untuk satu karung padi. Jika petani

penyewa alat ini menghasilkan panen sekitar 50 karung, maka petani penyewa harus

membayar sebesar Rp. 250.000 rupiah.

3.3. Dampak Penggunaan Pupuk dan Obat-obatan

3.3.1. Penggunaan Bibit Unggul

Penggunaan bibit unggul sudah semakin di minati oleh petani di Desa

Perbangunan. Banyak petani Desa Perbangunan yang menggunakan bibit unggul

untuk meningkatkan produksi padi yang lebih banyak. Jenis bibit unggul yang di ada

di Desa Perbangunancukup beragam, tapi tidak semua petani yang menggunakan

bibit unggul. Beberapa varietas bibit unggul, yaitu :

 Bibit padi Mekongga. Keunggulan bibit Mekongga adalah Mekongga

memiliki ketahanan terhadap hama werengdan penyakit pada daun padi.

Umur tanaman padi Mekongga sekitar 120 hari dari masa menanam sampai

78

Universitas Sumatera Utara


panen. Sebagian petani Desa Perbangunan menggunakan bibit ini untuk hasil

panennya.

 Bibit padi Ciherang. Keunggulan varietas padi Ciherang ini adalah

memproduksi memperoleh hasil panen yang lebih tinggi. Bibit padi ini

menghasilkan lebih banyak anakan dan itu berpengaruh dengan banyaknya

biur-biur padi yang dihasilkan. Masa tanam yang dibutuhkan bibit padi

Ciherang sekitar 120 hari dai masa tanam. Kualitas beras yang dihasilkan juga

enak. Bibit ini lebih banyak di pakai oleh petani Desa Perbangunan.

 Bibit padi Inpari. Jenis bibit inpari ini ada banyak jenisnya tetapi, yang

digunakan oleh petani Desa Perbangunan adalah inpari 30 dan inpari 32.

Pemakaian bibit unggul oleh petani Desa Perbangunan berbeda-beda,

tergantung dari hasil panen sebelumnya. Misalnya, ada beberapa petani yang

menggunakan bibit unggul yang baru untuk setiap satu kali musim tanan. Maksudnya

adalah, tiap kali musim tanam, petani mengganti bibit yang digunakan. Beberapa

petani lainnya menggunakan bibit unggul yang baru untuk 2-3 kali musim tanam.

Artinya, dalam masa tanam kali ini petani memakai bibit unggul yang baru dan

mendapatkan hasil panennya. Untuk masa tanam berikutnya petani menggunakan

bibit dari hasil panennya sendiri sampai pada musim tanam ketiga. Pada musim

tanam ketiga, apabila hasil panen yang di dapat sudah mulai berkurang, petani

mengganti bibitnya untuk musim tanah berikutnya.

a. Dampak dari Penggunaan Bibit Unggul

79

Universitas Sumatera Utara


Adanya bibit unggul bertujuan untuk memproduksi hasil pertanian menjadi

lebih banyak. Waktu yang dibutuhkan dari masa pembibitan sampai masa penen

menjadi lebih singkat. Dengan lebih singkatnya masa penen dari penggunaan bibit

unggul, tanaman harus diberikan rangsangan yang berupa obat-obatan dan pupuk.

Obat-obatan dan pupuk berguna untuk merangsang pertumbuhan padi menjadi lebih

cepat.

Bibit unggul adalah salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk

meningkatkan produksi padi dalam satu daerah yang di pimpin. Petani juga

memberikan subsidi bibit unggul pada petani Desa Perbangunan. Subsidi bibit unggul

dari pemerintah tidak diberikan secara gratis, namun pemerintah memberikan bibit

unggul dengan harga yang lebih murah dibandingkan bibit unggul yang tidak di

subsidi. Jumlah bibit unggul yang di beli petani juga terbatas, tergangtung dari

seberapa luas lahan pertaniannya.

Bibit unggul yang di subsidi dari pemerintah daerah akan diberikan pada

ketua kelompok tani tiap-tiap dusun. Petani desa membeli bibit unggul tersebut

melalui ketua kelompok tani. Sekertaris dari pengurus kelompok tani mendata berapa

luas lahan pertanian anggotanya. Agar pembagian bibit unggul merata.

3.3.2. Penggunaan pupuk dan Obat-obatan

Penggunan pupuk organik dan pupuk anorganik juga sudah menjadi

keharusan bagi petani Desa Perbangunan untuk memperoleh hasil panen yang

80

Universitas Sumatera Utara


berlimpah. Penggunaan pupuk dilakukan sejak padi masih disemaikan sampai pada

biur-biur biur padi sudah mulai keluar satu per satu. Jenis-jenis pupuk yang masuk ke

Desa Perbangunan juga begitu banyak. Tapi jumlahnya tidak cukup banyak untuk

memenuhi semua permintaan petani Desa Perbangunan. Stok pupuk pun tidak selalu

ada di penjualan obat-obatan. Pupuk hanya datang sekali atau dua kali dalam satu kali

musim tanam dan itu dalam jumlah besar. Tapi, pembelian pupuk di batasi oleh

penjual pupuk dikarenakan agar semua petani bisa mendapatkan pupuk tersebut.

Beragam jenis pupuk organik dan organik yang sudah ada di Desa

Perbangunan, yaitu :

 Pupuk organik bermanfaat untuk menetralkan tanah terhadap pemakaian

pestisida dan pupuk anorganik lainnya.

 Pupuk phonska bermanfaat untuk memperkuat batang tanaman agar tidak

mudah roboh. Memperlancar pembentukan gula dan pati. Memacu

pertumbuhan akar tanaman. Membantu daya tanaman terhadap kekeringan.

Membantu memperbesar buah dan biji.

 Pupuk urea bermanfaat untuk menjadikan bagian warna daun menjadi lebih

hijau, karena warna daun yang lebih hijau menunjukkan bahwa padi tidak

terserang oleh hama. Tidak hanya itu saja, pupuk urea mempercepat

pertumbuhan tanaman, jumlah anakan padi menjadi lebih banyak.

 Pupuk ZA bermanfaat untuk membantu pembentukan butir hujan daun untuk

membuat daun menjadi lebih hijau.

81

Universitas Sumatera Utara


 Pupuk KCL bermanfaat untuk memacu pertumbuhan tanaman pada tingkat

permulaaan. Memperkuat batang untuk mengurangi resiko mudah tumbang.

Menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama tanaman.

Meningkatkan mutu yang berupa bunga dan buah.

 Pupuk SP 36 bermanfaat untuk memacu pertumbuhan akar dan membentuk

akar menjadi lebih kuat. Mempercepat pembentukan bunga dan masaknya

buah sehingga mempercepat masa panen. Meningkatkan pembentukan ukuran

bunga dan buah.

Sebelum melakukan pemupukan, petani terlebih dahulu melihat kondisi

padinya untuk menentukan pupuk apa yang akan mereka gunakan. Petani juga harus

menentukan seberapa banyak jumlah pupuk yang akan mereka taburkan untuk

tanamannya. Karena apabila jumlah pupuk lebih banyak dari banyaknya air yang ada

di sawahnya, tanaman mereka akan hancur karena akar tanaman mengalami

pembusukan. Penggunaan pupuk tidak cukup hanya satu kali dalam satu musim

tanam sampai panen.

Penggunaan pupuk dilakukan sejak masa pembibitan. Pemupukan yang

pertama dilakukan adalah setelah bibit sudah berumur sepuluh hari. Setelah bibit

sudah berumur tiga minggu,s bibit sudah bisa di tanam. Pemupukan kedua dilakukan

setelah tiga minggu dari masa tanam. Pupuk yang dipakai dalam pemupukan kedua

adalah pupuk Urea, pupuk Phonska, pupuk SP 36, pupuk Za. Untuk 1 Ha sawah

banyaknya pupuk yang dibutuhkan adalah Urea sebanyak 50 kg, SP sebanyak 100 kg,

82

Universitas Sumatera Utara


Za sebanyak 100 kg, Phonska sebanyak 100 kg. Sebelum melakukan pemupukan,

petani harus melihat seberapa banyak air yang ada di sawahnya. Sawah yang kering

akan menyebabkan banyaknya rumput yang tumbuh di sawah apalagi jika usia

padinya masih berumur sepuluh hari. Jika pemupukan dilakukan dengan keaadan

sawah yang kering, maka rumput akan tumbuh sumbur bersamaan dengan padi yang

sudah ditanam. Akibatnya, padi yang masih kecil susah untuk berkembang. Maka

dari itu, petani harus tetap mengalirkan air ke sawahnya sejak pertama kali ditanam

dan pemupukan boleh dilakukan.

Pemupukan ketiga dilakukan setelah padi berumur satu bulan. Pupuk yang

dipakai adalah, Urea sebanyak 50 kg, Za sebanyak 100 kg, dan Phonska sebanyak

100 kg untuk ukuran 1 Ha sawah. Sampai pada pemupukan ketiga, petani juga tetap

memperhatikan kondisi air di sawah.

Tidak cukup hanya menggunakan pupuk saja, petani Desa Perbangunan juga

memakai pestisida dan insektisida dalam merawat tanamannya. Beragam obat-obatan

yang sudah masuk ke Desa Perbangunan. Salah satu contoh penggunaan insektisida

adalah curaterr. Curatter di pakai setelah bibit sudah disemaikan. Kegunaan

curaterr adalah untuk membasmi keong agar tunas bibit padi tidak berkuning.

Penggunaan obat-obatan pada tanaman tidak hanya untuk membasmi hama dan

membasmi serangga. Obat-obatan juga berguna untuk meningkatkan hasil tanaman.

Salah satu contoh jenis obat-obatan untuk meningkatkan hasil tanaman adalah score

250 EC. Score 250 EC berguna untuk meningkatkan jumlah dan kualitas bunga,

83

Universitas Sumatera Utara


membuat padi yang dihasilkan lebih berisi sehinggga membuat padi lebih berat.

Penggunaan score 250 EC dilakukan setelah padi sudah mulai berbunga.

a. Dampak Penggunan Pupuk dan Obat-obatan

Penggunaan pupuk dan obat-obatan berdampak bagi petani dan bagi tanaman.

Pertama adalah dampakn penggunaan pupuk. Dampak dari adanya pupuk adalah

dengan adanya pupuk munculnya pekerjaan baru sebagai buruh pemupuk padi. Buruh

tani yang bekerja sebagai pemupuk padi biasa di panggil dengan sebutan pemupuk.

Dalam pemupukan tanaman, ada petani yang mengerjakannya sendiri dan ada juga

yang mempekerjakan orang lain untuk menaburkan pupuk pada tanamannya. Dampak

lain dari penggunaan pupuk adalah adanya ketergantungan petani dan tanaman dalam

pemakaian pupuk. Jika tanaman tidak di beri pupuk untuk merangsang pertumbuhan

tanaman, petani akan mendapatkan hasil yang lebih sedikit.

Kedua adalah penggunaan obat-obatan. Adanya obat-obatan tentu ada alat

untuk menyemprotkan atau menaburkan obat-obatan tersebut. Alat tersebut

dinamakan dengan sprayer. Obat-obatan bagi tanaman ada yang berbentuk cairan dan

ada yang berbentuk bubuk. Jika obat-obatan yang berbentu cairan digunakan dengan

cara, dicampurkan dengan air dengan takaran yang telah disediakan. Kemudian

ditaburkan dengan alat penyemprot padi. Jika obat-obatan yang bentuknya bubuk,

dicampurkan ke dalam pupuk dan langsung ditaburkan bersamaan dengan pupuk.

84

Universitas Sumatera Utara


Dengan adanya pestisida pada tanaman, petani lebih cendrung menggunakan

obat-obatan dalam membasmi segala hama pada tanaman. Misalnya, jika pada musim

banjir maka banyak keong-keong yang berkembang biak. Apabila keong-keong

tersebut dibiarkan saja, maka keong-keong tersebut akan merusak padi yang baru di

tanam. Oleh karena itu, sebelum petani melakukan penanaman bibit padi, maka

petani harus terlebih dahulu membasmi keong-keong tersebut dengan pestisida.

b. Cara Berpakaian Petani dalam Menggunaan Pupuk Dan Obat-Obatan

Dalam proses pemupukan dan penyemprotan obat-obatan bagi tanaman,

petani di Desa Perbangunan memakai baju tangan lengan panjang dan celana

panjang. Pemakaian baju lengan panjang dan celana panjang berguna untuk

menghindari panas matahari secara langsung. Jika tanaman padi sudah berumur dua

bulan, maka baju lengan panjang dan celana panjang digunakan agar tangan dan kaki

tidak tersayat oleh daun-daun padi.

Bagi kaum wanita/ibu-ibu, mereka menggunakan penutup kepala yang di

sebut dengan saong-saong24. Saong-saong digunakan agar kepala tidak terkena sinar

matahari secara langsung. Saong-saong biasa digunakan oleh kaum ibu jika mereka

bekerja di sawah.

Untuk kaum laki-laki biasanya menggunakan topi untuk menghindari kulit

kepala dari sinar matahari. Tetapi, tidak semua kau laki-laki baik itu yang sudah

24
Saong-saong adalah penutup kepala dalam bertani yang berupa kain-kain atau sarung. Biasa
digunakan oleh kaum ibu/kaum wanita.

85

Universitas Sumatera Utara


menikah ataupun yang belum menikah menggunakan baju lengan panjang, celana

panjang, dan topi pada saat bekerja di sawah. Mereka hanya memakai celana pendek

dan baju lengan pendek, bahkan ada juga yang hanya menggunakan kaos dalam pada

saat bekerja di sawah.

Petani tidak menggunakan sepatu boot ketika bekerja di sawah. Jika sepatu

booth di pakai dalam bekerja di sawah petani merasa kesulitan karena akan terasa

berat jika di pakai di dalam tanah yang basah. Oleh karena itu, sering sekali kaki para

petani luka karena terkena benda-benda tajam. Luka pada kaki pada saat bekerja di

sawah disebabkan oleh terkena kayu yang runcing, terkena cangkang keong,

atauupun terkena benda-benda tajam lainnya.

c. Dampak Penggunaan Teknologi Bagi Kesehatan

Obat-obatan bagi tanaman sudah pasti mempunyai efek samping pada

kesehatan manusia. Misalnya, terjadinya ganggguan pada mata jika mata terkena

cairan dari obat-obatan atau secara tidak sengaja menghirup obat-obatan tersebut

pada saat bekerja. Efek samping dari obat-obatan itu diabaikan oleh petani karena

belum ada kasus kematian yang terjadi di Desa Perbagunan jika hanya sekedar

bersentuhan dengan obat-obatan tersebut. Kecuali kematian dikarenakan obat-obatan

tersebut secara sengaja di minum oleh manusia.

Kondisi kesehatan petani di Desa Perbangunan bukan perhatian yang utama

bagi mereka. Karena adanya anggapan para petani bahwasanya, “sepanjang hidup

86

Universitas Sumatera Utara


mereka selagi mereka bekerja sebagai petani, maka mereka akan setiap hari

bersentuhan dengan obatan-obatan bagi tanaman. Jika setiap hari mereka

bersentuhan dengan obat-obatan tersebut, maka itu sudah menjadi kebiasaan bagi

tubuh mereka. Dengan begitu, mereka tidak merasakan keracunan atau obat-obatan

tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi tubuh mereka”.

Petani memang tidak menjaga kondisi kesehatan mereka, itu juga terlihat dari

perilaku petani pada saat bersentuhan langsung dengan obat-obatan yang menjadi

racun bagi manusia. Pada saat petani bekerja menyemprotkan obat-obatan pada

tanaman, petani tidak menggunakan sarung tangan khusus juga tidak menggunakan

masker saat bekerja. Petani menyadari bahwa ketika dia sedang menyemprotkan

tanamannya, tubuhnya juga akan terkena cairan racun tersebut. Tidak adanya

pelindung mata dan tidak ada masker untuk menutup hidung dan mulut.

87

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

DAMPAK PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TERHADAP

AKTIVITAS PETANI DAN KONDISI SOSIAL PETANI

4.1. Perubahan Aktivitas Pertanian pada Petani Modern

Dalam kehidupan sosial manusia sejak lahir sampai menjadi dewasa, manusia

mengalami perubahan. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi manusia itu

adalah teknologi. Teknologi membawa perubahan besar bagi manusia secara

individual dan secara berkelompok. Baik itu perububahan dalam berpikir, perubahan

dalam berperilaku dan perubahan dalam berinteraksi dengan sesama manusia.

Teknologi juga mengubah cara manusia menyelesaikan suatu pekerjaan menjadi lebih

mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Semakin mudah pekerjaan itu

diselesaikan, manusia semakin ingin untuk memiliki teknologi itu. Seperti yang

terjadi di Desa Perbangunan. Teknologi mengubah cara petani dalam melakukan

aktivitas pertanian.

Berkembangnya teknologi pertanian di desaPerbangunan, mengubah cara

berpikir masyarakat dalam memproduksi hasil pangan. Tidak ada satupun petani di

Desa Perbangunan yang memproduksi hasil pertaniannya untuk kebutuhan

keluarganya sehari-hari. Petani telah menggunakan berbagai alat-alat teknologi

pertanian untuk menghasilkan produksi pertaniannya sebanyak-banyaknya dengan

modal yang kecil, termasuk menggunakan pupuk dan pestisida. Hasil pertanian yang

88

Universitas Sumatera Utara


di dapat akan di jual dan hanya di sisakan beberapa saja untuk kebutuhan sehari-hari

sampai masa panen berikutnya tiba.

4.2. Perubahan Bentuk Pembagian Kerja

Dalam buku “Sosiologi Perubahan Sosial” Emile Durkheim mengamati

perubahan sosial dari masyarakat primitif (tradisional) menuju masyarakat industri.

Durkheim memusatkan perhatiannya pada pembagian kerja pada masyarakat

tradisional masih sedikit dibandingkan dengan masyarakat industri pembagian

kerjanya yang sudah kompleks. Seperti yang terjadi di Desa Perbangunan, teknologi

mengubah sistem pembagian kerja dalam masyarakat petani. Perubahan pembagian

kerja oleh masyarakat petani di Desa Perbangunan adalah di lihat dari berubahnya

pekerjaan buruh tani dari buruh tani biasa yang mengerjakan lahan orang lain

menggunakan alat seadanya menjadi penggerak alat-alat pertanian, seperti menjadi

supir untuk mengendalikan mesin perontok padi, mengendalikan mesin pembajak

sawah, dan alat-alat teknologi lainnya. Memang, tidak semua buruh tani menjadi

pengendali alat-alat pertanian karena jumlah alat-alat pertanian tidak sebanding

dengan banyaknya jumlah buruh tani di Desa Perbangunan. Buruh tani lain yang

bukan penggerak alat-alat pertanian tersebut juga mengalami perubahan pembagian

kerja, misalnya dalam masa panen padi.

Mesin perontok padi yang terbaru (combine) mengubah cara buruh tani dalam

mengambil padi yang siap untuk di panen. Jika dalam mesin perontok padi

89

Universitas Sumatera Utara


menggunakan tresser, setiap buruh tani yang ikut memanen padi, harus mempunyai

sabit untuk memotong batang padi. Sedangkan, menggunakan combine buruh tani

tidak perlu lagi memakai sabit untuk mengambil biur-biur padi. Satu orang buruh tani

yang menggerakkan mesin combine, sebagian buruh tani memegang karung agar padi

yang sudah terpisah dari batangnya tetap masuk ke karung. Sebagian buruh tani

lainnya menunggu karung padi terisi penuh dan mengikatnya dengan tali plastik.

Mengikat disini maksudnya adalah mengikat dengan cara menjahit karung yang

sudah terisi padi dengan menggunakan . Sebagian buruh lagi memegangi karung padi

agar padi yang di proses oleh mesin combine tidak terbuang.

Perubahan pembagian kerja tidak terjadi dalam proses itu saja, perubahan

pembagian kerja juga terjadi antar kelompok usia. Semakin canggih alat-alat

teknologi pertanian, semakin sedikit peluang kerja usia buruh tani yang sudah

memasuki umur 50 tahun. Teknologi pertanian yang berupa traktor dan combine

banyak dikendalikan oleh anak-anak muda yang belum menikah dan orang tua yang

usia pernikahannya masih muda. Rata-rata usia yang menjadi buruh tani saat ini di

Desa Perbangunan adalah usia sekitar 20 sampai 40 tahun. Sebagian petani yang

sudah berumur 50 Tahun dan pernah menjadi buruh tani hanya bekerja di sawahnya

sendiri.

90

Universitas Sumatera Utara


Faktor utama yang menyebabkan perubahan bentuk pembagian kerja adalah

pertambahan jumlah penduduk yang meningkat. 25 Tidak hanya kemajuan teknologi

pertanian, faktor yang sangat mempengaruhi perubahan bentuk pembagian kerja

adalah bertambahnya jumlah penduduk di Desa Perbangunan.

4.3. Kondisi Sosial dan Aktivitas Petani pada Petani Tradisional

Dalam penggunaan teknologi pertanian tradisional, terjadinya hubungan kerja

antar keluarga dengan keluarga dan antar petani dan sesama petani. Dalam pertanian

tradisional, petani lebih mengutamakan rasa tolong-menolong untuk mengerjakan

pertaniannya. Interaksi sosial anatar keluarga dan sesame petani tetap terjalin baik

karena aktivitas petani di sawah tidak pernah berhenti. Tidak ada bayaran berupa

uang ataupun barang untuk membalas jasa petani yang telah membantu karena petani

hanya membutuhkan hanya membutuhkan tenaga untuk bekerja di sawahnya sendiri.

4.3.1. Sistem Kepercayaan

Pada sistem pertanian tradisional dan petani modern saat ini, petani Desa

Perbangunan percaya dengan leluhur nenek moyangnya. Penduduk desa mengadakan

perjamuaan makan bersama dan doa kepada leluhur mereka. Perjamuan diadakan

untuk meminta hasil panen yang bagus. Perjamuan dilakukan setiap kali hendak

memulai masa tanam. Selain untuk doa bersama dan makan bersama, perjamuaan

dilakukan sebagai bentuk musyawarah untuk menentukan kapan masa tanam dimulai.

25
Nanang Martono, sosiologi perubahan sosial, hal. 51.

91

Universitas Sumatera Utara


Ada dua perjamuan yang diadakan di Desa Perbangunan. Pertama,

perjamuaanyang diadakan setiap kali memasuki masa tanam, bisa dilakukan setiap 2-

3 kali dalam setahun. Perjamuan seperti ini diadakan oleh setiap dusun yang ada di

Desa Perbangunan. Waktu dan tempatnya di atur oleh setiap kepala dusun. Misalnya,

sawah yang ada di dusun I sudah bisa untuk ditanami. Setiap petani yang mempunyai

sawah di dusun I, wajib mengadakan musyawarah untuk menentukan kapan masa

pembibitan dimulai. Musyawarah harus di bimbing oleh kepala dusun.

Kedua, perjamuaan yang diadakan satu kali dalam sepuluh tahun. Ini bisa

dikatakan sebagai pesta besar penduduk desaPerbangunan. Karena semua penduduk

ikut merayakannya. Perjamuan ini diadakan sebagai rasa ucapan syukur kepada

leluhur nenek moyang mereka dan kepada Tuhan YME, karena mayoritas penduduk

Desa Perbangunan adalah kristen. Tetapi, umat Islam juga ikut merayakannya karena

masih penduduk Desa Perbangunan. Dalam perjamuan ini, disediakan satu Kerbau

ataupun Lembu yang berukuran besar atau bisa disebut dengan qurban. Lembu

tersebut dibiarkan hidup dan diletakkan di tengah-tengah pesta sampai acara di mulai.

Perjamuan ini juga diiringi dengan musik menggunakan alat-alat musik batak toba

(gondang Batak). Acara yang ada dalam perjamuan adalah tor-tor untuk semua

penduduk desa.

92

Universitas Sumatera Utara


4.3.2. Pengaruh keluarga dan sesama petani

Pada petani tradisional, peran keluarga adalah yang paling utama. Keluarga

menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dalam berbagai usaha tani yang

dilakukan oleh petani. Pekerjaan untuk mengelola pertanian dimulai dari masa tanam

sampai masa panen dikerjakan oleh keluarga.Bukan hanya keluarga inti yang

bekerjasama, keluarga besar juga ikuti membantu mempermudah pekerjaan petani

dalam melakukan aktivitas pertanian. Rasa tolong-menolong keluarga antar petani

tradisional sangat tinggi. Rasa tolong-menolong tersebut mengakibatkan adanya

ketergantungan antara kelompok petani dalam mengelola sawahnya. Misalnya, pada

masa panen yang membutuhkan banyak tenaga kerja, petani akan mengundang

keluarganya untuk membantu memanen sawahnya. Selain mempermudah pekerjaan,

rasa saling tolong-menolong antar keluarga juga tidak perlu mengeluarkan biaya

untuk mempekerjakan orang lain.

Sesama petani juga mengutamakan rasa bergotong royong untuk membantu

petani yang sedang membutuhkan tenaga kerja. Selain mengurangi biaya, bergotong-

royong juga mempererat hubungan sosial antar keluarga dan antar kelompok

masyarakat.

Di Desa Perbangunan, rasa tolong menolong masih dilakukan sampai saat ini,

tetapi hanya dilakukan oleh petani yang menjadi buruh tani yang tinggal dan

93

Universitas Sumatera Utara


menetap di Desa Perbangunan. Rasa tolong-menolong antar buruh tani di Desa

Perbangunan dinamakan marsiadapari.

4.3.3. Penggunaan alat tradisional

Dalam penggunaan teknologi dengan alat-alat tradisional, masyarakat petani

menggunakan prinsip safety first (dahulukan selamat). Petani hanya melakukan

aktivitas pertanian untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Kalaupun mereka

mendapatkan banyak hasil pertaniannya, petani memilih untuk menukarkan hasil

panennya dengan makanan yang berbeda yang jarang mereka makan dan tidak

mereka tanam. Atau mereka menukarkan hasil panennya dengan barang-barang yang

dibutuhkan. Dalam kalangan petani tradisional, kekhawatiran akan mengalami

kekurangan kekurangan pangan telah menyebabkan terjadinya “etika subsistensi” 26.

Ekonomi subsistensi dapat diartikan sebagai bagaimana petani dapat menghasilkan

makanan pokok yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya atau perilaku

petani untuk menghindari risiko kekurangan makanan.

Penggunaan alat-alat teknologi tradisional yang masih menggunakan alat-alat

sederhana memperlambat proses produksi hasil tanam dan membutuhkan waktu yang

lebih lama. Misalanya, dalam membajak sawah menggunakan tenaga hewan (kerbau).

Tetapi, dilihat dari faktor ekonominya, membajak sawah menggunakan tenaga hewan

tidak membutuhkan banyak biaya sehingga dapat meminum pengeluaran dalam

bertani.
26
James Scoot, Moral Ekonomi Petani, hal. 3

94

Universitas Sumatera Utara


4.3.4. Tenaga kerja yang masih banyak dipakai

Dalam pertanian tradisional membutuhkan tenaga kerja yang banyak untuk

membantu mengelola sawahnya. Semakin banyak tenaga kerja semakin cepat

sawahnya selesai. Misalnya, dalam memanen padi, dibutuhkan banyak tenaga kerja

untuk 1 Ha sawah. Dan juga dalam merontokkan padi, masyarakat petani lebih

memanfaatkan sumber daya alam untuk alat perontok padi. Tenaga kerja yang masih

menggunakan alat-alat tradisional juga meminum pengeluaran.

4.3.5. Modal sedikit

Dalam pertanian menggunakan alat-alat tradisional menggunakan modal yang

lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan alat-alat pertanian modern.

Misalnya, dalam penggunaan bibit, petani tradisional memakai bibit dari hasil apa

yang mereka tanam sebelumnya. Tidak membeli bibit unggul ataupun membeli bibit

orang dari orang lain. Mereka hanya membeli bibit satu kali. Penggunaan bibit dari

apa yang dihasilkan sebelumnya adalah salah satu contoh untuk meminum biaya

dalam bertani.

4.3.6. Hasil produksi yang masih sedikit

Hasil pertanian yang di dapat dalam pertanian tradisional masih sangat sedikit.

Hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat petani. Penyebab hasil tani

yang rendah adalah karena masyarakat pada zaman tradisional tidak mencari

keuntungan yang besar dari hasil panennya, waktu yang dibutuhkan untuk

95

Universitas Sumatera Utara


mengerjakan sawah lebih lama, dan kurangnya pengetahuan petani untuk

membudidayakan tanamannya sehingga hasil yang didapatkan sedikit. Pengetahuan

petani tradisional diperoleh secara turun-temurun dari nenek moyang mereka.

4.4. Dampak Teknologi Pertanian terhadap Kehidupan Sosial Petani di Desa

Perbangunan

Perkembangan teknologi pertanian membawa perubahan terhadap aktivitas

petani dan perubahan sosial peduduk Desa Perbangunan. Mengubah sistem pertanian

dari tradisional menuju teknologi pertanian yang modern. Teknologi modern juga

mengubah kehidupan petani dari segi ekonomi. Teknologi pertanian yang modern

mempermudah pekerjaan petani dalam mengelola sawahnya. Tidak membutuhkan

waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan pekerjaan di sawah.

Adanya teknologi pertanian yang modern petani harus menyediakan modal

yang besar untuk mendapatkan hasil panen yang lebih banyak, sehingga petani

mendapatkan untung bersih dari hasil pertaniannya. Jika modal petani sedikit, petani

juga harus menanggung resiko apabila mendapatkan hasil panen yang sedikit juga.

Modal yang sedikit tidak cukup untuk merawat padinya.

Perkembangan teknologi modern nyaris menggeser aktivitas pertanian dan

aktivitas sosial pada petani tradisional. Dalam pertanian modern, sudah banyak

pekerjaan yang bisa dilakukan penduduk Desa Perbangunan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Tidak hanya untuk kebutuhan primer, mereka juga bisa

memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier untuk keluarganya. Semakin

96

Universitas Sumatera Utara


berkembangnya teknologi, semakin banyak peluang usaha yang bisa dilakukan.

Misalnya, dalam pertanian modern, petani sudah mulai diperkenalkan dengan adanya

usaha tani. Usaha tani adalah segala bentuk pengorganisasian dan pengelolaan aset

serta tata cara yang dilakukan dalam bidang pertanian dengan tujuan untuk

menambah kesejahteraan dan memperbaiki taraf kehidupan petani.27 Usaha tani yang

ada di Desa Perbangunan juga membantu petani dengan cara memberikan pinjaman

untuk modal bertani.

Sistem pertanian modern menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial yang

sangat berpengaruh dalam memproduksi hasil pertanian. Bagi petani yang

mempunyai modal yang maksimal, penggunaan teknologi pertanian untuk mengelola

sawahnya tidak menjadi masalah. Bahkan petani yang mempunyai modal maksimal,

mereka selalu memperhatikan kondisi tanamannya dengan menyediakan pupuk dalam

jumlah yang banyak dan lebih memilih mempekerjakan orang lain untuk

mengerjakan segala sesuatunya di sawa miliknya. Sebagian petani yang mempunyai

modal yang maksimal, mempunyai buruh tani pribadi untuk membantu mengerjakan

segala sesuatunya. Buruh tani yang sudah tahu apa yang dikerjakan di sawah tuannya

karena selama bertahun-tahun mereka sudah berkerjasama dengan tuannya. Petani

yang mempunyai modal yang maksimal juga tidak segan-segan untuk mengeluarkan

biaya dalam merawat padinya secara maksimal dengan menggunakan obat-obatan.

Sedangkan, bagi petani yang hanya memiliki modal yang sedikit, mereka hanya

menyediakan modal awal untuk menyewa mesin pembajak sawah sampai sawahnya
27
http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-usahatani-menurut-para-ahli/

97

Universitas Sumatera Utara


siap untuk di tanam. Untuk biaya penanaman, mereka bekerja sebagai buruh tani

dengan petani yang juga bekerja sebagai buruh tani dengan marsiadapari. Sehingga,

mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membayar tenaga buruh tani untuk

menanam sawahnya. Untuk biaya perawatan padi, petani yang memiliki modal yang

sedikit, petani menggunakan hasil dari kerja mereka sebagai buruh tani di ladang

orang lain, di luar dari kelompok yang ikut marsiadapari. Perawatan tanamannya

juga sangat terbatas, petani kecil hanya memberikan pupuk dan obat-obatan dengan

seadanya. Bahkan resiko gagal panen bagi petani kecil sangat besar, karena tidak

merawat padinya dengan maksimal.

Teknologi pertanian yang modern tidak hanya berpengaruh terhadap aktivitas

dalam bertani, tetapi juga mempengaruhi aktivitas sosial bagi masyarakat penduduk

Desa Perbangunan. Aktivitas sosial petani berubah dengan cara berkurangnya

hububgan anntar sesama keluarga dan sesama petani, berubahnya interaksi sosial

antara sesama keluarga dan berubahnya tempat berinteraksi penduduk Desa

Perbangunan. Maksud dari berubahnya tempat berinteraksi antara sesama penduduk

Desa Perbangunan adalah pada sistem pertanian tradisional, sawah adalah tempat

untuk berinteraksi antar keluarga maupun antar sesama masyarakat petani. Ketika

memasuki musim tanam, petani pergi ke sawah setiap hari untuk mengerjakan

sawahnya, mengerjakan dengan bantuan keluarga ataupun bantuan dari sesama petani

lainnya. Interaksi antar keluarga dan sesama petani tetap terjalin dalam membantu

untuk mengerjakan sawah, sehingga hubungan sosial tetap berjalan antar penduduk

98

Universitas Sumatera Utara


Desa Perbangunan. Setelah masuknya teknologi pertanian yang modern ke Desa

Perbangunan, hubungan kekeluargaan dan kerjasama antar masyarakat petani

berkurang. Sawah tidak lagi menjadi tempat utama untuk berinteraksi, melainkan

hanya tempat bekerja perseorangan, tempat bekerja keluarga inti, dan tempat bekerja

petani yang menjadi buruh tani khususnya buruh tani kaum ibu. Bagi petani lainnya,

tempat untuk berinteraksi adalah lapo tuak28. Lapo tuak adalah tempat yang paling

diminati oleh penduduk Desa Perbangunan untuk berkumpul, terutama bagi kaum

bapak.

Pengertian dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah benturan,

pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh adalah

daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak,

kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada

hubungan timbal balik dan hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi

dengan apa yang dipengaruhi (KBBI Online 2010).

4.4.1. Adanya Lembaga Pertanian (kelompok tani)

Kelompok tani adalah organisasi non formal yang pada umumnya ada di

pedesaan yang d bentuk “dari oleh dan untuk petani” yang mempunyai unsur

pengikat antar sesama anggota kelompok tani. Kelompok tani memiliki pemimpin

untuk dapat memimpin anggota kelompoknya. Kelompok tani di bentuk dengan

adanya kepentingan bersama antar anggota kelompok yang memiliki usaha tani yang

menjadi tanggung jawab bersama. Kelompok tani juga sarana untuk membuat
28
Lapo tuak sebutan untuk warung sama seperti warung kopi.

99

Universitas Sumatera Utara


kegiatan yang bermanfaat oleh sesama anggota kelompok. Menentukan program

kerja untuk memotivasi petani lainnya mencapai program yang telah ditentukan. 29

Manfaat yang dirasakan petani dengan adanya kelompok tani, yaitu :

a. Kelompok tani menjadi tempat belajar. Kelompok tani merupakan tempat

belajar dan mengajar bagi anggotanya untuk meningkatkan kemampuan

pengetahuan, keterampilan, Dann sikap serta tumbuh kembangnya

kemandirian dalam usaha tani untuk mensejahterakan anggota kelompoknya.

b. Kelompok tani menjalin kerjasama. Kelompok tani adalah tempat untuk

memperkuat kerjasama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani

lainnya.

Setiap kelompok tani memiliki strategi pengembangan kelompok tani, yaitu :

a. Adanya pertemuan rapat anggota dan rapat pengurus yang diselenggarakan

secara berkala dan berkesinambungan.

b. Adanya rencana kerja kelompok secara bersamaan dan dilaksanakan sesuai

dengan kesepakatan bersama dengan dilaksanakan evaluasi di akhir

pertemuan rencana kerja.

c. Memiliki aturan dan norma yang berlaku dan disepakati bersama.

d. Memiliki catatan pengadministrasian organisasi yang tercatat rapi.

e. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di setiap sektor.

29
http://agronomipertanian.blogspot.com/2016/07/fungsi-kelompok-tani-dan-
gapoktan.html?m=1

100

Universitas Sumatera Utara


f. Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para

petani, khususnya anggota kelompok tani.

g. Adanya pemupukan modal usaha tani baik iuran dari anggota atau simpanan

dari usaha/kegiatan yang telah berjalan.

Di Desa Perbangunan setiap dusun membentuk kelompok tani yang masih

aktif sampai saat ini.

4.4.2. Sumber Pendapatan Buruh Tani Berkurang

Dalam satu sisi, sistem pertanian yang mulai memakai alat pertanian yang

modern memberikan peluang kerja dan pekerjaan baru bagi petani. Seperti contoh

adanya mesin pembajak sawah. Dalam mengoperasikan mesin pembajak sawah,

dibutuhkan tenaga manusia untuk menggerakkannya. Itu membuktikan munculnya

pekerjaan baru bagi penduduk Desa Perbangunan. Sama halnya dengan adanya alat

penyemprot padi, alat perontok padi, dan alat untuk menggiling padi. Semua alat-alat

teknologi pertanian yang modern membutuhkan tenaga kerja manusia untuk

menggerakkannya.

Namun, semakin canggihnya alat-alat sumber pendapatan bagi petani buruh

yang ada di Desa Perbangunan semakin sedikit. Teknologi pertanian yang sangat

mempengaruhi berkurangnya sumber pendapatan petani buruh adalah mesin combine.

Mesin combine menggusur semua mesin threshser, terutama pada saat musim

kemarau pada masa pasca panen. Dengan proses panen yang terbilang sangat cepat

karena mampu memanen padi minimal 8 Ha dalam satu hari dan di bantu tenaga

101

Universitas Sumatera Utara


manusia yang semakin sedikit dibandingkan dengan memakai threshser, dengan

begitu makin sedikit petani buruh yang ikut bekerja. Tetapi, bagi buruh tani yang ikut

bekerja dengan mesin combine, semakin banyak mendapatkan imbalan dari

pekerjaannya.

Pengaruh dari penggunaan mesin combine juga dirasakan oleh buruh tani

kaum ibu. Bagi buruh tani khususnya kaum ibu, tidak lagi mendapatkan sisa-sisa padi

yang diambil dengan cuma-cuma dari sawahnya sendiri maupun sawah orang lain.

Karena, apabila panen padi menggunakan mesin combine, sisa-sisa padi terbuang

langsung ke tanah dan tidak bisa di ambil. Tidak ada tumpukan jerami apabila panen

menggunakan mesin karena combine.

Jika panen menggunakan threshser, dihasilkan tumpukan jerami yang

menjulang ke atas seperti gunung. Dalam tumpukan jerami itu, terdapat biur-biur padi

yang ikut terbuang bersama dengan batang-batang padi yang tergiling halus. Setelah

satu hari selesai panen, buruh tani perempuan mengambil sisa-sisa padi yang ada

ditumpukkan jerami untuk di jual atau untuk di konsumsi.

Akibat dari penggunaan mesin combine juga menyebabkan berkurangnya

sumber pendapatan. Parkomben yang bekerja dengan menggunakan mesin combine

rata-rata adalah anak muda yang belum menikah dengan kaum bapak yang usianya

masih 30-40 tahun. Buruh tani lainnya yang usianya kurang lebih 40 tahun tidak lagi

bekerja sebagai parkomben. Mereka hanya mengerjakan sawahnya saja. Tidak ada

penghasilan tambahan.

102

Universitas Sumatera Utara


4.4.3. Lapangan Pekerjaan Menurun

Petani modern melakukan segala aktivitas pertanian dengan menggunakan

tenaga mesin. Adanya teknologi pertanian memang sangat membantu pekerjaan

petani di sawah. Namun di sisi lain, teknologi pertanian sangat merugikan bagi

petani, karena tenaga kerja manusia sudah semakin sedikit dibutuhkan. Semakin

canggihnya teknologi pertanian, semakian berkurangnya peluang kerja bagi petani

buruh. Sebagian petani yang juga menjadi petani buruh kehilangan pekerjaannya.

Kehilangan lapangan pekerjaan bagi petani buruh bukan berarti mereka tidak

memliki pekerjaan lain. Mereka dapat mencari pekerjaan lain yang tidak

menggunakan alat ataupun hanya menggunakan alat teknologi yang sederhana. Petani

buruh hanya kehilangan sebagian pekerjaan yang digantikan oleh teknologi pertanian.

4.4.4. Hilangnya aktivitas bergotong-royong

Dalam pertanian modern dengan adanya teknologi yang semakin maju, tidak

ada lagi kegiatan tolong-menolong antar keluarga ataupun antar sesama petani yang

ada di Desa Perbangunan. Segala pekerjaan dalam bertani yang tidak bisa dikerjakan

sendiri dan dengan keluarga inti, sudah dikerjakan oleh orang lain dengan

mengharapkan imbalan yang berupa uang.

Di Desa Perbangunan, hanya petani yang menjadi buruh tani yang melakukan

kegiatan tolong-menolong. Buruh tani dapat dikatakan sebagai petani kecil. Mereka

bergotong-royong untuk mengerjakan sawahnya masing-masing. Kegiatan tolong-

menolong (marsiadapari) dilakukan karena mereka tidak memiliki banyak modal

103

Universitas Sumatera Utara


untuk bertani. Marsiadapari yang dilakukan oleh buruh tani tidak mengharapakan

imbalan berupa uang, melainkan berupa tenaga. Kelompok buruh tani tidak bekerja di

sawah anggota kelompoknnya saja, mereka tetap bekerja di sawah orang lain di luar

dari kelompok mereka untuk mencari penghasilan tambahan. Jika sawah dari anggota

kelompok buruh tani siap untuk dikerjakan, mereka akan bekerja di sawah anggota

kelompoknya. Dan jika sawah dari semua anggota kelompok buruh tani belum ada

yang siap untuk dikerjakan, mereka bekerja di sawah orang lain dan menerima upah.

Kegiatan tolong-menolong yang ada di Desa Perbangunan hanya dilakukan

oleh sesama buruh tani perempuan. Kegiatan tolong-menolong buruh tani laki-laki

tidak ada lagi karena perkembangan teknologi yang mengakibatkan banyaknya

pekerjanya adalah laki-laki yang masih muda. Pekerjaan untuk buruh dalam bertani

hanya dilakukan perseorangan saja, seperti bekerja sebagai tukang pupuk,

penyemprot, dan lain-lain.

Hilangnya kegiatan gotong-royong untuk semua petani, menyebabkan

kurangnya interkasi antar petani miskin dan petani kaya. Karena petani miskin setiap

harinya bekerja di sawahnya sendiri dan di sawah orang lain dan petani kaya lebih

banyak melakukan aktivitas di rumah.

4.4.5. Ketergantungan pemakaian pupuk dan obat-obatan untuk produksi hasil

panenyang berlimpah

Teknologi pertanian yang membantu segala aktivitas petani, meringkankan

pekerjaan dalam bertani dengan tidak membutuhkan banyak waktu adalah impian

104

Universitas Sumatera Utara


setiap petani. Tetapi, bagaimana dengan kualitas hasil tanamannya yang semakin

menurun?

Petani zaman modern juga di tandai dengan adanya pupuk dan obat-obatan

untuk hasil panen yang berlimpah. Dengan begitu, tanaman akan di paksa untuk

berkembang dengan cepat. Dengan berkembangnya teknologi, petani semakin tertarik

untuk menggunakan bermacam-macam pupuk dan obat-obatan. Bahkan pemakaian

pupk dan obat-obat adalah satu keharusan bagi petani untuk merangsang

pertumbuhan tanaman. Petani menjadi candu untuk memakai obat-obatan dalam

membasmi hama dan penyakit tanaman lainnya. Ketergantungan petani dalam

memakai pupuk dan obat-obatan menyebabkan banyaknya produk-produk baru yang

di percaya mampu untuk merawat tanamannya.

4.4.6. Warung sebagai tempat berinteraksi

Tanpa disadari perkembangan teknologi berpengaruh pada semua aspek

kehidupan petani. Teknologi pertanian yang semakin canggih menggeser sebagian

tenaga kerja manusia. Akibat dari tenaga kerja yang semakin lama mengalami

penurunan, tempat interaksi petani juga mengalami perubahan.

Berbeda dengan petani tradisional yang menjadikan sawah sebagai tempat

interaksi antar sesama petani. Pada petani modern, warung kopi atau lappo tuak

adalah sebagai tempat berinteraksi khusunya bagi kaum bapak. Banyak warung-

warung kopi yang ada di Desa Perbangunan dan setiap harinya banyak penduduk

yang datang ke tempat itu untuk menghabiskan waktunya. Apabila mereka sedang

105

Universitas Sumatera Utara


tidak bekerja di sawahnya, mereka pergi ke warung untuk bertemu dengan teman-

temannya. Bahkan setelah mereka bekerja di sawahnya, mereka langsung pergi ke

warung dan tidak langsung pulang ke rumah untuk mandi atau hanya sekedar

membersihkan kotoran yang ada di badannya.

Sesuatu tempat yang dijadikan sebagai tempat berinteraksi antar sesama

petani adalah sesuatu yang baik, karena dengan begitu sesama petani masih menjaga

rasa kekeluargaan dan kekompakan antar sesama petani. Tetapi, yang menjadi

permaslahan adalah waktu yang digunakan oleh penduduk Desa Perbangunan

khususnya bagi kaum bapak tepat. Sebagian penduduk desa menghabiskan waktunya

dari pagi hari sampai pada malam hari di warung tersebut. Mereka pulang ke

rumahnya hanya untuk makan dan untuk tidur saja.

Dampak negatif dan dampak positif dari perkembangan teknologi sudah

dirasakan petani. Namun, petani tetap memilih pertanian modern karena dari segi

ekonomi dpaat menambah produksi hasil padi dan petani tidak terlalu capek

mengerjakan sawah sampai menggunakan waktu yang lama.

106

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka di buat kesimpulan dari topik yang paling

penting yang telah diteliti, yaitu tentang dampak dari perkembangan teknologi.

Dampak yang terjadi dapat bersifat negatif dan dapat bersifat positif. Dampak

positifnya adalah sebagai berikut :

1. Mempermudah pekerjaan petani dalam bertani,

2. Mempercepat pekerjaan petani dalam memproduksi tanamannya. Dengan

adanya teknologi pertanian, petani juga dapat memproduksi hasil pangan dua

kali dalam satu tahun.

3. Petani menghasilkan lebih banyak hasil panen dengan menggunakan pupuk

dan obat-obatan.

Teknologi pertanian memang sangat berdampak baik bagi petani modern.

Tetapi, petani juga harus memperhitungkan berapa besar kerugian yang mereka

terima apabila penen mereka gagal akibat adanya perubahan cuaca, adanya banjir,

angin kencang, dan lain-lain. Sedangkan, mereka sudah mengeluarkan banyak biaya

untuk satu kali musim tanam. Oleh karena itu, teknologi pertanian juga mempunya

dampak negatif yang secara langsung dirasakan oleh petani dan mengalami

perubahan tanpa disadari petani.

107

Universitas Sumatera Utara


Dampak negatif dari perkembangan teknologi pertanian terhadap aktivitas

pertanian adalah :

1. Petani harus mempersiapkan modal yang cukup untuk bertani. Karena segala

pekerjaan yang ada di sawah, mereka harus mempekerjakan mesin dan petani

harus mengeluarkan biaya membayar orang lain untuk mengerjakan

sawahnya.Petani juga harus mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk dan

obat-obatan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman dan untuk

meningkatkan hasil produksi tanaman.

2. Sebagian buruh tani kehilangan pekerjaannya dan sebagian buruh tani lainnya

mengalami perubahan pekerjaan.

3. Petani mengubah sistem pertanian dalam mengelola sawahnya untuk memulai

bertani dengan cara melihat kapan musim hujan dan kapan air laut naik, agar

mereka tidak memasukkan banyak air ke sawahnya dengan menggunakan

mesin pompa air.

Dampak negatif dari perkembangan teknologi pertanian terhadap perubahan

sosial penduduk desa yang tidak disadari petani secara langsung adalah :

1. Perkembangan teknologi pertanian mengakibatkan hilangnya rasa bergotong-

royong antar sesama keluarga dan antar sesama petani. Petani menganggap

segala pekerjaan yang ditawarkan orang lain padanya, harus ada imbalannnya

berupa uang. Dalam petani modern sekarang ini, tidak ada lagi rasa

108

Universitas Sumatera Utara


bergotong-royong sesama petani untuk sama-sama menanam padi dan sama-

sama memanen panen.

2. Dengan adanya teknologi yang semakin digunakan masyarakat petani

mengakibatkan kurangnya interaksi antar petani. Jika pada pertanian

tradisional, petani bekerja setiap hari di sawahnya dan lebih banyak

mengahabiskan waktunya untuk mengerjakan sawahnya dengan petani lain

ataupun dengan keluarganya. Pada masa pertanian modern, sesama petani

berkumpul dan berinteraksi apabila ada acara adat atau acara perayaan lainya

di Desa Perbangunan. Bagi penduduk desa yang laki-laki sudah menikah dan

yang belum menikah, lebih banyak berinteraksi dengan teman-temanya di

warung-warung kopi (lappo tuak).

5.2. Saran

Adapun saran yang di buat dalam peneliti ini sebagai bahan pertimbangan

dalam melakukan penelitian :

1. Demi mempererat hubungan penduduk Desa Perbangunan, tradisi yang

pernah dalam pertanian tradisional haruslah di munculkan kembali. Terutama

tradisi saling tolong-menolong untuk mengerjakan pekerjaan yang ada di

sawah.

2. Untuk pemerintah khususnya di bidang pertanian agar terlebih dahulu

memberikan penyuluhan yang baik dalam mengelola pertanian.

109

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Bayu Enggak Rifkian, dkk, Modernisasi Pertanian(Studi Kasus Tentang Peluang

Kerja dan Pendapatan Petani dalam Sistem Pertanian di desa Dukuh Dempok

Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember, Jurnal Ilmiah, Ilmu pendidkan, Ilmu

Ekonomi dan Ilmu Sosial, vol. 11, nomor 1, (2017).

Garna, Judistira K. 1992. Teori-Teori Perubahan Sosial,Bandung: Program

Pascasarjana Unpad, 1996. Ilmu-Ilmu Sosial, Dasar-Konsep-Posisi, Bandung:

Program Pascasarjana Unpad.

Geertz, Cliford.1983. Inovasi Pertanian. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.

Hardjosentono, et al. 1996. Mesin-Mesin Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.

Iskandar A, Nuhung. 2014. Strategi dan Kebijakan Pertanian dalam Perspektif Daya

Saing. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Keluarga Mahasiswa Teknik Indusrti ITB. 1975. Konsep Teknologi. Bandung.

Kontjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta : UI Press.

Moleong, j, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Muhammad Ngafifi, Kemajuan Teknologi dan Pola Kehidupan Manusia, Jurnal

Pembangunan dan Pendidikan, vol. 2, no. 1, (2014) h. 36.

Ranjabar, Jacobus. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia: Suatu Pengantar. Bogor:

PT. Ghalia Indonesia.

110

Universitas Sumatera Utara


Soekartawi, dkk, Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani

Kecil,h. 1.

Soekartawi, dkk. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani

Kecil. Jakarta: UI Press.

Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Spradley, James. 2006. Metode Etnografi. Terjemahan Mizbah Zulfa Elizabeth.

Yogyakarta. Tiara Wacana.

Sztompka, Piotr . 2011. Sosiologi Perubahan Sosial, (Perpustakaan Nasional:

Katalog Dalam terbitan, Jakarta: Prenada.

Wolf, E. R. 1985. Petani. Suatu Tinjauan Antropologis. C.V. Rajawali. Jakarta.

111

Universitas Sumatera Utara


REFERENSI INTERNET

EricR.Wolf1984.http://www.infoorganik.com/index.php?option=com_content

&view=article&id=86:petani-penggarap-hambat-aplikasi-pertanian-organik-pola-

tanamsri&catid=34:padi&Itemid=62.di (akses hari senin 28 deseme 201)

http://bentukdanisi.blogspot.co.id/2012/07/review-buku-masyarakat-petani-

dan.htmlhttps://media.neliti.com/media/publications/63514-ID-fenomena-sosiologis-

metamorphosis-petani.pdf

http://repository.ut.ac.id/4389/1/LUHT4208-M1.pdf

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11033/Bab%20II%202008syu

.pdf?sequence=9

KBBI online 2010

112

Universitas Sumatera Utara


GLOSARIUM

 Dolok adalah sebutan untuk daerah pertanian.

 Dollat adalah alat berat yang digunaakan untuk mengangkut barang-barang dalam

jumlah banyak.

 Farmer adalah memproduksi hasil pertanian sebanyak-banyaknya untuk

memenuhi kebutuhan pokok nya sendiri dan untuk mendapatkan keuntungan

yang besar dari hasil tani.

 Kuala adalah sebutan untuk daerah pertanian.

 Kaleng : satuan untuk menghitung banyaknya padi/beras

 1 kaleng beras = 16 kg beras

 Lappo tuak adalah warung-warung yang menjual makanan-makanan ringan dan

menjual tuak dan biasanya ramai dengan bapak-bapak.

 Marsiadapari adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan kegiatan saling

tolong-menolong antar sesama petani.

 Mengketek adalah istilah yang dipakai untuk mengambil kembali sisa biur-biur

padi yang tertinggal ditumpukan jerami setelah di panen.

 Parsuan adalah sebutan untuk seseorang pekerja yang bekerja menanam padi.

 Peasant adalah golongan yang mempunyai lahan pertanian dan mengerjakan lahan

pertaniannya sendiri. Petani memproduki hasil tani hanya untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari saja dan tidak untuk mencari keuntungan.

Universitas Sumatera Utara


 Parkomben adalah sebutan untuk seseoarng yang menggerakkan mesin perontok

padi dan seseorang pekerja pada masa panen

 Paralong-along adalah sebutan untuk pedagang sayur, ikan, dan makanan pokok

lainnya.

 Sekunder adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, seperti makanan.

Saong-saong adalah penutup kepala dalam bertani yang berupa kain-kain atau

sarung. Biasa digunakan oleh kaum wanita atau kaum ibu.

 Tersier adalah kebutuhan yang bersifat mewah dan tidak harus dipenuhi .

 Thresher adalah mesin perontok padi atau alat penggerak yang digunakan oleh

para petani untuk memisahkan bulir-bulir padi dari tangkainya.

 Traktor adalah alat salah satu kendaraan alat berat yang biasa digunakan untuk

membantu dalam bidang pertanian dan konstruksi. Dalam bidang pertanian yang

berfungsi untuk membajak sawah.

Universitas Sumatera Utara


Foto 1

Ket : Salah satu penduduk desa yang berbelanja dari paralong-along.

Foto 2.

Ket : Foto sekolah SMP HKBP PARDOMUAN desa Perbangunan. Salah satu
sekolah yang ada di desa Perbangunan yang berada di dusun III.

Universitas Sumatera Utara


Foto 3.

Ket : foto salah satu rumah ibadah yang ada di desa Perbangunan yang berada di
dusun XII

Foto 4.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai