KELOMPOK 3:
DOSEN PENGAMPU:
PENDIDIKAN PANCASILA
2019
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
a. Pengertian Sistem
Pengertian tentang sistem dapat mengacu pada benda-benda konkrit
maupun benda-benda abstrak. Menurut Fowler (1964) yang dimaksud dengan
sistem adalah complex whole, set of connected things or parts, organized body
ofmaterial or immaterial things. Artinya keseluruhan kompleks, kumpulan hal atau
bagian yang saling berhubungan, benda-benda material atau tidak material yang
terorganisasi.
c. Sistem Filsafat
Pada uraian di atas dikatakan bahwa yang dimaksud dengan sistem filsafat
adalah kumpulan ajaran yang terkordinasikan. Suatu sistem filsafat haruslah
memiliki ciri-ciri tertentu yang berbeda dengan sistem lain misalnya sistem ilmiah.
Suatu sistem filsafat harus komprehensive, dalam arti tidak ada sesuatu hal yang di
luar jangkauannya. Kalau tidak demikian maka hanya memandang realitas dari satu
samping atau tidak memadai.
Suatu sistem filsafat dikatakan memadai kalau mencakup suatu penjelasan
terhadap semua gejala (Kattso£t, 1964) .Realitas yang dihadapi manusia sangat
luas, mencakup segala sesuatu baik hal-hal yang dapat ditangkap dengan indera
manusiawi yang dapat ditangkap dengan akal.
Sebagai mahluk yang berakal, manusia dapat melampaui pengalamannya
sehingga dapat menangkap kenyataan yang di luar pengalaman. Realitas yang
bersifat spiritual (kerokhanian), misalnya hakikat atau esensi sesuatu hal tidak
dapat ditangkap dengan indra akan tetapi hanya dapat dimengerti atau dipahami
dengan perantaraan akal. Karena sedemikian luas jangkauan filsafat, maka sesuatu
sistem fllsafat dengan sendirinya mencakup pemikiran teoritis tentang realitas baik
itu tentang Tuhan, alam, maupun manusia itu sendiri.
Sejalan dengan pengertian sistem sebagaimana dikemukakan di depan,
maka unsur-unsur atau ajaran tentang realitas tersebut, haruslah saling-
berhubungan satu dengan yang lain dalam hubungan yang menyeluruh
(komprehensif). Dalam suatu sistem filsafat ada hubungan antara pemikiran teoritis
tentang Tuhan, alam, dan manusia.Yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa
suatu sistem filsafat mengandung maksud atau tujuan tertentu sebagaimana yang
diharapkan oleh mereka yang mempercayainya bahwa sistem filsafat yang
dianutnya itu sudah merupakan kebenaran yang mutlak.
d. Sistematik Filsafat
Cara mempelajari filsafat dibedakan menjadi dua yaitu secara historis dan
secara sistematik. Yang pertama mempelajari sejarah perkembangan pemikiran
filsafat sejak awal pemunculannya sampai sekarang. Yang kedua mempelajari isi,
yaitu mempelajari pembagian bidang persoalannnya. Masalah-masalah filsafat di
samping dapat dideskripsikan ciri-cirinya, juga dapat dibagi menurut jenis-jenisnya
Jenis-jenis masalah filsafat ini bersesuaian dengan cabang-cabang filsafat.
Ada tiga jenis masalah kefilsafatan yang utama yaitu keberadaan,
pengetahuan dan nilai-nilai.
(1) Masalah-masalah keberadaan (being) atau eksistensi (ezistence).
Masalah ini bersangkutan dengan cabang filsafatmetafisika. Masalah metafisis
dibedakan menjadi tiga yaitu masalah ontologis, masalah kosmologis dan
masalah antrapologis.
(2) Masalah-masalah pengetahuan (knowledge) maupun kebenaran (truth).
Pengetahuan kebenaran ditinjau dari segi isinya bersangkutan dengan cabang
filsafat epistemologi. Pengetahuan kebenaran ditinjau dari segi bentuknya
bersangkutan dengan cabang filsafatlogika.
(3) Masalah-masalah nilai-nilai(values).
Nilai-nilai dapat dibedakan menjadi dua, nilai-nilai kebaikan dan nilai-
nilaikeindahan. Nilai-nilai kebaikan tingkah laku bertalian dengan cabang
filsafat etika. Nilai-nilai keindahan bertalian dengan cabang filsafat estetika.
Cara pembagian yang lebih sederhana, tiga masalah kefilsafatan tersebut
jugadapat dikaitkan secaraberurutan dengantiga cabang filsafat yaitu:
metaflsika, epistemoogi, dan aksiologi. Dalam metafisika, pertanyaan
pokoknya adalah apakah ada itu?, dalam epistemologi, pertanyaan pokoknya
adalah apakah yang dapat saya ketahui?, sedang dalam aksiologi pertanyaan
pokoknya adalah bagaimanakah seharuanya saya berbuat?. Dalam kaitannya
dengan tilsafat Pancasila tiga persoalan metafisis, epistemologisdan aksiologis
tersebut harus dapat dijawab. Dalam kaitannya dengan Pancasila sebagai
sistem kefilsafatan, tiga masalah tersebut baru dapat dijawab baik secara
teoritis maupun secara normatif.
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjiwai dan meliputi sila Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dijiwai dan diliputi oleh sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, menjiwai dan meliputi sila Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
c. Sila Persatuan Indonesia dijiwai dan diliputi oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, menjiwai dan meliputi sila Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dijiwai dan diliputi oleh sila Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, menjiwai dan
meliputi, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dijiwai dan diliputi oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
(2) perkembangan gagasan hak asasi manusia (HAM) yang tidak diimbangi dengan
kewajiban asasi manusia
Pancasila sebagai Sistem Filsafat adalah kesatuan dari berbagai unsur yang
memiliki fungsi tersendiri, tujuan yang sama, saling keterikatan dan ketergantungan.
Filsafat adalah upaya manusia mencari kebijaksanaan hidup dalam membangun peradaban
manusia. Pancasila adalah ideologi dasar dalam kehidupan bernegara Indonesia. Pancasila
dalam filsafat digunakan sebagai objek dan subjek. Objek untuk dicari landasan filosofi
nya dan subjek untuk mengkritisi aliran filsafat yang berkembang. Maka dari itu Pancasila
harus menjadi orientasi pelaksanaan sistem politik dan pembangunan nasional.
Kita sebagai warga negara Indonesia seharusnya mempelajari betul apa makna
landasan filosofi Pancasila dan juga mengkritisi prinsip-prinsip kehidupan kita dengan
melihat Pancasila, bukan ketika ada prinsip hidup kita yang berlawanan dengan Pancasila
kita malah ingin mengganti ideologi Pancasila tersebut.
Pancasila memiliki 3 landasan pijak filosofis yaitu Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologis. Ontologis dalam filsafat adalah tentang hakikat yang paling mendalam dan
paling umum(mendasar). Epistemologis adalah tentang sifat dasar pengetahuan.
Aksiologis adalah tentang penelitian tentang nilai-nilai. Landasan Ontologis Pancasila
adalah pemikiran filosofis atas sila-sila Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia.
Menurut Sephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, ontology bergadapan dengan sifat
makhluk hidup, dimana ada 3 mainstream utama yaitu determinisme, pragmatism, dan
kompromisme.
Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia sebagai Ontologi adalah sebagai
brikut.
Landasan Aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung dalam
sila-sila Pancasila. Pancasila mengandung spiritualitas, kemanusiaan, solidaritas,
musyawarah, dan keadilan. Pancasila merupakan sumber nilai untuk memahami hidup
berbangsa dan bernegara secara utuh.
Slamet Sutrisno. 2006. Filsafat Dan Ideologi Pancasila. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Syam, Mohammad Nor. 1980. Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan
Fuadi, Ariza. 2015. Negara Kesejahteraan (Welfarestate) dalam Pandangan Islam dan
Kristiono, Nata. 2017. Harmony. Jurnal Pembelajaran IPS dan PKN Volume 2 Nomor 2
Halaman 1-5.
Nurardani, Paristiyanti dkk. 2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Ristekdikti.
Indonesia.
Fowler, W.H. 1964. The Concise Oxford Dictionary of Current English. Inggris: Oxford.
Homby, A.S. 1973. The Advanced Learnber'a Dictionary of Current English. Inggris:
Oxford.
Mulder, D.C. 1966. Pembimbing ke dalam Rmu Filsafat. Jakarta: Badan Penerbit Kristen.
Sprague, Elmer and Paul W. Taylor. 1959. Knowledge and Values, NewYork: Horcourt
http://www.academia.edu/36288604/PANCASILA_SEBAGAI_SISTEM_FILSAFAT
diakses pada tanggal 3 Oktober 2019 pukul 15. 50 WIB.
https://www.kompasiana.com/brianjohanes7627/5ceb56e195760e301c7e64f2/pancasila-
sebagai-sistem-filsafat?page=all diakses pada tanggal 3 Oktober 2019 pukul 16. 38 WIB.