SKRIPSI
Oleh :
AHMAD SUPANDI
108022000013
AHMAD SUPANDI
108022000013
i
DAFTAR LAMPIRAN
Bertangkup"
ii
DAFTAR TABEL
Indrapura
Tabel 2 : Silsilah Sultan di Kesultanan Siak Sri Indrapura pada Tahun 1723
1946
1898-1915
1915-1945
Melaka
iii
KATA PENGANTAR
Tidak ada kata yang pantas kita ucapkan selain rasa syukur atas segala curahan nikmat,
penulis dapat menyelesaikan skipsi ini dan semoga kita senantiasa berada dalam kategori
hamba-Nya yang selalu pandai bersyukur. Shalawat beriring salam tetap terpatri kepada sang
proklamotor Islam, yakni kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan kita
Sebagai insan akedemis di perguruan tinggi, maka harus menyelesaikan skripsi dan
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam rangka itulah penulis membuat
Penulis sangat menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan dan
kelemahan di dalamnya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik agar
layak menjadi suatu khazanah literatur Sejarah dan Kebudayaan Islam Nusantara.
dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi baik secara moral dan materil
Kepada Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kepada Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
iv
Kepada H. Nurhasan, MA, selaku Ketua Jurusan dan Sholikatus Sa'diyah, M.Pd,
selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan
Kapada Prof. Dr. Dien Majdid M.Hum, selaku guru besar dan sekaligus sebagai orang
tua bagi penulis, yang telah bersedia membimbing dengan penuh kesabaran dan penuh
Kepada Pembimbing Akademik, Dr. H. M. Muslih Idris, MA, Lc, dan para dosen
terhaturkan salam ta'dzim dari penulis serta seluruh Civitas Akedemik Fakultas yang
telah memberikan pengetahuan baru selama menempuh studi di Fakultas Adab dan
Kepada Drs. H. O.K Nizami Djamil, Drs. Suwardi Mohammad Samin, Dra. Elly Roza
M.Hum, Drs. H. Kadri Yasif. M.Pd selaku Kepala Dinas Pariwisata Seni Budaya dan
Olah Raga Kabupaten Siak, yang telah bertemu dan berbincang hangat dengan penulis
pada acara Seminar Internasional Sejarah Lisan Rumpun Melayu 2014 "Rumpun
Melayu Dalam Perspektif Sejarah Dan Budaya" di Gedung Guru Riau, Pekanbaru
Islam Cabang Pekanbaru yang telah menemani dan membantu penulis selama berada
di Provinsi Riau.
Kepada kedua orang tua tercinta Sarneti binti Sultan Tumanggung dan Ahmad Sahori
bin Muhammad Yatin dan Adik ku Bayti Witia telah menjadi semangat hidup dan
telah mendidik penulis dengan kasih sayang hingga menjadi pelita dalam hidup
penulis. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan senantiaasa berada dalam
selimut keberkahan dunia dan akhirat. Dari esemua sikap yang selama ini dirasakan,
izinkan penulis agar bisa membahagiakan mama, bapak dan adik. Kepada keluarga
v
Besar di Lampung, Maninjau, Tanah Datar, Bukittinggi dan Kampung Kapuk Jakarta
Barat.
Kepada orang tua dari kekasih hati penulis tersayang, umi Aminah dan abi Saruji, dan
terimakasih kepada calon istri idaman penulis, Ajizah Nabilah yang telah menjadi
dan Kotaro) yang hebat, dan kawan-kawan angkatan 2008 di Jurusan SKI, BSA, BSI,
menghabiskan hari dan bersenda gurau di basement Adab tercinta dan membimbing,
menasehati, dan menegur keras disaat penulis berbuat kesalahan. Jayalah HMI,
Penulis juga berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi bagian
dalam pengembangan ilmu sejarah dan dapat dijadikan sebagai referensi. Amiin Yaa Rabbal
'alamiin.
Penulis,
Ahmad Supandi
vi
DAFTAR ISI
Abstrak ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1. Sebelum Islam......................................................................... 27
3. Keriwayatan Pendiri................................................................ 35
vii
BAB IV PERLAWANAN KESULTANAN SIAK SRI INDRAPURA TERHADAP
KOLONIALISME
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN- LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Benua Kuning merupakan nama lain dari Benua Asia, adapun salah satu
kawasan yang berada di Benua Kuning adalah, wilayah Asia Tenggara, dari
sekian banyaknya negara yang berada di zona wilayah benua Asia seperti, Asia
Tengah, Asia Barat, Asia Timur, dan Asia Tenggara, namun penulis hanya
daerah Asia Tenggara terdapat beberapa negara yang dipisahkan oleh lautan
sempit yang berada diantara dua pulau yang dinamakan selat. Kawasan ini
sungguh telah menoreh dan memiliki beberapa nilai sejarah peradaban dan
kebudayaan cukup besar yang dahulunya telah terjadi dikawasan ini, hal ini bisa
terjadi karena Asia Tenggara adalah kawasan "geostrategis" yang terletak pada
posisi silang antara jalur perdagangan internasional yang memiliki kekayaan akan
sumber daya alamnya, tenaga kerja, dan sekaligus kawasan pasar yang potensial.
aktivitas perniagaan antar bangsa-bangsa asing dan lokal, serta kawasan Asia
Tenggara terdapat jalur sutera yang berfungsi sebagai lalu lintas utama yakni,
Selat Malaka dan Selat Singgapura yang merupakan salah satu jalur yang sangat
ramai dilalui dan dipenuhi oleh kapal-kapal dagang.1 Kedua faktor itulah yang
menjadi magnet serta incaran bagi bangsa asing (Eropa) seperti Portugis, Belanda,
1
Djoko Pramono, Budaya Bahari, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), hal. 13.
1
kekayaan sumber daya alam serta menanamkan pengaruhnya pada kerajaan-
kerajaan yang berada di kawasan Asia Tenggara khususnya Nusantara yang kental
Pada abad VII dan XIII M, kedatangan negara asing tersebut tidak hanya
berperan sebagai pedagang saja, melainkan juga telah memberikan pengaruh dan
ataupun Asia Tenggara secara luas yaitu, agama dan budaya Hindu-Budha.2
Sehingga Asia Tenggara menjadi pusat keramaian dan menjadi pusat perdagangan
karena jalur dagang yang terbentang antara India dan Cina pasti melintasi Selat
Melaka sejak awal Masehi, pernyataan ini dibenarkan oleh D.G.E. Hall dalam
memulakan perhubungan dagang jalan laut ke negeri Cina, dan bukti-bukti yang
peranan yang tidak kurang penting seperti India dalam perdagangan Asia
Kondisi di sekitar Selat Melaka pernah dikuasai oleh sebuah kerajaan yang
bercorak maritim dan memilik kekuasaan wilayah cukup besar, yakni Kerajaan
Sriwijaya. Kerajaan ini juga menjadikan Selat Melaka hingga Selat Sunda sebagai
2
Bernard Phileppe Groslier, Indocina Persilangan Kebudayaan, (Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia, 2007), hal. 27. Lihat juga, Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional
Indonesia II, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), hal. 450.
2
pelabuhan pusat perdagangan. Mengenai wilayah-wilayah yang berada dibawah
Langka). Pada 670-673 M, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Budha dan
sangat berpengaruh, tepat pada tahun 670-an salah satu pendeta termasyhur dari
kekalahan pada saat melakukan perlawanan armada laut dari Jawa dibawah
komando Raja Dharmawangsa Teguh. Pada faktor yang kedua abad ke-XI,
Kerajaan India (1023-1030 M), pada akhirnya raja dari Kerajaan Sriwijaya
menjadi tawanannya. Faktor ketiga tepat pada tahun 1377 M, Kerajaan Mojopahit
3
I-Tsing adalah seorang musafir berkebangsaan Cina, dan tepat pada tahun 671 M
dirinya sampai di Fo-Che (Sriwijaya), I-Tsing sempat tinggal selama enam bulan dan selama di
Fo-Che dirinya belajar tatabahasa Sanskerta. Setelah menuntut ilmu selama 14 tahun di Nalanda,
pada tahun 685 M, kembali ke Sriwijaya untuk menyampaikan ilmunya selama di Nalanda dan
menerjemahkan naskah suci Budha. Di Sriwijaya I-Tsing selama di Sriwijaya telah menulis
beberapa karyanya kitab yang menjelaskan tentang praktek agama Budha di India agar dapat
meluruskan kesalahan yang selama ini terjadi di Cina. Jadi selama berada di pusat Kerajaan
Sriwijaya I-Tsing telah menulis beberapa kitab dan catatannya kemudian pada tahun 695 M,
dirinya pulang ke Cina. Lihat selengkapnya, Tim Penulisan Universitas Riau, Sejarah Riau, Masa
Kolonialisme hingga Kemerdekaan RI, 2006, Pekanbaru, Surya Benta Perkasa, hal. 94-95.
3
Akibat kekalahan tersebut yang terjadi pada akhir abad ke-XIII, Kerajaan
orang-orang Siam 1292.4 Kekuatan lain dari dalam sendiri yaitu Melayu Jambi
yang telah dikuasai oleh Singosari pada tahun 1275-1293 M dan akhirnya
kerajaan Melayu yang berada di bawah kekuasaannya. Dari beberapa faktor itulah
dan Melaka, Kerajaan Kandia atau Kuantan, Kerajaan Gasib, Kerajaan Kritang
dan Inderagiri, Kerajaan Rokan, Kerajaan Pekan Tua. Dalam pepatah Melayu
itulah semboyan orang Melayu, walaupun Sriwijaya runtuh namun setelah itu
tumbuh dan berkembang beberapa kerajaan Melayu yang bercorak Islam sekitar
Selat Melaka dan di daerah Riau. Melaka merupakan daerah lalu lintas dan
seperti ini bisa terjadi, dikarenakan Selat Melaka sangat penting dan sebagai pintu
untuk meneruskan perjalanannya ke Pantai Utara Brunei, Sulu, Melaka, Jawa dan
4
Adapun yang dimaksud dari orang-orang Siam adalah Kerajaan Sukhotai di Wliayah
Muang Thai sekarang ini. Orang Siam terusir oleh Raja Mongol di Cina yaitu Wangsa Yuan 1260-
1368 yang menginginkan untuk menaklukan orang-orang Siam di Indo-Cina. Dan tepat pada tahun
1292 M, daerah Ligor dapat di kuasai oleh Kerajaan Sukhotai dan terus ekspansi ke daerah
Selatan. Lihat Tim Penulisan Universitas Riau, Sejarah Riau, Pekanbaru Riau, 1976, hal. 120.
4
terus ke Maluku. Tepat pada tahun 1414 M, pada masa Sultan Muhammad
Iskandar Syah agama Islam mulai terasa di Kesultanan Melaka dan berlanjut pada
tahun 1445-1458 M, tepatnya pada masa Sultan Muzaffar Syah agama Islam
Budha perlahan hilang dengan masuknya agama Islam di Riau dengan ditinjau
dari sudut sejarah dan geografis terdiri dua jalur, yakni melalui jalur perdagangan
Hindu-Budha dengan tanpa merusak tradisi, adat, dan budaya yang sudah ada.
Pada abad ke-IV-V di pedalaman kampung yang bernama Gasib yang berada
sekitar Sungai Jantan (Siak) terdapat sebuah kerajaan yang kental dengan ajaran
cukup luas, yakni sepanjang aliran Sungai Jantan hingga perbatasan daerah
Kesultanan Melaka yang sedang melakukan ekpansi tanah daratan Riau dan
5
Daerah Riau jika dilihat dalam globe terlihat sangat strategis bagi lalu lintas pelayaran
yang menghubungkan jalur pelayaran dari Arab, Cina ke India dan sebaliknya, adapun rincian
route yang dimaksud sebagai berikut: Dari Arab, ke Teluk Persia, Cambay, Gujarat, Selat Melaka,
Teluk Siam, Cina. Dan apabila terjadi pergantian angin (angin muson) di Laut Cina Selatan, maka
pelayaran beralih dari Selat Melaka, ke Pantai Timur Sumatera, Pantai Utara Jawa, Selat
Makassar, Philipina baru ke Cina. Dan dari jalur perdagangan dalam negeri (antar daerah) di
Nusantara. Lihat Tim Penulisan Universitas Riau, Sejarah Riau, Pekanbaru, 1976, hal. 120-125.
6
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, cet.I, CV. Sukabina Pekanbaru, LAM
Kabupaten Siak, 2011, hal.8.
5
Tepat pada 1444-1477 M, Kerajaan Gasib berhasil ditaklukkan oleh
Melaka ketika dipimpin Sultan Mansyur Syah dengan menjadikan anak laki-laki
dari seorang Raja Gasib yang bernama Megat Kudu untuk memimpin Kerajaan
Gasib. Sehingga pada peristiwa ini raja yang bernama Megat Kudu mendapatkan
gelar yang kental dengan Islam, yakni Sultan Ibrahim dan otomatis menjadi
seorang muallaf karena melihat Kera Melaka yang begitu kental dengan nilai-nilai
ke-Islaman.7
Islam, diantaranya Kerajaan Gasib. Pengaruh agama Islam yang dibawa oleh
masa Sultan Mansyur Syah (1459-1477 M). Faktor berikutnya yang menyebabkan
melakukan Islamisasi dijajaran para raja. Strategi ini sangat efektif, karena ketika
raja sudah memeluk agama Islam maka otomatis jajarannya dan rakyatnya akan
mengikuti apa yang dilakukan oleh rajanya. Kemudian Kesultanan Melaka juga
7
Tim Penulisan Universitas Riau, Sejarah Riau, Masa Kolonialisme hingga Kemerdekaan
RI, Pekanbaru :Sutra Benta Pustaka, 2006, hal. 154-156.
6
memberlakukan sistem perkawinan, dengan menikahkan antar kerajaan sangat
Kesultanan Melaka, Sultan Mansyur Syah menobatkan anak Raja Gasib yang
Kesultanan Melaka. Sehingga Megat Kudu menjadi menantu dan bergelar Sultan
Ibrahim. Pada tahun 1477-1488 M, ketika Sultan Alauddin Riayat Syah I menjadi
Sultan Ibrahim digantikan anaknya bernama Raja Abdullah. Beranjak pada masa
Sultan Alauddin Riayat Syah I digantikan oleh Sultan Mahmud Syah I pada tahun
Raja Husin. Pada periode inilah Kesultanan Melaka kedatangan tamu dari Eropa
ke Melaka dengan kekuatan penuh dan senjata yang memadai untuk merebut
Melaka dari Kesultanan Melaka hingga berhasil di taklukkan pada tahun 1511 M,
hingga sultan terakhir Melaka yang berkuasa di Johor (Kota Tinggi) hingga
wafatnya yakni Sultan Mahmud Syah II (1685-1699 M). Pada saat itu juga
1723 M yang berpusat di Bintan di Hulu Sungai Riau. Kemudian dilanjutkan oleh
7
Sultan Abdul Jalil Riayat Syah (1699-1719 M), pemerintahan selanjutnya oleh
Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (putera dari Sultan Mahmud Syah I yang telah
mangkat Dijulang, pemberian gelar ini karena Sultan terbunuh dalam Julungan8
yang dipakul oleh pelayannya ketika berangkat ke Masjid.9 Pada masa inilah
Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah mendirikan Kesultanan Siak Sri Indrapura di
Buantan pada tahun 1723-1746 M.10 Sultan Abdul Jalil Riayat Syah pada waktu
itu berada di Kuala Pahang, memfitnah Raja Kecik dengan mengatakan bahwa
Raja Kecik bukanlah seorang anak dari Encik Pong dan zuriat Sultan Mahmud
Syah II. Hal ini menyebabkan sebagian rakyat Johor cenderung membencinya,
di Kesultanan Johor dipimpin oleh dua sultan. Pada akhirnya untuk menghindari
keributan yang terjadi maka Raja Kecik meninggalkan Johor dan pindah ke
bagian kecil permasalahan yang telah terjadi dan menimbulkan perpecahan intenal
huruhara, karena rakyat Johor terpecah menjadi dua golongan, golongan pertama
ada yang berpihak kepada Raja Kecik dan golongan kedua yang berpihak kepada
Sultan Abdul Jalil Riayat Syah. Pada tahun 1719 M, terjadi peperangan antar
rakyat Johor yang memihak kepada Sultan Abdul Jalil Riayat Syah dengan rakyat
yang memihak kepada Raja Kecik yang mayoritas dari orang-orang Minangkabau.
8
Julungan adalah sebuah tandu kebesaran (usungan dengan pikulan yang mempunyai
tempat duduk)
9
Prof. Hamka, Dari Perbendaharaan Lama, (Jakarta: Pustaka Panjimas, cet.2, 1982), hal.
245.
10
Lihat Lampiran Peta 5-6 Kesultanan Melayu Johor I (Melayu Bintan) tahun 1513-1699
M dan Kesultanan Melayu Johor II (Melayu Riau) tahun 1699-1723 M.
8
Peperangan ini terjadi karena keduanya tidak bisa menahan diri dan emosinya.
Adapun dalam peperangan tersebut pihak dari Sultan Abdul Jalil Riayat Syah IV
mengalami kekalahan dan kemudian beliau pindah ke Pahang dan Raja Kecik
juga pindah dan menetap di Riau, sejak itulah Raja Kecik menjalankan
tiga pusat kekuasaan dan kemudian wilayah kekuasaan dibagi tiga, daerah
Jalil(Sultan Abdul Jalil Riayat Syah). Sedangkan daerah Johor, Siak, Bengkalis,
dan Batu Bara berada dibawah pemerintahan Raja Kecik. Selain itu juga terdapat
wilayah yang telah dikuasai oleh orang Bugis yang pada saat itu membantu
Bendahara Abdul Jalil dalam perebutan tahta Kesultanan Johor dengan Raja
Kecik yaitu daerah Selanggor, Kelang dan Lingga berada dibawah pemerintahan
Raja Kecik mundur dan mencari daerah yang nyaman dan strategis untuk
Pada akhirnya Raja Kecik menemukan suatu tempat dan merapat di Siak.
Adapun daerah Siak tepatnya di Buatan yang berada di sepanjang Sungai Siak
(Jantan) dipilih oleh Raja Kecik untuk membuat siasat dan dapat menuntut bela
pertamanya Raja Kecik mendirikan sebuah kerajaan yang pewaris sah Kesultanan
11
Mohd. Yusoff Hashim, 1992, Pensejarahan Melayu : kajian tentang tradisi sejarah
Melayu Nusantara. Kuala Lumpur ; Dewan Bahasa dan Pusaka Malaysia. Baca juga tulisan lain
Mohd. Yusoff Hashim, 1994. Daulat dalam tradisi budaya dan politik kesultanan Melayu abad
ke-XV dan awal abad ke-XVI ; antara mitos dan realiti. Dalam Journal of the historical society.
Kuala Lumpur : Universitas of Malaya. No.3.
9
Johor, kerajaan tersebut nantinya bernama Kesultanan Siak yang berpusat di
terletak Bintan Hulu Sungai Riau. Raja Kecik pun dinobatkan sebagai Raja Siak
pertama pada tahun 1723 M, dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah.
Sri Indrapura memiliki hubungan dengan Kesultanan Johor, dan Kesultanan Johor
dan mengenai kedatangan bangsa asing di Kesultanan Siak Sri Indrapura serta
menjadi kerajaan yang bercorak Islam yang diperkasai oleh seorang anak laki-laki
yang terbuang dan sebagai zuriat dari pada Sultan terakhir di Kesultanan Melaka
yakni Sultan Mahmud Syah I, yang bernama Raja Kecik. Setelah Raja Kecik
10
pemerintahan tidak kondusif karena adanya orang-orang Bugis yang berkeliaran
gejolak dan perpecahan selama roda pemerintahan, sehingga Raja Kecik beranjak
dari Melaka ke Buantan. Pada tahun 1723 M, di Buantan, Raja Kecik mendirikan
kerajaan baru yang merupakan pewaris dari Kesultanan Melaka yakni, Kesultanan
Siakdi bawah kendali Raja Kecik eksistensi Kesultanan Siak menjadi sebuah
kerajaan bahari dan pusat pelabuhan dan hingga disegani di daerah pesisir Timur
namun semua Sultan yang menggenggam kekuasaan tidak pernah gentar untuk
menghadapi bangsa asing itu, karena sang Sultan mendapatkan beberapa kekuatan
mengenai awal mula pembentukan dan berdirinya Kesultanan Siak yang terjadi di
sekitar Sungai Jantan (Siak), dari awal yang kental agama Hindu-Budha menjadi
kesultanan yang bercorak Islam dan juga mengkaji beberapa pengaruh Islam
skripsi ini, adapun permasalahan dalam skripsi ini dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
11
d. Kesultanan Siak Sri Indrapura menghadapi kolonialisme.
Indrapura.
pembahasan skripsi ini dan tidak mengalami pelebaran serta tetap terfokus pada
masalah, maka penulis membatasi masalah dalam tiga pertanyaan sebagai berikut:
Indrapura.
12
Adapun kegunaannya :
yang berada di Siak, Pekanbaru Riau yang terjadi pada tahun 1723
M.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian skripsi ini yang menjadi inspirasi terkait dengan judul
13
menjadi dua, yang pertama sumber primer dalam buku karya dari seorang
keturunan dari sekretaris pribadi Sultan Assaidis Syarif Kasim Tsani menduduki
kursi pemerintahan di Kesultanan Siak Sri Indrapuradalam karya yang ditulis oleh
Tim Penulis Drs. H. O.K Nizami Djamil dkk, yang berjudul Sejarah Kerajaan
Siak, dalam buku ini merupakan acuan pertama penulis dan sangat terbantu dalam
proses penulisan skripsi ini karena didalamnya membahas sangat jelas sejarah
Kerajaan Siak sebelum dan sesudah Islam masuk, mengenai adat dan budaya serta
dalam buku berikutnya yang disusun oleh Tim Universitas Riau dkk, yang
awalnya merupakan draff seminar Sejarah Riau, seminar ini berlangsung pada
tanggal 20-25 Mei 1975 M, dalam buku ini terdapat beberapa pembahasan
buku ini adalah Kesultanan Siak, Indragiri, Pelalawan dan Rokan, kemudian
membahas kondisi Riau. Penulis juga mendapati buku karangan Elisa Netscher,
yang berjudul De Nederlanders In Djohor En Siak 1602 tot 1865, Bruining & Wijt
1870 yang telah diterjemahkan oleh Wan Ghalib dkk dengan judul Belanda Di
Johor Dan Siak 1602-1865, penulis sangat bersyukur, karena telah mendapatkan
buku ini yang begitu sulit untuk mendapatkannya. Di dalam buku ini sangat kental
pemerintahan Belanda dari Johor hingga menjalar ke Siak, dalam buku ini juga
tercantum beberapa perjanjian Siak antara pihak Kesultanan Siak Sri Indrapura
14
Pemerintahan V.O.C Dan Hindia-Belanda 1784-1909, buku ini terdapat
menerbitkan buku yang berjudul Hikayat Iskandar Zurkarnain dan Syair Raja
Siak, Dari Naskah W 113 & W273, buku ini terdapat dua naskah kuno yang aksara
Kategori sumber yang kedua yaitu sumber sekunder, dalam buku W.G.
Shellaber, yang berjudul Sejarah Melayu mengulas secara rinci mengenai sejarah
di Tanah Melayu dan peranannya, buku ini juga membahas mengenai sejarah awal
bangsa Portugis yang kemudian menguasai Malaka pada tahun 1511 M. Dalam
buku karya Muhammad Yusoff Hashim Ph.D yang berjudul Kesultanan Melayu
Malaka membahas beberapa aspek tentang Melaka pada Abad ke XV dan Abad
E. Metode Penelitian
jugasekilas membahas pada bidang Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Tradisi
15
macam material berupa buku-buku, majalah, jurnal, artikel dan lain sebagainya
yang relevansinya dengan kajian skripsi ini.12 Kemudian dari data tersebut untuk
pendekatan kualitatif.
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang
data yang telah didapati dari beberapa hasil kunjungan di beberapa perpustakaan,
disesuaikan dari buku pedoman akedemik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan
12
Mardalis, Metodologi Penelitian; Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara,
1993), hal. 25.
13
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), hal. 3.
16
2. Interpretasi, dengan memberikan tafsiran terhadap fakta sejarah
skripsi ini.
layak dan pantas dijadikan sebagai acuan sumber atau kurang layak
skripsi.
17
F. SistematikaPenulisan
BAB I PENDAHULUAN
SEJARAH
kota Siak Sri Indrapura, selayang pandang sejarah dan awal mula
Indrapura.
sosial-ekonomi.
18
BAB IV PERLAWANAN KESULTANAN SIAK SRI INDRAPURA
TERHADAP KOLONIALISME
BAB V PENUTUP
Pada bagian terakhir ini terdiri dari kesimpulan dari tiap-tiap bab
19
BAB II
1. Geografis
Melayu Islam yang kental dengan nilai-nilai ke-Islaman. Karena dahulu daerah
Siak menjadi pusat peradaban Islam Melayu yang berada di bawah imperium
Kersultana Melaka. Sehingga begitu kentalnya siar dan ajaran agama Islam di
Siak, yang berdampak dalam peradaban, kebudayaan, dan adat. Sampai saat ini
orang yang pandai dalam pengetahuan Islamnya dikenal dengan sebutan Orang
Siak.14 Adapun bukti otentik dari pernyataan diatas terdapat beberapa peninggalan
sejarah berupa sebuah Istana yang masih kokoh sebagai simbol kekuasaan pada
era pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura yang bernama Istana Asserayah
Hasyimiah15, Balai Rung Sari16 dan adanya bagunan masjid kerajaan yang
14
Amir Lutfi, Hukum dan Perubahan Struktur Kekuasaan Pelaksanaan Hukum Islam
dalam Kesultanan Melayu Siak 1901-1942, Pekanbaru : Susqa Press, 1991, hal.131 dan lihat juga
Hasbullah, Islam dan Transformasi Kebudayaan Melayu di Kerajaan Siak, Pekanbaru :Yayasan
Pusaka Riau, 2007, hal. 5.
15
Istana ini adalah peninggalan dan bukti nyata bahwasannya telah ada Kesultanan Siak
Sri Indrapura dan pemerintahannya yang terletak di tepi Sungai Siak. Istana ini dibangun pada
tahun 1846 di bawah kekuasaan Sultan Siak IX ( sembilan ), Sultan Sayid Syarif Ismail Abdul
Jalil Syarifuddin, kemudian direkonstruksi kembali oleh Sultan Siak XI ( sebelas ), Sultan Sayid
Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin. Bangunannya terdiri dari dua Lantai, lantai pertama
terdapat beberapa ruangan, diantaranya ruang makan dan tempat para permaisyuri menyambut
tamu Sultan, sekarang diisi oleh benda-benda peninggalan Sultan, diantaranya gramofon atau
komet.Komet adalah sebuah lemari kayu yang isinya piringan terbuat dari baja sebanyak 17 buah
lempengan yang bisa mengeluarkan suara berupa lagu instrumentalis tiap buahnya.Komet ini
dibawa pada masa Sultan Sayid Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin dari Jerman pada tahun
1889. Dan terdapat pula sebuah gong yang berasal dari Tiongkok, foto-foto Sultan, tiga lemari
berisi surat-surat resmi Kesultanan dan peti terbuat dari besi berfungsi sebagai penyimpanan kas.
20
bernama Masjid Agung Syahabuddin17 ketiga institusi ini pada saat itu berperan
untuk mengatur tata kehidupan masyarakat Siak dan sekitarnya. Siak merupakan
salah satu kabupaten baru di Provinsi Riau yang telah dibentuk sejak tahun 2000,
kabupaten Siak terbentuk awalnya sebuah kecamatan dan masih satu wilayah
dalam UU No. 53 tahun 1999, yang disahkan pada tanggal 12 Oktober 1999 oleh
Faisal Tanjung pada saat itu selaku Mendagri (Menteri Dalam Negeri), sekaligus
diadakan pelantikan perdana bupati Siak yang dipimpin oleh H. Tengku Rafian
yang pernah berada di bawah kebesaran daerah Siak untuk dijadikan wedana
(setara kabupaten) sebagai pembantu wilayah Tingkat II. Sejak tahun 1964,
gagasan ini sudah timbul dikalangan masyarakat Siak dengan membentuk panitia
Siak pada 11 Juni 1999 dan menghasilkan suatu pernyataan sikap dari tokoh-
Pada lantai kedua terdapat kamar tidur tamu, kamar mandi dimana sekarang hanya terdapat foto-
foto peniggalan Sultan.
16
Balai Rung Sari adalah sebuah bangunan yang digunakan sebagai kantor Sultan, Dewan
Kesultanan dan Kerapatan Tinggi. Namun sebelumnya ada bangunan Balai Rung Sari ini, sultan-
sultan berpindah-pindah tempat nya.
17
Masjid Agung Syahabuddin merupakan peninggalan pemerintahan Kesultanan Siak Sri
Indrapura pada masa Sultan Siak X. Masjid ini dilengkapi dengan kubah yang bernama
Kasimiah.Masjid ini terletak ditepi Sungai Siak dan masih digunakkan oleh penduduk Siak sampai
saat ini.Dibagian Barat masjid terdapat makam Sultan, diantaranya makam Sultan Siak XII 1915-
1945 dan para permasyurinya.
18
Amir Lutfi, Hukum dan Perubahan Struktur Kekuasaan Pelaksanaan Hukum Islam
dalam Kesultanan Melayu Siak 1901-1942, Pekanbaru : Susqa Press, 1991, hal.131 dan lihat juga
Hasbullah, Islam dan Transformasi Kebudayaan Melayu di Kerajaan Siak, Pekanbaru :Yayasan
Pusaka Riau, 2007, hal. 5.
21
tokoh masyarakat yang mewakili dari kecamatan-kecamatan yang berada di
pada tanggal 24 Mei 1999, panitia pembentukan ini diketuai oleh Wan Galib.
Selain untuk membentuk Siak menjadi sebuah kabupaten, panitia ini membentuk
Azaly Djohan, komite ini bertanggung jawab untuk mengatur beberapa program
demi memajukan Kabupaten Siak. Semua gagasan dan sikap masyarakat Siak ini
mendapatkan respon positif dari Tim DPOP Departemen Dalam Negeri dan dari
Tim Komisi DPR RI untuk meresmikan Siak sebagai Kabupaten Siak berdasarkan
Kabupaten Siak memiliki luas wilayah 8.233,57 km² dan kota Siak Sri
Indrapura sebagai pusat administrasi, daerah ini berada pada posisi 1º16‘30" LU
sedangkan suhu minimum 22,1ºC dan memiliki dua musim, yaitu musim kemarau
pada bulan Maret sampai bulan Agustus dan musim hujan pada bulan September
sampai bulan Februari. Kabupaten Siak memiliki iklim yang sama pada wilayah-
wilayah yang berada di Indonesia yakni beriklim tropis dan ketinggian Kabupaten
Adapun batas wilayah Kabupaten Siak, pada bagian Utara yang berbatasan
Barat berbatasan dengan Kota Pekanbaru dan bagian Timur berbatasan dengan
19
Prof. Drs. Suwardi, M.S dkk, PETA SEJARAH DAN BUDAYA PROVINSI RIAU,
PT. Sutra Benta Perkasa, 2003, hal. 52-53.
20
Prof. Drs. Suwardi, M.S dkk, PETA SEJARAH DAN BUDAYA PROVINSI RIAU, hal.
53.
22
Wilayah Kabupaten Siak tepatnya di Kota Siak Sri Indrapura yang terletak
di bibir sungai yang bernama Sungai Jantan (saat ini Sungai Siak) dan termasuk
daerah pesisir bagian Timur Sumatera. Sungai Siak Sri Indrapura ini ternyata
salah satu sungai terdalam dan terpanjang di negara ini, dengan panjang ± 300
kilometer. Sungai Siak Sri Indrapura berdekatan dengan Sungai Jantan, sungai ini
kebudayaan dan agama.21 Karena Sungai Siak Sri Indrapura dan Sungai Jantan
lokal maupun pedagang interlokal dan juga sebagai pintu gerbang perniagaan
yang sangat termashur, karena daerah ini sangat kaya akan sumber daya alamnya,
2. Demografis
Kabupaten Siak ini dari dahulu kala hingga saat ini terdapat suku asli yang
masih terasingkan dari peradaban, suku asli itu dapat diindentifikasi yakni Suku
Sakai. Suku Sakai ini hidup di pedalaman dan orang Sakai hidup dengan berburu
hewan dan bercocok tanam, mereka juga masih kental akan paham animisme dan
Indrapura dikenal sebagai perantau hingga antar pulau untuk mencari dan
menjadi nelayan maupun peternak ikan terubuk. Pada sektor pertanian diantaranya
21
Asril dalamJurnal Ilmu-Ilmu Sejarah, Budaya dan Sosial yang berjudul, ("Raja Kecik
Pendiri Kerajaan Siak Sri Indrapura"), hal.50-51, diakses pada tanggal 7 November 2014, pukul
14.00 wib.
23
ada yang menjadi petani mulai daripetani padi, pohon karet dan kelapa sawit.
tepatnya di Pekan Baharu (pasar baru) pada saat itu merupakan pusat keramaian
kota yang selalu dipadati oleh aktivitas perdagangan, dan dewasa ini menjadi
Dewasa ini, pada umumnya keyakinan yang dianut oleh penduduk Siak Sri
Indrapura adalah agama Islam, terlihat dari pengertian kata "Siak" mempunyai arti
tersendiri dalam penyiaran agama Islam di daerah ini, kata Siak bermakna orang
yang mempunyai dan memahami pengetahuan agama Islam yang disebut "Orang
Siak".22 Agama yang menjadi keyakinan masyarakat Melayu Islam di Siak adalah
agama Islam yang bermazhab dari salah satu imam besar yang bernama Imam
Muhammad bin Idris Asy-Syaafi’i yang dikenal Imam Syafi'i, tidak hanya agama
Islam saja yang dianut, dewasa ini juga terdapat agama Hindu-Budha, Kristen dan
Kong Hu Tsu yang dianut dari sebagian kecil dari penduduk pribumi dan sebagian
22
Amir Luthfi, Hukum dan Perubahan Struktur Kekuasaan Pelaksanaan Hukum Islam
dalam Kesultanan Melayu Siak 1901-1942, 1991, hal. 131. Lihat juga Amir Luthfi, Unsur Islam
Dalam Sistem Peradilan Kesultanan Siak Sri Indrapura 1915-1945, Pekanbaru : Lembaga
Penelitian Institut Agama Islam Negeri Sultan Syarif Qaim, 1983.
23
Animisme adalah suatu kepercayaan yang beranggapan bahwa setiap benda mempunyai
roh dan kekuatan.Sedangkan Dinamisme yaitu kepercayaan primitive yang menganggap bahwa
alam sebagai suatu benda yang memiliki kekuatan, dan dapat memberikan akibat baik dan buruk
kepada manusia( Sutan Rajasa, KAMUS ILMIAH POPULER, hal. 34 dan 116. )
24
asli yang berada di Mandau dan sekitar Siak yakni, Suku Sakai24,Suku Akit, Suku
Hutan, Suku Petalangan, Suku Talang Mamak, dan Suku Duano. Semua suku asli
2.3 Bahasa
sejarah bahasa Melayu berasal daripada rumpun bahasa Austronesia yang berasal
dari bahasa Austris. Selain dari Austronesia terdapat juga bahasa rumpun Austro-
Asia dan rumpun Tibet-Cina. Bahasa Melayu memiliki tiga periode, yakni periode
Bahasa Melayu Kuno, Bahasa Melayu Klasik dan Bahasa Melayu Modern.
tepatnya pada masa imperium Kerajaan Sriwijaya. Pada saat itu Bahasa Melayu
Kuno dijadikan sebagai lingua franca, karena bahasa Melayu tidak membedakan
status sosial dan mudah dipengaruhi dari luar. Bahasa Melayu Kuno oleh bahasa
pada saat itu bahasa Sanskrit merupakan bahasa para bangsawan dan ilmuawan.
Bahasa melayu kuno dapat diidentifikasi dengan beberapa ciri sebagai berikut:
XIII, pada periode ini masa kegemilangan bahasa Melayu karena berada di tiga
24
Suku Sakai adalah suku yangterbelakang dalam perkembangan kebudayaannya.Suku ini
hidup di daerah pedalaman yang jauh dari tepi Sungai Siak dan mereka sebagian besar hidup
sederhana dan belum dipengaruhi oleh kebudayaan luar.Pada masa Kesultanan Siak berkuasa,
Sultan sangat memberikan kebebasan beragama sesuai dengan kepercayaan masyarakatnya.Sultan
juga menghargai hasil adat kebiasaan Suku Sakai dengan mengakui kepala suku mereka yang
disebut Batin.
25
zaman kerajaan yang besar, seperti Kesultanan Melaka, Kesultanan Acheh dan
Kesultanan Johor-Riau.
Pada masa yang berbeda ini, tiga kerajaan tersebut menjadikan bahasa
Melayu sebagai bahasa internasional dan bahasa wajib ketika melakukan aktivitas
berdagang diarea Semenanjung Melaka. Bahasa melayu juga sebagai media yang
masa pemerintahan Portugis yang bernama Jan Hugen van Lischotten yang
berkebangsaan Belanda mengatakan bahwa pada saat itu Bahasa Melayu dianggap
maupun tarikh kedatangannya yang mungkin saling melengkapi satu sama lain.
Dalam bahasa Arab-Melayu ini menjadi bahasa orang-orang Melayu pada masa
sebagai bahasa internasional dan sebagai bahasa wajib setiap melakukan aktifitas
perdagangan dan sebagai alat komunikasi utama dalam penyebaran agama Islam
di kepulauan Melayu.
25
Yusuf Yusmar, Studi Melayu, (Jakarta: PT. Wedatama Widya Sastra) cet I, 2009,
hal. 23-26.
26
B. Selayang Pandang Kesultanan Siak Sri Indrapura
1. Sebelum Islam
Dewasa ini Siak Sri Indrapura adalah sebuah kota yang masih memiliki
nilai sejarah dan peradaban Islam sangat kental di tanah Melayu. Terdapat
bagunan istana masjid, dan makam sultan yang mengisyaratkan dahulu pernah
berdiri sebuah kesultanan bercorak Islam, yakni Kesultanan Siak Sri Indrapura.
Awalnya Kesultanan Siak Sri Indrapura bernama Kerajaan Gasib yang kental
yang kuat dan kokoh yakni Kerajaan Sriwijaya. Seperti yang telah dibahas
kakinya di Riau tepatnya di Muara Takus, Bangkinang, desa ini merupakan pusat
agama Budha tepatnya berada di komplek candi Muara Takus. Adapun jarak dari
Pekanbaru 135 kilometer, adapun letak candi Muara Takus terletak 2,5 kilometer
dari pusat desa dan berdampingan dari Sungai Kampar Kanan. Candi ini juga
pernyataan ini tampak jelas terlihat dari masyarakat Kerajaan Sriwijaya terkenal
sebagai pelaut yang handal. Kapal-kapal besar yang datang dari penjuru untuk
Daerah Muara Takus pada saat itu sebagai ibukota Kerajaan Sriwijaya atau
salahsatu pusat pembelajaran agama Budha yang merupakan misi utama dari India
dan dari daratan lainnya. Dari sususan candi ini dikelilingi oleh dinding 74 X 74
meter dan lokasi yang lebih luas dikelilingi dengan dinding dunia dengan ukuran
1,5 X 1,5 kilometer, yang menjangkau ketepian Sungai Kampar Kanan. Candi
Muara Takus ini terdiri dari enam kelompok piring, dalam susunan dari kota kecil
27
dan beberapa kota ditemukan berdekatan dengan Jawa dari enam reruntuhan, dua
dari mereka merupakan lubang yang kosong. Tetapi empat lainnya dikenal dengan
Candi Tua, Candi Bungsu, Candi Mahligai Stupa dan Candi Patangka. Candi
Muara Takus ini terbuat dari bahan dasar berupa batu pasir, batu kali dan
batubara. Menurut sumber lokal, bahan batu bata yang digunakan untuk komplek
candi ini berasal dari Desa Pongkai yang terletak di hilir dari candi. 26 Setelah
Rokan, Kerajaan Pekantua dan lain-lain. Fenomena ini dapat terjadi karena daerah
Riau merupakan daerah yang terdapat beberapa sungai besar dan anak sungai,
adapun sungai besar tersebut, Sungai Inderagiri, Kampar, Rokan, Gangsal dan
Jantan (Siak) yang memiliki nilai sejarah dimana dari setiap nama-nama sungai
tersebut mengisyaratkan dahulu telahhadir dan pernah berdiri suatu kerajaan dari
setiap sungai tersebut karena nama dari kerajaan pada saat itu diambil dari nama
sebuah sungai.Pada bab ini, penulis berupaya mendeskripsikan kembali apa yang
telah terjadi di sepanjang Sungai Jantan (Siak) pada abad ke-XIV-XV M, yakni
anak Sungai Siak yang bernama Gasib, tempat ini sekarang berada di hulu Kuala
Mandau.27
meyakini Kerajaan Gasib ini memang benar ada dan diketahui material bangunan
26
Adila Suwarno dkk, Siak Sri Indrapura, 2007, Lontar Foundation, Jakarta : Jayakarta
Agung Offest, hal. 16-17.
27
Muchtar Lutfi dkk, Sejarah Riau, 1977, Pekanbaru, Percetakan Riau, Pemda Tk. I Riau,
hal. 154-156 dan lihat juga Tim Penulisan Universitas Riau, Sejarah Riau, Masa Kolonialisme
hingga Kemerdekaan RI, hal. 152-153.
28
kerajaan berbahan dasar kayu yang besar dan kokoh. Istana kerajaan berbentuk
Gasib ini memiliki seorang puteri mahkota yang cantik jelita bernama Puteri Kaca
Mayang. Pada masa pemerintahan Raja Begadai memiliki panglima perang yang
berawak gagah (besar), tinggi (panjang) dan pandai berperang yang bernama
dengan fisiknya (perawakan). Panglima Panjang ini telah menerima tugas besar
dari Raja Begadai untuk mempersiapkan serangan ke Aceh, serangan ini terpicu
karena Raja Begadai ingin memulangkan Puteri Kaca Mayang yang telah dipaksa
hingga terjadi bentrokan antar keduanya. Pertempuran ini sudah lama terjadi,
berawal dari ekspansi Kesultanan Aceh di daerah kekuasaan Kerajaan Gasib yang
paham Hindu-Budha pihak Kerajaan Gasib jelas berontak karena akan merusak
kabar kepada Raja Gasib, pada saat itu pula raja sangat terkejut akan wafatnya
Puteri Mahkota kesayangannya itu hingga terjatuh sakit karena berlarut dalam
kesedihan.
28
Mengenai penjelasan yang lebih mendalam lagi tentang Panglima Panjang tidak dapat
diketahui secara jelas hingga akhir hayatnyapun tidak dapat diketahui keberadaannya, dalam
peribahasa orang Siak "sahlah si Jimban mati hanyut tikar bantalnya"dan sosok dari seorang
puteri tercinta Raja Begadai yang bernama Kaca Mayang itu tidak dapat diceritakan secara tuntas,
karena keterbatasan sumber dan data, namun mengenai keberadaan Puteri Kaca Mayang dewasa
ini, hanya terpaku pada sebuah makam yang diyakini oleh masyrakat setempat adalah makam dari
Puteri Kaca Mayang, keterangan Selanjutnya dapat dilihat dari buku, O.K Nizami Jamil dkk,
Sejarah Kerajaan Siak, cet.I, 2011, hal. 9-10.
29
Setelah wafat puteri kesayangannya itu, Raja Gasib hijrah ke Gunung
Ledang yang berada di Melaka. Untuk sementara tahta kerajaan dipinggul oleh
karena kesetiaanya kepada raja sangat tinggi,maka dirinya tidak ingin menari
dalam kesedihan yang dialami oleh rajanya itu. Kejadian tersebut secara ilmiah
Tapung Kiri yang didapatkan dari seorang Bendahara dari Batu Gajah yang masih
menyimpan sebuah gagang keris yang diberikan oleh raja Gasib sebagai hadiah.
Bukti-bukti lainnya juga yang dimiliki Bendahara dari Tadun dari raja Gasib
berupa perisai dan dikuatkan oleh adanya makam yang diyakini oleh penduduk
setempat yakni makam Puteri Kaca Mayang. Adapun raja yang dapat diketahui
periode pertama bernama Raja Begadai, pernyataan ini berlandaskan Tarikh Cina
yang dikatakan didalamnya bahwa para raja yang berada di Gasib, Indragiri dan
Siantan pernah memohon perlindungan kepada Cina. Keadaan ini bisa dibenarkan
karena saat itu terjadi perluasan wilayah jajahan yang dilakukan oleh Kesultanan
daerah ini memiliki sumber daya alam yang melimpah dan diiringi kepentingan
Sultan Mansyur Syah berhasil menjadikan Kerajaan Gasib yang kental akan
29
Muchtar Lutfi dkk, Sejarah Riau, 1977, hal. 152-155.
30
Berhubung Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaan yang telah
terpengaruh oleh agama Islam maka status Kerajaan Gasib yang berada di bawah
taklukkannya maka raja dari Kerajaan Gasib yang bernama Permaisura ditawan
oleh Kesultanan Melaka. Selain daripada itu raja Gasib tidak hanya dijadikan
sebagai tawanan, sisi lain juga anak dari Permaisura yang bernama Megat Kudu
telah menjadi seorang muallaf dan dinobatkan sebagai raja untuk mengendalikan
Adapun dalam pemerintahan Kerajaan Gasib ini mengalami dua fase, fase
yang pertama Kerajaan Gasib yang bercorak Hindu-Budha dan fase yang kedua
Kerajaan Gasib bercorak Islam. Pada akhir abad ke-XIV, Kerajaan Majapahit
mendirikan kerajaan baru yang nanti akan menjadi kerajaan besar yakni
Kesultanan Melaka.
Begadai di Gasib, maka Raja Begadai memikirkan cara untuk menghadang para
pasukan perang yang kuat dari Kerajaan Majapahit. Raja Begadai bersiasat
bergabung dengan pasukan perang Majapahit, taktik Raja Begadai ini dapat
30
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, 2011, hal. 9-10.
31
Kerajaan Gasib di bawah komando Panglima Panjang maka Kerajaan Majapahit
perlahan mulai memasuki Selat Melaka dan terus beranjak ke Laut Cina Selatan.31
saat itu masih memeluk agama Hindu-Budha. Kerajaan Gasib terancam akan
ekspansi Kesultanan Melaka yang akan menyebarkan ajaran Islam. Daerah Gasib
yang berada di sekitar Sungai Jantan (Siak) memiliki keunggulan tanah yang baik
dan subur, tidak hanya kesuburan tanahnya daerah Gasib juga sangat kaya akan
sumber daya alam yang dihasilkan dari hutan dan perkebunannya berupa damar,
gaharu, getah sonde, rotan, dan biji-biji timah. Kekayaan alam ini sangat berguna
ke Gasib, Raja Begadai segera memohon bantuan Cina dan Kerajaan Majapahit,
namun sangat disayangkan bantuan yang ditunggu-tunggu tak kunjung jua, karena
beberapa kerajaan di Nusantara (yang berada di pulau Jawa dan Selat Melaka)
Kerajaan Gasib, dan pada fase yang pertama pemerintahan Kerajaan Gasib yang
Kerajaan Gasib yang bercorak Islam. Masuknya agama baru yakni Islam di Gasib
sama halnya seperti yang terjadi di daerah Nusantara. Adapun yang dimaksud
31
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, cet.I, 2011, hal. 9-10.
32
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, cet.I, hal. 10-11.
32
hadirnya Islam dengan penuh keramahan dan kedamaian terhadap agama yang
sudah ada sebelumnya dan karena agama Islam tidak pernah merusak adat dan
budaya yang telah berlaku jauh sebelum kedatangannya, seperti yang terjadi di
Gasib, justru agama Islam memadukan adat dan budaya Hindu-Budha dengan
beberapa unsur yang condong dengan nilai ke-Islaman, diantaranya pada upacara
adat seperti, membakar dupa, adat tepung tawar dipadukan dengan unsur ke-
Islaman adanya pengucapan salam dan diakhiri dengan doa. Seluruh peristiwa ini
bisa terlaksana karena apa yang telah dilakukan oleh para pendakwah Islam
mubalig (orang yang menyebarkan ajaran agama Islam) sesuai dengan ajaran Nabi
Muhammad ﷺ, bahwasannya agama Islam adalah agama yang penuh dengan
di Kerajaan Gasib ini karena posisi Gasib berada di bawah kekuasaan Kesultanan
Melaka yang begitu kental dengan nilai-nilai ke-Islaman. Waktu demi waktu terus
putera mahkotanya yang bernama Sultan Mahmud Syah I (1488-1511 M). Pada
selama dua puluh tiga tahun di Kesultanan Melaka dan berhasil menjadi pusat
33
Eksistensi Kesultanan Melaka ini tersiar hingga mancanegara, diantaranya
Cina, India, Arab dan sekitar negara-negara Asia Tenggara dan beberapa negara
daripada buyutnya yang menjadi Sultan Melaka yakni Sultan Mansyur Syah.
dari Kerajaan Cina. Berjalannya waktu maka Sultan Mahmud Syah I menobatkan
sultan baru di Kerajaan Gasib, dimana Sultan Abdullah digantikan oleh Sultan
bangsa-bangsa asing di dunia Timur dapat terjadi karena masalah polarisasi antara
negara Barat dengan negara Timur (Eropa dan Asia), sesungguhnya telah terulang
untuk kedua kalinya yang terjadi pada masa kekhalifahan Islam, dimana pada saat
itu agama Islam telah menguasai Pantai Utara Afrika hingga ke Semenanjung
Liberia sekitar tahun 711 M. Atas besarnya pengaruh agama Islam maka Portugis
dan Spanyol dan bagian negara Eropa lainnya berada di bawah kekuasaan agama
Islam. Kejayaan agama Islam pada saat itu dibuktikan dengan adanya pusat-pusat
peradaban Islam di Cordova dan Granada dan Laut Tengah dan terdapat pula
33
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, cet.I, hal. 13.
34
pangkalan-pangkalan basis agama Islam di sekitar perairan (Cordova, Granada
internasional, bangsa lain yang hadir dan berambisi seperti, Belanda, Inggris,
Jepang juga hadir ke Melaka dalam rentan waktu yang berbeda-beda. Mengenai
awal proses perjalanan Kerajaan Gasib menjadi kerajaan yang bercorak Islam kini
dapat di simpulkan pada abad ke VII-VIII, para pedagang Islam telah datang ke
daerah Riau yang bertujuan untuk mencari komoditi dan sekaligus melakukan
Islamisasi namun belum mendapatkan respon yang signifikan karena saat itu di
Riau masih kuat pengaruh agama Hindu-Budha. Berlanjut pada abad IX-XI M, di
masuk pada abad ke XII, aktifitas perdagangan mulai ramai berdatangan para
pedagang Islam dari Arab, Persia, Marokko ke Riau, pada abad ini dipastikan
agama Islam masuk dan tersebar pada abad ke XII di Riau. Setelah melewati abad
ke XII, pada abad ke XIII, eksistensi kerajaan yang kental dengan agama Budha
3. Keriwayatan Pendiri
Dewasa ini daerah Siak Sri Indrapura adalah sebuah kota yang ramai, maju
dan hingga saat ini masih berdiri sebuah bangunan istana yang megah dan kokoh
34
Tim Penulisan Universitas Riau, Sejarah Riau, Masa Kolonialisme hingga
Kemerdekaan RI, hal. 178.
35
Tim Penulisan Universitas Riau, Sejarah Riau, Masa Kolonialisme hingga
Kemerdekaan RI, hal. 176.
35
yakni Istana Asserayah Hasyimiyah, Masjid Raya Syahabuddin, Komplek Makam
Pada 292 tahun silam istana ini merupakan bukti bisu dalam kesaksian
yang tegas bahwa di Siak Sri Indrapura telah berdiri sebuah kerajaan bahari yang
tangguh, dan memiliki armada kuat yang disegani di pesisir Timur Sumatera, dan
dalam melawan imperialisme bangsa Eropa. Kerjaan ini juga sebagai penerus
Adapun kerajaan yang berada di kota Siak Sri Indrapura yakni Kesultanan Siak
Sri Indrapura yangberdiri pada tahun 1723 M.Adapun letaknya di bibir Sungai
Dari penjelasan singkat mengenai sejarah awal dari Kesultanan Siak Sri
dan riwayatnya yang merupakan seorang putera mahkota dari zuriat Kesultanan
Johor-Riau bernama Sultan Mahmud Syah II (1685-1699 M), yang bernama Raja
Kecik. Membahas mengenai asal usul dari sosok Raja Kecik sangatlah sulit
mengenai zuriatnya.
penulis dari beberapa sumber yang sudah dikaji antara laindari buku Sejarah
Kerajaan Siak, yang ditulis oleh O.K Nizami Jamil dkk, berpendapat bahwa Raja
36
Lihat lampiran Gambar
37
O.K Nizami Djamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 6-8.
36
Kecik adalah seorang putera dari Sultan Mahmud Syah II dengan gelar Marhum
Mangkat di Julang, dan dilahirkan dari seorang ibu yang bernama Cik Pong puteri
dari Datuk Laksemana Johor. Pada saat Raja Kecik masih dalam kandungan
ibunya, ayahnya sudah terbunuh. Sebagai pengganti dari Sultan Mahmud Syah II
adalah Datuk Bendahara Tun Habib dengan gelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah
sebagai Sultan Johor yang ke XI. Setelah menjadi Sultan Johor dan berkuasa,
maka Sultan Abdul Jalil Riayat Syah melakukan pembersihan bagi seluruh
pengikut setia kepada Sultan Mahmud Syah II, diantaranya istri dari Sultan
Mahmud Syah yaitu Cik Pong. Keadaan di Istana memanas setelah wafatnya
Sultan Mahmud Syah maka Datuk Laksemana Johor membawa anaknya Cik Pong
untuk beranjak keluar dari Istana dan keluar dari Johor dan tidak ada seorangpun
yang mengetahui. Selama hijrahnya Cik Pong dari negeri Johor dalam pelariannya
melahirkanseorang anak laki-laki dan diberi nama Raja Kecik, karena anak ini
merupakan keturanan dari Sultan Mahmud Syah II. Kelanjutan dari perjalanan
Raja Kecik, kemudian Datuk Laksemana Johor menyerahkan Raja Kecik kepada
merawat Raja Kecik, hingga tercium oleh pemerintahan Johor dan tidak nyaman
Jambi bernama Nakhoda Malim. Nakhoda Halim meyerahkan Raja Kecik kepada
Yamtuan Sakti Pagaruyung dan dirawat serta diasuh hingga Raja Kecik berusia
tujuh belas tahun. Pada akhirnya Raja Kecik tumbuh dewasa dan sangat ingin
37
Selanjutnya Raja Kecik memulai perjalanannpanjangnya dari satu negeri
Yamtuan Sakti mengatakan kepada Raja Kecik bahwa lebih baik pergi ke Siak
dan Bengkalis untuk menuntut bela atas kematian ayahmu dan menaklukan Johor.
Melayu Jambi, Suku Bintan, Suku Bugis, Suku Melayu di pesisir Selat Melaka
dan Suku Laut di Pulau-pulau serta menjalin hubungan dengan orang Portugis
agar pihak Portugis tidak berpihak kemana-mana, dan ketika Raja Kecik ingin
menyerang ke Panchor,saat itu sebagai ibukota dari Kesultanan Johor. Pada bulan
maret yang bertepatan pada tahun 1718 M, perahu-perahu angkatan perang Raja
pada akhirnya tepat pada tanggal 21 Maret Tahun 1718 M, akhirnya Sultan Abdul
Jalil Riayat Syah kalah dan menyerah.Raja Kecik dengan ikhlas memaafkan dan
tidak ada sikap kasar sama sekali kepada Sultan Abdul Jalil Riayat Syah, bahkan
Raja Kecik memberikan izin kepada Sultan Abdul Jalil Riayat Syah untuk tinggal
di Johor. Kemudian dalam waktu itu pula Raja Kecikdinobatkan sebagai Sultan
38
Haji Buyung Bin Adil, Sejarah Johor, 1980, Kuala Lumpur : Percetakan Dewan
Bahasa dan Pustaka Kemeterian Pelajaran Malaysia, cet: II, hal. 94. Lihat juga Raja Ali Al Haji,
Tuhfat al Nafis Sejarah Melayu dan Bugis, Singgapura : Malaysia Publication LTD.
38
yang selalu menimbulkan huruhara karena rakyat Johor ada berpihak kepada Raja
Kecik adapula yang berpihak kepada Sultan Abdul Jalil Riayat Syah, sehingga
timbul dualisme dalam satu pemerintahan. Pada tahun 1719 M, terjadi peperangan
antar rakyat Johor yang memihak kepada Sultan Abdul Jalil Riayat Syah dengan
mengalami kekalahan dan beliau pindah ke Pahang kemudian Raja Kecik juga
Kesultanan Johor yang baru saja direbutnya. Kesultanan Johor terpecah menjadi
tiga pusat kekuasaan yaitu, Terengganu dan Pahang sebagai daerah dibawah
pemerintahan Bendahara Abdul Jalil (Sultan Abdul Jalil Riayat Syah). Sedangkan
Johor, Siak, Bengkalis, dan Batu Bara di bawah pemerintahan Raja Kecik. Selain
itu juga terdapat wilayah yang dikuasai orang Bugis yaitu, Selanggor, Kelang dan
maka Raja Kecik, Orang Besarnya, Hulubalang dan beserata para pengikut
Sungai Jantan (nama Sungai Siak pada waktu itu) karena menurut Raja Kecik
tempat ini sangat cocok dan strategis. Kemudian Raja Kecik menentukan daerah
Buantan dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan akan mendirikan istana serta
benteng-benteng yang kokoh untuk pertahanan dan sebagai simbol telah ada dan
39
Mohd. Yusouf Hashim, Pensejarahan Melayu : kajian tentang tradisi sejarah Melayu
Nusantara. 1992, Kuala Lumpur ; Dewan Bahasa dan Pusaka Malaysia. Baca juga tulisan lain
Mohd. Yusouf Hashim, 1994. Daulat dalam tradisi budaya dan politik kesultanan Melayu abad
ke-XV dan awal abad ke-XVI ; antara mitos dan realita. Dalam Journal of the historical society.
Kuala Lumpur : Universitas of Malaya. No.3.
39
berdiri sebuah kerajaan. Pada saat itu Raja Kecik dinobatkan sebagai sultan
pertama yang bergelar sama halnya gelar Raja Kecik semasa Sultan Johor ke XII
yakni Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah dan kerajaan ini diberi nama Kesultanan
Siak.Pada tahun 1722 M, setelah lengsernya Raja Kecik dari Sultan Johor ke XII,
memiliki hubungan dengan Johor, dan Johor memiliki hubungan dari Melaka.40
Adapun mengenai tulisan orang Melayu yakni Hikayat Siak pastinya telah
ditulis pada pemerintahan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah. Dalam Hikayat
Sultan Mahmud Syah II mempunyai seorang gundik41 yang bernama Encik Pong,
Encik Pong adalah seorang anak perempuan dari Laksamana. Terdapat kisah pada
suatu malam menjelang sebelum baginda Sultan Mahmud Syah II terbunuh, Encik
Pong dipanggil Sultan Mahmud Syah II untuk mengurut kaki baginda Sultan.
Pada waktu menjelang subuh, saat itu sang Sultan begitu bergairah dan maninya
hingga ke tikar. Baginda Sultan menyuruh Encik Pong untuk menelan air mani
tersebut agar dapat hamil. Setelah Encik Pong melahirkan, Laksamana segera
menemui Raja Negara Selat, Kepala Orang Laut Singgapura untuk menjelaskan
kisah anak perempuan dan cucunya itu. Raja Negara Selat menyadari resiko yang
menerima perintah dari Laksamana, namun dirinya tetap bersedia menerima cucu
40
Ok. Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, 2011, hal. 16-27.
41
Gundik adalah sebutan selir dari kalangan rakyat biasa, sedangkan permaisuri sebutan
selir dari kalangan bangsawan.
42
Asril,Jurnal Ilmu-ilmu Sejarah, Budaya dan Sosial,("Raja Kecik Pendiri Kerajaan Siak
Sri Indrapura"), diakses pada 7 November 2014, pukul 14.00 wib.hal. 54.
40
cucu Laksamana berusia tujuh tahun, Temenggung Muar pergi ke Johor dengan
pada umumnya, anak tersebut bermain sekitar makam Sultan Mahmud Syah II
dan semua anak-anak itu muntah darah karena kandungan racun yang ada pada
tumbuhan itu, kecuali hanya anak dari Encik Pong yang tidak mengalami reaksi
Malin memberikan anak itu sebuahnama dengan sebutan Tuan Bujang, setelah
beranjak dewasa, Nakhoda Malin mengajak Tuan Bujang untuk berlayar menuju
Jambi dengan menyusuri Sungai Batanghari dan pada akhirnya tiba di daerah
Pada saat itu Maharaja Yam Tuan Sakti sebagai penguasa di Kesultanan
Tuan Sakti sangat antusias mendengarkan cerita yang diceritakan oleh Nakhoda
Malin. Maharaja Yam Tuan Sakti juga tertarik akan paras tampan dari wajah anak
yang bernama Putri Jamilan untuk bersedia merawatnya dengan penuh kasih
sayang. Setelah enam tahun dirawat oleh Maharaja dan ibunda Yam Tuan Sakti,
Tuan Bujang telah berusia 13 tahun, Tuan Bujang meminta restu kepada Maharaja
dan Ibunda Yam Tuan Sakti merantau ke Batanghari semata untuk menuntut ilmu
pengetahuan.
43
Asril, Jurnal Ilmu-ilmu Sejarah, Budaya dan Sosial, hal. 55.
41
Sesampainya di Rawas dan di Palembang, kedatangannya disambut oleh
dijadikan pembawa Tapak Sirih Diraja. Tuan Bujang bersama Sultan Lemabang
termasuk Tuan Bujang, Sultan Lemabang menjadi pusat perhatian karena paras
dari wajah Tuan Bujang serupa dengan paras dari Sultan Mahmud Syah II, dari
Tuan Bujang mohon izin kepada Sultan Lemabang untuk balik ke Rawas, setelah
sampai di Rawas Tuan Bujang menikahi seorang puteri Dipati Batu Kucing dan
buah dari pernikahan itu dikaruniai seorang putra dan diberi nama Raja Alam.
Perjalanan berlanjut dari Rawas ke Jambi dan mengabdi kepada Sultan Maharaja
Dibatu. Setelah berada di Pagaruyung, Tuan Bujang berencana menuntut bela atas
Bujang sebagai anak dari Sultan Mahmud Syah II untuk menggenggam sebatang
kayu yang terbalut dengan tumbuhan jelatang45sambil berdoa kepada Sang Kholik
dengan penuh keyakinan, Tuan Bujang menggenggamnya dengan erat dan tidak
terjadi reaksi apa-apa setelah melepaskan genggamannya dari sebatang kayu yang
dibalut dengan tumbuhan Jelatang dan Tuan Bujang juga tidak terkena tulah46,
kejadian ini membuat semua orang terkecut salah satunya Maharaja Yam Tuan
44
Asril, Jurnal Ilmu-ilmu Sejarah, Budaya dan Sosial, hal. 56.
45
Jelatang adalah sejenis tumbuhan yang tumbuh di tanah Minangkabau, Sumatera Barat,
tumbuhan ini mempunyai kandungan getah yang beracun, bahkan efek dari racun itu dapat
menyebabkan kematian bagi yang menyentuhnya apalagi dengan menggenggamnya.
46
Tulah merupakan istilah atau sebutan dari kata kutukan, tulah ini akan berefek ketika
rakyat biasa yang tidak memiliki zuriat dari raja ketika memakai mahkota diraja, maka akan
mengalami kutukan berupa sakit, bahkan hingga menyebabkan kematian akan tulah tersebut.
42
Sakti yang terpana melihat reaksi yang biasa-biasa saja dari Tuan Bujang, atas
semua itu, seluruh pihak di Kesultanan Pagaruyung bener-benar yakin akan zuriat
Tuan Bujang sebagai seorang anak dari raja dan bukan anak dari kalangan rakyat
biasa. Kejadian ini pula Maharaja Yam Tuan Sakti memberi gelar kepada Tuan
Kecil untuk berangkat ke negeri Johor. Dalam perjalanannya Yamtuan Sakti (Raja
Kecik) dibekali berupa pedang yang bernama Saurajabe47, sebuah Cap Kerajaan
asal usul Raja Kecik, maka dari berbagai pandangan dari Sejarah Melayu, secara
singkat menyatakan, bahwa Raja Kecik sebagai pewaris yang berhak dan sah
secara zuriat untuk menduduki kursi Kesultanan Johor, dan hal ini disebabkan
karena Sultan yang terdahulu telah mengambil alih atau bisa dikatakan merampas
dan bukan dari zuriah Sultan Mahmud Syah. Awal mula sejarah dari versi orang-
orang Bugis ini berkembang, namun faktanya Bendahara memiliki saudara tua
yang bernama Tun Husin. Tun Husin yang menjabat sebagai Bendahara pada saat
pemerintahan adiknya, maka timbul rasa iri hati bahwa adiknya menjabat lebih
tinggi darinya dan berupaya dengan menjodohkan puteri dari adiknya yang
bernama Tengku Bungsu (Tengku Kamariyah) dengan Raja Kecik. Namun terjadi
47
Pedang Saurajabe adalah pedang yang berasal dari Kerajaan Kuantan, yang
dihadiahkan kepada Raja Kecik untuk bekal dalam perjalanannya ke Johor dalam rangka menuntut
bela kematiaan ayahnya yakni, Sultan Mahmud Syah II yang telah dibunuh oleh Megat Seri Rama.
48
Cap Kerajaan Pagaruyung ini merupakan cap atau symbol yang mengisyaratkan
bahwasannya Raja Kecik adalah seorang anak yang telah diakui sebagai anak dari Kerajaan
Pagruyung, dan sebagai alat ketika Raja Kecik mengalami kesultitan maka dengan cap itu
memberikan isyarat kepada semua orang Minangkabau agar memberi bantuan kepadanya.
49
Asril, Jurnal Ilmu-ilmu Sejarah, Budaya dan Sosial, hal. 56.
43
sebuah kesalahan yang dilakukan Raja Kecik dan melenceng dari skenario yang
telah direncanakan, kejadian ini bermula dari penjodohan itu ternyata Raja Kecik
lebih menyukai saudaranya (Tengku Kamariah) yang lebih muda dan cantik yakni
Tengku Tengah akhirnya terjadi kekecewaan yang mendalam kepada Raja Kecik,
kemudian Tun Husin memperkeruh keadaan dengan mengadu kedua belah pihak.
atas kekalahan ini maka Bendahara yang menjadi Sultan di Johor beserta anak-
dan tepat diatas perahunya Bendahara itu dibunuh pada saat dirinya sedang
ke Johor dan Raja Kecik kembali dan memilih untuk menetap di Riau. Setelah
Tun Husin segera menghadap Raja Kecik dan memberikan saran bahwa dirinya
Menjelang masa tua Raja Kecik yang semakin melemah dan mengalami
sakit keras, kemudian Raja Kecik telah memikirkan dan mempersiapkan siapa
50
Elisa Netscher, de Nederlanders in Djohor en Siak 1602 tot 1865, Verhandelingen van
het Bataaviasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, diterjemahkan oleh Wan Ghalib
dkk, Belanda di Johor dan Siak 1602-1865, Lukisan Sejarah Batavia, Bruinning dan Wijt 1870,
2002, Pemerintah Daerah Kabupaten Siak dan Yayasan Arkeologi dan Sejarah, Bina Pusaka, hal.
89-92.
44
Raja Kecik telah menikahi dua orang permaisyuri, yang pertama berada di
Palembang dan menghasilkan seorang anak laki-laki yang bernama Raja Alam
Sultan Sulaiman dan melahirkan seorang anak laki-laki pula yang bernama Raja
Buwang (Muhammad). Dari kedua pernikahan ini terlahir dua orang anak-laki-
laki yang berbeda ibu tapi satu ayah, akan timbul kecemburan diantara kedua anak
itu.51Pada saat itu kondisi kesehatan Raja Kecik menurun, keadaan ini ibarat
"sudah jatuh tertimpa tangga" ditambah lagi atas wafatnya Tengku Kamariyah
sehingga Raja Kecik semakin melemah hingga Raja Kecik mengundurkan diri.
Atas perintah Raja Kecik, dewan kerajaan segera dinobatkan Raja Alam sebagai
Yang Tuan Muda, sedangkan Raja Buwang (Muhammad) sebagai penerus tahta
kerajaan. Sepercik penjelasan diatas mengenai zuriat Raja Kecik dari berbagai
tulisan dari tulisan orang Melayu maupun tulisan dari pihak luar juga senada dan
sepakat bahwa Raja Kecik adalah zuriat yang sah dari Sultan Mahmud Syah II
51
Tenas Effendi,LintasanSejarah Kerajaan Siak Sri Indrapura, 1973, Pekanbaru : Badan
Pembina Kesenian Daerah Provinsi Riau, hal. 13.lihat juga Elisa Netscher,de Nederlanders in
Djohor en Siak 1602 tot 1865, Verhandelingen van het Bataaviasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen, diterjemahkan oleh Wan Ghalib dkk, Belanda di Johor dan Siak 1602-1865,
Lukisan Sejarah Batavia, Bruinning dan Wijt 1870, 2002, hal. 117 dan 126-127.
45
BAB III
yang terkait dalam dimensi waktu. Pembagian waktu itulah yang kemudian
tidak didasarkan pada hitungan matematis, misalnya setiap satu abad, lima abad,
tokoh besar yang berpengaruh pada masa itu. Tokoh besar itu biasanya seorang
kurun waktu sebelum atau sesudahnya, adapun kriteria waktu yang digunakan
waktu antropologis.53
Dari paparan diatas, maka penulis akan membahas peristiwa yang telah
terjadi (periodisasi) pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura dari tahun 1723-
52
Prof. M. Dien Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah, hal. 25-26.Lihat juga Hariyono,
Mempelajari Sejarah Secara Efektif, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), hal. 63.
53
Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), hal. 63.
46
Pada periode pertama ini sudah jelas pasti mengenai awal mula berdirinya
Kesultanan Siak Sri Indrapura. Pada raja pertama ini yang bernama Raja Kecik
dengan gelar yang pernah diberikan pada saat memerintah di Kesultanan Johor
Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah adalah seorang anak dari Sultan Mahmud
Syah II (Sultan Johor ke-X), merupakan seorang anak dari Sultan Ibrahim Syah
(Sultan Johor ke IX), Sultan Ibrahim Syah seorang anak dari Raja Bajau yang
menjadi Yam Tuan Muda Pahang dari tahun 1641-1676 M. Namun tidak dapat
diketahui isteri atau ibunda dari Sultan Mahmud Syah II ini, Raja Bajau (Raja
Abdullah) sebagai Sultan Johor ke VII (1615-1623 M), Raja Abdullah yang
bergelar Marhum Tambelan dan beristeri dari anak Paduka Raja Tun Abdul Jamil.
Raja Abdullah seorang anak dari Sultan Muzzafar Syah dan ibund nya bernama
Seri Nara Diraja Pahang.Melihat silsilah dari keturunan Raja Kecik sangat jelas
terlihat dari ayah dan ibu merupakan keturunan dari Sultan Johor I yaitu Sultan
47
Keterangan : ♂ : Ayah : Anak
♀ : Ibu : Orangtua
♥♥ : menikah
Dari bagan di atas dapat diketahui bahwa Encik Pong sebagai ibu dan
Sultan Mahmud Syah II sebagai ayah dari Raja Kecik dan memiliki kakek yang
sama yakni Paduka Raja Tun Abdul Jamil, akan tetapi isteri dari Paduka Raja Tun
Abdul Jamil dan mengenai ibu dari Cik Pung tidak diketahui keberadaan mereka.
48
Sudah diketahui bahwa seorang anak perempuan dari Paduka Raja Tun Abdul
Jamil menikah dengan Sultan Ibrahim (Sultan Johor ke-IX), sedangkan nenek dari
Cik Pung bernama Wan Sani. Kemudian silsilah ini dilanjutkan oleh anak-anak
kepada Sultan Mahmud Syah I (Sultan Melaka yang terakhir kemudian menjadi
Sultan Johor yang pertama dan menikah dengan Tun Fatimah) dengan gelar
berselisih dengan saudaranya yang bernama Raja Sulaiman yang telah koalisi
Jantan. Pada tahun 1723 M, tepatnya di Buantan Raja Kecik dinobatkan sebagai
kepada penguasa Kerajaan Johor, kemudian langkah berikutnya Raja Kecik juga
dan pertahanan militer di Kesultanan Siak. Ketiga program kerja ini merupakan
program utama pada masa awal pemerintahan Raja Kecik (Sultan Abdul Jalil
seperti yang pernah diterapkan pada saat memerintah di Kesultanan Johor dengan
Dewan Kerajaan yang terdiri dari orang-orang besar kerajaan yang berfungsi
49
Sultan. Pemerintahan disetiap daerah yang berhasil ditaklukkan oleh Kesultanan
Siak ditugaskan kepada Kepala Suku yang bergelar Penghulu, Orang Kaya dan
Batin. Kepala Suku (Penghulu) dibantu oleh Sangko Penghulu (wakil Penghulu),
Malim Penghulu (urusan kepercayaan agama), Lelo Penghulu (urusan adat dan
sebagai hulubalang). Batin dan Orang Kaya suatu jabatan yang harus diduduki
oleh kepala suku asli yang terus diterapkan hingga anak cucunya (dinasti system).
perbatinan dibagian selatan kuala Sungai Jantan, Perbatinan Sakai dan Petalangan.
Terdapat juga perbatinan antar pulau, antara lain Perbatinan Tebing Tinggi,
Senggoro, Merbau dan Rangsang. Pada daerah asli yang dipimpin oleh kepala
suku (penghulu) antara lain Siak Kecil, Siak Besar, Betung, dan Rempah.54
pasukan laut yang handal, dan diperintahkan langsung oleh Raja Kecik agar
membuat kapal perang yang besar beserta perlengkapan senjatanya. Selama roda
yang menggunakan sistem turun menurun dari ayah kepada anak atau dari abang
besar adalah:
54
Tim Universitas Riau, Sejarah Riau Masa Kolonialisme hingga Kemerdekaan RI,
2006, Pekanbaru, PT. Sutra Benta Perkasa, cet. I, hal. 59.
50
Suku Lima Puluh : Ongku Raja Senara.
berupa pancung alas (pajak hasil dari hutan), dan tapak lawang (pajak personal),
dan membuka Bandar Saban Auh sebagai akivitas perdagangan antar negeri
Pesisir Timur Sumatera, Aceh, dan Minangkabau. Langkah ini diambil oleh Raja
Kecik karena melihat kondisi Selat Melaka telah berada di bawah kekuasaan
Belanda.
55
Elisa Netcher, de Nederlanders in Djohor en Siak 1602 tot 1865, Verhandelingen van
het Bataaviasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, diterjemahkan oleh Wan Ghalib
dkk, Belanda di Johor dan Siak 1602-1865, Lukisan Sejarah Batavia, Bruinning dan Wijt 1870,
2002, hal 85-88.
51
Pada 1724-1726 M, Raja Kecik mulai menunjukan kekuatan pemerintahan
orang-orang Bugis yang berada di Kedah, dalam pertempuran tersebut Raja Kecik
berhadapan dengan Daeng Perani dan terjadi interaksi antar keduanya, Raja Kecik
berkata: menyerahlah wahai Daeng Perani, namun Daeng Perani tidak merespon
perkataan Raja Kecik, kemudian tanpa pikir panjang Raja Kecik mengarahkan
Pada saat itulah tembakan meriam mengenai dada Daeng Perani seketika
itu dirinya terjatuh dan meninggal dunia. Pada akhirnya Raja Kecik berhasil
membunuh salah satu pembesar Bugis yakni Daeng Perani. Kemudian Raja Kecik
Pada tahun 1746 M, wafat di Kota Buantan dengan diberi gelar Marhum
Buantan atau lebih dikenal dengan sebutan Yang Dipertuan Raja Kecik.Dewan
Kerajaan Datuk Empat Suku berdasarkan wasiat dari Sultan Abdul Jalil Rahmat
Syah segera melantik Raja Buwang Asmara (Sultan Muhammad Abdul Jalil
Muzaffar Syah) yang sokong oleh Raja Minangkabau sebagai Sultan ke-II (1746-
1760).57
anak dari Tengku Alam yang bernama Tengku Muhammad Ali sebagai Penglima
Besar.Pada tahun 1750 M, Sultan Abdul Jalil Muzaffar Syah memindahkan pusat
56
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 50-52.
57
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 60-61.
52
pemerintahannya ke Mempura. Perpindahan pusat pemerintahan ini ke Mempura
Substansi yang terkandung dalam Syair Perang Siak di atas telah jelas
bahwa telah terjadi perisitwa konflik bersaudara antara adik dan kakak di
58
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 66.
59
Syair Raja Siak, adalah manuskrip koleksi Van de Wall dengan nomor W.273. Lihat
juga buku O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak. hal. 66-69.
53
Kesultanan Siak dan pada pemerintahan Sultan Abdul Jalil Muzaffar Syah juga
merubah sebuah nama Sungai Jantan menjadi Sungai Siak. Kemudian pada
Belanda yang akan diajukan dan mengikat kepada sultan, berbagai tipu dayanya
dan kelicikannya sang Sultan Abdul Jalil Muzaffar Syah berhasil terhanyut dalam
kekuasaan Kesultanan Siak dari tindakan kejahatan. Pada tahun 1752 M, Sultan
nampak sikap asli Belanda yang arogan. Salah satunya dengan mengeksploitasi
pajak para pedagang yang melakukan aktivitas berdagang di sekitar muara Sungai
Siak, pajak yang diberlakukan oleh Belanda berupa pajak pancung alas dan pajak
Belanda masih sangat kuat untuk dikalahkan. Peristiwa peperangan ini terjadi
54
selama satu bulan lamanya, hingga akhirnya pada tahun 1760 M, pasukan perang
Abdul Jalil Muzaffar Syah (1746-1760 M), pada saat menjelang hayatnya Sultan
Muhammad Abdul Jalil Muzaffar Syah telah berwasiat kepada anaknya yang
Janganlah tunduk kepada Belanda yang kafir dan penjajah itu dan jangan
Tepat pada tahun 1760 M, Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzaffar Syah
tahta kerajaan maka ditunjuk putera mahkotanya yang bernama Tengku Ismail
dan dinobatkan sebagai Sultan Siak ke-III dengan gelar Sultan Ismail Abdul Jalil
Jalaluddin Syah (1760-1766 M). Tengku Ismail lahir pada tahun 1745 dari rahim
ibunya yang merupakan anak perempuan dari Daeng Mattekuh yang beristri dua,
isteri pertamanya bernama Tengku Sani seorang anak perempuan dari Tengku
Busu, dan isteri keduanya yang bernama Tengku Neh seorang anak perempuan
60
O.K Nizami Jamil dkk,Sejarah Kerajaan Siak, hal. 73-75.
61
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 86-87.
62
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 84.
63
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 85.
55
Setelah satu tahun menjabat sebagai sultan, Belanda kembali melancarkan
serangan dengan memperalat paman dari Sultan Ismail yang bernama Tengku
Alam yang merupakan anak kedua dari Raja Kecik. Tengku Alam dipengaruhi
oleh Belanda agar segera merebut kembali tahta kerajaan untuk melengserkan
Belanda yakni ketika Tengku Alam berhasil merebut tahta kerajaan maka pihak
juga hanya sekedar meminta kepada Tengku Alam agar dapat mendirikan kembali
tersebut maka Tengku Alam dan para pasukan perang Belanda mendatangi Siak.
Berdasarkan wasiat itulah Sultan Ismail menjalankan amanah dan tunduk kepada
pada suatu saat orang-orang Melayu yang berada di Riau-Lingga yang dipimpin
oleh Datuk Bendahara Tun Hasan mengirimkan surat kepada Sultan Ismail dan
Bendahara Tun Hasan yang sedang berhadapan melawan orang-orang Bugis yang
Johor-Riau. Setelah menerima surat dari Datuk Bendaharan Tun Hasan maka
Sultan Ismail menuju Terengganu untuk menemui Sultan Mansyur dan sekaligus
membahas mengenai taktik dan strategi untuk melawan orang-orang Bugis yang
berada di Johor-Riau.
56
Pada Musyawarah tersebut menghasilkan beberapa kesimpulan, bahwa
Sultan Ismail beserta pasukan perangnya berangkat lebih awal, karena Sultan
setelah sampai Sultan Ismail di Singgapura, tak kunjung jua Sultan Mansyur. Dari
Kesultanan Terengganu, yakni puteri dari Sultan Mansyur yang bernama Tengku
Tipah.64 Satu tahun setelah menikah, tepatnya pada tahun 1764, tanpa ditemani
orang Bugis yang dipimpin oleh Daeng Kamboja. Dalam pertempuran antara
Sultan Ismail dengan Daeng Kamboja maka dipihak Sultan Ismail mengalami
kekalahan dan mundur kembali ke Siak bersama istri tercintanya dan para
pasukannya. Pada masa pemerintahan ini, asal usul adanya kerajinan tangan
berupa tenun di Siak, karena istri dari Sultan Ismail yang bernama Tengku Tipeh
menerapkan kerajinan tenun yang dibantu oleh para dayang dan perempuan
64
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 88-89.
57
dibawanya dari Terengganu ke Siak.65 Sultan Ismail mangkat sesaat akan
Dibalai. Mengenai sosok dari Sultan Ismail yang dikasihkan oleh Hikayat Siak
dan berdasarkan cerita rakyat Siak juga menyatakan gelar lain dari Sultan Ismail
yaitu Sultan Bertangan Kudung. Gelar Sultan Ismail ini menyatakan bahwa
kondisi tangannya kudung (terpotong) kerena pada saat berperang tangan Sultan
Ismail terpotong.66
Para ahli peneliti sejarah Terangganu dan Siak memastikan dan meyakini
makam Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah berada di Mempura Siak.
pada tahun 1766 M,dengan gelar Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah. Raja Alam
memiliki adik tiri yang bernama Tengku Buwang Asmara (Sultan Muhammad
Mahmud) yang berbeda ibu dari Raja Alam, adapun ibu dari Tengku Muhammad
bernama Tengku Kamariah. Raja Alam ini sebagai paman daripada Sultan Ismail
Abdul Jalil Jalaluddin Syah.Tengku Alam memiliki seorang putera yang bernama
Tengku Muhammad Ali dan pada saat Sultan Muhammad Mahmud menjabat
sebagai Sultan Siak ke-II, Tengku Muhammad Ali berperan sebagai panglima
perang hingga pada masa Sultan III yakni Sultan Ismail. Dalam catatan Elisa
Netscher dalam bukunya "De Nederlanders in Djohor en Siak 1602 tot 1865",
kapal dari hasil rampoknya. Seperti tiga puluh senjata berat dan puluhan senjata
tangan. Kapal-kapal yang lewat di Selat Melaka atau disekitar Laut China Selatan,
65
Lihat Lampiran V gambar tenunan yang bermotif khas Siak.
66
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 90-91.
58
adapun kapal-kapal yang berhasil dirampok oleh Raja Alam dan pengikutnya
diantaranya kapal-kapal dari Belanda, dari Eropa dan kapal Inggris yang bernama
Nancy yang dikapteni oleh Thomas Halnes menjadi korban perompakan Raja
Alam. Berhubung kompeni Belanda telah membantu Raja Alam dalam merebut
tahta Kesultanan Siak, dan meminta untuk mendirikan kembali benteng yang
telah hancur pada tahun 1760 M, di Pulau Guntung. Serta menghukum orang-
orang Siak yang telah melakukan pembantaian di Benteng Pulau Guntung dan
Pada tahun 1767, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah memindahkan pusat
dengan Dusun Senapelan (saat ini sekitar Masjid Raja Pekanbaru) sebagai pusat
(pekan) di Senapelan yang bernama Pekan Baharu, nama Pekan Baharu ini
disahkan berdasarkan hasil musyawarah para datuk empat suku (Pesisir, Lima
Puluh, Tanah Datar, dan Kampar) pada tanggal 21 Rajab 1204 H bertepatan pada
tanggal 23 Juni 1784 M. Pada saat itupula sebutan Senapelan perlahan dilupakan
dan masyarakat mulai menyebutnya Pekan Baharu. Dewasa ini nama Pekan
Baharu lebih kita kenal Pekanbaru, dan setiap tanggal 23 Juni sebagai hari jadi
67
Elisa Natcsher, "De Nederlanders in Djohor en Siak 1602 tot 1865," Genootschap van
Kunsten en Wetenschappen, diterjemahkan oleh Wan Ghalib dkk, Belanda di Johor dan Siak
1602-1865 Lukisan Sejarah, Batavia, Bruinning dan Wijt 1870, Pemerintahan Daerah Kabupaten
Siak dan Yayasan Arkeologi dan Sejarah, Bina Pusaka, 2002, hal. 191.
68
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 92-99.
59
Pada pemerintahannya, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah tidak mau lagi
tunduk kepada Belanda dan Benteng Belanda di Pulau Guntung ditutup oleh
Sultan.69 Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah merubah tradisi pernikahan yang
biasanya terjadi antara anak dari keluarga atau dari kalangan suku sendiri.
Kebetulan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah memiliki anak perwanan yang
Arab yang gagah dan rupawan dan memiliki langsung garis silsilah Nabi
Muhammad SAW yang bernama Sayid Syarif Usman bin Syarif Abdul Rahman
Syahabuddin. Mengenai asal usul dari Sayid Syarif Usman ini, terdapat empat
orang penyiar Agama Islam dari Negeri Arab (Yaman Tarim) yang turun ke
wilayah Asia Tenggara, mereka adalah Syed Abdullah Al Qudsi, Syaid Usman
Sayid Usman bin Abdul Rahman Syahabuddin bin Sayid bin Ali bin
Muhammad bin Hasan bin Umar bin Hasan bin Syeh Ali bin Abu Bakar Asyakran
bin Abdul Rahman As-Sagaf bin Achmad bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin
Ali bin Muhammad bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin
Ahmad bin Isya bin Muhammad Annaqep bin Syaidina Ali dengan isterinya Siti
Fatimah Azzahra binti Muhammad SAW. Melihat panjangnya garis silsilah diatas
terlihat sangat jelas bahwasannya Sayid Syarif Usman dari Syaidina Ali bin Abi
Thalib yang menikahi puteri kesayangan Nabi Muhammad SAW yang bernama
69
Muchtar Lutfi, Sejarah Riau, hal. 179.
60
Fatimah Azzahra.70 Pada pernikahan inilah yang nantinya berawal nantinya raja-
raja yang berketurunan bangsa Melayu di Kesultanan Siak berubah menjadi sultan
keturunan dari Bangsa Arab yang ditandai dengan sebutan Assayid dan Assyarif.
Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah nampak kecintaan terhadap Islam yang
Masjid Nur Alam yang saat ini menjadi Masjid Raya Pekanbaru.72
Pada 1780 M, Tengku Muhammad Ali dikukuhkan oleh Datuk Empat Suku
dengan gelar Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1780-1782 M).
yang bernama Tengku Mandak binti Sultan Abdul Jalil Muhammad Muzaffar
Syah. Sultan Muhammad Ali memimpin kerajaan tidak begitu lama mengingat
usia lanjut dan telah banyak tenaga fisiknya terkuras sejak tahun 1760 M, ketika
kompeni Belanda. Sultan Muhammad Ali memberikan jabatan kepada anak dari
Adapun Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah dan Tengku Khatijah memiliki
anak yang berjumlah enam orang diantaranya, Tengku Muhammad Ali, Tengku
Akil, Tengku Embong Badariah, Tengku Hawi, Tengku Sukma dan Tengku Mas
70
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 100-102.
71
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal 101-102.
72
Lihat Lampiran Gambar Komplek Makam Raja-raja Siak di Masjid Raya Pekanbaru.
73
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal.103.
61
Siak dengan gelar Marhum Pekan dan dimakamkan di Komplek Pemakaman
dari Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah) dan memiliki adik perempuan
yang bernama Tengku Puteri. Pada tahun 1781 M, Tengku Yahya dinobatkan
menjadi Sultan Siak ke-VI dengan gelar Sultan Yahya Abdul Jalil Muzaffar
dilakukan kerena sejak menjadi sultan selalu terjadi konflik internal antar keluarga
untuk benahi roda pemerintahan yang telah kakek dan ayahnya perjuangkan di
dengan Syarif Ali yang selalu menyalahi kepercayaan yang diberikannya. Hal ini
terlihat jelas bahwa Syarif Ali memiliki hasrat besar untuk menguasai tahta
kerajaan dengan adanya Cop de Taat (ambil alih kekuasaan) tanpa ada
peperangan. Pada tahun 1784 M, Sultan Yahya mangkat karena terjatuh sakit
karena mengalami stress akan sikap yang dilakukan adik sepupunya itu, dan
Dungun.74
Pada dinasti ketujuh ini pemerintahan dilanjutkan oleh Tengku Udo (Syarif
Ali) yang telah mengambil alih kekuasaan Cup de Taat dari tangan Sultan Yahya
dipinggiran Sungai Siak. Pada periode ketujuhlah terjadi perubahan nama dari
74
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 109-120.
62
Kesultanan Siak menjadi Kesultanan Siak Sri Indrapura. Adapun maksud dari
Sultan Assaidis Syarif Ali dalam merubah nama Kesultanan Siak menjadi
Kesultanan Siak Sri Indrapura berdasarkan asal dari kata Siak Sri Indrapura,
secara harfiah dapat bermakna pusat kota raja yg taat beragama, dalam bahasa
Sanskerta, sri berarti “bercahaya” dan indera atau indra dapat bermakna raja dan
pura dapat dimaknai “kota” atau “kerajaan”. Kemudian Sultan Assaidis Syarif Ali
Melayu sekitar Pesisir Pantai Timur Sumatera. Peristiwa ini dikenal dengan
sebutan jajahan duabelas yaitu : Kota Pinang, Asahan, Kualuh, Bilah Panai, Deli,
ini membuat Sultan Syarif Ali dalam menyatukan raja-raja Melayu, Kesultanan
Melayu.Pada tahun 1810, Sultan Syarif Ali mangkat dan diberi gelar Marhum
Kota Tinggi, atas mangkatnya Sultan Syarif Ali maka barang tentu diadakan
Roda pemerintahan selanjutnya oleh Syarif Ibrahim sebagai Sultan Siak ke-
VIII dengan gelar Sultan Assaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin (1810-
75
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 114-116.
76
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 120.
63
1815 M). Pada saat Sultan Syarif Ibrahim menjalani pemerintahannya kurang
maksimal dikarenakan kesehatan beliau yang kurang baik, sehingga Sultan Syarif
Ibrahim dibantu oleh seorang panglima besar yang bernama Tengku Muhammad
bin Sayid Ahmad. Sultan Syarif Ibrahim semasa menjabat sebagai Sultan Siak ke-
VIII telah mendirikan Istana di Kuala Mempura Kecil.77 Istana ini berfungsi
sebagai tempat peristirahatan Sultan Syarif Ibrahim dan sebagai pusat aktifitas
Kecil, dan dimakamkan di komplek pemakaman yang berada di Koto Tinggi Siak
Sri Indrapura yang berdekatan dengan makam ayahnya Sultan Syarif Ali (Sultan
dan menentukan siapa dari calon sultan yang akan memimpin di Kesultanan Siak
calon penerus tahta pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura pasca wafatnya
(beradab) dan memiliki sifat problem soulving (cepat tanggap) dalam suatu
Ismail. Beliau adalah seorang putera dari Sayid Muhammad bin Sayid Ahmad
yang merupakan adik dari Sultan Siak ke-VII (Sultan Assaidis Syarif Ali Abdul
77
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 123-124.
64
Jalil Syaifuddin). Tengku Sayid Ismail dinobatkan oleh Dewan Kerajaan sebagai
Sultan ke-IX dengan gelar Sultan Assaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Saifuddin
(1815-1864 M).
Koto Tinggi dengan gelar Marhum Indrapura. Setelah turun tahta Sultan Syarif
posisi Sultan Syarif Ismail sebagai penerus dinasti kerajaan, Dewan Kerajaan
memilih Tengku Syarif Kesuma bin Sayid Muhammad merupakan sosok yang
layak, karena selama masa pemerintahan Sultan Syarif Ismail menjadi panglima
Sultan Syarif Ismail yang dinobatkan dengan gelar Sultan Assaidis Syarif
Kasim I (1864-1889 M). Pada masa pemerintahan Sultan Assaidis Syarif Kasim I,
kolonial Belanda selalu mencari peluang agar dapat menapakkan pengaruhnya dan
usaha Belanda ini terlihat ketika akan mengadakan beberapa perjanjian dari awal
Adapun wujud perjanjian yang telah dilakukan oleh pihak kolonial Belanda
1858 M, 26 Juli 1873 M, 25 Oktober 1891 M, inti dari perjanjian tersebut pihak
telah disepakti antara Belanda dengan Kesultanan Siak Sri Indrapura tersebut
78
Arsip Nasional Rapublik Indonesia, Surat-surat Perjanjian Antara Kesultanan Riau
Dengan Pemerintahan V.O.C Dan Hindia-Belanda1784-1909, 1970, hal. 90-221.
65
menjadikan sultan kehilangan kekuatannya, namun Sultan Assaidis Syarif Kasim I
Empat Suku dan membuat terobosan dari sektor ekonomi kerajaan, infrastruktur
dengan merenovasi Istana Kerajaan yang sebelumnya telah didirikan oleh Sultan
Syarif Ismail.
emas yang dilengkapi dengan intan berlian kurang lebih 600 butir dan permata
Dewasa ini The crown of Siak Sultanate Sri Indrapura aslinya terdapat di
perkara (pengadilan negeri) yang bernama Balai Rung Sari. Sultan Assaidis Syarif
berkebun, seperti membuat kebun karet, kebun lada, kebun merica dan lain-lain.
Siak Sri Indrapura sebagai kerajaan yang mandiri. Meskipun berada di bawah
79
Lihat Lampiran Gambar Mahkota Kesultanan Siak Sri Indrapura.
80
Wawancara Pribadi dengan Pengelola Museum, pada saat Kunjungan ke Museum
Nasional, Jakarta, pada tanggal 22 April 2014.
81
Adila Suwarmo dkk, Siak Sri Indrapura, 2007, Lontar Foundation, Jakarta : Jayakarta
Agung, hal. 113.
66
pengaruh kolonial Belanda, Sultan Assaidis Syarif Kasim I mampu menjalani
pemerintahan selama dua puluh lima tahun. Tepat pada tahun 1889 baginda Sultan
Assaidis Syarif Kasim I Abdul Jalil Syaifuddin wafat, dengan gelar Marhum
Kasim Abdul Jalil Syaifuddin dari istri yang keduanya bernama Tengku Dalam
(Tengku Long Jiwa) yang memiliki dua orang anak laki-laki, anak pertamanya
Tengku Sulung (Sayid Alwi) dan yang kedua Tengku Ngah (Sayid Hasyim). Pada
saat ayahnya yakni Sultan Syarif Kasim I menjadi sultan, beliau menjadikan
anaknya yang kedua bernama Tengku Ngah (Sayid Hasyim) dari rahim isterinya
yang kedua sebagai panglima perang yang mampu menguasai Selat Melaka dan
bersikap bijaksana terhadap pedagang yang datang ke Siak baik dari China, India,
selama menjadi panglima perang maka Dewan Kerajaan Datuk Empat Suku dan
Sultan Siak ke-XI dengan gelar Sultan Assaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil
Syaifuddin (1889-1908 M). Pada saat pemerintahan inilah sultan bertekad untuk
82
Hasbullah, Islam dan Transformasi Kebudayaan Melayu di Kerajaan Siak, 2007, cet. I
Yayasan Pusaka Riau, hal. 64. Lihat juga O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 133-
139.
67
agar senantiasa bersinergi dalam membantuprogram sultan dalam memajukan
Selain dariprogram sultan yang telah dipaparkan diatas, Sultan Syarif juga
Embung. Istana yang dimaksud bernama Istana Peraduan Sultan Syarif Hasyim.
Kemudian mendirikan balai yang bernama Balai Kerapatan Tinggi sebagai ruang
kerja Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin dan jajaran pemerintahanya
untuk penobatan sultan serta tempat pelaksanaan persidangan adat baik kasus-
kasus adat ataupun mahkamah syari'ah yang langsung dipimpin oleh sultan.
sultan menunjuk seorang arsitek dari Perancis dan para pekerja orang-orang
Tionghua di Singapura dan komponen material dari Jerman dan selesai pada tahun
oleh beberapa menteri kerajaan dan datuk yang diberi kekuasaan untuk memimpin
83
Tim Penulisan Universitas Riau, Sejarah Riau, 1976, Pekanbaru, hal. 348.
68
Datuk Mohd. Syekh gelar Datuk. Raja Lela Pahlawan, Kepala Suku
84
Tim Penulisan Universitas Riau, Sejarah Riau, hal. 348. Lihat juga O.K Nizami Jamil
dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 149.
69
Selanjutnya Sultan Syarif Hasyim mendirikan sebuah percetakan untuk
pada masa Sultan Assaidis Syarif Hasyim ini tejadi kodifikasi di pemerintahan.
pedoman kerajaan, dan juga berisi struktur pemerintahan semasa Sultan Assaidis
Syarif Hasyim berkuasa. Segala peraturan yang telah disusun itu berdasarkan
kontrak politik dengan Belanda yang telah disepakati dan disahkan pada tanggal 1
Desember 1898 M. Menyadari akan kemajuan dan prestasi Sultan Syarif Hayim
85
Baabul al Qowa'id ditulis pada periode ketika Kesultanan Siak Sri Indrapura dipimpin
oleh sultan yang berketurunan bangsa Arab. Baabul al Qowa'id ini terdiri 22 bab yang dibagi dari
154 pasal. Adapun bab yang pertama mengenai Batas-batas propinsi yang terdiri 10 pasal. Bab
yang kedua mengenai Gelar yang berkuasa di Kerapatan Tinggi (Balai Rung Sari), terdiri 10 Pasal.
Bab ketiga mengenai perkara yang akan disidang dihadapan Keraparan Tinggi, terdiri dari 9 pasal.
Bab yang keempat mengenai perkara yang akan dihadapan Hakim Polisi, terdiri dari 5 pasal. Bab
kelima mengenai perkara yang akan dihadapan Hakim Polisi di daerah jajahan, terdiri 7 pasal. Bab
keenam mengenai menentukan musyawarah antara Hakim Polisi, terdiri dari 13 pasal. Bab ketujuh
mengenai nama Kepala Suku dan suku yang dipegangnya, terdiri dari 18 pasal. Bab kedelapan
mengenai kuasa Kepala Suku dalam menyelesaikan perkara, terdiri dari 4 nomor. Bab kesembilan
mengenai kuasa Bendahara. Bab kesepuluh mengenai kuasa Qodhi, terdiri atas 13 pasal. Bab
kesebelas mengenai kuasa Imam pada 9 provinsi, terdiri 9 pasal. Bab keduabelas mengenai kuasa
Kepala Imam jajahan, terdiri 6 pasal. Bab ketigabelas mengenai Ketinggian Sultan atas Hakim
Polisi dan Kepala Suku, terdiri atas 4 pasal. Bab keempatbelas mengenai tugas Hakim Polisi
Kerajaan dan Propinsi Jajahan, terdiri atas 3 pasal. Bab kelimabelas mengenai Kewajiban
Pangeran-pangeran, terdiri atas 3 pasal. Bab keenambelas mengenai Pekerjaan Jaksa, terdiri atas 5
pasal. Bab ketujuhbelas mengenai Pekerjaan Tambahan Beduanda Perkasa, terdiri atas 5 pasal.
Bab kedelapanbelas mengenai Kuasa Penghulu Balai, terdiri dari 8 pasal. Bab kesembilanbelas
mengenai Aturan Jual-Beli, terdiri dari 4 pasal. Bab keduapuluh mengenai Nama-nama Suku, tidak
ada pasal. Bab keduapuluh satu mengenai Aturan Kepala-kepala mengenai apabila mendapat
perintah dari Sultan, terdiri 14 pasal. Bab keduapuluh dua mengenai bahagian-bahagian denda dan
sapu meja yang dapat dari tempat keadilan yang dilakukan oleh Kerapatan Tinggi dan Hakim
Polisi Negeri Siak dan Hakim Polisi Jajahan, terdiri dari 6 pasal. Pada bagian akhir terdapat
penutup dengan beberapa cap, diantaranya Cap Sultan Siak Sri Indrapura, Cap Residen Vasthust
Sumatera, Cap Datuk Laksemana, Cap Datuk Kampar, Cap Datuk Pesisir, Cap Datuk Lima Puluh,
dan Cap Datuk Tanah Datar. (O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, cet.2, Lembaga Adat
Melayu Kab. Siak, CV. Sukabina Pekanbaru, 2011, hal. 148..).
86
Amir Luthfi, 1983, hal. 25-26.
70
selama menjabat sebagai pemimpin kerajaan maka Sultan Syarif Hasyim segera
memikirkan masa depan kerajaan ketikabeliau wafat, maka Sultan Syarif Hasyim
Sultan Assaidis Syarif Hasyim, namun kejayaan ini terlalu singkat, meskipun
singkat telah terasa perubahan yang signifikan. Pada 1908 M, Sultan Assaidis
dengan para pengusaha asing diantaranya dari Belanda, Inggris, dan Cina. Namun
dalam perjalanan itu, tepatnya pada tanggal 2 April 1908 M, Sultan Assaidis
anak dari Sultan Siak ke-XI yakni Sultan Assaidis Sayid Hasyim Abdul Jalil
Syaifuddin dan ibunda tercinta yang bernama Tengku Yuk Syarifah Aminah binti
Tengku Musa Sayid Said, Tengku Yuk ini merupakan permaisuri dan istri kedua
Sultan Sayid Hasyim sedangakan istri pertamanya bernama Encik Rafi'ah binti
Datuk Orang Besar Kerajaan Siak) dan melahirkan seorang anak lelaki yang
bernama Tengku Long Putih Sayid Muhammad, adapun saudara dari Tengku
87
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 152.
88
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 150-151.
71
sektor perdagangan.89 Latar belakang pendidikan seorang Tengku Sulung Sayid
Kasim banyak mempelajari ilmu agama Islam di Siak, hingga pada tahun 1904 M,
dibimbing oleh seorang ulama besar dari keturunan Arab yang bernama Sayid
Husein al-Aidit. Tengku Sulung Sayid Kasim sangat gemar belajar tentang ilmu
hukum dan ketatanegaraan, maka dipilihnya seorang guru yang bernama Snouck
Hurgronje yang berasal dari Belanda. Sikap ini dilakukan oleh pihak Belanda,
agar Tengku Sulung dapat diperalat dan dijadikan kaki tangan pemerintahan
Pada tahun 1908 M, ayah dari Tengku Sulung Sayid Kasim menghembus
Tengku Sayid Kasim yang masih belia. Tengku Sulung Sayid Kasim lebih fokus
dipimpin oleh regent (wakil sultan) yang terdiri dari dua regent sebagai menteri
Datuk Sri Bejuang Syah (Datuk Lima Puluh) dan Tengku Besar Sayid Sagaf
sebagai Hakim Polisi adalah kepala pemerintahan tinggat propinsi (sepupu dari
Tengku Sulung Sayid Kasim menikahi Tengku Syarifah Latifah (Tengku Bih) dan
medapatkan gelar Tengku Agung.92 Tengku Agung adalah seorang puteri dari
Tengku Embung Djaya Setia dari Langkat. Singkat kisah, Tengku Sulung Sayid
89
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 154-155.
90
Tenas Effendy dan Nahar Effendy, Lintasan Sejarah Kerajaan Siak Sri Indrapura,
1972, Pekanbaru: BPKD Riau, hal. 44-47.
91
Mukhtar Lutfi, Sejarah Riau,hal. 348.
92
Lihat Lampiran Gambar Pernikahan Sultan Syarif Kasim II dengan Syarifah Latifah
binti Tengku Embong gelar Tengku Agung.
72
menjadi sultan di Kesultanan Siak Sri Indrapura. Tengku Sulung Sayid Kasim
dinobatkan pada tanggal 3 Maret 1915 M, sebagai Sultan Siak ke-XII dengan
gelar Sultan Sayid Syarif Kasim Tsani Abdul Jalil Syaifuddin dan istrinya diberi
gelar Tengku Agung. Pasca menjadi pemimpin Sultan Syarif Kasim II sangatlah
paham akan statusnya sebagai sultan hanya menjabat sebagai khalifatullah atau
jabatan sultan sebagai bayangan Allah SWT dipermukaan bumi ini.93 Sultan
Assaidis Syarif Kasim Tsani Abdul Jalil Syaifuddin sosok yang sangat kental
Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin awalnya masih sama seperti masa
pada struktur dan tugas-tugasnya dari yang telah ditentukan di dalam Baabul
Qawa'id.
Berikut struktur pemerintahan yang baru pada era Sultan Assaidis Syarif
SULTAN*
93
Amir Lutfi, Unsur Islam Dalam Sistem Peradilan Kesultanan Siak Sri Indrapura 1915-
1945, hal. 266.
94
O.K Nizami Jamil, Dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 156.
95
Amir Lutfi, Unsur Islam Dalam Sistem Peradilan Kesultanan Siak Sri Indrapura 1915-
1945, hal.28.
73
Keterangan:
Hakim Kerapatan Tinggi ini langsung diketuai oleh Sultan, dan anggota
terdiri dari para Datuk Kerajaan dan para pembesar kerajaan, seperti Datuk
Empat Suku, Qhadi Negeri, dan Controleur Siak sebagai perwakilan dari
tingkatan provinsi, secara fungsi Hakim Polisi ini sebagai wakil Sultan.
Hakim Polisi ini berjumlah yang sama pada era Sultan Assaidis Syarif
Hasyim yang terbagai dari 10 provinsi namun pada era Sultan Assaidis
tiadakan dan perbedaan itu tidak terlalu signifikan, adapun yang dimaksud
sebagai berikut :
74
- Provinsi Tapung Kiri bergelar Syarif Bendahara.
- Provinsi Tapung Kanan bergelar Datuk Bendahara.
- Komisaris Negara terdiri II (dua) : Pangeran Wira Negara dan
Pangeran Wira Kesuma.
* Hakim Syari'ah badan ini terbentuk karena di Kesultanan Siak Sri Indrapura
hak waris dan masalah hukum adat dan agama. Hakim Syari'ah di provinsi
Hakim Kepala Suku (Hinduk) ini berjumalah 211 Suku (Hinduk) dari 10
adat istiadat yang taat kepada keputusan kerajaan dan perintah Sultan.
Secara struktural Hakim Kepala Suku ini harus patuh kepada Hakim Polisi
tahap awal Sultan Assaidis Syarif Kasim membentuk beberapa sarana pendidikan
yang telah berdiri di Siak sejak masa pemerintahan Sultan Assaidis Syarif Hasyim
75
yang bernama Volkschool (sekolah tingkat dasar dengan masa pendidikan tiga
kemudian Sultan Assaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin bertekad untuk
dunia pendidikan. Sarana pendidikan formal yang didirikan oleh Sultan Assaidis
Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin yaitu HIS (Hollandsh Inlandsche School).97
Pada tahun 1917 M, Sultan Assaidis Syarif Kasim Abdul Jali Syaifuddin
juga mendirikan sebuah sekolah yang kental dengan unsur Islam yang bernama
dengan Ibtidaiyah (SD), Tsanawiyyah (SMP) dan Aliyah (SMA). Dalam kegiatan
belajar dan mengajar disekolah ini berjalan pada sora hari yang didalamnya
diajarkan pengetahuan agama Islam dan nilai-nilai ke-Islaman. Bagi sang Sultan
agar anak-anak di sekolah Volkschool dan HIS dapat belajar pagi hari dengan
tentang pengetahuan agama Islam. Sultan Assaidis Syarif Kasim Abdul Jalil
Adapun sekolah yang dimaksud adalah Latifah School yang berasal dari nama
96
Sartono Kartodirdjo, Sejarah Nasional Indonesia jilid III, Jakarta : Balai Pustaka, cet
ke-V, 1984, hal. 122.
97
Pengertian HIS (Hollandsch Indlandsche School) adalah sebuah tempat pendidikan
formal pada kurikulimnya di sekolah ini kental dengan pengaruh Belanda, karena sekolah ini
bahasa pengantarnya dengan berhasa Belanda dan sebagain besar pengajarnya dari orang-orang
Belanda. Sekolah ini juga berada di lingkungan militer Belanda, tujuan dari semua ini tentunya
bangsa Belanda tidak ingin memberlakukan sistem pendidikan yang menjurus nasional. Tidak
semua orang bisa belajar di sekolah ini, hanya anak-anak golongan bangsawan dan para pegawai
pemerintahan Belanda yang memiliki gaji f. 100,00 saja yang berhak duduk di sekolah ini. (Tenas
Effendi, Lintasan Sejarah Kerajaan Siak Sri Indrapura, Pekanbaru : Badan Pembina Kesenian
Daerah Provinsi Riau, 1973, hal. 51).
76
permaisyuri tercintanya yang telah wafat bernama Tengku Syarifah Latifah.
Sekolah ini didirikan pada tahun 1926 M, dan setara dengan Volkschool. Pada
tahun 1929 M, juga didirikan sekolah khusus kaum perempuan dengan materi
Sumatera Barat, ada juga yang berasal dari Universiatas al Azhar, Kairo.98 Semua
sikap yang dilakukan oleh sultan semata demi menjadikan rakyat-rakyatnya lebih
baik dan kaya akan ilmu pengetahuan meskipun kita miskin harta karena berada di
Assaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin pendidikan unsur terpenting menuju
Pada tahun 1964 M, kondisi kesehatan Sultan Assaidis Syarif Kasim Abdul
Pekanbaru. Namun apa daya pada tahun 1967 M, Sultan Assaidis Syarif Kasim
Abdul Jalil Syaifuddin mulai melemah dan kurus karena sakit, dan akhirnya pada
23 April 1968, Sultan Assaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin mangkat di
98
Asmuni Marleilly, Pendidikan Sebagai Faktor Dinamisme Sosial di Daerah Riau Pada
Awal Abad XX, Seminar Sejarah Lokal Pendidikan Sebagai Faktor Dinamisme Sosial, Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah, hal. 70-85. Lihat Juga Tim Penulisan Universitas Riau,
Sejarah Riau, 1976, Pekanbaru, hal. 348-349.
77
B. Pengaruh Agama Islam
dan menjadi tumbuh atau berkembang dengan kekuatan agama Islam yang telah
mulai memasuki tanah Melayu yang dihadapkan langsung dengan tata nilai orang-
orang Melayu. Tata nilai orang-orang Melayu yang dimaksud adalah mengenai
kepercayaan nenek moyang yang sangat kental yakni, Animisme dan Dinamisme.
Kedua pemahaman ini merupakan tantangan suatu agama dengan adat dan tradisi
dari pemahaman lama (nenek moyang) menuju pemahaman baru, tentunya yang
masa pemerintahan Sultan Assaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin (1784-
1810M), meskipun tidak ada legalitas secara tertulis yang menyatakan bahwa
Islam dijadikan sebagai agama resmi di Siak. Hal ini bisa terjadi kerena
lebih awal memeluk agama Islam, berbagai pengaruhnya terlihat pada Kesultanan
Siak Sri Indrapura, dan secara otomatis perlahan menerapkan ajaran-ajaran sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu agama Islam terus berkembang di Siak.
Terlebih pada 1784, tepatnya pada masa Sultan Siak ke-VII, yakni Sultan
Assaidis Syarif Ali Abdul Jalil Saifuddin dimana beliau adalah keturunan Arab,
78
sejak itulah sultan-sultan di Kesultanan Siak Sri Indrapura diberi gelar Assaidis
Syarif yang merupakan tanda yang kental yang menyatakan dari keturunan
yakni Syarif Usman Syahabuddin, beliau adalah seorang Panglima Perang ketika
masa Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah pada 1766-1780 M.Pada periode ini
terjadi suatu keunikan, dari keunikan tersebut adalah, dari duabelas sultan yang
pernah berkuasa di pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura, pada tahun 1723-
1784 M, tepatnya pada masa Sultan Siak ke-I sampai Sultan Siak ke-VII berasal
dari keturunan orang Melayu-Johor dan dari Sultan Siak VII hingga Sultan Siak
XII adalah keturanan yang berasal dari Arab yang memiliki gelar Sayid dan
Syarif.99
Islam, seperti masalah pernikahan, talak, rujuk, warisan dan hal-hal lainnya. Pada
sistem pemerintahan juga sangat kental akan pengaruh agama Islam, seperti dalam
menjalankan pemerintahan sang sultan dibantu oleh pegawainya yang terdiri dari
99
Sayid dan Syarif adalah gelar kebangsaan dari keturunan sultan-sultan Siak di
Kesultanan Siak Sri Indrapura. Adapun sebenarnya gelar Sayid berasal dari Hadramaut dan gelar
Syarif berasal dari keturunan Saidina Husen. Gelar ini mulai ada di Siak sejak berkuasanya Sultan
Siak VII yang berasal dari keturanan Arab. Gelar kebangsaan ini sangat besar pengaruhnya dalam
perkawinan, cara berbicara, berpakaian dan lain-lain. Terutama perkawinan dapat menentukan
gelar kebangsaannya.
Dalam gelar kebangsaan terdapat lima golongan, yaitu :
Golongan Tengku Sayid (Sultan), Sayid, atau Syarif, dan Syarifah (galar untuk
perempuan). Syarifah hanya boleh kawin dengan golongan yang sederajat dengannya,
sedangkan Tengku atau Sayid boleh nikah dengan siapa saja.
Golongan Tengku Sayid dengan rakyat biasa, maka anaknya bergelar Tengku, Wan
(keturunan Temenggung, Bendahara, hasil dari perkawinan sayid atau syarif dengan
rakyat biasa).
Golongan Datuk (gelar yang pemberian sultan, dan tidak diturunkan pada anak-anaknya).
Golongan Encik (hasil dari perkawinan dari keturunan orang baik-baik dan terhormat
dengan keturunan DatukEmpat Suku, dan golongan kedua dengan rakyat biasa).
Golongan Rakyat Biasa (perkawinan encik dan rakyat (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Op. Cit. Hal. 108).
79
imam dan khatib, sedangkan untuk tingkat kepenghuluan dan kebatinan dibantu
yang telah ada sebelum masuknya Islamdi Kesultanan Siak Sri Indrapura, seperti
adanya tarian zapin, ada juga tapung tawar. Karena keduanya itu tidak dapat
dilepaskan dari keseharian masyarakat, maka dari itu Islam bisa diterima dan
disambut baik oleh masyarakat Siak. Dalam pemerintahan Kesultanan Siak Sri
Indrapura terdapat faham modernisasi, faham ini mendapat pengaruh dari Wahabi
yang berasa dari Makkah yang dibawa oleh golongan salaf, selain itu faham ini
dipelopori oleh kaum bangsawan yang ikut sebagai anggota Rusydiah Club (kaum
cerdik dan pandai yang membahas dan mempunyai masalah dalam pemerintahan,
padri yang dapat dengan mudah masuk dan diterima masyarakat Siak. Aliran
Muhammadiyah atau sering dikenal gerakan kaum muda, aliran ini berkembang
Islam, namun tidak merusak hukum adat yang sudah berlaku. Baginya antara
80
hukum adat dan hukum Islam tidak ada pertentangan, bahkan keduanya memiliki
Pengaruh Islam juga tampak dari lambang Kesultanan Siak Sri Indrapurayang
sejak masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah hingga pada masasultan
terakhirAssaidis Syarif Sultan Sayid Syarif Kasim Tsani Abdul Jalil Syaifuddin
nilai-nilai ke-Islaman.
Menurut pandangan penulis hal ini terlihat pada aspek sosial, sejak ajaran
Islam sebagai landasan, maka dari itu sangatlah mempengaruhi segala apapundi
dalam pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura, diantaranya terdapat pada sisi
garis keturunan yang bersifat parental, sistem kekerabatan dalam keluarga yang
bersifat atau berhubungan dengan orang tua (ayah-ibu) sebagai pusat kekuasaan,
artinya kedudukan serta tanggungjawab ibu dan ayah harus sama terhadap
anaknya. Adapun sistem garis keturunan ini berlaku diwilayah Kepulauan Riau,
100
Barzanji adalah beberapa kumpulan doa yang dibacanya mengguanakan irama, yang
berisi mengenai puji-pujian terhadap Nabi Muhammad SAW dan terdapat riwayat sang Nabi dan
para sahabat-sahabatnya. Dan pembacaan Barzanzi ini dilakukan pada peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW, dan 44 hari keliharan anak adam sambil memberi nama dan akekahan, pada
khitanan pada anak laki-laki, dan pada pernikahan di rumah mempelai wanita. (departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Adat Istiadat Daerah Riau, 1977, hal. 100-101 dan 104).
101
Lihat Lampiran gambar lambang Kesultanan Siak
81
Mengenai pengaruh agama Islam di Kesultanan Siak Sri Indrapura sangat
masjid, bagi kaum laki-laki maka wajibatasnya untuk melaksanakan shalat Jum'at
dan menyejahterakan masjid, bagi masyarakat Melayu, karena hari jum'at adalah
hari yang sangat istimewa istilah arabnya "Syaiyidul ayyam" (rajanya hari-hari).
Setiap hari jum'at masyarakat Melayu menyadari bahwa hari ini adalah hari yang
ibadah. Apabila terjadi pelanggaran, maka hukuman siap diberikan bagi siapun
Pengaruh agama Islam juga terlihat pada pengaturan hak waris yang sesuai
dengan ajaran hak waris dalam Islam (faraidh), seperti harta yang diwarisi dari
garis keturunan ibu "harta pusaka" tetap berlaki sebagaimana adanya. Pada harta
kekayaan bersama selama perkawinan dibagi menurut ajaran Islam, seperti kasus
keduanya telah mendirikan rumah maka hak rumah tersebut teruntuk istri. Dalam
hal ini telah disepakati oleh sang sultan dan para Mufti atau Qadhi bahwasanya
ketika terdapat pasangan suami istri dan bercerai atau suami yang meninggalkan
istri untuk selamanya (meninggal dunia), dan telah memiliki rumah maka rumah
tersebut menjadi hak istri sepenuhnya, selain itu harta-harta yang lain dibagikan
sesuai dengan ajaran hak waris dalam Islam (faraidh). Adapun poin penting yang
ketentuan sebelum mengambil keputusan menurut ajaran hak waris dalam Islam
102
Hasbullah, Islam dan Transformasi Kebudayaan Melayu di Kerajaan Siak, hal.121-
122, lihat juga O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siz
82
(faraidh) yaitu, dengan membagi dua harta antara harta suami dan istri, jika harta
bersama (gono-gini), namun jika harta tersebut hasil dari kerja sama suami dan
istri atau harta bawaan istri maka tidak dibagi dan sepenuhnya bagian istri.
perempuan agar terhindar dari kaum laki-laki yang tidak bertanggung jawab dan
Siak Sri Indrapura. Disamping masalah perkawinan, hal lainnya yang diterangkan
secara rinci didalam al-Qur’an adalah masalah kewarisan yang terdapat dalam
Surat an-Nisa : ayat 11-12 dan 176, tetapi sebelumnya, pada ayat ketujuh lebih
dahulu dikemukakan satu prinsip pokok dalam pembagian warisan dari harta
peninggalan kedua orang tua dan karib kerabat mereka masing-masing, yaitu:
"Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa
dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta
peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut
bahagian yang telah ditetapkan."
Pengaruh agama Islam juga dapat terlihat dalam bidang ekonomi yakni
Sultan mewajibkan rakyat dan dirinya untuk tunaikan zakat fitrah atau zakat mal
(harta), seperti orang yang berada di hulu sungai setelah terkumpul zakat fitrahnya
maka langsung disalurkan imam, dan dibagian hilir di serahkan kepada khatib,
adapun zakat mal (harta) dengan ketentuan bagi para petani padi mengeluarkan
zakat mal dari hasil panennya sebesar 10% jika telah mencapai nisab (hitungan)
adapun zakat mal berupa emas maka pembayaran zakat nya harus dengan uang.
83
Pengaruh agama Islam juga berfungsi untuk meluruskan kepercayaan
ataupun adat istiadat lama yang masih bertentangan dengan ajaran Islam harus
Kesultanan Siak Sri Indrapura hingga saat ini, hadirnya agama Islam ditengah-
terkandung dalam ajaran Islam dan berfungsi sebagai tolak ukur dari kepercayaan
(adat istiadat) lama yang terdapat dalam kebudayaan Melayu Siak ke adat istiadat
103
Hasbullah, Islam dan Transformasi Kebudayaan Melayu di Kerajaan Siak, hal.118.
84
BAB IV
KOLONIALISME
Kedatangan bangsa asing atau orang barat ini tidak lepas juga dari masalah
polarisasi antara dua pola kekuatan, tradisi, budayam bahasa antara Barat dan
Timur (Eropa dan Asia). Peristiwa mengenai kedatangan bangsa asing ini juga
bisa dikatakan bentrokan, kenapa bisa dikatakan bentrokan karena telah berulang
Diawali ketika masa kekhalifahan Islam, pada saat itu peradaban Islam
dan kekuasaan Islam yang saat itu sangatlah kuat dan besar dari Pantai Utara
Afrika hingga Semenanjung Liberia. Kekuatan dan keuasaan Islam yang kuat dan
besar itu daerah barat (Eropa) seperti Spanyol, Portugis, bagian Selatan Benua
Eropa berada di bawah kejayaan Islam. Selama 700 tahun Kekuasaan Islam
berkuasa di Eropa Selatan. Pada tahun 1453 M, kekuasaan Islam bertambah besar
melumpuhkan kota Constatinopel dari bangsa Romawi Timur dan terus meluas
hingga perbatasan kota Wina (Istambul). Akibat dari peristiwa ini berdampak
buruk bagi bangsa Barat karena, kondisi Laut Tengah sebagai akses utama lalu
lintas dan aktivitas perdagangan antara Timur dan Barat telah di kuasai orang-
orang Islam Turki, sehingga menyulitkan bangsa Barat untuk melakukan aktivitas
85
perdagangan. Setelah berhasil menguasai beberapa daerah, orang-orang barat,
kejayaan Islam, dengan serangan senjata yang dilontarkan kepada kaum Islam
oleh orang-orang nasrani yang terus berkelanjutan. Hingga perang Salib terjadi,
perlahan kekuatan Islam melemah dan bangsa Portugis dan Spanyol berhasil
para kolonialis yang berasal dari Eropa, yakni Portugis, Belanda, Inggris dan
Jepang.
Kesultanan Melaka (Selat Melaka), Kesultanan Johor (Riau dan Kepulauan Riau),
dan Kesultanan Siak Sri Indrapura (Siak). Semua bangsa asing ini mereka
memilik hasrat untuk mengeksploitasi Selat Melaka yang sangat kaya akan
sumber daya alamnya. Sisi lain Selat Melaka juga sebagai pusat perdagangan dan
berhasil karena masih kuatnya armada Islam di Selat Melaka. Pada 1511 M,
104
Tim Penulisan Universitas Riau, Sejarah Riau, hal. 178-180.
86
bangsa Portugis berhasil menguasai Melaka.105 Melihat situasi ini Sultan Melaka
tidak tinggal diam dengan melawan Portugis yang telah mengacak-acak daerah
Pantai Timur Sumatera seperti Kampar, Mempura dan lainnya. Bangsa Portugis
berada di bawah kekuasaan Kesultanan Melaka dengan ancaman agar semua hasil
Portugis menguasai Selat Melaka dan sekitarnya, yakni berkisar130 tahun (1511-
Melayu.
perdagangan yakni VOC di Nusantara. Dari semua perserikatan dagang sejak abad
ke-XVII dan ke-XVIII, hanya Perserikatan Dagang Hindia Timur (VOC) yang
berdiri dan telah terbentuk sejak tahun 1602 M. Perserikatan Dagang Hindia
Timur (VOC) atau Organisasi ini berhasil menyingkirkan kekuatan dari Portugis
yang telah menguasai perdagangan di Asia-Eropa, VOC juga memiliki rival yang
kuat dari London telah berdiri sejak tahun 1600 M, yakni East India Company
(EIC). EIC ini berhasil menjadi rival yang berat bagi VOC pada akhir abad ke-
XVII, dan berhasil menguasai dibeberapa bidang. Pada tahun 1800 M,organisasi
105
Tim Penulisan Universitas Riau, Sejarah Riau, hal. 182.
87
perusahaan dagang yang beroperasi diAsia.106 Kota Batavia menjadi residensi
Hogere Regering (sebutan gubernur jenderal bersama Raad van Indie), dan
merupakan pusat administratif dan titik temu dari berbagai jalur pelayaran
dalam mengusir Portugis dari Melaka, dari gabungan dua kekuatan itulah Belanda
dan Kemaharajaan Melayu akhirnya pada tahun 1642 M, bangsa Portugis behasil
berlanjut hingga kedalam kontrak (perjanjian) dan setelah dirinya pantas berkuasa
sultan yang nantinya akan berdampak baik bagi Belanda dan berdampak buruk
bagi para sultan. Adapun dalam setiap perjanjian yang dibuat dan harus ditaati itu
terbagi menjadi dua golongan, pertama perjanjian pendek (Korte Verklaring), dan
pada tahun 1689 M, yang nantinya merupakan awal dari pengaruh Belanda untuk
106
Arsip Nasional Republik Indonesia, The Archives of the Dutch East India Company
(VOC) and the Local Institutions in Batavia (Jakarta), 2007, Leiden-Boston, hal. 28. J.R. Bruijn,
F.S. Gaastra, dan I Schoffer, eds., Dutch Asiatic Shipping in the 17 en 18 Centuries, dan Rijks
Geschiedkundige Publicatien, Grote Serie (3 Jilid; Den Haag 1979 dan 1987) khususnya jilid II
dan III, hal. 165-176.
107
Arsip Nasional Republik Indonesia, The Archives of the Dutch East India Company
(VOC) and the Local Institutions in Batavia (Jakarta), Brill, Leiden Boston, 2007, hal. 40.
108
Tim Penulisan Universitas Riau,Sejarah Riau, hal 184.
88
sejak perjanjian yang mengikat yang berada di Riau, perjanjian ini dinamakan
antara Belanda dengan Sultan Mahmud dan berserta raja-raja yang berada di
pihak Belanda yang menginginkan pihak sultan, pegawai, dan rakyatnya untuk
melakukan aktifitas perdagangan hanya kepada pihak kompeni dengan harga yang
lazim. Tentunya semua yang dilakukan itu semata untuk mendapatkan keuntungan
oleh kolonial Belanda salah satunya dengan menggunakan taktik politik Devide
Et Impera (perpecahan) dengan mengadu domba suatu suku dengan suku lainnya,
bangsawan dengan rakyat dan internal kerajaan. Tepat pada 1784 M, Kolonial
ini berdampak buruk bagi seluruh kesultanan Melayu yang berada di Riau.109
109
Tim Universitas Riau, Sejarah Riau, Masa Kolonialisme hingga Kemerdekaan RI, hal.
175.
110
Arsip Nasional Rapublik Indonesia, Surat-surat Perdjandjian antara Kesultanan Riau
dengan Pemerintahan V.O.C dan Hindia-Belanda 1784-1909, pada halaman 171, A-12 Wijziging
van de lijst der landen en eilanden behoorende tot het rijk van Riouw, Lingga en
89
3. Kedatangan Bangsa Jepang
Hindia Belanda yang bernama Tjandra Van Stakenborg Stachower dan Letnan
Jendral Teer Poorten kepada pasukan perang militer Jepang di bawah pimpinan
Belanda telah resmi diambilalih oleh kekuatan pasukan Jepang. Pada saat itu
terjadi perang Asia Timur Raya dan Jepang telah menguasai Tanah Semenanjung
daerah Kesultanan Siak Sri Indrapura. Mengenai kedatangan Jepang di Siak Sri
Indrapura bertepatan pada tahun 1942, saat itu sultan sedang berada di Masjid
SAW, kemudian O.K Mohammad Jamil (status beliau sebagai sekretaris pribadi
Controluer.
Kemudian kolonial Jepang disambut oleh sultan dan rakyat Siak karena
bagi mereka tentara Jepang telah membebaskan mereka dari kebiadaban kolonial
Belanda.Mengapa sikap rakyat Siak ini bisa terjadi, dikarenakan kolonial Jepang
Onderhoorigheden, gehecht aan het kontrak dd. 1 December 1857 (Bt 9 Februari 1858 no 3) goed
gekeurd bij van 13 Oktober 1864 no 14. Bijl. Hand. St. Generaal 1865/66-117. Kemudian
berlanjut pada halaman 181, A-13 Contract met den Sultan van Lingga-Riouw dan Onderch.dd°.
30 September 1868 (Bt. 1 October 1869 No. 5) Hand. Staten Genaar 1870/71-65. Surat perjanjian
ini berisi tujuh pasal dan berkesimpulan bahwa pihak Belanda setelah menempatkan pusat
kuasanya di Tanjung Pinang agar ditambahkan lagi daerah kekuasaan Gebernur Jenderal Hindia-
Belanda.
90
tanah Melayu. Kedatangan kolonial militer Jepang di Siak Sri Indrapura diringi
simpatik, baik dan ramah kepada sultan, pegawai, dan rakyat Kesultanan Siak Sri
Indrapura sehingga mendapatkan respon positif dari rakyat dan pihak Kesultanan
Semua sikap ini merupakan strategi licik yang diterapkan kolonial Jepang
ketika akan menguasai daerah kekuasaan Kesultanan Siak Sri Indrapura. Setelah
kolonial Jepang berhasil mengambil emosional sultan dan jajarannya, maka pihak
tenang dan ramah ini, kemudian berubah dari keramahan menjadi sikap militer
yang fasis menjurus sistem pemerintahan yang otoriter. Setelah pasukan militer
inilah yang pernah diterapkan pada saat pemerintahan Sultan Syarif Kasim Tsani.
111
O.K.Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 170.
91
pemerintahan karena segala apa yang sultan dan para pegawai lakukan untuk
tepatnya pada tahun 1713 M, ketika Sultan Abdul Jalil Riayat Syah mencoba
untuk membuat perjanjian kepada pihak Belanda, sebenarnya perjanjian ini tidak
112
Perjanjian ini berawal dari tanggal 6 April 1685 M, yang dibuat oleh ketiga pihak,
yakni pihak Sultan yang diwakili oleh Datuk Sri Maharaja dengan Syahbandar Francois van der
Beeke dan Letnan Jan Rosdom selaku perwakilan dari pihak Gebernur Melaka yang bernama
Nicholas Schagen. Perjanjian ini oleh ketiga pihak telah disepakati yang terdiri dari 8 pasal yaitu:
Pasal I Perjanjian perdamaian abadi
Pasal II Monopoli perdagangan bebas dalam bahan pakaian, uang kontan, timah, dan
emas untuk V.O.C. sepanjang Sungai Siak tanpa mendirikan sebuah rumah atau kantor pajak.
Paduka Raja diperbolehkan setiap tahun mengirim sebuah perahu berisi pakaian kesana.Artikel ini
hanyaberlaku sampai Sultan jadi akil balig.
Pasal III Orang-orang Johor diizinkan berdagang secara bebas di Sungai Siak dalam
barang-barang makanan selain dari garam.Kompeni mempunyai hak untuk menggeledah perahu
mereka untuk memeriksa bahan-bahan terlarang.
Pasal IV Raja tidak diperbolehkan mengizinkan kepada suatu bangsa Eropa lainnya untuk
berdagang dalam barang-barang pakaian.
Pasal V Pengembalian pelarian-pelarian dan budak-budak yang melarikan diri secara
timbal balik
Pasal VI Kapal-kapal kompenitidak dibenarkan mengganggu perahu-perahu orang Johor
yang berlayar di Sungai Siak maupun di Bengkalis.
Pasal VII Pembesar-pembesar Negeri harus bersedia untuk turut serta dalam
menyelesaian persengketaan yang mungkin timbul antara Inderagiri, Jambi dan Palembang.
Pasal VIII Dengan demikian turut serta mempertahankan kepentingan-kepentingan
kompeni dan menjalankan bunyi kontrak ini.
Perjanjian ini bagi Belanda tidak menguntungkan dan selang beberapa tahun kemudian
tepatnya pada tahun 1689 M untuk mendesak agar dapat diperbaharui perjanjian
tersebut.perjanjian ini kemudian direvisi dengan adanya penambahan redaksi dan pasal dari
delapan menjadi sepuluh. Adapun perjanjian jelasnya adalah :
Pasal I Pembaharuan dan pengesahan traktat-traktat yang lama
92
Sungguh terjadi berbagai serangan antar keduanya hingga akhirnya Raja
Sulaiman dan pasukan perang Bugis berhasil merebut kembali tahta Kesultanan
Johor dari Sultan Abdul Jalil Riayat Syah dan mengukuhkan kedaulatannya di
pedalaman Johor. Sedangkan Sultan Abdul Jalil Riayat Syah berhijrah ke Bintan
dan disanalah Sultan Abdul Jalil Riayat Syah membangun kekuatan. Pada tahun
Jantan (Siak) yang nantinya bernama Kesultanan Siak Sri Indrapura. Dalam
dengan cara politik adu domba antar keluarga sultan hingga timbul kegoncanggan.
Seperti apa yang telah terjadi pada masa Sultan Siak ke-III, Sultan Ismail
Abdul Jalil Jalaluddin Syah dengan Tengku Alam. Saat ituTengku Alam meminta
bantuan kepada Belanda untuk mengambil alih tahta kerajaan dari tangan Sultan
Siak ke-III, Tengku Alam berhasil merebut tahta kerajaan yang disokong oleh
Belanda dan dirinya menjadi Sultan Siak ke-IV dengan gelar Sultan Abdul Jalil
93
Alamuddin Syah (1766-1780 M). Pada saat menjalani pemerintahannya Sultan
tahta kerajaan, karena dirinya sebagai anak dari Sultan Abdul Jalil Alamuddin
Syah. Dalam menjalani pemerintahan yang dibantu oleh panglima perang yang
sebagai adik sepupu yang bernama Syarif Ali, karena Syarif Ali anak dari Syarif
Usman. Pada masa ini pengaruh Belanda tidak terlalu kuat dan pihak Belanda
tidak ingin membantu Kesultanan Siak Sri Indrapura karena sudah melanggar
perjanjian pada tahun 1761 M. Masuk pada masa pemerintahan yang keenam
Sultan Yahya Abdul Jalil Muzaffar Syah merupakan anak dari Sultan Ismail
Abdul Jalil Jalaluddin Syah dari isterinya Tengku Tipah seorang puteri dari Sultan
Belanda untuk menindak lanjuti perjanjian tahun 1761 M, agar segera direvisi
kembali karena ada beberapa perubahan pasal, kemudian diadakan lagi perjanjian
pada tahun 1783 M. Dalam perjanjian ini menyatakan kerja sama perdagangan
oleh pihak Belanda. Ketentuan yang telah disepakati oleh kedua pihak antaralain
salah satunya adalah, timah yang berasal dari Rokan akan dijual kepada Belanda.
Begitu cerdiknya cara Belanda untuk mengambil hati agar Sultan Yahya tidak
dengan memberikan hadiah berupa alat perang yang terdiri dari Senapan, Meriam
94
dan Mesiu.113 Kemudian pengaruh kolonialisme juga tidak terlihat pada periode
ketujuh, tepatnya masa Sultan Assaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin. Sultan
Assaidis Syarif Ali menjadikan Kota Tinggi sebagai pusat pemerintahannya dan
di dalam catatan Anrooij, Nota Omtrent Het Rijk van Siak, saat itu Kota Tinggi
Sehingga dengan keadaan ini pihak Belanda tidak berdaya hanya sebatas
antara Sultan Ibrahim dengan Kolenel Williaam Forquhar, Kepala Kompeni India
Melaka mengutus Kapten D. Buys untuk belayar ke Siak dan membuat perjanjian
juga di Bukit Batu pada tanggal 16 Desember 1822 M. Mengenai isi daripada
113
O.K Nizami Jamil, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 109-110.
114
H. A.Anrooij Hijmans, Nota Omtrent Het Rijk van Siak, diterbitkan oleh TBG. XXX,
pada tahun 1885, Perpustakaan Nasional Jakarta dengan nomor kode XXI-1305. Lihat juga O.K
Nizami Jamil, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 120.
95
Untuk meminimalisir dan menyudahi perselisihan tersebut, kemudian
Sultan Syarif Ismail meminta bantuan kepada Inggris dengan bantuan Tuan
Wilson (seorang petualang bangsa Inggris yang berada di Bengkalis) dan Tuan
Singgapura.
Tengku Putera, namun Sultan Syarif Ismail tidak memenuhi kesepakatan untuk
Kejadian ini membuat murka Tuan Wilson, menyadari akan kemurkaan Tuan
Wilson, maka pada tahun 1857 M, Sultan Syarif Ismail meminta bantuan kepada
Belanda melalui Residen Belanda di Riau untuk mengusir Inggris dan Tuan
Wilson dari Bengkalis. Setelah menerima permohonan dari Sultan Syarif Ismail,
Sultan Syarif Ismail dengan Belanda yang dikenal Traktaat Siak. Mengenai
campur tangan Belanda terjadi hingga masa akhir pemerintahan Kesultanan Siak
Sri Indrapura, tepatnya pada masa Sultan Assaidis Syarif Kasim Abdul Jalil
96
dengan menguasai pajak dan mengatur kebijakan-kebijakan bahkan mengatur
Mengenai pembagian wilayah ini dapat dilakukan oleh Belanda dan sang
sultan tidak dapat berbuat banyak karena mendapatkan tekanan, maka terjadi
perjanjian dalam bentuk pembagian wilayah pada tanggal 15 Juni 1915 no. 1/1915
yang disahkan oleh Gubernur Pantai Timur Sumatera pada tanggal 29 Oktober
1915 M.115 Berdasarkan surat keputusan dari Gubernur Pantai Timur Sumatera
Belanda itu, pihak Belanda yang berada di Siak langsung memperkecil wilayah
a. Distrik Siak
Merbau di Belitung.
Batu Panjang.
115
O.K.Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siakhal. 162.
97
e. Distrik Pekanbaru
Abdul Jalil Syaifuddin (1915-1946 M), Pengaruh Belanda di Kesultanan Siak Sri
Indrapura salah satunya dalam bidang pemerintahan yang sangat dominan dalam
(KUHP) yang disahkan oleh Gebernur Hindia Belanda Pesisir Timur Sumatera.
Pada tanggal 17 April tahun 1925 M.117 Tujuan dibentuknya KUHP untuk
oleh Belanda.
mengundang para sultan untuk datang ke Medan agar para sultan bersedia
Perjanjian kontrak ini bersifat permanen, walaupun raja atau sultan yang terlibat
antara lain, Sultan Assaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin dengan sikap
116
Tenas Effendy, Lintasan Sejarah Kerajaan Siak Sri Indrapura, 1973, Pekanbaru :
Badan Pembina Kesenian Daerah Provinsi Riau, hal. 49-50
117
Amir Lutfi, Unsur Islam Dalam Sistem Peradilan Kesultanan Siak Sri Indrapura, hal.
64.
118
Istilah Zelf Bestuursregelen 1938 adalah suatu pemerintahan swapraja dalam bidang
ekonomi, politik, dan pemerintahan yang diperintah oleh sultan, akan tetapi secara wewenang
dikendalikan oleh Residen Belanda. Lihat juga, O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak,
hal. 170.
119
Usep Ranawidjaja,Swapraja Sekarang dan di Hari Kemudian, 1955, Djakarta, PT.
Djambatan, hal. 6.
98
pertimbangan, salah satunya karena sultan menganggap pemerintahan Kesultanan
Siak Sri Indrapura sudah mengikat diri dan berada di bawah kekuasaan Hindia
Belanda.120 Satu tahun kemudian tepatnya pada tahun 1940 M, pada akhirnya
karena sultan mendapatkan intimidasi dari kolonial Belanda. Pada tahun 1941,
pasukan kolonial Belanda yang berada di Siak terlihat panik, karena mereka
sedang menghadapi segala kemungkinanan yang akan terjadi akibat dari pengaruh
Perang Dunia ke-II. Dengan berbagai siasat, residen dan asisten residen datang ke
Siak untuk menemui Sultan Siak ke-XII untuk memberi saran agar Kesultanan
Namun saran tersebut ditolak mentah oleh Sultan Assidis Syarif Kasim
Abdul Jalil Syaifuddin, penolakan ini beralasan karena Kesultanan Siak Sri
sekitar pusat pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura, karena melihat tentara
militer Jepang sudah menuju ke Asia pasca Perang Dunia II dan kekuasaan
sesama bangsa Asia dari jajahan bangsa Eropa yang melakukan kolonialisme di
120
Tenas Effendy dan Nahar Effendy, Lintasan Sejarah Kerajaan Siak Sri Indrapura, hal.
51.
121
O.K Nizami Jamil, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 168-170.
99
pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura. Maka kekuasaan Jepang mulai
khas dengan style militer dan pemerintahan totaliter untuk menguasai seluruh
aspek kehidupan. Apapun kasus yang terjadi di Siak tindakan kolonial Jepang
dengan menutup dan membatasi segala informasi dari luar Siak agar tidak
mengetahui kabar yang terjadi diluar Siak. Pada masa pemerintahan kolonial
militer Jepang juga membatasi berbagai media, seperti media informasi dengan
rakyat Siak untuk mendengarkan siaran yang hanya disiarkan oleh pemerintahan
Jepang. Pasukan Jepang juga merampas kendaraan bermotor dari tangan rakyat
tentara Jepang. Dari sisi lain juga terlihat pengaruh kolonial militer Jepang di
Kesultanan Siak Sri Indrapura mulai menjalar ke dalam bidang agama, karena
pemerintahan militer Jepang menyadari betul bahwa rakyat Melayu Siak sebagai
seluruh tokoh agama Islam yang berada di Pekanbaru Riau Syu Cokan ingin
perang Asia Timur Raya dengan melalui media dakwah yang dikendalikan oleh
kepada para ulama yang telah menghadiri dan menyetujui hasil dari musyawarah
tersebut dengan memberikan hadiah berupa rokok dan potongan bahan kain.
100
Kekuasaan pemerintahan militer Jepang juga memasuki bidang pendidikan
Jepang dan disiplin Jepang di sekolah-sekolah agama yang berada di daerah Riau,
pemerintah militer Jepang tidak hanya terfokus pada aspek sosial, aspek agama
dan aspek pendidikan saja, namun pada aspek kesehatan dan aspek pangan yang
tidak mendapat perhatian khusus oleh pemerintah militer Jepang, seperti kasusnya
mengenai kesediaan obat-obatan yang telah menipis dan bisa dikatakan langka,
akhirnya kondisi ini dirasakan oleh rakyat dan beralih ke obat-obat tradisional
rakyat, gerakan ini disebut romusha. Adapun pengertian dari romusha adalah
pekerja yang tidak ada paksaan (relawan) didalam bidang pembangunan untuk
persiapan perang. Namun pada kenyataannya para pekerja (relawan) ini dijadikan
Para pekerja paksa ini terdapat dari penduduk setempat yang disebut
mereka membuat akses transportasi yaitu rel kereta dari Pekanbaru hingga ke
122
Soenjata Kartadarmadja, dan Sutrisno Kutoyo, Sejarah Masa Revolusi Fisik Daerah
Riau, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah, 1979, hal. 24-25.
101
pendidikan militer dengan baris-berbaris yang beraba-aba menggunakan bahasa
Jepang, serta terjadi mangkirnya para guru dan murid dari kewajibanya di
bagi masyarakat Siak menganggap berladang hal yang lebih penting dibanding
Pekanbaru, Bagan Siapi-api untuk mendidiik para pemuda Riau dan sekitarnya
sebagai serdadu tentara Jepang yang setia dan siap mengabdikan dirinya kepada
pemerintah kolonial Jepang. Dai Nippon merupakan istilah mengenai arti dari
kekuatan serta kekuasaan kolinial Jepang, atas pengaruh dari kehadiran koloni
Siak Sri Indrapura. Selama masa pendudukan Jepang telah merubah istilah
dengan paham yang selalu diterapkan paham militerisme yang identik dengan
123
Dada Meuraxa, Sejarah Kebudayaan Sumatera, Medan : Firma Hasmar, 1974, hal.
605.
102
kekerasan dan seluruh kebijakan dan kekuasaan telah dikendalikan oleh kolonial
orang terkemuka, kejadian ini membuat para datuk dan kepala pemerintahan Gun
dipindahkan ke Riau Syu. Bangkinang Gun terdiri dari dua Ku yakni, Bangkinang
Ku dan XIII Koto Kampar Ku. Dengan penambahan Gun ini maka ditambah pula
bunsuco, dan jalur koordinasi Gun bertambah menjadi empat Bun diantaranya :
Gun.
Bagansiapi-api Gun.
Gun.
Gun.
secara fungsisama halnya seperti DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Riau Syu
Sangi Kai ini beranggotakan sebanyak 27 orang di ambil dua orang dari tiap-tiap
Gun di Kesultanan Siak Sri Indrapura. Dalam menentukan dewan ini tidak melalui
pemilihan akan tetapi dipilih langsung oleh pemerintahan koloni militer Jepang.
124
Muchtar Lutfi, Sejarah Riau, hal. 404-409.
103
Tujuan Jepang mengadakan sistem Riau Syu Sangi Kai ini bukan sebagai
badan legislatif yang menyampaikan permasalah disetiap Gun namun sebagai alat
dipemerintahanya, seperti ketika mengalami hasil panen ladang berupa padi, maka
ditugaskan para anggota Riau Syu Sangai Kai untuk mengambil hasil panen
rakyat.
Terhadap Kolonialisme
En Siak 1602 tot 1865, Verhandelingen van het Bataaviaasch Genootschap van
Pada akhirnya Raja Alam mengambil alih di Siak, dan diberi gelar Sultan
Alamuddin Syah (Atlim'udin Raja Syah). Mengetahui kejadian ini, pihak kolonial
yang berada di Siak sangat terancam, maka segera melakukan tindakan dengan
bernama Jan Frederick Bierman. Tuan Jan Frederick berlayar menuju Siak dengan
menahkodai kapal kecil dan membawa beberapa muatan sebesar f 60.000, dengan
maksud untuk membeli emas. Namun rencana ini tidak berhasil karena Sultan
Alamuddin Syah mengadang para penjual emas sehinga kolonial gagal ke Siak
104
dan kembali ke Melaka. Langkah selanjut yang dilakukan oleh Sultan Alamuddin
Sikap Raja Alam ini dinilai oleh kompeni sangat arogan, maka pada tahun 1753
M, guberneur Pieter van Heemskerk mengutus juru bayar gaji yang bernama Arij
Verbrugge untuk berangat ke Riau, tindakan ini semata ingin mengetahui doktrin
apa yang dilakukan oleh Sultan Sulaiman terhadao Raja Alam (Sultan Alamuddin
Syah) dan ingin mencari solusi akan masalah yang terjadi di Siak. Pada bulan
Agustus juru bayar gaji (Mr. Arij Verbrugge) kembali dengan membawa supucuk
surat, adapun rincian isi dari surat tersebut mengatakan bahwa Raja Muhammad
bersamaan pada saat itu utusan dari pihak Raja Alam datang yang menyatakan
Kejadian ini tidak mengahasil solusi hingga akhirnya harus diselasikan dengan
genjatan senjata dan peperangan itupun terjadi pada bulan Oktober tahun 1753 M.
Peperangan ini dipenuhi kapa-kapal perang yang besar dan kokoh yang terdiri dari
pasukan Riau dengan membawa 75 kapal dan ditambah 15 kapal dari pasukan
Sultan Muhammad, pasukan Raja Alam pun menyambut serang itu dengan
ini terjadi disekitar Selat Melaka pada bagian selatan. Pada tanggal 18 Oktober,
bernama Mr. Andries van Bockom bersama rombongan untuk segera menemui
125
Elisa Netcsher, De Nederlanders In Djohor En Siak 1602 tot 1865, Verhandelingen van
het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, diterjemahkan oleh, Wan Ghalib
105
kontrak yang terdiri dai beberapa pasal diantaranya, tawaran yang pertama adalah
Kesultanan Siak berada di tangan Sultan Sulaiman. Tawaran kedua, ketika Sultan
Sulaiman dapat meraih tahta, pihak kompeni mengajukan tawaran agar dapat
mendirikan loji atau benteng di Pulau Guntung yang terletak disekitar muara
Sunga Jantan atau di tempat yang dikehendaki Sultan Sulaiman. Tawaran ketiga,
pihak kompeni meminta agar diberi kebebasan untuk menyusuri Sungai Jantan.
Tawaran yang keempat, pihak kompeni juga terbebas dari cukai dan mendapatkan
sebagian hasil dari cukai. Tawaran yang kelima pihak kompeni meminta agar
seorang syahbandar yang bernama Mr. Andries van Bockom. Sultan Sulaiman
Batu. Kemudian Mr. Andries van Bockom dan Sultan Sulaiman menuju Bukit
Bati untuk menemui Sultan Mahmud dan melaporkan hasil kontrak itu. Setelah
menerima kontak itu dan Sultan Mahmud juga menyepakatinya maka Mr. Andries
Gubernur dan Dewan Melaka menolak keras tambahan pasal yang diajukan oleh
Sultan Sulaiman. Penolakan ini segera diinfokan kepada Sultan Sulaiman melalui
surat yang dibawa oleh Mr. Everhard Cramer untuk meyakini Sultan Sulaiman
dkk, Belanda di Johor dan Siak 1602-1865 Lukisan Sejarah, Batavia, Bruinning dan Wijt 1870,
hal. 132-137.
106
Cramer untuk pergi ke Siak. Pada tanggal 15 Desember 1754 M, Mr. Everhard
Cramer menuju ke Siak dengan membawa kapal yang lengkap dengan awak kapal
dan senjata, kapal tersebut didapati dari penduduk yang berada di Melaka yang
bernama Brigantijn dan Tiga Chalup dan kompeni juga memberikan bantuan
kapalnya yang bernama Candauwa. Namun pada tanggal 5 Maret 1755 M, Mr,
karena melihat kekuatan kapal-kapal yang diberikan pihak kompeni tidak dapat
segera mengutus kapalnya yang dilengkapi dengan persenjataan perang, kapal ini
bernama Jerussalem, pada awal bulan Maret 1755 M, kapal ini berangkat ke
Sungai Siak.126
Guntung dan untuk membantu Sultan dalam mengahadapi Raja Alam dan
Belanda berhasil memukul mundur pasukan perang Raja Alam ke Batu Bara,
namun dalam peperangan itu pasukan perang kompeni tidak dapat menangkap
Raja Alam.127 Setelah berhasil merebut Siak yang berada di bawah kuasa Raja
126
Elisa Netcsher, De Nederlanders In Djohor En Siak 1602 tot 1865, Verhandelingen
van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, diterjemahkan oleh, Wan
Ghalib dkk, Belanda di Johor dan Siak 1602-1865 Lukisan Sejarah, Batavia, Bruinning dan Wijt
1870, hal. 138-140.
127
Elisa Netcsher, De Nederlanders In Djohor En Siak 1602 tot 1865, Verhandelingen
van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, diterjemahkan olehWan Ghalib
107
Alam, Sultan Muhammad yang telah dijadikan penguasa di Siak, maka Sultan
Pertemuan ini nanti akan membahas kelanjutan dari kontrak yang sebelumnya
dkk, Belanda di Johor dan Siak 1602-1865 Lukisan Sejarah, Batavia, Bruinning dan Wijt 1870,
hal. 142.
128
Elisa Netcsher,de Nederlanders in Djohor en Siak 1602 tot 1865, Verhandelingen van
het Bataaviasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, diterjemahkan oleh Wan Ghalib
dkk, Belanda di Johor dan Siak 1602-1865, Lukisan Sejarah Batavia, Bruinning dan Wijt 1870,
2002, hal 142-143-144-145-146. Kontrak tersebut terdiri dari 10 Pasal yang berbunyi secara
singkat sebagai berikut : Pembukaannya mengandung isi, menghapuskan persetujuan yang dibuat
pada tahun 1754 M.
Pasal satu, Kompeni akan menolong sahabatnya, sedapat mungkin apabila keadaan mengizinkan,
akan membantu mengembalikan daerah-daerah yang sudah terlepas dari tangannya.
Pasal dua, Apabila Siak, dengan bantuan Kompeni akan tunduk dan taat kepada Sultan, akan
meletakkan seorang regen disitu, yang akan mengurus kepentingan kompeni.
Pasal tiga, Terserah kepada kompeni untuk tetap mempertahankan kedudukannya di Pulau
Guntung atau memindahkannya ketempat lain.
Pasal empat, Kompeni berhak menjelajahi Sungai Siak dan pelanggaran atas kontrak ini akan
dihukum.
Pasal lima, Pelayaran di Sungai Siak tanpa pas dari kompeni atau Sultan, dilarang.
Pasal enam, Monopoli untuk kompeni dan Sultan dalam perdagangan kain-kain di Sungai Siak.
Pasal tujuh, Bebas cukai bagi kompeni di Sungai Siak. Hak-hak biasa berada pada Sultan tanpa
dibagi.
Pasal delapan, Apabila kompeni berhasil mengembalikan tempat-tempat dan daerah kepada Joor,
maka kompeni akan dibebaskan dari cukai untuk berdagang di seluruh negara.
Pasal sembilan, Monopoli untuk kompeni dalam dagang timah di Selangor, Kelang dan Linggi.
Pasal sepuluh. Tidak dibenarkan memasuki Kerajaan Johor bagi bangsa Eropah asing, tanpa izin
dari kompeni.
Penutup. Kontrak ini akan dipegang teguh oleh Sultan dan Kompeni tanpa boleh menyimpang,
selama matahari dan bulan masih memberikan sinarnya. Dengan cara yang demikianlah kita akan
dapat membebaskan diri kita dari musuh-musuh kita dan kompeni dapat dengan aman melakukan
perdagangannya. Tetapi begitu ompeni mengabaikan kontrak ini, ia jagan sampai menyalahkan
Johor. Mengenai biaya-biaya yang sudah dan yang akan datang, baik untuk kepentingan dinas
kompeni maupun dinas Sultan, mereka yang membuatnya maupun yang akan membuatnya
menjadi tanggungan masing-masing.
108
Untuk mempertahankan kedaulatan kompeni di Siak, maka Pemerintah
Sultan Selangor, dan Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (Siak)
Melaka dan semua kapal yang datang dari Barat hendaklah diperiksa
khusus".
3. Pelayaran dari Palembang dan Bangka ke Johor dan Selat Melaka atau
Melaka saja, jadi dikenakan hukuman sita bagi kapal dan muatan yang
Indragiri, dibenarkan dengan surat izin dari kompeni, dengan syarat bahwa
109
emas yang diperdagangkan harus dijual kepada kompeni dengan harga f
350,- atau setinggi-tinggi f 370,- satu mark mumi, dengan ancaman sita.
6. Pos di Pulau Guntung dihapuskan dan Sungai Siak diawasi dengan kapal-
Dari ketujuh poin ini yang sengaja dibuat oleh Pemerintah Tinggi guna
menjaga ketenteraman di area Melaka dan Sungai Siak. Namun dibalik itu semua,
ternyata memicu kemarahan bagi penduduk Siak dan sekitarnya karena merasa
dirugikan dengan adanya ketujuh keputusan itu kerugian yang dimaksud adalah
secara tidak langsung mematikan mata pencaharian mereka dengan prosedur yang
dirasakan oleh Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah mengenai ketujuh
semua respon negatif dari penduduk Siak dan Sultan Muhaammad ini bermula
dari kesalahan Komandan Hansen yang kurang baik menjadikan suasana yang
129
Elisa Netcsher, De Nederlanders In Djohor En Siak 1602 tot 1865, Verhandelingen
van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, diterjemahkan oleh, Wan
Ghalib dkk, Belanda di Johor dan Siak 1602-1865 Lukisan Sejarah, Batavia, Bruinning dan Wijt
1870, hal. 167-168.
110
Maka pada 1759 M, pihak kompeni mengundang Raja Alam untuk datang
Johor. Misi kompeni ini tentunya dengan mengadu domba keduanya antar Sultan
telah menguasai daerah Asahan yang berada di bawah kekuasaan Kesultanan Siak.
Setelah menerima surat dari Pemerintah Tinggi yang terjadi pada tanggal
21 Desember 1759 M, isi dari surat ini menyatakan sikap yang menyudutkan
Sultan Muhammad akan semua sikapnya yang dilakukan olehnya. Dari semua
Pemerintah Melaka melihat kejadian ini merasa tidak aman lagi di Pulau
Guntung dengan aksi yang dilakukan oleh Sultan Muhammad, kemudian langkah
tembok benteng empat hingga lima kaki, dan juga melakukan penebangan pohon-
130
Elisa Netcsher, De Nederlanders In Djohor En Siak 1602 tot 1865, Verhandelingen
van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, diterjemahkan oleh, Wan
Ghalib dkk,Belanda di Johor dan Siak 1602-1865 Lukisan Sejarah, Batavia, Bruinning dan Wijt
1870, hal. 177.
111
Komandan Vandrig Hansen menyampaikan kabar bahwa Sultan Muhammad
Pulau Guntung dengan membawa beberapa hadiah, seperti dua tong arak, lima
karung beras, empat karung kacang dan dua bal kain yang berasal dari Jawa.
Dengan meminta izin dari komandan Vandrig Hansen untuk menerima niat baik
Setelah mendapatkan izin maka keesokan harinya tepatnya pada pagi hari,
tembakan meriam sebanyak tujuh kali tembakan, dan mulailah Sultan Muhammad
yang telah dijanjikan olehnya dengan balutan kain putih, kemudian diterimalah
rombongannya yang berada didepan pintu gerbang benteng agar masuk ke dalam,
dalam benteng.
beserta para pegawainya, sambil menyembah kaki sultan para halubalang itu
melakukan eksekusi yang itu berupa isyarat dengan rekayasa seolah-olah Sultan
132
O.K Nizami Jamil,Sejarah Kerajaan Siak, hal. 73-74.
112
dibawa", kemudian panglima itu tidak menjawabnya, dan pada akhirnya panglima
Adapun harta rampasan yang didapati pleh Sultan Muhammad dan para
halubalang dari hasil peperangan di Pulau Guntung terdiri dari kapal-kapal perang
Belanda berjumlah kurang lebih 50 buah kapal, dan 30 buah kapalnya dikirim ke
Melaka untuk melakukan penjarahan kapal-kapal Cina dan Siam di Selat Melaka.
Kamboja untuk memberantas kekuasaan kompeni, sikap ini diambil oleh Sultan
Belanda melebihi kebencian kepada Raja Alam. Dari aksi perlawanan tersebut
diketahui jumlah korban yang berjatuhan pada perlawanan yang terjadi di Pulau
Guntung, yang ditewaskan berjumlah 52 orang, dari kapal kompeni 6 orang, dari
kapal swasta 7 orang, dan total kesuluruhan 65 orang dari jumlah awal 72 orang.
Dari semua jumlah itu terdapat tiga orang yang dapat meloloskan diri ke Melaka,
133
Memang patut pemerintah Melaka merasa terganggu oleh keseimbangan Vandrig
Hansen, dalam sepucuk surat yang memberi tahukan peristiwa tersebut kepada Vandrig
Bartholomeus Meijer, komandan di Pera, meminta supaya ia berhati-hati dan dimana Gubernur
mengatakan : penyergapan yang telah terjadi, menurut perasaan mereka yang mengetahui situasi
Pulau Guntung, dimana jumlah tenaga cukup memadai dan perlengkapan juga mencukupi, tak
mungkin dapat terjadi, jika komandan Hansen tidak melakukan kesalahan, yang telah berulang-
ulang kepadanya diperingatkan supaya waspada dan dengan teliti membaca situasi, dan tidak
secara aib memandang ringan keadaan kebaikkannya ia terlalu kepada orang Melayu, sehingga
hanya dialah yang bertanggung jawab atas terjadinya pembataian dan segala keruwetan yang
terjadi.; bagi sisa orangnya yang masih hidup, memang baik baginya terbunuh pada waktu itu,
sehingga ia tidak perlu lagi menghadapi pengadilan yang mengabaikannya. (Surat tanggal 7
Desember 1759, di arsip Melaka) dan lihat juga, Elisa Netcsher, De Nederlanders In Djohor En
Siak 1602 tot 1865, Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen, diterjemahkan oleh Wan Ghalib dkk,Belanda di Johor dan Siak 1602-1865
Lukisan Sejarah, Batavia, Bruinning dan Wijt 1870, hal.180
113
Pada tahun 1760 M, di Siak Sultan Muhammad mengancam kompeni
dengan para lanun sehingga tercipta suasana yang mencekam di Selat Melaka.
yaitu dengan bantuan Raja Alam, kompeni Belanda bersiasat untuk memanfaatkan
Raja Alam agar dirinya berhasrat untuk merebut kekuasaan dari tangan Sultan
Tawaran ini membuat Raja Alam terhanyut dalam buaian Belanda, kemudian
kemudian Raja Alam langsung bergegas menuju Melaka dengan diiringi sepuluh
kapal yang berukuran cukup besar dan delapan kapal berukuran kecil dan dengan
awak kapal berjumlah 255 orang dan menantunya yang bernama Said Usman
beserta Raja Asahan ikut serta dalam perjalanan ke Melaka.134 Setelah sampai di
Melaka, Raja Alam tidak sabar lagi untuk melakukan kerja sama dengan kompeni
untuk mengambil alih kekuasaan Kesultanan Siak dari tangan Sultan Muhammad.
perangnya, Raja Alam bergegas mencari bala bantuan kepada Daeng Kamboja
Raja Alam dengan alasan Daeng Komboja tidak dalam keadaan baik di Selangor.
Setelah mendapatkan jawaban dari Daeng Kamboja maka Raja Alam beranjak
134
Elisa Netcsher, De Nederlanders In Djohor En Siak 1602 tot 1865, Verhandelingen
van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, diterjemahkan oleh Wan
Ghalib dkk,Belanda di Johor dan Siak 1602-1865 Lukisan Sejarah, Batavia, Bruinning dan Wijt
1870, hal, 188-189.
114
dari Selangor ke Rambau, dan Raja Alam mendapatkan bantuan beberapa ratus
orang. Melihat semua peristiwa ini Sultan Muhammad tidak tinggal diam dan
surat kepada Gubernur Melaka yang menyatakan dengan keras menentang sikap
dipenuhi tekanan dari kompeni dan Raja Alam namun tidak membuat dirinya
mundur selangkahpun.
berupa padi. Salah satu sikap kolonial Jepang terhadap rakyat Siak dengan
mewajibkan rakyat Siak untuk bertani dan berladang hingga ke pelosok daerah.
Adapun daerah utama yang memiliki lahan ladang padi yang luas seperti daerah
Tembilahan Gun dan Pasir Pengarairan Gun. Singkat kisah pada saat musim
135
Elisa Netcsher, De Nederlanders In Djohor En Siak 1602 tot 1865, Verhandelingen
van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, diterjemahkan oleh Wan
Ghalib dkk,Belanda di Johor dan Siak 1602-1865 Lukisan Sejarah, Batavia, Bruinning dan Wijt
1870, hal, 189.
115
panen, pemerintahan Jepang menyerukankepada anak-anak dan penduduk dari
setiap Gun untuk mengurusi hasil panen padi. Setelah hasil panen terkumpul,
Saat itulah awal mula kekesalan masyarakat dan sultan terhadap sikap kolonial
Asia Timur Raya, maka terjadilah pemberontakan Suku Sakai yang berada di
Balai Pungut yang dipimpin oleh Sekodai dan beberapa anak buahnya. Setiap
tentara Jepang mengadakan patrol ke Mandau atau di daerah Balai Pungut karena
daerah ini pusat pengeboran minyak Belanda (BPM) dihadang oleh Sikodai
senjatanya.136
Jepang tepatnya di Parit Baru karena tidak ingin meyerahkan hasil panennya
kepada Jepang.
136
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 176.
116
sejumlah junsa (polisi) ke Parit Batu untuk memberantas para pemberontak di
senjata antara rakyat terhadap kolonial Jepamg dan banyak memakan korban di
pihak junsa yang diutus pemerintahan Jepang. Melihat kejadiaan ini, seketika itu
rakyat yang menjadi pemberontak di Tembilahan Gun. Pada peristiwa ini terjadi
perlawanan yang amat keras sehingga kembali memakan korban yakni Ku-Co dan
ini dan kembali memberi instruksi kepada para junsa dibawah komando dari
ingin didengar oleh kampung-kampung lainnya, maka segera diutus pasukan yang
berjumlah satu kompi tentara yang dipimpin oleh Bunso Co dan Kaisatsu Co
Jepang tercermin ketika membakar seluruh rumah penduduk yang berada disana.
Perlawanan ini mengalami respon dari pihak rakyat yang telah membakar
parang panjang sambil diiringi seruan takbir Allahu Akbar!!. Dalam peperangan
ini banyak memakan korban dipihak rakyat karena meliha kondisi rakyat yang
senjata senapan.
117
118
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejak awal pembentukan Kesultanan Siak Sri Indrapura pada saat berada
lebih dikenal Kerajaan Siak-Gasib. Kerajaan Siak-Gasib ini mengalami dua fase,
pengaruh agama Islam. Sejak abad ke XIV, telah terjadi ekspansi yang dilakukan
Kerajaan Siak-Gasib tepatnya pada masa Raja Begadai yang masih menganut
melakukan Islamisasi di sekitar Selat Melaka yang dilakukan oleh Sultan Mansur
Peristiwa ini merupakan awal mula Islam hadir dan terus berkembang
seperti berdo'a yang memakai dupa, adat tapung tawar dan lain-lain.
Awal periode Kesultanan Siak Sri Indrapura (1723 M), pada masa Raja
Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, hingga pada puncak pemerintahan yakni Sultan
Menurut kacamata penulis selama penelitian ini dapat terlihat secara jelas
bahwa sejak awal periode Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (Raja Kecik) sudah
119
menetapkan agama Islam sebagai agama resmi kerajaan, adapun mazhab yang
diamalakan yakni mazhab Imam Syafi'i. Dari awal berdiri hingga masa akhir
ke-IV, yakni Sultan Abdul Jalil Alamuddin Sysh (1766 M), karena Sultan
Alamuddin Syah merubah tradisi bahwa anak raja atau sultan harus menikah
sesuai harkat dan martabat (selevel keluarga kerajaaan), peristiwa ini terjadi ketika
puteri Sultan Alamuddin Syah yang bernama Tengku Embung Badariah dinakahi
dengan seorang keturuanan bangsa Arab yang memilik silsilah langsung dengan
Nabi Muhammad SAW, yang bernama Syarif Ustman bin Abdul Rahman bin
Sayid bin Ali bin Muhammad bin Hasan bin Umar bin Hasan bin Syeh Ali bin
Abu Bakar Asyakran bin Abdul Rahman Assagaf bin Ahmad bin Ali bin Alwi bin
Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Alwi bin
Muhammad bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isya bin Muhammad Annaqef bin
Syaidina Ali dengan Istrinya Siti Fatimah binti Nabi Muhammad SAW.
Kedatangan seorang dari bangsa Arab yang bernama Syarif Usman yang
menikahi puteri sultan, sehingga ditandai dengan adanya tambahan gelar Assaidis
Syarif merupakan indikasi bahwa Islam mulai kental di Kesultanan Siak Sri
Indrapura. Gelar Assaidis bermula keturunan sultan dari tanah Melayu berganti
keturunan bangsa Arab, dan pada masa sultan ke-VII yakni Sultan Assaidis Syarif
120
Ali Abdul Jalil Syafuddin (1784 M) pemerintahan mencapai puncak kejayaan
dalam hal perluasan daerah kekuasaan Kesultanan Siak Sri Indrapura sampai ke
Sambas Kalimantan.
dicampuri dan pengaruh kolonialisme, namun dari setiap sultan yang memegang
perlawanan dari setiap sultan yang memerintahan di Kesultanan Siak Sri Inrapura.
Salah satunya perlawanan yang terjadi di Pulau Guntung yang merupakan markas
sabotase dengan mengambil pajak cukai secara sepihak. Perlawanan yang digagas
oleh Sultan ke-II, yakni Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzaffar Syah (1746-
1760 M) yang terjadi pada tahun 1760 M, dan dengan strategi tipu muslihatnya
itu Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzaffar Syah begitu efektif, sehingga
Peristiwa inilah yang menjadi bukti bahwa Kesultanan Siak Sri Indrapura
peraturan (KUHP), numun Sultan Assaidis Syarif Kasim juga bersisih keras agar
setiap permasalah harus diselasikan dengan tiga tahap, tahap pertama, hukum
Islam, hukum adat dan KUHP yang harus ditaat oleh kedua pihak antara
121
pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura dan Pemerintahan Belanda. Masuk
masa pendudukan Jepang, sang sultan juga berjuang demi kemajuan kerajaan dan
sangat mementingkan rakyatnya, rasa cinta Sultan Assaidis Syarif Kasim terhadap
rakyatnya ini terlihat ketika sang sultan menentang keras romusha yang akan
dikembangkan oleh Jepang di Siak dan sekitarnya. Pada masa pendudukan Jepang
telah diterima baik oleh pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura dengan
membentuk Riau Syu Sangi Kai yang fungsinya seperti Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) secara otoriter. Perlahan pemerintah Kesultanan Siak Sri Indrapura mulai
menyadari akan ambisi Jepang yang ingin menjadikan Siak Sri Indrapura sebagai
sapi perah yang menguntungkan pihak kolonial Jepang. Dari seluruh perlawanan
yang dilakukan oleh Kesultanan Siak Sri Indrapura beserta rakyat, berasal dengan
terhadap kolonialisme yang identik kafir sebagai musuh besar Islam dan dengan
rasa kesadaran akan cinta kepada tanah air maka jajaran pemerintahan dan rakyat
B. Saran
bangsa semakin bangga dan bertambah rasa nasionalisme, seperti apa yang terjadi
di Kesultanan Siak Sri Indrapura. Dengan melihat kesimpulan di atas, kita akan
122
nilai ke-Islaman, dan sebagai akedemisi berkewajiban untuk mengkritisi dan
penulisan skripsi ini agar menjadi kajian sejarah yang layak untuk dijadiakan
Sejarah dan Kebudayaan Fakultas Adab dan Humaniora. Penulis juga memohon
maaf atas kekurangan dan kesalahan, karena segala kelebihan hanya milik Allah
SWT.
123
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Primer:
Anrooij, Hijmans, H. A, Nota Omtrent Het Rijk van Siak, diterbitkan oleh
TBG. XXX, Perpustakaan Nasional Jakarta dengan nomor kode XXI-1305, 1885.
Jamil, Nizami, dkk, Sejarah Kerajaan Siak, CV. Sukabina Pekanbaru, Cet
ke-2, LAM Kabubaten Siak, Juni 2011.
M.S, Suwardi, dkk, Peta Sejarah dan Budaya Provinsi Riau, PT. Sutra
Benta Perkasa.
124
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Hikayat Iskandar Zulkurnain
dan Syair Raja Siak Dari Naskah W113 & W273, Data Kataalog Dalam Terbitan
(KDT), 2002.
Sumber Sekunder:
Adil, Haji Buyung Bin, Sejarah Johor, Kuala Lumpur : Percetakan Dewan
Bahasa dan Pustaka Kemeterian Pelajaran Malaysia, cet: II, 1980.
Al Haji, Raja Ali, Tuhfat al Nafis Sejarah Melayu dan Bugis, Singgapura :
Malaysia Publication LTD.
125
Arief, Armai, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau,cet ke-1,
Suara ADI, Jakarta, Agustus 2009.
126
______________, Sejarah Nasional Indonesia jilid III, Jakarta : Balai
Pustaka, cet. ke-V, 1984.
Muchtar Lutfi dkk, Sejarah Riau, Pekanbaru, Percetakan Riau, Pemda Tk.
I Riau, 1977.
Luthfi, Amir, Unsur Islam Dalam Sistem Peradilan Kesultanan Siak Sri
Indrapura 1915-1945,Pekanbaru : Lembaga Penelitian Institute Agama Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim, 1983.
___________, Hukum dan Perubahan Struktur Kekuasaan Pelaksanaan
Hukum Islam dalam Kesultanan Melayu Siak 1901-1942, Pekanbaru : Susqa
Press, 1991.
127
Nasution, Harun dkk.,Ensiklopedia Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan,
2002.
___________, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, jilid ke-I, Jakarta :
Universitas Indonesia Press, 2008.
Reid, Anthony, Sumatera Tempo Doeloe: dari Marco Polo sampai Tan
Malaka, Komunitas Bambu, Jakarta, November 2010.
128
Ricklefs, M.C, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, ter, PT. Serambi
Ilmu Semesta, cet I, II, III, 2005, 2007.
Yusmar, Yusuf, Studi Melayu, PT. Wedatama Widya Sastra, cet I, Januari
2009.
Sumber Makalah:
Asril, Raja Kecil Pendiri Kerajaan Siak Sri Indrapura, dalam Jurnal Ilmu
ilmu Sejarah, Budaya dan Sosial.
129
Seminar Intenasional Sejarah Lisan Rumpun Melayu 2014, "Rumpun
Melayu Dalam Perspektif Sejarah Dan Budaya", Gedung Guru Riau, Pekanbaru,
Tanggal 27-30 Maret 2014.
Sumber Internet:
http://www.griyawisata.com/internasional/internasional/artikel/riau-
tunjukan sebagai-pusat-kebudayaan-melayu diakses pada tanggal 4 April 2014
jam 22:40
http://www.pekanbaruriau.com/2009/04/visi-riau-2020.htmldiakses pada
tanggal 4 April 2014 jam 20:22
http://www.riaupos.co/800-spesial-riwayat-hidup-dan-perjuangan-sultan-
syarif-kasim--.htmldiakses pada tanggal 4 April 2014 jam 20:22
130
D. LAMPIRAN
LAMPIRANTABEL 1
Nama-nama Sultan yang pernah menjabat di Kesultanan Siak Sri Indrapura
3 Tengku Ismail Sultan Ismail Abdul Jalil Marhum Mangkat 1765 - 1766
Jalaluddin Syah Di Balai
4 Tengku Alam Sultan Abdul Jalil Marhum Bukit 1766 – 1780
Alamuddin Syah
5 Tengku Muhammad Ali Sultan Muhammad Ali Marhum Pekan 1780 - 1782
Abdul Jalil Muazzam
Syah
6 Tengku Yahya Sultan Yahya Abdul Jalil Marhum Mangkat 1782 – 1784
Muzaffar Syah Di Dungun
7 Tengku Sayid Ali Sultan Sayid Syarif Ali Marhum Kota 1784 - 1810
Abdul Jalil Baalawi Tinggi
Syaiffuddin
8 Tengku Sayid Ibrahim Sultan Sayid Syarif Marhum 1815 - 1864
Ibrahim Abdul Jalil Mempura Kecil
Khaliluddin
9 Tengku Sayid Ismail Sultan Sayid Syarif Ismail Marhum 1815 - 1864
Abdul Jalil Jalaluddin Indrapura
10 Sultan Syarif Qasim I Sultan Sayid Syarif Qasim Marhum Mahkota 1864 - 1889
I Abdul Jalil Syaifuddin
11 Sultan Syarif Hasyim Sultan Sayid Syarif Marhum Baginda 1889 - 1908
Hasyim Abdul Jalil
Syaifuddin
12 Sultan Syarif Qasim II Sultan Sayid Syarif Qasim 1915 - 1945
II Abdul Jalil Syaifuddin
ket: Sultan Siak Sri Indrapura yang Berasal dari Keturunan Melayu Johor
Sultan Siak yang berasal dari Keturanan Arab (Syarif Usman Syahabuddin)
Periodisasi Kesultanan Siak Sri Indrapura
Sumber : Drs. Soenjata Kartadarmadja, Riwayat Hidup dan Perjuangan Sultan Sarief Kasim
II, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977, hal. 4-10.
LAMPIRAN TABEL 2
Silsilah Sultan di Kesultanan Siak Sri Indrapura pada tahun 1723-1946
Sultan Mahmud Syah II Sultan
Johor X 1685 - 1699
Tengku Alam Sultan Abdul Jalil Raja Kecil Sultan Abdul Jalil Muhammad Abdul Jalil
Alamuddin Syah 1766-1780 Rahmat Syah 1723-1746 Muzaffar Syah 1746-1760
Tengku
Sayid Syarif Osman Tengku Tengah
Embung Tengku Ismail Sultan Ismail
(Orang Arab) (meninggal sebelum
X X
Badriyah Abdul Jalil Jalaluddin Syah
dewasa)
1760-1766
Tengku Sayid Ismail Sultan Sultan Syarif Qasim I Tengku Syarif Hasyim Sultan
Assaidis Syarif Ismail Abdul Sultan Assaidis Syarif Assaidis Syarif Hasyim Abdul
Jalil Syaifuddin 1815-1864 Qasim I Abdul Jalil Jalil Syaifuddin 1889-1908
Syaifuddin 1864-1889
Ket:
X (Menikah)
* (Keturunan Hasil dari Pernikahan)
Sumber:
Drs. Amir Luthfi, Unsur Islam Dalam Sistem Peradilan Kesultanan Siak Sri Indrapura
1915-1945, Pekanbaru; Lembaga Penelitian IAIN Sultan Syarif Qasim, 1983, hal. 80.
Drs. Soenjata Kartadarmadja. Riwayat Hidup dan Perjuangan Sultan Sarief Kasim. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977, hal. 4-10.
LAMPIRAN TABEL 3
STRUKTUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN BELANDA
PADA TAHUN 1938-1942
Gouvernement Sumatra's Oostkust
(Provinsi Pesisir Timur Sumatera)
Gubernur Pesisir Timur Sumatera
yang berpusat di Medan
Asisten Residen
(Kepala Afdeling)
Riau Kepulauan Indragiri
Bengkalis
Countroluer (Kontrolir)
Countroleur (Kontrolir)
Kepala Onderafdeeling
Kepala Onderafdeeling
Countroleur (Kontrolir) Kepala menjabat di Distrik: Rengat,
Menjabat di Distrik: Tanjung
Onderrafdeeling menjabat di Taluk Kuantan, Tembilahan
Pinang, Karimun, Lingga, Pulau
Dsitrik: Siak, Bagan Siapi-api,
Tujuh
Selat Panjang, Pekanbaru,Rokan
Onderdistrik Kepala Daerah
Onderdistrik Kepala Daerah Onderdistrik Kepala Daerah Setempat
Setempat Setempat
Kebatinan (Batin)
Kepenghuluan(Penghulu)
Sumber: Muchtar Luthfi, Sejarah Riau, Pekanbaru: Percetakan Riau, 1977, hal. 382-386.
LAMPIRAN TABEL 4
SUSUNAN PEMERINTAHAN MASA JEPANG PADA TAHUN 1942-1945
*Indragiri BUN
KU (Onderdistrik)
*Bangkinang GUN
KU CO
Pekanbaru BUN :
Pekanbaru Gun, Siak Gun, Pelelawan Gun, Pasir Pangaraian Gun.
Indragiri BUN :
Rengat Gun, Yaluk Kuantan Gun, Tembilahan Gun.
Bangkinang BUN :
Bangkinang Gun, Pasir Pangairaian Gun.
Sumber: Muchtar Luthfi, Sejarah Riau, Pekan Baru: Percetakan Riau, 1977, hal. 407-409.
LAMPIRAN TABEL 5
STRUKTUR PEMERINTAHAN KESULTANAN SIAK SRI INDRAPURA
PADA TAHUN 1898-1915
SULTAN SIAK
Hakim Polisi
Pengadilan Syariah
Pengadilan
Hakim Polisi
Sumber:
Drs. Amir Luthfi, Unsur Islam Dalam Sistem Peradilan Kesultanan Siak Sri Indrapura 1915-
1945, Pekanbaru: Lembaga Penelitian Institut Agama Islam Negeri Islam Sultan Syarif
Qasim, 1983, hal. 28.
LAMPIRAN TABEL 6
STRUKTUR PEMERINTAHAN KESULTANAN SIAK SRI INDRAPURA
PADA TAHUN 1915-1945
SULTAN SIAK
KERAPATAN TINGGI
MAHKAMAH KADI SULTAN SIAK MAJELIS KESULTANAN
Sultan sebagai ketua KADI SIAK Sultan Sebagai Ketua
DISTRIK
Datuk Empat Suku
KEPALA DISTRIK
KERAPATAN TINGGI
Imam Distrik
Kepala Distrik ONDERDISTRIK
Kepala
KEPENGHULUAN KEBATINAN
Penghulu Batin
HINDUK-HINDUK HINDUK-HINDUK
Kepala Kepala
Sumber: Drs. Amir Luthfi. Unsur Islam Dalam Sistem Peradilan Kesultanan Siak Sri
Indrapura 1915-1945. Pekanbaru: Lembaga Penelitian Institut Agama Islam Sultan Syarif
Qasim, 1983, hal. 32.
LAMPIRAN TABEL 7
ALUR HUBUNGAN KERAJAAN SIAK SRI INDRAPURA DENGAN KERAJAAN MELAKA
Berawal dari Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah Yang dipimpin oleh Sultan Sulaiaman Badrul
gelar Raja Kecik dari tahun 1723-1746 M Alamsyah gelar dari Tengku Sululaiman (Raja
setelah menjabat dari Sultan Johor ke XII. Sulaiman) sebagai Sultan ke XIII dari tahun
1723-1761 M, dan Kesultanan ini berakhir pada
masa Sultan ke XVII yaitu pada masa Sultan
Abdul Rahman Muazzam Syah pada tahun
1812-1819 M.
Kesultanan Johor Riau Singgapura
Sumber: OK. Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, CV. Sukabina Pekanbaru, 2011,
hal.27
DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR
Sumber :
Sumber : M.S, Suwardi, dkk, Peta Sejarah dan Budaya Provinsi Riau, PT. Sutra Benta Perkasa.
Lampiran Gambar : Makam Pahlawan Nasional Sultan Syarif Kasim beserta Keluarga Siak Sri
Indrapura
Sumber : OK. Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, CV. Sukabina Pekanbaru, 2011.
Sumber : OK. Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, CV. Sukabina Pekanbaru, 2011.
Lampiaran Gambar : Lambang Kesultanan Siak Sri Indrapura
Sumber : OK. Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, CV. Sukabina Pekanbaru, 2011.
Sumber : M.S, Suwardi, dkk, Peta Sejarah dan Budaya Provinsi Riau, PT. Sutra Benta Perkasa
Lampiran Gambar : Istana Peraduan dan Area Pusat Kesultanan Siak Sri Indrapura
Sumber : http: www.riaudailyphoto.com (diakses pada tanggal 22 April 2014, 20:00 WIB)