Pendahuluan
ataupun parsial yang berlasnung selama lebih dari 4 jam tanpa ransangan seksual. Pada
sebagian besar kasus, hanya korpora kavernosa yang terkena dampaknya tanpa adanya
dengan 21% kasus berhubungan dengan alkohol atau penyalahgunaan obat obata, 12%
kasus berhubungan dengan trauma perineal dan 11% berhubungan penyakit sickle cell.
papaverin.1
korpora kavernosa dan sedikit atau tidak adanya aliran arteri kavernosa. Priapisme
berulang, paling sering ditemukan pada laki-laki yang memiliki penyakit sickle-cell.
Priapisme noniskemik adalah ereksi presisten yang disebabkan oleh tidak teraturnya
Kasus terbanyak pada priapism adalah priapism iskemik, dihitung lebih dari
95% dari semua kasus priapism. Episode priapism sering menimbulkan dengan
stimulasi seksual sebelumnya dengan atau tanpa memakai obat. Penyakit sickle-cell
adalah salah satu faktor resiko untuk terjadinya priapism, dengan prevalensi dari 29-
42%, sering ditemukan pada anak dan dewasa. Prevalensi dari literature menunjukkan
2-6% dengan kasus terbanyak adalah iskemik karena Penyakit sickle-cell.3 Neonatus
bisa mengalami priapisme, walaupun hal ini cukup jarang terjadi, sehingga hal ini dapat
klasifikasi priapisme, manajemen, Erection Hardness Score (EHS) pre operatif dan 6
manajemen, Erection Hardness Score (EHS) pre operatif dan 6 bulan post operatif yang
Penelitian ini dapat membantu klinisi dalam menentukan diagnosis dan terapi
TINJAUAN PUSTAKA
Batang penis terdiri dari 3 kolom penis, 2 korpora kavernosa dan corpus
spongiosum serta lapisan fasia yang melingkupi kolom saraf, limpatik dan
pembuluh darah yang ditutupi oleh kulit. Terdapat dua ligamen suspensoriyang
septum. Jaringan ereksi dalam korpora berisi arteri dan saraf, serat otot dan
sinus vena yang dilapisi oleh sel endotel datar. Permukan potongan corpora
kevernosa berbentuk seperti spons. Terdapat lapisan tipis, jaringan aeolar yang
memisahkan jaringan ini dari tunika albugenea. Aliran darah dari kavernosa
berasal dari darah dalam penis (cavenosa arteries) yang mengalir ditengah
Pasokan darah ke struktur dalam penis berasal dari kelanjutan arteri pudenda
interna, setelah itu mengeluarkan cabang perineum. Tiga cabang aliran arteri
(Buck) untuk masuk dan memasok umbi penis dan uretra penis
(seperti spons)
2. Arteri dorsal berjalan sepanjang dorsum penis antara saraf dorsalis
di penis kelenjar
vena pudendal eksternal superfisial. Sistem perantara berisi dorsal dalam dan
vena sirkumfleksa, terletak di dalam dan di bawah fasia penis besar (Buck).
Vena utusan mulai dalam jaringan ereksi corpora cavernosa dan perjalanan
melalui tunica albuginea dan mengalir ke dalam sirkumfleks atau vena dorsal
yang dalam. Vena sirkumfleksa muncul dari spongiosum, ventrum penis, dan
lateral di sekitar cavernosa, lewat di bawah arteri dorsal dan saraf dan mengalir
Vena dorsal yang dalam terletak di alur garis tengah antara 2 korpora
cavernosa dan terbentuk dari 5-8 vena yang muncul dari penis kelenjar,
Drainase vena dalam adalah melalui vena crural dan cavernosal. Vena crural
konsolidasi dari vena utusan, yang bergabung untuk membentuk saluran vena
besar yang mengalir ke vena pudenda interna. Tiga atau 4 vena kavernosal kecil
mengalir ke lateral antara corpus spongiosum dan lekukan penis selama 2-3 cm
otot-otot arteriolar dan dinding arteri, memainkan peran kunci dalam proses
oksigen parsial darah (PO2) di sekitarnya berkisar 35mmHg. Penis yang lembek
kavernosa. Hal ini menghasilkan relaksasi otot-otot halus ini dan kejadian-
kejadian berikut:
1. Dilatasi arteriol dan arteri oleh peningkatan aliran darah pada fase
darah utusan antara lingkaran dalam dan lapisan longitudinal luar dan
air raksa) dengan ontraksi otot ischiocavernosus (fase ereksi kaku) Sudut
penis yang ereksi ditentukan oleh ukuran dan keterikatannya dengan rami
Pada pria dengan penis panjang yang berat atau ligamen suspensori longgar,
sudut biasanya tidak akan lebih besar dari 90 derajat, bahkan dengan kekakuan
penuh. Tiga fase detumescence telah dilaporkan dalam penelitian pada hewan.
mengindikasikan awal dari otot polos kontraksi terhadap sistem vena tertutup.
kembali lambat dari saluran vena dengan dimulainya kembali tingkat basal aliran
arteri. Fase ketiga menunjukkan penurunan tekanan yang cepat dengan aliran
Ereksi dengan demikian melibatkan relaksasi sinusoidal, dilatasi arteri, dan kompresi
vena pentingnya relaksasi otot polos telah dibuktikan dalam penelitian pada hewan
dan manusia.
2.2 Definisi
Priapismus adalah ereksi penis persisten selama lebih dari 4 jam yang tidak
terkait dengan orgasme atau stimulasi seksual.5 Hal ini dikaitkan secara signifikan
dengan psikologis, sosial ekonomi, fisik, termasuk rasa sakit dan fungsi ereksi yang
berpotensi tidak dapat dipulihkan.6 Dalam sebagian besar kasus, yang terkena
2.3 Etiologi
alkohol dan penggunaan obat sebanyak 21%, trauma perineal sebanyak 12%, dan
sickle cell disease sebanyak 11%. Sejak tahun 1980, penggunaan injeksi mandiri
intrakavernosa untuk membantu ereksi, seperti prostaglandin, papaverin, dan
2.4 Klasifikasi
Priapismus iskemik adalah ereksi persisten yang nyeri dan ditandai dengan
rigiditas korpus kavernosa dan dengan sedikit atau hilangnya aliran darah arteri.
blood di penis. Iskemik jaringan dan peningkayan tekanan pada corporal bodies
lembek dan hilangnya nyeri. Dalam beberapa kasus, edema penis, ekimosis,
arteri kavernosa. Priapismus ini biasa disebabkan oleh trauma tumpul yang
sepenuhnya rigid dan tanpa nyeri. Kondisi ini tidak emergensi, mengingat darah
ereksi yang nyeri. Setiap episode serangan diselingi dengan kondisi detumesen.
iskemik. Jenis priapismus ini paling jarang, namun jika diabaikan akan berisiko
2.5 Diagnosis
a. Anamnesis
digunakan, riwayat SCD dan kelainan hematologi lain, dan trauma pada pelvis,
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik untuk membedakan jenis priapismus. Pada priapismus
disertai nyeri, sedangkan korpus spongiosum dan glans penis lunak. Pada
c. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan ultrasonografi.6
Colour Doppler USG (CDU) dapat berguna untuk mencari fistula arteri dan
klinis, seperti pemeriksaan spesifik darah untuk SCD atau kelainan hemoglobin
lainnya. Pemeriksaan toksikologi urin dan plasma jika dicurigai penggunaan
obat psikoaktif.6
2.6 Penatalaksanaan
1. Priapismus Iskemik
aspirasi korpora dan irigasi korpus kavernosa dengan atau tanpa injeksi agen
distal dan proksimal. Jika sudah terjadi fibrosis korpora, biasanya pada durasi
penis.6
Penatalaksanaan lini pertama berupa aspirasi dan irigasi korpus kavernosa
dilakukan dengan beberapa tahap: anestesi lokal penis, insersi wide bore
butterfly (16-18 G), aspirasi kavernosal sampai didapat darah arteri warna
Anestesi dapat mengurangi rasa nyeri, dilakukan dengan beberapa cara (blok
nervus dorsalis, blok sirkumferensial, blok subkutan batang penis, atau sedasi
oral), dilakukan pada glans atau sisi lateral batang penis proksimal. Aspirasi
simpatomimetik agen dengan atau tanpa irigasi (43-81%) dari setelah aspirasi
dibandingkan dengan aspirasi dengan atau tanpa irigasi saja (24-36%). Resiko
simpatomimetik.6
metaraminol.6
Phenylephrine harus diencerkan dalam larutan garam normal untuk
Semua pasien harus dipantau untuk komplikasi sistemik yang dapat terjadi
pennyakit arteri koroner, atau penyakit penyerta jantung lainnya harus dipantau
tekanan daran dan EKG selama dan setelah injeksi intracavernosus agen
simpatomimetik. Pasien harus dipantau efek sistemik yang bisa terjadi, seperti
fistula antara glans dan korpus kavernosa, sehingga darah yang miskin oksigen
keluar dari korpus kavernosa. Beberapa metode shunting antara lain perkutan
dengan onset di bawah 48 jam, setelah itu kurang bermanfaat karena fibrosis
penis dilakukan jika sudah terjadi fibrosis korpora, biasanya pada durasi 48-72
jam. Beberapa ahli menganjurkan protese penis pada pasien priapismus yang
konservatif. Sebanyak 2/3 kasus priapismus non iskemik terjadi resolusi secara
spontan. Aspirasi kavernosa memiliki peran diagnostik, tidak
peran blokade androgem sebagai alternatif terapi. Dalam studi ini, tujuh pria
resolusi lengkap.6
3. Priapismus Intermitten
evaluasi.6
terapi adalah untuk menurunkan kadar testosteron, yang dapat dicapai dengan:
- Hormonal Agents
- Digoxin
- Gabapentin
- Baclofen
- Ketoconazole
- Terbutaline
- PDE 5 inhibitor
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Departemen Urologi Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung pada bulan
Target populasi pada penilitian ini adalah semua pasien dengan priapismus
yang mendapat tatalaksana di Departemen Urologi Rumah Sakit Umum Pusat Hasan
Sadikin Bandung. Sampel yang diteliti adalah bagian dari populasi yang memenuhi
Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung pada bulan Januari 2007 sampai dengan
Desember 2017.
melalui rekam medis pasien, dikumpulkan dan dicatat, kemudian disajikan dalam
bentuk tabulasi.
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif potong lintang.
Pemilihan desain ini atas dasar masalah penelitian yaitu untuk mengetahui karakteristik
Pusat Hasan Sadikin Bandung pada bulan Januari 2007 sampai dengan Desember 2017,
sehingga peneliti melakukan studi deskriptif dan dalam penelitian in penulis tidak
Priapismus
Data yang akan dipakai merupakan data sekunder yang didapatkan dari hasil
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
didapat melalui penelaahan rekam medis pasien dengan priapismus yang mendapat
Bandung.
Analisis data dilakukan dengan cara pengelompokan data secara statistik yang
Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung pada Januari 2007 sampai dengan
Desember 2017. Karakteristik yang dinilai meliputi usia pasien, jenis kelamin, riwayat
merokok, riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya, riwayat batu saluran kemih
sebelumnya, jenis pemberian instilasi kemoterapi intravesika, follow up, dan hasil
dan grafik.
BAB IV
Lima belas pasien masuk ke unit gawat darurat Rumah Sakit Hasan Sadikin dengan
diagnosis priapisme. Usia pasien berjarak dari 16 tahun sampai 58 tahun. Terdapat 14 pasien
(93.3%) lebih tua dari 18 tahun. Jenis priapisme yang ditemukan adalah low flow (iskemik) dan
high flow (non-iskemik). Terdapat 14 pasien (93.3%) dengan priapisme low flow dan 1 pasien
(7.1%) dengan priapisme high flow. Penyebab dari priapisme yang ditemukan pada subjek
penelitian adalah chronic myeloid leukemia pada 13 pasien (86.6%), idiopatik pada 1 pasien
Jenis Priapisme
High flow
7%
High flow
Low flow
Low flow
93%
7%
7%
86%
pada bagian distal dengan shunt corporoglanular (Winter) pada 14 pasien (93.3%). Satu pasien
(6.7%) dengan priapisme iskemik ditangani secara konservatif. Terdapat 11 pasien (73.3%)
dengan priapisme iskemik yang menerima penanganan tambahan. Satu pasien (6.7%) oleh
karena leukopheresis, 2 pasien (13.4%) oleh karena stuttering priapism, dan 1 pasien (6.7%)
dengan priapisme non-iskemik. Durasi ereksi bervariasi antara 24 – 120 jam (median durasi 72
jam) dengan satu pasien tidak memiliki riwayat priapisme rekuren dalam 24 bulan terakhir.
Tabel 4. 1. Penanganan yang diberikan pada priapisme dan tingkat keberhasilan
Durasi
Usia Tipe EHS sebelum EHS sesudah
priapisme Intervensi
(tahun) priapisme tindakan tindakan
(jam)
37 48 Conservative High 4 2
Priapisme merupakan kondisi darurat pada bedah urologi, di mana tatalaksana secepat
mungkin merupakan faktor penentu utama dalam pencegahan terjadinya disfungsi ereksi.
Priapisme merupakan penyakit yang langka, dengan tingkat insidensi 1.5 kasus per 100,000
orang per tahun. Sekitar 20% dari seluruh priapisme terjadi oleh karena riwayat medis kelainan
hematologis pada pria. Priapisme yang disebabkan oleh metastasis ke penis tergolong langka.
Pada suatu penelitian, terdapat 7 dari 9 pasien dengan priapisme memiliki riwayat penyakit
sebelumnya; 3 pasien memiliki riwayat chronic myeloid leukemia, 2 pasien memiliki riwayat
tumor ganas, 1 pasien memiliki riwayat infeksi sebelumnya, dan 1 pasien memiliki
skizofrenia.8
Diagnosis priapisme ditetapkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Ereksi yang
dimulai tanpa atau dengan stimulasi seksual sebelumnya yang bertahan lebih dari 4 jam
(umumnya disertai rasa nyeri) merupakan kriteria diagnosis untuk priapisme. Klasifikasi
priapisme terbagi menjadi dua, yaitu priapisme non-iskemik dan priapisme iskemik. Pada
priapisme iskemik, umumnya ditemukan riwayat trauma tumpul atau tajam pada bagian
perineum atau genital yang mungkin telah terjadi beberapa minggu sebelum munculnya gejala.
Rasa tidak nyaman namun tidak nyeri pada penis ditemukan pada pasien-pasien dengan
priapisme non-iskemik. Kasus priapisme non-iskemik bukan merupakan kondisi gawat darurat
lainnya untuk priapisme adalah penggunaan ultrasonografi Doppler untuk memeriksa aliran
darah pada arteri kavernosum dan korpus kavernosum. Pemeriksaan Doppler dapat digunakan
untuk membedakan antara priapisme iskemik dan non-iskemik. Analisis gas darah dari penis
juga dapat dilakukan untuk membedakan kedua jenis priapisme tersebut. Tekanan parsial
oksigen yang rendah dan asidosis pada analisis gas darah merupakan kriteria diagnosis untuk
priapisme iskemik sedangkan tekanan parsial oksigen serta pH yang normal pada analisis gas
Sickle-cell disease (SCD) merupakan salah satu faktor risiko yang penting dalam
terjadinya priapisme. Prevalensi priapisme pada pria dengan SCD adalah 35 – 40%, di mana
tingkat kejadian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang sehat pada usia yang
sama. Usia terjadinya priapisme pada kasus-kasus tersebut adalah 15 – 20 tahun, biasanya
terjadi pada waktu malam hari. Beberapa seri laporan kasus menemukan prevalensi 1 – 5%
untuk priapisme pada pasien dengan seluruh jenis leukemia. Chronic myeloid leukemia (CML)
merupakan salah satu jenis leukemia yang paling sering ditemukan pada pasien-pasien dengan
priapisme, yaitu mencakup 50% dari seluruh pasien-pasien dengan leukemia. Puncak kejadian
untuk pasien-pasien dengan leukemia untuk mengalami priapisme terjadi pada usia 5 – 10
sebelumnya. Pada penelitian kami, pasien priapisme memiliki jarak usia 16 – 58 tahun dengan
etiologi yang paling sering ditemukan berupa riwayat CML. Rekomendasi dari American
Urological Association (AUA) adalah penanganan kondisi sistemik yang telah ada sebelumnya
diberikan bersamaan oleh karena priapisme iskemik merupakan salah satu jenis sindrom
kompartemen di penis. Terapi sistemik yang umumnya digunakan untuk pasien-pasien CML
adalah terapi sitoreduktif, seperti hidroksikarbamid dan tyrosine kinase inhibitor (TKI) dosis
tinggi yang disertai atau tanpa leukaferesis untuk mengurangi kekentalan darah
(hiperviskositas).10
tatalaksana mengakibatkan peningkatan risiko untuk hasil yang buruk, seperti terjadinya
disfungsi ereksi. Penelitian oleh Zheng dkk. menemukan bahwa fungsi seksual jangka panjang
yang dinilai dengan Index of Erectile Function Questionnaire (IIEF-5) mungkin dapat
mengalami gangguan apabila durasi priapisme melebihi 72 jam.11 Penundaan pada tatalaksana
dapat mengakibatkan kerusakan penis dan akhirnya menyebabkan fibrosis kavernosum yang
dapat menjadi penyebab disfungsi ereksi.10 Pada penelitian kami, durasi ereksi bervariasi
antara 24 – 120 jam (durasi median 72 jam) dengan penurunan EHS dari 4 poin sebelum
merupakan salah satu keberhasilan oleh karena detumescence dari penis yang ditangani secepat
mungkin.
fungsi seksual tidak dilakukan. Kedua, ukuran sampel yang mungkin terlalu kecil untuk
dijadikan sampel representatif terhadap priapisme di Jawa Barat. Ketiga, terdapat kemungkinan
terjadinya recall bias pada pasien-pasien yang menerima penanganan di Rumah Sakit Hasan
KESIMPULAN
Sebagian besar dari kasus-kasus priapisme di Rumah Sakit Hasan Sadikin merupakan
priapisme iskemik. Penyebab yang paling sering ditemukan pada priapisme iskemik di
penelitian ini adalah CML. yang menandakan keberhasilan penanganan baik dengan shunt
maupun secara konservatif. Durasi ereksi berjarak 24 – 120 jam dengan median durasi ereksi
72 jam. Satu pasien memiliki riwayat priapisme rekuren pada 24 bulan terakhir. Hampir semua
pasien ditangani dengan corporoglanular shunt (Winter shunt) dan semua pasien memiliki
penurunan skor EHS pasca-tindakan setelah 6 bulan kemudian yang menandakan keberhasilan
tatalaksana.
DAFTAR PUSTAKA
1. Song PH, Moon KH. Priapism: Current Updates in Clinical Management. Korean
Medicine.7(1):476-500.
3. Wein AJ, Kavoussi LR, Partin AW, Peters CA. Campbell-Walsh Urology. 11 ed:
priapism: an update for clinicians. SAGE Journal Ther Adv Urol 2014, Vol. 6(6):
230–244.
Flow Priapism Using The Winter Procedure : A Case Report. J Med Sci
2003;19:88–92.
8. Zheng D-C, Yao H-J, Zhang K, Xu M-X, Chen Q, Chen Y-B, dkk. Unsatisfactory
outcomes of prolonged ischemic priapism without early surgical shunts: our clinical
experience and a review of the literature. Asian Journal of Andrology.
2013;15(1):75-8.
F1000Research. 2018;7:37.
Inpatient Admissions Associated with Priapism among Males with Sickle Cell