Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

Beberapa tahun terakhir ini, kejadian priapismus di Indonesia cukup sering dan
penyebabnya sama, yaitu pada umumnya setelah menerima suntikan pada penis. Fenomena
ini cukup menarik perhatian karena sebelumnya sangat jarang terjadi, bahkan tidak pernah
diberitakan. Fenomena ini menjadi semakin menarik kalangan kedokteran karena dikaitkan
dengan suntikan pada penis dalam upaya untuk mengatasi disfungsi ereksi atau impotensi.
Priapismus adalah suatu keadaan yang jarang terjadi dimana penis terus menerus ereksi
dan sangat sakit. Priapismus merupakan keadaan dimana terjadi ereksi penis yang nyeri dan
menyakitkan tanpa disertai dorongan atau hasrat seksual.
Frekuensi priapismus tergantung pada populasi. Kombinasi obat-obat intrakavernosa
dan obat lainnya adalah 21-80 % penyebab priapismus pada orang dewasa. Obat-obat yang
digunakan untuk mengobati disfungsi ereksi adalah penyebab paling sering di Negara-negara
barat. Angka keseluruhan terjadinya priapismus pada kelompok yang menggunakan obat-
obatan berkisar antara 0.05-6 %. Kelompok ini cenderung lebih mengetahui tentang resiko
priapismus, dan lebih cepat berobat.
Di tempat lain, penyakit anemia sel sabit mendominasi penyebab priapismus pada orang
dewasa. Angka priapismus pada penyakit ini sebesar 89%. Sekitar 2/3 dari seluruh pasien
pediatric yang mengalami priapismus juga mengalami penyakit sel sabit. Angka priapismus
pada anak penderita sel sabit adalah sebesar 27%.

PRIAPISMUS

A. Anatomi

1
Penis terdiri dari :
 Akar (menempel pada didnding perut)
 Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
 Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut)
Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di ujung glans
penis. Dasar glans penis disebut korona. Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan
(preputium) membentang mulai dari korona menutupi glans penis.

2
Penis dibentuk oleh jaringan erektil, yang dapat mengeras dan dipakai untuk melakukan
kopulasi. Ereksi terjadi oleh karena rongga-rongga di dalam jaringan erektil terisi darah.
Terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian yang difiksasi, disebut radix penis dan bagian
yang bergerak dan dinamakan corpus penis.
Radix penis terletak pada trigonum urogenitale. Terdiri atas tiga buah batang jaringan
eréctil. Bagian yang berada pada pada linea mediana disebut corpus spongiosum penis,
meluas ke dorsal menjadi bulbos penis. Corpus cavernosum penis ada dua buah, masing-
masing di bagian dorsal membentuk crus penis.
Corpus penis terletak bebas dan mudah bergerak, dibungkus oleh kulit. Dorsum penis
adalah bagian dari penis yang menghadap ke arah ventral pada saat penis berada dalam
keadaan lemas, dan menghadap ke arah cranial pada penis yang ereksi. Corpora cavernosa
penis merupakan bagian utama dari corpus penis, membentuk dorsum penis dan bagian lateral
penis.
Kulit penis licin, halus, elastis, berwarna gelap. Dekat pada radix penis kulit ditumbuhi
rambut. Pada corpus penis kulit melekat longgar pada jaringan subkutaneus, kecuali pada
glans penis.
Penis merupakan alat kopulasi pria yang terdiri atas 3 buah badan silindris yang besar
dari jaringan kavernosa atau jaringan erektil yaitu :

3
 Dua buah korpora kavernosa penis
 Satu buah korpora Spongiosa penis
Korpora spongiosa terletak pada lekukan yang dalam pada permukaan bawah korpora
kavernosa dan ditembus pada keseluruhan panjangnya oleh uretra. Kedua korpora kavernosa
penis dipisahkan oleh septum mediana, pada daerah glans penis septum ini menghilang
sehingga korpora kavernosa kiri dan kanan akan bersatu. Tiap korpora kavernosa penis
dikelilingi oleh selubung (kapsula) tebal terdiri dari jaringan ikat padat disebut tunika
albuginea yang terdiri dari 2 lapisan serat kolagen :
 Bagian luar berjalan longitudinal
 Bagian dalam berjalan sirkuler
Glans penis merupakan ujung penis yang terdiri dari jaringan ikat padat yang
mengandung banyak vena yang saling berhubungan seperti jala, dimana dinding vena disini
dilapisi otot polos yang berjalan sirkuler dan longitudinal.
Glans penis ini tidak mempunyai tunika albuginea, tunika albuginea disini diganti
dengan dermis yang berhubungan langsung dengan jaringan ikat padat di jaringan erektil,
kulit preputium bagian dalam bersatu dengan jaringan ikat permukaan glans penis.

B. Fisiologi Ereksi
Selama melakukan hubungan seksual, penis menjadi kaku dan tegak sehingga
memungkinkan terjadinya penetrasi (masuknya penis ke dalam vagina).

Ereksi terjadi akibat interaksi yang rumit dari sistem saraf, pembuluh darah, hormon
dan psikis. Rangsang yang menyenangkan menyebabkan suatu reaksi di otak, yang kemudian
mengirimkan sinyalnya melalui korda spinalis ke penis. Arteri yang membawa darah ke
korpus kavernosus dan korpus spongiosum memberikan respon, yaitu berdilatasi (melebar).
Arteri yang melebar menyebabkan peningkatan aliran darah ke daerah erektil ini, sehingga
daerah erektil terisi darah dan melebar.

4
Otot-otot di sekitar vena yang dalam keadaan normal mengalirkan darah dari penis,
akan memperlambat aliran darahnya. Tekanan darah yang meningkat di dalam penis
menyebabkan panjang dan diameter penis bertambah.
Ejakulasi terjadi pada saat mencapai klimaks, yaitu ketika gesekan pada glans penis dan
rangsangan lainnya mengirimkan sinyal ke otak dan korda spinalis. Saraf merangsang
kontraksi otot di sepanjang saluran epididimis dan vas deferens, vesikula seminalis dan
prostat. Kontraksi ini mendorong semen ke dalam uretra. Selanjutnya kontraksi otot di
sekeliling uretra akan mendorong semen keluar dari penis.
Leher kandung kemih juga berkonstriksi agar semen tidak mengalir kembali ke dalam
kandung kemih. Setelah terjadi ejakulasi (atau setelah rangsangan berhenti), arteri
mengencang dan vena mengendur.
Akibatnya aliran darah yang masuk ke arteri berkurang dan aliran darah yang keluar
dari vena bertambah, sehingga penis menjadi lunak.
Dari literature lain didapatkan proses fisiologis dalam ereksi : Penis mendapatkan aliran
darah dari arteri pudenda yang kemudian menjadi arteri penis komunis. Selanjutnya arteri ini
bercabang menjadi arteri kavernosa atau arteri sentralis, arteri dorsalis penis, dan arteri bulbo-
uretralis. Arteri penis komunis ini melewati kanal dari canalis pudenda yang berdekatan
dengan os pubis dan mudah mengalami cedera jika terjadi fraktur pelvis. Arteri sentralis
memasuki rongga kavernosa kemudian bercabang menjadi arteriole helisin yang mengisi
darah ke dalam sinusoid. Sedangkan darah vena dari sinusoid dialirkan melalui
anyaman/pleksus yang terletak dibawah tunika albuginea. Anyaman ini bergabung
membentuk venule emisaria dan menembus tunika albuginea ke vena dorsalis penis.
Proses fisiologis ereksi dimulai rangsangan seksual yang menimbulkan peningkatan
aktivis saraf parasimpatis yang mengakibatkan terjadinya dilatasi arteriole dan kontriksi
venule sehingga inflow meningkat dan outflow menurun hal ini menyebabkan peningkatan
volume darah dan ketegangan pada corpora sehingga penis ereksi. Persarafan penis terdiri atas
sistem saraf otonomik dan somatic yang berpusat di nucleus intermediolateralis medulla
spinalis pada segmen S2-S4 dan Th12 - L2. Saraf ini memacu neurotransmiter untuk memulai
proses ereksi serta mengakhirinya pada proses detumesensi.

C. Definisi Priapismus
Priapismus adalah suatu gangguan berupa ereksi penis yang terjadi terus-menerus dalam
waktu lebih dari 6 jam. Ereksi yang berkepanjangan ini terjadi tanpa adanya rangsangan
seksual. Keadaan ini jelas merupakan gangguan, bukan sesuatu yang layak dibanggakan.

5
Priapismus merupakan keadaan medis yang sangat nyeri dan berbahaya dimana penis
yang ereksi tidak kembali ke fase flaksid, meskipun tidak ada rangsangan fisik dan psikologis,
dalam waktu 6 jam. Priapismus dipertimbangkan sebagai kegawatdaruratan medis yang harus
segera ditangani.

D. Epidemiologi
Amerika Serikat
Frekuensi priapismus tergantung pada populasi. Kombinasi obat-obat
intrakavernosa dan obat lainnya adalah 21-80% penyebab priapismus pada orang dewasa.
Obat-obat yang digunakan untuk mengobati disfungsi ereksi adalah penyebab paling
sering di Negara-negara barat. Angka keseluruhan terjadinya priapismus pada kelompok
yang menggunakan obat-obatan berkisar antara 0.05-6%. Kelompok ini cenderung lebih
mengetahui tentang resiko priapismus, dan lebih cepat berobat.
Di tempat lain, penyakit sel sabit mendominasi penyebab priapismus pada orang
dewasa. Angka priapismus pada penyakit ini sebesar 89%.Sekitar 2/3 dari seluruh pasien
pediatric yang mengalami priapismus juga mengalami penyakit sel sabit.Angka
priapismus pada anak penderita sel sabit adalah sebesar 27%.

Mortalitas/Morbiditas
 Priapismus umumnya sangat nyeri. Fibrosis corpora akibat priapismus yang persisten
dapat menghasilkan infeksi jaringan dalam penis.
 Morbiditas kronis utama yang berhubungan dengan semua tipe priapismus adalah
disfungsi ereksi dan impotensi.
 Lama gejala adalah faktor yang paling penting dalam menentukan hasil akhirnya.
Suatu penelitian Skandinavia terbaru melaporkan bahwa 92% pasien dengan
priapismus yang kurang dari 24 jam tetap poten, dan hanya 22% pasien priapismus
lebih dari 7 hari yang tetap poten.

Ras
Priapismus sering pada orang Afrika Amerika dengan penyakit sel sabit.

Usia
 Priapismus dapat terjadi pada pria umur berapa saja, dengan puncaknya pada usia 5-10
tahun dan 20-50 tahun.
 Pada pasien penyakit sel sabit, priapismus lebih sering pada pria usia 19-21 tahun.

E. Etiologi dan Faktor Risiko


Menurut Sutapa (2009), priapismus dibedakan atas dua macam berdasarkan
etiologinya :

6
 Priapismus primer (idiopatik); tidak diketahui pasti penyebabnya.
 Priapismus sekunder; dapat disebabkan oleh :
a. Kelainan pembekuan darah (anemia bulan sabit, leukemia dan emboli lemak)
b. Trauma perineum/genitalia, neurogenik (anestesi regional)
c. Keganasan
d. Obat-obatan (alkohol, psikotropik, antihipertensi)
e. Injeksi intrakavernosa dengan zat vasoaktif untuk diagnosis dan terapi impotensi

F. Klasifikasi Priapismus
Priapismus ada dua jenis, Pertama, priapismus karena tersumbatnya jalan keluar
aliran darah dari penis (low flow priapism). Akibatnya, aliran darah yang masuk ke dalam
penis terus tertumpuk dan tidak dapat keluar. Kedua, priapismus karena peningkatan
aliran darah arterial ke dalam jaringan erektil penis (high flow priapism). Akibatnya,
darah terus mengalir ke dalam penis walaupun masih mengalami aliran keluar.
Kedua jenis priapismus tersebut mempunyai perbedaan. Priapismus karena
tersumbatnya aliran darah keluar sangat kaku dan menimbulkan rasa sakit serta iskemik.
Sedang priapismus karena peningkatan pembuluh darah arteri tidak terlalu kaku dan tidak
menimbulkan rasa sakit.

G. Patofisiologi
Priapismus terjadi saat keseimbangan fisiologis dari aliran darah menuju dan keluar
dari corpora cavernosa terhalang (interrupted). Ini menyebabkan ereksi badan cavernosa
tanpa disertai ereksi corpus spongiosum atau glans.

7
Priapismus biasanya disebabkan karena obat-obatan, trauma atau karena suatu
penyakit bukan disebabkan karena gairah seksual. Pada ereksi penis yang normal, darah
akan mengisi dan memenuhi tabung ereksi sehingga penis menjadi ereksi. Tidak seperti
penis normal dimana ereksi akan mereda setelah aktivitas seksual selesai, sedangkan pada
keadaan priapismus, ereksi terjadi terus menerus karena darah yang berada dalam tabung
ereksi tidak dapat mengalir keluar. Batang penis menegang dengan keras sedangkan
ujung penis lembek. Jika keadaan ini tidak segera teratasi maka priapismus dapat
menyebabkan kerusakkan jaringan penis dan selanjutnya mengganggu ereksi penis yang
normal.
Adapun penyebab lainnya terjadinya sebuah priapismus diantaranya :
1. Medikasi (misalnya: trazodone, phenothiazine)
2. Cedera medulla spinalis (spinal cord injury).
3. Gangguan sistem perdarahan atau hematologic disorders, misalnya: sickle cell
disease, leukemia.
4. Penyebab iatrogenic, misalnya: injeksi papaverine untuk impotensi.

8
5. Berbagai penyebab lainnya yang belum diketahui (idiopathic causes).
Priapismus dapat disebabkan karena leukemia, penyakit darah sel sabit atau trauma
pada tulang belakang. Juga dapat terjadi (tetapi jarang) karena efek samping dari obat
trazodone yaitu obat yang digunakan untuk mengatasi depresi. Pemakaian obat suntik
untuk mengatasi impotensi yang tidak sesuai dengan dosis anjuran sering menyebabkan
priapismus. Obat ini disuntikkan langsung pada penis, dan paling tidak ¼ dari seluruh
pria yang menggunakan obat suntik ini dalam waktu lebih dari 3 bulan mengalami
priapismus.
Seperti diketahui, sejak beberapa tahun terakhir ini suntikan langsung pada penis
menjadi populer sebagai upaya untuk mengatasi disfungsi ereksi, seiring dengan
munculnya klinik yang menyebut diri sebagai klinik impotensi.
Memang benar suntikan langsung pada penis dengan menggunakan bahan yang
mengaktifkan pembuluh darah merupakan salah satu cara untuk menimbulkan ereksi
pada pria yang mengalami disfungsi ereksi. Tetapi tidak semua bahan itu aman
digunakan. Salah satu bahan yang sering menimbulkan priapismus ialah papaverin.
Bahan ini bila disuntikkan langsung ke dalam ruang pembuluh darah penis memang dapat
menimbulkan ereksi segera. Tetapi berbagai efek samping dapat terjadi, yaitu priapismus,
perdarahan di bawah kulit, terbentuknya jaringan ikat di dalam ruang pembuluh darah
penis, dan kematian jaringan penis. Keadaan ini pada akhirnya justru dapat
mengakibatkan disfungsi ereksi menjadi semakin buruk. Tetapi mungkin karena harga
papaverin murah, maka masih ada klinik yang menggunakannya untuk mengatasi
disfungsi ereksi.
Beberapa bahan lain yang digunakan sebagai suntikan pada penis tampaknya lebih
aman dan tidak menimbulkan efek samping seperti pada papaverin. Sebagai contoh,
alprostadil. Hanya saja harganya lebih mahal.
Di samping akibat suntikan papaverin pada penis, ada obat dan penyebab lain yang
juga dapat mengakibatkan priapismus. Beberapa obat lain ialah bahan psikotropika,
bahan anti pembekuan darah, dan hormon.
Beberapa penyakit darah juga dapat mengakibatkan priapismus, seperti leukemia
dan thalassemia. Gangguan saraf, seperti penyakit pada pembuluh darah otak, juga dapat
mengakibatkan priapismus.

H. Manifestasi Klinik

9
Pasien datang dengan riwayat ereksi yang nyeri dan berlangsung selama beberapa
jam. Corvus cavernosum mengeras dan nyeri saat dipalpasi. Glans dan korpus
spongiosum lunak dan tak terlihat.

I. Diagnosis
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti, dihrapkan dapat mengungkakan
etiologi priapismus. Pada pemeriksaan lokal didapatkan batang penis yang tegang tanpa
diikuti oleh ketegangan pada glans penis.
1. Riwayat pasien
Riwayat yang lengkap diperlukan untuk mengidentifikasi penyebab yang mungkin
2. Pemeriksaan laboratorium
Diperlukan preparat sel sabit (sickle cell) dan hitung darah lengkap (complete blood
count/CBC)
Selain itu untuk pemeriksaan penunjang untuk priapismus menurut Sutapa (2009),
yakni :
1. Pulsasi arteri kavernosa (Doppler UtraSonografi)
2. Analisa gas darah intrakavernosa dapat membedakan jenis “ischemic” atau “non
ischemic”

Table : perbedaan priapismus iskemik dan non-iskemik

Low Flow (Iskemik) High Flow (Non Iskemik)

Onset Saat tidur Setelah trauma


Nyeri Mula-mula ringan Ringan sampai sedang
kemudian menjadi sangat
nyeri
Ketegangan Penis Sangat tegang Tidak terlalu tegang
Darah Kavernosa
 Warna Hitam Merah
 pO2 < 30 mmHg >50 mmHg
 pCO2 >80 mmHg < 50 mmHg
 pH < 7,25 >7,25
 Color Doppler Tidak ada aliran Ada aliran, ada fistula
 Arteriografi Pembuluh darah utuh Malformasi arterio-vena
Sumber : https://id.scribd.com/doc/188520814/Dasar-Dasar-Urologi

10
J. Penatalaksanaan
Tujuan penanganan pasien priapismus adalah untuk terjadinya detumesensi dan
mempertahankan fungsi ereksi.
a) Konservatif
 Pasien diminta untuk latihan dengan melompat-lompat dengan harapan terjadi
diversi aliran darah dari kavernosa ke otot gluteus
 Kompres dengan air es atau dengan larutan garam fisiologis dingin sehingga
dapat merangsang aktifitas simpatis sehingga memperbaiki aliran darah
kavernosa.
 Hidrasi yang baik dan anastesi regional
b) Aspirasi dan irigasi intrakavernosa
 Aspirasi 10 – 20 cc darah intrakavernosa dgn scalp vein no.21
 Instilasi 10 - 20 mg epinefrin yang dilarutkan dalam 1 cc larutan garam
fisiologis setiap 5 menit hingga detumesensi. (jika priapismus < 24 jam semua
kasus dapat sembuh)
c) Shunting (Jalan pintas) dari kavernosa : untuk jenis iskemik atau gagal
medikamentosa/ aspirasi
 Shunting korporo-glanular/ winter
 Shunting korporo-spongiosum
 Shunting saveno-kavernosum

I. Komplikasi
Priapismus iskemik dapat menyebabkan komplikasi yang serius. Darah yang
terperangkap dalam penis menjadi beracun terhadap jaringan. Jika ereksi berlangsung lebih
dari 4 jam, darah yang kekurangan oksigen akan mulai merusak jaringan penis. Sebagai
akibatnya, priapismus yang tidak ditangani dapat mengakibatkan :
 Disfungsi ereksi, ketidakmampuan penis menjadi atau bertahan untuk ereksi dengan
rangsangan seksual
 Impotensi

KESIMPULAN
Priapismus ada dua jenis, yaitu iskemik (in flow) dan non iskemik (hig flow).
Priapismus yang jenis iskemik onsetnya sangat nyeri. Fibrosis corpora akibat priapismus yang
persisten dapat menghasilkan infeksi jaringan dalam penis. Morbiditas kronis utama yang

11
berhubungan dengan semua tipe priapismus adalah disfungsi ereksi dan impotensi. Lama
gejala adalah faktor yang paling penting dalam menentukan hasil akhirnya. Suatu penelitian
Skandinavia terbaru melaporkan bahwa 92% pasien dengan priapismus yang kurang dari 24
jam tetap poten, dan hanya 22% pasien priapismus lebih dari 7 hari yang tetap poten

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi . 2nd ed. Jakarta : Sagung Seto;2009.


2. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. 3nd ed. Jakarta : EGC;2005.
3. Drogo K. Montague. Guideline on the Management of Priapism. 2003., Web,
https://www.auanet.org/education/guidelines/priapism.cfm. diakses pada tanggal 8
februari 2016
4. Hosam S Al-Qudah, Edward David Kim. Priapism treatment & management. Web,
http://emedicine.medscape.com/article/437237-treatment. diakses pada tanggal 8
februari 2016

12

Anda mungkin juga menyukai