(2) Karyawan dapat diberikan ijin tidak masuk kerja untuk waktu paling lama :
a. 3 (tiga) hari : dalam hal perkawinan karyawan sendiri.
b. 2 (dua) hari : dalam hal perkawinan anak karyawan.
c. 2 (dua) hari : dalam hal kematian istri, suami, orang tua/mertua,
anak, menantu karyawan.
d. 1 (satu) hari : dalam hal kematian saudara kandung atau anggota
keluarga lain yang serumah.
e. 2 (dua) hari : dalam hal istri karyawan melahirkan.
f. 2 (dua) hari : dalam hal khitanan, pembabtisan dan otonan pertama
g. anak karyawan.
Untuk mendapatkan ijin tidak masuk kerja tersebut, karyawan yang bersangkutan
harus mengajukan permohonan tertulis kepada HRD Department, kecuali dalam hal
kematian dan kelahiran anak.
Setiap karyawan :
a. Wajib menjaga suasana tenang dan tertib di lingkungan hotel.
b. Wajib berlaku sopan dan tertib dalam segala tingkah laku dan perbuatan (misalnya :
tidak tertawa keras-keras, tidak berteriak-teriak, tidak bercanda dan lain sebagainya).
c. Wajib berpenampilan rapi dalam hal berpakaian, memelihara rambut yang pantas dan
tidak diwarnai kecuali warna hitam.
d. Wajib mengenakan pakaian kerja dan name tag pada waktu bekerja.
e. Tidak memelihara kuku panjang dan tidak mewarnai kuku, tidak berkumis, tidak
berjenggot serta tidak bertato.
f. Tidak menindik dan memakai manik-manik, giwang/anting pada bagian tubuh yang
tidak lazim, dan bagi karyawan pria tidak dibenarkan memakai manik-manik,
giwang/anting.
g. Tidak memakai perhiasan yang berlebihan. (yang diperbolehkan, cincin kawin,
giwang/anting kecil, sederhana dan tidak mencolok).
(1) Setiap hari kerja karyawan diberikan fasilitas makan satu kali dalam satu sift kerja
sesuai dengan jadual waktu istirahat.
(2) Pada saat makan, setiap karyawan wajib menyerahkan/mencatatkan kupon makan
kepada petugas di ruang makan karyawan.
(3) Makan atau minum bagi setiap karyawan, harus dilakukan di tempat yang telah
ditentukan oleh Perusahaan.
(4) Karyawan tidak dibenarkan menggunakan peralatan makan dan minum yang
disediakan untuk tamu hotel.
(5) Setelah selesai makan di ruang makan, setiap karyawan wajib membereskan
peralatan makan/minumnya sendiri serta menjaga kebersihan ruang makan.
(6) Merokok diperbolehkan pada jam yang telah disediakan dan bukan ditempat makan
karyawan, Employee Dining Room (EDR).
(3) Bila diperlukan, HRD Manager bersama Security berwenang melakukan pemeriksaan
locker karyawan tanpa pemberitahuan lebih dahulu kepada karyawan yang
bersangkutan, untuk itu duplikat kunci locker disimpan oleh HRD Department.
(4) Kehilangan/kerusakan kunci locker yang disebabkan oleh kelalaian karyawan, maka
biaya penggantian/perbaikan kunci tersebut dibebankan kepada karyawan yang
bersangkutan. Penggantian kunci locker hanya dilakukan oleh petugas dan tidak
dibenarkan dilakukan oleh karyawan sendiri.
LARANGAN –LARANGAN
(1) Setiap karyawan dilarang meminta dan atau menerima hadiah/pemberian dari pihak
ketiga atau supplier untuk kepentingan pribadi, yang diketahui atau patut diduga ada
hubungannya dengan jabatan/pekerjaanya.
(2) Yang dimaksud pemberian-pemberian dalam ayat 1 pasal ini adalah pemberian-
pemberian dalam bentuk uang, (potongan harga / komisi), barang maupun fasilitas
lainnya.
(3) Larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini berlaku juga untuk
kepentingan bagian atau departemennya.
(3) Dalam hal terjadi penjualan barang bekas milik Perusahaan, maka pelaksanaannya
diatur oleh General Manager dan hasil penjualan barang bekas tersebut untuk
kepentingan Perusahaan bukan untuk kepentingan departemen yang bersangkutan.
(1) Setiap karyawan dilarang melakukan perbuatan melanggar hukum maupun bertingkah
laku yang dapat merugikan Perusahaan.
(2) Perbuatan dan atau tingkah laku yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini antara lain
meliputi :
a. Melakukan pencurian, penggelapan, penipuan di lingkungan Perusahaan
b. Melakukan segala bentuk perjudian di lingkungan Perusahaan.
c. Berkelahi atau melakukan penganiayaan kepada pimpinan, bawahan, teman
sekerja, tamu hotel atau orang lain di lingkungan Perusahaan.
d. Mabuk karena minuman keras, membawa, memakai dan atau memperdagangkan
obat-obat terlarang (extacy, narkotika , dsb).
e. Dengan sengaja merusak barang-barang milik hotel, tamu atau milik karyawan
lain.
f. Menempel dan mencabut pengumuman pada papan pengumuman tanpa ijin dari
pimpinan yang berwenang.
g. Menyalahgunakan wewenang jabatan untuk kepentingan pribadi, atau orang lain
yang merugikan Perusahaan baik materiil maupun immateriil.
h. Mencemarkan nama baik Perusahaan.
i. Membocorkan rahasia Perusahaan.
j. Menghina secara kasar atau mengancam pimpinan, atasan, bawahan, tamu atau
teman sekerja.
k. Membujuk karyawan lain untuk melakukan perbuatan melanggar hukum.
l. Memeras atau meminta barang/uang dengan paksa terhadap atasan, bawahan,
tamu atau teman sekerja.
m. Memberikan keterangan palsu yang berkaitan dengan hubungan kerja dalam arti
yang seluas-luasnya.
n. Tidak sedang bertugas mengenakan pakaian seragam kerja di luar hotel atau
membawanya ke luar hotel tanpa ijin dari atasannya.
o. Melakukan perbuatan melanggar hukum selain tersebut di atas yang dilakukan
oleh karyawan di lingkungan Perusahaan.
5
6. LARANGAN MELAKUKAN PERBUATAN MELANGGAR TATA SUSILA
SANKSI-SANKSI
(1) Karyawan yang melanggar Tata Tertib Perusahaan atau melakukan perbuatan
melanggar hukum dan bertingkah laku yang dapat merugikan Perusahaan akan
dikenakan sanksi sesuai dengan bobot dan jenis kesalahannya.
(2) Sanksi yang dapat dikenakan seperti tersebut pada ayat 1 pasal ini, adalah :
a. Teguran, merupakan tindakan yang diambil oleh pimpinan terhadap karyawan
yang diduga telah melakukan kesalahan atau pelanggaran.
b. Peringatan tertulis (reprimand), peringatan merupakan tindakan lebih lanjut dari
teguran yang pernah disampaikan secara lisan maupun tertulis oleh pimpinan
kepada karyawan yang telah diberi teguran, namun ternyata mengulangi
kesalahan atau pelanggaran lagi.
- Surat Peringatan I mempunyai masa berlaku selama 6 (enam) bulan.
- Surat Peringatan II mempunyai masa berlaku selama 6 (enam) bulan.
- Surat Peringatan III merupakan surat peringatan terakhir.
Apabila karyawan sudah diberi Surat Peringatan III, dan ternyata melakukan
pelanggaran lagi maka akan dikenakan sanksi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
c. Skorsing (pemberhentian untuk sementara waktu).
d. Pemindahan tugas
e. Penurunan tingkat jabatan
f. Pemotongan gaji
g. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
h. Menyerahkan masalahnya kepada pihak yang berwajib.
6
(1) Karyawan yang diduga melakukan pelanggaran serius dapat dikenakan tindakan
pembebasan tugas untuk sementara waktu, guna kepentingan pemeriksaan, sampai
ada keputusan lebih lanjut.
(2) Karyawan yang dikenakan pembebasan tugas untuk sementara waktu, gaji, tunjangan
dan uang service akan dipotong sesuai dengan perbandingan jumlah hari karyawan
tidak masuk .
(3) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata :
a. Karyawan tidak bersalah, maka ia akan segera dipekerjakan kembali dengan
menerima seluruh kekurangan gaji yang dipotong selama pembebasan tugas untuk
sementara waktu dan merehabilitasi namanya.
b. Karyawan bersalah, maka karyawan tersebut dikenakan sanksi sesuai dengan
kesalahannya.
c. Dalam hal kesalahan yang dilakukan mengakibatkan karyawan yang bersangkutan
dikenai sanksi pemindahan tugas dan atau penurunan jabatan, maka gaji dan
fasilitas yang diterimanya akan disesuaikan dengan jabatan yang baru.
ATURAN KHUSUS
(1) Dalam hal karyawan menerima pemberian hadiah yang tidak dapat ditolak,
(misalnya: uang, barang atau fasilitas) dari supplier atau pihak lain yang berkaitan
dengan tugas atau jabatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, maka pemberian
hadiah tersebut wajib diserahkan kepada Perusahaan melalui atasan.
(2) Pemberian hadiah sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini, akan digunakan
untuk kepentingan bersama seluruh karyawan yang pelaksanaannya diatur oleh
General Manager dan bukan untuk keperluan bagian/ departemennya.
(3) Dengan mengecualikan Pasal 8 a, karyawan dapat diijinkan melakukan pekerjaan lain
di luar Perusahaan dengan syarat sebagai berikut:
a. Sebagai tenaga pengajar tidak tetap pada suatu lembaga pendidikan yang sesuai
dengan jabatan/profesi karyawan di Perusahaan.
b. Karyawan yang bersangkutan wajib terlebih dahulu meminta ijin tertulis kepada
General Manager atau Pimpinan Perusahaan.
c. Tidak menggunakan waktu bertugas karyawan.
d. Memperhatikan waktu mengajar agar tidak mengganggu kesehatan dan tanggung
jawab pekerjaan.
e. Dalam situasi dan kondisi tertentu wajib mengutamakan kepentingan Perusahaan.