OLEH:
I GUSTI AYU PUTU WAHYUNDARI
NIP. 19880512 201012 2 005
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi nilai DUPAK Tahun 2018. Harapan kami
laporan ini dapat digunakan sebagai dukungan dalam melakukan pengelolaan terhadap pantai
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
cukup besar. Sebagian dari pusat-pusat pariwisata di Pulau Bali berkembang pesat di
daerah pantai. Banyak orang yang tertarik pada daerah pantai karena terbukanya peluang
ekonomi baik dalam sektor industri pariwisata, perhubungan dan perikanan. Namun
demikian, kondisi lingkungan pantai sangat rentan terhadap kerusakan yang disebabkan
oleh erosi, hantaman gelombang dan air pasang tinggi sehingga nilai ekonomi daerah
Penanganan erosi atau kerusakan pantai menjadi salah satu bagian dari tugas
pokok dan fungsi Kementerian Pekerjaan Umum yang dalam implementasiya harus
Untuk menangani masalah abrasi di beberapa lokasi pantai di Pulau Bali telah dilakukan
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2009), belum ada sistem atau peraturan
yang secara spesifik mengatur upaya recovery langsung biaya investasi yang dikeluarkan
pemanfaat atau stakeholder pantai tidak memungkinkan untuk dilakukan. Oleh karena itu
perlu dipikirkan suatu upaya untuk mendorong para stakeholder untuk berperan secara
1
Pemangku kepentingan daerah pantai atau stakeholder terdiri atas elemen
pemerintah, swasta dan masyarakat umum. Bertemunya berbagai elemen yang masing-
pemanfaatan daerah pantai sering kali membuat pola pengelolaan daerah pantai yang
rentan tererosi menjadi kompleks. Kebutuhan dan permintaan dari berbagai elemen
diakomodasi dan menjadi masukan dalam perencanaan dan desain pekerjaan pengamanan
pantai.
pemangku kepentingan tersebut telah terpenuhi oleh pihak pemerintah sebagai inisiator,
pelaksana, dan penanggung jawab pekerjaan, maka pihak swasta dan masyarakat umum
dalam meningkatkan kinerja pengelolaan sumber daya air, peran serta masyarakat
merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Kebijakan sektoral, sentralistik, dan top-down
tanpa melibatkan masyarakat sudah tidak sesuai dengan perkembangan global yang
wewenang lebih luas kepada masyarakat, agar masyarakat mampu memecahkan berbagai
masyarakat bertujuan untuk mencari solusi permasalahan lebih baik dalam suatu
2
komunitas, dengan membuka lebih banyak kesempatan bagi masyarakat untuk memberi
berkelanjutan.
dalam pengelolaan suatu daerah. Mutaqin (2006) menyebutkan bahwa pada masing-
masing sub sistem drainase, kriteria partisipasi masyarakat memberikan kontribusi bobot
paling besar, yaitu diatas 10%. Partisipasi masyarakat yang merupakan basis dalam
pengelolaan kinerja sistem jaringan drainase yang berkelanjutan dapat ditunjukkan pada
pengelolaan jaringan irigasi Mendut belum berjalan karena masih terdapat banyak elemen
pemberdayaan masyarakat yang belum berjalan, seperti iuran irigasi yang belum berjalan,
Pemeliharaan Pantai Kuta berbasis partisipasi dari pihak hotel sudah ada pada
era sebelum pelaksanaan proyek Pengamanan Pantai Kuta, misalnya kerjasama antara
Desa Adat Kuta khususnya Satgas Pantai Kuta dan Hotel Bali Hai (sekarang Hotel Holiday
Inn). Dalam hal ini DKP bertindak sebagai penyedia alat-alat berat dan operator untuk
mengembalikan pasir yang tererosi ke posisi semula (di depan hotel), pihak Satgas Pantai
Kuta bertindak sebagai pengawas lapangan dan pihak hotel sebagai penyedia dana.
Kerjasama tersebut menunjukkan bahwa pihak hotel bersedia mengeluarkan biaya ekstra
untuk mempertahankan keberadaan pasir di depan hotel sebagai salah satu unsur layanan
3
Peran serta setiap komponen stakeholder masih rancu, kurang jelas dan tidak
spesifik. Hal ini menyebabkan pola hubungan antar komponen stakeholder menjadi
tumpang tindih, terjadi peran serta yang tidak efektif dan kurang efisien. Masalah ini akan
bertambah tajam apabila disertai dengan tidak transparannya pengelolaan dana sehingga
stakeholder belum bisa dikatakan maksimal karena belum dilaksanakan oleh semua pihak,
sehingga perlu dikaji seberapa besar peran serta stakeholder dalam pemeliharaan pantai di
Bali serta upaya yang bisa dilakukan agar peran serta tersebut tidak berlangsung sesaat.
Lokasi yang diambil untuk penelitian adalah kawasan Kuta dan Nusa Dua karena
pantai yang ada di Bali. Selain itu daerah tersebut merupakan kawasan pariwisata dengan
asumsi cukup mewakili kawasan pantai yang lain dimana hamper seluruh pantai di Bali
2. Apa upaya yang bisa dilaksanakan dalam meningkatkan peran stakeholders dalam
4
2. Mencari upaya yang bisa dilaksanakan dalam meningkatkan peran stakeholders
informasi dan wawasan yang lebih luas mengenai peran serta stakeholders dalam
Badung serta upaya peningkatan peran tersebut sehingga bermanfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Wilayah Pantai adalah jalur yang merupakan pertemuan antara darat dan laut.
Kawasan ini mempunyai geosfer yang khusus ke arah laut dibatasi oleh pengaruh fisik laut
dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah darat dibatasi oleh pengaruh proses alami
dan kegiatan manusia terhadap lingkungan darat. (Direktorat Bina Teknik, 2003).
Yuwono (1999) menyebutkan bahwa daerah pantai terdiri dari perairan pantai dan
Daerah Pantai
HWL
Sempadan LWL
pantai
Pantai
Perairan Pantai
Daratan pantai
Fungsi pantai secara alami adalah sebagai pembatas antara darat dan laut, tempat
hidup biota pantai, tempat sungai bermuara, tempat hunian nelayan, tempat wisata, tempat
usaha, tempat budidaya pantai, sumber bahan bangunan dan sebagainya. Pantai dikatakan
rusak apabila terjadi kemunduran garis pantai akibat erosi atau abrasi yang menyebabkan
kerusakan atau mengancam keamanan prasarana dan sarana yang ada di pantai.
6
2.2 Potensi dan Permasalahan Kawasan Pantai
sebagai sumberdaya dapat pulih (renewable resources), sumberdaya tidak dapat pulih (non
lingkungan meliputi fungsi kawasan pantai dan lautan sebagai tempat rekreasi dan
pariwisata, media transportasi, sumber energi, fungsi ekologis dan lain lainnya. Fungsi
pantai sebagai tempat rekreasi dan pariwisata utamanya mengandalkan keindahan dan
keaslian alam. Perubahan dan kerusakan lingkungan pantai akan dapat mempengaruhi
sektor ini.
Daerah pantai disamping mempunyai potensi yang cukup besar juga mempunyai
a. Permasalahan Fisik
alami pantai (penebangan pohon pelindung pantai, penambangan pasir dan terumbu
intrusi air laut, ancaman tergenangnya dataran rendah pantai akibat kenaikan muka air
laut (sea level rise) yang disebabkan oleh efek rumah kaca, perkembangan permukiman
pantai yang tidak terencana (permukiman kumuh), pemanfaatan daerah pantai yang
tidak sesuai dengan potensi pantai dan air baku yang terbatas (terutama untuk daerah
7
kepulauan). Permasalahan ini adalah permasalahan paling menonjol bagi Kementerian
Pekerjaan Umum, karena kementerian inilah yang bertanggung jawab penuh dalam
b. Permasalahan Hukum
memadai dalam rangka pengelolaan daerah pantai. Misalnya perangkat hukum yang
pantai, penambangan pasir dan karang dan pemotongan tanaman pelindung pantai.
Disamping itu pemahaman hukum oleh masyarakat yang masih kurang, misalnya
membuang limbah ke pantai tanpa diproses dan membangun tempat usaha tanpa
daerah pantai dan tidak menyadari bahwa tindakan yang dilakukan mungkin dapat
berada di sempadan pantai, penambangan pasir dan terumbu karang dan pembuatan
d. Permasalahan Institusi
Sampai saat ini belum tersedia institusi yang mampu mengkoordinir kegiatan
yang berada di daerah pantai dengan baik. Berbagai instansi seperti Pekerjaan Umum,
Perhubungan semua melakukan kegiatan di daerah pantai namun masih bergerak secara
sektoral. Dengan demikian pengelolaan daerah pantai belum dapat dilakukan secara
optimal.
8
e. Permasalahan Lingkungan
terjadinya perubahan fungsi lahan, intrusi air laut, kerusakan dan berkurangnya luasan
berkelanjutan.
pengelolaan pantai yang arif perlu terus dikembangkan. Pada prinsipnya pengelolaan
3. Melindungi keselamatan manusia, harta benda dan kegiatan ekonominya dari bahaya
yang datang dari laut, dengan tetap memperhatikan aspek ekologi, kultur, sejarah,
Sumber Daya Air ada lima aspek penting dalam pengelolaan pantai, yaitu:
9
2. Pendayagunaan Daerah Pantai
a) Upaya pencegahan
b) Upaya penanggulangan
c) Upaya pemulihan
5. Pemberdayaan stakeholders
c) Pemberdayaan masyarakat
Saat ini manusia mulai menyadari keterbatasan daerah pantai sebagai tempat untuk
hidup, bekerja, bermain dan sebagai salah satu sumber dari sumber daya yang berharga.
Hal ini telah timbul sehubungan dengan adanya desakan yang berlebihan, pembangunan
yang berlebihan di beberapa daerah dan kerusakan dari sumber daya yang berharga oleh
10
urbanisasi, akses, polusi, degradasi lingkungan dan bencana-bencana alam. Permasalahan
dapat juga berkaitan dengan hubungan yang buruk atau koordinasi yang tidak efisien
pemanfaatan kawasan pantai atau persepsi yang sama antara pembuat keputusan bahwa
umum, daratan pantai) dari ancaman gelombang, abrasi maupun erosi, dan juga bertujuan
untuk melindungi perlindungan alami pantai hutan mangrove, terumbu karang, sand
Pada pantai yang stabil, secara alami terdapat sistem perlindungan terhadap erosi
pantai. Sistem perlindungan ini meliputi sumber suplai sedimen dan ekosistem yang
berperan mempertahankan garis pasir. Untuk pantai berpasir, sumber suplai sedimen dapat
berupa timbunan pasir di sisi belakang pantai (sand dunes), gosong pasir sejajar pantai
(longshore bar) dan sumber sedimen lain baik dari sungai yang bermuara di pantai ataupun
aktifitas organisme.
antara lain:
adalah pemecah gelombang, tembok laut (revetment), groin atau jetty, dapat digunakan
11
Tanjung buatan adalah salah satu metoda sistem perlindungan pantai di mana garis
pantai diarahkan sedemikian rupa supaya sejajar dengan puncak gelombang datang,
Gelombang datang akan mengalami proses difraksi sesuai dengan bentuk tanjung sehingga
garis pantai akan menanggapi perubahan tersebut dengan mensejajarkan dirinya dengan
puncak gelombang. Peristiwa ini terjadi secara alami ketika alam “membentuk” garis
pantai menjadi bentuk lengkungan (teluk) di antara tanjung alam (natural headlands).
Pengisian pasir bertujuan untuk mengganti pasir yang hilang akibat erosi dan abrasi
dan memberikan perlindungan pantai dalam bentuk sistem tanggul pasir (dune-beach
system). Pasir yang diisikan (borrow sand) diambil dari suatu lokasi (borrow area) dengan
sifat-sifat fisik yang tidak berbeda jauh dengan sifat-sifat pasir asal (native sand). Hal yang
harus diperhatikan adalah lokasi pasir harus memiliki kedalaman yang cukup sehingga
pertambahan kedalaman akibat penggalian pasir tidak mempengaruhi pola gelombang dan
arus yang pada gilirannya akan mengakibatkan erosi dan abrasi ke pantai-pantai di
sekitarnya. Pengisian pasir disukai karena ramah lingkungan dan biasanya dikombinasi
Drainase pantai merupakan salah satu inovasi baru dalam pengamanan pantai yang
tererosi. Metoda ini dilaksanakan dengan membuat pipa-pipa berlubang yang ditanam
sejajar pantai dengan susunan dan jarak tertentu dan dihubungkan dengan pompa.
Mekanisme kerja metoda ini adalah ketika gelombang pecah di pantai dan terjadi
run-up akibat gesekan dasar (bottom friction), air laut yang kembali ke pantai membawa
12
material pasir. Hal ini diatasi dengan “menarik air” sebelum kembali ke laut melalui pipa-
Hutan bakau merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sebagian sub tropis,
yang didominasi oleh beberapa jenis pohon yang mampu tumbuh dan berkembang pada
daerah pasang surut pantai berlumpur (land marshes) biasanya di sekitar muara
sungai/estuari.
f. Tanpa Pengamanan
Alternatif ini dilakukan dengan menerapkan suatu zona penyangga (buffer zone),
di mana dalam zona tersebut tidak diperkenankan keberadaan bangunan atau pemanfaatan
lahan pantai, karena pada zona tersebut diperuntukkan sebagai kawasan kritis yang
memiliki risiko tinggi terhadap kerusakan akibat gelombang (high hazard zone).
dampak, baik langsung maupun tidak langsung dari suatu kegiatan, termasuk mereka yang
tersebut, baik positif maupun negatif. Dengan demikian, yang dimaksud dengan
stakeholders adalah semua pihak yang mempengaruhi, dan atau dipengaruhi oleh
kebijakan, keputusan, dan tindakan sistem. Penggunaan istilah "semua", itu berarti bahwa
stakeholders tersebut dapat bersifat individual, masyarakat, kelompok sosial atau institusi
dalam berbagai ukuran, kesatuan atau tingkat dalam masyarakat. Oleh karena itu,
dan organisasi-organisasi lain, serta kelompok pengguna yang bersifat komersial maupun
13
Stakeholders dikategorikan menjadi stakeholder utama dan stakeholder
permasalahan dari berbagai sisi, karena masalah yang dihadapi stakeholders biasanya
pola pikir dari para ahli dari berbagai bidang ilmu (interdisipliner).
dan Evaluasi Proyek Bali Beach Conservation Project (BBCP), (2009), stakeholder utama
dalam pengamanan dan pemeliharaan pantai di kawasan Kuta adalah pemerintah yang
terkait dengan pembangunan dan pengelolaan daerah pantai mencakup Direktorat Sumber
ringkas, kewenangan dan peran dasar yang dilaksanakan oleh instansi induk dan unit-unit
pelaksana dari institusi pemerintah yang terkait dengan pembangunan daerah pantai yang
Kecamatan Kuta adalah pihak swasta yang terkait dalam pembangunan dan pemanfaatan
daerah pantai serta masyarakat umum. Elemen pemangku kepentingan swasta adalah para
pemegang hak atas tanah (pantai), para pengembang dan pelaksana, dan asosiasi pelaku
bisnis di daerah pantai. Pemegang salah satu hak atas tanah tersebut mempunyai
Dalam mengimplementasikan hak tersebut, ada diantara pemegang hak atas tanah yang
mengaku bahwa haknya juga mencakup bagian tanah yang telah musnah karena erosi.
Kenyataannya, bagian tanah yang tererosi ini telah menjadi wilayah pantai, yaitu daratan
yang berada di bawah pengaruh pasang-surut air laut. Pengakuan semacam ini diajukan
atas dasar dokumen kepemilikan hak yang diterbitkan oleh instansi pemerintah.
14
Bertentangan dengan klaim tersebut, ada ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
Republik Indonesia yang menyatakan bahwa tanah yang telah musnah termasuk musnah
karena tererosi, hilang pula kepemilikan hak atas tanah itu. Perbedaan pemahaman tentang
pantai dengan pihak yang mengaku sebagai pemegang hak atas tanah (yang telah musnah).
pengembang dan pelaksana yaitu pemegang hak atas tanah atau mereka yang bermitra
dengan pemegang hak atas tanah yang ada atau investor lainnya serta asosiasi bisnis di
daerah pantai. Asosiasi bisnis di daerah pantai adalah organisasi yang dibentuk oleh para
pebisnis yang beroperasi di daerah pantai, antara lain pemilik dan atau operator hotel,
restoran dan usaha pariwisata. Ada tiga perhimpunan utama yang berkaitan dengan sektor
pariwisata yaitu Asosiasi Hotel Bali (BHA), Asosiasi Bisnis Pantai Kuta (SKBBA), dan
Kuta Executif Club (KEC). Selama ini asosiasi bisnis ini tidak secara langsung berperan
serta dalam pengelolaan daerah pantai, baik secara organisasi maupun secara individu
anggotanya, namun sesungguhnya mereka adalah penerima manfaat langsung dari hasil
pekerjaan pengamanan pantai. Adapun hotel yang berlokasi di Kuta adalah 107 hotel yang
terdiri dari 1 hotel bintang satu, 20 hotel bintang dua, 35 hotel bintang tiga, 25 hotel bintang
empat, 7 hotel bintang lima dan 19 hotel tanpa bintang (www.booking.com/Kuta). Selain
itu ada beberapa organisasi yang terbentuk dalam pengelolaan pantai antara lain Balawista
Daerah Kabupaten Badung. Tugas utamanya adalah mengawasi pantai dan menyediakan
informasi yang menyangkut daerah aman untuk berenang dan berolahraga air. Satgas
15
Pantai Kuta adalah sebuah gugus tugas yang dibentuk oleh Desa Adat guna menyediakan
keamanan dan keselamatan di dalam kelompok masyarakat dan juga mengatur kegiatan
pedagang setempat.
pekerjaan pengamanan pantai terutama warga atau penduduk yang bertempat tinggal di
sepanjang daerah pantai. Ciri khas masyarakat Bali direpresentasikan oleh lembaga Desa
Adat yang mempunyai otoritas yang dominan, termasuk dalam hal pengelolaan daerah
pantai yang merupakan unsur palemahan dalam pemahaman hukum adat (awig-awig
desa). Warga masyarakat lain yang juga terkait dengan pengelolaan daerah pantai yaitu
mereka yang bekerja atau mempunyai mata pencaharian di daerah pantai. Warga
masyarakat lain ini umumnya berada dalam salah satu kelompok usaha atau profesi
tertentu seperti kelompok nelayan, kelompok pedagang acung, kelompok penyewaan surf-
pengamanan dan pemeliharaan pantai karena berbagai macam bagian pekerjaan yang
tercakup dalam proyek pengamanan pantai adalah penyediaan fasilitas dan kemudahan
bagi para wisatawan dan atau pengunjung pantai, termasuk pengisian pasir yang
memerlukan porsi terbesar dari biaya proyek. Dari para wisatawan dan atau pengunjung
pantai inilah sesungguhnya recovery sebagian dari biaya investasi yang dikeluarkan dapat
diperoleh.
16
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
pada jaman orde baru, pengelolaan pantai Kuta dipegang oleh pemerintah, namun kini
pengelolaannya ada di tangan lembaga desa adat. Perubahan ini memerlukan pemahaman
total dan sistem koordinasi antar stakeholders yang tegas dan jelas. Argumentasi tersebut
dipertegas dengan pernyataan Bapak Lurah Kuta mengenai pengelolaan Pantai Kuta
dimana pengelolaan pantai harus melibatkan komponen masyarakat lokal yang tidak
berbasis budaya dengan target menjadikan Kuta aman, nyaman dan terpelihara. Salah satu
hal yang telah dilakukan pemerintah dan masyarakat adalah dengan membentuk Satgas
(Satuan Tugas) sebagai pengelola pantai untuk membantu tugas dalam pengelolaan pantai,
dimana desa adat bersama satgas pantai melakukan penanaman karung-karung pasir yang
dibantu oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Badung guna menghindari rusaknya pantai.
Tindak lanjut dari pengamanan dan pemeliharaan pantai Kuta dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Badung berupa program Penataan Kawasan Pantai Kuta yang
mensyaratkan keterlibatan stakeholder dengan membentuk forum warga yang diberi nama
Parum Samigita. Parum Samigita adalah institusi lokal yang mewakili masyarakat
Samigita (Seminyak, Legian dan Kuta). Parum Samigita berkaitan dengan adanya
17
Menurut Laporan Monitoring dan Evaluasi Proyek Bali Beach Conservation
Project (BBCP) (2009), Desain pengamanan pantai Kuta yang dilakukan Dinas PU
Provinsi Bali dengan Departemen PU yang bekerja sama dengan pemerintah Jepang yang
berupa 3 (tiga) groin berbentuk Y dan 1 (satu) breakwater diselesaikan pada Tahun 1998,
namun desain tersebut tidak dapat diterima bahkan ditolak oleh masyarakat karena
dianggap mengurangi ombak di pantai Kuta. Akhirnya setelah melalui proses sosialisasi
dan koordinasi serta penyelesaian yang cukup lama dan pendekatan yang berbeda dengan
dibantu pihak-pihak lain dapat dihasilkan alternatif desain pada tahun 2003. Perubahan
mendasar pada rencana desain tahun 2003 adalah tidak digunakannya groin atau krib.
Selain itu rencana pengamanan Pantai Kuta diperluas tidak hanya penanganan tapi juga
penataan untuk kawasan pantai Seminyak dan Legian. Rencana desain tahun 2003 meliputi
Conservation Project yang berakhir pada Tahun 2008. Operasi dan pemeliharaan serta
pengisian pasir yang rencananya dilakukan tiap tahun sampai saat ini belum dilakukan
sepenuhnya akibat keterbatasan biaya yang dimiliki pemerintah sehingga terjadi abrasi di
beberapa titik di pantai Kuta. Hal ini tentu perlu ditindak lanjuti dengan bantuan
Wilayah Sungai Bali-Penida, Dinas PU Provinsi Bali maupun Dinas PU Kabupaten Badung
adalah dalam hal pengamanan dari abrasi yaitu dengan pembangunan dan perbaikan
penganggulangan kebersihan. Namun, implementasi saat ini lebih banyak dalam perbaikan
18
kebersihan lebih banyak dikelola oleh satgas pantai dari masyarakat. Munculnya
pelestarian pantai belum mendapat pengakuan dari pemerintah. Otoritas masyarakat adat
yang diberi kewenangan dalam mengelola pantai dianggap belum terlibat dalam usaha
pemeliharaan dan pengamanan pantai, tetapi lebih menekankan kegiatan yang bersifat
kawasan pantai juga menyebabkan kumuhnya daerah pantai. Selain itu bangunan permanen
yang mulai dibangun tersebut dapat menyebabkan sulitnya manajemen pemindahan pasir
yang dilakukan oleh pemerintah, baik oleh Balai Wilayah Sungai Bali-Penida, Dinas PU
Provinsi Bali maupun Dinas PU Kabupaten Badung dimana maksud dari pemindahan pasir
ini adalah mengembalikan garis pantai yang berubah akibat erosi yang terjadi ke posisi
semula. Posisi semula adalah posisi setelah dilakukannya pengamanan pantai Bali Beach
Conservation Project oleh pemerintah provinsi yang bekerja sama dengan pemerintah
Jepang. Pemindahan pasir ini dilakukan dari lokasi yang mendapat suplai pasir akibat arus
dan gelombang yang mengakibatkan perubahan garis pantai ke lokasi yang terabrasi.
Permasalahan lain yang dihadapi oleh pemerintah sebagai lembaga yang berwenang
dalam penangan permasalahan pantai di Kecamatan Kuta adalah adanya berbagai kendala
dalam melakukan tugasnya. Pihak pemerintah dalam hal ini memiliki keterbatasan baik
dari ruang gerak, wilayah kerja, pendanaan dan tenaga ahli untuk melakukan usaha
pengamanan pantai dapat dilakukan secara mandiri oleh salah satu instansi pemerintah,
namun memerlukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait. Keterbatasan ruang
gerak pemerintah (instansi teknis) karena adanya otoritas wilayah hukum, wilayah kerja,
19
pembagian tugas, garis koordinasi juga dapat menimbulkan kelambanan birokrasi yang
Sedangkan sumber pendapatan daerah sangat terbatas, dan belum digali secara optimal.
Dari hasil wawancara dengan responden dari pihak swasta menyatakan bahwa pihak
yang diakibatkan oleh abrasi, dan fenomena alam lainnya, karena pihak swasta ikut
peralatan dan dana secara mandiri, namun hasil yang dicapai dalam penanganan tersebut
dirasa kurang maksimal. Dari hasil wawancara, sebagian besar pihak swasta menyatakan
bahwa usaha pengamanan dan pemeliharaan pantai hendaknya dilakukan oleh pemerintah
karena dianggap memiliki potensi dan kemampuan dalam pengelolaan pantai terutama
kemampuan teknis yang baik dan tepat. Pengusaha bersedia memberikan kontribusi berupa
materi untuk kegiatan pengamanan dan pemeliharaan pantai, asalkan dikelola dengan baik
dan benar serta pasti oleh pihak yang berwenang dan memiliki otoritas yang sah.
Masalah besarnya dana yang diperlukan untuk penanggulangan abrasi dikeluhkan oleh
beberapa pihak hotel yang mengalami masalah abrasi. Pihak swasta berpendapat agar
pemerintah mengeluarkan aturan tentang biaya yang diperlukan untuk pengamanan pantai
sehingga tidak ada kesenjangan dalam pengeluaran biaya dari masing-masing hotel.
20
Perwakilan dari Kartika Plaza mengatakan kontribusi untuk pemeliharaan dan
pengamanan pantai sudah rutin dilakukan, karena setiap tahunnya ada anggaran untuk
kegiatan tersebut. Yang dibutuhkan dari perhatian pihak Pemerintah adalah kebutuhan
tenaga ahli yang memahami masalah tentang bangunan pengaman pantai untuk menangani
masalah abrasi pantai yang terus menerus terjadi setiap tahunnya. Pihak hotel juga
berpendapat agar diadakan sosialisasi/ penyuluhan dengan frekuensinya yang lebih besar
Pengelolaan pantai yang dilakukan oleh desa adat dianggap belum maksimal oleh
pihak swasta. Mereka beranggapan bahwa perlu diadakan organisasi atau lembaga
pemerintah yang mengawasi kinerja desa adat untuk mengurangi resiko kesalahan dalam
pengusaha) sering kali memiliki kepentingan yang berbeda terhadap penggunaan pantai.
Saat ini pantai di Kecamatan Kuta dikelola oleh desa adat dan pelaksanaannya
dilakukan oleh satuan tugas (satgas) pengelola pantai. Dengan diberikannya rekomendasi
kewenangan oleh Bupati tentang pengelolaan pantai kepada desa adat, maka dengan
sendirinya desa adat menjadi pusat kewenangan dan sekaligus pusat informasi tentang
pantai Kuta. Apapun yang dilakukan orang terhadap pantai Kuta dan informasi apapun
yang diperlukan yang berkait dengan pantai Kuta maka pusat kewenangan dan
informasinya akan ditujukan atau dipusatkan pada desa adat. Pemberian otoritas kepada
desa adat dalam pengelolaan pantai dilakukan dengan mengacu pada Perda Provinsi Bali
Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman. Penyerahan pengelolaan pantai Kuta
menjadikan kewenangan pengelolaan berpusat pada Desa Adat Kuta. Pusat kewenangan
yang tersentral pada desa adat ini berimplikasi secara lebih luas dalam bidang pengelolaan
21
dan ijin-ijin investasi dalam segala skala (besar dan kecil) yang terjadi di pantai-pantai yang
Kewenangan yang telah diberikan Bupati kepada desa adat dalam pengelolaan pantai
Kuta ini berimbas pada naiknya posisi tawar desa adat terhadap semua pihak seperti
pengusaha dalam hal berurusan dengan pantai di Kecamatan Kuta. Disamping naiknya
posisi tawar desa adat tentu desa adat juga secara langsung akan mendapatkan konsensi
ekonomi yang cukup besar dan potensial dalam pengelolaan pantai Kuta.
Dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, desa adat dan warga desa adat
telah menganggap pantai Kuta sebagai sebuah aset yang harus dipelihara sehingga
memungkinkan memberikan hasil yang bermanfaat bagi desa adat dan warganya.
Anggapan tersebut merupakan hal yang dapat membangun keterlibatan dan partisipasi
kemampuan desa adat dalam pengelolaan pantai yang menyeluruh, dirasa perlu adanya
saling kerjasama yang difasilitasi pemerintah dengan semua pihak yang terlibat di
kompetensi yang dibutuhkan dalam pengelolaan pantai Kuta secara utuh dan lengkap.
Kendala yang dialami oleh masyarakat dalam pengelolaan pantai adalah masalah
ekonomi. Pada sisi lain masyarakat juga memiliki ketakutan jika pantai bersih dan tertata
22
3.2 Analisis Peran Serta Stakeholders terhadap Pengamanan dan Pemeliharaan Pantai
di Kecamatan Kuta
serta pemerintah adalah yang paling dominan yang artinya dari ketiga pihak tersebut
menilai bahwa pemerintah memiliki peran tertinggi dalam pengamanan dan pemeliharaan
pantai Kuta. Dari hasil wawancara, sebagian besar responden menyatakan bahwa
pemerintah telah terlibat secara langsung dalam pengamanan dan pemeliharaan pantai dan
dengan pernyataan tersebut namun tidak sedikit responden yang menyatakan tidak setuju.
Perbedaan persepsi itu disebabkan oleh perbedaan pengetahuan yang dimiliki stakeholders
dimana banyak kalangan yang belum tahu mengenai ada tidaknya kebijakan dan lembaga
walaupun tingkat peran serta pemerintah sudah dianggap tinggi. Kinerja pemerintah dalam
pengelolaan pantai diharapkan bisa semakin meningkat baik dari segi kebersihan,
infrastruktur dan keamanannya. Kinerja pemerintah tentu juga harus dibarengi oleh
masyarakat dan pihak swasta sehingga pengelolaan pantai melibatkan semua stakeholders
baik pemerintah, pihak swasta maupun masyarakat. Bentuk partisipasi masyarakat dan
23
pihak swasta yang diharapkan oleh pemerintah adalah partisipasi yang dikoordinir oleh
pemerintah dimana pihak swasta juga ikut berpartisipasi aktif bersama masyarakat. Namun
hal tersebut masih belum dapat berjalan baik terkait kendala yang ditemukan di lapangan
yakni perbedaan kepentingan antar stakeholder serta koordinasi yang belum berjalan
dengan baik.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat peran serta pihak swasta adalah yang ketiga
yang artinya responden menilai bahwa pihak swasta memiliki peran terendah dalam
pengamanan dan pemeliharaan pantai Kuta. Hasil kuisioner menyatakan bahwa sebagian
besar pihak swata belum mengetahui peran masing-masing dengan jelas, dimana beberapa
pihak swasta telah terlibat secara langsung dalam pengamanan dan pemeliharaan pantai
namun banyak pihak yang tidak ikut terlibat dalam pengelolaan pantai padahal peran
tersebut sangatlah penting dalam menjaga kelestarian pantai. Namun hampir sebagian besar
pihak hotel yang mengisi kuisioner menyanggupi dan berkomitmen untuk ikut berperan
serta dalam pengaman dan pemeliharaan pantai Kuta. Mereka pada dasarnya merasa sudah
ikut berpartisipasi dalam pengamanan dan pemeliharaan pantai dengan cara mengeluarkan
biaya untuk kegiatan tersebut serta melakukan usaha-usaha pencegahan abrasi di lokasi
Dari berbagai pendapat yang disampaikan pihak pengelola hotel, mereka sepakat
Kabupaten Badung yang bekerja sama dengan Dinas PU Provinsi Bali. Pihak pengelola
hotel akan merasa lebih nyaman jika yang memegang kendali atau mempunyai otoritas
24
sebagai pemegang otoritas dan penanggung jawab pengamanan dan pemeliharaan pantai
diharapkan tidak ada informasi, persepsi dan interpretasi yang salah terhadap upaya
pengamanan dan pemeliharaan pantai Kuta. Informasi dan metode penanganan pantai
mulai dari proses perencanaan sampai dengan tahap pengawasan akan menjadi baku dan
terstandar sehingga mereka anggap akan lebih mudah untuk dipahami, dilaksanakan dan
membayar pajak yang harus disetorkan secara rutin kepada negara. Namun negara melalui
Mereka juga menyatakan bahwa pelayanan publik belum berhasil diwujudkan dengan baik
lainnya.
terhadap metode dan cara pengamanan dan pemeliharaan pantai sekaligus membuat standar
yang baku sehingga mudah untuk dilaksanakan. Sebagian besar pengelola hotel yang
mengisi kuisioner akan ikut mendukung dan melaksanakan program pemerintah yang
berkait dengan pengamanan dan pemeliharaan pantai di Kecamatan Kuta jika pemerintah
wilayah Kuta. Komitmen yang diharapkan pengelola hotel terhadap pemerintah antara lain
infrastruktur dan fasilitas publik yang ada di kawasan Kuta sangat tidak memadai bahkan
25
semakin hari semakin rusak. Keluhan lain yang dirasakan pihak hotel dan diharapkan dapat
diatasi oleh pemerintah adalah masalah penertiban pedagang acung, kebersihan pantai serta
Hasil wawancara menunjukkan bahwa tingkat peran serta masyarakat adalah yang
kedua yang artinya responden menilai bahwa masyarakat memiliki peran kedua setelah
pemerintah dalam pengamanan dan pemeliharaan pantai Kuta. Beberapa hasil wawancara
dari tokoh masyarakat Kuta menunjukkan bahwa mereka merasa nyaman dan mendukung
jika pengelola pantai kuta dilakukan oleh desa adat. Mereka beranggapan bahwa otoritas
tradisi seperti desa adat jauh lebih efektif dalam mengorganisir dan menata berbagai
persoalan yang ada diwilayah Kuta. Untuk kondisi konstruksi masyarakat Bali yang ada
saat ini akan menjadi sangat signifikan jika dikelola oleh desa adat karena tidak tertutup
kemungkinan sanksi sosial bisa lebih efektif dibanding dengan sanksi hukum yang lain.
Masyarakat Kuta juga menyadari bahwa mereka belum memiliki sumber daya yang
pengamanan dan pemeliharaan pantai Kuta. Untuk itu sinergi dengan pemerintah dan
stakeholder yang lain juga dipandang perlu oleh tokoh masyarakat Kuta.
meningkatkan kualitas sumberdaya yang ada dan memberi manfaat yang positif terhadap
perkembangan wilayah dan masyarakat warga Kecamatan Kuta. Pengelolaan Pantai akan
melibatkan berbagai pihak, baik warga kecamatan sendiri maupun pihak swasta dan
lembaga/instansi terkait, sehingga perlu adanya etika dari para pihak yang memanfaatkan
26
Kabupaten Badung dalam rangka penataan pantai guna memberi nilai positif bagi
perkembangan kepariwisataan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam peningkatan peran serta stakeholders baik
27
berkaitan dengan pengelolaan pantai, pihak swasta maupun
pantai
pemeliharaan pantai
28
BAB IV
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut.
disebabkan oleh gerusan air laut, pemeliharaan pantai dari segi kebersihan baik dari
sampah maupun penataan kawasan pantai serta pengamanan untuk pengguna pantai baik
wisatawan yang di laut atau di darat maupun pedagang yang berjualan di pantai.
Pemerintah selaku stakeholder utama berperan dalam pengamanan pantai yang berupa
insfrastruktur maupun alat berat sedangkan masarakat yang mengelola pantai sehari-
b. Upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan peran serta stakeholders dalam
4.2 Saran
Agar peran serta stakeholders dalam pengamanan dan pemeliharaan pantai dapat
ditingkatkan, perlu ditinjau stakeholder lain selain sektor pemerintah, swasta maupun
29
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2009. Laporan Review Manual Operasi dan Pemeliharaan (OM) Monitoring dan
Evaluasi Proyek Bali Beach Conservation Project (BBCP).Denpasar: Departemen
Pekerjaan Umum.
Anonim.2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air.
Direktorat Bina Teknik. 2003. Pedoman Umum Pengamanan dan Penanganan Kerusakan
Pantai.
Direktorat Bina Teknik. 2004. Pedoman Umum Pengembagan Reklamasi Pantai dan
Bangunan Pengamanannya.
Grimble, Robin dan Man-Kwun Chan. 2005. Analisis Stakeholder untuk Pengelolaan Sumber
Daya Alam di Negara Berkembang: Pedoman Praktis untuk Membuat Manajemen
Lebih Partisipatif dan Efektif. Dalam Suporahardjo (Ed.) Manajemen Kolaborasi:
Memahami Pluralisme Membangun Konsensus. Jakarta: Pustaka Latin.
Handoko, Putut. 2007. Mediasi Konflik Penanganan Kerusakan Pantai (Studi Kasus
Penanganan Abrasi Pantai Kuta Bali). (Tesis). Semarang. Universitas Diponogoro.
Murdiono,Benny. 2008. Peran Serta Masyarakat Pada Penyusunan Rencana Pengelolaan
Daya Rusak Sumber Daya Air. (Tesis). Semarang. Universitas Diponogoro.
Syamsudin, 2011. Pengantar Rekayasa Pantai.(Modul) Bandung.Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya Air.
Yuwono, N.1999. Teknik Pantai.Yogyakarta.Universitas Gadjah Mada.
30