Anda di halaman 1dari 8

DAMPAK PRIVATISASI PESISIR PANTAI TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN

EKONOMI MASYARAKAT SETEMPAT DIPANTAI SEGARA, KUTA


Oleh :
Jonathan Wijaya1) dan Tri Anggraini Prajnawrdhi2)
1)Universitas Udayana

jonathanwijaya47@gmail.com
2)Universitas Udayana

ABSTRACT
Segara beach is part of Kuta beach shore which faced impact from Kuta region development and already filled
with hotel and resort around the area. The hotels used shore area for center of attraction as hotel facilities, even
though beach shore belongs to public and the state that cannot be owned or acquired by any person. Impact from
privatization cause some people from Segara beach coastal area is immediately isolated and lost their jobs
because sea is theirs source of live. Besides from social side, there is serious impact against economic side of
Segara beach peoples.
This research using descriptive qualitative method with ethnomethodology approach which tried to understand
how peoples see, explain and describe their order of life by using observation technique and interview.
Result of this research showed that privatization doesn’t always brought a bad impact for peoples around coastal
area, this is caused coast which have privatization can bring many tourist and make the coastal area become
tourism destination that is open jobs for Segara beach community the one who used to be fisherman but now
turns out to surf trainer and entrepreneurship.
Keywords : Coastal Line, Privatization, Segara Beach

ABSTRAK
Pantai Segara adalah salah satu pantai yang merupakan terusan dari pesisir pantai Kuta sehingga terkena
dampak dari pembangunan Kawasan Kuta dan sudah ramai dibangun hotel dan resort mewah disekitar area
sana. Hotel-hotel tersebut memanfaatkan areal pesisir sebagai salah satu pusat atraksi sebagai bagian dari
fasilitas hotel, padahal kawasan pantai merupakan milik publik dan negara sehingga tidak dapat diambil atau
diakusisi oleh pihak manapun. Dampak dari privatisasi tersebut menyebabkan beberapa masyarakat asli
Kawasan pantai Segara terisolir dan berkurang pekerjaan karena mereka hidup dari hasil laut. Selain dari sisi
sosial, terdapat dampak yang serius terhadap sisi perekonomian masyarakat pantai Segara.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan etnometodologi yang berupaya untuk
memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata hidup mereka
sendiri.melalui Teknik observasi dan wawancara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan privatisasi tidak selalu
berdampak buruk bagi masyarakat sekitar area tersebut, hal ini dikarenakan pantai yang diberlakukan privatisasi
dapat mendatangkan banyak wisatawan mancanegara dan menjadikan area pantai tersebut menjadi area wisata
sehingga membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat pantai Segara yang dahulu berprofesi sebagai
nelayan sekarang mulai berkembang menjadi pengajar peselancar dan berwiraswasta.
Kata Kunci : Pesisir Pantai, Privatisasi, Pantai Segara

LATAR BELAKANG

Pulau Bali merupakan tujuan destinasi pariwisata favorit bagi para turis dari dalam dan luar
negeri karena memiliki pemandangan alam yang indah berupa gunung, bukit, hutan, air terjun dan
terutama pantainya. Keindahan pantai di Bali disebabkan karena Bali memiki variasi yang berbeda-
beda seperti pantai kuta yang menyajikan pasir putih dan pemandangan matahari terbenam saat sore.
Kuta juga memiliki ombak yang bagus untuk aktivitas selancar.
Termasuk dalam destinasi pariwisata terkenal di Bali, menyebabkan pantai Kuta ramai oleh
wisatawan setiap tahunnya. Jumlah wisatawan yang tinggi mengharuskan Kuta memiliki fasilitas
akomodasi dengan daya okupansi yang tinggi untuk memenuhi jumlah kunjungan setiap harinya .
Karena tuntutan akan kebutuhan penginapan disekitar area pantai Kuta, maka banyak hotel
yang dibangun disekitar pantai Kuta bahkan sepanjang pesisir pantai pun dipenuhi dengan hotel
berbintang 3 sampai bintang 5. Hotel-hotel tersebut memanfaatkan pesisir pantai sebagai sumber
untuk view dan atraksi khusus yang dapat menaikkan nilai jual hotel berupa gala, makan malam
romantis hingga pesta pernikahan.
Pantai Segara merupakan pantai yang terhubung dengan pesisir pantai Kuta dan merupakan
Kawasan pantai yang memiliki sekumpulan hotel-hotel berbintang seperti Patra Jasa Bali Resort dan
Villa, Holiday Inn Resort, Risata Bali Resort dan Spa, Aston Kuta dan masih banyak lagi.
Hotel- hotel disekitar pantai Segara memanfaatkan pesisir pantai untuk mengakomodasi
kegiatan atau acara yang dilakukan didalam areal hotel. Saat acara sedang berlangsung, maka tidak
sembarangan orang dapat lalu-lalang pada area pesisir pantai tersebut, padahal pesisir pantai
merupakan area publik dan banyak masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai nelayan. Kegiatan

Jonathan Wijaya1) dan Tri Anggraini Prajnawrdhi2) - Dampak Privatisasi Pesisir Pantai Terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi
Masyarakat Setempat Dipantai Segara, Kuta 1
privatisasi pantai tersebut pasti memengaruhi kondisi sosial penduduk sekitar pantai Segara dan juga
budaya setempat.
Oleh karena itu, jurnal ini membahas apa saja dampak yang ditimbulkan dengan adanya
privatisasi (kegiatan meng-eksklusifkan) pantai disepanjang pesisir pantai Segara terhadap kondisi
sosial masyarakat dan kebudayaan yang ada pada daerah tersebut seperti yang sudah kita ketahui
bahwa sebagian besar masyarakat pantai Segara hidup dari hasil pantai dan laut.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ini terletak dipantai Segara, kecamatan Kuta, Badung, Bali. Lokasi pantai
Segara berjarak ±2,5 km dari pantai Kuta dan sekitar 20 menit dari pusat Kota Denpasar. Pantai ini
terhubung dengan pantai Jerman dan bandara Ngurah Rai.
Metode penelitian menggunakan kualitatif deskriptif dengan metode etnometodologis yaitu
usaha untuk memahami kejadian yang terjadi di masyarakat melalui sudut pandang mereka sendiri
sebagai objek penelitian (Ritzer, 1997). Teknik pengumpulan data berupa observasi ke lokasi terkait
untuk merasakan langsung bagaimana keadaan dilapangan dan wawancara dengan penduduk atau
masyarakat dipantai Segara. Proses analisa dilakukan dengan menelaah hasil wawancara dan survey
yang telah dilakukan bedasarkan teori-teori terkait dengan topik bahasan.

DASAR TEORI

Privatisasi adalah tindakan untuk mengurangi peran pemerintah didalam sektor publik atau
meningkatkan peran sektor swasta dalam suatu aktivitas atau dalam suatu kepemilikan aset
(Savas:1987). Privatisasi biasanya merujuk pada pengalihan pemilikan dan kendali dari publik ke
sektor swasta khususnya penjualan aset. Ini mencakup pengalihan sebagian atau seluruhnya
(Hemming dan Mansoor, 1988). Berdasarkan beberapa pemikiran ahli diatas, dapat disimpulkan
bahwa privatisasi sebagai proses pengalihan kepemilikan kepada pihak swasta ata perseorangan
oleh negara yang berdampak pada berpindahnya kekuasaan suatu usaha. Tujuan dari privatisasi itu
adalah untuk meningkatkan penghasilan pemerintah dalam segala sektor, terutama didalam sektor
pajak dan pengeluaran publik. Proses privatisasi ini mendorong keuangan swasta untuk ditempatkan
dalam investasi publik dengan menghapus jasa-jasa dari kontrol keuangan publik.
Whitshire (1987) mengklasifikasikan privatisasi kedalam 5 (lima) bagian yaitu: (i) Privatisasi
pembiayaan atas suatu jasa yang diproduksi oleh sektor publik. Contohnya jalan tol, Build Operate
Transfer (BOT), Build Operate Lease (BOL); (ii) Privatisasi produksi atas suatu jasa yang dibiayai oleh
sektor publik. Contohnya ‘contracting out’. (iii) Denasionalisasi yaitu menjual sebagian atau seluruh
aset perusahaan. Contohnya go public, direct placement; (iv) Liberalisasi yaitu menghilangkan
monopoli dan berbagai lisensi yang menghambat masuknya swasta; (v) Korporatisasi yaitu privatisasi
manajemen yang berupa pengalihan manajemen pada pihak swasta berdasar perjanjian kerjasama.
Privatisasi terhadap sumber daya alam di Indonesia telah berlangsung sejak rezim orde baru
dengan tujuan pembangunan dan keterlibatan Indonesia pada hutang mengubah juga pola
pengelolaan sumber daya alam di Indonesia yang menjadi corporate based management. Program
privatisasi merupakan akumulasi dari telah terintegrasinya Indonesia dalam satu tata kelola sistem
global. Privatisasi besar-besaran diawali pada tahun 1991 hingga tahun 1997 dimana pemerintah
melakukan penjualan saham perdana di pasar modal dalam negeri dan pasar modal luar negeri.
Privatisasi sempadan pantai yang dilakukan para pengusaha pariwisata rata-rata
menggunakan alasan untuk kenyamanan wisatawan. Privatisasi merugikan masyarakat umum dan
masyarakat lokal. Masyarakat lokal mengalami gangguan dalam berekreasi, melaksanakan ritual
keagamaan dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat publik.

PEMBAHASAN

Pesisir (coastal area) adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut
seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air air laut. Daerah daratan adalah daerah yang
terletak di atas garis pasang tertinggi.Daerah lautan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah

2 Seminar Nasional Sinergi Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pariwisata Berkelanjutan (SEPPARTAN), Bali-2018, ISBN No. 978-602-294-312-9
permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bumi di
bawahnya (Triadmodjo,1999). Bali merupakan provinsi yang hidup dari sektor pariwisata terutama
pantainya yang membuat pantai-pantai di Bali menjadi daya tarik utama dan menarik banyak investor
dari dalam dan luar negeri untuk berinvestasi di Bali. Salah satu pantai yang ramai akan investor
adalah pantai Kuta, Badung. Panta Kuta menjadi ramai investor karena banyaknya jumlah kunjungan
wisatawan domestik dan mancanegara sebagaimana yang terdapat dalam table data kunjungan
wisatawan dibawah ini :

Tabel 1. Data Kunjungan Wisatawan Domestik

Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2010

Tabel Data 2. Kunjungan Wisatawan Mancanegara

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Badung Tahun 2011

Dari data diatas, pada tahun 2009 jumlah wisatawan sudah mencapai 2,4 juta orang, 3,1 juta
pada tahun 2013, sekitar 3,6 juta pada tahun 2014, dan 3,9 juta pada tahun 2015.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan dalam peraturan perundang-undangan untuk


perlindungan sempadan pantai yang tertuang di dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No.27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil, Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, Peraturan Presiden No. 51 Tahun 2016 tentang Batas Sempadan Pantai, Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 9/ PRT/M/2010 tentang Pedoman Pengamanan Pantai, Peraturan Daerah
Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-
2029. Ditinjau dari perundang-undangan yang telah dibuat, undang-undang tersebut hanya
menyatakan bahwa daerah pesisir pantai adalah daerah yang tidak boleh dijadikan milik pribadi,
namun belum ada undang-undang yang mengatur sanksi yang dikenakan bagi pihak-pihak yng
memprivatisasi area pesisir pantai. Sehingga, dalam praktik di kehidupan nyata, banyak pihak yang
memprivatisasi daerah pesisir pantai walaupun sudah dilarang dalam undang-undang karena belum
ada peraturan perundang-undangan yang mengatur sanksi nya.

Jonathan Wijaya1) dan Tri Anggraini Prajnawrdhi2) - Dampak Privatisasi Pesisir Pantai Terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi
Masyarakat Setempat Dipantai Segara, Kuta 3
Gambar 1. Peta Lokasi dan Entrance menuju pantai Segara
Sumber : Google dan Dokumentasi Pribadi

Berangkat dari data gambar diatas, saya membatasi area penelitan Kawasan pantai Segara
dari hotel Ramada Bali (utara) sampai Holiday Inn Resort (selatan) dan membaginya menjadi 3 zona
bedasarkan privatisasi yang terjadi pada area tersebut.

ZONA
2
ZONA ZONA
1 3

Gambar 2. Pembagian Zonasi pada Pantai Segara


Sumber : Google Earth tahun 2018

Zona 1
Zona 1 merupakan area pesisir yang berhadapan dengan Hotel Ramada dan dimanfaatkan
oleh hotel sebagai “view” untuk area makan dan kolam renang, walaupun begitu tidak ada larangan
bagi pejalan kaki atau warga sekitar yang ingin lewat area sana. Hanya saja tidak diperkenankan
untuk mendirikan warung atau berjualan disana karena dapat mengganggu pemandangan dan
kenyamanan tamu hotel yang ingin menikmati pantai.
Pada zona ini, privatisasi berdampak negatif terhadap penduduk disekitarnya karena
masyarakat pantai Segara tidak dapat beraktivitas dengan leluasa pada area tersebut dan tidak
mendapatkan penghasilan dari pekerjaannya seperti membuka warung makan, mengajar selancar
maupun melaut (nelayan). Hal ini bertentangan dengan Peraturan Presiden No. 51 Tahun 2016
tentang Batas Sempadan Pantai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 113).
Pembangunan area pantai juga sedang dilakukan pada zona 1 namun baru sebatas beton-
beton yang dibentuk seperti panggung terbuka diarea luar restoran. Hal ini semakin memperkuat
privatisasi pada zona 1 yang mengeksklusifkan diri dari zona-zona lainnya.

4 Seminar Nasional Sinergi Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pariwisata Berkelanjutan (SEPPARTAN), Bali-2018, ISBN No. 978-602-294-312-9
Gambar 3. Keadaan Zona 1 saat Malam Hari
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Zona 2
Zona ini merupakan area yang paling produktif karena dipenuhi oleh warung-warung milik
warga sekitar pantai Segara dan ramai dari siang hingga malam hari oleh para turis asing yang
menginap disekitar pantai ataupun yang hanya berkunjung dipantai Segara, Kuta. Pada zona ini juga
banyak menghasilkan pendapatan bagi warga sekitar karena lokasiny yang berdekatan dengan jalan
masuk utama dan dikelilingi oleh hotel-hotel mewah seperti Holiday Inn Resort, Grand Aston Kuta,
Solaris Hotel dan masih banyak lagi.
Pada zona ini privatisasi berdampak positif karena dapat memberikan penghasilan bagi warga
sekitar pantai Segara melalui warung-warung yang berdiri disepanjang pesisir pantai. Selain itu, warga
pantai Segara juga dapat berinteraksi social dengan turis-turis asing maupun dalam negeri, dengan
seringnya mereka berinteraksi dengan turis asing, mereka dapat menguasai sedikit-sedikit Bahasa
asing seperti Bahasa Inggris, Bahasa Rusia, Bahasa Mandarin dan lain-lain.

Gambar 4. Warung-warung yang berada dizona 2


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Warung-warung yag terdapat dizona ini merupakan bangunan tidak tetap sehingga tidak
mengganggu ekosistem dan alam pantai Segara. Warung-warung ini juga menjadi sarana penunjang
pantai Segara karena banyak turis yang dating kepantai ini hanya untuk makan dan minum diwarung-
warung ini hingga larut malam.

Zona 3
Zona ini merupakan zona yang berhubungan harmonis antara area yang diprivatisasi degan
area publiK karena tidak ada larangan bagi publik untuk masuk kedalam area taman dari “Envy
Restaurant” dan juga “Holiday Inn Resort. Pada zone ini juga memperbolehkan kapal-kapal atau
kanopi yang dibuat oleh para warga dan dimanfaatkan untuk menangkap ikan dapat dilabuhkan
didepan hotel Holiday Bali inn tanpa syarat.

Jonathan Wijaya1) dan Tri Anggraini Prajnawrdhi2) - Dampak Privatisasi Pesisir Pantai Terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi
Masyarakat Setempat Dipantai Segara, Kuta 5
Tentu saja ini berdamppak positif bagi masyarakat pantai Segara karena mereka tidak perlu
khawatir dan takut kehilangan lahan untuk beraktivitas sehari-hari. Banyak warga sekitar dan
penghuni hotel dan restoran yang berkeliling untuk menikmati indahnya pemandangan pantai dengan
duduk-duduk dipasir hingga jogging pada pagi dan sore hari karena memiliki lahan yang luas dan
pemandangan yang indah.

Gambar 5. Perbatasan Zona Privat dengan Publik dipantai Segara, Kuta


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Area yang diprivatisasi dengan area public pada zona 3 tidak dibiarkan tercampur begitu saja,
diberikan batas-batas alam seperti gundukan pasir dan juga tanaman hijau yang membedakan mana
area milik hotel dan area milik umum. Walaupun diberi pembatas, warga luar dapat masuk kedalam
area terbuka berupa taman dan jalan yang dipaving untuk jalan-jalan atau berolahraga, namun untuk
area privat diawasi oleh pengawas hotel atau sekuriti.

6 Seminar Nasional Sinergi Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pariwisata Berkelanjutan (SEPPARTAN), Bali-2018, ISBN No. 978-602-294-312-9
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dampak privatisasi yang terjadi dikawasan pantai Segara, Kuta, tidak selalu berdampak buruk
bagi kondisi sosial dan ekonomi warga sekitar sana. Hal ini dikarenakan, walaupun banyak tanah dan
rumah warga sekitar yang dibeli oleh swasta, mereka mengganti dengan harga yang sepadan
sehingga tidak merugikan penduduk asli pantai Segara. Seperti cerita dari salah satu narasumber
yagng rumah dan tanahnya dibeli untuk mendirikan Holiday Inn Resort yang dibayar dengan setimpal
sehingga mampu membeli rumah baru dan membuka usaha sendiri diarea pantai Segara
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil dari dampak privatisasi yang
mengarah kearah positif berupa; warga sekitar pantai segara mendapatkan lapangan pekerjaan baru
seperti wirausahawan dan mengajar selancar; masyarakat sekitar juga dapat mengasah soft skill
dibidang Bahasa asing dan belajar bagaimana berinteraksi dengan wisatawan asing yang datang.
Adapun dampak negatif yang diciptakan karena privatisasi adalah terpakainya area pesisir pantai oleh
beberapa hotel atau resort untuk dijadikan area atraksi pelengkap fasilitas untuk hotel tersebut. Hal ini
membuat warga sekitar pantai “segan” untuk mengakses area tersebut padahal area tersebut
merupakan area umum yang sah-sah saja bila dilewati oleh pejalan kaki (yang tidak menggunakan
fasilitas tersebut) dan juga warga sekitar pantai Segara.
Perlunya penanganan lebih teradap penggunaan lahan pesisir yang dilakukan oleh pihak
swasta agar tidak merugikan alam dan juga warga sekitar. Karena lingkungan dan warga sekitar juga
termasuk dalam para pemangku kepentingan yang membantu mengelola kawasan pantai agar tetap
stabil dan harmonis.

Jonathan Wijaya1) dan Tri Anggraini Prajnawrdhi2) - Dampak Privatisasi Pesisir Pantai Terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi
Masyarakat Setempat Dipantai Segara, Kuta 7
REFERENSI
Bambang Triatmodjo. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta : Beta Offset
Bappeda Kabupaten Badung. Profil Pariwisata.
http://www.bappeda.badungkab.go.id/assets/img/dokumen/PROFIL-PARIWISATA.pdf.
Diunduh pada Rabu, 19 September 2018
Juniawan, I Made, Ni Made Oka Karini Luh Gede Leli Kusuma Dewi. 2017. Karakteristik dan Persepsi
Kenyamanan Wisatawan Mancanegara di Pantai Kuta Bali, Edisi 5, No.1. Universitas
Udayana : Jurnal IPTA 5(1) : 24-28
Mungkasa, Oswar. 2013. Dampak Privatisasi di Indonesia: Studi Kasus: Dampak Privatisasi PT.
Telekomunikasi Indonesia. Makalah Dampak Privatisasi
Nikijuluw ,Victor P.H. 2001. Populasi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir serta Strategi
Pemberdayaan Mereka Dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara Terpadu.
Makalah pada Pelatihan Pengelolaan Pesisir Terpadu. Proyek Pesisir, Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Hotel Permata, Bogor, 29
Oktober 2001
Prodjo, Wahyu Adityu. 2016. Kenapa Pantai Kuta Begitu Diminati Turis?.
https://travel.kompas.com/read/2016/07/28/210400227/Kenapa.Pantai.Kuta.Begitu.Diminati.T
uris . Diakses pada 23/09/2018
Sanjiwani, Putri Kusuma. 2018. Pengaturan Hukum Terhadap Privatisasi Sempadan Pantai Oleh
Pengusaha Pariwisata di Provinsi Bali. Universitas Udayana : Analisis Pariwisata 16(1) :29-34

Savas, Emanuel S. 1987. Privatization The Key to Better Government. New. Jersey: Chatham House.
Soemantri, Lili. Tanpa Tahun. Keunggulan Bali sebagai Daerah Tujuan Wisata Andalan Indonesia
dalam file.upi.edu/Direktori/FPIPS/...LILI_SOMANTRI/makalah_bali.pdf. Diunduh pada Rabu,
19 September 2018.
Whitshire, K (1987). Privatization: The British Experience – An Australian Perspective. Longman
Cheshire Pty Limited, Melbourne, 1987

8 Seminar Nasional Sinergi Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pariwisata Berkelanjutan (SEPPARTAN), Bali-2018, ISBN No. 978-602-294-312-9

Anda mungkin juga menyukai