1. Blood
2. Jaringan (tissue)
3. Urin
Blood
Merupakan salah satu skringing yg paling gampang digunakan dan dapat menjadi monitoring dari
kanker, sebagai test dalam sirkulasi dari sel tumor dan sirkulasi tumor tanpa DNA pada darah dan sangat
baik untuk mennetukan staging termasuk PCa. Banyak tes darah yang dilakukan pada PCa yaitu
Prostate-specific Antigen
PSA memiliki kandungan berupa glycoprotein dan diproduksi oleh human kallikrein-3 (Hk3) yang
merupakan serine protease kelas atas. Pada dasarnya sebenarnya PSA itu diproduksi secara fisiologis
oleh sel epithelial dari kelenjar prostat dan disekresi ke dalam lumen untuk membantu liquefaction dari
enjakulasi semen (sperma). Namun ada beberapa kondisi yang patologi menyebabkan peningkatan PSA
pada BPH dan prostatitis yang dapat menyebabkan “False Positive” PSA test.
PSA memiliki spesifisitas yang kurang baik dengan sensitivitas yang rendah, maka beberapa kasus
dilaporkan bahwa pencegahan kanker prostat 15% dari pria yang memiliki kadar PSA 0 – 4ng/ml
terdapat kanker prostat, dan 15% dari gleason score terdapat kanker prostat. PSA merupakan alat
skrinning yang dapat menyebabkan terjadinya over diagnosis dan terapi yang berlebihan pada penyakit
yang risiko rendah. The United States Preventative Services Task Force (USPSTF) merekomendasikan
untuk tidak menggunakan PSA dalam skrining prostate kanker, hanya direkomendasikan pada pasien laki
– laki yang berumur 55 – 69 tahun. Perlu dilakukan deep analisis pada PSA dimana ada beberapa
molekul yang bertanggung jawab yang mengandung jaringan kanker.
PSA adalah kompleks inhibitors protease berupa alpha 1-antichymotrypsin (ACT) atau alpha 2-
macroglobulin yang dikenal dengan Bound PSA. Dengan tingginya rasio Free PSA, tidak berikatan dengan
inhibitor protease dan dianggap inactive maka dikatikan dengan meningkatkan terjadinya BPH daripada
PCa. Peningkatan PSA-ACT (alpha 1-antuchymothrypsin) dapat meningkatkan terjadinya kanker.
Presentase dari Free PSA dan biasanya menurun pada pria dengan PCa. Dimana studi <25% free PSA
hingga deteksi dari PCa
Free PSA terdapat dalam 3 beda bentuk, Proenzyme PSA (ProPSA), Benign PSA (BPSA) dan Intak PSA.
Jadi pada proPSA ditemukan meningkat pada pasien dengan PCa, pada proPSA atau p2PSA telah
membuktikan sebagai PCa biomarker karena marker ini tidak muncul pada pasien dengan BPH.
Prostate health index (PHI) memiliki rumus berdasarkan dari karakterisitik PSA itu sendiri dengan
variable berupa total PSA, free PSA dan proPSA/p2PSA yaitu,
𝑝2𝑃𝑆𝐴
( ) × √𝑃𝑆𝐴
𝑓𝑟𝑒𝑒 𝑃𝑆𝐴
Pada PHI ini dapat dibandingkan terhadap urine biomarkers, pada trial ditemukan 30,1% pada pasien
yang melakukan biospi terdapat nyeri berdasarkan skor pada PHI. Dimana PHI meningkatkan AUC pada
PCA3 atau TMPRSS2:ERG dan hanya ditemukan bahwa PHI memiliki kolerasi terhadap Gleason grade
yang lebih dari 7 (PSA).
Pemeriksaan yang dilakukan yang merupakan sebuah reflex atau follow up dari pemeriksaan darah pada
laki – laki yang terdapat abnormal PSA atau abnormal pada DRE yang sudah melakukan inisial atau
biopsi berulang pada prostat dan ditemukan hasil biopsy negative. Dari pemeriksaan kalkrein
berdasarkan total PSA, intak PSA, free PSA. Maka pada four-kallikrein sangat efektif untuk
mengidentifikasi penyakit dengan grade tinggi dan menurunkan biopsy yang tidak diperlukan sekitar 49-
57 % pada pria yang melakukan skrining awal.
Stockholm-3