Anda di halaman 1dari 18

KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK

PETANDA TUMOR

NAMA : BULQIS SYAL DUHA


NIM : PO714203232009
KELAS : RPL TLM 2023

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
TAHUN 2023
A. PENGERTIAN PETANDA TUMOR
Tumor ganas atau kanker adalah suatu kelainan yang ditandai dengan
pertumbuhan cepat, menyerbu ke dalam jaringan yang berada di sekitarnya,
dan dapat menuju ke daerah organ lain yang lebih jauh (metastasis).
Berdasarkan parenkimnya suatu keganasan di rongga mulut dapat berasal dari
jaringan epitelial baik mukosa maupun kelenjar dan jaringan mesenkimal.
Tumor ganas atau kanker secara biologis dapat disebabkan oleh suatu
kegagalan pada proses apoptosis sehingga dapat menyebabkan sel kanker
tersebut mampu bertahan hidup secara otonom dalam tubuh. Mekanisme
lainnya yang dapat menyebabkan sel kanker mampu bertahan adalah sel
kanker memiliki kemampuan untuk menghindari terhadap sel imunokompeten
termasuk sel T sitotoksis (TCL) dan sel Natural Killer (NK sel).
Seiring meningkatnya kasus kanker, peneliti dan klinisi mengusahakan
berbagai cara untuk mendiagnosis dan terapi. Ahli patologi biasanya
mengidentifikasi perubahan yang terjadi secara makroskopik dan
mikroskopik. Salah satu parameter dalam mengidentifikasi kanker adalah
dengan melihat penanda tumor.
Penanda tumor adalah senyawa yang ditemukan di atas jumlah normal di
dalam darah, urine, atau cairan tubuh lainnya bila terdapat kanker tertentu di
dalam tubuh. Sebagian besar penanda tumor merupakan protein, namun
beberapa jenis penanda tumor yang terbaru dapat berupa genatau senyawa
lain. Ada banyak sekali penanda tumor yang saat ini digunakan oleh dokter
untuk menunjang diagnosis atau pemantauan pasien penderita kanker.

B. JENIS PETANDA TUMOR


1. Prostate Specific Antigen (PSA)
a. Pengertian
Prostate Specific Antigen (PSA) merupakan penanda tumor
yang sangat berguna dalam mendiagnosa adenokarsinoma prostat. PSA
adalah enzim glikoprotein yang disekresikan oleh sel-sel epitel dari
kelenjar prostat yang normal, hiperplastik, ataupun ganas. PSA adalah
glikoprotein yang diproduksi secara eksklusif oleh komponen epitel
dari kelenjar prostat. PSA memiliki massa molekul 33 kDa dan
merupakan glikoprotein rantai tunggal dengan 237 residu asam amino.
PSA disintesis dalam sel epitel sepanjang asinus dan di epitel
duktus dari kelenjar prostat. Fungsinya adalah untuk membawa air
mani koagulum yang berperan penting dalam kesuburan pria.
Kekhususan jaringan PSA membuatnya paling berguna sebagai tumor
marker yang tersedia untuk diagnosis dan pengobatan kanker prostat.
Selain itu, protein ini sekarang digunakan oleh kedokteran forensik
sebagai penanda pilihan untuk mendeteksi serangan seksual.
Konsentrasi PSA normal adalah 1-2.6 ng/ml
b. Patofisiologi

Prostat adalah kelenjar seks pada pria, terletak di bawah


kandung kemih dan mengelilingi saluran kencing. PSA adalah enzim
yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat yang berfungsi untuk
mengencerkan cairan ejakulasi sehingga memudahkan pergerakan
sperma. Pada keadaan normal, hanya sedikit PSA yang masuk ke
dalam aliran darah tetapi bila terjadi peradangan atau kerusakan
jaringan prostat maka kadar PSA dalam darah meningkat. Jadi
peningkatan kadar PSA bukan hanya disebabkan oleh kanker prostat
tetapi dapat juga disebabkan oleh BPH.
Dalam darah, PSA ditemukan dalam keadaan bebas (free-PSA)
dan sebagian besar diikat oleh protein (disebut c-PSA atau complexed-
PSA). Pada BPH (pembesaran prostat yang jinak) konsentrasi free
PSA lebih dominan sedangkan pada kanker prostat peningkatan c-PSA
yang lebih dominan. Kanker prostat adalah penyakit kanker yang
menyerang kelenjar prostat, dimana sel-sel kelenjar prostat tumbuh
secara abnormal tak terkendali sehingga mendesak dan merusak
jaringan sekitarnya
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan PSA bisa menggunakan imunokromatografi. Pada
imunokromatografi biasanya digunakan tiga jenis antibodi, yaitu
antibodi monoklonal anti-PSA yang terkonjugasi pewarna, antibodi
monoklonal anti-PSA, dan antibodi poliklonal anti-mouse.
Ketika sampel mulai menyerap pada alat imunokromatografi,
sampel akan berikatan dengan antibodi monoklonal anti-PSA
terkonjugasi pewarna. Kemudian kompleks antigen-antibodi tersebut
akan bergerak menuju daerah tes (T) dan berikatan dengan antibodi
monoklonal anti-PSA. Reaksi tersebut menyebabkan terbentuknya
garis berwarna pada daerah T. Kompleks anigen-antibodi yang tidak
terikat akan terus bergerak menuju daerah kontrol (C) dan berikatan
dengan antibodi poliklonal anti-mouse. Reaksi tersebut menyebabkan
terbentuknya garis berwarna pada daerah C. Hasil dinyatakan positif
jika terbentuk dua garis pada daerah T dan C. Hasil dinyatakan negatif
jika terbentuk satu garis pada daerah C. Garis berwarna pada daerah C
harus selalu muncul sebagai kontrol prosedur. Hasil PSA akan positif
jika konsentrasi PSA diatas 4 ng/ml.

Interpretasi Hasil Pemeriksaan PSA


Cara Kerja :
1) Perangkat imunokromatografi dibiarkan mencapai suhu kamar
2) Dikeluarkan dari kantung alumunium dan segera digunakan
3) Ditempatkan pada permukaan yang bersih
4) Ditetesi sampel 100 µl
5) Ditunggu selama 20 menit
6) Interpretasi Hasil

2. Alpha-Fetoprotein (AFP)
a. Pengertian
Alpha-fetoprotein pertama kali ditemukan dalam sera janin
manusia dengan berat molekul antara 67.000-74.000 dalton.
Adanya variasi berat molekul karena metode analisis dan derajat
glikosilasi protein yang berbeda. AFP adalah protein rantai tunggal
yang menunjukkan kedekatan urutan homologi dengan albumin
serum.
Alpha-fetoprotein adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh
kantung telur yang akan menjadi sel hati pada janin. Ternyata
protein ini dapat dijumpai pada 70-95% pasien dengan kanker hati
primer dan juga dapat dijumpai pada kanker testis. Pada seminoma
yang lanjut, peningkatan AFP biasanya disertai dengan Human
Chorionic Gonadotropin (hCG). Kadar AFPtidak ada hubungan
dengan besarnya tumor, pertumbuhan tumor, dan derajat
keganasan. Kadar AFP sangat tinggi (>1000 IU/mL) pada kasus
dengankeganasan hati primer, sedangkan pada metastasis tumor
ganas ke hati (keganasan hati sekunder) kadar AFP kurang dari
350-400 IU/mL.
b. Patofisiologi
AFP berperan dalam mengangkut asam lemak tak jenuh
untuk mengembangkan sel-sel ganas. AFP juga dapat berfungsi
sebagai imunoregulator yang bertindak melalui sel T. Sintesis dari
AFP di kantung kuning telur manusia berhenti antara minggu
kesepuluh dan kedua belas kehamilan. Bagian utama dari protein
ini kemudian diproduksi oleh hepatosit janin. AFP mencapai
puncaknya pada sekitar 13 minggu kehamilan dan akan menurun
secara bertahap.
Tingginya kadar AFP serum dapat terkait dengan beberapa
penyakit ganas. AFP pertama kali dijelaskan sebagai protein tumor
terkait manusia pada tahun 1964 oleh Tatarinov. Sejak saat itu
telah dibuktikan bahwa peningkatan AFP serum di atas nilai
normal terjadi pada beberapa penyakit ganas terutama
nonseminomatous testicular cancer primary hepatocelluar
carcinoma. Dalam kasus kanker testis nonseminomatous, hubungan
langsung antara peningkatan kadar AFP dengan tahap penyakit
telah berhasil diamati. Tingginya kadar AFP juga telah diamati
pada pasien yang didiagnosis memiliki seminoma dengan unsur-
unsur non seminomatous namun belum diamati pada pasien dengan
seminoma murni. Lebih dari 70% pasien dengan hepatocellular
karsinoma primer telah dilaporkan memiliki peningkatan kadar
AFP.
Peningkatan kadar AFP kadang-kadang ditemukan dalam
kasus kanker saluran cerna dengan dan tanpa metastasis hati. Batas
atas untuk sera normal adalah sekitar 9 ng/ml, sedangkan kadar
175 ng/ml sangat dicurigai terkena karsinoma hepatoseluler.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan AFP yang mudah dilakukan adalah dengan
imunokromatografi. Sampel berupa serum akan meresap pada
bantalan sampel. Jika di dalam sampel terdapat AFP maka AFP
akan berikatan dengan antibodi monoklonal anti-AFP yang
terkonjugasi dengan pewarna. Kompleks antigen-antibodi tersebut
kemudian akan bermigrasi hingga ke daerah tes (T). Pada daerah
tersebut akan terjadi reaksi antara kompleks imun dengan antibodi
anti-AFP sehingga membentuk garis berwarna. Kompleks antigen-
antibodi yang tidak terikat akan terus bermigrasi ke daerah kontrol
(C). Pada daerah tersebut kompleks antigen-antibodi akan bereaksi
dengan antibodi poliklonal sehingga membentuk garis berwarna.
Hasil dinyatakan positif jika terbentuk dua garis berwarna pada
daerah T dan C. Hasil dinyatakan negatif jika hanya terbentuk satu
garis berwarna pada daerah C. Garis pada daerah C harus selalu
muncul sebagai kontrol prosedur, jika tidak maka pemeriksaan
harus diulang.
Cara Kerja :
1) Perangkat imunokromatografi dibiarkan mencapai suhu kamar
2) Dikeluarkan dari kantung alumunium dan segera digunakan
3) Ditempatkan pada permukaan yang bersih
4) Ditetesi sampel sebanyak 4 tetes
5) Ditunggu selama 10 menit
6) Interpretasi Hasil
3. Carcinoembryonic Antigen (CEA)
a. Pengertian
Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah antigen terkait
tumor yang dikarakterisasi sebagai glikoprotein oncofetal yang
memiliki berat molekul sekitar 200 kDa dengan mobilitas beta
elektroforesis. CEA merupakan rantai protein tunggal yang terdiri
dari sekitar 800 asam amino dan mengandung 45-55 %
karbohidrat.
Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah biomarker serum
non-spesifik yang meningkat pada berbagai keganasan seperti
kanker kolorektal, kanker tiroid meduler, kanker payudara, kanker
ovarium musinosa, dll. Ini pertama kali terdeteksi pada sel kanker
usus besar oleh Freedman dan Gold dan akhirnya ditemukan di
berbagai sel epitel lain di lambung, lidah, kerongkongan, leher
rahim, dan prostat.
b. Patofisiologi

Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah glikoprotein


dengan berat molekul 200 kDa dan biasanya berasal dari epitel
endodermal embrionik pada janin, dikendalikan oleh onkogen
janin. Biasanya hilang dari serum setelah lahir; namun, sejumlah
kecil CEA mungkin tertinggal di jaringan usus besar. CEA dan gen
terkait (29 di antaranya 18 diekspresikan secara normal)
merupakan keluarga CEA pada manusia dan dikelompokkan pada
kromosom 19q13.2
CEA termasuk dalam keluarga imunoglobulin yang disebut
molekul adhesi sel terkait CEA (CEACaMs). CEA erat kaitannya
dengan berbagai fungsi sel endotel, antara lain adhesi, proliferasi,
dan migrasi sel baik in vivo maupun in vitro. CEA terdapat di sisi
endoluminal membran sel sel normal dan dianggap menghambat
apoptosis dan karenanya terlibat dalam patogenesis
tumor. Meskipun CEA sebagian besar dikaitkan dengan tumor
gastrointestinal, literatur menunjukkan korelasi erat dengan kanker
payudara, paru-paru, ovarium, mucinous adenocarcinoma pada
serviks dan tiroid.
CEA pertama kali hadir sebagai antigen spesifik untuk
adenokarsinoma kolon. Beberapa penelitian terbaru telah
menunjukkan keberadaan CEA dalam berbagai keganasan,
terutama yang melibatkan jaringan ektodermal dari gastrointestinal
atau pulmonary origin. Pengujian CEA dapat memiliki nilai yang
signifikan dalam pemantauan pasien. Peningkatan nilai CEA
mungkin berhubungan dengan penyakit ganas yang progresif dan
respon terapi yang buruk. Penurunan nilai CEA umumnya
menunjukkan prognosis yang menguntungkan dan respon yang
baik terhadap pengobatan. Kadar normal CEA adalah 0-2.5 µg/l.
Kadar normal CEA untuk perokok adalah 0-5 µg/l.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pada imunokromatografi, CEA yang terkandung dalam
sampel akan berikatan dengan antibodi monoklonal anti-CEA yang
terkonjugasi pewarna. Reaksi tersebut terjadi pada bantalan
konjugat. Kompleks antigen-antibodi tersebut akan bermigrasi ke
daerah test (T). Pada daerah tersebut akan terjadi reaksi antara
kompleks antigen-antibodi dengan antibodi anti-CEA dan
membentuk garis berwarna. Kompleks antigen-antibodi yang tidak
terikat akan terus bermigrasi hingga daerah kontrol (C). Pada
daerah tersebut akan terjadi reaksi antara kompleks antigen-
antibodi dengan antibodi poliklonal dan membentuk garis
berwarna. Hasil dinyatakan positif jika terbentuk garis berwarna
pada daerah T dan C. Hasil dinyatakan negatif jika terbentuk garis
berwarna pada daerah C saja.
Cara Kerja :
1) Perangkat imunokromatografi dibiarkan mencapai suhu kamar
2) Dikeluarkan dari kantung alumunium dan segera digunakan
3) Ditempatkan pada permukaan yang bersih
4) Ditetesi sampel sebanyak 4 tetes (100 µl)
5) Ditunggu selama 10-15 menit
6) Interpretasi Hasil
4. Faecal Occult Blood (FOB)
a. Pengertian
FOB bisa menjadi gejala klinis awal dari tumor ganas, kanker
lambung, kanker kolon, enteron ulcer. 95% pasien kanker enteron
positif tes FOB dan sekitar 50% - 80% penderita maag enteron bisa
positif tes FOB. Pada tahap awal masalah pencernaan seperti
kanker usus, maag, polip, kolitis, dan diverticulitis mungkin tidak
terlihat gejala klinis selain darah samar.
b. Patofisiologi
c. Pemeriksaan Laboratorium
Metode benzidine dan guaiac tradisional yang biasanya
digunakan untuk pengujian darah samar memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang rendah dan juga membutuhkan pembatasan pola
makan sebelum pengujian.
Tes FOB digunakan sebagai alat skrining untuk mendeteksi
pendarahan gastrointestinal yang mungkin berhubungan dengan
anemia defisiensi besi, ulkus peptikum, kolitis ulserativa, polip,
dan kanker kolorektal. Tes FOB direkomendasikan untuk
pemeriksaan fisik rutin dan pemantauan pasien pendarahan
gastrointestinal di rumah sakit. Tes FOB merupakan tes kualitatif
visual sederhana yang mendeteksi hemoglobin manusia dari darah
dalam feses. Tes ini menggunakan imunokromatografi dan dapat
memberikan hasil dalam waktu 5 menit.
Dalam prosedur tes ini, antibodi anti-hemoglobin
diimobilisasi pada daerah tes (T). Setelah sampel ditempatkan pada
sumur sampel dengan volume yang tepat, sampel akan bereaksi
dengan antibodi anti-hemoglobin yang terkonjugasi partikel.
Campuran tersebut bermigrasi secara kromatografik sepanjang
strip uji dan bereaksi dengan antibodi anti- hemoglobin pada
daerah T. Selanjutnya campuran yang tidak terikat pada daerah T
akan terus bermigrasi hingga mencapai daerah C. Pada daerah C
terdapat antibodi poliklonal yang dapat mengikat antibodi
konjugat. Jika sampel mengandung antigen hemoglobin maka garis
berwarna akan muncul di daerah T untuk menunjukkan hasil yang
positif. Jika sampel tidak daerah T untuk menunjukkan hasil
negatif. Garis berwarna di daerah kontrol (C) harus selalu muncul
untuk menunjukkan bahwa sampel dengan volume yang tepat telah
ditambahkan dan proses pemeriksaan berjalan dengan baik. Jika
garis berwarna pada daerah C tidak muncul maka hasil tes
dinyatakan invalid dan harus diulang.
Tes ini menggunakan sampel berupa feses. Feses
dikumpulkan sebanyak 1-2 ml atau 1-2 g dalam wadah yang bersih
dan kering untuk mendapatkan antigen yang maksimal (jika ada).
Hasil terbaik akan diperoleh jika tes dilakukan dalam waktu 6 jam
setelah pengumpulan sampel. Sampel dapat disimpan selama 3 o
hari pada suhu 2-8 C. Untuk penyimpanan jangka panjang, sampel
harus disimpan o pada suhu di bawah -20 C.
Cara Kerja :
1) Tabung sampel dibuka tutupnya
2) Sampel feses ditusuk dengan aplikator wadah sampel pada tiga
lokasi berbeda untuk mengumpulkan sekitar 50 mg feses
3) Tabung sampel diputar dan dikencangkan tutupnya
4) Dikocok untuk mencampur sampel dan buffer dilusi
5) Ditinggalkan selama 2 menit
6) Perangkat imunokromatografi dibiarkan mencapai suhu kamar
7) Dikeluarkan dari kantung alumunium dan segera digunakan
8) Ditempatkan pada permukaan yang bersih
9) Ditetesi sampel sebanyak 3 tetes (100 µl)
10) Ditunggu selama 15 menit
11) Interpretasi Hasil

5. Human Chorionic Gonadotrophin (HCG)


a. Pengertian
Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) adalah hormon
glikoprotein yang disekresikan oleh plasenta yang sedang
berkembang tidak lama setelah fertilisasi. Pada saat periode
menstruasi pertama terlewatkan, konsentrasi HCG dalam serum
dan urin sekitar 100 mlU/ml. Konsentrasi tersebut akan meningkat
dua kali lipat setiap dua hari. Tingkat konsentrasi HCG tertinggi
(sekitar 100.000 mlU/ml) terlihat di akhir trimester pertama
kehamilan. Kehadiran awal HCG dalam urin telah membuat HCG
dipilih menjadi penanda untuk deteksi kehamilan.
Sejumlah kondisi selain kehamilan, termasuk penyakit
trophoblastic, chorionic epithelioma, hydatid mole dan non-
trophoblastic neoplasma dapat meningkatkan tingkat HCG urin
sehingga menyebabkan hasil false positive (positif palsu). Ekskresi
HCG sering menurun pada kasus kehamilan rahim tambahan,
kehamilan toxemia, atau terancam aborsi. Hasil pemeriksaan ini
dapat diterima jika didukung dengan bukti klinis.
b. Patofisiologi
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan kehamilan, sampel urin harus disimpan
pada wadah yang bersih, kering, bebas dari detergen dan bahan
pengawet. Urin pertama pada pagi hari lebih sering dijadikan
sampel karena mengandung konsentrasi HCG tertinggi, tetapi
pengambilan sampel urin pada waktu lain masih dapat digunakan.
Urine yang keruh harus disentrifugasi terlebih dahulu sebelum
diuji. Pemeriksaan HCG ini berdasarkan reaksi aglutinasi yang
terjadi antara partikel lateks yang dilapisi antibodi anti-HCG
dengan HCG yang terkandung dalam sampel.
HCG dalam sampel akan menunjukkan pembentukan
matriks aglutinasi yang secara visual dapat dibedakan dengan
mudah dari kontrol negatif. Dibutuhkan konsentrasi HCG urin
yang lebih tinggi dari 200 lU/ml untuk mendapatkan hasil positif.
Hasil pemeriksaan dinyatakan positif jika aglutinasi terbentuk
selama dua menit, tetapi jika aglutinasi tidak terbentuk selama dua
menit maka hasil dinyatakan negatif.
Cara Kerja :
1) Reagen lateks HCG, kontrol, dan sampel disimpan dalam suhu
ruang sebelum digunakan
2) dihomogenkan hingga terlarut sempurna
3) Diteteskan kontrol negatif sebanyak 1 tetes pada bagian tengah
lingkaran papan aglutinasi
4) Diteteskan kontrol positif sebanyak 1 tetes pada bagian tengah
lingkaran papan aglutinasi
5) Diteteskan sampel sebanyak 1 tetes pada bagian tengah
lingkaran papan aglutinasi
6) Diteteskan reagen lateks HCG sebanyak 1 tetes pada papan
aglutinasi (ujung pipet reagen tidak boleh menyentuh kontrol
maupun sampel). Campuran reagen dan kontrol/sampel
7) Dihomogenkan menggunakan ujung pipet (ujung pipet yang
digunakan untuk menghomogenkan tiap kontrol dan sampel
harus berbeda)
8) Dirotasi atau digoyang selama 2 menit
9) Interpretasi hasil
6. Cancer antigen 72-4
a. Pengertian
Cancer antigen 72-4 atau dikenal dengan Ca 72-4 adalah
Mucine-like, tumor associated glycoprotein TAG 72 di dalam
serum. Antibodi ini meningkat Pada keadaan jinak seperti
pankreatitis, sirosis hati, penyakit paru, kelainan ginekologi,
kelainan ovarium, kelainan payudara dan saluran cerna. Pada
keadaan tersebut spesifisitas sebesar 98%. Peningkatan Ca 72-4
mempunyai arti diagnostik yang tinggi untuk kelainan jinak pada
organ tersebut.
b. Patofisiologi
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pada keganasan lambung, ovarium dan kanker usus besar
mempunyai arti diagnostik yang tinggi. Pada kanker lambung, uji
diagnostik Ca 72-4 mempunyai nilai sensitifitas 28-80% ; pada
kanker ovarium, sensitifitas 47-80% ; sedangkan pada kanker usus
besar,sensitifitasnya 20-41%. Pemeriksaan petanda tumor ini
dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis, bila diperlukan
harus digunakan lebih dari satu petanda tumor. Selain itu
pemeriksaan Ca 72-4 juga dipakai pada pasca operasi dan pada
waktu relaps.
7. Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9)
a. Pengertian
Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9) adalah antigen kanker yang
dideteksiuntuk membantu menegakkan diagnosis, keganasan
pankreas, saluranhepatobiliar, lambung dan usus besar. Kadar Ca
19-9 meningkat pada 70-75% kanker pankreas dan 60-65% kanker
hepatobiliar. Pada peningkatan ringan, kadar Ca 19-9 dapat
dijumpai pada radang seperti pankreatitis, sirosis hati, radang.
Pankreas adalah organ dalam perut yang terletak secara horisontal
di belakang bagian bawah lambung. Di dalam pankreas, sel
eksokrin pankreas menghasilkan cairan pencernaan, sedangkan sel
endokrin pankreas menghasilkan hormon insulin dan glukagon ,
yang mengatur tingkat gula darah dalam tubuh.
b. Patofisiologi
c. Pemeriksaan Laboratorium
Cara mendeteksi kanker pankreas, apabila ada dugaan terkena
kanker pankreas, scan CT pada bagian perut perlu dilakukan. Scan
MRI juga mungkin dilakukan untuk membantu dokter melihat
pankreas dalam bentuk visual,sehingga dapat membantu
memutuskan prosedur pengobatan. Juga pemeriksaan pendukung :
CEA, Bilirubin, Fungsi Liver. Prosedur ERCP (endoscopic
retrograde cholangio pancreatography) biasanya dilakukan apabila
kanker pankreas sudah terdiagnosa positif. Prosedurini
menggunakan kamera fiberoptik untuk melihat ke dalam lambung
dan ususkecil di mana terdapat saluran yang mengarah kepada
pankreas. Cairan X-Raydisuntikkan ke dalam saluran pankreas
sehingga organ tersebut dapat diambil gambarnya, sehingga
keabnormalan saluran pankreas dapat diidentifikasi. Selama
prosedur ECRP, sebagian jaringan akan diangkat untuk keperluan
biopsi.
Metode lain yang tersedia adalah endoscopic ultrasound (EUS)
yang menggunakan alat ultrasound untuk mengambil gambar
pankreas dari dalam perut. Alat ultrasound dimasukkan melalui
selang serat optik melalui kerongkongan ke dalam perut untuk
memperoleh gambar pankreas. Prosedur ini juga memungkinkan
untuk mengambil sample jaringan sel untuk keperluan biopsi.
Suatu biopsi adalah satu-satunya cara yang pasti untuk dokter
untuk mengetahui apakah kanker hadir. Pada suatu biopsi, dokter
mengangkat beberapa jaringan-jaringan dari pankreas. Mereka
diperiksa dibawah sebuah mikroskop oleh seorang ahli patologi,
yang memeriksa untuk sel-sel kanker. Satu cara untuk mengangkat
jaringan adalah dengan suatu jarum yang panjang yang
dimasukkan melalui kulit kedalam pankreas. Ini disebut suatu
biopsi jarum. Dokter-dokter menggunakan x-rays atau ultrasound
untuk membimbing penempatan jarum. Tipe biopsi lain adalah
suatu biopsi sikat. Ini dilakukan sewaktu ERCP. Dokter
memasukkan suatu sikat yang sangat kecil melalui endoscope
kedalam saluran empedu untuk menyeka sel-sel untuk diperiksa
dibawah sebuah mikroskop.
Adakalanya suatu operasi yang disebut suatu laparotomy mungkin
diperlukan. Selama operasi ini, dokter dapat memperhatikan organ-
organ dalam perut dan dapat mengangkat jaringan. Laparotomy
membantu dokter menentukan keadaan atau luasnya penyakit.
Mengetahui keadaan membantu dokter merencanakan perawatan.
Contoh-contoh jaringan yang diperoleh dengan suatu macam
biopsi mungkin tidak memberikan suatu diagnosis yang jelas, dan
biopsi mungkin perlu diulang menggunakan suatu metode yang
berbeda.
8. Cancer 12-5 (Ca-12-5)
a. Pengertian
CA-125 adalah zat yang ditemukan pada permukaan sel kanker
ovarium dan pada beberapa jaringan normal. Tingkat CA-125 yang
tinggi bisa menjadi tanda kanker atau kondisi lain.CA- 125 tes tidak
digunakan sendiri untuk mendiagnosa kanker ovarium.
b. Patofisiologi
c. Pemeriksaan Laboratorium
CA-125 diproduksi pada permukaan sel dan dilepaskan dalam
aliran darah. CA 125 adalah penanda tumor untuk kanker ovarium
dan kadangkala juga kanker rahim, karenaCA 125 akan diproduksi
oleh sel kanker dari ovarium (indung telur) dan rahim,dan masuk
ke dalam darah, sehingga bisa terdeteksi dari pemeriksaan
laboratorium. Sensitifitas dan spesifisitas dari tes CA-125 terhadap
Kanker ovarium (indung telur) memiliki keterbatasan Untuk
spesifisitas, peningkatan CA-125 selain pada kanker ovarium, juga
dapat ditemukan pada jenis kanker lainnya, seperti kanker
endometrium, saluran indung telur, paru, payudara, dan
pencernaan. CA-125 dapat juga meninggi pada keadaan
endometriosis, menstruasi, dan hamil, atau penyakit peradangan
disekitar organ produksi. Untuk sensitifitas, juga ada keterbatasan,
karena sekitar 20% kasus kanker ovarium tidak terjadi peningkatan
CA-125 dan hanya 50% dari kasus kanker ovarium tahap awal
mengalami peningkatan CA-125. Namun tes CA-125 ini dapat
dipakai untuk memprediksi adanya suatu kelainan yang dibutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut. Jadi bila tes CA-125 mengalami
peningkatan, sebaiknya dicari tahu apa penyebabnya. Nilai normal
CA-125 : 0-35 U / mL.
9. Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3)
a. Pengertian
Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3) dipakai untuk mengidentifikasi
kanker payudara dan monitoring hasil pengobatan. Pemeriksaan
petanda tumor ini akan lebih sensitif bila digunakan bersama CEA.
Kadar Ca 15-3 meningkat pada keganasan payudara, ovarium,
paru, pankreas dan prostat.
b. Patofisiologi
c. Pemeriksaan Laboratorium
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai